Tiga Periferal Baru Asus ROG Ini Sempurnakan Kegiatan Gaming Anda

Republic of Gamers Asus ciptakan setelah sang produsen dari Taiwan itu menyadari signifikansi ranah gaming pada perkembangan teknologi hardware. Meski ROG segera mengingatkan kita pada produk notebook dan komponen high-end, Asus juga tidak melupakan aspek esensial penopang gaming seperti menyediakan beragam aksesori serta periferal.

Ketika kompetitor umumnya menggaet tim spesialis buat menyuguhkan periferal pendukung, Asus memutuskan untuk meramunya sendiri. Dan di CES 2016 silam, Asus mengungkap tiga aksesori gaming baru. Mereka adalah keyboard ROG Claymore, mouse ROG Spatha, dan headset ROG 7.1. Dari penjelasan Asus, periferal dirancang sedemikian rupa agar serasi dengan produk hardware, contohnya motherboard 970 Pro Gaming/Aura.

ROG Claymore

Merupakan keyboard mekanik dengan switch Cherry MX RGB, disuguhkan dalam opsi hitam, coklat, biru dan merah. Bagian keypad dapat dilepas, memberikan gamer keleluasaan buat menentukan sendiri posisinya. Numpad tak lupa dibekali fitur macro. Papan ketik memanfaatkan frame aluminium plus detail ala kuil suku Maya.

Claymore menyajikan LED backlight RGB 16,8-juta warna, masing-masing tuts dapat dikustomisasi. Ada teknologi N-key Rollover, di mana tiap tombol dibaca secara terpisah oleh keyboard, sehingga tiap tekanan terdeteksi akurat meski tombol lain sedang ditekan. LED dapat disinkronisasi ke motherboard. Kemudian via hotkey, Anda bisa langsung mengakses fungsi overclock, BIOS sampai setting kecepatan kipas.

ROG Spatha

Spatha ialah laser gaming mouse dengan 8200dpi, dispesialisasikan untuk permainan MMO. Periferal menggunakan jenis chassis berbahan logam magnesium, menawarkan 12 tombol programmable – enam di antaranya ditempatkan di sisi jempol. Rancangan soket tombol kiri dan kanan memungkinkannya untuk di-upgrade dan dikonfigurasi. Berbekal switch Omron, Asus mengklaim mouse tetap bekerja otimal sampai 20 juta kali klik.

Uniknya lagi, Anda dibebaskan untuk memakainya secara wireless atau tersambung via kabel. Di mode wired, polling rate (tinggi rendahnya informasi yang dapat terkirim dari mouse ke komputer) mencapai 2.000Hz. Dan hampir sama seperti Claymore, kita bisa mengkustomisasi lighting LED RGB di tiga zona mouse.

ROG 7.1

New Asus ROG Peripherals 01

Asus memberikan nama sederhana bagi sang penerus Strix 7.1 ini: ROG 7.1. Produsen bilang, berbagai penyempurnaan telah diimplementasikan agar efek surround sound terdengar lebih baik lagi, serta menjanjikan ‘atmosfer suara 3D sesungguhnya’.

Headset ditenagai driver discrete bermagnet neodymium kelas audiophile, ditambah audio station plug-and-play USB khusus. Unit tersebut menyimpan soundcard, juga menyediakan akses langsung ke setting suara in-game. Teknologi noise-cancellation di sana kabarnya sanggup mengurangi 90 persen bunyi-bunyian eksternal yang tak diinginkan.

Sumber: Asus.com.

BoomStick Bermisi Tingkatkan Kualitas Suara Earphone Bawaan Smartphone

Untuk mendapatkan kualitas suara terbaik, para audiophile biasanya sangat berhati-hati dalam memilih headphone atau earphone. Mereka tak segan menghabiskan jutaan rupiah hanya demi memanjakan telinganya dengan lagu-lagu favorit. Namun buat sebagian besar konsumen, earphone yang termasuk dalam paket penjualan smartphone saja biasanya sudah cukup.

Ada harga ada rupa. Dari segi kualitas suara, earphone gratisan ini pada umumnya tidak bisa dibandingkan dengan earphone keluaran brand macam Bose atau Sennheiser. Akan tetapi sekarang ada cara yang lebih terjangkau untuk mendapatkan kualitas suara lebih baik ketimbang membeli sebuah earphone baru.

Bernama BoomStick, perangkat ini merupakan aksesori yang menjembatani antara earphone dan smartphone. Premisnya amat sederhana: tancapkan BoomStick ke smartphone, barulah sambungkan earphone, maka Anda akan mendapatkan kualitas suara yang lebih memuaskan dari sebelumnya.

BoomStick

BoomStick tak memerlukan aplikasi pendamping khusus untuk bisa bekerja. Pengguna cuma perlu menekan tombol besar pada salah satu sisinya untuk mengaktifkan BoomStick. Sepintas ia terdengar seperti sebuah headphone amplifier standar, akan tetapi cara kerjanya sedikit berbeda. Bass akan lebih terasa, vokal lebih jernih, dan treble juga lebih crunchy.

Meski berwujud amat ringkas, BoomStick sanggup menemani pengguna selama 14 jam nonstop sebelum akhirnya perlu di-charge. Singkat cerita, ia merupakan teman baru yang sangat ideal untuk pengguna yang ingin mendapatkan kualitas suara lebih baik dari earphone bawaan smartphone.

BoomStick saat ini sudah dipasarkan seharga $99. Ia hadir dalam warna silver atau hitam. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah peningkatan kualitasnya sebanding dengan membeli headphone atau earphone baru dengan harga yang sama?

Sumber: TechCrunch.

Hands-On dengan Headphone Sennheiser, HD 630VB dan Seri Momentum

Dalam acara media sound forum yang diadakan Sennheiser beberapa waktu lalu, tidak hanya mendapatkan informasi tentang panduan memilih headphone a la Sennheiser tetapi saya juga berkesempatan untuk mencoba berbagai headphone yang dipajang di acara tersebut. Beberapa diantaranya akan coba saya bahas di artikel ini.

Menikmati headphone memang tidak bisa dalam waktu singkat. Penggemar alat untuk mendengarkan audio bisa jadi mengenal istilah burn-in untuk menggambarkan bahwa perangkat headphone akan bisa memberikan hasil suara maksimal jika sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Belum lagi file musik serta perangkat yang digunakan untuk memutar musik dan alat tambahan, seperti amplifier, juga akan berpengaruh pada hasil audio yang dikeluarkan.

Untuk itu artikel ini memang bukan sebuah review tetapi lebih ke hands-on atau pengalaman singkat saya ketika mencoba beberapa headphone Sennheiser. Ada banyak tipe atau seri yang Sennheiser bawa di acara media sound forum, mulai dari on ear, in ear sampai yang over ear. Baik yang dilengkapi bluetooth atau yang wire. Saya tidak terlalu menyukai bentuk earphone in ear, jadi saat acara kemarin saya hanya mencoba beberapa headphone on ear dan over ear.

Sennheiser HD 630VB

sennheiser HD 630 VB

Headphone yang satu ini, dijelaskan saat presentasi pada acara, disebut sebagai headphone audiophile pertama dari Sennheiser yang mendukung output audio dari smartphone. Belum masuk ke Indonesia dan harganya sudah bisa dipastikan akan premium, alias 5 juta ke atas.

Yang pertama kali mencuri perhatian dari HD 630VB bisa jadi adalah tampilan luar. Desain pad-nya terasa begitu besar, mengingatkan saya pada headphone Philips jadul. Namun desain bulky ini terbayar ketika Anda mulai menempatkannya di telinga Anda. Bundaran speaker yang bulat menutup dengan pas telinga Anda. Pinggiran pad yang ditutup bahan leather bagi sebagian pengguna mungkin tidak senyaman busa, tetapi tetap nyaman.

Busa pada bagian gagang atau pegangan yang bersentuhan ke bagian atas kepala juga menambah empuk saat dipakai. Cocok untuk penggunaan dalam waktu lama. Bahan dari headphone ini sendiri adalah gabungan beberapa bahan seperti plastik dan aluminium, dan balutan bahan kulit untuk pad baik dikuping atau penahan kepala. Penggabungannya menurut saya cukup menyenangkan, memberikan desain modern yang hadir dengan warna abu (metalik).

Sennheiser HD 630 VB

Dari suara sendiri, saya mendapatkan bahwa headphone ini memiliki bass yang cukup terasa tetapi tidak terlalu keras, dan terasa deep serta powerfull dari sound yang dihasilkannya. Untuk fitur tambahan, di bagian pinggir salah satu pad terdapat pengaturan kekuatan bass yang bisa diakses. Mirip seperti volume tapi untuk bass dan sisi powerfull suara. Jadi jika Anda ingin bass-nya agak berkurang bisa diatur ke miminal, lalu jika ingin mendengarkan lagu yang membutuhkan bass kuat bisa diatur ke maksimal.

Mendukung penggunaan smartphone tetapi untuk segmen audiophile menjadikan headphone ini harus memiliki sisi portabilitas yang tinggi. Meski bentuknya cukup besar namun foldable alias spekaer pad bisa ditekuk, lebih compact untuk dibawa kemana pun.

Sennheiser HD 630 VB

Pengalaman singkat mencoba Sennheiser HD 630VB kemarin cukup menyenangkan. Output suara yang diberikan juga cukup baik, meski saya hanya menggunakan layanan streaming lagu dari Deezer untuk memutar musik. Bisa jadi hasilnya akan lebih baik jika menggunakan file musik yg lebih ‘bagus’ dan bantuan amplifier.

Seri Momentum

Sennheiser Momentum

Headphone lain yang saya coba pada acara media sound forum Sennheiser beberapa waktu lalu adalah seri Momentum 2. Kalau melihat keterangan produk yang dipajang ada 3 produk yang tersedia untuk dicoba, Momentum 2i on ear, Momentum 2G over ear dan Momentum 2 over ear (yang menurut penjelasan perwakilan distributor memiliki fitur bluetooth). Dua yang disebutkan awal diperuntukkan bagi pemutar perangkat iOS (tipe i) dan Android (tipe G).

Saya lebih banyak mencoba seri Momentum 2 karena merasa bahwa suara bass yang dihasilkan lebih terasa dibandingkan yang seri untuk perangkat bergerak – 2i dan 2G, meski di sisi lain suara yang dihasilkan tidak terlalu deep.

Desain pad-nya yang lonjong memberikan efek nyaman tertentu dibandingkan yang tipe over ear bentuk bulat. Bahan leather yang membalut pad serta gagang juga memberikan kenyamanan saat menggunakan.

Sennheiser Momentum

Dari sisi desain, build dari headphone ini adalah gabungan plastik untuk rumah sepaker dan besi untuk gagang headphone. Momentum 2 cocok untuk penggunaan mobile karena bisa dilipat. Satu hal dari sisi desain yang tidak saya suka adalah perpaduan warna antara bagian luar dan bagian dalam pad. Warna busa yang coklat agak muda terasa ‘norak’ dan kurang pas dengan desain keseluruhan headphone.

Sennheiser Momentum

Di unit yang saya coba, ada fitur pengaturan suara yang terletak di bagian bawah salah satu speaker dan ada pula tombol dengan logo bluetooth. Menurut penjelasan salah satu perwakilan retailer Sennheiser di Indonesia, perangkat yang tipe ini bisa digunakan secara wireless, tapi saya tidak mencobanya. Saat mendengarkan lagu menggunakan kabel, tombol bluetooth coba saya aktifkan, dan power suara yang dihasilkan menjadi semakin kuat dan terasa seperti ada noice cancelling yang diaktifkan.

Seri HD

sennheiser 4 sennheiser 3

Selain dua perangkat headphone di atas, saya mencoba sebentar pula beberapa headphone lain seperti HD 221 dan HD 471G. Untuk yang HD 221 suara yang dihasilkan cukup terasa untuk bass, detail suara lain pun juga cukup meski tidak terasa deep. Sedangkan utuk HD 471G terasa kurang bagi saya meski bass-nya cukup terasa.

Dari sisi desain, balutan plastik yang dibawa kedua perangkat ini bisa jadi tidak ada yang terlalu istimewa, meski model yang dihadirkan mencoba untuk menghadirkan bentuk modern.

Saya harus mengakui bahwa saya bukan penggemar Sennheiser, alasannya produk ini terlalu umum alias produk sejuta umat. Tetapi rasa penasaran saya akhirnya membuat saya membeli satu produk entry level earphone (model earbud), dan saat digunakan, ternyata hasil suara yang diberikan cukup baik. Padahal itu produk entry level yang harganya tidak mahal.

Saya juga hadir beberapa kali dalam sesi rilis headphone dan mencoba singkat produk Sennheiser, salah satu acara rilis yang saya hadiri adalah adalah seri Urbanite. Saya sempat pula me-review untuk waktu agak lama seri Fidelio M1. Pengalaman mencoba beberapa produk ini cukup mengubah penilaian saya pada produk Sennheiser. Apalagi produk seperti Fidelio, Momentum dan HD 630VB yang hadir dengan desain cukup keren, membuat produk sejuta umat ini mendapat sentuhan desain yang premium dan ciamik. Signature suara bass yang dimiliki Sennheiser juga konsisten dijaga dan dihadirkan pada berbagai produk mereka.

Menjadi menarik tentunya melihat pergerakan selanjutnya dari Sennheiser, apalagi saat berbincang dengan perwakilan distributor bahwa disebutkan merek ini akan mencoba untuk mulai fokus menyasar pengguna mid dan high level. Meski demikian, saya yakin beberapa produk laris untuk entry level yang mereka miliki, akan sulit ditinggalkan oleh Sennheiser.

Streamz Ialah Headphone Wireless Khusus Para Pecinta Streaming Musik

Berkat teknologi, industri musik terus berkembang dan membentuk sebuah model bisnis baru, menarik lebih banyak pengguna ke platform layanan musik digital serta membuat musisi menjadi lebih dikenal. Hal ini merupakan kabar baik bagi kedua pihak, namun jika streaming musik adalah kegemaran Anda, sudahkah Anda menyiapkan device untuk mendukung aktivitas itu?

Memiliki visi buat menyederhanakan serta meningkatkan pengalaman hiburan konsumen, Douglas Kihm dan timnya memperkenalkan Streamz. Produk ini dideskripsikan sebagai ‘satu-satunya headphone yang dilengkapi Wi-Fi player musik build-in‘. Premisnya ialah kemampuan dan kemudahan streaming musik berkualitas tinggi tanpa memerlukan smartphone, kabel, dan bebas dari segala kerumitan.

Keunikan fungsi Streamz direpresentasikan oleh penampilannya. Ketika pada umumnya desain headphone sengaja diramu agar mengikuti bentuk telinga, Streamz memiliki bentuk earcup persegi. Untuk menggantikan fungsi navigasi konten di perangkat music player (atau smartphone), developer membubuhkan penel kendali di sisi luar komponen driver. Di kanan ada power/play/pause, skip dan volume; kemudian di kiri terdapat tombol kursor dan mode.

StreamZ 03

Uniknya lagi, kita bisa memperlihatkan lagu yang sedang didengar lewat layar OLED 1,5-inci 128×128-pixel. Lalu lampu indikator LED dapat berubah warna sesuai kondisi. Tapi mungkin Anda harus menoleransi satu kelemahan Streamz. Kapabilitas dan konektivitas menyebabkan headphone jadi berbobot, kira-kira seberat 460-gram.

Mengulik kemampuan penyajian musiknya, Streamz dibekali digital to analog converter (DAC) ‘ultra-high quality‘ 96kHz/24-bit, amplifier discrete body booming, serta speaker neodymium ber-diafragma 50mm, menyuguhkan frekuensi 20Hz-20kHz dan suara 112dB. Ia sanggup menjalankan bermacam-macam format file, antara lain MP3, AAC, FLAC, dan kabarnya dukungan Ogg Vorbis juga segera hadir.

StreamZ 02

Lebih dari 150 situs musik online telah kompatibel ke Streamz, termasuk Pandora dan Spotify. Headphone turut ditopang fitur voice control Voxxi, di mana Anda tinggal menyuruh Streamz untuk mulai memutar lagu. Andai koneksi internet sedang tidak tersedia, kita dapat menyimpan musik di memori internal 4GB yang bisa ditambah 32GB lagi dengan kartu microSD. Sebagai perangkat berbasis Android, headset ditenagai prosesor quad-core Cortex A5 1,6GHz, microcontroller Cortex-M3 100MHZ serta RAM 1GB.

Melalaui lembar rilis pers, tim pengembang mengabarkan bahwa Streamz akan dipamerkan secara perdana di ajang Consumer Electronics Show 2015 Las Vegas, dan proses distribusi segera dilakukan di bulan maret 2016. Satu unitnya dibanderol seharga US$ 400.

Sumber: StreamzMedia.com.

Microsoft Kembangkan Teknologi untuk Membantu Kaum Tuna Netra Berkelana di Dalam Kota

Bagi mereka yang punya gangguan indera penglihatan, indera pendengaran pun menjadi senjata utama dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Saya yakin semua setuju kalau hal ini jelas bukan sesuatu yang mudah, apalagi jika diminta untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain yang sebelumnya belum pernah disinggahi.

Microsoft, bersama dengan Guide Dogs dan Future Cities Catapult, ingin membuat hal itu menjadi bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Ketiganya sepakat mengerjakan proyek Cities Unlocked di Inggris sejak dua tahun yang lalu. Tujuannya? Membantu kaum tuna netra berkelana di dalam kota.

Tahun lalu, buah pemikiran mereka terealisasi dalam wujud sebuah headset yang berperan sebagai pemandu navigasi, membantu sang pengguna bergerak dari titik A menuju titik B. Namun saat diuji bersama sejumlah orang, rupanya bukan itu yang benar-benar diminta oleh mereka. Mereka lebih memilih mendapatkan panduan terkait “di mana mereka sedang berada” ketimbang “ke mana mereka harus berjalan”.

Berangkat dari kesimpulan tersebut, fase kedua pun dijalankan, dan kini Microsoft bersama kedua mitranya sudah siap memamerkan hasilnya. Bentuknya masih berupa headphone, tapi dengan arahan fungsi seperti yang dijelaskan tadi.

Teknologi audio 3D Cities Unlocked

Headphone ini dibuat oleh perusahaan produsen alat bantu dengar GN Store Nord. Selain speaker, di dalamnya juga tertanam beragam sensor seperti accelerometer, gyrometer dan kompas. Kehadiran komponen-komponen ini berguna untuk memberikan kesan bahwa suara datang dari arah yang berbeda.

Jadi, hanya dengan menekan sebuah tombol pada remote yang tersambung via Bluetooth, pengguna dapat menerima informasi keberadaannya. Setiap info disampaikan berupa suara yang datang dari arah yang berbeda. “Rak sepeda, lima meter”, terdengar di sebelah kanan. Lalu ada nama sebuah toko ternama beserta jaraknya yang terdengar dari belakang telinga kiri.

Teknologi audio 3D ini sejatinya dapat memberikan gambaran cukup jelas terkait keberadaan sang pengguna. Jadi kalau ide sebelumnya adalah membantu berpindah dari A ke B, berkat teknologi ini kaum tuna netra juga mendapatkan opsi untuk mengunjungi C, D, E dan seterusnya.

Dalam prakteknya, dibutuhkan kehadiran smartphone yang bertugas mengumpulkan informasi pemetaan di sekitar. Namun selain memanfaatkan Bing Maps, proyek ini juga melibatkan layanan crowdsouced milik CityScribe yang mengemas informasi tidak umum seperti letak tong sampah, bangku maupun scaffolding dari gedung yang tengah direnovasi.

Lalu ketika pengguna masuk ke dalam gedung, peran GPS akan digantikan oleh Bluetooth beacon yang tersebar di dalam gedung. Tentu saja ini membutuhkan kerja sama khusus dengan pemilik gedung.

Untuk sekarang, Microsoft mengatakan bahwa proyek Cities Unlocked masih jauh dari kata final. Sederet pengujian masih harus dilakukan, yang berarti kehadirannya secara massal pun masih cukup lama.

Sumber: The Telegraph dan TheNextWeb.

Tips Memilih Headphone dari Sennheiser

Sennheiser baru saja menggelar acara Media Sound Forum 2015 di Jakarta. Acara yang diselenggerakan di Comma Co-Working Space ini menjadi acara media sound forum pertama yang diselenggarakan di Sennheiser di Indonesia.

Dalam acara yang diadakan siang hari itu dipresentasikan beberapa hal, seperti sejarah Sennheiser yang tahun ini genap 70 tahun oleh Ada Yen, Marketing Executive Sennheiser Asia, perkembangan file musik yang berhubungan dengan pemilihan headphone serta tips atau panduan dalam memilih headphone yang dipandu oleh Wee Hong, Product Marketing Manager Sennheiser Asia.

Dalam artikel ini akan kami sajikan ulasan tentang tips atau panduan dari Sennheiser bagi Anda pembaca setia DS/lifestyle yang ingin memiliki headphone. Artikel akan lebih banyak menampilkan foto presentasi saat acara kemarin.

Dalam awal presentasinya, Wee Hong tidak lupa menjelaskan beberapa perkembangan cara dan spesifikasi audio dari waktu ke waktu. Dulu kita mendengarkan dari CD, lalu ke MP3 dan kini ke streaming serta high quality sound. Bahkan layanan streaming pun telah ada beberapa yang menyediakan akses ke lossless file audio atau hi-res format. Beberapa album dari musisi terkenal jaman dulu juga di-remastered untuk menghadirkan kualitas audio yang lebih baik.

Pekembangan audio ini sendiri akan berhubungan dengan pemilihan headphone karena selain selera, pilihan desain dan kualitas teknis headphone-nya sendiri, tambahan alat seperti amplifier, pemutar file musik serta file audio yang digunakan juga akan memberikan pengaruh kenyamanan mendengarkan musik.

Sennheiser media forum

Panduan atau tips dari Sennheiser yang akan disajikan di artikel ini, berdasarkan penjelasan dari acara kemarin. Mencakup panduan dasar dari memilih headphone dan akan berguna bagi Anda, terlebih bagi mereka yang baru memasuki dunia audiophile, sedang mencari pilihan yang tepat untuk mendengarkan musik atau ingin meningkatkan pengalaman audio Anda.

Beberapa tahap yang bisa dilakukan dalam memilih headphone agar sesuai dengan preferensi sobat DS adalah mulai dari menentukan musik apa yang ingin atau akan didengarkan, lalu kapan akan mendengarkan musik alias dimana headphone akan digunakan, kemudian menentukan pula selera pilihan jenis headphone termasuk desain.

Setelah itu apakah akan menggunakan yang berkabel atau wireless, lanjut ke alat apa yang akan digunakan untuk mendengarkan musik dan akhirnya pilih merek dan seri yang Anda ingin miliki.

Sennheiser music forum

Tentukan musik apa yang ingin didengarkan

Mari kita bahas yang pertama, yaitu menentukan tipe musik apa yang Anda gemari atau yang akan ada dengarkan menggunakan headphone. Pilihan musik akan menentukan pilihan headphone, misalnya headphone untuk mendengarkan musik live tidak akan memberikan fitur pemecahan suara dari headphone yang diperuntukkan bagi musik EDM (electronic dance music).

Ada tiga kelompok genre yang bisa dikategorikan untuk memudahkan pilihan. Lebih lengkap bisa cek gambar berikut ini:

Sennheiser music forum

Sennheiser music forum

Sennheiser music forum

Jadi pilihan atau preferensi musik apa yang akan didengarkan akan memberikan peran yang cukup besar atas headphone jenis apa yang akan dimiliki. Jika Anda menyukai musik yang lebih menonjolkan suara, komposisi musik dan kejernihan alunan musik yang dikeluarkan maka pilihan karateristik headphone yang memunculkan suara hangat, sound staging yang bagus dan suara yang jernih untuk instrumen adalah yang bisa Anda pilih.

Lalu jika Anda lebih suka musik Rock maka headphone dengan karakteristik yang lebih menonjolkan suara bass dan gitar electric dengan rhythm yang kuat yang bisa dipilih. Dan jika Anda lebih suka dengan musik elektronik yang biasanya lebih menonjolkan bass yang kuat maka pilihlah headphone dengan karakter tersebut.

Di Sennheiser sendiri beberapa pilihan tipe (dari sekian banyak) yang mencakup beberapa karakter ini telah disediakan. Misalnya untuk penyuka musik jazz dan rock bisa memilih tipe seri Sennheiser Momentum, sedangkan untuk musik electronic bisa memilih tipe Sennheiser Urbanite.

Sennheiser media forum

Kapan menggunakan headphone

Panduan yang kedua adalah mengenai kapan dan dimana lokasi Anda akan mendengarkan musik. Apakah saat commuting atau perjalanan di transportasi publik menuju tempat kerja atau sekolah, di pesawat, di rumah atau sambil menemani kerja di kantor Anda.
Sennheiser media forum

Desain yang diinginkan

Setelah Anda mengetahui preferensi kapan headphone itu digunakan, maka akan berlanjut ke pilihan selera desain dari headphone tersebut, apakah earphone in ear, headphone on ear atau over the ear. Beberapa penjelasan detail bisa Anda lihat di bawah ini:

Sennheiser media sound forum

P51125-140259

P51125-140336

P51125-140356

In ear (masuk ke lubang kuping) lebih mudah dibawa dan biasanya mampu menahan suara dari luar, sedangkan on ear (berada pas di telinga) lebih kecil ukurannya dari over ear (menutup semua telinga) dan biasanya tidak membuat kuping terlalu panas karena berada ‘di atas’ kuping, tidak menutupi semuanya. Dan untuk over ear headphone, suara yang dihasilkan bisa lebih ‘kaya’ lebih baik untuk menahan suara dari luar dibandingkan on ear, dan bisa memberikan bass yang lebih kuat.

Dalam penjelasannya, Wee Hong juga menambahkan bahwa jika Anda lebih suka dengan suara bass dan tekanan suara yang lebih kuat bisa memilih in ear, sedangkan on ear lebih compact dari over ear, lebih cocok bagi yang menggunakan anting, sama yang menggunakan kacamata. Sedangkan over ear lebih comfort, penyuka musik akustik bisa memilih jenis ini, selain itu akan lebih nyaman untuk penggunaan lebih lama.

Open atau closed headphone

Jika sudah menentukan pilihan maka tahapan selanjutnya – masih berhubungan dengan desain – adalah menentukan tipe. Beberapa pilihan tipe headphone antara lain open atau closed atau headphone dengan bagian pad tertutup atau terbuka.

P51125-140819

P51125-140833

P51125-140928

Seperti yang bisa dilihat di atas, untuk headphone tipe terbuka akan menghadirkan suara lebih natural tetapi suara musik yang didengarkan bisa keluar dan suara dari luar pun bsa terdengar. Sedangkan tertutup bisa lebih mengisolasi suara, cocok untuk mendengarkan musik di suasana apapun dan bisa memberikan suara bass yang lebih baik.

Headphone dengan desain open lebih cocok untuk penggunaan di rumah, untuk musik unplugged dan bisa lebih nyaman untuk penggunaan waktu yang lama. Sedangkan yang close cocok untuk mereka yang mendengarkan saat commuting karena suara tidak keluar, dan lebih kuat bass serta level suaranya.

Wire atau wireless

Selain tipe yang di atas, ada pula tipe lain yang bisa memberikan pilihan lain bagi Anda, yaitu yang menggunakan kabel atau wireless. Selain hasil suara yang akan diberikan headphone seperti ini yang harus diperhatikan pula adalah kegunaannya, misalnya apakah akan digunakan di kantor atau rumah. Jika di rumah apakah akan digunakan di ruang tertentu (ruang musik misalnya) atau sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa jadi jauh dari stasion headphone (untuk jenis headphone tertentu).

P51125-141109

P51125-141431

P51125-141548

Music player apa yang digunakan

Panduan terakhir adalah menentukan pemutar musik yang digunakan. Untuk yang terakhir ini bisa jadi akan lebih ditujukan untuk para audiophile yang bisa jadi lebih paham untuk output atau kualitas bermacam pemutar musik. Tetapi pengetahuan ini juga penting bagi pemula (seperti saya) sebagai pengetahuan umum dan untuk pintu belajar lebih lagi tentang audio dan pilihan headphone. Karena siapa tau kita telah membeli headphone mahal untuk memberikan kualitas suara yang baik tetapi salah dalam memilih alat pemutar musik itu sendiri.

P51125-142041 - Copy

P51125-142019

P51125-142022 - Copy

Di Sennheiser sendiri, dalam acara media sound forum kemarin juga disebutkan bahwa mereka kini telah memiliki jajaran headphone yang dikhususkan untuk berbagai perangkat pemutar, termasuk perangkat iOS dan Android. Misalnya saja seri Momentum 2i untuk dukungan atas perangkat pemutar musik iOS dan versu yang Momentum 2G untuk perangkat pemutar musik Android.

Headphone untuk olahraga

Selain apa yang disebutkan di atas, ada satu lagi penggunaan headphone yang kini semakin populer, yaitu untuk olah raga. Tipe yang banyak digunakan in ear meski ada pula yang berolahraga dengan tipe on ear.

P51125-144356 - Copy
P51125-144118 - Copy

Untuk kegiatan olahraga, Sennheiser sendiri memiliki lini buat kebutuhan ini yang terdiri dari 4 produk berbeda. Salah satu faktor yang diperhatiin adalah tidak gampang jatoh saat digunakan (terutama saat berkeringat), kabelnya tahan lama serta earbud yang antibakteri.

Demikian tips atau panduan secara umum untuk memilih headphone a la Sennheiser. Salah satu faktor penentu dalam memilih headphone adalah preferensi atau selera (baik dari musik yang sering didengarkan atau desain headphone) kita masing-masing. Selain itu, jika suka dengan brand tertentu, pilihan tipe yang banyak dari brand tertentu bisa juga membantu memilih.

Untuk Sennheiser sendiri, mereka bisa dikatakan punya semua lini untuk semua segmen. Misalnya saja untuk mereka dengan budget terbatas ada HD 231, untuk yang ingin menikmati musik lebih baik ada HD 471, untuk mereka stylish jetsetter yang ingin mendapatkan kualitas sura premium ada seri Momentum (termasuk in ear, on ear dan over ear). Lalu untuk mereka yang menyikain bass serta tampilan urban ada seri Urbanite, sedangkan untuk olahraga ada seri sport.

Sebenarnya Sennheiser juga baru saja memperkenalkan sebuah headphone (super) premium yang berharga $55 ribu, yaitu Orpheus. Ada pula yang menarik perhatian, yaitu Sennheiser HD 630VB, merupakan headphone yang ditujukan untuk para audiophile, dan merupakan audiophile headphone pertama dari Sennheiser yang bisa di drive dari pemutar musik ponsel. (Pengalaman hands-on akan ditulis di artikel lain).


SENNHEISER - Media Sound Forum Fact Sheet #1

 

 

 

SENNHEISER - Media Sound Forum Fact Sheet #2

PS: mohon maaf jika kualitas foto presentasi kurang baik, tetapi semoga masih terbaca dan memberikan manfaat. 

Sennheiser Pamerkan Headphone Terbaik dan Termahal di Dunia

Di awal 90-an, Sennheiser memulai misi untuk menciptakan headphone terbaik di dunia. Demi memperoleh hasil optimal, para teknisi diminta mengesampingkan faktor harga. Tidak lama terciptalah produk audiophile legendaris bernama Orpheus. Hanya 300 unit yang diproduksi, hingga kini ia masih menjadi buruan kolektor. Dan kisah Orpheus ternyata belum berakhir.

Di awal bulan November ini, perusahaan audio asal Jerman itu mengebohkan banyak orang dengan mengumumkan jelmaan teranyar dari Orpheus. Sennheiser berhasil memecahkan rekor mereka sendiri. Headset seharga belasan ribu dolar tersebut terpaksa memberikan ‘gelar terbaik’ pada produk generasi baru, yaitu model HE1060/HEV1060. Kabarnya, Sennheiser membutuhkan dua dekade demi merampungkannya.

Sennheiser Orpheus 01

Sebelum memasuki pembahasan lebih kompleks, Orpheus HE1060/HEV1060 mempunyai satu premis sederhana: Anda mungkin sudah mendengarkan lagu favorit ribuan kali, namun dengan Orpheus, Anda akan dibawa ke tingkatan kualitas yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Karena tidak mau mengambil jalan pintas dan berkompromi soal mutu, Sennheiser cuma sanggup memproduksi 250 pasang headphone Orpheus dalam setahun.

Sennheiser Orpheus merupakan produk istimewa, baik secara penampilan, maupun ketika Anda mengenakannya di kepala. Ketika diaktifkan, HE1060/HEV1060 tidak ‘terburu-buru’ dalam mengeluarkan suara. Ia akan memanaskan tube amplifier hingga mencapai suhu optimal, kemudian baru siap menangani musik di vinyl, CD atau file beresolusi tinggi. Jangkauan suaranya antara 8Hz hingga lebih dari 100kHz. Level distorsinya juga sangat sangat rendah, paling rendah dari produk audio high-end: 0,01 persen di 1kHz, 100dB SPL.

Sennheiser Orpheus 03

HE1060/HEV1060 adalah headphone electrostatic pertama ber-amplifier Cool Class A MOS-FET yang diintegrasikan di ear cup – meminimalisir hambatan kapasitif, sehingga dorongan impuls dua kali lebih efisien dibanding solusi lain. Ear cup menyimpan elektroda keramik emas, lalu terdapat pula diafragma platinum-vaporized setipis 2,4-mikrometer. Daftar penggunaan logam mulia tidak berhenti sampai di sini: kabel OFC-nya dilapisi perak supaya arus listrik berjalan lancar.

Seperti sang pendahulu, Orpheus HE1060/HEV1060 bukanlah headset portable. Ia didesain untuk ditaruh di meja layaknya benda seni. Bagian headphone dan amplifier marmer tidak bisa dipisah, diimpor dari Carrara, Italia. Berdasarkan sedikit riset di internet, sumber batu yang sama juga digunakan seniman Michelangelo buat menciptakan pahatan. Bantalan ear cup memanfaatkan kulit asli lembut, berkonstruksi microfiber bebas-alergi.

Sennheiser Orpheus 02

Sennheiser Orpheus kabarnya mulai diproduksi di Jerman pada pertengahan tahun depan. Ingin memilikiknya? Siapkan uang kira-kira US$ 55 ribu.

Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Kemampuan pendengaran manusia akan berkurang seiring bertambahnya usia. Dan tak banyak orang sadar, ia menempati urutan ketiga masalah kesehatan fisik terbesar setelah arthritis serta jantung. Sayangnya kondisi tersebut datang lebih dini karena tren hiburan populer di kalangan konsumen: menikmati musik secara personal baik dengan headphone ataupun earphone.
Continue reading Bisa Menyelamatkan Pendengaran, Headphone Aegis Didesain oleh Remaja 16 Tahun

Sony Ajak Konsumen Indonesia Mengekspresikan Diri Dengan Jajaran Produk H.ear

Sebelum orang-orang mengenalnya sebagai produsen smartphone, Sony sudah sangat lama berkiprah dalam peracikan barang-barang spesialis audio. Dan semangat ini terus dipegang setia oleh sang perusahaan asal Tokyo tersebut. Kini tiap kali mengenalkan handset serta device pemutar musik Walkman baru, Sony tidak pernah lupa menyiapkan aksesori pendukungnya. Continue reading Sony Ajak Konsumen Indonesia Mengekspresikan Diri Dengan Jajaran Produk H.ear

Mirip Bando, Batband Ialah Headset Hi-Fi Pertama di Kelasnya

Bisa jadi beberapa kendala pada headphone mencegah Anda menikmati musik favorit sewaktu menjalankan aktivitas sehari-hari. Desain merepotkan dan tidak nyaman, kualitas suara pas-pasan, belum lagi Anda harus berkutat dengan kabel. Padahal menurut StudioBananaThings, ada banyak sumber inspirasi alami yang bisa dijadikan kiblat perancangan produk audio. Continue reading Mirip Bando, Batband Ialah Headset Hi-Fi Pertama di Kelasnya