HSBC Kembali Kucurkan ASEAN Growth Fund, Induk Modalku Dapat Kredit Rp1,5 Triliun

Funding Societies, induk dari platform fintech lending Modalku, mengumumkan perolehan fasilitas kredit dari HSBC melalui ASEAN Growth Fund. Melalui kesepakatan ini, HSBC memberikan komitmen kumulatif $100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun untuk mendukung upaya Funding Societies dalam memperluas akses kredit bagi UMKM di wilayah ASEAN.

Langkah terbaru ini menjadi salah satu fasilitas kredit terbesar yang diberikan HSBC kepada lembaga peminjam UMKM berbasis digital di Asia Tenggara. Pendanaan ini diharapkan dapat memperdalam jangkauan Funding Societies dalam melayani segmen UMKM yang selama ini belum banyak terjangkau layanan keuangan formal.

Sebelumnya ASEAN Growth Fund tersebut juga telah dikucurkan ke sejumlah startup Indonesia, termasuk eFishery, Batumbu, dan AwanTunai.

Co-Founder & CEO Funding Societies Kelvin Teo menyatakan, “Dukungan berkelanjutan dari bank global seperti HSBC membuktikan komitmen mereka dalam mendukung platform digital seperti kami dan UMKM di tengah kenaikan suku bunga global. Dengan adanya fasilitas ini, kami dapat lebih leluasa mengembangkan pembiayaan yang berkelanjutan, serta memperkuat inklusi finansial bagi UMKM yang belum sepenuhnya terlayani di wilayah ini.”

Dengan adanya fasilitas ini, HSBC bertindak sebagai bank pengelola struktur kredit, pemberi pinjaman, dan agen keamanan bagi Funding Societies. Skema ini memberikan solusi pembiayaan yang skalabel dan regional untuk mendukung ekspansi Funding Societies di ASEAN.

Kepala Korporasi dan Bisnis Banking HSBC Singapura Harish Venkatesan menambahkan, “Sebagai pelopor dan pemimpin pembiayaan digital UMKM di ASEAN, kami bangga memberikan dukungan melalui fasilitas kredit ketiga ini. Kami berharap bisa terus mendukung Funding Societies dalam menyediakan solusi pembiayaan bagi UMKM yang menjadi pilar utama perekonomian di kawasan ASEAN.”

Pembiayaan ini juga sejalan dengan inisiatif HSBC ASEAN Growth Fund, yang diluncurkan pada Maret 2024 dengan alokasi dana mencapai US$1 miliar. Dana ini bertujuan untuk mendukung platform digital berbasis di Singapura dalam mencapai skala ekonomi di berbagai pasar internasional dan mengembangkan portofolio aset mereka.

Sejak berdiri pada 2015, Funding Societies telah menyalurkan lebih dari $4 miliar untuk pembiayaan bisnis, dan berkontribusi positif bagi lebih dari 100 ribu bisnis di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Platform ini juga mencatat nilai transaksi tahunan sebesar $1,4 miliar sejak memperluas layanan ke sektor pembayaran pada 2022.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Maybank Berikan Investasi Strategis ke Induk Fintech Lending Modalku

Maybank mengumumkan investasi strategis ke induk fintech lending Modalku, yakni Funding Societies dengan nilai yang tidak disebutkan. Melalui investasi ini, Maybank berencana menjajaki sinergi kolaboratif dengan Funding Societies untuk mendorong inklusivitas dan mengatasi kesenjangan pembiayaan bagi komunitas yang dilayaninya.

Investasi ini merupakan langkah awal dalam inisiatif baru Maybank untuk berinvestasi dan bermitra dengan organisasi berbasis digital yang berkualitas di ASEAN. Upaya ini sejalan dengan strategi M25+ Maybank yang bertujuan mempercepat digitalisasi dan menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi, baik di dalam maupun di luar sektor perbankan.

Presiden dan CEO Grup Maybank Dato’ Khairussaleh Ramli menyatakan, “Investasi kami di Funding Societies menegaskan komitmen kami dalam mendorong inklusi keuangan, sesuai dengan tujuan kami untuk memanusiakan layanan keuangan. Dengan menggabungkan keahlian perbankan kami dan platform digital inovatif dari Funding Societies, Maybank bertekad membangun ekosistem UMKM yang kuat dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi semua pihak.”

Kelvin Teo, Co-founder dan CEO Funding Societies, menambahkan, “Kami merasa terhormat dengan dukungan dari Maybank, yang mencerminkan komitmen bersama untuk melayani UMKM di Asia Tenggara. Kemitraan ini memperkuat dedikasi kami untuk memperluas akses kredit bagi UMKM yang kurang terlayani dan menghadapi kendala permodalan.”

Funding Societies saat ini telah memiliki lisensi operasional di Singapura, Indonesia, dan Thailand, serta terdaftar di Malaysia dan beroperasi di Vietnam. Setiap tahunnya, perusahaan teknologi finansial ini menyalurkan pembiayaan bisnis sebesar $1 miliar kepada UMKM di wilayah tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, Funding Societies mencapai tonggak strategis, termasuk mengakuisisi platform pembayaran digital regional CardUp serta berinvestasi bersama di Bank Index di Indonesia.

Grup perusahaan Modalku didukung oleh sejumlah investor terkemuka seperti SoftBank Vision Fund 2, Khazanah Nasional Berhad, CGC Digital, SBVA (sebelumnya SoftBank Ventures Asia), Peak XV Partners (sebelumnya Sequoia Capital India), Alpha JWC Ventures, SMBC Bank, BRI Ventures, VNG Corporation, dan Rapyd Ventures.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Grup Modalku Dapat Tambahan Debt dari Norfund, Perkuat Kualitas Pinjaman untuk UMKM

Grup Modalku mengumumkan perolehan fasilitas pinjaman (debt) sebesar $7,5 juta atau sekitar Rp117 miliar dari Norfund, sebuah Development Financial Institution (DFI) yang mengoperasikan dana investasi milik pemerintah Norwegia untuk negara-negara berkembang.

Sebelumnya Norfund juga sempat memberikan fasilitas yang sama dengan nominal yang persis sama kepada Amartha pada Juni 2021 lalu.

Bagi grup Modalku sendiri, ini adalah fasilitas debt kedua yang diperoleh sepanjang tahun ini. Pada September 2023, fasilitas yang diraih sebesar $27 juta atau sekitar Rp414 miliar yang dipimpin AlteriQ Global, Aument Capital Partners, dan Orange Bloom.

Seluruh fasilitas ini akan disalurkan kembali melalui berbagai solusi pendanaan yang dirancang khusus untuk UMKM yang belum mendapatkan akses pendanaan di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Co-founder & Group CEO Funding Societies (induk Modalku) Kelvin Teo mengatakan pencapaian ini tidak hanya dapat menjadi bukti terhadap kelayakan kredit dari grup dalam menghadapi pandemi dan ketidakpastian makroekonomi, namun juga peluang untuk memenuhi kebutuhan akses pendanaan bagi UMKM yang masih underserved di Asia Tenggara.

“Kami mengapresiasi dukungan Norfund dalam misi dan komitmen kami untuk memberikan kesempatan yang merata bagi UMKM,” kata Teo dalam keterangan resmi.

Norfund’s Regional Director (Asia) Fay Chetnakarnkul menyampaikan pihaknya terkesan dengan kemampuan grup Modalku dalam mendukung UMKM yang kurang terlayani di Asia Tenggara dengan beragam solusi pendanaan untuk mengatasi tantangan pengelolaan arus kas.

“Kami senang dapat mendukung Modalku dalam memperluas jangkauan, meningkatkan inklusi keuangan dan memungkinkan lebih banyak bisnis untuk tumbuh, serta menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan di wilayah ini,” imbuhnya.

Norfund hadir dengan fokus utama mereka dalam berinvestasi yaitu untuk meningkatkan inklusi keuangan. Hingga saat ini, Norfund telah menyalurkan pendanaan sekitar $4,54 miliar (sekitar Rp 70Triliun) kepada 7,5 juta klien. Pendanaan yang diberikan melalui Grup Modalku akan menjadi jembatan antara Norfund dengan sektor publik & swasta dalam memperluas jangkauan investasinya di Asia Tenggara.

Investasi berdampak (impact investment) yang dilakukan oleh sejumlah DFI di Asia Tenggara telah mencapai $2 miliar (sekitar Rp31 triliun) per tahun antara 2017-2022 (dengan akumulasi lebih dari $12 miliar atau sekitar Rp187 triliun). Lebih dari setengah portofolio investasi tersebut disalurkan ke sektor jasa keuangan.

DFI memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mendukung UMKM yang tidak dapat didukung oleh pemberi dana komersial dan pemerintah, hal ini dikarenakan posisi keuangan mereka yang kuat.

Jaga kualitas pembiayaan

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, Country Head Indonesia Modalku Arthur Adisusanto menyampaikan selain fokus membuka akses pendanaan UMKM yang lebih luas, menjaga kualitas pembiayaan juga tak kalah penting. Ia mengaku dalam menjaga pertumbuhan kredit, perusahaan sangat memperhatikan kualitas portofolio yang dimiliki.

Caranya dengan selalu menerapkan prinsip responsible lending, kehati-hatian, dan manajemen risiko, yaitu melakukan penilaian terhadap UMKM penerima dana, serta kemampuan finansial mereka untuk melunasi modal usaha yang diberikan.

“Karena kami juga memiliki tanggung jawab kepada pemberi dana yang meminjamkan dananya melalui Modalku,” ujar Arthur.

Ditambah, perusahaan meningkatkan sistem mitigasi risiko dalam menjaga angka NPL, seperti melakukan assessment, monitoring, dan collection sebagai upaya deteksi awal apabila terjadi penurunan kualitas portofolio dan upaya penagihan, serta penyelamatan kredit secara simultan.

“Kami juga akan melanjutkan komitmen untuk memperkuat bisnis dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan, serta mengakselerasi akses pendanaan bagi UMKM yang masih underserved. Di samping itu, Modalku juga terus fokus terhadap kesehatan finansial perusahaan dan tetap bijak dalam pengeluaran perusahaan.”

Sebelumnya pada Agustus 2023, Grup Modalku merampingkan operasional yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 38 orang dari total 214 karyawannya di Indonesia.

Produk pembiayaan Modalku cukup beragam. Di antaranya, Modal Proyek untuk pengadaan di sektor pemerintahan. Konsepnya mirip invoice financing, dengan penyesuaian sesuai dengan workflow belanja di sektor pemerintahan.

Kemudian, pada akhir tahun lalu, Modalku juga mulai masuk ke bisnis multifinance lewat akuisisinya terhadap PT Buana Sejahtera Multidana, kemudian di-rebranding menjadi “Modalku Finance”. Modalku Finance menawarkan berbagai fungsi pembiayaan, di antaranya Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi, dan Pembiayaan Multiguna.

Sebelumnya Modalku juga melakukan co-investment bersama Carro ke Bank Index, memberikan sinyal perusahaan untuk masuk ke segmen bank digital. Adapun produk lain yang juga menjadi fokus adalah b2b paylater, bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Bukalapak, Paper.id, dan BukuWarung.

Di skala regional, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp53 triliun kepada lebih dari 100 ribu UMKM di Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam.

Application Information Will Show Up Here

Grup Modalku Rumahkan 38 Karyawan di Indonesia

Funding Societies atau Grup Modalku mengumumkan perampingan operasional bisnis yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 38 orang dari total 214 karyawannya di Indonesia. Keputusan ini ditempuh lantaran kondisi ekonomi makro yang kurang baik sehingga berdampak terhadap pengguna layanan.

Dalam pernyataan resminya, Grup Modalku memastikan karyawan yang terdampak akan menerima kompensasi sesuai regulasi yang berlaku. Ragam penyesuaian, seperti akses terhadap asuransi kesehatan hingga akhir tahun, dukungan mental health, penulisan CV, pelatihan interview, dan surat rekomendasi akan disediakan.

Perusahaan juga menyatakan keputusan ini diambil untuk menyesuaikan prioritas bisnis saat ini dan masa depan, yakni memberikan dukungan kepada UMKM, baik pendanaan maupun pembayaran, sambil melakukan transisi menuju bisnis yang lebih ramping. Pihaknya akan fokus pada pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

Setelah resmi masuk ke layanan multifinance pada akhir 2022, Grup Modalku belum lama ini juga meluncurkan layanan Modal Proyek yang memfasilitasi pendanaan tambahan bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).

Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan lebih dari $3,2 miliar atau sekitar Rp49 triliun dalam 5 juta transaksi pendanaan UKM di seluruh operasional bisnis. Sekitar 100 ribu pengusaha berhasil menjaga tingkat default di bawah 2%.

Gelombang baru efisiensi

Meskipun Covid-19 sudah tidak lagi berstatus pandemi global, dampaknya masih terasa hingga saat ini. Banyak perusahaan teknologi yang masih melakukan PHK dikarenakan kondisi ekonomi global yang memburuk, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga. Kondisi ini membuat iklim investasi memburuk secara signifikan.

Selain Modalku, beberapa startup fintech sudah lebih dulu mengumumkan efisiensi bisnisnya, termasuk Ayoconnect (FaaS) yang memangkas 10% dari total karyawannya di Indonesia dan Qoala (insurtech) yang merumahkan 80 orang karyawannya di Indonesia dan Malaysia.

Langkah efisiensi juga ditempuh P2P lending Akseleran, yang mana situasi ini memaksa perusahaan menunda pelaksanaan IPO dari rencana semula pada 9 Agustus 2023 menjadi 2024. Hal ini dipicu oleh belum adanya investor strategis yang tepat untuk mendukung aksi korporasi tersebut. Akseleran juga melakukan restrukturisasi internal dengan melakukan PHK 60 karyawan.

Ketidakpastian kondisi makro ekonomi kerap dijadikan kambing hitam atas langkah restrukturisasi dan efisiensi sejumlah pelaku startup. Perusahaan teknologi didorong untuk segera melakukan penyesuaian terhadap fokus serta kebutuhan bisnis demi menemukan lajur menuju profitabilitas. Sementara itu, investor dipantau semakin ketat dalam memberi pendanaan.

Berdasarkan data publik yang dicatat DailySocial.id, di semester ganjil tahun ini terdapat sekitar 73 pendanaan startup diumumkan ke publik (34 transaksi disebutkan nominalnya) dengan nilai $707 juta. Angka ini merosot 74% dari periode yang sama tahun lalu dengan 149 transaksi pendanaan (99 transaksi diumumkan nilainya) atau dengan nilai $2,69 miliar.

Modalku Acquires Singapore-Based Fintech Payment “CardUp”

Modalku Group announced acquisition with an undisclosed amount over CardUp, a Singapore-based fintech startup providing payment solutions. CardUp capabilities are to enhance Modalku’s loan products in order to provide more integrated financial services for MSMEs in Southeast Asia.

Once the acquisition process is complete and approved by local regulators, the Modalku Group will welcome CardUp Co-founder Nicki Ramsay as a member of the management team to lead the payments business while retaining all CardUp employees in Asia.

In an official statement (29/6), Co-founder of Funding Societies and CEO of Modalku Indonesia, Reynold Wijaya, said that his team has known Nicki and CardUp since 2018. In terms of culture and strategy, this is quite a match for the Modalku Group.

He said, with this acquisition, the company can accelerate its leadership in the regional fintech market by combining payment service capabilities, improving user experience, and adding local licenses to Modalku Group’s digital lending services in key markets. “We are excited to work with the CardUp team. This is an honor for us,” said Reynold.

CardUp’s Founder and CEO, Nicki Ramsay said, “We also identify the Modalku Group as a perfect associate for the company’s expertise in payments. For him, this acquisition reflects the strong strategic and cultural synergy between the two companies.

“We have the same mission to empower MSMEs and have been providing the medium for them in business operations and cash flow management. We believe that CardUp has a bright future with the Modalku Group and we are delighted to be working together on this new journey,” Ramsay added.

CardUp will continue to operate its business and consumer services, also continue its long-term relationships with partners, card issuers, and media partners. The two companies will take advantage of synergies through complementary human resources, technological innovation, banking, and technology partnerships to continue to empower MSMEs in Southeast Asia.

This acquisition, Reynolds continued, is one of the most significant corporate actions during this year. In February, the company raised $294 million in Series C funding, with $144 million streaming from equity. Moreover, the company also invested in Bank Index in Indonesia, launched a virtual business card called Elevate in Singapore, and expanded business in Vietnam. “All of this is to strengthen and expand the range of corporate financial services for MSMEs.”

About CardUp

CardUp was founded in 2016 in Singapore, providing payment solutions for individuals and businesses to pay suppliers and receive payments from customers digitally. In addition to Singapore, the solution has been used by tens of thousands of businesses on various business and industrial scales (B2B and C2B) in Malaysia and Hong Kong. They use CardUp for transactions related to payroll, rent payments, corporate taxes, vendor payments, accounts receivable flows, and fees between countries.

CardUp is licensed by the Monetary Authority of Singapore (MAS) as a Major Payment Institution under the Payment Services Act and is also licensed by the Hong Kong Customs and Excise Department or HKCED. ) as a Financial Service Operator (Money Service Operator).

CardUp is in high demand from businesses looking to save time and money by digitizing payment transactions. This is reflected in the claimed quarterly growth of 53%.

Momentum for MSMEs

The acquisition is considered to have the right momentum, as the MSME segment is projected to drive Southeast Asia’s digital financial market to $60 billion by 2025, according to a Bain & Company report. Meanwhile, citing McKinsey, the business payments sector will grow at a CAGR of 10% over the next five years.

Modalku provides digital funding services, borrowers (potential MSMEs) can get an unsecured business capital loan of up to IDR 2 billion funded by platform lenders (individuals or institutions looking for alternative investments) through the digital market.

In addition to Indonesia, Modalku also operates in Singapore, Malaysia, Thailand, and Vietnam under the name Funding Societies. To date, the Modalku Group has succeeded in disbursing business loans of Rp. 35.14 trillion to more than 5 million MSME loan transactions in Southeast Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku Akuisisi CardUp, Startup Fintech Pembayaran Asal Singapura

Grup Modalku mengumumkan akuisisi terhadap CardUp, startup fintech penyedia solusi pembayaran dari Singapura dengan nominal dirahasiakan. Kapabilitas CardUp akan melengkapi produk-produk pinjaman Modalku dalam rangka menyediakan layanan keuangan yang lebih terintegrasi untuk UMKM di Asia Tenggara.

Setelah proses akuisisi selesai dan disetujui regulator setempat, Grup Modalku akan menyambut Co-founder CardUp Nicki Ramsay sebagai anggota tim manajemen untuk memimpin usaha pembayaran dengan tetap mempertahankan semua karyawan CardUp di Asia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (29/6), Co-founder Funding Societies dan CEO Modalku Indonesia Reynold Wijaya menuturkan, pihaknya sudah mengenal Nicki dan CardUp sejak 2018. Secara kultural dan strategis, CardUp sangat cocok bagi Grup Modalku.

Menurutnya, dengan akuisisi ini, perusahaan dapat mempercepat kepemimpinan perusahaan di pasar fintech regional dengan menggabungkan kapabilitas layanan pembayaran, meningkatkan user experience, dan menambah lisensi lokal ke layanan digital lending Grup Modalku di pasar-pasar utama. “Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan tim CardUp. Bergabung dengan mereka adalah suatu kehormatan bagi kami,” ucap Reynold.

Founder dan CEO CardUp Nicki Ramsay menambahkan, pihaknya juga melihat Grup Modalku sebagai pasangan komplementer untuk keahlian perusahaan di bidang pembayaran. Bagi dia, akuisisi ini mencerminkan sinergi strategis dan budaya yang kuat antara kedua pihak.

“Kami memiliki misi yang sama untuk memberdayakan UMKM dan selama ini menyediakan sarana bagi mereka untuk mendapatkan bisnis operasional dan mengelola arus kas. Kami percaya bahwa CardUp memiliki masa depan yang cerah dengan Grup Modalku dan kami senang akan bekerja sama dalam perjalanan baru ini,” kata Ramsay.

CardUp akan terus mengoperasikan layanan bisnis dan konsumennya, serta melanjutkan hubungan jangka panjangnya dengan para mitra, penerbit kartu, dan mitra media. Kedua perusahaan akan memanfaatkan sinergi, yaitu melalui sumber daya manusia yang komplementer, inovasi teknologi, kemitraan perbankan, dan teknologi untuk terus memberdayakan UMKM di Asia Tenggara.

Akuisisi ini, sambung Reynold, adalah salah satu aksi korporasi yang signifikan selama 2022. Pada Februari kemarin, perusahaan memperoleh pendanaan Seri C senilai $294 juta, dengan $144 juta di antaranya berasal dari pendanaan ekuitas. Berikutnya, berinvestasi terhadap Bank Index di Indonesia, meluncurkan kartu virtual usaha bernama Elevate di Singapura, dan perluas bisnis di Vietnam. “Semua ini dilakukan untuk memperkuat dan memperluas rangkaian layanan keuangan perusahaan bagi UMKM.”

Tentang CardUp

CardUp didirikan pada 2016 di Singapura, sediakan solusi pembayaran untuk individu dan badan usaha membayar pemasok dan menerima pembayaran dari pelanggan secara digital. Tak hanya Singapura, kini solusinya telah dimanfaatkan oleh puluhan ribu usaha dari berbagai skala bisnis dan industri (B2B dan C2B) di Malaysia dan Hong Kong. Mereka menggunakan CardUp untuk transaksi yang berhubungan dengan pembayaran gaji, pembayaran sewa, pajak korporat, pembayaran vendor, arus piutang, dan biaya antar negara.

CardUp memegang lisensi dari Monetary Authority of Singapore (MAS) sebagai Lembaga Pembayaran Signifikan (Major Payment Institution) di bawah Undang-Undang Layanan Pembayaran (Payment Services Act) dan juga terlisensi oleh Departemen Bea Cukai Hong Kong (Hong Kong Customs and Excise Department atau HKCED) sebagai Operator Layanan Keuangan (Money Service Operator).

CardUp memperoleh permintaan tinggi dari usaha-usaha yang ingin menghemat waktu dan uang lewat digitalisasi transaksi pembayaran. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan tiap kuartal yang diklaim sebesar 53%.

Momentum pangsa pasar UMKM

Langkah akuisisi dianggap memiliki momentum yang tepat, lantaran segmen UMKM diproyeksikan akan menggerakkan pasar keuangan digital Asia Tenggara menjadi sebesar $60 miliar pada 2025 mendatang, menurut laporan Bain & Company. Sementara, mengutip dari McKinsey, sektor pembayaran usaha akan tumbuh dengan CAGR 10% selama lima tahun ke depan.

Modalku menyediakan layanan pendanaan digital,  peminjam (UMKM yang berpotensi) bisa mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa jaminan hingga Rp2 miliar yang didanai oleh pendana platform (individu atau institusi yang mencari alternatif investasi) melalui pasar digital.

Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dengan nama Funding Societies. Sampai saat ini, Grup Modalku telah berhasil mencapai penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp35,14 triliun kepada lebih dari 5 juta transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Lanjutkan Ekspansi Regional ke Vietnam

Grup Modalku meresmikan ekspansi bisnisnya di Vietnam. Langkah ini menandai ekspansi kelima Grup Modalku di Asia Tenggara setelah Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand, untuk mengakomodasi pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan akses permodalan.

Adapun, Grup Modalku sudah beroperasi di Vietnam sejak Desember 2021. Hingga saat ini, perusahaan telah mencairkan pinjaman lebih dari $20 juta, dan jumlahnya akan ditingkatkan menjadi $90 juta pada tahun ini.

Dengan ekspansi ini, Grup Modalku akan melayani UMKM di berbagai sektor, seperti pendidikan, ritel, teknologi, dan FMCG, dengan menawarkan produk pembiayaan perdagangan, pembiayaan inventaris, pembiayaan piutang dan utang di Ho Chi Minh, Hanoi, dan sekitarnya.

“Ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun tim yang solid dan mengamankan pendanaan mengingat situasi pandemi mulai menurun di global. Kami yakin Vietnam akan menjadi salah satu pasar terbesar kami dengan melihat potensinya,” ucap Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya dalam keterangan resminya.

Sejak pandemi Covid-19, akses terhadap permodalan menghambat pertumbuhan UMKM di Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, UMKM mengambil porsi sebanyak 98% dari total bisnis di 2020. Namun, hanya 54% UMKM terdaftar yang aktif beroperasi di 2019. Padahal, UMKM telah memberikan lapangan pekerjaan terhadap 5,6 juta orang dan menyumbang lebih dari $241 miliar atau 40% dari PDB di Vietnam.

Menurut Country Director Funding Societies Vietnam Ryan Galloway, UMKM di Vietnam tidak punya akses ke badan usaha permodalan yang setara layaknya di kawasan Asia Tenggara lain. Kendati begitu, pelaku usaha di Vietnam memiliki daya saing kuat dengan sumber daya terbatas.

“Kami bersemangat untuk mendukung sektor UMKM yang sedang berkembang di sini sehingga kami dapat melayani kebutuhan jutaan UMKM di seluruh Asia Tenggara,” tambah Galloway.

Adaptasi pasar

Mengawali 2022, raksasa teknologi Vietnam, VNG Corporation menyuntik $22,5 juta di Grup Modalku sebagai bagian dari pendanaan seri C+ sebesar $144 juta dan fasilitas dana pinjaman $150 juta. Selain VNG, putaran pendanaan ini turut melibatkan investor lain, termasuk SoftBank Vision Fund 2, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan K3 Ventures.

Menurut Reynold, keterlibatan investasi VNG akan memampukan Grup Modalku untuk beradaptasi di pasar lokal sehingga dapat menciptakan solusi sesuai kebutuhan bisnis di Vietnam.

Lebih lanjut, menyusul kesuksesan Grup Modalku di negara lain, Galloway menyebut akan mempersingkat waktu penyelesaian proses pinjaman dengan melakukan otomatisasi pada proses operasional dan penilaian (underwriting) bagi para pelaku UMKM di Vietnam.

Selain itu, Grup Modalku juga berencana menghadirkan pendanaan digital secara nasional dengan mata uang lokal di pertengahan tahun ini. Grup Modalku juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai platform teknologi dan perbankan demi mendukung misi jangka menengah dan panjang menjadi neobank.

Sebagai informasi, baru-baru ini Grup Modalku bersama platform jual-beli otomotif Carro mengumumkan investasi saham bersama (co-investment) di PT Bank Index Selindo (Bank Index). Tidak disebutkan nilai investasi bersama ini.

Grup Modalku, atau dikenal sebagai Funding Societies, mengklaim sebagai satu-satunya platform pendanaan UMKM berbasis digital yang punya lisensi dan terdaftar di lima negara di Asia Tenggara. Di tahun ketujuh beroperasi, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp33,27 triliun ke lebih 5 juta pinjaman.

Modalku berupaya untuk mengatasi kesenjangan keuangan bagi pelaku UMKM di Asia Tenggara. Produk yang ditawarkan antara lain fasilitas pinjaman berjangka hingga berbagai opsi pembiayaan berbasis perdagangan, seperti invoice financing.

Application Information Will Show Up Here

Modalku and Carro Announces “Co-Investment” to Bank Index

Modalku Group (known as Funding Societies in Singapore, Malaysia and Thailand) partners with automotive trading platform, Carro, announced a co-investment in PT Bank Index Selindo (Bank Index). The value of this joint investment is still undisclosed.

In the official statement, Modalku’s Co-founder & CEO, Reynold Wijaya said this collaboration is to support Modalku’s business strategy to enter the neobank industry. In addition, he considered Bank Index to be the right partner to empower and develop MSMEs.

“Since 2015, Modalku Group has been a partner in the banking industry in all of our operational areas. The partnership with Bank Index will bring fintech and banking collaboration to a higher level. We want to support MSMEs across banking, payments, loans and digital services,” Reynolds said.

Carro Indonesia’s CEO, Jeremy Ong agreed on this co-investment step to be the native option to be part of the journey to build capabilities and infrastructure in the automotive ecosystem, both in terms of purchasing, MSMEs, to insurance.

Previously, Carro has entered the ranks of Allo Bank investors with Bukalapak and Grab.

On a general note, Bank Index is a private bank with 52 office networks in Greater Jakarta, Java, Sumatra, Bali and Batam. Bank Index focuses on the MSME segment and operates in the commercial supply chain.

The Modalku Group is a funding platform for MSMEs in Southeast Asia that has licenses in Singapore, Indonesia, Thailand, Malaysia, and currently available in Vietnam. Modalku offers loans of up to IDR 2 billion for MSMEs who have difficulty with business capital.

According to the latest data, the Modalku Group has disbursed around Rp33.02 trillion business loans with through 5 million MSME loans.

Financial inclusion through neobank

Some fintech players are also announcing their collaboration or synergy with banks. The purpose of this act is none other than to expand financial services, especially to the MSME and unbanked segments.

Previously, KoinWorks partners with Bank Sampoerna to launch the neobank service, KoinWorks NEO. At that time, KoinWorks’ Co-founder & CEO, Benedicto Haryono said that neobank was the first gateway to increase MSME capabilities, which were still underserved and underbanked, before advancing to a higher level and worthy of access to credit.

As summarized in the AFTECH 2021 Annual Report, OJK noted that the financial literacy index in Indonesia rose 8.3% from 29.7% in 2016 to 38% in 2019. The growth of this index indicates the importance of expanding fintech services to rural areas. Meanwhile, 69% of fintech players have served this area.

However, Indonesian  fintech players still facing big challenges to expand their business outside Jakarta, where 23% and 19% of respondents admit that it is difficult to expand outside Java and rural areas due to financial literacy (55%), infrastructure (44%), and culture (20%).

Meanwhile, this report states that fintech services in the neobank, IKD, wealth management, and securities crowdfunding categories are still in a growth phase due to new regulatory factors for banks, especially those related to digital banks, therefore, market development is not optimal in terms of product and service offerings.

However, these four categories are considered to finally raising traction in the market in line with increasing efforts by players in the financial ecosystem to expand financial inclusion beyond tier 1 cities.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku dan Carro Umumkan “Co-Investment” di Bank Index

Grup Modalku (dikenal sebagai Funding Societies di Singapura, Malaysia, dan Thailand) bersama platform jual-beli otomotif Carro mengumumkan investasi saham bersama (co-investment) di PT Bank Index Selindo (Bank Index). Tidak disebutkan nilai investasi bersama ini.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, kolaborasi ini mendukung strategi bisnis Modalku untuk masuk ke industri neobank. Di samping itu, ia menilai Bank Index menjadi partner yang tepat untuk memberdayakan dan mengembangkan UMKM.

“Sejak 2015, Grup Modalku telah menjadi mitra industri perbankan di seluruh wilayah operasional kami. Kemitraan dengan Bank Index akan membawa kolaborasi fintech dan perbankan ke level lebih tinggi. Kami ingin mendukung UMKM di lintas perbankan, pembayaran, pinjaman, dan layanan digital,” ujar Reynold.

CEO Carro Indonesia Jeremy Ong juga mengatakan bahwa langkah co-investment ini menjadi opsi natural untuk menjadi bagian dari perjalanan membangun kapabilitas dan infrastruktur di ekosistem otomotif, baik dalam hal pembelian, UMKM, hingga asuransi.

Carro sebelumnya juga masuk ke jajaran investor Allo Bank bersama Bukalapak dan Grab.

Sebagai informasi, Bank Index merupakan bank swasta dengan 52 jaringan kantor di Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Bali, dan Batam. Bank Index memiliki fokus di segmen UMKM dan menjalankan bisnis pada rantai pasokan komersial.

Adapun Grup Modalku merupakan platform pendanaan bagi UMKM di Asia Tenggara yang memiliki lisensi di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan saat ini juga beroperasi di Vietnam. Modalku menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar bagi para UMKM yang kesulitan dengan modal bisnis.

Menurut data terbaru, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman usaha sebesar Rp33,02 triliun kepada dengan jumlah transaksi mencapai 5 juta pinjaman UMKM.

Inklusi keuangan via neobank

Sejumlah pelaku fintech ramai-ramai mengumumkan kolaborasi atau sinerginya bersama perbankan. Tujuan kolaborasi ini tak lain untuk memperluas layanan keuangan, terutama ke segmen UMKM dan unbanked.

Sebelum ini, KoinWorks menggandeng Bank Sampoerna untuk meluncurkan layanan neobank UMKM KoinWorks NEO. Kala itu, Co-founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyebut neobank menjadi gerbang awal untuk meningkatkan kapabilitas UMKM yang masih underserved dan underbanked, sebelum naik tingkat dan layak mendapat akses kredit.

Sebagaimana terangkum dalam Laporan Tahunan AFTECH 2021, OJK mencatat indeks literasi keuangan di Indonesia naik 8,3% dari 29,7% di 2016 menjadi 38% di 2019. Pertumbuhan indeks ini menandakan pentingnya perluasan layanan fintech hingga ke pedesaan. Adapun, 69% pelaku fintech sudah melayani area tersebut.

Namun, pelaku fintech di Indonesia masih menemui tantangan besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke luar Jakarta, di mana 23% dan 19% responden mengaku sulit ekspansi ke luar Jawa dan pedesaan karena faktor literasi keuangan (55%), infrastruktur (44%), dan budaya (20%).

Adapun, laporan ini menyebutkan layanan fintech di kategori neobank, IKD, wealth management, dan securities crowdfunding masih dalam fase pertumbuhan dikarenakan faktor regulasi baru bank, terutama terkait bank digital, hingga belum optimalnya penggarapan pasar dari sisi penawaran produk dan layanan.

Akan tetapi, keempat kategori ini dinilai mulai menggalang daya tarik di pasar sejalan dengan meningkatkan upaya pelaku di ekosistem keuangan untuk memperluas inklusi keuangan ke luar kota-kota tier 1.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Lakukan Pembelian Kembali ESOP Senilai 229 Miliar Rupiah

Grup Modalku (dikenal sebagai Funding Societies di Singapura, Malaysia, dan Thailand) mengumumkan pembelian kembali Program Kepemilikan Saham oleh Karyawan atau Employee Stock Option Plan (ESOP) senilai $16 juta atau setara 229,3 miliar Rupiah. Aksi korporasi ini menyusul putaran pendanaan seri C+ senilai $294 juta atau 4,21 triliun Rupiah yang diperoleh Februari lalu.

Pengumuman kali ini juga menandai keempat kalinya Modalku menerbitkan kebijakan ESOP karyawan dan mantan karyawan perusahaan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Co-founder Funding Societies & CEO Modalku Indonesia Reynold Wijaya mengungkap bahwa SDM menjadi kunci utama perusahaan. Pihaknya ingin memberikan apresiasi kepada tim yang berdedikasi dan memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan visi perusahaan, yakni memberdayakan UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Sebelum putaran seri C+, Grup Modaku mencatat tingkat pengurangan karyawan terendah serta tingkat kebahagiaan/kepuasan tertinggi sejak perusahaan berdiri. Terlepas dari dampak Covid-19, kami telah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengapresiasi tim kami melalui berbagai inisiatif termasuk komunikasi internal, pembelajaran dan pengembangan karyawan, serta ESOP,” ungkapnya.

Sebagai informasi, kebijakan ESOP dirancang untuk menciptakan inklusivitas dan kesetaraan di lingkup perusahaan. Kebijakan ini berlaku bagi karyawan dan mantan karyawan yang memenuhi syarat.

Bagi karyawan Modalku yang memenuhi syarat, mereka akan mendapatkan ESOP setiap 2 tahun masa kerja di perusahaan. Modalku juga menawarkan sebesar 50% dari total gaji tahunan dalam pembagian ESOP bagi karyawan baru yang memenuhi syarat.

Para karyawan dan mantan karyawan berhak untuk menjual saham mereka tanpa potongan pada harga saham seri C+ kepada investor yang masuk dibandingkan dengan potongan 20% di industri pada umumnya. Namun, mereka juga dapat memilih untuk mempertahankan atau mengubah ESOP pribadi menjadi saham sehingga dapat menjadi pemegang saham secara efektif.

Berdasarkan data perusahaan, para karyawan dan mantan karyawan telah menguangkan saham ESOP senilai $3,5 juta atau setara Rp50,1 miliar.Terdapat lebih dari 120 karyawan dan mantan karyawan yang telah menerima hadiah uang tunai dari pembelian kembali saham ini sejak berdirinya Grup Modalku.

“Target kami selanjutnya adalah meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja bagi karyawan yang juga orang tua. Beberapa langkah yang telah kami ambil adalah menyediakan tunjangan keluarga yang lebih baik dan membuka kesempatan untuk posisi paruh waktu dengan jam kerja yang lebih fleksibel,” ujarnya.

Pendanaan seri C+

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Grup Modalku memperoleh pendanaan seri C+ senilai $144 juta (sekitar 2,06 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Softbank Vision Fund 2, dengan partisipasi dari VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan investor sebelumnya, seperti Sequoia Capital India dan BRI Ventures.

Selain itu, perusahaan juga mendapatkan fasilitas pinjaman terbaru sebesar $150 juta (sekitar 2,15 triliun) dari lembaga keuangan di Eropa, Amerika serikat, dan Asia.

Dari pendanaan terbaru tersebut, sebanyak $16 juta atau sekitar Rp229 miliar akan digunakan untuk mendanai pembelian kembali saham (ESOP). Selain itu, pendanaan ini juga akan digunakan untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pendanaan digital dalam skala regional. Pihaknya akan mengelola pengeluaran serta meningkatkan layanan B2B Payments bagi UMKM di Asia Tenggara dalam rangka menjadi neobank.

Sebagai informasi, Grup Modalku, Funding Societies, merupakan platform pendanaan bagi UMKM di Asia Tenggara yang memiliki lisensi di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan saat ini juga beroperasi di Vietnam. Di Indonesia, Modalku menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar bagi para UMKM yang kesulitan dengan modal bisnis.

Berdasarkan data terakhir, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman UMKM sebesar $2 miliar dan mendanai lebih dari 4,9 juta transaksi di Asia Tenggara dalam 6 tahun.

Application Information Will Show Up Here