Edukasi Pengguna Masih Jadi Tantangan Mendasar Bagi Pelaku Startup Healthtech

Salah satu industri yang mengalami peningkatan dari sisi inovasi dan permintaan dari pengguna saat ini adalah layanan healthtech dan healthcare. Bukan hanya memudahkan masyarakat mengakses pembelian obat, layanan yang ada juga telah memberikan alternatif layanan dan konsultasi kesehatan secara online.

Salah satu yang mencoba peruntungan tersebut adalah Nalagenetics. Startup yang didirikan oleh Jianjun Liu, Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, dan Levana Sani ini hadir menyediakan layanan tes genetik berbiaya murah disesuaikan pasar Asia. Penetrasi bisnisnya dimulai di pasar Singapura dan Indonesia.

Dalam sesi webinar yang menghadirkan Levana Sani dari Nalagenetics dan Joshua Agusta dari Mandiri Capital Indonesia, dibahas potensi dan peluang layanan helathcare di Indonesia.

Edukasi dan pengenalan

Salah satu kendala mengapa startup seperti Nalagenetics kesulitan untuk memperkenalkan produknya kepada target pasar adalah, kurangnya pengetahuan terkait dengan tes genetik. Proses yang bisa membantu orang banyak untuk beradaptasi dengan obat-obatan yang mereka konsumsi, sudah cukup familiar oleh pasar di Amerika Serikat dan Singapura. Namun untuk Indonesia belum banyak yang memahami lebih jauh.

“Karena hal tersebut terkadang menyulitkan kami untuk melakukan pendekatan kepada pihak rumah sakit hingga pemerintah. Meskipun para dokter kebanyakan sudah mengetahui layanan yang kami sediakan tapi sebagian besar pihak terkait belum mengenal lebih jauh,” kata Levana.

Dari sisi investor Joshua melihat akan lebih baik bagi startup jika memiliki penasihat atau rekanan yang cukup menguasai layanan atau produk kesehatan yang dihadirkan. Dengan demikian ketika pada akhirnya produk ditawarkan ke pasar atau regulator, mereka memiliki pemahaman yang baik.

“Bagi kami penting bagi startup telah melalui product market fit dan menemukan pelanggan yang tepat. Sebelum bertemu dengan investor, ada baiknya untuk mengetahui latar belakang mereka dan apakah mereka tertarik dengan model bisnis yang startup Anda tawarkan,” kata Joshua.

Potensi healthcare di Indonesia

Kultur masyarakat Indonesia yang menerima dengan baik kehadiran layanan dan berbagai produk yang ditawarkan oleh startup, ternyata menjadi salah satu kelebihan tersendiri yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh startup. Bagi Levana yang saat ini masih terus memperluas bisnis dan membina kolaborasi dengan pihak terkait, model bisnis yang mereka tawarkan memiliki potensi yang baik untuk berkembang, bukan hanya di Indonesia namun di negara lainnya.

“Pada akhirnya misi dari kami adalah agar perusahaan bisa melakukan ekspansi ke negara lain. Bukan hanya niche di pasar lokal namun juga di pasar secara global,” kata Levana.

Yang menjadi menarik untuk diperhatikan ke depannya adalah, apakah akan ada layanan yang dihadirkan oleh startup yang menyasar healthtech dan healthcare untuk memberikan layanan digital rekam medis pasien.

Meskipun masih terkendala dengan aturan yang berlaku dan sebagian besar negara lainnya juga belum banyak yang memberikan pilihan tersebut, namun digitize medical information, menjadi peluang yang menarik untuk diikuti baik oleh komunitas startup hingga para investor.

Digitizing medical information masih menjadi wide space bukan hanya di Indonesia tapi juga secara global, bisa menjadi kesempatan yang baik untuk startup saat ini dan ke depannya,” kata Joshua.

Pandemi Melanda, Trustmedis Luncurkan Telemedis

Hadir sejak 2016 silam dengan sistem informasi manajemen rumah sakit, Trustmedis muncul lagi dengan layanan anyar. Kali ini Trustmedis menghadirkan produk baru bernama Telemedis. Produk ini khusus dibuat untuk memudahkan layanan pemesanan dan konsultasi kesehatan untuk fasilitas kesehatan.

Layanan yang mereka rilis sejak akhir Maret lalu ini sebenarnya agak serupa dengan fitur telemedicine dari healthtech yang sudah dikenal jauh sebelumnya. Namun CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain menjelaskan kepada DailySocial bahwa Telemedis milik mereka berbeda dengan tempat lain yang sebatas konsultasi saja.

Telemedis dibuat dengan tujuan membantu klinik dan rumah sakit yang kehilangan banyak kunjungan pasien selama wabah Covid-19 berlangsung. Achmad menyebut penurunan kunjungan pasien di klinik dan rumah sakit mencapai 40%-60%.

“Untuk itu akhirnya kita memutuskan untuk mulai mengembangkan layanan ini, Telemedis untuk klinik dan rumah sakit,” ucap Achmad lewat pernyataan tertulisnya.

Pernyataan Achmad itu juga menjawab kenapa mereka baru mengeluarkan produk telemedicine ketika yang lain sudah mengeluarkan fitur serupa jauh sebelumnya. Achmad bahkan mengaku pihaknya tak punya rencana mengembangkan Telemedis, mengingat mereka adalah startup yang fokus menyediakan Health Information System (HIS) dan Electronic Medical Record (EMR) untuk fasilitas kesehatan di Indonesia.

Terlepas dari itu, Trustmedis membawa sejumlah kebaruan di aplikasi Telemedis mereka. Salah satunya adalah pemeriksaan melalui video call. Meski melalui video, Trustmedis menjamin kualitas pelayanan kesehatannya optimal dan sesuai perundang-undangan.

“Semua pelanggan (rumah sakit dan klinik) akan kita berikan layanan ini secara gratis, ada sekitar 500 dokter di berbagai faskes yang siap menggunakan layanan ini,” imbuh Achmad.

MedisMap berhenti

Perlu diingat sebelumnya saat Trustmedis berdiri dengan tiga pilar layanan yakni e-Doctor, e-Clinic, dan e-Hospital. Mereka melengkapi layanan itu dengan modul rawat inap, rawat jalan, IGD, farmasi, keuangan, administrasi, penunjang medis, bank darah, instalasi gizi, inventori, hingga akuntansi.

Dalam perjalanannya, Trustmedis juga memiliki strategi penting lain di luar produk HIS dan EMR yakni MedisMap. MedisMap ini disebut startup baru yang beroperasi di bawah Trustmedis. Ia merupakan aplikasi yang tujuannya memudahkan pengguna mencari fasilitas kesehatan terdekat dan pemesanan online.

Kala itu Achmad menyebut faktor pembeda MedisMap dengan aplikasi serupa adalah fasilitas rekam medis yang bisa diakses oleh dokter. Namun kabar terbaru dari Achmad menyatakan MedisMap sudah tak lagi beroperasi.

“MedisMap adalah sistem booking dokter, tidak sama dengan Telemedis dan sayangnya MedisMap ini sudah sejak 2 tahun lalu kita hold dulu, karena kami ingin fokus di produk HIS dan EMR,” ucap Achmad.

Menjadi SaaS

Banyak hal yang telah terjadi pada Trustmedis selama empat tahun ini menurut Achmad. Merujuk situs web resmi mereka, Trustmedis sudah melakukan banyak hal di antaranya adalah mengembangkan infrastruktur dan platform, memberlakukan model bisnis sewa bulanan, hingga mulai menjamah segmen B2C.

Namun hingga kini, layanan HIS mereka merupakan produk andalan perusahaan. Banyaknya dinamika tersebut akhirnya bermuara ke keputusan Trustmedis menjelma sebagai platform SaaS.

“Masa itu banyak sekali inovasi yang kita bangun, banyak dinamika terjadi, kebahagiaan dan kesediaan sudah pernah kita rasakan, bisnis naik dan turun kita hadapi, hingga akhirnya 2019, kita putuskan untuk mengubah skema menjadi SaaS,” pungkas Achmad.

Fasilitas kesehatan memang terhitung besar jumlahnya di seluruh Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan (2018) untuk Puskesmas menunjukkan totalnya mencapai 9.993 unit, klinik 8.841 unit, dan rumah sakit 2.813 unit. Trustmedis berambisi bisa merebut 10% dari jumlah tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Teknologi, Newman’s Jajakan Layanan Perawatan Rambut Pria

Didirikan pada akhir tahun 2019 lalu, Newman’s fokus menghadirkan produk healthcare perawatan kulit kepala dan rambut khusus untuk pria. Selain itu mereka juga menawarkan layanan konsultasi hingga perawatan oleh dokter.

Kepada DailySocial, Co-Founder Newman’s Anthony Suryaputra mengungkapkan, permasalahan rambut banyak ditemui pria, tidak hanya pada pria lanjut usia, tetapi juga di usia yang masih memasuki 20-an. Dalam mengembangkan bisnis ini, Anthony dibantu dua co-founder lainnya, yaitu Alfred Ali dan Elsen Wiraatmadja.

“Sejak kami luncurkan platform Newman’s, respons yang kami terima cukup antusias dari target pasar. Dalam beberapa minggu kami melihat pertumbuhan positif dalam penjualan. Di saat yang sama kami juga terus memberikan edukasi kepada pelanggan tentang brand kami dan produk yang kami tawarkan.”

Berbeda dengan produk dan layanan serupa yang kebanyakan masih dijalankan secara konvensional, Newman’s mengklaim telah menerapkan teknologi di semua aspek yang mereka tawarkan. Mulai dari pilihan pembayaran hingga pengiriman–diantar langsung dengan tim internal atau logistik pihak ketiga.

“Kami hanya mengambil komisi ketika produk sudah berhasil dibeli, atau jika terjadinya transaksi dalam platform,” kata Anthony.

Layanan bisa diakses melalui situs web. Newman’s juga memiliki mitra dokter berjumlah 15 orang di seluruh Indonesia, yang siap melayani konsultasi pengguna. Saat ini perusahaan juga sedang melakukan perekrutan lebih banyak dokter. Newman’s menargetkan bisa melayani 10-15 pelanggan melalui platform setiap harinya.

Fokus kepada perawatan kulit kepala

Produk perawatan rambut Newman's
Produk perawatan rambut Newman’s

Meskipun di situs disebutkan Newman’s memiliki tiga produk untuk pria seperti Hair Loss, Erectile Dysfunction dan Smoking Cessation; untuk saat ini Newman’s masih fokus kepada perawatan rambut saja atau Hair Loss. Untuk dua produk lainnya baru akan diluncurkan ke publik dalam waktu dekat.

“Newman’s telah hadir di seluruh Indonesia dan siap untuk menawarkan produk kepada target pelanggan yang membutuhkan layanan dengan transaksi secara online,” kata Anthony.

Masih mahalnya produk perawatan rambut di Indonesia diharapkan bisa menjadi pilihan bagi pelanggan untuk memanfaatkan produk yang dimiliki oleh Newman’s. Untuk produk yang dijual Newman’s menawarkan harga mulai dari Rp54 ribu hingga Rp500 ribu. Newman’s juga memangkas biaya konsultasi dokter yang biasanya menghabiskan biaya yang besar. Hanya melalui platform semua pertanyaan tersebut bisa dinikmati secara gratis untuk semua pelanggan.

Dalam rangka mengakselerasi bisnis, perusahaan juga baru tergabung dalam program Y Combinator sesi Winter 2020. Startup yang kini ada di daftar porotoflio EverHause tersebut juga sudah mendapatkan pre-seed senilai US$150.000 atau setara 2,1 miliar Rupiah.

Disinggung apa rencana Newman’s selanjutnya usai mendapatkan dana segar tersebut, Anthony menyebutkan dana investasi akan digunakan untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan, menambah jumlah tim dan menambah pilihan kategori layanan.

“Sebagai platform pertama yang menyediakan klinik untuk pria, kami memanfaatkan teknologi untuk membantu pelanggan kami mendapatkan akses dana layanan dokter hingga perawatan yang lebih baik. Tidak lagi mereka menghabiskan waktu melakukan konsultasi langsung ke dokter, kini pelanggan kami bisa menikmati akses hanya dalam ponsel mereka untuk semua perawatan hingga produk yang diantar ke rumah mereka,” kata Anthony.

Tantangan Startup Kesehatan dalam Menghadirkan Kemudahan Akses Melalui Teknologi

Salah satu sektor yang masih sulit untuk “diganggu” teknologi adalah kesehatan. Masih kakunya cara-cara yang diterapkan serta belum siapnya regulasi yang dibuat, menjadikannya sulit untuk disasar startup digital. Dalam sesi #Selasastartup minggu ini, Co-founder & CEO Medigo Harya Bimo mencoba untuk mengurai persoalan dan solusi terbaik terkait sektor kesehatan di Indonesia untuk penggiat startup.

Persoalan akses rekam medis

Salah satu isu di sektor kesehatan Indonesia adalah susahnya bagi pasien memindahkan rekam medis ke rumah sakit yang berbeda. Jika satu orang pasien sudah terdaftar di sebuah rumah sakit, tidak ada jaringan atau akses yang bisa diambil oleh rumah sakit lain, ketika pasien memutuskan untuk memindahkan layanan kesehatan mereka.

Hal ini menurut Harya menjadi beban tersendiri bagi startup atau perusahaan teknologi yang mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Indonesia masih mengacu kepada peraturan yang berlaku, di dalamnya dengan jelas dituliskan, jika pihak rumah sakit membocorkan rekam medis seorang pasien dengan sengaja, bisa diancam hukuman pidana.

Masih ketatnya peraturan tersebut, menyulitkan akses rekam medis untuk bisa diakses terbuka di jaringan unit kesehatan yang saat ini berjumlah sekitar 2800 rumah sakit dan 18 ribu klinik kesehatan.

“Berbeda dengan negara seperti Amerika Serikat, Inggris, atau Singapura yang sudah menerapkan akses terbuka untuk semua rumah sakit hingga klinik melihat rekam medis pasien ketika mereka memutuskan untuk berobat di berbagai rumah sakit dan klinik yang ada,” kata Harya.

Persoalan integrasi dan proses data

Tantangan lainnya, masih belum terhubungnya kebutuhan pasien, perusahaan asuransi, hingga rumah sakit. Jika pasien ingin berobat dan mengajukan pembayaran asuransi, semua proses tersebut kebanyakan masih diterapkan secara manual.

Demikian juga dengan persoalan resep hingga informasi yang dikeluarkan oleh dokter kepada pihak rumah sakit dan pasien. Semua masih dalam bentuk tulisan dan belum banyak yang dilakukan secara digital.

“Di Indonesia masih banyak dokter yang melakukan penulisan resep dan lainnya dengan tulisan tangan, karena ada pemahaman yang diyakini oleh komunitas dokter dan pihak terkait lainnya tentang proses konvensional tersebut. Sementara di negara lain semua dokter di rumah sakit sudah mulai membiasakan kepada pasien memberikan resep secara digital,” kata Harya.

Peluang untuk startup kesehatan di Indonesia

Meskipun masih sulit, namun startup seperti Medigo yang sebelumnya dikenal sebagai Instigator, kini mulai menjajaki peluang untuk menjadi operator. Dengan platform SaaS yang ditawarkan, mereka menawarkan pendekatan teknologi kepada rumah sakit dan klinik di Indonesia.

Selain itu masih ada potensi lain lain yang juga masih bisa dihadirkan oleh startup, antara lain layanan konsultasi online hingga pemesanan/pengantaran resep dari rumah sakit. Selebihnya Harya menyarankan untuk menjalin kemitraan dengan ekosistem terkait seperti BPJS  untuk mengadopsi teknologi ke dalam sistem internal mereka.

Alodokter in the Effort to Become All-In-One Health Solution

Alodokter, one of Indonesian health-tech, keeps making significant progress. They’re currently has 20 million active users throughout Indonesia. In addition, they also actively collaborate with related parties on improving and completing the services.

Alodokter is currently has some features, such as “Chat Bersama Dokter”, the one that allows patient to have consultation through chat. They can also choose the doctor, from general practitioner and medical specialist in order to get the accurate answer of the symptoms.

There’s also an “Artikel dan Video” feature. It aims to provide accurate information with simple explanation for illness prevention.

When the user wants direct meeting with the doctor, Alodokter also provide “Booking” feature. It allows user to book/request meeting with 20,000 doctors in 500 hospitals listed in the syatem. They also partner with AXA insurance for any kind of low-rate insurance for those in need for medical cost solution.

One of the latest collaboration between Alodokter and Century is to facilitate customers for pharmaceutical needs.

“As a health-tech platform accessible to more than 20 million active users every month, it’s Alodokter vision to become the platform that provides complete solution and health support for Indonesia’s modern family. In accomplishing the vision, we partner with reliable brands to complete Alodokter services, Century is one of them,” Suci Arumsari, Alodokter’s Co-Founder said.

His intention through this partnership is for Alodokter to facilitate easy access and benefits for users in need of medical and daily care.

“Century is confident through the collaboration with Alodokter Innovation, we can provide the best service for customer’s health thoroughly. Through this collaboration, our membership is accessible via Alodokter and our customers can also use the features in Alodokter app,” Oki Iqbal as Century’s Group Head Business Development said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Upaya Alodokter Jadi Solusi Kesehatan Menyeluruh

Alodokter, salah satu startup kesehatan di Indonesia, terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Sejauh ini mereka sudah memiliki 20 juta pengguna aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya itu mereka juga aktif berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan dan melengkapi layanan mereka.

Alodokter saat ini memiliki berapa fitur yang dimanfaatkan pengguna, antara lain fitur “Chat Bersama Dokter”, suatu fitur yang memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter melalu chat. Pengguna bisa dengan leluasa memilih dokter, mulai dari dokter umum hingga spesialis sehingga bisa mendapatkan jawaban yang akurat mengenai permasalahan yang dikonsultasikan.

Di Alodokter saat ini juga ada fitur “Artikel dan Video”. Konten ini ditujukan untuk memberikan informasi yang akurat dan mudah dimengerti terkait dengan cara pencegahan suatu penyakit.

Jika pengguna menginginkan bertemu langsung dengan dokter yang diinginkan Alodokter juga meyediakan fitur “Booking”. Fitur ini memugnkinkan pengguna memesan/membuat janji dengan 20.000 dokter dan 500 rumah sakit yang sudah terdata di dalam sistem. Alodokter juga bekerja sama dengan AXA insurance untuk menawarkan asuransi berpremi rendah bagi pengguna yang membutuhkan solusi terkait ongkos pengobatan.

Salah satu kolaborasi terbaru Alodokter adalah menjalin kerja sama dengan Century untuk memudahkan pengguna mendapatkan obat yang dibutuhkan.

“Sebagai platform kesehatan yang diakses lebih dari 20 juta pengguna aktif setiap bulannya, sudah menjadi visi Alodokter untuk menjadi platform yang memberikan solusi dan dukungan kesehatan terlengkap kepada keluarga muda modern Indonesia. Untuk memenuhi visi tersebut, kami bekerja sama dengan brand-brand terpercaya guna menyempurnakan layanan Alodokter, salah satunya dengan Century,” jelas Co-Founder Alodokter Suci Arumsari.

Ia juga berharap dengan kerja sama ini Alodokter dapat memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi pengguna yang ingin membeli obat-obatan dan kebutuhan daily care.

“Century yakin dengan menjalin kolaborasi bersama Alodokter Inovasi kami dapat memberikan pelayanan terbaik demi kesehatan pelanggan seutuhnya. Dengan kolaborasi ini, sekarang kartu membership kami dapat diakses melalui Alodokter, sehingga pelanggan kami juga dapat menikmati fitur-fitur unggulan yang ada di aplikasi Alodokter,” ujar Group Head Business Development Century Oki Iqbal.

Application Information Will Show Up Here

Platform Crowdfunding Pedulisehat Fokus Bantu Pembiayaan Pengobatan Penyakit Kritis

Besarnya biaya pengobatan yang kerap menjadi beban saat menderita penyakit kritis, menjadi alasan utama Pedulisehat didirikan. Platform ini mencoba membantu orang yang mengalami kesulitan finansial yang disebabkan penyakit kritis, melalui donasi atau penggalangan dana.

Pedulisehat didirikan CEO Raymond Chen dan didukung para investor yaitu Qingsongchou, Sinar Mas Multiartha, Multiverse Holding Limited, dan Yucn Limited.

Kepada DailySocial, Raymond menyebutkan, Pedulisehat menyediakan platform teknologi penggalangan dana berbasis media sosial (social media crowdfunding platform).

“Secara khusus Pedulisehat menyediakan platform atau wadah bagi para pasien yang kesulitan dalam hal keuangan untuk melakukan pengobatan penyakit serius yang diderita. Mereka dapat membuat penggalangan dana di platform Pedulisehat sehingga memudahkan bagi para calon donatur dan donatur untuk memberikan donasi.”

Pedulisehat dilengkapi dengan pilihan metode donasi (metode pembayaran) yang beragam, seperti Go-Pay, OVO, dan Virtual Account beberapa bank ternama.

“Pedulisehat bukan merupakan platform penggalangan dana dan donasi online yang menerima segala project atau campaign. Kami hanya fokus di kesehatan,” kata Raymond.

Target Pedulisehat tahun ini

Di bulan Maret 2019, Pedulisehat mencatat telah berhasil mencapai hampir 100 kampanye yang selesai penggalangan dananya, meski Raymond tidak menyebutkan total donasi dan jumlah donatur yang berhasil dikumpulkan.

Tahun ini Pedulisehat ingin mengembangkan fungsi teknologi agar tersedia fitur-fitur yang lebih bermanfaat bagi para pengguna. Di sisi lain, Pedulisehat juga ingin meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan banyak mitra yang memiliki nilai dan tujuan yang sama.

“Diharapkan Pedulisehat bisa menjadi platform penggalangan dana dan donasi online kesehatan terbaik dan terpercaya di Indonesia. Pedulisehat memiliki value yang berbeda dengan platform lainnya, yang mana kami menjunjung tinggi bahwa kesehatan adalah fondasi utama bagi manusia untuk hidup. Karena hanya pada saat kita sehat, kita dapat mengejar impian dan harapan lainnya agar bisa terwujud,” tutup Raymond.

Medigo Perkenalkan Layanan Kesehatan Digital Terintegrasi

Medigo, startup penyedia platform layanan kesehatan, resmi memperkenalkan tiga solusinya untuk rumah sakit, klinik, dan pasien. Ketiga solusi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem digital terintegrasi di industri kesehatan.

Kepada DailySocial, CEO Medigo Harya Bimo mengungkapkan misinya untuk menghubungkan ekosistem industri kesehatan (pasien, dokter, rumah sakit, dan klinik) dengan teknologi digital.

Menurutnya, ada banyak masalah yang melingkupi industri kesehatan di Indonesia, termasuk belum terintegrasinya sistem rumah sakit, klinik, asuransi, dan pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.

Birokrasi yang rumit juga menyulitkan pasien untuk mendapat akses terhadap rekam medis mereka saat pergi ke rumah sakit rujukan. Apalagi industri kesehatan terbilang konvensional, ketika rekam medis masih ditulis secara manual.

“Bagi kami bukan pasien yang menjadi permasalahan utama tetapi provider-nya. Industri ini sangat high regulated dan tertutup,” ujar pria yang karib disapa Bimo ini.

Dibanding kebanyakan startup healthtech yang menyasar sisi hilir (pasien), Medigo memilih menyasar segmen hulu (penyedia layanan kesehatan).

Nantinya perusahaan berharap bisa menjadi penghubung (healthcare gateway) pihak layanan kesehatan dengan asuransi, perbankan, farmasi, hingga perusahaan swasta yang terlibat di industri ini.

Tawarkan solusi industri kesehatan terintegrasi

Medigo menawarkan platform untuk rumah sakit agar dapat mengatasi masalah pada pasien rawat jalan, seperti proses administrasi yang lama dan manual.

Lewat platform ini, pihak rumah sakit dapat mengelola pendaftaran pasien, sistem antrian dan slot pasien, dan jadwal dokter secara online.

Selanjutnya, aplikasi Qlinik diperuntukkan bagi klinik-klinik untuk mengoptimalkan pengelolaan pasien rawat jalan, mulai dari pendaftaran hingga jadwal dokter. Aplikasi ini sudah dapat diunduh di Play Store.

Terakhir adalah aplikasi untuk pasien yang ingin berkonsultasi, mengecek resume, dan melakukan pembayaran. Aplikasi ini terhubung dan terkustomisasi dengan sistem rumah sakit. Saat ini aplikasi tersebut belum dirilis ke publik.

“Kami ingin memberikan pengalaman seamless, termasuk obat langsung dikirim ke rumah. Makanya, kami kerja sama dengan Qasir untuk Point of Sales dan Prosehat untuk pengiriman obat,” ungkap Bimo.

Per Maret 2019, Medigo sudah melakukan pilot dengan dua rumah sakit (RSPP dan RSPJ), lebih dari 100 klinik, dan layanannya telah mengantongi 100 ribu interaksi. Tahun ini, Medigo akan mendorong kerja sama dengan sepuluh rumah sakit, 500 klinik, dan membidik tiga juta transaksi.

Medigo baru saja menerima pendanaan di Q4 2018 dari Venturra Discovery dengan nilai yang tidak bisa disebutkan. Tim Medigo terdiri 27 orang termasuk dengan para advisor.

“The next big thing

Bimo meyakini bahwa layanan kesehatan digital (healthtech) akan booming di masa depan setelah layanan fintech. Dalam lima tahun terakhir sektor kesehatan di Indonesia diprediksi tumbuh tiga kali lipat menjadi $21 miliar.

“Memang untuk startup healthtech jarang ada yang sustained, karena industri kesehatan itu sangat high regulated. Kami yakin untuk bisa tumbuh, apalagi masih banyak puluhan ribu klinik belum terdaftar. Saat ini, kami ingin perkuat layanan kami di Jawa dan Sumatera,” tuturnya.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with Kalbe to Enter Digital Health Service Sector

Grab announces strategic partnership with PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Both are committed to develop better services through the MoU signing by Kalbe’s President Director, Vidjongtius and Grab Indonesia’s President, Ridzki Kramadibrata.

The partnership between both companies is a synergy between online and offline based services as a digital health ecosystem. Currently, Kalbe has some digital initiatives, such as Klikdokter and Kalbestore.

“The MoU with Grab is in a form of a synergy between online and offline based services in development to be a health ecosystem through Kalbe,” Vidjongtius said.

Grab is now named as a Decacorn or a startup with over $10 billion valuation. Aside from Kalbe, Grab also expands to the health industry in Southeast Asia through partnership with Ping An.

As part of the partnership, Grab will support Kalbe’s operational with its services. GrabExpress will provide Kalbe’s product delivery for consumers can get the medical product faster at an affordable cost.

GrabReward, a loyalty program for Grab users will offer Kalbe’s health products promotion. In addition, GrabAds is to support Kalbe’s integrated campaign through its platform. GrabFresh will serve Kalbe’s products online, and Grab for Business will support the automation of Kalbe’s operational to be more efficient.

Representing Grab, Kramadibrata said the team is very welcome with the partnership which is expected to provide high quality of medical access at an affordable price through technology.

They said, “Grab was created upon a principal to give access and services at an affordable prices for public in Southeast Asia in terms of transport, food delivery, and grocery.”

“We believe that all classes deserve high quality medical access at an affordable price through technology, also potential to make a significant life changes for public and communities,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Bermitra dengan Kalbe, Masuki Sektor Kesehatan Digital

Grab mengumumkan kemitraan strategis dengan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe). Keduanya berkomitmen meningkatkan layanan dengan nota kesepahaman yang ditandatangani Presiden Direktur Kalbe Vidjongtius dan President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Kerja sama yang dibangun keduanya berbentuk sinergi layanan berbasis online dan offline untuk menjadi sebuah ekosistem kesehatan digital. Kalbe sendiri kini memiliki sejumlah inisiatif digital, seperti Klikdokter dan Kalbestore.

“Nota kesepahaman dengan Grab ini merupakan sinergi layanan berbasis online dan offline yang sedang dikembangkan menjadi ekosistem kesehatan oleh Kalbe,” terang Vidjongtius.

Saat ini Grab sudah menyandang status Decacorn atau startup dengan valuasi lebih dari $10 miliar. Selain dengan Kalbe, Grab juga menjajaki ekspansi di industri kesehatan Asia Tenggara melalui kerja sama dengan Ping An.

Sebagai bagian kerja sama ini, Grab akan mendukung kegiatan operasional Kalbe melalui berbagai layanan. GrabExpress akan memberikan layanan pengataran produk Kalbe kepada konsumen, sehingga konsumen bisa mendapatkan obat lebih cepat dengan harga yang terjangkau.

GrabReward, layanan loyalitas pengguna Grab, akan menawarkan promosi produk kesehatan Kalbe. Selain itu ada juga GrabAds yang mendukung Kalbe dalam melakukan kampanye terintegrasi melalui platform Grab. GrabFresh yang akan melayani penjualan produk Kalbe secara online, dan Grab for Business akan mendukung otomasi kegiatan operasional Kalbe untuk menjadi lebih efisien.

Mewakili Grab, Ridzki menyampaikan pihaknya menyambut baik kerja sama yang diharapkan bisa memberikan akses kesehatan yang berkualitas dan terjangkau melalui teknologi.

Grab mengatakan, “Grab dibentuk dengan prinsip memberikan akses dan pelayanan dengan biaya terjangkau kepada masyarakat di Asia Tenggara dalam hal transportasi, jasa antar makanan dan inaman atau bahan-bahan baku makanan.”

“Kami percaya seluruh lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan akses kesehatan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau melalui teknologi yang berpotensi untuk memberikan perubahan signifikan hidup masyarakat dan seluruh komunitas,” terang Ridzki.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here