Musisi Rap Soulja Boy Luncurkan 2 Console Game Baru

DeAndre Cortez Way yang lebih dikenal dengan nama panggung Soulja Boy adalah seorang musisi rap, produser dan wirausahawan. Namanya melambung lewat single Crank That yang ia rilis di internet dan menjadi hit nomor satu di Amerika Serikat dalam waktu singkat. Tapi mungkin tak semua orang tahu bahwa Soulja Boy ternyata juga merupakan gamer.

Di minggu lalu, sang rapper kelahiran Chicago itu membuat kejutan tak terduga lewat peluncuran dua console game dengan brand-nya sendiri. Hardware-hardware tersebut terdiri dari dua varian, yaitu home console tradisional dan sistem handheld. Dalam meracik kedua produk ini, Soulja Boy mengusung pendekatan yang telah terbukti efektif: tema nostalgia dan fleksibilitas akses ke game retro di platform berbeda.

Lewat perangkat-perangkat ini, Soulja Boy mempersilakan kita menikmati game-game lawas. SouljaGames versi home console kabarnya dapat menjalankan permainan PlayStation, NeoGeo, Sega, Game Boy Advance, Nintendo Entertainment System, PC, serta didukung oleh koleksi ‘SouljaGames’ berisi tak kurang dari 800 game.

SouljaGame 2

800 judul merupakan jumlah yang sangat banyak, tapi tunggu sampai Anda mengetahui berapa game pre-installed yang siap disuguhkan SouljaGames Handheld: 3.000 permainan. Selain itu, device ini dijanjikan mampu mengoperasikan konten-konten platform Switch, 3DS, Vita, NeoGeo, Game Boy Color serta Advance.

SouljaGame 5

Tentu saja, pertanyaan yang kini muncul adalah, apakah Soulja Boy memperoleh lisensi resmi dari pemegang platform? Belum ada penjelasan lebih rinci dari produsen, namun dugaan sementaranya, boleh jadi sebagian besar game tersebut belum mendapatkan izin dari pemegang IP. Dan hal itu bisa memberi masalah pada Soulja Boy di masa yang akan datang. Nintendo dikenal sangat protektif terhadap kreasi-kreasi mereka dan belakangan sang produsen sedang gencar menggugat situs-situs penyedia ROM.

SouljaGame 3

SouljaGame Console memiliki desain ala Xbox One, dengan dimensi 20x16x4-sentimeter dan bobot 1,2kg. Paket penjualan disertai sepasang unit controller yang menyerupai DualShock 3, dan berdasarkan gambar, home console ini turut dibekali konektivitas modern serta legacy: ada HDMI, USB, AV-out, dan slot kartu TF. Di situs SouljaWatch.com, perangkat dijajakan di harga retail US$ 200, namun saat ini sedang mendapatkan diskon jadi US$ 150.

SouljaGame 4

SouljaGame Handheld sendiri mempunyai penampilan persegi panjang dan menyajikan layar seluas 3-inci. Layout tombolnya familier, menyerupai sistem gaming portable lain. Anda dapat menemukan slot kartu TF dan port audio 3,5mm di bagian bawah, lalu juga dipersilakan menyambungkannya ke televisi. Di periode sale ini, produk bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 100.

Via The Verge.

Microsoft Kabarnya Akan Luncurkan Xbox One Tanpa Disc Drive

Transisi ke metode distribusi konten secara digital merombak banyak aspek di industri gaming. Persebaran toko retail mulai menyusut, lalu bisa kita lihat bagaimana produsen laptop gaming kini tidak lagi menyertakan optical disc drive di produk mereka. Namun meski telah mendapatkan beberapa kali update, perangkat console yang tersedia sekarang tetap mempertahankannya.

Awalnya merupakan sebuah keharusan, kehadiran disc drive pelan-pelan berubah jadi cara alternatif dalam mengakses game, khususnya bagi konsumen yang masih enggan menghabiskan waktu lama buat mengunduh file. Versi fisik memang sangat membantu, apalagi sejumlah game baru bisa menghabiskan ruang penyimpanan puluhan sampai ratusan gigabyte. Tapi sepertinya, Microsoft akan menjadi console maker pertama yang akan menanggalkan komponen tersebut.

Berdasarkan laporan dari narasumbernya, website  Thurrott mengabarkan bahwa Microsoft punya agenda buat meluncurkan console baru tahun depan. Sistem ini bukanlah inkarnasi dari proyek Scarlett yang sempat mereka singkap di E3 2018 lalu, melainkan update dari Xbox One. Di model anyar itu, sang produsen berencana menghilangkan disc drive, sehingga akses konten sepenuhnya dilakukan secara digital.

Lewat langkah ini, Microsoft bermaksud untuk menekan harga jual console. Buaf sekarang, satu unit Xbox One dibanderol US$ 300. Versi ‘disc-less‘ ini akan mereka jual sekitar US$ 100 lebih murah dari produk yang ada – bisa jadi lebih rendah lagi. Dan demi mendorong eksekusi strategi ini, Microsoft akan melaksanakan program ‘disc-to-digital‘, yaitu kampanye mengubah koleksi game fisik ke digital dengan menukarkannya di Microsoft Store atau toko retail terpilih.

Tentu saja Microsoft menyadari ada banyak gamer-nya yang masih mengandalkan disc drive. Mereka kabarnya berniat merevisi SKU Xbox One S. Unit-unit anyar tersebut masih dibekali komponen tersebut, tapi dijajakan di harga yang lebih rendah. Menurut info narasumber, produsen akan melepasnya di akhir tahun ini.

Bersumber pada informasi yang beredar sebelumnya, Anda mungkin sudah mendengar rumor mengenai bagaimana Microsoft akan menyajikan dua varian berbeda dari sistem game next-gen ‘Project Scarlett’. Model pertama adalah produk home console tradisional, dan kedua ialah versi streaming box buat membantu menghidangkan game via cloud.

Tersedianya  opsi Xbox One ‘disc-less’ dapat kita ibaratkan sebagai persiapan aktivitas gaming tanpa medium distribusi fisik di ranah console. Namun dengan absennya disc, konsumen juga harus mau menerima hilangnya pasar game bekas – seperti yang terjadi di platorm PC.

Via Games Industry.

Sony Ajak Anda Bernostalgia Dengan Console Retro PlayStation Classic

Telah dibuktikan berkali-kali, nostalgia adalah bumbu terkuat dalam meracik produk. Kami para gamer pendiam di DailySocial akan jadi sangat cerewet ketika mulai berdiskusi soal permainan lawas favorit di SNES, Sega Mega Drive atau PlayStation. Individu-individu seperti kami inilah sasaran empuk saat produsen berencana buat meluncurkan kembali console lawasnya.

Kita sudah menyaksikan bagaimana NES dan SNES Classic Edition menjadi fenomena tak terduga di kalangan penggemar berat Nintendo. Kali ini, rival besarnya yang juga menjadi perusahaan console game terbesar di dunia mengambil langkah serupa. Tepat di tanggal 19 September 2018, Sony Interactive Entertainment resmi memperkenalkan PlayStation Classic, yaitu versi miniatur dari home console pertama mereka.

PlayStation Classic 3

Lewat PS Classic, kita bisa melihat bagaimana Sony betul-betul mencoba membuntuti langkah kesuksesan NES dan SNES ‘mini’; melalui penamaan, perancangan, hingga konten. PlayStation Classic mempunyai wujud yang benar-benar mirip seperti console edisi pertamanya, namun ukurannya telah disusutkan hingga hanya sebesar telapak tangan. Volumenya 80 persen lebih kecil dari edisi orisinalnya, sehingga sangat mungkin bagi kita untuk memasukkannya dalam tas atau kantong.

PlayStation Classic 1

Di bagian luar, Anda bisa menemukan pernak-pernik familier. Ada tombol Power, Open, dan Reset, lalu saya juga melihat dua slot untuk connector controller serta memori. Saya belum mengetahui secara pasti bagian-bagian apa saja yang betul-betul dapat berfungsi (optical disc drive kemungkinan hanyalah pemanis), namun kehadiran mereka menunjukkan bagaimana Sony betul-betul memerhatikan detail.

PlayStation Classic 4

PlayStation Classic 5

Agar bisa dipasangkan ke monitor atau televisi model baru, Sony telah membekalinya dengan standar koneksi modern berupa HDMI. Paket penjualan PlayStation Classic juga disertai dua unit controller berdesain orisinal tanpa stik analog untuk mendukung mode multiplayer split/shared screen. Selanjutnya, Sony menjelaskan bahwa perangkat ini tidak kompatibel dengan Memory Card, dan Anda tidak dapat menambahkan software meskipun tersedia port USB di sana.

PlayStation Classic 6

Sang produsen membundel console retro ini dengan 20 game – jumlah yang sama seperi koleksi permainan dalam SNES Classic Edtion. Sony belum mengumumkan semua judulnya, namun beberapa yang sudah dikonfirmasi meliputi Final Fantasy VII, Jumping Flash!, Ridge Racer Type 4, Tekken 3, dan Wild Arms. Game-game tersebut kabarnya akan menghidangkan resolusi antara 480p hingga 720p.

PlayStation Classic 2

Sony punya rencana untuk membawa PlayStation Classic ke Indonesia, akan mulai dipasarkan di bulan Desember 2018 nanti. Untuk memilikinya, Anda perlu menyiapkan modal sebesar Rp 1,8 juta.

AMD Konfirmasi Kemitraannya dengan Sony dan Microsoft

Seperti para pendahulunya, secanggih-canggihnya console yang tersedia saat ini, cepat atau lambat mereka akan tutup usia. Di bulan Mei kemarin, Sony mengonfirmasi bahwa PlayStation 4 mereka sudah memasuki fase akhir siklus hidupnya. Dan mengingat Xbox One dirilis tak jauh berbeda dari PS4, platform game Microsoft itu punya usia hampir setara rivalnya.

Tak lama setelah itu, sebuah laporan menyebutkan bahwa Sony sedang mengutak-utik teknologi AMD yang boleh jadi mengindikasikan pengembangan produk next-gen. Microsoft sendiri cukup terus terang soal upaya tersebut. Di E3 2018, tim Xbox mengakui bahwa mereka tengah menggarap produk ber-codename  Project Scarlett. Dan ada kemungkinan, Xbox selanjutnya akan menyediakan opsi hardware berbeda.

Kali ini, giliran AMD yang mengungkap tease soal console next-gen. Dalam wawancara bersama Jim Cramer, CEO Lisa Su mengonfirmasi bahwa timnya tengah melangsungkan kolaborasi bersama Sony dan Microsoft untuk mengembangkan console. Masing-masing perusahaan itu kabarnya memanfaatkan ‘resep rahasia’ mereka sendiri dalam proses pengerjaannya.

Su menyampaikan bahwa gaming akan selalu menjadi perhatian besar AMD. Di tiap generasi console, pemain akan mengharapkan kualitas visual serta performa hardware yang lebih baik lagi. Kemampuan komputasi merupakan kuncinya, entah apakah Anda menikmati permainan video dari console, PC, ataupun via cloud. Di ranah dengan pertumbuhan yang begitu pesat itulah AMD menempatkan diri mereka.

Di sana, sang presiden AMD sempat juga sempat bilang bagaimana timnya ‘telah melakukan investasi pada sejumlah teknologi baru yang mungkin tidak diungkap pada publik hingga beberapa tahun lagi’. Bisa jadi, ini merupakan sedikit petunjuk soal pengembangan console next-gen.

Namun untuk sementara waktu, perjalanan console current-gen masih berlangsung. Head of PlayStation, John Kodera, belum lama ini mengatakan bahwa waktu tiga tahun ke depan akan mereka manfaatkan buat ‘mempersiapkan langkah selanjutnya’. Lewat informasi itu, ada peluang usia PlayStation 4 lebih panjang dibanding PlayStation 3. Perangkat last-gen tersebut dirilis di tahun 2006, dan berkiprah selama tujuh tahun hingga PS4 tiba.

Game-game berkualitas merupakan senjata utama produsen dalam menjaga angka adopsi produk tetap tinggi, dan terhitung di tahun ini hingga 2019 nanti, kita tidak akan kehabisan pilihan permainan menarik. PS4 sudah mempunyai God of War, Shadow of the Colossus serta Marvel’s Spider-Man, lalu The Last of Us Part II, Death Stranding, dan Ghost of Tsushima akan menyusul. Sedangkan Xbox akan kehadiran Ori and the Will of the Wisps, Gears of War 5, serta Crackdown 3.

Aspek lain yang boleh jadi turut memperpanjang usia console current-gen adalah ketersediaan produk ‘high-end’ seperti PlayStation 4 Pro dan Xbox One X.

Via GameSpot.

AMD Berkolaborasi Dengan Produsen Tiongkok Untuk Garap Console Baru

Populernya konsep mini PC di kalangan produsen berhubungan dengan ketersediaan hardware berperforma tinggi yang efisien dalam konsumsi daya. Terkait hal ini, langkah paling ambisius sempat diambil oleh Valve ialah menggagas ide ‘PC rasa console’ Steam Machines. Meski program ini tidak sukses, ide gaming PC bertubuh mungil tetap diusung sejumlah perusahaan.

Pengembangan produk next-gen yang dilakukan dua console maker raksasa bukan lagi rahasia. Dan di mulai Mei silam, Sony sempat ketahuan sedang mengutak-atik teknologi AMD. Para ahli menduga, Sony memanfaatkan teknologi Ryzen sebagai basis dari ‘PlayStation 5’. Namun ternyata bukan hanya Sony yang memafaatkan teknologi baru AMD di perangkat hiburan anyarnya.

Melalui blog resmi, AMD mengabarkan kolaborasi bersama produsen Zhongshan Subor untuk menggarap console sekaligus gaming PC bertema small-form khusus kawasan Tiongkok. Perangkat tersebut dipersenjatai system-on-chip semi-custom berbasis arsitektur Zen dan Vega. Produk ini diklaim sebagai sebuah bukti ‘bagaimana hanya AMD yang mampu mengombinasikan teknologi CPU dan GPU demi menghidangkan pengalaman gaming paling immersive‘.

Sempat didemonstrasikan di booth Subor di acara ChinaJoy, perangkat ini mengusung prosesor 4-core 8-thread Ryzen yang berlari di 3GHz, kartu grafis Radeon Vega dengan 24-compute unit berkecepatan 1,3GHz, juga dibekali interface GDDR5 256-bit dan memori GDDR5 8GB di motherboard-nya. Menurut perhitungan Digital Foundry, kinerja grafis console tersebut boleh dikatakan setara PlayStation 4 Pro, tetapi performa CPU-nya jelas lebih baik.

Tak seperti Raven Bridge, prosesor baru di sana disambungkan langsung ke GDDR5 8GB seperti PlayStation 4 dan versi Pro-nya. Dengan begini, bandwidth memori jadi lebih besar serta menghilangkan efek bottleneck di APU AMD. Lewat dukungan GDDR5, chip console Subor punya performa dua kali lipat Raven Ridge, serta memiliki kemungkinan lebih kecil menyentuh batasan bandwidth.

Demi memastikan kegiatan gaming jadi lebih mulus, AMD turut melengkapi console bersama sejumlah teknologi esensial seperti Radeon FreeSync, Radeon Software Adrenaline Edition, hingga Rapid Packed Math yang dikembangkan bersama Ubisoft. Dalam proses pengerjaannya, AMD juga menggandeng sejumlah nama besar dalam industri eSport, salah satunya adalah Fnatic.

Zhongshan Subor berencana untuk meluncurkan produknya itu secara perdana di kawasan Tiongkok pada akhir bulan ini. Dari penjelasan AMD, tampaknya produsen akan melepas dua varian: terdiri dari PC dan perangkat dengan sistem operasi custom. Keduanya mempunyai konfigurasi hardware serupa, tapi versi ber-OS custom baru akan menyusul di akhir 2018.

Console Xbox Next-Gen Akan Terdiri dari Dua Jenis Hardware?

Pengembangan console next generation yang tengah dilakukan oleh Microsoft dan Sony sudah jadi rahasia umum. Namun dalam prosesnya, sang console maker dari Amerika itu sedikit lebih terbuka dibandingkan rival Jepangnya. Eksistensi Xbox dikonfirmasi langsung oleh sang boss, Phil Spencer, di E3 2018. Dan kali ini ada info menarik baru yang terkuak mengenainya.

Website  Thurrott menyampaikan bahwa mereka telah menemukan detail terkini soal Scarlett (tampaknya ini merupakan penulisan codename Xbox next-gen yang tepat, sebelumnya sejumlah media menuliskan ‘Scarlet’). Ada kemungkinan, perangkat game baru tersebut tidak disajikan seperti console generasi sebelumnya: Microsoft punya rencana menyiapkan setidaknya dua jenis hardware yang berbeda.

Untuk varian pertama, sang produsen meraciknya sebagai home console tradisional. Seperti biasa, perangkat didesain untuk ditaruh di ruang keluarga sebagai pusat hiburan. Kita bisa menduga, kualitas konten hiburan akan tersaji lebih baik lagi dan ada bermacam-macam hal yang bisa ia hidangkan selain video game. Namun sang produsen tahu, ada banyak pecinta game yang tidak bisa bersantai di depan TV karena kesibukannya.

Berdasarkan bocoran narasumbernya, Thurrott juga mendengar rencana kedua Microsoft, yaitu mengembangkan sejenis set-top box untuk mendukung layanan streaming game baru mereka. Seorang informan memanggilnya ‘Scarlett Cloud’, dan ia tampaknya merupakan perwujudan dari demonstrasi teknologi streaming game yang sempat Microsoft lakukan lima tahun silam.

Unit streaming box tersebut mungkin akan memiliki kemiripan dengan produk microconsole yang sudah dipasarkan. Microsoft tak mau sekadar menyuguhkan layanan cloud gaming ala PS Now atau GeForce Now. Mereka ingin memastikan penyajian kontennya mulus dengan tingkat latency super-rendah.

Untuk itu, produsen memasukkan sejumlah komponen seperti input controller, unit image processing, sistem collision detection, serta (dugaan saya) port fisik di streaming box Scarlett Cloud. Dan ada yang menarik di sini: konten boleh jadi dijalankan di dua lokasi berbeda secara bersamaan, kemudian disulam oleh sistem cloud Microsoft. Prosesnya dimudahkan oleh tersebar luasnya data center  mereka.

Dampak negatif dari pendekatan ini adalah, harga streaming box/microconsole jadi sedikit lebih mahal, walaupun jelas lebih terjangkau dari membeli versi console tradisionalnya. Satu hal lain yang kemungkinan besar terjadi (jika laporan tersebut akurat) ialah, Scarlett Cloud dihidangkan sebagai layanan berlangganan.

Microsoft biasanya tidak mencetak banyak uang dari penjualan console. Keuntungan mereka peroleh dari layanan-layanan seperti Xbox Live, Xbox Gamepass serta penjualan game di platform-nya.

Via IGN.

Yang Sudah Diketahui Mengenai Xbox ‘Project Scarlet’

Dengan waktu peluncuran PlayStation 4 dan Xbox One yang berdekatan, dua console current-gen tersebut mempunyai usia serupa. Dan sejak tahun ini, mereka boleh dibilang telah memasuki fase akhir siklus hidupnya. Dan dari laporan sejumlah sumber serta pengakuan langsung produsennya, baik Microsoft dan Sony diketahui telah memulai penggarapan console next-gen.

Meski Xbox One X baru dilepas tujuh bulan silam, bos Xbox Phil Spencer mengonfirmasi proyek bernama Xbox Scarlet. Di ajang E3 2018 kemarin, Spencer mengabarkan bahwa timnya tengah membangun arsitektur sistem tersebut, walaupun ia tidak memberikan detail lebih lanjut. Kabar baiknya, beberapa pakar dan pengamat di industri dengan sedang hati memberikan pandangan serta prediksi mereka.

Namun sebelum mengulas perkiraan-perkiraan itu, mari kita membahas hal-hal yang pasti lebih dulu. Dalam wawancara bersama Giant Bomb, Spencer mengungkapkan dua aspek yang menjadi fokus Microsoft dalam pengerjaan Project Scarlet. Pertama adalah frame rate, dan kedua ialah waktu loading permainan.

Dibanding kemampuan GPU dan CPU PC saat ini, bos Xbox mengaku performa console current-gen tertinggal cukup jauh. Dengan begini, kita boleh berharap agar resolusi 1080p di 60-frame rate per detik menjadi standar minimal penyajian game di console Xbox next-gen.

Microsoft juga belum berkomentar soal komposisi hardware Project Scarlet, tapi ada kemungkinan mereka memanfaatkan chip semi-kustom AMD sebagai otak dari console. Sony yang menjadi kompetitor utama Microsoft kabarnya berkolaborasi langsung bersama AMD dalam pengembangan arsitektur Navi, dan boleh jadi akan membekali PlayStation ‘5’ dengan kartu grafis discrete. Pertanyaannya, apakah Microsoft melakukan pendekatan serupa?

Tapi berbeda dari rivalnya itu, sepertinya Microsoft belum punya rencana untuk membenamkan fungsi cross reality ke sistem anyarnya. Berbicara pada Games Industry, sang produsen bilang mereka tidak memiliki agenda spesifik buat menyajikan konten virtual ataupun augmented reality di Xbox – tidak aneh karena divisi Microsoft lain telah difokuskan pada Windows Mixed Reality.

Berbicara soal aksesori dan periferal tambahan: jika upaya Microsoft menghadirkan dukungan keyboard dan mousethird-party di Xbox berjalan mulus, ada peluang mereka akan menurunkan kemampuan tersebut ke Project Scarlet.

Seperti PlayStation ‘5’, belum diketahui kapan tepatnya Xbox Scarlet akan dilepas. Menakar dari siklus hidup console terdahulu, Project Scarlet mungkin akan tiba paling cepat di tahun 2020 atau tak jauh dari pelepasan global PS5.

Via TweakTown, tambahan: T3.

Penjualan Xbox One Naik 15 Persen, Tapi Microsoft Tetap Tak Mau Menyebut Angkanya

Tidak ada alasan kuat bagi gamer di Indonesia yang sudah memiliki gaming PC untuk membeli Xbox One. Pertama, layanan Xbox Live belum sampai di sini. Kedua, meskipun tidak ada ‘region lock‘, hampir seluruh permainan di console current-gen Microsoft itu bisa dipastikan dirilis di Windows, termasuk judul-judul ‘eksklusif’ seperti Sea of Thieves, State of Decay 2 hingga Crackdown 3.

Meski persebaran layanannya masih terbatas, penjualan Xbox One memperlihatkan angka yang menggembirakan. Menjelang digelarnya E3 2018, Mike Nichols selaku CMO for Gaming di Microsoft dengan bangga mengumumkan bahwa dibanding di periode yang sama di tahun lalu, penjualan perangkat game mereka meningkat 15 persen, lalu jumlah user Xbox Live juga naik 13 persen. Dan di rentang waktu ini, ada beragam rekor berhasil Xbox One pecahkan.

Nichols menyampaikan, platform-nya sukses membina lebih dari 600.000 pertemanan melalui fitur Looking For Group, lalu saat ini terhitung ada 1,2 juta lebih Club di Xbox Live, selain itu game-game indie yang terhimpun dalam program ID@Xbox diakses oleh pemain dengan total empat miliar jam, kemudian para user juga telah menikmati permainan-permainan last-gen via backward compatibility di Xbox One selama hampir satu miliar jam.

Walaupun pencapaian-pencapaian tersebut terdengar mengagumkan, sejak 2013 Microsoft tak pernah lagi menyingkap secara resmi total penjualan ataupun pengapalan home console mereka. Angka yang mereka ungkap waktu itu adalah 10 juta unit, diraih kurang lebih empat bulan setelah PlayStation 4 menyentuh batasan ini. Angka penjualan ‘terkininya’ sempat bocor di bulan Januari 2016 berdasarkan pengakuan Electronic Arts – kabarnya produsen berhasil memasarkan 19 juta Xbox One.

Kepada The Verge, juru bicara Microsoft mengatakan bahwa mereka tak akan lagi menyebutkan total penjualan console. Microsoft menggantinya dengan penaksiran lewat ‘engagementgamer sebagai takaran kesuksesan. Dan sejauh ini, waktu yang user pakai buat mengakses layanan Xbox terus bertambah. Pernyataan ini sangat menarik karena ‘platform‘ Xbox juga bisa diakses dari PC dan mobile. Anda bahkan dapat menikmati game di perangkat non-Xbox berkat fitur Play Anywhere.

Di akhir pengumuman tersebut, Mike Nichols sedikit membahas rencana Microsoft dalam memeriahkan E3 2018. Saat ini, mereka tengah mempersiapkan kejutan dan acara khusus fans di Microsoft Theater.

Di Indonesia, console Xbox One versi bundel (baik Shadow of War maupun Assassin’s Creed Origins) dibanderol di harga yang kurang lebih sama seperti versi bundel PlayStation 4 ‘slim‘ dan Nintendo Switch, yakni Rp 4,8 jutaan. Jika harus memilih, saya akan lebih mempertimbangkan produk Sony dan Nintendo ketimbang punya Microsoft.

Atari Akhirnya Umumkan Kapan Console Atari VCS Bisa Dipesan

Eksistensi dari perangkat game baru Atari diungkap dua dekade setelah mereka undur diri dari bisnis hardware lewat pengumuman di E3 2017. Dalam pengembangannya, sang produsen mencoba menggabungkan fungsi komputer personal dengan home console, mempelajari kegagalan Ouya dan Steam Machine, serta membebaskan pengguna menginstal software apapun di sana.

Namun kita tahu, pengembangan perangkat ini sedikit lebih lambat dari agenda Atari. Sesi pre-order yang rencananya dimulai pada bulan Desember 2017 ditunda karena produsen butuh waktu lebih banyak buat mematangkan ekosistem dan platform. Lalu di bulan Maret 2018 kemarin, Atari mengubah nama Ataribox menjadi Atari VCS – kependekan dari Video Computer System, nama yang sempat diusung oleh Atari 2600.

Atari VCS 1

Dan baru di minggu kemarin Atari akhirnya mengumumkan kapan console dapat dipesan. Pre-sale akan dilaksanakan secara eksklusif di situs crowdfunding Indie Gogo, dan bagi yang melakukan pemesanan dalam periode ini, mereka akan mendapatkan edisi kolektor dengan panel depan berbahan kayu. Sebagai alternatif dari Atari VCS Collector’s Edition, Anda juga bisa memilih versi dengan desain yang lebih ‘modern’ bertubuh hitam ramping, Atari VCS Onyx.

Sang produsen kembali mengingatkan bahwa Atari VCS bukanlah sekadar perangkat ‘retro-box‘ biasa. Ia merupakan sistem berkonektivitas modern, mengusung teknologi besutan AMD serta Radeon. Atari VCS sanggup menghidangkan konten beresolusi 4K, mendukung fitur HDR, dan dapat menyuguhkan 60-frame rate per detik. Selain itu, perangkat juga dilengkapi koneksi Wi-Fi dual-band, Bluetooth 5.0, serta port USB 3.0.

Atari VCS 2

Kabarnya, Atari VCS mempersilakan kita mengustomisasi pengalaman pemakaian. Selain menangani game, sistem juga dibekali kemampuan menjalankan konten seperti aplikasi, musik dan video. Dan karena pada dasarnya perangkat ini adalah PC dengan sistem operasi Linux, pengguna juga diperkenankan untuk memperluas kapasitas penyimpanannya.

Bahkan jika Anda belum mengisi Atari VCS dengan game dan video, perangkat telah siap digunakan untuk bernostalgia. Atari sudah membundelnya bersama tidak kurang dari 100 permainan, meliputi judul-judul legendaris semisal Asteroids, Centipede, Breakout, Missile Command, Gravitar hingga Yars’ Revenge.

Gerbang pemesanan Atari VCS akan dibuka pada tanggal 30 Mei 2018 di Indie Gogo. Dan selama fase crowdfunding-nya berlangsung (dan selama persediaan masih ada), PC rasa console retro itu dapat Anda miliki cukup dengan mengeluarkan modal US$ 200. Berdasarkan pemberitahuan Atari sebelumnya, produk kemungkinan akan dijual di harga retail antara US$ 250 sampai 300.

Atari memang belum menjelaskan secara detail kemampuan device ini, tapi kabarnya, ia lebih dari sanggup buat menjalankan game-game indie populer seperti Minecraft dan Terraria.

Sumber: GlobeNewsWire.

Ataribox Berubah Nama Jadi Atari VCS, Ini yang Perlu Anda Ketahui Mengenainya

Tak lama setelah melepas console Jaguar CD di tahun 1995, Atari mengundurkan diri dari bisnis hardware. Baru di E3 2017, keinginan Atari untuk kembali berkiprah di ranah console terdengar lagi. Di acara pameran gaming tahunan itu, Atari memperkenalkan PC rasa console Ataribox dan berjanji untuk menyingkap detailnya serta memulai kampanye crowdfunding ‘dalam waktu dekat’.

Rincian mengenai spesifikasi Ataribox diumumkan di bulan September 2017 silam, dan di sana kita akhirnya mengetahui bahwa perangkat ini berjalan menggunakan platform Linux, diotaki prosesor AMD custom dan mempunyai performa hardware setara PC kelas menengah. Selain game-game eksklusif Atari, Ataribox kabarnya didesain buat menjalankan judul-judul indie serta app non-game. Namun memasuki tahun 2018, perusahaan Perancis itu masih belum memulai proses crowdfunding-nya.

Atari VCS 1

Dan baru di Game Developers Converence 2018, Atari memberi update mengenai Ataribox. Atari, SA memutuskan untuk mengubah nama produk ‘Ataribox’ menjadi Atari VCS. Seperti sebelumnya, perangkat dideskripsikan sebagai platform hiburan bertema retro yang dibangun menggunakan teknologi PC. Atari menjelaskan, proses desain produk ini terinspirasi dari sejarah video game selama 40 tahun.

Atari VCS 2

Meski namanya berubah, produsen tidak memodifikasi wujud Atari VCS secara terlalu signifikan. Desain perangkat mengadopsi bentuk dari console Atari 2600, lalu VCS sendiri ialah kependekan dari Video Computer System – nama yang sempat diusung oleh home console itu sebelum bulan November 1982.

Atari VCS.

Pembaruan juga diterapkan pada logo produk. Khususnya di huruf VCS, Atari memanfaatkan font dengan garis-garis empat warna, terinspirasi dari desain grafis progresif yang populer di era 70- hingga 80-an.

Atari VCS 4

“Tiap staf Atari dan para partner yang terlibat dalam pengembangan platform baru ini merupakan penggemar besar fanatik brand,” kata COO Atari Connected Devices Michael Arzt via VentureBeat. “Dengan nama baru ini, kami memahami pentingnya untuk menggarap tiap hal secara tepat, dan inilah alasannya kami menunda proses peluncuran di akhir tahun lalu. Hal tersebut adalah keputusan sulit, tetapi kami tak mau meneruskannya jika ada aspek yang tidak sesuai.”

“Kami harap terlepas dari penundaan ini, para penggemar Atari mengapresiasi segala perhatian kami terhadap detail serta tetap bersemangat menanti kehadiran Atari VCS,” tutup Arzt.

Atari tidak membahas informasi mengenai harga lebih jauh, jadi saya berasumsi bahwa produk ini tetap akan dijajakan di harga yang diberitahukan sebelumnya, antara US$ 250 sampai US$ 300. Layaknya home console lain, Atari VCS kemungkinan akan dibundel bersama unit gamepad, namun saya belum bisa memastikan apakah paket pembelian sudah termasuk controller ala joystick klasik.

Sumber: VentureBeat.