Modalku Debuts in Thailand, Securing Early Stage Funding from 500 Tuktuk

Funding Societies (known as Modalku in Indonesia) announced its operational debut in Thailand, after obtaining a crowdfunding license from the Thailand Securities and Exchange Commission (SEC) in February 2021. Simultaneously, the company secured early stage funding with an undisclosed nominal from 500 TukTuks.

Apart from Modalku, another fintech company pursuing on the same opportunity in the regional arena is Investree. In addition, Danacita has also been available in Thailand.

500 TukTuk is a venture capital part of 500 Startups which focuses on early-stage funding for startups across Thailand and CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar, and Vietnam).

Funding Societies Thailand’s Country Head, Varun Bhandari said, the company’s vision is to always serve credit-worthy SMEs while growing wealth for investors. “[..] We believe that this will pave the way for Funding Societies to become the first choice digital lender for SMEs,” he said in an official statement.

500 TukTuk’s Partner, Krating Poonpol added, fintech is one of the rising industries with exponential growth in recent years. In Southeast Asia, there are many successful fintech startups due to many different factors including its large market size, population size, established financial institutions, and businesses that are open to new technologies and innovations.

They discover an opportunity for Funding Societies to grow exponentially with its capacity to solve the challenges faced by SMEs and startups in the region. “We strongly believe that Funding Societies can strengthen the Thai economy by offering solutions for entrepreneurs in Thailand,” he said.

Since the launching in Thailand, Funding Societies has funded local Thai SMEs and startups of up to more than THB100 million (approximately 42 billion Rupiah) at affordable prices, with no bad credit. Also, partnering with Central Retail, NocNoc, Freshket, and Accrevo as institutional lenders.

Funding Societies offer short-term financing to businesses, connecting them to retail and institutional clients seeking attractive alternative investment opportunities. In Thailand, there are more than 3 million SMEs operating in various industries, and more than 60% of them have experienced declining income due to the pandemic.

Many of these SMEs have no access to adequate funding from traditional financial institutions. As small businesses become the backbone of the economy, Funding Societies is committed to bridging the SME financing gap in the region by providing flexible loan products to meet working capital and expansion needs such as invoice financing, PO financing, project financing and term loans of up to THB 50 million (approx. 21 billion Rupiah).

The Modalku Group was founded in 2015 to address the S$300 billion SME funding gap, with the strong belief that every eligible SME deserves funding. Over the past six years, the company has disbursed over 58 billion (over 21 trillion Rupiah) THB through 4.8 million loans to more than 70,000 SMEs throughout the Southeast Asia region.

Its default rate during the pandemic remains less than 2%, supported by an AI-led credit scoring model. The platform has been trusted by regional partners such as Lazada, Shopee, CIMB, and FoodPanda, to fund SMEs in the supply chain, such as suppliers, distributors or merchants.

Southeast Asia SME market

Based on a study by the Asian Development Bank entitled “Asia Small and Medium Sized Enterprise Monitor 2020”, MSMEs accounted for an average of 97% of all types/scale companies, 69% of the total workforce, and 41% of the country’s gross domestic product (GDP) during 2010-2019.

The Covid-19 pandemic in 2020 exacerbated the high tense global trade and economic uncertainty in the region. In many ways, MSMEs hold the key to economic recovery in Asia’s developing countries.

Indonesia is a Southeast Asia’s country with the largest number of MSMEs in the region at 64 million, followed by Thailand with 3.5 million, and the Philippines with 1.2 million MSME units.

MSMEs are a major and important force to drive the Southeast Asian economy. The number is 97% of the business world and absorbs 97% of the national workforce from 2010 to 2019 period. MSMEs also contribute an average of 41% of GDP for each country in the same period.

However, there are still many business players have no access to financing. Many of them are considered ineligible to borrow from banks with no credit history.

Fintech can make it easier for MSMEs to optimize the effectiveness and efficiency of business operations, as well as make it easier for MSMEs with no sufficient requirements to access banking financing, in accessing working capital financing.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mulai Beroperasi, Modalku Thailand Terima Pendanaan Tahap Awal dari 500 TukTuk

Funding Societies (dikenal sebagai Modalku di Indonesia) mengumumkan dimulainya operasional di Thailand, setelah mendapat lisensi crowdfunding dari Thailand Securities and Exchange Commission (SEC) pada Februari 2021. Bersamaan dengan itu, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari 500 TukTuk.

Selain Modalku, perusahaan fintech lainnya yang turut menggarap peluang yang sama di kancah regional adalah Investree. Selain itu, terdapat Danacita yang sudah hadir di Thailand.

500 TukTuk merupakan modal ventura bagian dari 500 Startups yang berfokus pada pendanaan tahap awal untuk startup yang tersebar di Thailand dan CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar, and Vietnam).

Country Head of Funding Societies Thailand Varun Bhandari mengatakan, visi perusahaan adalah selalu melayani UKM yang layak mendapat kredit sambil menumbuhkan kekayaan bagi investor. “[..] Kami percaya bahwa ini akan membuka jalan bagi Funding Societies untuk menjadi pemberi pinjaman digital pilihan bagi UKM,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Partner 500 TukTuk Krating Poonpol menambahkan, fintech adalah salah satu industri yang sedang naik daun yang tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir. Di Asia Tenggara, ada banyak startup fintech yang sukses karena banyak faktor yang berbeda termasuk ukuran pasarnya yang besar, jumlah populasi, lembaga keuangan yang mapan, dan bisnis yang terbuka untuk teknologi dan inovasi baru.

Pihaknya melihat peluang bagi Funding Societies untuk tumbuh secara eksponensial dengan kapasitasnya untuk memecahkan tantangan yang dihadapi oleh UKM dan startup di wilayah ini. “Kami sangat percaya bahwa Funding Societies dapat memperkuat ekonomi Thailand dengan menawarkan solusi bagi para pengusaha di Thailand,” ucapnya.

Sejak diluncurkan di Thailand, Funding Societies telah mendanai UKM dan startup lokal Thailand hingga lebih dari THB100 juta (sekitar 42 miliar Rupiah) dengan harga terjangkau, tanpa kredit macet. Serta, bermitra dengan Central Ritel, NocNoc, Freshket, dan Accrevo sebagai lender institusinya.

Funding Societies menawarkan pembiayaan jangka pendek untuk bisnis, menghubungkan mereka ke klien ritel dan institusi yang mencari alternatif peluang investasi yang menarik. Di Thailand, ada lebih dari 3 juta UKM beroperasi di berbagai industri, dan lebih dari 60% di antaranya mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi.

Banyak dari UKM ini tidak memiliki akses ke pendanaan yang memadai dari lembaga keuangan tradisional. Karena usaha kecil adalah tulang punggung perekonomian, Funding Societies berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan UKM di kawasan ini dengan menyediakan produk pinjaman yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan ekspansi seperti pembiayaan faktur, pembiayaan PO, pembiayaan proyek dan pinjaman berjangka hingga THB 50 juta (sekitar 21 miliar Rupiah).

Grup Modalku didirikan pada 2015 untuk mengatasi kesenjangan pendanaan UKM sebesar S$300 miliar, dengan keyakinan kuat bahwa setiap UKM yang layak berhak mendapatkan pendanaan. Selama enam tahun terakhir, perusahaan telah menyalurkan lebih dari THB 58 miliar (lebih dari 21 triliun Rupiah) melalui 4,8 juta pinjaman kepada lebih dari 70.000 UKM di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Tingkat default-nya selama pandemi tetap kurang dari 2%, didukung oleh model penilaian kredit yang dipimpin AI. Platform-nya telah dipercaya oleh mitra regional seperti Lazada, Shopee, CIMB, dan FoodPanda, untuk mendanai UKM dalam rantai pasokan, seperti pemasok, distributor, atau pedagang.

Pasar UMKM di Asia Tenggara

Berdasarkan studi oleh Asian Development Bank bertajuk “Asia Small and Medium Sized Enterprise Monitor 2020”, UMKM menyumbang rata-rata 97% dari semua jenis/skala perusahaan, 69% dari total tenaga kerja, dan 41% dari produk domestik bruto (PDB) negara selama 2010-2019.

Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 memperburuk tensi perdagangan global yang sudah meningkat dan ketidakpastian ekonomi di wilayah regional. Dalam banyak hal, UMKM memegang kunci pemulihan ekonomi di negara berkembang Asia.

Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mempunyai jumlah UMKM terbesar di kawasan sebanyak 64 juta disusul oleh Thailand dengan 3,5 juta, dan Filipina dengan 1,2 juta unit UMKM.

UMKM merupakan kekuatan utama dan penting untuk mendorong perekonomian Asia Tenggara. Jumlahnya 97% dari dunia usaha dan menyerap 97% angkatan kerja nasional dalam periode 2010 hingga 2019. UMKM juga menyumbang rata-rata 41% dari PDB tiap negara dalam periode yang sama.

Namun, masih ada banyak pelaku usaha yang belum memiliki akses terhadap pembiayaan. Banyak dari mereka dianggap tidak memenuhi syarat meminjam di bank dan tidak memiliki histori kredit.

Fintech dapat memudahkan UMKM untuk mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi operasional usaha, serta memudahkan UMKM yang tidak memiliki persyaratan cukup untuk mengakses pembiayaan perbankan, dalam mengakses pembiayaan modal kerja.

Modalku Group Obtains Additional 256 Billion Rupiah Debt Funding

The Modalku Group announced $18 million (over 256 billion Rupiah) debt funding from a syndicate led by three financial institutions, Helicap Investments, the Social Impact Debt Fund (managed by Taurus Wealth Advisors), and a Japan based financial services group. This round is part of the company’s current debt funding target to raise $120 million.

These debt funds will be redistributed to finance MSMEs in the four countries where Modalku Group operates.

Separately, based on DailySocial.id’s source, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) channeled equity investment in a Series C round for Modalku worth of $15 million (over 213 million Rupiah).

Previously, in April 2020, the Modalku Group announced a series C equity funding worth of $40 million from a number of investors, including Softbank through the Growth Acceleration Fund, BRI Ventures, and Sequoia through SCI Investments.

In an official statement, through this debt funding, Helicap Securities acts as the main board with a single mandate, along with funding received from impact investors from Europe, such as Triodos Investment Management which has been Modalku’s institutional lender since late 2019.

Modalku’s Co-founder and CEO, Reynold Wijaya said, the Covid-19 pandemic is an important test for Modalku Group’s resilience and he is grateful to have successfully passed it, one way is by using a credit model based on Artificial Intelligence (AI).

“We will use the funds to continue developing the digital lending sector for SMEs. We believe that this is the beginning of a long-term relationship and will consistently drive the evolution of the company going forward,” he said, Thursday (7/10).

Helicap Pte. Ltd.’s Co-founder and CEO, David Z. Wang added, Helicap was established aiming to break down barriers for those in need for capital and those who can provide venture capital. This transaction proves that the interest and ability of individuals and institutions for financing opportunities through private loans remains and is sustainable.

“Helicap is in the right position to provide access to quality loans through our relationships with well-known lenders such as Modalku Group,” he said.

Modalku Group was founded in 2015 as a p2p lending startup that provides business loans for MSMEs. Companies use technology to support creditworthy MSMEs, but do not have access to financial services. More than 50% of each ASEAN member country’s GDP is MSMEs contribution, however, as many MSMEs have no history of credit scoring, their application for business loans usually rejected by traditional lending institutions.

The Modalku Group provides easier access to funding using alternative data points, including but not limited to MSME cash flows (which indicate their ability to repay loans), to approve loans.

In early February 2021, Modalku Group announced its expansion to Thailand after securing a loan crowdfunding license from the Thailand Securities and Exchange Commission (SEC). By using the Funding Societies brand, such as its operations in Malaysia and Singapore, the company wants to solve the challenge of 3 million MSMEs which business is hampered due to the difficult access for business loans, especially short-term loans.

The issue is similar to Indonesia as conventional financial institutions are more focused on long-term loans and loans without collateral.

It’s relatively low on productive sector

According to DSResearch and AFPI report, as many as 36.1 million borrowers in the productive sector borrowed Rp. 2.5 million to Rp. 25 million. Only 17.6% of them borrowed more than Rp500 million last year. This sector still require improvement by regulators, especially during this pandemic, many MSMEs are negatively impacted and have to survive.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Grup Modalku Peroleh Tambahan Debt Funding 256 Miliar Rupiah

Grup Modalku mengumumkan telah memperoleh dana pinjaman (debt funding) sebesar $18 juta (lebih dari 256 miliar Rupiah) dari sindikasi yang dipimpin tiga institusi keuangan, yakni Helicap Investments, Social Impact Debt Fund (dikelola oleh Taurus Wealth Advisors), dan suatu grup layanan keuangan dari Jepang. Putaran ini adalah bagian dari pendanaan debt yang sedang digelar perusahaan yang menargetkan dapat menghimpun dana sebesar $120 juta.

Dana pinjaman ini akan disalurkan kembali untuk membiayai UMKM di empat negara di mana Grup Modalku beroperasi.

Secara terpisah, menurut informasi yang didapat DailySocial.id, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) berinvestasi dalam bentuk ekuitas untuk Modalku sebesar $15 juta (lebih dari 213 juta miliar Rupiah) dalam putaran Seri C.

Sebelumnya, pada April 2020, Grup Modalku mengumumkan pendanaan ekuitas seri C sebesar $40 juta dari sejumlah investor, di antaranya Softbank melalui Growth Acceleration Fund, BRI Ventures, dan Sequoia melalui SCI Investments.

Dalam keterangan resminya, melalui pendanaan debt yang diumumkan ini, Helicap Securities bertindak sebagai pengurus utama dengan mandat tunggal, bersama dengan pendanaan yang diterima dari impact investor dari Eropa, seperti Triodos Investment Management yang telah menjadi jajaran lender institusi di Modalku sejak akhir 2019.

Co-founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menuturkan, pandemi Covid-19 merupakan ujian penting bagi daya tahan Grup Modalku dan pihaknya bersyukur telah sukses melewatinya, salah satu caranya dengan menggunakan model kredit yang berdasarkan Artificial Intelligence (AI).

“Pendanaan akan kami gunakan untuk terus mengembangkan dunia pinjaman digital bagi UKM. Kami percaya bahwa ini adalah awal mula dari hubungan jangka panjang dan akan memotori evolusi perusahaan secara konsisten ke depannya,” kata dia, Kamis (7/10).

Co-founder dan CEO Helicap Pte. Ltd., David Z. Wang menambahkan, Helicap didirikan dengan tujuan mendobrak hambatan-hambatan bagi mereka yang membutuhkan modal usaha dan mereka yang dapat menyediakan modal usaha. Transaksi ini membuktikan bahwa minat dan kemampuan dari individu dan institusi untuk peluang pendanaan melalui pinjaman swasta tetap ada dan berkelanjutan.

“Helicap berada dalam posisi yang tepat untuk menyediakan akses ke pinjaman-pinjaman berkualitas melalui hubungan kami dengan penyedia pinjaman ternama seperti Grup Modalku,” ujarnya.

Grup Modalku didirikan pada 2015 sebagai startup p2p lending yang menyediakan pinjaman usaha bagi UMKM. Perusahaan memanfaatkan teknologi untuk mendukung UMKM layak kredit, namun tidak memiliki akses ke layanan keuangan. Lebih dari 50% PDB setiap negara anggota ASEAN adalah kontribusi dari UMKM, namun karena banyak UMKM yang tidak memiliki riwayat transaksi kredit atau jaminan pinjaman, sering kali mereka ditolak saat mengajukan pinjaman usaha ke institusi pinjaman tradisional.

Grup Modalku mempermudah akses ke pendanaan menggunakan titik data alternatif, termasuk tetapi tidak terbatas ke arus kas UMKM (yang menunjukkan kemampuannya membayar kembali pinjaman), untuk menyetujui pinjaman.

Pada awal Februari 2021, Grup Modalku umumkan ekspansi ke Thailand setelah mengantongi lisensi crowdfunding pinjaman dari Thailand Securities and Exchange Commission (SEC). Dengan menggunakan brand Funding Societies, seperti operasionalnya di Malaysia dan Singapura, perusahaan ingin menyelesaikan tantangan 3 juta UMKM yang terhambat bisnisnya karena sulit memperoleh pinjaman usaha, khususnya pinjaman jangka pendek.

Isunya sama seperti di Indonesia karena institusi keuangan konvensional di sana lebih fokus ke pinjaman jangka panjang dan pinjaman tanpa agunan.

Porsi sektor produktif masih minim

Menurut laporan DSResearch dan AFPI, pada tahun lalu sebanyak 36,1 juta peminjam di sektor produktif meminjam Rp2,5 juta-Rp25 juta. Hanya 17,6% di antaranya yang meminjam lebih dari Rp500 juta. Sektor ini masih perlu digenjot lebih lanjut oleh regulator, terlebih lagi di masa pandemi ini banyak UMKM yang terpukul dan harus tetap bertahan.

 

Application Information Will Show Up Here

 

Peroleh Izin, Grup Modalku Resmi Ekspansi ke Thailand

Modalku (dikenal sebagai Funding Societies di Singapura dan Malaysia) mengumumkan ekspansi ke Thailand, pasca mengantongi lisensi crowdfunding pinjaman oleh regulator Thailand Securities and Exchange Commission (SEC). Di bawah brand Funding Societies, perusahaan akan fokus menawarkan pinjaman usaha untuk pelaku UMKM dan alternatif investasi untuk para pendana.

Bicara pangsa pasar, terdapat lebih dari 50% dari total 3 juta UMKM di Thailand terhambat bisnisnya karena sulit memperoleh pinjaman usaha, khususnya pinjaman modal usaha jangka pendek. Sama seperti di Indonesia, institusi keuangan konvensional di sana lebih fokus ke pinjaman jangka panjang atau pinjaman dengan agunan.

Menurut International Finance Corporation, situasi ini menyebabkan adanya kesenjangan dana usaha lebih dari $40 miliar bagi UMKM Thailand. Kurangnya pendanaan ini diperparah oleh pandemi Covid-19, yang mana kreditur telah mengurangi akses pinjaman demi mengelola risiko finansial.

“UMKM berkontribusi terhadap 40% dari PDB Thailand, tetapi segmen ini menghadapi banyak tantangan saat berusaha mengakses pinjaman dari institusi konvensional, mulai dari kurangnya aset untuk jaminan, persyaratan dokumen yang sulit, dan proses persetujuan yang panjang,” ucap Country Head Funding Societies Thailand Varun Bhandari dalam keterangan resmi, Rabu (10/2).

Di negara tersebut, Funding Societies akan menyediakan berbagai opsi pinjaman tanpa agunan untuk membantu UMKM ekspansi bisnis, memperoleh usaha, atau membiayai proyek. Pemilik usaha dapat mengisi formulir aplikasi online yang simpel, mengirimkan beberapa dokumen, lalu menerima persetujuan pinjaman dalam tiga hari kerja.

Grup Modalku juga telah mengadakan kerja sama regional dengan Lazada, Zilingo, dan Bank CIMB untuk turut melayani UMKM dalam ekosistem mereka.

Dari sisi pendana, mereka dapat masuk ke dalam platform crowdfunding untuk mengakses kesempatan mendanai berbagai pinjaman usaha. Melalui aktivitas pendanaan, pendana mendapat kesempatan diversifikasi alternatif investasi yang menarik.

Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya menambahkan, “Harapan kami dengan semakin luasnya jangkauan Grup Modalku di Asia Tenggara, khususnya Thailand, kami bisa mendukung lebih banyak UMKM berpotensi untuk mengembangkan bisnisnya. [..] Melalui kolaborasi antar negara, Grup Modalku akan terus berinovasi untuk menjadi platform fintech terpilih.”

Di tengah pandemi, manajemen risiko Grup Modalku yang kuat telah mempertahankan tingkat default pinjaman di bawah 2%.

Modalku menyediakan layanan p2p lending untuk UMKM yang berpotensi dengan pinjaman modal tanpa jaminan hingga Rp2 miliar. Sampai saat ini, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman usaha sekitar Rp21,8 triliun kepada lebih dari 3,7 juta transaksi pinjaman.

Di Negeri Gajah Putih ini, juga diwarnai oleh segelintir startup dari Indonesia yang pede untuk keluar kandang. Investree dan DanaCita adalah dua perusahaan yang datang dari fintech lending. Investree sendiri dalam kabar terakhir tinggal menunggu izin di keluarkan oleh SEC, perusahaan ini baru mengantongi izin operasional di Filipina.

Sebagian besar perusahaan datang dari luar Indonesia, mayoritas dari Singapura, lalu masuk ke Indonesia dengan melokalisasi nama brand-nya. Kredit Pintar termasuk dalam kelompok ini.

Di vertikal lain, ada Gojek, Jet Commerce, JavaMifi, PasarPolis, Jala (masih finalisasi) yang beroperasi di Thailand. Sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina juga turut disasar oleh Ruangguru, Sociolla, Xendit, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Modalku’s Parent Company to Proceed with Series C Funding Worth Over 625 Billion Rupiah

Modalku’s parent company, Funding Societies, is said to raise series C funding worth of $40 million (over 625 billion Rupiah). It was first published by TechInAsia.

Further details are yet to announce since the process is still ongoing. Modalku’s Co-Founder & CEO, Reynold Wijaya, confirmed the news to DailySocial. “Close soon” he said.

In general, he said the fresh money will be distributed to support all aspects of the company’s strategies, including to empower Indonesia’s SMEs. “We’ll keep monitoring the global economic situation in order for this funding can be optimized.”

The current wave of the Covid-19 pandemic forced Modalku to make various internal and external anticipatory measures. From the external side, the company prepared consideration steps to restructure credit according to the regulator’s recommendations. Reynold claimed his team is currently in discussion with the affected borrowers.

In terms of business, the company has now supported health facilities registered as BPJS Health partners to get early payment from Modalku for the BPJS Health bill until payment is completed. They also provide loan facilities to support the health sector, both suppliers of medical devices and health facilities that require medical devices.

Internally, the company also conducts streamline operations to improve efficiency to simplify the operational process. As Reynold said, in these conditions, it is important for companies to stabilize the company’s pace and continue to grow in a healthy manner. Therefore, he avoids calling the initiative as layoff.

“It is not actually a layoff. In Indonesia, we held streamline operations to be more efficient. Macroeconomic condition due to this pandemic has affected SMEs who happened to be Modalku’s borrowers, hence affected our business operation,” he concluded.

Funding Societies announced Series B funding in 2018 of $25 million. It was led by Softbank Ventures Korea, with participation of  Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and Line Ventures.

Last year, the company received debt funding with an undisclosed value from Triodos Microfinance Fund and Triodos Fair Share Fund. The company also invested in Paper.id in the Series A stage, along with Golden Gate Ventures.

Modalku’s parent company operates in three countries, Singapore, Malaysia, and Indonesia. Cumulatively, the company has disbursed loans up to Rp14.07 trillion in April 2020. In Indonesia alone, Modalku has channeled Rp3.09 trillion as of March 2020. The total borrowers reached 33,700, consisting of 10,783 institutions and 22,917 individuals.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Modalku Proses Pendanaan Seri C Lebih dari 625 Miliar Rupiah

Induk Modalku, Funding Societies, dikabarkan sedang menggalang pendanaan seri C senilai $40 juta (lebih dari 625 miliar Rupiah). Kabar ini pertama kali diwartakan oleh TechInAsia.

Detail pendanaan belum bisa disebutkan secara rinci karena proses masih berlangsung. Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut kepada DailySocial. “Close soon,” ujarnya.

Secara umum, dia mengatakan dana segar ini akan digunakan untuk mendukung strategi perusahaan dalam berbagai aspek, termasuk mendukung perkembangan usaha kecil dan mikro di Indonesia. “Kami akan terus memantau kondisi ekonomi secara global agar pendanaan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal.”

Gelombang pandemi Covid-19 yang terjadi memaksa Modalku membuat berbagai langkah antisipasi internal dan eksternal. Dari sisi eksternal, perusahaan mempersiapkan sejumlah langkah untuk merestrukturisasi kredit sesuai anjuran regulator. Reynold mengaku pihaknya sedang berdiskusi dengan peminjam yang mengajukan permohonan tersebut.

Di samping itu, dari segi bisnis perusahaan kini mendukung fasilitas kesehatan (faskes) yang merupakan mitra BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pembayaran lebih awal dari Modalku atas tagihannya ke BPJS Kesehatan sampai adanya penyelesaian pembayaran. Mereka juga menyediakan fasilitas pinjaman untuk mendukung sektor kesehatan, baik penyuplai alat kesehatan dan faskes yang membutuhkan alat kesehatan.

Dari sisi internal, perusahaan juga melakukan streamline operations untuk meningkatkan efisiensi agar proses operasional lebih sederhana. Menurut Reynold, pada kondisi seperti ini, penting bagi perusahaan untuk menstabilkan laju perusahaan dan tetap tumbuh secara sehat. Maka dari itu, ia enggan menyebutnya ini sebagai layoff.

“Sebenarnya bukan layoff. Di Indonesia, kita streamline operations agar lebih efisien. Kondisi ekonomi makro dengan pandemi ini berdampak pada bisnis UMKM yang menjadi peminjam di Modalku, tentunya berdampak terhadap jalannya bisnis kami,” pungkasnya.

Funding Societies mengumumkan pendanaan Seri B pada 2018 sebesar $25 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, diikuti oleh Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, dan Line Ventures.

Tahun lalu, perusahaan mendapat pendanaan debt dengan nilai dirahasiakan dari Triodos Microfinance Fund dan Triodos Fair Share Fund. Perusahaan juga berinvestasi untuk Paper.id pada tahap Seri A, bersama Golden Gate Ventures.

Induk Modalku beroperasi di tiga negara, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Secara kumulatif, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp14,07 triliun pada April 2020. Di Indonesia saja, Modalku telah menyalurkan Rp3,09 triliun per Maret 2020. Total peminjamnya mencapai 33.700, terdiri dari 10.783 institusi dan 22.917 individu.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Salurkan Dana Pinjaman 7 Triliun Rupiah, Mulai Fokus Sasar Pebisnis Mikro

Setelah sebelumnya diberitakan tengah menggalang pendanaan lanjutan senilai $50 juta, CEO Modalku Reynold Wijaya enggan memberikan komentar. Ditemui di sela-sela acara temu media di Jakarta, mereka mengatakan masih memiliki dana untuk menjalankan bisnis. Kini startup fintech tersebut fokus pada pengembangan layanan dan peningkatan jumlah peminjam di Indonesia.

“Bisa kami pastikan Modalku masih terus menjalankan bisnis dengan sumber daya yang ada. Tentunya tidak menutup kemungkinan kalau ada investor yang ingin berinvestasi di Modalku.”

Modalku telah mengantongi pendanaan seri B senilai senilai 344 miliar Rupiah dipimpin oleh Softbank Ventures Korea dengan dukungan Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro dan LINE Ventures.

Terkait ekspansi, Reynold menegaskan saat ini belum memiliki rencana untuk menambah basis operasional di negara lain. Sejauh ini Modalku sudah memiliki basis operasional di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Telah menyalurkan pinjaman 7 triliun Rupiah

Dalam kesempatan tersebut Reynold Wijaya bersama dengan COO Modalku Iwan Kurniawan menyampaikan beberapa capaian bisnis. Dikatakan mereka telah berhasil menyalurkan pinjaman modal usaha sebesar senilai 7 triliun Rupiah bagi UKM di wilayah operasionalnya. Sementara itu, hingga kuartal pertama tahun 2019, Modalku menyalurkan hingga 750 ribu pinjaman UKM.

“Targetnya hingga akhir tahun 2019 kami bisa meningkatkan penyaluran dana hingga 10 triliun Rupiah di Indonesia, Singapura dan Malaysia. Sementara untuk penambahan jumlah peminjam, diharapkan bisa meningkat lebih dari 1 juta borrower,” kata Reynold.

Disinggung tentang perolehan izin usaha dari OJK, pihaknya mengungkapkan masih dalam proses dan berupaya mematuhi semua permintaan yang ditentukan regulator. Sejauh ini Modalku baru berstatus terdaftar dan diawasi oleh OJK sebagai pemain fintech lending.

“Kami sudah submit semua persyaratan yang diminta dan masih menunggu antrean terkait dengan perolehan izin. Yang pasti kami berusaha untuk mematuhi semua ketentuan dan persyaratan yang diberikan oleh OJK kepada kami,” kata Reynold.

Hingga bulan Mei 2019 sedikitnya sudah ada tujuh perusahaan fintech lending yang sudah mengantongi izin usaha dari OJK. Mereka adalah Investree, Amartha, Dompet Kilat, Kimo, Danamas, TokoModal dan Uang Teman. Sementara per Mei 2019 sudah ada 113 perusahaan p2p lending terdaftar dan diawasi oleh OJK.

Menyasar kalangan pemilik toko sembako dan warung

Modalku telah menghadirkan layanan untuk bisnis mikro berupa pinjaman tanpa agunan. Sasarannya adalah pemilik warung dan toko sembako di pasar. Pinjaman yang bisa didapatkan oleh pelaku usaha tersebut mulai dari 1 juta Rupiah hingga 1,5 juta Rupiah. Sudah mulai dijalankan sejak tahun 2018 lalu.

“Untuk kegiatan pemasaran dan edukasi, saat ini sistem kami masih berupa ‘jemput bola’, artinya secara langsung perwakilan dari Modalku datang ke mereka dan menawarkan pinjaman dengan sistem cepat dan terpercaya,” kata VP of Micro Business & Operations Modalku Sigit Aryo Tejo.

Tahun ini Modalku akan lebih banyak menyasar segmen yang disebut masih underserved dan belum banyak dilirik oleh alternative player. Hingga kini Modalku telah merangkul sekitar 20 ribu pemilik usaha warung dan toko sembako di kawasan Jabodetabek. Untuk di luar Jabodetabek, juga telah tersedia di Bandung. Dalam waktu dekat menyusul di Surabaya.

Untuk mempermudah akses peminjam, tim Modalku juga secara aktif memberikan edukasi untuk penggunaan platform Modalku di desktop.

“Selama ini untuk pemberi pinjaman penggunaan aplikasi masih banyak dipilih, sementara untuk peminjam secara khusus kami sediakan akses melalui desktop atau mobile browser,” kata Reynold.

Sejauh ini Modalku juga telah menawarkan berbagai produk, termasuk pinjaman UKM dan Invoice Financing yang didasari oleh tagihan usaha. Reynold mengatakan saat ini Invoice Financing memberikan kontribusi yang cukup besar pada pemasukan bisnis.

“Bisa saya sebutkan Invoice Financing portofolio yang paling besar jumlahnya di Modalku, bisa hampir setengah kontribusinya. Namun awal tahun 2019 ini kami mulai aktif melayani segmen pedagang mikro yang membutuhkan pinjaman tanpa agunan yang cepat dan mudah,” tutup Reynold.

Application Information Will Show Up Here

Modalku’s Parent Company Received Series B Funding Worth of 344 Billion Rupiah

Funding Societies, a p2p (peer-to-peer) lending developer, known as Modalku’s parent company in Indonesia, announces the acquisition of Series B funding worth of US$25 million or 344 billion Rupiah. This round is led by Softbank Ventures Korea. Other investors involved are Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and LINE Ventures.

The round becomes the biggest one for p2p platform in Southeast Asia. Funds will be used to build up the vision of financial inclusion service in the region. Since it was founded in 2015, the p2p lending platform has made over 60,000 loans by this year.

“We work in a trust-based industry, and we’re glad that the customer, SMEs, partners, regulators, and investors put their trust in us. We’ll continue in supporting SMEs development for borrower’s market focus and improving profit for lenders. It is not only business for us, but a mission to create a positive impact in Southeast Asia,” Kelvin Teo, CEO & Co-Founder of Funding Societies, said.

In the same occasion, Teo said that the key development for Funding Societies is focus and consistency in technology and the design of its services. It takes Funding Societies into the leading platform that introduces some sophisticated features, such as E-Signing Contract or Auto Investment Algorithm. The capability has managed the company to make numerous achievements, one of which is Modalku winning the Global SME Excellence Award.

The startup that was founded by Kelvin Teo and Reynold Wijaya has accommodated loans for SMEs in Singapore, Indonesia, and Malaysia. SG$100 million has been facilitated by crowfunding mechanism. Since 2016, the growth rate has reached 300%.

Pieter Kemps, Sequoia India Principal, commented, “In the beginning, we recommend them to focus on the fundamentals: technology, product, risk management, and the maintenance of high-quality loan books. They execute all sectors with vision and integrity. We’re optimist that this character will help them build the bigger and sustainable company.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Modalku Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 344 Miliar Rupiah

Pengembang layanan peer-to-peer (p2p) lending Funding Societies atau dikenal sebagai indukModalku di Indonesia, mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$25 juta atau senilai 344 miliar rupiah. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, termasuk dukungan dari beberapa investor lainnya meliputi Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro dan LINE Ventures.

Perolehan Funding Societies menjadi pendanaan terbesar yang diterima platform p2p di Asia Tenggara. Funding Societies akan memfokuskan pendanaan ini untuk menguatkan visi layanan finansial inklusi di wilayah regional. Sejak didirikan tahun 2015 lalu, per awal tahun ini platform p2p lending tersebut berhasil membukukan lebih dari 60 ribu pinjaman.

“Kami berada dalam industri berbasis kepercayaan, dan kami bersyukur atas kepercayaan yang kami terima dari peminjam, UKM, mitra, regulator dan para investor. Kami akan terus membantu pertumbuhan UKM sebagai fokus pasar peminjam dan meningkatkan keuntungan bagi pemberi pinjaman. Bagi kami ini bukan sekedar bisnis, tapi misi membuat dampak positif di Asia Tenggara,” sambut Co-Founder & CEO Funding Societies Kelvin Teo.

Dalam kesempatan yang sama, Kelvin turut menyampaikan bahwa kunci pertumbuhan Funding Societies adalah dengan fokus dan konsistensi di pengembangan teknologi dan desain pada layanannya. Hal tersebut turut membawa Funding Societies menjadi platform pertama yang mengenalkan beberapa fitur canggih seperti E-Signing Contract atau Auto Investment Algorithm. Kekuatan tersebut membuat perusahaan berhasil menggaet berbagai pencapaian, salah satunya Modalku yang memenangkan Global SME Excellence Award.

Startup yang awalnya didirikan oleh Kelvin Teo dan Reynold Wijaya saat ini sudah mengakomodasi pasar pinjaman untuk UKM di wilayah Singapura, Indonesia dan Malaysia. Angka pinjaman sudah mencapai SG$100 juta yang difasilitasi melalui mekanisme crowdfunding. Sejak tahun 2016 pertumbuhannya tercatat mencapai 300 persen.

Pieter Kemps selaku Principal Sequoia India menyampaikan pendapatnya tentang Funding Societies. Sebelumnya mereka juga berperan memimpin untuk pendanaan seri A. Pieter mengatakan, “Pada masa-masa awal kami menyarankan agar mereka berfokus pada hal-hal mendasar: teknologi, produk, manajemen risiko, dan pemeliharaan buku pinjaman berkualitas tinggi. Mereka mengeksekusi semua bidang ini dengan integritas dan visi. Kami percaya sifat-sifat karakter ini akan membantu mereka membangun perusahaan menjadi besar dan bertahan lama.”

Application Information Will Show Up Here