Gojek Berupaya Mematangkan Bisnis “Online Grocery”, GoMart Kini Punya Mitra Belanja

Melihat besarnya pertumbuhan layanan online grocery, GoMart kembali diaktifkan oleh Gojek tahun 2019 lalu. Untuk menunjang perkembangannya, belum lama ini diluncurkan layanan asisten belanja yang mereka sebut dengan #EmakJago.

Kepada DailySocial, Head of Groceries Gojek Tarun Agarwal mengungkapkan, pandemi telah menjadikan layanan GoMart makin populer terlihat dari meningkatnya jumlah traksi dan pengguna. Terbukti, gross transaction value (GTV) bulanan GoMart naik sebesar 5x lipat selama pandemi dari Februari hingga Oktober 2020.

“Berangkat dari hal tersebut, kami terus berupaya meningkatkan layanan, salah satunya dengan semakin bertambahnya ragam variasi kategori produk, termasuk produk bahan makanan segar, ” kata Tarun.

Seiring dengan peningkatan layanan ini, mitra-mitra baru telah bergabung bersama GoMart, yaitu Lotte Mart dan Best Meat. GoMart juga akan bekerja sama dengan lebih banyak merchant supermarket dan hypermarket dalam waktu dekat.

Sejak diluncurkan kembali pada 2019 lalu, GoMart telah bermitra dengan Alfamart dan AlfaMidi. Selain di Jabodetabek, saat ini layanan belanja online GoMart juga sudah dapat dinikmati pelanggan di Medan, Palembang, Makassar serta kota-kota besar di Jawa & Bali dan akan segera aktif di kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Sepanjang pandemi, bisnis layanan online grocery memang terlihat terus digenjot. Tidak hanya Gojek, raksasa teknologi lokal lainnya pun terus lakukan penetrasi, misalnya Blibli melalui fitur Bliblimart yang ada di aplikasi. Selain itu, ada juga HappyFresh yang terus perluas layanan, akhir bulan November 2020 lalu mereka baru resmikan kehadiran di Bali.

Lancarkan perekrutan mitra secara aktif

Pelatihan Emakjago layanan asisten GoMart
Pelatihan Emakjago layanan asisten GoMart

Disinggung seperti apa kategori mitra yang kemudian dipilih oleh GoMart menjadi asisten, disebutkan sesuai dengan nama kampanye mereka yaitu #EmakJago, GoMart ingin merangkul mereka yang memiliki waktu luang dari kalangan ibu-ibu rumah tangga untuk bergabung menjadi asisten. Untuk menambah jumlah asisten dalam waktu beberapa bulan mendatang, GoMart secara aktif akan melakukan perekrutan ratusan “emak-emak” yang akan ditempatkan di merchant supermarket dan hypermarket di seluruh kota di mana GoMart beroperasi.

“Seluruh emak-emak asisten belanja berpengalaman telah dibekali pelatihan khusus serta proses rekrutmen ketat termasuk interview hingga tes secara online agar dapat melayani pelanggan dalam memilih bahan makanan segar berkualitas,” kata Tarun.

Sebelum diluncurkan layanan asisten GoMart, proses riset dan uji coba telah dilakukan GoMart dalam waktu tiga bulan terakhir. Layanan ini telah menjadi salah satu fitur utama yang baru diluncurkan untuk membelanjakan bahan makanan segar langsung dari lokasi supermarket seperti Lotte Mart. Pelanggan pun dapat berkomunikasi langsung dengan asisten belanja #EmakJago yang dilengkapi pilihan fitur telepon dan sms dalam aplikasi untuk memudahkan proses belanja.

GoMart juga dilengkapi dengan fitur-fitur yang menjamin keamanan dan kenyamanan pelanggan dalam pemesanan barang. “Lewat fitur order tracking pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time. Untuk memastikan pesanan sampai pada pelanggan, mitra driver GoMart akan diminta untuk memasukkan kode PIN yang tertera dalam struk belanja dari merchant sebelum menyelesaikan order

“Tentunya kami akan terus berinovasi untuk semakin memudahkan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya secara online dengan menambah pilihan produk, merangkul lebih banyak mitra supermarket dan hypermarket, memperluas area layanan GoMart termasuk mengembangkan layanan asisten belanja #EmakJago dalam waktu dekat,” kata Tarun.

Application Information Will Show Up Here

Perluas Area Layanan, HappyFresh Ekspansi ke Bali

Platform belanja kebutuhan rumah tangga online HappyFresh mengumumkan ekspansi area layanan ke bulan November ini. Kepada DailySocial Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengungkapkan, pulau Bali menjadi penting bagi HappyFresh untuk meng-cater ukuran pasar yang luas, sarat dengan populasi yang digital savvy dan memiliki pilihan supermarket yang beragam.

“Terlebih lagi, waktu tempuh rata-rata dari rumah ke supermarket lebih tinggi dibandingkan dengan kota lain, karena jalan yang lebih kecil, jarak yang lebih jauh dan peningkatan lalu lintas dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini kami melayani wilayah Kuta, Seminyak, Kerobokan, Canggu, dan kami berharap dapat memperluas ke lebih banyak wilayah dalam beberapa bulan mendatang,” kata Filippo.

Di Bali, HappyFresh menggandeng beberapa mitra supermarket dan toko-toko khusus seperti Grand Lucky, Papaya Fresh Gallery, The FoodHall, Giant Ekspres, Frestive, Vines, Re.juve, Natural Farm, dan Red & White. Ke depannya perusahaan juga akan menambah beberapa mitra dalam beberapa bulan mendatang.

Sebelumnya, HappyFresh sudah beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Malang. Ekspansi ke Bali merupakan langkah strategis yang dilakukan HappyFresh tahun ini.

Disinggung seperti apa strategi HappyFresh untuk bersaing dengan platform serupa lainnya yang juga telah hadir di Bali, Filippo menegaskan, aplikasi HappyFresh dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan belanja bahan makanan online, mulai dari berbagai macam kategori produk hingga berbagai macam supermarket dan tempat berbelanja.

“Didukung dengan personal shopper dan mitra pengemudi kami yang terlatih dalam menangani bahan makanan dan semua pesanan yang dikirim dalam kotak berinsulasi termal untuk menjaga produk tetap segar atau beku,” kata Filippo.

Rencana dan target HappyFresh

Selama pandemi permintaan dari pengguna akan layanan HappyFresh cukup tinggi, seiring dengan aturan PSBB dari pemerintah dan WFH. Sejumlah kemitraan juga telah dilancarkan oleh perusahaan, seperti dengan Bukalapak. Sementara itu kerja sama strategis dengan Grab melalui GrabFresh juga masih berjalan.

Dari sisi jumlah pengguna HappyFresh juga mengalami pertumbuhan positif, meskipun enggan disebutkan lebih lanjut berapa jumlah pengguna HappyFresh hingga saat ini.

“Saya tidak dapat mengungkapkan jumlahnya, tetapi yang dapat saya informasikan adalah bahwa kami telah menyaksikan peningkatan permintaan secara organik. Mayoritas pelanggan yang memesan di Bali beberapa hari terakhir ini adalah pelanggan baru, tetapi kami juga melihat pesanan dari pelanggan HappyFresh lama yang dulunya sudah berbelanja di kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya,” kata Filippo.

Tahun depan HappyFresh memiliki rencana dan target yang ingin dicapai, di antaranya adalah mempercepat pertumbuhan dan memberikan kepuasan pelanggan, baik di kota yang sudah ada maupun kota yang baru. Perusahaan juga ingin berfokus pada kualitas layanan, menambahkan fitur baru yang menarik, mitra supermarket, opsi pembayaran, dan penawaran eksklusif.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Hadir di Aplikasi Bukalapak, Lengkapi Fitur “Online Groceries” [UPDATED]

Bukalapak menggaet HappyFresh untuk perilisan fitur baru online groceries yang sudah bisa diakses melalui aplikasi Bukalapak. Perilisan ini merupakan dalam rangka mendongkrak bisnis online groceries di Bukalapak yang meningkat semenjak pandemi Covid-19.

Sebelum hadir di aplikasi Bukalapak, layanan HappyFresh dapat diakses melalui Grab (untuk fitur Groceries) dan Line (untuk fitur LINE MAN) yang baru hadir di Thailand per awal tahun ini. Rencana tersebut sudah dipersiapkan perusahaan pada tahun lalu berdasarkan wawancara terakhir bersama DailySocial.

Dalam keterangan resmi, Bukalapak mencatat sejak awal Maret ini ada kenaikan transaksi bahan pokok hingga 3,5 kali lipat dari bulan sebelumnya. Hingga saat ini, kategori tersebut menjadi paling banyak dicari konsumen.

“Agar terus dapat memenuhi kebutuhan ini dengan baik, kami terdorong untuk terus mengembangkan produk dan layanan Bukalapak. Hal inilah yang melatarbelakangi kerja sama kami dengan HappyFresh, di mana seluruh pengguna kami sekarang dapat berbelanja di grocery stores pilihan mereka sambil tetap menjalankan protokol physical distancing,” ucap Director of Fintech, Payment, and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana, Senin (13/7).

Bukalapak sendiri sebelumnya merilis fitur online groceries berkonsep O2O BukaMart sejak tahun lalu. Sasaran tujuan dan pengguna dari layanan ini berbeda dengan Groceries HappyFresh. Secara terpisah, kepada DailySocial, Victor menerangkan BukaMart diinisiasi untuk menciptakan ekonomi yang adil untuk semua lapisan masyarakat melalui platform online.

BukaMart adalah fitur yang diluncurkan untuk menyediakan berbagai kebutuhan barang sehari-hari melalui kerjasama dengan sejumlah penyedia barang yang resmi dan terpercaya. BukaMart juga bekerjasama dengan warung Mitra Bukalapak untuk melayani kebutuhan masyarakat.

Mitra BukaMart ini tersebar di beragam lokasi di kota besar dan kecil, di antaranya Balikpapan, Ngawi, Blitar, Madiun, Jember dan sebagainya. Produk yang dijual berasal dari penyuplai resmi dan dapat dikirim di hari yang sama dengan mitra kurir logistik.

Pengalaman berbelanja di HappyFresh melalui Bukalapak, tidak jauh berbeda dengan GrabFresh, misalnya. Di halaman utama, pengguna akan disuguhkan dengan supermarket yang terdekat dari lokasi mereka sebelum mulai berbelanja.

Di aplikasi HappyFresh sendiri, telah terintegrasi dengan Dana untuk pilihan metode pembayarannya. Mereka telah bekerja sama dengan lebih dari 150 supermarket dan toko-toko khusus yang tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Di samping itu di tiap lokasi, HappyFresh memiliki tim internal diberi nama Personal Shoppers yang telah dilatih dan diantarkan oleh kurir sendiri.

“Kami senang dapat bermitra dengan Bukalapak [..] Pengguna Bukalapak sekarang dapat berbelanja bahan makanan dan kebutuhan sehari yang praktis dan aman, dengan tetap menjaga norma social distancing [..],” imbuh Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini.

Industri paling “hijau”

Bisa dikatakan online groceries menjadi salah satu industri yang tumbuh paling “hijau” di tengah pandemi Covid-19. Oleh karenanya, industri ini menjadi ajang bagi perusahaan lain untuk melirik dan mencari peruntungan di sana dan meramaikan peta persaingan online groceries.

Dalam pantauan DailySocial, sejumlah perusahaan tersebut antara lain startup solusi iklan berjalan Ubiklan yang merilis UbiFresh; startup proptech Travelio masuk dengan TravelioMart; startup pemberdayaan UKM Titipku; startup logistik Deliveree; startup logistik last mile Paxel; hingga perusahaan penyedia ISP Greenet merilis NetBli.

Upaya dari startup di atas adalah bagian dari pilihan agar tetap relevan dengan situasi dengan keadaan agar perusahaan tetap hidup. Besar kemungkinan bisnis tersebut akan dilanjutkan karena saat new normal, kebutuhan belanja sehari-hari bakal tetap ada peminatnya.

 

*Update: Kami menambahkan penjelasan mengenai BukaMart

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Projecting the Future of Online Grocery Startup in Indonesia

The online grocery allows the consumer to order groceries, such as vegetables and other ingredients, through an application. It was on-demand, the order will be delivered to their houses within a certain period, it is due to its freshness. The platform developer also has its own couriers.

In Indonesia, the penetration is still around the top-tier cities like Jabodetabek. Although, it still holds high potential. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia said the online grocery value will grow at 198% from US$99 billion in 2019 to US$295 billion in 2023. Southeast Asia is projected to experience rapid growth, although in terms of value is not as big as in Japan, South Korea, or China. Indian and Indonesian market is projected as important for business for its scalability.

Online grocery platform journey in Indonesia

The online grocery concept has been started since the 2013’s. There were several players entering the market then, one of which still survives is SeroyaMart. While others like Sukamart chose not to continue the business. In the following year, other players began to appear, including regional migrant, Honestbee even though only lasted 1.5 years in Indonesia.

HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, until the latest GrabFresh now serves the community. Each has strong business support.

First, HappyFresh, has entered Indonesia in 2015, they’ve expanded to 11 major cities in 3 countries, including Malaysia and Thailand. They serve users in Jadetabek, Bandung, Surabaya, and Malang. Sinar Mas Digital Venture, Vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures are some of the venture capitalists who have backed HappyFresh into a centaur, valuing above US$ 100 million.

HappyFresh driver-partners will help users shop in supermarkets and stores that have become partners, some of which are Transmart, Giant, Lotte Mart, and Super Indo. In addition, HappyCorporate exists to serve the needs of grocery in offices. Significant strategic cooperation was then built with Grab, resulting in GrabFresh services. Compete directly with Gojek’s GoMart, which offers similar services.

HappyFresh driver partners taking groceries for consumer to retail partners
HappyFresh driver partners taking groceries for consumer to retail partners

SayurBox has become an online grocery startup that has succeeded in becoming a centaur, through funding provided by Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures and Tokopedia. The approach is different, they are connected directly with farmers or sales partners to distribute their merchandise through the application. In addition to providing fresh produce, they have a mission to break the supply chain so as to provide better income for farmers. At the moment, SayurBox is only operating in Jabodetabek.

Tokopedia also has its own agenda with the involvement. Delivered on a separate occasion by CEO William Tanuwijaya, the corporate action was carried out in order to smooth the company’s plan to realize its vision of being “Infrastructure as a Service” in the field of commerce. The expected impact of SayurBox, besides completing the product category – there is now a separate channel on the Tokopedia page – also provides an expansion of features on the demand and agtech side. For information, Tokopedia also invests in other vertical startups related to retail.

Consolidation with retail

As a transformative effort, Ranch Market and Farmers Market retailers finally entered the digital industry in 2016 by cooperating with Kresna Graha Investama. They present a grocery online platform called KeSupermarket. An online-to-offline scheme through the “Collect in Store” feature is also presented, allowing users to take items purchased online at offline stores, while still providing logistical services.

As other retailers like Hypermart do, they present digital services on websites and mobile applications to make it easy for users to get their products. The O2O scheme is also implemented to provide options, therefore, users can pick up their purchases at the store themselves. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart also finally took a similar approach to developing digital channels.

Although these retailers have their own applications, it does not necessarily get high interest from users. For example, if you see download statistics on Google Play, the grocery online app startup gain higher downloads. Meanwhile, what players like HappyFresh do is actually connects consumers with products in retail such as LotteMart.

Applications (Android) Total Downloads
LotteMart Indonesia 10.000+
Hypermart Online 100.000+
SayurBox 500.000+
HappyFresh 1.000.000+

There are indeed many variables, one of which can be analyzed is each business’ focus. Grocery online startups try to consolidate catalogs of various retailers to be easily accessed on one channel. The benefit is, users can get a more complete variant by surfing in one place. The focus is on accommodating the ordering process without having to think about the product supply chain directly so that they can also focus more on managing the logistics system.

Moreover, the development of grocery services (or in collaboration with) ride-hailing providers. They already have a strong foundation in the distribution system, taking advantage of driver-partners who are available in various locations. This is what makes Gojek confident with GoMart, in the midst of business efficiency through the reduction of features, such as GoLife services were stopped, leaving only GoClean and GoMassage.

A more open system also allows online grocery players to connect directly with product brands, such as partnerships that are now being intensified by players. This will have an impact on the supply chain, thereby making prices more affordable.

Not always have a clear path

Made a succession of HappyFresh and RedMart Singapore to Lazada become the highlight of the end of 2016, also to show the tight competition of the online grocery business in Southeast Asia. In the next years, some last but many also fell. Last year, Honestbee has a serious financial issue and shut down business in some countries, including Indonesia. Then, rumor has it with Grab and Gojek business exploration, but it didn’t go as planned.

Honestbee's founders, Singapore's online grocery startup failed to gain business growth
Honestbee’s founders, Singapore’s online grocery startup failed to gain business growth

Launched in 2015, Honestbee has launched an aggressive growth strategy. Successful in their home country, Singapore, they soon expanded to seven neighboring countries including Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, the Philippines and Japan. The business system, they employ freelancers or so-called “Bees” to help spend orders and send to users – a concept that is now increasingly familiar with Indonesian consumers.

In addition, Honestbee has briefly presented the concept of food delivery in Singapore. However, boosted growth has a direct impact on their finances. In the end of 2018 the company reportedly began to run out of capital, they began to dismiss employees and stop several business units, including R&D centers in India and Vietnam. Indeed, the loss that reaches millions of US dollars has succeeded with a large number of user acquisition, but the traction is not as good as expected.

The thing is, not every market share ready with these services. It was still in 2017 back then. Users in Indonesia were only familiar with e-commerce services, seeing many surveys that the average product purchased online was a gadget or fashion product. Unreliable logistics are a major problem for the delivery of fresh food. Furthermore, the services offered by Honestbee is not on-demand.

Pandemic support popularity

HappyFresh and SayurBox finally developed for a local touch. They see the fundamental problems above, such as logistics, become priorities to be resolved first. The service also operates in large urban areas that are subject to traffic congestion, but it still seeks fast delivery to home – users can view estimated delivery times and track current status.

HappyFresh CEO Guillem Segarra once said, instead of considering points on the map, their expansion strategy was always based on a market-driven approach. They choose not to rush and only come to markets that really need the solutions offered. Segarra claims to have benefited in the market where its services currently operate.

In 2020, the grocery online business might obtain a surge of high users. The Covid-19 pandemic made people start using the service, because there was an appeal not to travel outside the home. Sure enough, there are currently a lot of product stocks on empty platforms. The shipping queues have also piled up – they cannot be shipped the same day. The important point is that there is a growing awareness among Indonesian consumers.

However, e-commerce also began speeding the grocery category, such as Lazada’s strategy after the acquisition of RedMart. Local companies have begun to show the same signs. For example, Blibli with the Blibli Mart, presenting the O2O concept of product daily necessity. The same thing was done by JD.id.

Online grocery will have a bright future, in the midst of increasingly digital habits, as well as consolidated retail and platform. This is in terms of the currently visited market, as in Jabodetabek. Beyond that, there are still many left to do to be validated because basically what startups offer in this vertical is to change the culture of the community, especially among housewives.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menakar Masa Depan Startup “Online Grocery” di Indonesia

Layanan online grocery memungkinkan pengguna memesan kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran dan bahan makanan lainnya, lewat aplikasi. Bentuknya on-demand, pesanan diantar langsung ke rumah masing-masing dalam kerangka waktu yang ditentukan, biasanya juga untuk menjaga kesegaran. Tak ayal pengembang platform tersebut juga punya kurir pengantarannya sendiri.

Di Indonesia, penetrasinya masih di seputar kota besar seperti Jabodetabek. Meski demikian, potensinya dinilai masih besar. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan bahwa nilai pasar online grocery akan bertumbuh 198% dari US$99 miliar di 2019 jadi US$295 miliar di 2023. Asia Tenggara diproyeksikan akan mendapati pertumbuhan tercepat, kendati secara nilai belum sebesar di Jepang, Korsel dan Tiongkok. Pasar di India dan Indonesia juga akan semakin penting bagi pebisnis karena skalanya.

Perjalanan online grocery di Indonesia

Konsep online grocery sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2013-an. Waktu itu ada beberapa pemain yang hadir ke pasaran, salah satu yang masih bertahan sampai sekarang SeroyaMart. Sementara lainnya seperti Sukamart memilih tidak melanjutkan bisnis. Di tahun berikutnya mulai bermunculan pemain lain, termasuk pendatang dari regional Honestbee walau cuma bertahan 1,5 tahun di Indonesia.

HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, sampai yang terbaru GrabFresh kini melayani masyarakat. Masing-masing juga punya dukungan bisnis yang kuat.

Pertama HappyFresh, hadir di Indonesia sejak tahun 2015, kini mereka sudah menjangkau 11 kota besar di 3 negara, termasuk Malaysia dan Thailand. Mereka melayani pengguna di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Sinar Mas Digital Venture, vertex Ventures, Grab Ventures, LINE Ventures adalah beberapa dari nama pemodal ventura yang kini sudah membawa HappyFresh jadi centaur, bervaluasi di atas US$100 juta.

Mitra HappyFresh akan membantu membelanjakan kebutuhan pengguna di supermarket dan toko yang telah menjadi mitra, beberapa di antaranya Transmart, Giant, Lotte Mart, dan Super Indo. Selain itu, kini juga sudah ada HappyCorporate untuk melayani kebutuhan grocery di perkantoran. Kerja sama strategis yang cukup signifikan kemudian dibangun bersama Grab, menghasilkan layanan GrabFresh. Bersaing langsung dengan GoMart milik Gojek yang menyajikan layanan serupa.

Mitra HappyFresh membelanjakan pesanan konsumen ke ritel mitra / HappyFresh
Mitra HappyFresh membelanjakan pesanan konsumen ke ritel mitra / HappyFresh

SayurBox juga jadi startup online grocery yang berhasil sandang status centaur, melalui pendanaan yang diberikan oleh Insignia Venture, Patamar Capital, East Ventures dan Tokopedia. Pendekatannya beda, mereka terhubung langsung dengan petani atau mitra penjual untuk mendistribusikan dagangannya lewat aplikasi. Selain memberikan produk segar, mereka miliki misi untuk memutus rantai pasokan sehingga memberikan penghasilan lebih baik kepada petani. Saat ini SayurBox baru beroperasi di Jabodetabek.

Tokopedia tentu juga punya agenda dengan keterlibatannya pada investasi tersebut. Disampaikan dalam kesempatan terpisah oleh CEO William Tanuwijaya, aksi korporasi dilakukan demi muluskan rencana perusahaan realisasikan visi menjadi “Infrastructure as a Services” di bidang perniagaan. Dampak yang diharapkan dari SayurBox, selain melengkapi kategori produk –saat ini sudah ada kanal tersendiri di laman Tokopedia—juga memberikan perluasan fitur di sisi on-demand dan agtech. Sebagai informasi, Tokopedia juga berinvestasi ke startup vertikal lain yang masih berhubungan dengan ritel.

Konsolidasi dengan ritel

Sebagai upaya transformatif, peritel Ranch Market dan Farmers Market tahun 2016 lalu akhirnya masuk juga ke ranah digital menggandeng Kresna Graha Investama. Mereka menghadirkan platform online grocery bernama KeSupermarket. Skema online-to-offline melalui fitur “Collect in Store” turut dihadirkan, memungkinkan pengguna mengambil item yang dibeli online di toko offline, kendati tetap menyediakan layanan logistik.

Demikian juga yang dilakukan peritel lain seperti Hypermart, mereka sajikan layanan digital dalam situs web dan aplikasi ponsel untuk mudahkan pengguna dapatkan produk mereka. Skema O2O juga diterapkan, untuk memberikan pilihan agar pengguna dapat mengambil sendiri belanjaannya di toko. Giant, Hero, Transmart, Lotte Mart juga akhirnya lakukan pendekatan serupa dengan kembangkan kanal digital.

Kendati peritel tersebut punya aplikasinya sendiri-sendiri, tidak serta-merta mendapatkan minat yang tinggi dari pengguna. Misalnya jika melihat statistik unduhan di Google Play, aplikasi dari startup online grocery mendapatkan unduhan yang lebih tinggi. Sementara, yang dilakukan pemain seperti HappyFresh sebenarnya juga menghubungkan konsumen dengan produk-produk di ritel seperti LotteMart.

Aplikasi (Android) Total Unduhan
LotteMart Indonesia 10.000+
Hypermart Online 100.000+
SayurBox 500.000+
HappyFresh 1.000.000+

Tentu banyak variabel yang membedakan, salah satu yang dapat dianalisis adalah mengenai fokus bisnis masing-masing. Startup online grocery mencoba mengkonsolidasikan katalog berbagai peritel agar mudah diakses di satu kanal. Manfaatnya, pengguna bisa mendapatkan varian yang lebih lengkap dengan berselancar di satu tempat. Fokusnya mengakomodasi proses pemesanan tanpa harus memikirkan rantai pasokan produk secara langsung membuat mereka juga bisa lebih fokus mengelola sistem logistik.

Terlebih layanan grocery yang dikembangkan (atau bekerja sama dengan) penyedia ride-hailing. Mereka telah memiliki fondasi yang kuat di sistem distribusi, manfaatkan mitra pengemudi yang tersedia di berbagai penjuru lokasi. Poin ini yang membuat Gojek masih yakin dengan GoMart, di tengah efisiensi bisnis melalui pengurangan fitur yang sempat dilakukan – banyak layanan GoLife yang dihentikan, menyisakan hanya GoClean dan GoMassage.

Sistem yang lebih terbuka juga memungkinkan pemain online grocery terhubung langsung dengan brand produk, seperti kemitraan yang kini digencarkan oleh para pemain. Ini akan berdampak pada rantai pasokan, sehingga membuat harga lebih terjangkau.

Tidak selalu mulus

Suksesi CEO HappyFresh dan penjualan RedMart Singapura ke Lazada menjadi sorotan di akhir tahun 2016, sekaligus menunjukkan kerasnya persaingan bisnis online grocery di kawasan Asia Tenggara kala itu. Di tahun-tahun selanjutnya ada yang masih bertahan, namun ada juga yang tumbang. Tahun lalu Honsetbee mengalami isu keuangan yang serius, lantas menghentikan operasionalnya di banyak negara, termasuk Indonesia. Kala itu sempat santer terdengar kabar penjajakan penjualan bisnis ke Grab dan Gojek, namun tidak berbuah manis.

Para pendiri Honestbee, startup online grocery Singapura yang gagal capai pertumbuuhan bisnis / Strait Times
Para pendiri Honestbee, startup online grocery Singapura yang gagal capai pertumbuuhan bisnis / Strait Times

Diluncurkan sejak tahun 2015, Honestbee canangkan strategi pertumbuhan yang cukup agresif. Sukses di negara asalnya, Singapura, mereka segera lakukan ekspansi ke tujuh negara tetangka termasuk Hong Kong, Taiwan, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang. Sistem bisnisnya, mereka memperkerjakan freelancer atau yang disebut dengan “Bees” untuk membantu membelanjakan pesanan dan mengirimkan kepada pengguna — konsep yang saat ini makin akrab dengan konsumen Indonesia.

Tidak berhenti di sana, Honestbee juga sempat menghadirkan konsep food delivery di Singapura. Namun pertumbuhan yang terus digenjot berdampak langsung pada keuangan mereka. Dalam mulai akhir 2018 perusahaan dikabarkan mulai kehabisan modal, mereka pun mulai melakukan pemecatan karyawan dan menghentikan beberapa unit bisnis, termasuk pusat R&D di India dan Vietnam. Memang, kerugian yang mencapai jutaan dolar AS berimplikasi pada perolehan jumlah pengguna yang banyak, tapi sayangnya tidak menghasilkan traksi seperti yang diharapkan.

Hal yang kurang dipertimbangkan, tidak semua pangsa pasar siap dengan layanan tersebut. Waktu itu masih di tahun 2017. Pengguna di Indonesia baru akrab dengan layanan e-commerce, melihat banyak survei rata-rata produk yang dibeli secara online adalah gadget atau produk fesyen. Logistik yang belum reliable jadi masalah utama untuk pengiriman bahan makanan segar. Maka layanan yang ditawarkan Honestbee pun akhirnya kurang diminati.

Pandemi dongkrak popularitas

Sentuhan lokal akhirnya coba digarap oleh HappyFresh dan SayurBox. Mereka melihat masalah mendasar di atas, seperti logistik, menjadi prioritas untuk diselesaikan sejak dini. Layanan juga beroperasi di wilayah perkotaan besar yang syarat dengan kemacetan, namun pihaknya tetap mengupayakan pengiriman cepat ke rumah – pengguna bisa melihat estimasi waktu pengiriman dan melacak status terkini.

CEO HappyFresh Guillem Segarra pernah menyampaikan, alih-alih mempertimbangkan titik di peta, strategi ekspansi mereka selalu didasarkan pada pendekatan market-driven. Mereka memilih tidak terburu-buru dan hanya mendatangi pasar yang benar-benar butuh solusi yang ditawarkan. Segarra mengklaim telah mendapatkan keuntungan di pasar tempat layanannya beroperasi saat ini.

Tahun 2020 tampaknya bisnis online grocery akan mendapati lonjakan pengguna tinggi. Pandemi Covid-19 membuat orang-orang mulai manfaatkan layanan tersebut, karena ada imbauan untuk tidak bepergian ke luar rumah. Benar saja, saat ini banyak stok produk di platform yang kosong. Antrean pengiriman pun juga sudah menumpuk – sampai tidak bisa dikirimkan ke hari yang sama. Poin pentingnya, ada awareness yang makin terbangun di kalangan konsumen Indonesia.

Tapi tidak bisa lengah, pasalnya e-commerce juga mulai kebut kategori grocery, seperti strategi Lazada pasca akuisisi RedMart. Perusahaan lokal pun sudah mulai perlihatkan gelagat yang sama. Misalnya yang dilakukan Blibli dengan menghadirkan Blibli Mart, hadirkan konsep O2O jajakan produk kebutuhan sehari-hari. Hal serupa juga dilakukan oleh JD.id.

Online grocery akan memiliki masa depan yang cerah, di tengah kebiasaan masyarakat yang semakin digital, serta konsolidasi ritel dan platform yang semakin baik. Ini dalam konteks di pasar yang saat ini sudah disinggahi, yakni Jabodetabek. Di luar itu, masih banyak PR yang harus divalidasi karena pada dasarnya yang ditawarkan startup di vertikal ini adalah mengubah kultur masyarakat, khususnya di kalangan ibu rumah tangga.

Super App Approach for The Future’s Collaboration Form

It is undeniable, that Gojek and Grab kinds of services as the top of mind are getting high awareness among users due to flexibility and simplicity offered within just one platform. Each platform is claimed to be the super app, not only just a ride-hailing tool, and has accommodated various services in the application.

Gojek’s Co-Founder who is recently appointed as Indonesia’s Minister of Education and Culture, Nadiem Makarim said in an interview that an application capable to be the one-for-all services would create a great potential in Indonesia.

“When you digitize human movement and trace back transactions, you create a new visibility level and understand very clearly how each city operates,” he said.

A similar statement comes from Grab’s CEO, Anthony Tan. He thought as the number of young users grows, it actually changes the habit and lifestyle in more digital ways. Through smartphones and apps, the data collected can be very useful for service development.

Starts in China

superapp

Since China, many applications have emerged offering solutions and provide more than one service. The term super app began to extend and happened to capture as much attention from people.

Super app has created a relevant ecosystem and needed on a daily basis. Starts from purchasing groceries, transportation, shopping and payment to the extent of entertainment.

Today, the super app model is rapidly growing in the emerging market, such as India, South America, and Southeast Asia. Its focus is on making horizontal expansion and dominating certain geographic spots aggressively. Eventually, with the right and relevant features and categories, the super app is predicted to be the future technology.

The Future Technology

Using the super app framework as the direction of many technology startups, it’ll be wiser for those startups, corporates, and brands to collaborate and create an application with a one-stop-shopping concept.

Gojek, for example, has partnered up with cinemas, health consulting service, and drug purchasing, also the news portal for users can stay longer in the application.

Grab, on the other side, provides grocery service with GrabFresh in collaboration with HappyFresh. Partnering with Grab allows HappyFresh to add more slots in the sales, also to improve delivery time.

HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra said, the partnership approach, as the one with Grab, will give consumers easier access to groceries from their currently used app, without having to download the HappyFresh app.

“We believe in the partnership approach and it has proven with Grab. They are very helpful towards us getting new users. Hereby, we decided to stay open to other platforms with lots of user base,” He added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendekatan “Super App” Sebagai Format Kolaborasi Masa Depan

Tidak dapat dipungkiri, layanan seperti Gojek dan Grab bisa menjadi top of mind dan mendapatkan awareness tinggi di antara pengguna karena fleksibilitas dan kemudahan yang ditawarkan dalam satu platform. Masing-masing platform mengklaim menjadi super app, tak hanya sekadar layanan ride hailing, dan sudah mengakomodasi berbagai layanan di satu aplikasi.

Dalam sebuah wawancara, Co-Founder Gojek Nadiem Makarim, yang kini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyebutkan, aplikasi yang bisa menjadi layanan untuk semua memiliki potensi sangat besar dikembangkan di Indonesia.

“Ketika Anda mendigitalkan pergerakan manusia, barang, dan melacak semua transaksi, Anda membuat lapisan visibilitas baru dan mengetahui dengan jelas cara masing-masing kota beroperasi,” kata Nadiem.

Hal senada disampaikan CEO Grab Anthony Tan. Menurutnya, makin besarnya pertumbuhan pengguna dari kalangan muda telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup menjadi lebih digital. Melalui smartphone dan aplikasi, data yang masuk bisa dimanfaatkan untuk pengembangan layanan.

Dimulai di Tiongkok

Sejak diawali di Tiongkok, mulai banyak bermunculan aplikasi yang mampu mengatasi masalah dan memberikan solusi lebih dari satu layanan. istilah super app kemudian mulai banyak dikembangkan dan ternyata mampu menarik perhatian orang banyak.

Super app telah menciptakan ekosistem yang relevan dan dibutuhkan setiap harinya oleh orang banyak. Mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, transportasi, pembelian dan pembayaran hingga hiburan.

Saat ini model super app berkembang pesat di pasar negara berkembang, seperti India, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Fokus super app adalah melakukan ekspansi secara horizontal dan mendominasi geografi tertentu secara agresif. Pada akhirnya, dengan fitur dan kategori yang tepat dan relevan, diprediksi super app menjadi teknologi masa depan.

Masa Depan

Dengan framework super app yang menjadi arahan banyak startup teknologi,  menjadi hal yang bijak bagi startup, korporasi, dan brand untuk berkolaborasi dan menciptakan aplikasi dengan konsep one stop shopping.

Gojek, misalnya, telah menggandeng bioskop, layanan konsultasi kesehatan dan pembelian obat-obatan, dan platform berita supay pengguna betah berlama-lama menggunakan aplikasinya.

Sedangkan Grab menghadirkan layanan pembelian barang-barang sehari-sehari bersama GrabFresh menggandeng HappyFresh. Kehadiran mitra Grab memungkinkan HappyFresh menambah lebih banyak slot pengiriman dan meningkatkan waktu pengiriman.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership, seperti dengan Grab ini, akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” unggap Guillem.

HappyFresh Buka Kemungkinan Bawa “Konsep GrabFresh” di Platform Lain

HappyFresh mengungkapkan terbukanya kemungkinan membawa konsep GrabFresh ke platform lain, agar konsumen semakin mudah mengakses layanan groceries dari perusahaan. Rencana tersebut masih dimatangkan, sehingga belum ditentukan apakah bakal diterapkan di Indonesia atau di negara lain.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership seperti dengan Grab ini akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh. Untuk itu, perusahaan tengah mencari platform apa pun yang menawarkan berbagai solusi dan memiliki basis pengguna yang banyak.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” terang Segarra, Rabu (3/7).

Adapun kabar terbaru dari GrabFresh, rencananya perusahaan akan membuka kehadirannya di Malaysia, Grab dan HappyFresh juga beroperasi di sana. Namun belum diputuskan kapan akan direalisasikan. Sejauh ini, GrabFresh telah hadir di Indonesia dan Thailand.

Segarra enggan menyebut kontribusi yang diberikan GrabFresh pasca peresmiannya. Tanpa menyebut angka detail, transaksi secara keseluruhan dikatakan selalu tumbuh double digit tiap bulannya sejak 18 bulan yang lalu.

Di samping itu, Segarra juga menyebutkan fokus perusahaan untuk ekspansi, baik lokasi baru maupun layanan groceries yang bisa menyasar berbagai segmen konsumen. Setidaknya dalam setahun ke depan, akan ada tambahan lokasi baru yang akan disasar perusahaan di tiga negara operasionalnya.

“Ada juga rencana untuk buka di negara baru, tetap dalam kawasan Asia Tenggara. Tapi kami masih belum tentukan.”

Sebagai pemain grocery delivery, HappyFresh kini menyediakan berbagai kebutuhan belanja mingguan lintas segmen. Tidak hanya supermarket saja, tapi juga bekerja sama dengan toko khusus yang menjual produk organik, kosmetik, kue, wine, bunga, dan makanan hewan.

Menurut Segarra, strategi ini diharapkan dapat menarik konsumen untuk terus berbelanja. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mingguan mereka, juga menyediakan kebutuhan khusus yang tidak selalu dibutuhkan.

“Dari situ, kami ingin HappyFresh bisa hadir dan memenuhi semua kebutuhan konsumen.”

Resmikan tampilan baru

Di saat yang bersamaan, HappyFresh memperkenalkan wajah baru; baik logo, maskot, dan tampilan aplikasi; untuk menarik konsumen dari kalangan milenial. Fitur chat dalam aplikasi juga ikut disertakan, untuk memudahkan komunikasi antara konsumen dan shopper, terutama saat stok produk yang dipesan tidak tersedia.

Fitur ini juga dilengkapi dengan terjemahan otomatis yang berguna untuk konsumen yang hanya bisa berbahasa asing, saat ingin berhubungan dengan shopper. Dari segi layanan, terdapat peningkatan untuk peralatan antar, seperti kantong kemas termal untuk membawa produk beku dan dingin.

Disediakan pula kotak kardus atau tas biodegradable yang ramah lingkungan untuk mengirimkan barang pesanan konsumen. Peningkatan ini dimulai terlebih dahulu di Indonesia, kemudian diikuti Malaysia dan Thailand pada akhir tahun ini.

“Peningkatan integrasi dengan mitra supermarket juga kami lakukan, update stok lebih cepat, promosi dengan menawarkan harga yang terbaik untuk konsumen. Sebab pada dasarnya, teknologilah yang memungkinkan kami untuk menyelesaikan masalah di lapangan.”

Seluruh strategi di atas adalah rangkaian rencana perusahaan pasca mengumumkan perolehan pendanaan Seri C sebesar $20 juta pada April 2019, dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Growth Fund, serta mitra strategis lainnya, seperti Line Ventures, Singha Ventures dan Grab Ventures.

Operasional HappyFresh di Indonesia tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Untuk pengemudi dan shopper diklaim ada ribuan yang telah bergabung.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Announces The Latest Funding of 282 Billion Rupiah

In a discussion between DailySocial team with HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra last year, the service is revealed to raise series C funding. They’ve received $20 million (over 282 billion Rupiah) fresh funding. Grab Ventures as the first participant, including GrabFresh partnership announced last September.

The series C funding was led by Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, followed by LINE Ventures, Singha Ventures, Samena Capital, Vertex Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), 500 Startups, and BeeNext.

In the interview with TechCrunch, Segarra said the credit will be used to build up technology, including consumer’s shopping customization. He also ensured to have expansion, although the strategy will be different with the previous one. HappyFresh is available in Indonesia, Malaysia, and Thailand.

“Currently [the expansion] is based on market penetration rather than availability of new logical one. We’re not in rush,” he said.

Segarra claims to have gained profit in the current market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

HappyFresh Umumkan Perolehan Dana Baru 282 Miliar Rupiah

Dalam perbincangan DailySocial dengan CEO HappyFresh Guillem Segarra pertengahan tahun lalu, terungkap layanan pengantaran bahan kebutuhan sehari-hari tersebut tengah menggalang dana Seri C. Kini mereka mengumumkan telah memperoleh dana segar $20 juta (lebih dari 282 miliar Rupiah). Grab Ventures adalah yang pertama berpartisipasi, termasuk kemitraan GrabFresh, yang diumumkan September lalu.

Dana Seri C yang diperoleh HappyFresh ini dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dengan partisipasi Line Ventures, Singha Ventures, Samena Capital, Vertex Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), 500 Startups, dan BeeNext.

Dalam wawancara dengan TechCrunch, Segarra mengungkapkan dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat sisi teknologi, termasuk memperkuat personalisasi belanja konsumen. Ia juga memastikan adanya potensi ekspansi, meskipun strateginya akan berbeda dengan langkah ekspansi sebelumnya. Saat ini HappyFresh beroperasi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

“Saat ini [ekspansinya] berbasiskan pendekatan market driven ketimbang sekedar menunjukkan lokasi di peta. Anda akan melihat ketersediaan di pasar baru yang masuk akal. Kami tidak terburu-buru,” kata Segarra.

Segarra mengklaim telah mendapatkan keuntungan di pasar tempat layanannya beroperasi.

Application Information Will Show Up Here