Startup Healthtech Good Doctor Beberkan Strategi Masuk ke Lini Korporat

Good Doctor Technology Indonesia mengumumkan telah menerima pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 156,6 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin  MDI Ventures dengan keterlibatan investor sebelumnya, yakni Grab. Suntikan investasi ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan Good Doctor, termasuk dengan meningkatkan kemitraan bersama lebih banyak institusi kesehatan.

“Dengan dukungan kuat ini, kami siap mengambil langkah selanjutnya dalam meningkatkan dan memperluas layanan kesehatan di Indonesia. Selain inisiatif kuratif yang kami lakukan saat ini, perusahaan bermaksud untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan dan promosi kesehatan yang sejalan dengan prioritas Kementerian Kesehatan,” ujar CEO Good Doctor Danu Wicaksana.

Optimalkan momentum pertumbuhan telemedis

Berdasarkan data McKinsey yang dihimpun pada Q3 2023, terdapat perubahan signifikan dalam perilaku perawatan kesehatan masyarakat Indonesia, hal ini didorong tren yang terbentuk selama pandemi Covid-19 berlangsung. Lebih dari 70% masyarakat berniat untuk menggunakan layanan telemedis, walaupun pandemi sudah dinyatakan usai.

Melihat kondisi pasar yang ada, ekosistem layanan telemedis memang sudah mulai matang. Konsumen dimanjakan dengan cara yang sangat efisien untuk terhubung dengan dokter yang mereka inginkan kapan pun. Variasi produknya juga lengkap, termasuk ke bantuan psikologis, ahli gizi, hingga konsultasi medis yang membutuhkan penanganan dokter spesialis.

Di sisi lain, platform telemedis juga mulai terhubung dengan ekosistem kesehatan yang lebih luas. Misalnya dengan apotek untuk memudahkan pengguna menebus obat yang disarankan dokter.

Tren permintaan telemedis yang tetap kencang turut diamini oleh para pemain di industri tersebut, tak terkecuali Good Doctor.

Danu mengatakan, “sesudah pandemi, kami mengamati tiga perubahan penting dalam perilaku pengguna Good Doctor. Pertama, selama pandemi, orang-orang mencari layanan kami terutama untuk masalah terkait Covid-19, namun kini mereka berkonsultasi dengan kami untuk berbagai penyakit lain seperti demam, gangguan pencernaan, maag, batuk dan alergi.”

Danu melanjutkan, “Kedua, ketika pandemi, konsultasi banyak dilakukan secara individual dan didanai sendiri, kini kami melihat banyak perusahaan yang memfasilitasi karyawannya untuk mengakses layanan Good Doctor secara gratis, dengan lebih dari 55 perusahaan asuransi dan lebih dari 2500 korporasi telah bermitra dengan kami. Ketiga, mereka yang menggunakan layanan Good Doctor selama pandemi masih mengandalkan telemedisin bahkan setelah pandemi berakhir karena mereka merasa nyaman dengan layanan tersebut dan sudah menjadi bagian dari layanan kesehatan rutin mereka.”

Good Doctor kini telah berkembang positif dalam satu tahun terakhir. Mereka kini memiliki lebih dari 15 juta pengguna dan secara khusus bisnis B2B telah tumbuh pesat bermitra dengan lebih dari 60 perusahaan asuransi dan lebih dari 2500 korporasi/startup/berbagai organisasi lainnya.

Perdalam fitur B2B untuk pelanggan korporat

Dari sejumlah layanan yang ada, Danu bercerita, bahwa yang cukup diminati akhir-akhir ini adalah vaksinasi. Good Doctor banyak membantu pelanggan individu dan korporat dalam mendapatkan vaksin demam berdarah, flu, dan lain sebagainya.

Sejumlah fitur baru juga banyak dikembangkan untuk memanjakan pelanggan korporat, seperti:

  • Plug-in; integrasi Good Doctor ke berbagai aplikasi dari perusahaan asuransi di Indonesia.
  • Co-payment; fitur yang memungkinkan mitra asuransi bisa menerapkan kebijakan co-payment untuk benefit tertentu, misalnya 80% ditanggung perusahaan dan 20% ditanggung oleh karyawan.
  • Surat sakit elektronik; karyawan perusahaan bisa mendapatkan surat sakit elektronik secara resmi dari dokter di Good Doctor ketika mereka sakit dan harus melaporkannya ke direktorat SDM perusahaan tersebut.

Good Doctor mencoba menghadirkan proposisi nilai yang kuat dengan menghadirkan ekosistem kesehatan yang paling lengkap dengan lebih dari 4500 jaringan apotek, rumah sakit, lab, klinik; dan kemampuan pengiriman obat instan di lebih dari 200 kota di Indonesia.

“Tahun depan kita berencana meluncurkan beberapa fitur dan layanan baru […] Kita berencana melakukan ekspansi bisnis ke segmentasi pelanggan yang lebih luas (misalnya lebih banyak korporat dan partner asuransi; ataupun segmen pelanggan lain); menambah fitur/layanan baru untuk meningkatkan customer engagement; dan juga memperkenalkan program-program preventif untuk membantu klien-klien perusahaan kami untuk menjaga kondisi kesehatan karyawannya dengan lebih baik sehingga biaya kesehatan perusahaan ke depan dapat terjaga dengan baik,” imbuh Danu.

Kini menjadi unit independen

Ketika hadir di Indonesia pada 2019 sebagai hasil joint-venture Ping An Good Doctor dan Grab, layanan Good Doctor menyatu sebagai telehealth yang terintegrasi dengan superapp Grab. Kemudian pada tahun 2021 Good Doctor hadir sebagai aplikasi terpisah dengan harapan bisa mengakselerasi pertumbuhan pengguna dan fitur-fitur di dalamnya.

Disampaikan dalam rilis pendanaan, bahwa kini Good Doctor sepenuhnya independen dengan porsi saham tertinggi dipegang oleh jajaran manajemen, sehingga membuat mereka lebih percaya diri untuk bisa bergerak lebih lincah dalam berinovasi.

“Hingga saat ini manajemen memiliki saham mayoritas sehingga bisa bergerak secara lebih independen dan agile. Dengan masuknya MDI, ini semakin menguatkan posisi Good Doctor, di mana mayoritas kepemilikan perusahaan dimiliki pemegang saham lokal Indonesia juga,” jelas Danu.

Terkait dengan masuknya MDI, Danu juga mengatakan bahwa akan banyak sinergi yang sedang direncanakan bersama grup konglomerasi telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut. Kerja sama tersebut akan menyentuh berbagai perusahaan yang berada di bawah Telkom. Bahkan disampaikan ada sejumlah kerja sama yang sudah berjalan, salah satunya dengan Admedika sebagai perusahaan TPA (Third Party Administrator) terbesar di Indonesia.

“Kami juga merupakan penyedia layanan kesehatan digital rawat jalan bagi beberapa perusahaan Telkom Group, seperti Telkom Akses, Metra, Telkomsel, dan beberapa [anak] perusahaan lain,” imbuh Danu.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, “Kami mengakui kemajuan yang telah dicapai Good Doctor dan ketahanan model bisnis Good Doctor di Indonesia, khususnya di segmen korporasi. Dedikasi mereka dalam menyediakan layanan kesehatan yang mudah diakses dan berkualitas tinggi dengan memanfaatkan teknologi telah menarik perhatian kami. Kami melihat potensi pertumbuhan yang sangat besar dalam upaya ini.”

Rencana berikutnya

Danu percaya bahwa sektor healthtech di Indonesia sangat besar potensinya, karena jumlah populasi Indonesia yang besar dan penyebaran warganya di 13 ribu pulau lebih yang menjadi tantangan tersendiri. Kekurangan jumlah dokter, penyebaran dokter dan nakes yang belum merata, serta tekanan biaya kesehatan nasional yang terus meningkat di atas laju inflasi akan menjadi landasan penggunaan/adopsi teknologi yang lebih luas lagi ke depannya.

“Kami di Good Doctor siap membantu pemerintah Indonesia untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali,” ucap Danu.

Selain itu turut disampaikan bahwa ke depan Good Doctor juga tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke segmen biotech, dengan melihat affordability dan scalability-nya. Danu dan tim melihat genomic, biotech dll akan sangat berguna untuk program preventif kesehatan ke depannya.

“Seperti yang disampaikan Pak Menkes, biaya kesehatan akan terus naik dan membebani APBN jika cara penanganan kesehatan kita hanya selalu dengan kuratif. Sehingga pendekatan preventif akan sangat dibutuhkan, dari yang paling simpel dahulu –diagnostik secara reguler, gaya hidup sehat, dan lainnya,” pungkas Danu.

Application Information Will Show Up Here

7 Aplikasi Kesehatan sebagai Solusi Terbaik Berobat Jarak Jauh

Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah merambah ke berbagai bidang, tanpa terkecuali di bidang kesehatan. Salah satu bentuknya adalah dengan berkembangnya layanan telemedicine.

Telemedicine sendiri merupakan layanan kesehatan berbasis teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk berkonsultasi kesehatan secara jarak jauh dengan tenaga medis atau profesional di bidangnya. Telemedicine disebut-sebut sebagai revolusi bagi dunia kesehatan, sebab dengan bantuan aplikasi, masyarakat tidak perlu lagi melakukan tatap muka untuk mengakses layanan kesehatan.

Nah, kali ini Daily Social sudah merangkumkan 7 aplikasi kesehatan yang populer digunakan di Indonesia.

Halodoc

halodoc
©googleplay

Halodoc merupakan salah satu aplikasi layanan kesehatan yang paling populer di Indonesia. Dengan aplikasi ini, kamu bisa melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter dari beragam spesialis mulai dari dokter umum hingga dokter kesehatan jiwa, membeli obat, hingga melakukan pemeriksaan laboraturiom melalui smartphone.

Halodoc sendiri memiliki dua jenis konsultasi yang dapat dilakukan oleh pasien. Pertama adalah konsultasi yang bersifat emergensi yang 68 persen dapat diselesaikan dengan tindakan medis digital. Sementara yang kedua, pasien yang sudah bertemu dengan dokter dapat melakukan follow up dari perawatan yang dijalani.

Alodokter

alodokter
©googleplay

Alodokter juga merupakan salah satu aplikasi telemedicine yang cukup populer digunakan di Indonesia. Aplikasi ini menyediakan berbagai fitur utama, yakni konsultasi dengan dokter, membuat janji konsultasi hingga mencari rumah sakit pilihan.

Kamu bisa melakukan konsultasi dengan dokter secara online pada kolom Tanya Dokter. Tak hanya itu, kamu juga bisa membaca berbagai artikel kesehatan yang ditulis oleh dokter yang berpengalaman.

KlikDokter

klikdokter
©googleplay

KlikDokter merupakan aplikasi kesehatan yang sudah berdiri sejak tahun 2008 yang lalu. Kini, KlikDokter memfokuskan diri untuk menyediakan informasi dan layanan kesehatan secara daring dengan mengembangkan berbagai fitur kesehatan.

Kamu bisa mencari berbagai informasi mengenai penyakit, diagnosis, gejala, hingga pengobatannya melalui fitur Indeks Penyakit. Tak hanya itu, kamu juga bisa memesan obat atau alat kesehatan lain secara daring melalui aplikasi ini.

SehatQ

sehatq
©googleplay

Meski tergolong baru, aplikasi SehatQ hadir dengan berbagi fitur kesehatan yang tentunya dapat memudahkanmu dalam mengaksesnya. Dengan aplikasi ini, kamu dapat menikmati berbagai macam layanan kesehatan, mulai dari klinik gigi, klinik kecantikan, laboratorium, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu saja, kamu juga bisa menikmati berbagai paket kesehatan yang ditawarkan, seperti paket vitamin, paket sunat, dan promosi kesehatan yang menarik lainnya.

Medi-call

medi-call
©googleplay

Seperti layanan telemedicine pada umumnya, Medi-call juga melayani berbagai macam masalah kesehatan. Bedanya, aplikasi ini tidak hanya menawarkan konsultasi dengan tenaga kesehatan secara daring saja, tetapi kamu juga bisa meminta mereka untuk datang ke rumah.

Aplikasi ini juga menawarkan layanan kesehatan, seperti terapi infus, vaksi, dan vitamin dengan tarif yang bervariasi. Kisaran tarifnya mulai dari Rp. 150.000 hingga Rp. 300.000 tergantung pada jenis pengobatan yang kamu butuhkan.

Good Doctor

good doctor
©googleplay

Good Doctor merupakan salah satu aplikasi layanan kesehatan yang pertama kali hadir sebagai bagian dari Grab pada akhir tahun 2019. Pada Maret 2020, Good Doctor resmi meluncurkan aplikasi layanan telemedicine di Google Play dan App Store.

Dengan aplikasi ini, kamu bisa melakukan konsultasi dan tanya jawab dengan tenaga kesehatan ahli, membeli obat, hingga membuat janji kunjungan rumah sakit atau klinik pilihan.

Riliv

riliv
©googleplay

Berbeda dengan beberapa aplikasi sebelumnya yang menyediakan layanan untuk berbagai macam masalah kesehatan, Riliv hadir sebagai platform khusus yang melayani masalah kesehatan mental pertama di Indonesia. Aplikasi yang didirikan sejak tahun 2015 ini memposisikan diri sebagai teman curhat profesional yang siap mendengarkan cerita kliennya kapan saja.

Berbagai layanan kesehatan mental yang disediakan aplikasi ini meliputi meditasi, cerita tidur, hingga konseling online.

Nah, itulah 7 aplikasi kesehatan yang populer di Indonesia. Dengan hadirnya aplikasi-aplikasi tersebut, kini kamu tidak perlu repot lagi jika ingin mengakses berbagai macam layanan kesehatan.

Good Doctor to Strengthen Its Position as a Holistic Health Ecosystem in Southeast Asia

This year marks Good Doctor’s third year operation in Indonesia. Since its debut in 2019, Good Doctor is said to record various significant achievements, including 14.2 million users with up to 40 times growth in the country.

In addition, Good Doctor has partnered with more than 45 insurance companies, 500 corporate partners and a major network of third-party administrators (TPA), more than 1,000 hospitals and laboratories, and 2,500 pharmacies throughout Indonesia. The rapid growth of Good Doctor’s network in Indonesia is said to have driven annual business growth up to 864%.

According to the Managing Director of Good Doctor Technology Indonesia, Danu Wicaksana, his team is exploring a Health-as-a-Service partnership, one of the focuses in the pipeline. “We don’t want to offer just a solution, but to create an ecosystem of various stakeholders including the government, laboratories, and clinics,” he told DailySocial.

Good Doctor Technology (GDT) is a joint venture of Ping An Healthcare and Technology (formerly Ping An Good Doctor), Grab, and SoftBank. Initially, Good Doctor was present in Indonesia as a feature called GrabHealth which was embedded into the Grab application in 2019. Then, this service officially became a separate platform in March 2021. Currently, Good Doctor is present in Indonesia and Thailand with regional operations based in Singapore.

In an exclusive interview with DailySocial, Regional CEO of Good Doctor Technology, Melvin Vu said that the platform is currently preparing to become a telehealth provider with a holistic ecosystem in Southeast Asia. The momentum of digital acceleration is fully utilized to develop various health services, therefore, they can accommodate a wider network.

What are Good Doctor’s next steps and strategies?

B2B and Health as a Service

Based on Dukcapil data as of the end of 2021, the number of health workers (nakes) in Indonesia was recorded at 567,910 people, or 0.21% of the total population of 273.87 million people. Meanwhile, health spending through digital platforms in Indonesia is predicted to be $973 million (around Rp. 14.4 trillion) in 2023.

With the uneven distribution of doctors, Melvin believes that telehealth can overcome challenges for a market like Indonesia with large population and geographical condition. He also believes that telehealth can balance the health ecosystem in Indonesia.

In order to stay at the forefront of the telehealth sector, Good Doctor has two main strategies. First, to reach more people by expanding services to the B2B segment. Second, offering Health-as-a-Service (HaaS) solutions by leveraging the strong support for technology, ecosystem, and partners of Good Doctor.

Technology leverage and localization

In the healthcare industry, including virtual health, technology allows wider exploration. Melvin said that Good Doctor has a strong position to execute it due to the technology and experience built by the parent company over the last seven years. For example, the implementation of AI to help doctors in Indonesia understand symptoms, provide diagnoses, and issue drug prescriptions for their patients.

In addition, Melvin said Good Doctor has another added value as it has an in-house doctor whose expertise can be used to carry out quality control services. One of them is developing clinical pathways. For your information, a clinical pathway is a guideline used to carry out evidence-based clinical actions in health care facilities. Every disease has different guidelines.

In general, health service demand is almost the same in all countries in the Southeast Asian region. In this case, Good Doctor developed a solution from Thailand, then customized it for the Indonesian market.

“We are fortunate that Ping An has been in this field for a long time, therefore, we can leverage its proven technology in China. Being a regional player allows us to understand healthcare issues in different markets, learning from each other. With our technology, everything is conceived on how we deliver healthcare virtually,” he said.

However, Melvin also highlighted the essence of being integrated with various stakeholders. Collaborations will enable Good Doctor to deliver a variety of services and create a holistic health ecosystem in the future, whether through hospitals, clinics, companies, or digital platforms.

“Leveraging technology is one thing, it is also important that we customize to localize. We can have different points of view with service integration. Furthermore, this allows us to minimize fault for every integration, every platform is different. Therefore, we can integrate fast. We can deliver a better customer journey to our clients,” he said.

Transition to endemic

Responding to Good Doctor’s move in welcoming endemic, Melvin said that telemedicine or other virtual health services will continue to play a significant role. He said, services for sick care will always be available, but preventive care is no less important.

“We want [Good Doctor] to transcend sick care services to preventive care in order to keep people healthy. We also want to help control and treat chronic diseases. Related products and services that will be developed, also allow them to be connected to IoT devices. Good Doctor has We are in a strong position to do this because we have the technology and understand how to deliver products,” he said.

Furthermore, Melvin ensures that his team will explore new expansions while focusing on working on existing markets in Singapore, Thailand, and Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Good Doctor Perkuat Posisi Sebagai Penyedia Ekosistem Kesehatan Holistik di Asia Tenggara

Tahun ini menandai tiga tahun Good Doctor melayani masyarakat Indonesia. Sejak beroperasi di 2019, Good Doctor menyebut telah mencatatkan berbagai pencapaian signifikan, yakni 14,2 juta pengguna dengan pertumbuhan hingga 40 kali lipat di Indonesia.

Selain itu, Good Doctor telah bermitra dengan lebih dari 45 perusahaan asuransi, 500 mitra korporasi dan jaringan administrator pihak ketiga (TPA) utama, lebih dari 1.000 rumah sakit dan laboratorium, serta 2.500 apotek di seluruh Indonesia. Pesatnya jaringan kemitraan Good Doctor di Indonesia disebut telah mendorong pertumbuhan bisnis secara tahunan hingga 864%.

Menurut Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana, pihaknya juga sedang menjajaki kemitraan Health-as-a-Service, yakni salah satu agenda yang tengah mereka siapkan. “Kami tidak hanya ingin menawarkan solusi saja, tapi menciptakan ekosistem dari berbagai stakeholder, baik itu pemerintah, laboratorium, dan klinik,” ujarnya kepada DailySocial.

Good Doctor Technology (GDT) merupakan perusahaan patungan antara Ping An Healthcare and Technology (sebelumnya bernama Ping An Good Doctor), Grab, dan SoftBank. Awalnya, Good Doctor hadir di Indonesia sebagai fitur bernama GrabHealth yang di-embed ke dalam aplikasi Grab pada 2019. Kemudian, layanan ini resmi menjadi aplikasi terpisah pada Maret 2021. Saat ini, Good Doctor telah hadir di Indonesia dan Thailand dengan operasi regional berbasis di Singapura.

Dalam sesi wawancara eksklusif dengan DailySocial, Regional CEO Good Doctor Technology Melvin Vu menyebutkan tengah mempersiapkan diri untuk menjadi penyedia telehealth dengan ekosistem holistik di Asia Tenggara. Momentum akselerasi digital dimanfaatkan penuh untuk mengembangkan berbagai layanan kesehatan sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan lebih luas.

Bagaimana langkah dan strategi Good Doctor selanjutnya?

B2B dan Health-as-a-Service

Berdasarkan data Dukcapil per akhir 2021, jumlah tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tercatat sebanyak 567.910 orang atau 0,21% dari total penduduk yang mencapai 273,87 juta jiwa. Sementara, pengeluaran kesehatan melalui platform digital di Indonesia diprediksi sebesar $973 juta (sekitar Rp14,4 triliun) di 2023.

Dengan sebaran dokter yang tidak merata, Melvin menilai telehealth dapat mengatasi tantangan bagi pasar seperti Indonesia yang memiliki populasi dan kondisi geografis luas. Ia juga meyakini telehealth dapat menyeimbangkan ekosistem kesehatan di Indonesia.

Agar tetap terdepan di sektor telehealth, Good Doctor memiliki dua strategi utama. Pertama, menjangkau lebih banyak orang dengan memperluas layanan ke segmen B2B. Kedua, menawarkan solusi Health-as-a-Service (HaaS) dengan memanfaatkan dukungan kuat pada teknologi, ekosistem, hingga mitra yang dimiliki Good Doctor.

Leverage teknologi dan lokalisasi

Di industri kesehatan, termasuk virtual health, ada banyak yang dapat dieskplorasi dengan teknologi. Melvin menilai Good Doctor punya posisi kuat untuk mengeksekusinya berkat teknologi dan pengalaman yang dibangun oleh induk usaha selama tujuh tahun terakhir. Misalnya, implementasi AI untuk membantu para dokter di Indonesia memahami gejala, memberi diagnosis, dan membuat resep obat bagi pasiennya.

Selain itu, ungkap Melvin, Good Doctor juga memiliki nilai tambah lain karena memiliki dokter in-house yang ekspertisnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan quality control layanan. Salah satunya adalah mengembangkan clinical pathway. Sekadar informasi, clinical pathway merupakan sebuah pedoman yang digunakan untuk melakukan tindakan klinis berbasis bukti pada fasilitas layanan kesehatan. Setiap penyakit punya pedoman berbeda.

Umumnya, kebutuhan layanan kesehatan hampir sama di semua negara di kawasan Asia Tenggara. Dalam kasus ini, Good Doctor membawa solusi yang ada di Thailand, kemudian dikustomisasi untuk pasar Indonesia.

“Kami beruntung Ping An telah lama di bidang ini sehingga kami dapat leverage teknologinya yang sudah terbukti di Tiongkok. Menjadi pemain regional juga membuat kami dapat memahami isu healthcare di pasar berbeda, learning each other. Dengan teknologi kami, everything is conceived on how we deliver healthcare virtually,” tuturnya.

Kendati demikian, Melvin juga menyoroti pentingnya untuk terintegrasi dengan berbagai stakeholder. Kolaborasi akan memampukan Good Doctor untuk menghadirkan berbagai layanan dan menciptakan ekosistem kesehatan holistik di masa depan, baik melalui rumah sakit, klinik, perusahaan, maupun platform digital.

Leveraging technology is one thing, but it is important that we customize to localize. Kami dapat memiliki berbagai sudut pandang ketika melakukan integrasi layanan. Dan ini memungkinkan kami untuk membuat kesalahan minim karena setiap integrasi, setiap platform itu berbeda. Jadi kami bisa integrasi dengan cepat. We can deliver a better customer journey to our clients,” jelasnya.

Transisi ke endemi

Menjawab langkah Good Doctor menyambut endemi, Melvin menilai telemedicine atau layanan kesehatan virtual lainnya akan tetap memainkan peran signifikan. Menurutnya, layanan bagi perawatan sakit (sick care) akan selalu ada, tetapi layanan pencegahan (preventive care) juga tak kalah penting.

“Kami ingin [Good Doctor] transcend layanan sick care ke preventive care agar menjaga orang tetap sehat. Kami juga ingin membantu mengontrol dan menangani penyakit kronis. Produk dan layanan terkait yang akan dikembangkan, juga memungkinkan agar dapat terhubung ke perangkat IoT. Good Doctor punya posisi kuat untuk melakukannya karena kami punya teknologi dan memahami cara deliver produk,” ujarnya.

Langkah selanjutnya, Melvin memastikan bahwa pihaknya akan menjajaki ekspansi baru sambil fokus menggarap pasar existing di Singapura, Thailand, dan Indonesia.

Trustmedis Launches Doctugo App, Preparing for Fundraising

In order to accommodate patients to access services from health facilities integrated with Trustmedis, the Doctugo application was introduced for public. In a general note, Trustmedis is a cloud-based platform aimed to support health facility services such as hospitals and clinics.

Trustmedis’ Founder & CEO, Achmad Zulkarnain revealed to DailySocial, in order to extend the business, Trustmedis also plans to expand strategic partnerships with healthetch platforms and super apps in Indonesia.

“Through Doctugo, we want to expand collaboration with healthtech platforms and other startups in Indonesia. We realize that in order for businesses to grow bigger, the most relevant way is collaboration not competition,” Achmad said.

Regarding finalization process, some leading healthtech platforms and startups will be partnered up with Doctugo. With the number of health facilities by Trustmedis, around 240 hospitals and clinics, partners should be able to benefit each other. They also wanted to provide more options and flexibility for patients from each health facilities.

“Currently, we have around 5 million registered patients from health facilities who have joined Trustmedis. We expect with the Doctugo application this number can be doubled by the end of 2021,” Achmad said.

Although it was recently launched, Achmad claims that the Doctugo application has been downloaded by around 500 people on the Play Store and has established partnerships with 6 hospitals in several regions in Indonesia. It is expected as the download increases to 5 thousand, they will held official launching.

Medical resume access and fundraising plan

In order to ensure all patients are verified, those who intend to use various services on the Doctugo app must download the app at the health facilities they visit. Later, the hospital or clinic partner will recommend the patient to download the Doctugo app. It’s not only for the queue, but it can also provide access to patient’s medical resume through the application.

“We make sure to follow all the rules from our regulator. Later, medical resumes can be viewed directly in the application as well as various other services,” Achmad said.

Thus, Trustmedis is not required to provide educational activities to raise awareness. All processes will be the responsibility of the participating health facilities. Therefore, verifying the data of existing patients, to be able to use all the services available in the application.

In business terms, through the Doctugo application, Trustmedis is expected to be able to easily launch monetization activities to health facilities which in the future have the potential to increase the number of their patients.

“In terms of quantity, we see more health facilities in the form of clinics. However, in terms of value, hospitals are ideal for us due to the large number of patients we have,” Achmad said.

After securing seed funding in early 2020, Trustmedis plans to held another fundraising this year. It is currently in the exploratory process, the fresh funding is targeted to finish in the third quarter this year.

“Even though our business that relied entirely on health facilities declined in the early pandemic, we really expect to accelerate Trustmedis business growth with Telemedical services and currently the Doctugo application, which is increasingly developed thanks to the massive digital adoption among the Indonesian people,” Achmad said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Trustmedis Luncurkan Aplikasi Doctugo, Rencanakan Penggalangan Dana

Bertujuan untuk memudahkan pasien mengakses layanan dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis, aplikasi Doctugo diluncurkan untuk masyarakat luas. Seperti diketahui, Trustmedis adalah platform berbasis cloud yang disasarkan untuk menunjang layanan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain mengungkapkan, untuk memperbesar aplikasi tersebut Trustmedis juga berencana untuk memperluas kemitraan strategis dengan platform healthetch hingga super apps di Indonesia.

“Melalui Doctugo kami ingin memperluas kolaborasi dengan platform healthtech hingga startup lainnya di Indonesia. Kami menyadari, agar bisnis bisa tumbuh lebih besar, kolaborasi menjadi cara yang paling relevan, bukan kompetisi,” kata Achmad.

Masih dalam proses finalisasi, nantinya ada beberapa platform healthtech dan startup yang popular akan menjadi mitra Doctugo. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Trustmedis yaitu sekitar 240 rumah sakit dan klinik, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh mitra dan sebaliknya. Mereka juga ingin memberikan kesempatan kepada pasien dari masing-masing fasilitas kesehatan yang bergabung pilihan lebih dan fleksibilitas.

“Saat ini kami sudah memiliki sekitar 5 juta pasien yang terdaftar dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis. Harapannya dengan aplikasi Doctugo jumlah tersebut bisa bertambah dua kali lipat hingga akhir tahun 2021,” kata Achmad.

Meskipun baru diluncurkan sekitar tiga minggu lalu, Achmad mengklaim saat ini aplikasi Doctugo sudah diunduh sekitar 500 orang di Play Store dan sudah menjalin kemitraan dengan 6 rumah sakit di beberapa wilayah di Indonesia. Harapannya jika jumlah unduhan bertambah menjadi 5 ribu, mereka akan melakukan peluncuran resmi aplikasi ini.

Akses resume medis dan rencana penggalangan dana

Untuk memastikan semua pasien terverifikasi, bagi pasien yang ingin memanfaatkan berbagai layanan di aplikasi Doctugo, harus mengunduhnya di fasilitas kesehatan yang mereka kunjungi. Nantinya mitra rumah sakit atau klinik akan merekomendasikan pasien mengunduh aplikasi Doctugo. Bukan hanya proses antrean saja yang bisa dimanfaatkan, namun resume medis juga nantinya bisa diakses oleh pasien melalui aplikasi.

“Kami pastikan semua aturan dari regulator kami ikuti. Nantinya resume medis bisa dilihat langsung di aplikasi demikian juga dengan berbagai layanan lainnya” kata Achmad.

Dengan demikian Trustmedis tidak perlu melakukan kegiatan edukasi hingga awareness kepada pasien. Karena semua proses dilakukan oleh pihak fasilitas kesehatan yang bergabung. Sehingga menjamin kebenaran pasien yang ada, untuk bisa menikmati semua layanan yang tersedia di aplikasi.

Secara bisnis, melalui aplikasi Doctugo, Trustmedis diharapkan bisa lebih mudah melancarkan kegiatan monetisasi ke fasilitas kesehatan yang ke depannya memiliki potensi untuk menambah jumlah pasien mereka.

“Dari sisi kuantitas kami melihat lebih banyak dari fasilitas kesehatan berupa klinik. Namun dari sisi value, rumah sakit menjadi ideal bagi kami karena besarnya jumlah pasien yang dimiliki,” kata Achmad.

Setelah awal tahun 2020 lalu telah mengantongi pendanaan awal, tahun ini Trustmedis berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana kembali. Masih dalam proses penjajakan, ditargetkan kuartal tiga tahun ini, dana segar bisa dikantongi.

“Meskipun saat awal pandemi bisnis kami yang mengandalkan sepenuhnya fasilitas kesehatan menurun, namun dengan layanan Telemedis dan saat ini aplikasi Doctugo, diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis Trustmedis yang makin terakselerasi berkat masifnya adopsi digital di kalangan masyarakat Indonesia,” kata Achmad.

Application Information Will Show Up Here

Pandemi dan Vaksinasi Akselerasi Adopsi Platform Good Doctor Technology Indonesia

Layanan Good Doctor Technology Indonesia (selanjutnya disebut Good Doctor) hadir pertama kali di akhir tahun 2019 sebagai bagian dari Grab. Sebagai joint venture Grab dan raksasa keuangan dan asuransi digital Tiongkok Ping An, Good Doctor, dengan branding GrabHealth, memberikan layanan on-demand untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk telekonsultasi dan pembelian dan pengantaran obat.

Di awal tahun ini, Good Doctor mulai tersedia secara independen, terpisah dari Grab. Perusahaan mengalami akselerasi adopsi yang pesat setelah menjadi mitra pemerintah untuk memberikan vaksinasi COVID-19 di berbagai kota.

Kepada DailySocial, Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana menjelaskan, tahun ini masih ada sejumlah rencana yang ingin dilakukan Good Doctor, termasuk menyukseskan kegiatan vaksinasi, menghadirkan inovasi baru untuk pengguna, dan mempererat kerja sama dengan Grab.

Kolaborasi dan inovasi teknologi

Fitur aplikasi Good Doctor

Good Doctor tidak bisa menampik bahwa adopsi layanan mereka yang cepat sangat didukung Grab sebagai salah satu induk perusahaan.

“Dukungan dari Grab Indonesia [..], mulai dari layanan yang ada dalam GrabHealth dan juga kini dalam penyelenggaraan sentra vaksinasi sehingga layanan kami semakin dikenal oleh masyarakat luas,” kata Danu.

Di masa pandemi, layanan telekonsultasinya diklaim meningkat hingga sepuluh kali lipat menurut survei Nielsen tentang penggunaan telemedis di tahun 2020. Perusahaan menyebu telah mengakomodasi lebih dari 10 ribu telekonsultasi setiap harinya, sekitar 10%-20% di antaranya konsultasi dengan psikiater yang berhubungan dengan kesehatan jiwa.

“Layanan kami yaitu adanya konsultasi kesehatan, hadir di lebih dari 80 kota di Indonesia. Good Doctor [untuk layanan pengantaran obat] bekerja sama dengan lebih dari 2.000 jaringan apotek resmi dengan harga tetap artinya pengguna akan membayar dengan harga yang tertera di platform bukan dalam kisaran harga,” kata Danu.

Tahun ini Good Doctor mencoba memperluas akses kesehatan untuk masyarakat Indonesia yang lebih komprehensif. Tidak hanya kuratif tetapi juga preventif.

Perusahaan juga berkomitmen terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam menjalankan kebijakan kesehatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat, serta menghadirkan inovasi-inovasi baru melalui teknologi agar layanan kesehatan yang berkualitas semakin terjangkau oleh lebih banyak masyarakat Indonesia.

“Kehadiran Good Doctor baik di dalam aplikasi maupun GrabHealth, diharapkan dapat mempermudah akses masyarakat tehadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas melalui teknologi digital,” kata Danu.

Kegiatan vaksinasi COVID-19

Kegiatan vaksinasi Covid-19

Good Doctor dan Grab menjadi salah satu mitra swasta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang melaksanakan program vaksinasi secara walk-in dan drive through di lebih dari 8 kota dan membantu vaksinasi lebih dari 25.000 orang, yang terdiri dari lansia dan petugas publik yang memiliki interaksi sosial tinggi, seperti pekerja di bidang transportasi, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta segmen target lain yang disasar Pemerintah.

Danu menyebut tantangan vaksinasi adalah rendahnya kemauan kaum lansia  untuk mengikuti program ini. Perusahaan mengupayakan strategi “jemput bola” agar mereka mau divaksinasi.

“Kami bersama dengan Grab, siap untuk terus mendukung pemerintah dalam menyukseskan program vaksinasi nasional ini, maupun untuk Vaksinasi Gotong Royong di masa yang akan datang [..] sehingga dapat memulihkan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Good Doctor Resmikan Aplikasi Terpisah dari Grab

Good Doctor Technology Indonesia, perusahaan patungan dari Ping An Good Doctor dan Grab, meresmikan aplikasi terpisah “Good Doctor” setelah satu tahun hadir di aplikasi Grab, mendukung infrastruktur digital untuk fitur GrabHealth. Kehadiran aplikasi sebenarnya sudah direncanakan perusahaan sejak awal pendiriannya dan telah digulirkan sejak Oktober tahun lalu sebelum acara peresmian.

Di sisi fitur dan layanan, sebenarnya tidak ada yang jauh berbeda dengan Good Doctor di Grab, seperti telekonsultasi, pembelian obat dan produk kesehatan, janji medis, dan artikel kesehatan. Fitur tersebut juga tidak jauh berbeda dengan para pemain sejenisnya.

Dalam konferensi pers virtual yang digelar kemarin (1/3), Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana menjelaskan, dengan aplikasi terpisah diharapkan dapat mengakselerasi penggunaan aplikasi healthtech jauh lebih masif hingga ke pelosok daerah.

“Setelah kami amati, masih banyak masyarakat yang butuh akses telemedis baik itu melalui Grab ataupun di luar Grab. Untuk itu kami ingin jangkau hingga seluruh Indonesia, agar misi kami satu dokter untuk satu keluarga dapat tercapai,” papar Danu.

Mengutip dari survei Nielsen pada September 2020, disebutkan dari total populasi pengguna internet di Indonesia, diestimasi hanya 47% pengguna yang sudah menggunakan aplikasi telemedis, sementara sisanya belum. Ditambah, dari publikasi World Bank pada 25 Januari 2021 disebutkan konsultasi kesehatan melalui telepon dan saluran daring masih tergolong jarang di Indonesia.

Dari rumah tangga yang memerlukan pelayanan kesehatan, hanya 7% melakuan konsultasi melalui telepon atau saluran daring. Sebesar 40% lainnya tidak menggunakan karena tidak mengetahui ketersediaan atau tidak tahu cara menggunakannya. Sementara 17% sisanya memilih konsultasi secara fisik bertemu dengan dokter. Sisanya, tidak mengakses karena kendala teknologi atau akses internet yang terbatas, dan alasan lainnya.

Data-data tersebut menunjukkan masih besarnya ruang bagi aplikasi telemedis untuk terus tumbuh, turut serta dalam meningkatkan akses kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

Danu menjelaskan, Good Doctor memosisikan diri sebagai aplikasi untuk semua segmen kebutuhan masyarakat, mulai dari orang tua, ibu hamil & menyusui, skin and beauty enthusiast, dan anggota masyarakat dengan penyakit kronis, dengan beragam fitur pendukungnya.

Semenjak pandemi, layanan Good Doctor mengalami lonjakan bisnis antara 8 sampai 10 kali lipat yang dikontribusikan terbesar dari layanan telekonsultasi. Perusahaan mengakomodasi lebih dari 10 ribu telekonsultasi setiap harinya, sekitar 10%-20% di antaranya konsultasi dengan psikiater yang berhubungan dengan kesehatan jiwa.

Sejak hadir pada Desember 2019, kini Good Doctor telah bermitra dengan ribuan dokter yang terdiri dari 26 spesialisasi, lebih dari 1 ribu mitra rumah sakit, klinik dan laboratorium, serta 2.000 apotek.

Dalam upaya meningkatkan penetrasi, bersama Grab, perusahaan bermitra dengan pemerintah untuk menjalankan program vaksinasi secara drive-thru. Langkah pertama hadir di Bali, kemudian perluas hingga ke Bali dan Tangerang Selatan mulai bulan untuk ini.

Application Information Will Show Up Here

Hasil JV dengan Ping An, Grab Resmikan Kehadiran Layanan Kesehatan Online

Grab meresmikan layanan kesehatan GrabHealth bersama Good Doctor Technology Indonesia (anak usaha Ping An Good Doctor), sekaligus menandakan Indonesia sebagai pasar pertama yang menikmati layanan teranyar tersebut.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, GrabHealth adalah salah satu buah investasi dari SoftBank senilai $2 miliar yang diumumkan pada Juli 2019 untuk Indonesia. Perusahaan percaya pemanfaatan teknologi yang tepat bisa membawa manfaat positif buat masyarakat.

“Kami percaya bahwa setiap orang berhak memiliki akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. [..] Kami sangat senang meluncurkan GrabHealth powered by Good Doctor sebagai upaya pertama kami untuk memberikan layanan kesehatan online,” terangnya, Selasa (10/12).

Ada empat fitur yang dihadirkan, di antaranya tanya jawab kesehatan dengan dokter, membuat janji konsultasi tatap muka dengan dokter, belanja produk kesehatan dan kebugaran (Health Mall), dan konten kesehatan dan gaya hidup yang dikurasi oleh tim dokter.

Seluruh fitur ini dapat diakses secara gratis, akan tetapi baru tersedia di Jabodetabek dan akan segera digulirkan ke kota lain di dalam cakupan operasional Grab secara bertahap. Disebutkan Grab beroperasi di 224 kota di seluruh Indonesia.

Head of Medical Management Good Doctor Technology Indonesia Adhiatma Gunawan mengaku fitur yang ada sekarang belum memiliki perbedaan yang mencolok dengan pemain sejenis. Akan tetapi, dari segi kemudahan pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi baru untuk menikmati Good Doctor.

“Dengan menggandeng Grab, jadi kemudahan yang luar biasa bagi sisi user karena tidak perlu unduh aplikasi lain. Kami tidak hanya memperluas akses, tapi juga concern pada kualitas dan keamanan. Standar kualitas dan jaminan keamanan kami tinggi dan berlapis-lapis,” ujarnya.

Kendati demikian, dia membuka kemungkinan untuk merilis aplikasi terpisah khusus untuk Good Doctor pada tahun depan. “Mungkin somewhere di 2020 ada rencana ke sana [peluncuran aplikasi sendiri].”

Pengembangan fitur berikutnya akan terus dilakukan Good Doctor agar semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Adhiatma tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi teknologi dari Ping An ke Indonesia, ataupun hal lainnya yang bisa membawa dampak positif buat masyarakat.

“Kita selalu terbuka dalam hal-hal yang baik yang bisa kita adopsi, enggak cuma dari Ping An saja, tapi dengan pemain lain. Kita belajar terus agar semua layanan yang kita bawa bisa berdampak positif buat masyarakat Indonesia.”

GrabHealth
GrabHealth

Adhiatma enggan merinci lebih lanjut terkait pengembangan fitur layanan kesehatan berikutnya yang akan disediakan Good Doctor.

Diklaim saat ini Good Doctor telah bermitra dengan ratusan dokter untuk layanan konsultasi online selama 24 jam setiap hari, bermitra dengan lebih dari 300 jaringan apotek berlisensi untuk berjualan produk kesehatan.

Seluruh dokter yang bergabung telah melalui persyaratan ketat, memiliki SIP (Surat Izin Praktek) yang masih aktif dan tercatat resmi sebagai anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) untuk dapat beroperasi sebagai konsultan medis.

Application Information Will Show Up Here