Startup Perencana Keuangan FUNDtastic Akuisisi Penuh Invisee Senilai 95 Miliar Rupiah

FUNDtastic, startup perencana keuangan di Indonesia, hari ini (10/8) mengumumkan perampungan akuisisi penuh platform investasi reksa dana Invisee senilai $6,5 juta (lebih dari Rp95 miliar). Akuisisi ini adalah bagian jangka panjang perusahaan untuk menjadi platform wealth terbesar di Indonesia.

Dalam proses akuisisi ini, Invisee akan menjadi salah satu unit bisnis baru FUNDtastic, yakni FUNDtastic+ yang bertugas untuk menggaet kerja sama lebih banyak dengan mitra digital dan institusi keuangan lainnya, agar dapat menjangkau lebih banyak calon pengguna baru secara lebih luas. Unit bisnis tersebut akan dipimpin oleh Founder Invisee Eri Primaria.

Proses migrasi pengguna Invisee ditargetkan akan kelar pada akhir bulan ini. Adapun pengguna Invisee disebutkan mencapai 100 ribu orang dengan dana kelolaan sebesar Rp27,6 miliar atau 30% dari keseluruhan dana kelolaan di FUNDtastic sebanyak Rp92 miliar per Juni kemarin.

“Kami memastikan proses merge nasabah dari Invisee ke FUNDtastic yang seamless tanpa kendala apapun dan sesuai dengan regulasi. Mereka tidak perlu register ulang, tinggal login saja nantinya,” terang Co-Founder & CIO FUNDtastic Franky Chandra dalam konferensi pers secara online.

Dia menerangkan, misi FUNDtastic adalah menjadi platform wealth terdepan, maka dari itu dalam perjalanannya butuh ekosistem untuk mendukung misi tersebut. Perusahaan sendiri berdiri di bawah payung regulasi Inovasi Keuangan Digital (IKD) dan sudah terdaftar per Juli 2019.

Di dalam aturan tersebut, perusahaan bertugas untuk memberikan literasi keuangan kepada pengguna dan melakukan cross-selling produk keuangan yang seluruh prosesnya harus dilakukan sesuai regulasi. Artinya bila ingin menjual produk reksa dana harus dengan APERD, produk asuransi dengan insurtech dan sebagainya.

Pertimbangan untuk memilih akuisisi Invisee pun sebenarnya timbul saat keduanya berkolaborasi pada Agustus tahun lalu. Bertepatan pula dengan dimulainya operasional FUNDtastic secara resmi. Kedua perusahaan lalu melihat ada kesamaan visi dan misi yang akhirnya memperkuat alasan dibalik akuisisi.

Dengan memiliki lisensi APERD dan izin Mitra Distribusi Surat Hutang Negara melalui Invise, FUNDtastic akan lebih gencar menggaet lebih banyak kerja sama bisnis dengan perusahaan digital dan institusi keuangan lainnya untuk memperdalam produk wealth. Pasalnya, mengacu pada aturan OJK, rencana-rencana tersebut perusahaan harus memiliki izin APERD.

“Setiap kolaborasi itu masing-masing perusahaan pasti ada kepentingan untuk dapat gain. Invisee dan kami pun demikian. Namun yang rugi di sini adalah user karena proses yang berlapis. Akan jauh lebih baik bila APERD ada di bawah kita karena tiap perusahaan enggak perlu cari gain masing-masing lagi, tapi bisa berpikir bersama cara kasih keuntungan buat user sebesar-besarnya,” tambah Franky.

Fitur dan rencana ke depannya

Produk FUNDtastic+ akan melengkapi rangkaian platform wealth yang disiapkan FUNDtastic untuk mengakuisisi pengguna baru. Produk lainnya yang sudah dirilis perusahaan adalah FUNDtastic Direct untuk menyasar nasabah ritel; FUNDtastic for Advisor ditujukan untuk para perencana keuangan dan agensi untuk mengundang pengguna mereka dan memberikan rekomendasi produk.

Berikutnya FUNDtastic for Business untuk permudah karyawan dalam mempersiapkan dana pensiun lewat payroll yang dipotong setiap bulannya untuk diinvestasikan ke produk investasi.

Franky menerangkan, secara fitur pun ada banyak pengembangan baru yang dipadukan dengan unsur gamification. Salah satunya adalah fitur Misi Bersama untuk pertemanan yang berencana untuk melancong dan mempersiapkan kebutuhan dananya dengan berinvestasi di beragam instrumen.

“Orang Indonesia itu senang gotong royong dan sharing experience. Jadi di fitur ini kami create misi untuk dorong orang mempersiapkan rencananya dengan berinvestasi. Dengan invite teman-temannya, akan ada notifikasi yang masuk ke akun setiap orang untuk ikut menabung juga.”

Saat ini FUNDtastic memiliki 6 ribu pengguna aktif dengan total pengguna terdaftar sebanyak 16 ribu akun. Total dana kelolaannya mencapai Rp92 miliar sejak perusahaan pertama kali beroperasi pada Agustus tahun lalu. Bila dihitung per bulannya, setiap pengguna secara rata-rata telah mengalokasikan dana investasi sebesar Rp15 juta.

Franky menargetkan pada 2021 mendatang perusahaan dapat mengelola dana sebesar Rp500 miliar. Perusahaan telah bekerja sama dengan sembilan manajer investasi, beberapa di antaranya adalah Mandiri Investasi, BNI Asset Management, dan Trimegah Asset Management.

Produk jasa keuangan lainnya yang akan dirilis adalah asuransi pada September mendatang. Hanya saja dia belum bersedia mendetailkan lebih lanjut terkait ini. Franky memastikan produk asuransi yang dijual nantinya akan berkaitan dengan kebutuhan nasabahnya agar tepat sasaran.

Dia juga membuka wacana untuk kembali mengakuisisi perusahaan lainnya, apabila dibutuhkan untuk mendukung misi perusahaan. Akan tetapi ia memastikan akuisisi atau kolaborasi lebih dalam ini hanya akan terjadi melalui inisiasi kolaborasi terlebih dahulu.

“Kita akan lihat impact-nya seberapa jauh untuk pengguna. Apabila memang dibutukahkan akan ambil langkah strategis. Tapi yang pasti harus jalan dulu kolaborasinya,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Pandemic and The Increasing Awareness of Financial Planning

Life pressures and current economic conditions have influenced people to start planning their financial decisions. Starting from using emergency funds to cutting expenses.

As a digital financial planning platform, Halofina decided it is the right time to educate the public, aiming to increase financial literacy in the country. DailySocial invited Halofina’s Founder & CEO, Adjie Wicaksana in the #SelasaStartup session the first week of August 2020.

Efforts to increase awareness

OJK recorded the percentage of Indonesian people’s financial literacy in 2019 experienced a significant increase of 38%. This number is certainly an achievement compared to the previous 3 years at only 29%. Even though it has increased, Adjie said this number is quite far behind other neighboring countries with a fairly good amount of financial literacy among the community, around 70% and above.

What is quite a challenge, is not only the large size of Indonesia’s population compared to other neighboring countries, but also a trust issues among the public, related to digital financial products.

“Therefore, the productive age is shown as an ideal target market for a digital financial planning platform. Halofina offers products and services, in this case financial planning,” Adjie said.

Even though it’s mainly focused on millennials, adjusting the phase that is ultimately faced by this productive age can increase the number of users who are most familiar with technology or better known as tech-savvy.

“We see that productive age is the largest segment that has been frequently exposed and accustomed to digital products and technological innovations. This has become the focus of Halofina,” Adjie said.

Reducing barrier entry

The main obstacle for most fintech services to offer their products lies in the barrier entry. From lack of trust to product safety and risk factors, which ultimately makes it difficult for fintech platforms in general to acquire users.

“Therefore, it is important for the platform to provide important and legitimate evidence from regulators. As our platform becomes the first listed in the Financial Services Authority’s (OJK Sandbox) Digital Financial Innovation, Digital Financial Planner category,” said Adjie.

Apart from regulatory and legality issues, the platform must also have relevant and on-demand products by the community. In this case, creating a ‘relatable’ product becomes important. In Halofina, financial planning products are what we’ve tried to offer.

“In early July we launched the consulting feature. The main feature is similar to the ones offered by the healthtech platforms, which is consulting with doctors online. However, in Halofina we provide certified financial planners for users to conduct consultations related to investment and financial planning,” said Adjie .

Pandemic and financial planning

In the time of a pandemic, there was a lot of negative news that circulating the daily routine, it was enough to influence most people’s views and decisions. Previously, most millennials don’t really care about their financial management and financial planning, today, Adjie said there has been a significant increase in the community to pay attention to their financial management.

Starting from using the right emergency fund to managing their financial flow. Adjie also mentioned that this opportunity was what Halofina tried to utilize as a relevant platform. Not only on social media accounts and platforms, Halofina tries to provide the right and required education, aiming to increase awareness of the importance of financial management and planning in everyday life.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pandemi dan Peningkatan Kesadaran Perencanaan Keuangan

Tekanan hidup serta kondisi ekonomi saat ini ternyata mempengaruhi kebanyakan orang mengambil keputusan finansial mereka. Mulai dari menggunakan dana darurat hingga memangkas pengeluaran.

Sebagai platform perencana keuangan digital, Halofina merasa ini saat yang tepat untuk memperluas edukasi kepada masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan literasi keuangan di tanah air. Dalam sesi #SelasaStartup minggu pertama Agustus 2020, DailySocial menghadirkan Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Upaya meningkatkan awareness

OJK mencatat tahun 2019 persentase literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar 38%. Jumlah ini tentunya merupakan prestasi tersendiri jika dibandingkan 3 tahun sebelumnya yang hanya 29% saja. Meskipun mengalami kenaikan, namun menurut Adjie, jumlah ini masih kalah jauh dengan negara tetangga lainnya yang telah memiliki jumlah literasi keuangan cukup baik di kalangan masyarakat sekitar 70% ke atas.

Apa yang menjadi tantangan tentunya bukan hanya jumlah populasi Indonesia yang cukup besar dibandingkan negara tetangga lainnya, namun juga rasa kepercayaan atau trust issue yang masih rendah dikalangan masyarakat, terkait dengan produk keuangan digital.

“Dari situ akhirnya terlihat usia produktif merupakan target pasar yang ideal untuk platform perencana keuangan digital, Halofina menawarkan produk dan layanan, dalam hal ini adalah perencanaan keuangan,” kata Adjie.

Meskipun hanya fokus kepada kalangan milenial, namun menyesuaikan fase yang pada akhirnya dihadapi oleh usia produktif tersebut, dapat menambah jumlah pengguna yang kebanyakan sudah terbiasa dengan teknologi atau lebih dikenal dengan tech savvy.

“Kami melihat usia produktif merupakan segmen paling besar yang sudah sering terekspos dan terbiasa dengan produk digital dan inovasi teknologi. Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus dari Halofina,” kata Adjie.

Mengikis barrier entry

Persoalan utama yang masih menjadi kendala kebanyakan layanan fintech untuk menawarkan produknya adalah, barrier entry dari kebanyakan masyarakat untuk mulai mencoba. Mulai dari kurang percaya hingga faktor keamanan dan risiko produk, yang pada akhirnya menyulitkan platform fintech pada umumnya untuk mengakuisisi pengguna.

“Untuk itu penting bagi platform memberikan bukti yang penting dan sah dari regulator. Sebagai platform kami yang pertama telah tercatat di Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK Sandbox) kategori Digital Financial Planner,” kata Adjie.

Selain persoalan regulator dan legalitas, platform juga harus memiliki produk yang relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini menciptakan produk yang ‘relatable‘ menjadi penting. Di Halofina sendiri produk perencana keuangan yang kemudian dicoba untuk ditawarkan kepada target pengguna.

“Awal bulan Juli lalu kami meluncurkan fitur consultation. Fungsinya serupa dengan yang ditawarkan oleh platform healthtech yaitu konsultasi dengan dokter secara online. Namun di Halofina kami menyediakan perencana keuangan yang telah telah tersertifikasi untuk pengguna melakukan konsultasi terkait dengan investasi dan perencanaan keuangan,” kata Adjie.

Pandemi dan perencanaan keuangan

Saat pandemi ketika banyak berita negatif yang mewarnai rutinitas sehari-hari, ternyata cukup mempengaruhi pandangan dan keputusan dari sebagian besar orang. Jika sebelumnya tidak banyak di antara kalangan milenial yang peduli dengan manajemen keuangan dan perencanaan finansial mereka, kini menurut Adjie terjadi peningkatan yang cukup besar dari kalangan masyarakat untuk memperhatikan manajemen keuangan mereka.

Mulai dari menggunakan dana darurat yang tepat hingga mengatur keuangan mereka. Menurut Adjie, peluang ini yang kemudian dicoba untuk dimanfaatkan oleh Halofina sebagai platform yang relevan. Bukan hanya di akun media sosial dan platform, Halofina mencoba untuk memberikan edukasi yang tepat dan dibutuhkan, dengan tujuan meningkatkan awareness pentingnya manajemen dan perencanaan keuangan dalam kehidupan sehari-hari.

Application Information Will Show Up Here

Awali Tahun 2020, Halofina Jalin Kerja Sama dengan LinkAja

Menyambut tahun baru 2020, Halofina mengumumkan kerja sama dengan LinkAja. Rencananya kolaborasi ini akan ditandatangani pada 31 Januari 2020 mendatang. Bentuk kolaborasi keduanya diawali dengan integrasi sistem perencanaan keuangan milik Halofina ke dalam aplikasi LinkAja.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Terjalinnya kerja sama bisnis ini merupakan peluang positif untuk dapat mewujudkan misi serta dukungan kami kepada pemerintahan Joko Widodo dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” tutur Co-founder &  CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Pihak Halofina lebih jauh menjelaskan bahwa kolaborasi dari segi integrasi produk dan teknis akan dilakukan bertahap. Dimulai dengan fitur financial planning. Tidak menutup kemungkinan juga akan ada beberapa integrasi lainnya yang dikembangkan untuk menguatkan kedua belah pihak.

“Strategi tumbuh Halofina akan semakin menguatkan posisi kita sebagai financial advisory, bukan hanya product aggregator. Kita juga akan terus memperluas kerjasama dengan pihak mitra agar fitur financial planning di Halofina dapat digunakan oleh lebih banyak pengguna,” terang Adjie kepada DailySocial.

Sementara itu pihak LinkAja ketika dihubungi DailySocial menjelaskan bahwa dengan kolaborasi ini di aplikasi LinkAja akan muncul tautan langsung menuju sistem Halofina sehingga memudahkan pengguna yang ingin merencanakan keuangan. Selanjutnya LinkAja juga akan mengembangkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk bisa langsung mengakses produk-produk keuangan yang disediakan oleh partner bisnisnya.

Sejauh ini LinkAja sebagai salah satu penyedia digital wallet memang tampak tengah menggenjot jumlah integerasi dengan sistem mereka. Sebelumnya dalam urusan pembayaran investasi, dalam hal ini reksadana, LinkAja juga sudah tersedia sebagai pilihan pembayaran di aplikasi Bibit, Tanamduit dan Xdana.

“LinkAja adalah dompet digital milik perusahaan negara yang kami harapkan bisa membantu growth dan traction penggunaan fitur perencanaan keuangan lebih luas lagi. Peluang dan kesempatan besar untuk halofina ketika berkolaborasi strategis dengan LinkAja di mana penggunanya sudah tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Adjie.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Pra Seri A, Halofina Fokus Kembangkan Produk dan Akuisisi Talenta

Aplikasi asisten virtual untuk membantu pengguna merencanakan keuangan pribadinya Halofina mengumumkan pendanaan Pra Seri A yang dipimpin Mandiri Capital Indonesia (MCI). Investor yang turut bergabung dalam putaran pendanaan kali ini adalah Finch Capital. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa besar nominal pendanaan yang digelontorkan, namun pihak MCI yang diwakili oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menyebutkan, sesuai dengan ticket size Pra Seri A, nilainya berkisar antara US$1 juta hingga US$5 juta.

Sebagai startup binaan MCI, diharapkan Halofina bisa memberikan kontribusi ke ekosistem Bank Mandiri dan anak perusahaan di dalamnya.

“Meskipun Halofina merupakan startup binaan kami, namun tidak menutup kemungkinan bagi Halofina untuk menjalin kemitraan dengan bank lainnya atau institusi keuangan terkait yang memiliki produk yang relevan dengan Halofina. Mungkin ke depannya bisa jadi MCI akan menempatkan komisaris atau masuk dalam jajaran manajemen di Halofina,” kata Eddi.

Pendanaan kali ini merupakan bridging menuju kepada pendanaan tahapan selanjutnya. Perusahaan menargetkan bisa memperoleh pendanaan Seri A di kuartal kedua atau awal kuartal ketiga 2020.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Kami sangat bersyukur dengan dukungan dari MCI dan Finch Capital. Pendanaan ini bagi kami adalah sebuah kepercayaan dan harapan untuk dapat bekerja dan berkontribusi lebih banyak bagi masyarakat,” kata Co-Founder & Chairman Halofina Eko Pratomo.

Fokus akuisisi talenta dan hadirkan produk baru

Dana segar tersebut bakal digunakan menambah talenta baru untuk bergabung dalam tim Halofina. Sebagai platform konsultan finansial digital, Halofina mengklaim sudah diakses oleh lebih dari 15 ribu pengguna. Targetnya hingga akhir tahun 2020 mendatang, jumlah tersebut bisa bertambah hingga 500 ribu orang.

Disinggung tentang produk yang sedang dikembangkan, Co-Founder Halofina Adjie Wicaksana mengungkapkan, fokus Halofina saat ini adalah mengembangkan algoritma yang bisa memberikan rekomendasi risk profile dan asset allocation ke pengguna yang ingin membuat life plan.

“Untuk strategi monetisasi nantinya akan kita kenakan sharing fee dengan pihak terkait dan layanan berlangganan kepada pengguna. Namun untuk saat ini Halofina masih bisa diakses secara gratis,” kata Adjie.

Halofina saat ini bergabung dengan Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK Sandbox) di kategori Digital Financial Planner. Perusahaan  meluncurkan integrasi produk reksa dana sejak Maret 2019.

Application Information Will Show Up Here

Halofina Hadirkan Asisten Virtual untuk Perencanaan Keuangan Pribadi

Halofina merupakan aplikasi perencana keuangan pribadi. Konsep kerjanya dibuat sebagai asisten virtual. Hal tersebut didasarkan pada kecenderungan masyarakat menganggap pengelolaan keuangan adalah aktivitas yang rumit. Harapannya ketika ada teman (virtual) yang memberikan pengetahuan tentang keuangan, kegiatan pengelolaan tersebut menjadi lebih nyaman.

Di lanskap digital, produk chatbot memang tengah menjamur. Satu hal yang coba ditekankan dalam Halofina, chatbot yang disebut “Robo Advisor” akan melakukan asisten si secara personal. Tim Halofina menyebutkan bahwa produk besutannya telah mengikuti standardisasi global dan didukung oleh pakar di industri keuangan.

Para pakar digandeng untuk berdiskusi dengan tim produk dan teknis untuk membangun algoritma yang akan memberikan rekomendasi cerdas. Rekomendasi yang diberikan Halofina didasarkan pada bagaimana preferensi keuangan (syariah/konvensional), profil risiko, kondisi keuangan, dan tujuan keuangan pengguna.

Beberapa fitur Halofina yang melengkapinya sebagai asisten virtual / Halofina
Beberapa fitur Halofina yang melengkapinya sebagai asisten virtual / Halofina

“Pada saat pertama kali mengakses Halofina, pengguna akan melakukan serangkaian personal assessment yang ditujukan agar sistem mempelajari karakter pengguna dan memberikan rekomendasi terbaik sesuai kondisi,” terang Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Misi Halofina memberikan edukasi dan rekomendasi pengelolaan keuangan. Halofina akan menjadi sebuah aplikasi gratis bagi masyarakat. Secara model bisnis, Halofina akan mendapatkan keuntungan melalui sistem commission fee dan subscription fee dari fitur edukasi dan konsultasi keuangan online di aplikasi.

Soft launching akhir bulan ini

Saat ini aplikasi baru dapat diakses oleh kalangan terbatas, namun melalui situs resminya Halofina sudah membuka pendaftaran untuk early access. Rencananya akan dilakukan soft launching pada 28 Agustus 2018 mendatang. Sejauh ini Halofina menjalankan operasional secara bootstrapping.

Adjie mengatakan pihaknya sedang intensif berbicara kepada venture capital untuk pendanaan tahap awal. Baru-baru ini Halofina juga terpilih menjadi salah satu peserta program akselerator Plug and Play Batch 3 bersama 16 startup lainnya.

Startup berbasis di Bandung ini didirikan oleh dua orang founder. Selain Adjie, ada seorang rekannya bernama Eko Pratomo. Adjie adalah lulusan University of Southern California. Semangatnya untuk menghasilkan bisnis berdampak sosial, terutama untuk mendorong tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia yang melahirkan pemikiran tentang Halofina.

Sementara Eko Pratomo telah berpengalaman 20 tahun di industri keuangan dan investasi reksa dana. Ia sempat mendapatkan penghargaan sebagai “Indonesia’s Asset Manager CEO of the Year 2008” dari Asia Asset Management.

Founder Halofina, Adjie Wicaksana dan Eko Pratomo / Halofina
Founder Halofina, Adjie Wicaksana dan Eko Pratomo / Halofina

“Visi Halofina adalah to be the leading robo advisory apps in Indonesia. Untuk mendukung visi tersebut, kami membagi capaian dalam 3 babak besar, yaitu product development, customer development, dan strategic partnership,” ujar Adjie.

Adjie melanjutkan, “Di tahun ini, kami menargetkan dapat bekerja sama dengan berbagai Fintech, Bank, Fund Manager, dan lembaga keuangan lain untuk memperkuat layanan. Di sisi produk, kami akan terus menguatkan platform Halofina dengan komponen artificial intelligence untuk memberikan rekomendasi terbaik.”

Mengantar pengguna pada tujuan investasi

LifePlan merupakan fitur utama Halofina yang akan memberikan rekomendasi investasi sesuai tujuan hidup pengguna. Melalui LifePlan, Halofina mengelompokkan siklus hidup seseorang dalam empat fase finansial. Fase pertama, saat seseorang belum berpenghasilan dan masih bergantung pada orang tua. Fase kedua, saat seseorang mulai berpenghasilan, mandiri secara finansial, dan muncul berbagai kebutuhan. Fase ketiga, saat seseorang berada pada puncak karier dan kebutuhan meningkat. Dan fase keempat, saat memasuki usia senja, bahkan mungkin tidak berpenghasilan.

Berdasarkan pada empat fase tersebut, dipahami bahwa seseorang memiliki berbagai kebutuhan finansial di masa depan yang perlu dipersiapkan sejak dini, misalnya biaya pendidikan, kepemilikan rumah, ibadah, liburan hingga pensiun.

“Fitur LifePlan akan memudahkan pengguna mewujudkan tujuan finansial. Halofina memberikan asistensi penuh dari awal hingga akhir. Mulai dari proses merencanakan, menghitung kebutuhan investasi, memilihkan investasi yang tepat, berinvestasi secara rutin, hingga laporan perkembangan investasi,” tutup Adjie.