VREAL Merupakan Twitch-nya Virtual Reality

Mengambil contoh esport dan kegemaran khalayak terhadap platform seperti Twitch serta YouTube buat berbagi pengalaman mereka menikmati video game, hiburan jenis ini menjadi populer berkat aspek sosial. Tapi konsep VR sendiri cukup bertolak belakang karena umumnya device dikenakan untuk mengisolasi pengguna dan membawa mereka ke alam virtual.

Namun dalam waktu dekat, hal itu tak lagi jadi kendala. Satu startup asal Seattle mengajukan sebuah solusi menarik: platform Virtual Reality Entertainment and Livestreaming, atau disingkat VREAL. Sesuai namanya, pengembang mencoba mengintegrasikan tren live-streaming dan interaksi sosial ke ranah virtual reality. Singkatnya, VREAL merupakan Twitch-nya VR. Tapi tentu saja, penerapannya dan teknologi di belakangnya tidak sesederhana itu.

VREAL tak hanya memudahkan pengguna untuk me-live stream sebuah konten, namun juga mengusung penontonnya masuk ke game via virtual reality. Misalnya, jika Anda sedang bermain Surgeon Simulator di VR, pemirsa juga menyaksikan pemandangan yang sama dengan memakai headset, seolah-olah berdiri bersama-sama sang streamer. Selain itu, mereka bisa berjalan-jalan di sana buat melihat dari sudut lain.

VREAL 02
Seperti inilah cara VREAL bekerja.

Uniknya lagi, jika streamer menginginkannya, ia dapat melihat atau mendengar komentar para penonton. Viewer juga dipersilakan melakukan hal serupa: tampil atau malah tersembunyi dari Anda.

Elemen live-streaming, interaksi sosial dan virtual reality memang terdengar familier, tapi ketika ketiganya dikombinasikan, hasilnya betul-betul baru. Contoh skenario Surgeon Simulator di atas menggambarkan bagaimana VREAL mengaburkan batasan antara kreator dengan viewer.

“Sederhananya, VREAL ialah cara terbaik untuk men-streaming permainan VR,” jelas developer di website. “Kami menghadirkan hiburan tingkat selanjutnya pada gamer lewat memperkenalkan live stream full native. Sejauh ini, pengalaman streaming virtual reality masih mengecewakan. VR hanya bisa dirasakan melalui headset. Streaming video 2D atau bahkan video 360 belum mampu menyuguhkan sensasinya.”

Implementasi VREAL tidak sesederhana Twitch, dan teknologi yang memungkan platform dihidangkan merupakan senjata andalan developer. VREAL tak sekedar menyalurkan rekaman, ia mensinkronisasi dunia virtual di host dan para pemirsanya. Penonton mendapatkan konten dengan visual berkualitas serta kebebasan bergerak di sana. VREAL membutuhkan integrasi khusus antara platform dan aplikasi via SDK, sudah dibekali plug-in Unity dan Unreal, kompatibel ke HTC Vive dan Oculus Rift.

Kabarnya, program beta VREAL akan dimulai pertengahan tahun ini.

Via Forbes. Sumber: VREAL.

Berkat Everest VR, Anda Bisa Taklukkan Gunung Tertinggi di Dunia dari Dalam Kamar

Sebagai gunung tertinggi di dunia, tidak heran apabila Everest selalu menjadi incaran utama yang ingin ditaklukkan oleh para pendaki gunung profesional. Namun berkat kemajuan teknologi virtual reality, Anda tidak perlu repot-repot menjadi pendaki gunung profesional untuk bisa mencapai puncak Everest.

Developer asal Islandia, Sólfar Studios, tengah menyiapkan sebuah proyek ambisius bertajuk Everest VR. Bukan, ini bukannya video 360 derajat yang diambil selama krunya mendaki gunung tersebut, melainkan pengalaman virtual reality interaktif yang nantinya bisa dinikmati di Oculus Rift, HTC Vive maupun PlayStation VR.

Sang pengembang tidak mau main-main soal grafik dan tingkat detail dari Everest VR. Maka dari itu, mereka pun menggandeng RVX, sebuah studio animasi yang bertanggung jawab atas efek-efek visual dari film Everest yang dirilis tahun kemarin.

Salah satu animator dari Sólfar Studios bahkan merupakan seorang pendaki gunung dan pemanjat tebing es yang berpengalaman. Hal ini tentu saja amat krusial dalam proses menciptakan efek animasi yang realistis. Melengkapi semua itu adalah Unreal Engine 4, yang sudah terbukti keandalannya dalam menciptakan grafik seperti sungguhan.

Perihal kontrol, Everest VR nantinya akan terasa jauh lebih mengesankan ketika pengguna memakai controller Oculus Touch atau PlayStation Move, dimana reflek pemain akan diuji untuk bisa bertahan hidup dan menjadi penakluk Everest.

Everest VR rencananya akan diluncurkan tahun ini juga, meski sejauh ini masih belum ada jadwal pastinya. Anda pastinya membutuhkan salah satu dari ketiga perangkat VR high-end yang disebutkan di atas, namun itu pun masih jauh lebih murah daripada biaya yang diperlukan untuk mendaki Everest sebenarnya.

Sumber: Fortune dan Sólfar Studios.

Virtual Reality Diprediksi Hasilkan Pemasukan Hampir $ 900 Juta di 2016

Oculus Rift dan HTC Vive, dua headset VR high-end itu telah mulai dikirimkan ke tangan konsumen, sebuah langkah besar bagi virtual reality dalam menyerbu ruang keluarga Anda. Banyak ahli memperkirakan, produk-produk ini dapat menyaingi smartphone, ditakar dari besarnya perubahan yang mereka berikan bagi cara manusia bekerja serta menghibur diri.

Kini semua pemain di bidang teknologi, besar maupun kecil, tampak berbondong-bondong terjun ke ranah itu. Aksi mereka bisa dipahami. Meski VR kental dengan tema gaming, pada prakteknya ia dapat diimplementasikan ke bermacam-macam skenario penggunaan: industri medis dan kesehatan, edukasi, turisme, serta desain. Analis Strategy Analytics memprediksi, pemasukan dari penjualan produk VR berpeluang mencapai hampir US$ 900 juta di tahun ini.

Tepatnya adalah US$ 895 juta. 77 persen dari nilai itu diperkirakan merupakan hasil dari transaksi Rift, Vive, dan PlayStation VR. Namun bahkan ketika mereka semua dikombinasikan, volume penjualan ketiga device ini terlihat sangat kecil dibanding produk-produk berbasis smartphone yang umumnya lebih terjangkau – hanya 13 persen dari 12,8 juta unit headset virtual reality di 2016.

Hal ini memang wajar karena Rift dan Vive memang bukanlah barang murah. Headset VR milik Facebook tersebut dijajakan di harga US$ 600, sedangkan Vive menuntut harga yang lebih tinggi lagi, yaitu US$ 800. Sementara itu, Google Cardboard terdistribusi secara luas (dibagi-bagikan gratis dan dapat dibeli murah secara online). Pemilik handset flagship Samsung juga sudah bisa menikmati pengalaman VR ‘premium’ berbekal Gear VR.

Harga tinggi memang membatasi penjualan – Strategy Analytics mengestimasi hanya mencapai kurang lebih 1,7 juta perangkat high-end (Rift, Vive, PSVR). Walaupun demikian, di tahun ini khalayak awam akan mulai memahami potensi dan kecanggihan headset mutakhir tersebut. Di saat yang sama, pasar smartphone dibombardir oleh bundel VR. Analis percaya, dengan strategi jitu, headset VR berbasis handset dapat berperan sebagai ‘hidangan pembuka’ untuk mengiring konsumen ke produk yang lebih mumpuni.

Cliff Raskind selaku direktur Wearable Device Ecosystems di Strategy Analytics menyampaikan, 2016 ialah tahun krusial bagi virtual reality akibat perpaduan sejumlah faktor, memberikan tantangan sangat besar bagi produsen dalam memenuhi ekspektasi konsumen terhadap VR, terutama dari sisi ketersediaan konten dan keterbatasan teknis headset virtual reality kelas entry-level.

Direktur Strategy Analytics Cliff Raskind tak lupa menuturkan bahwa virtual reality akan kembali memicu persaingan panas antar produsen hardware, terutama di bidang resolusi layar, kartu grafis, penyimpanan, serta kamera-kamera 3D.

Sumber: Venture Beat.

AltspaceVR Pertemukan Pengguna dalam Virtual Reality Semudah Melakukan Panggilan Video di Skype

AltspaceVR, perusahaan yang bermisi mewujudkan interaksi sosial dalam virtual reality baru-baru ini meluncurkan sebuah aplikasi baru yang akan semakin memudahkan pengguna berinteraksi di dalam sebuah virtual chatroom.

Penjelasan tentang virtual chatroom sendiri bisa Anda baca pada tautan di atas. Pada dasarnya, virtual chatroom akan mempertemukan satu pengguna VR headset dengan yang lain dalam wujud karakter virtual yang bisa dikustomisasi.

Dari situ, pengguna bisa bercakap-cakap, bermain board game, hingga menonton Netflix secara bersamaan, meski pada kenyataannya mereka sedang berada di lokasi yang berbeda – ragam aktivitas yang bisa dilakukan bisa dilihat di situs resmi AltspaceVR. Nah, aplikasi baru AltspaceVR ini sengaja dibuat untuk mempermudah proses bertemu di dunia virtual lewat fitur VR Call.

AltspaceVR VR Call

Berkat fitur VR Call, pengguna Gear VR bisa mengundang rekan-rekannya untuk bergabung dalam virtual chatroom hanya dengan mengklik sebuah tautan. Tautan tersebut bebas dikirim lewat medium apa saja, bisa melalui email, pesan teks, aplikasi chatting maupun media sosial.

Pengguna lain yang hendak bergabung tidak harus menggunakan Gear VR, bisa dengan Oculus Rift maupun HTC Vive yang belum lama ini mulai dipasarkan ke publik – hanya sang pengundang yang wajib memakai Gear VR. Dengan adanya fitur VR Call ini, konsep virtual chatroom yang digagas AltspaceVR pun bisa terkesan semudah melakukan panggilan video di Skype.

Kalaupun rekan yang diundang belum memiliki VR headset, mereka masih bisa bergabung menggunakan PC atau Mac. Satu-satunya syarat lain hanyalah mereka wajib membuat akun di situs AltspaceVR terlebih dulu.

Kalau Anda mempunyai Gear VR dan ingin merasakan serunya kumpul-kumpul dan beraktivitas di dalam virtual reality, silakan unduh aplikasi AltspaceVR lewat Google Play.

Sumber: The Verge dan AltspaceVR.

Application Information Will Show Up Here

Ikea VR Experience Suguhkan Etalase Ruangan Secara Virtual

Satu hal yang dikenal dari Ikea adalah bagaimana perusahaan mebel asal Swedia tersebut menampilkan barang-barang dagangannya dalam wujud etalase ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi sampai dapur. Dengan begitu, konsumen bisa mendapat gambaran seperti apa kira-kira produk yang mereka beli saat ditempatkan di kediamannya masing-masing.

Namun kalau Anda pernah berkunjung ke Ikea di kawasan Alam Sutera, Tangerang, Anda pasti tahu betapa berkerumunnya pengunjung yang datang ke sana. Hal ini tentu saja dapat membuat pengalaman berbelanja jadi kurang nyaman. Beruntung Ikea sudah punya solusi alternatifnya, dengan bantuan teknologi virtual reality.

Ikea VR Experience

Didapuk Ikea VR Experience, ini merupakan aplikasi untuk headset HTC Vive. Prinsipnya sederhana, Anda akan dibawa menuju tiga ruangan virtual dengan gaya yang berbeda. Dari situ, pengguna dibebaskan melakukan kustomisasi ruangan, semisal mengganti warna atau finish perabot menggunakan controller milik Vive.

Fungsi motion tracking milik Vive memungkinkan pengguna untuk mengelilingi ruangan virtual tersebut dan melakukan beberapa interaksi sederhana, seperti misalnya membuka laci atau menempatkan wajan di atas kompor. Pengguna juga bisa mengubah perspektif tampilan menjadi sudut pandang seorang anak kecil, sehingga bisa memperkirakan apakah ujung sebuah meja berpotensi membahayakan buah hatinya masing-masing.

Ikea VR Experience

Melihat screenshot-nya di Steam, grafiknya terbilang bagus dan mendetail. Tidak kaget, mengingat pihak pengembangnya telah memanfaatkan Unreal Engine 4 yang punya kapabilitas fenomenal.

Ikea VR Experience ini sekaligus menjadi bukti keseriusan Ikea dalam mengaplikasikan kemajuan teknologi digital untuk kepentingan konsumen. Sebelum ini, mereka sudah lebih dulu merilis aplikasi Ikea Catalog untuk Android dan iOS yang berbasis augmented reality.

Sumber: Ikea via Engadget.

Lewat App Virtual Desktop, Windows Bisa Dinikmati Dalam Virtual Reality

Tak bisa disangkal, virtual reality akan merombak dunia hiburan selamanya, dari mulai cara kita bermain game, menonton film, dan setelah Facebook mengakuisisi Oculus VR, kemungkinan juga cara kita berinteraksi dengan sesama pengguna internet. Dan jika sudah menyiapkan headset VR, app baru ini memungkinkan virtual reality dapat dinikmati sejak Anda tiba di desktop.

Melalui Steam, developer bernama Guy Godin meluncurkan sebuah aplikasi utility Virtual Desktop. Terlepas dari namanya itu, Virtual Desktop bukan merupakan penyajian user interface, melainkan sebuah program yang bisa membawa tampilan desktop Windows ke alam virtual reality. Berkatnya, semua hal yang dapat Anda lakukan di PC – menjelajahi internet sampai menyaksikan video – bisa dilakukan dengan Oculus Rift ataupun HTC Vive.

Dengan memanfaatkan Virtual Desktop, virtual reality tersaji sejak Windows dibuka. Anda tidak perlu lagi repot-repot harus mengenakan headset saat menjalankan game, kemudian melepasnya ketika kembali ke desktop. Berkat app unik ini, VR dapat diakses lebih seamless. Untuk input kendali, Anda tetap disuguhkan kombinasi keyboard dan mouse, serta bisa pula memakai motion controller.

Virtual Desktop VR 01

Virtual Desktop membutuhkan PC bersistem operasi Windows 8, 8.1 atau 10. Ia tidak kompatibel dengan Windows 7, dan jika kebetulan menggunakan Windows N Edition, Anda perlu menginstal Media Feature Pack.

Jadi apa saja yang ditawarkan oleh Virtual Desktop? Pertama, ia mampu menghidangkan video 360 ‘hardware accelerated‘, kesanggupan streaming atau memainkan video 360 YouTube, Anda dapat browsing foto 360 derajat, ditopang MilkDrop buat visualisasi musik, dan permainan bisa diluncurkan berbekal voice command. Virtual Desktop turut dibundel bersama Environment Editor, memungkinkan user menciptakan environment dan mengkustomisasi lingkungan virtual.

Virtual Desktop VR 03

Virtual Desktop bisa Anda beli di platform distribusi digital Steam seharga Rp 116 ribu saja. Karena program ini memang belum lama meluncur (tanggal 31 Maret 2016), developer mengingatkan bahwa Virtual Desktop kemungkinan masih menyimpan sejumlah bug, dan berjanji untuk menyempurnakannya via patch. App juga terintegrasi ke Steam Workshop, sehingga Anda bisa membuat environment dan men-sharing-nya ke pengguna lain.

Ada spesifikasi hardware yang harus terpenuhi supaya Virtual Desktop bisa berjalan. Ini dia:

  • CPU Intel i5-2500k
  • Memori RAM 4GB
  • GPU NVidia GTX 640 atau ATI HD 7000/Rx 200 rekomendasi GTX 760 atau ATI Rx 200
  • Versi DirectX 11
  • Ruang penyimpanan 500MB

Via DigitalSpy.

MyDream Swift Siap Mengubah Game Biasa Menjadi Optimal untuk Virtual Reality

Di ajang GDC 2016, Valve akan mendemonstrasikan SteamVR Desktop Theater Mode, yakni sebuah fitur dimana pengguna Oculus Rift atau HTC Vive nantinya bisa memainkan game apa saja yang tersimpan dalam library Steam-nya menggunakan VR headset masing-masing. Namun Valve rupanya tidak sendirian, developer MyDreamVR juga punya ide yang serupa.

Mereka mengumumkan aplikasi MyDream Swift yang punya fungsi sangat mirip, yakni mengubah game non-VR menjadi siap untuk dikonsumsi via sebuah VR headset. Swift terintegrasi dengan Steam, yang berarti semua game yang ada di dalam library dapat dioptimalkan untuk tampilan VR.

Kendati demikian, Swift agak sedikit berbeda karena lebih diprioritaskan untuk gamegame berjenis first-person shooter (FPS) dengan sudut pandang orang pertama. Soal kompatibilitas, Swift telah mendukung game dengan teknologi grafik DX9 maupun DX11, dan performa game dipastikan tidak akan menurun ketika dikonversi menjadi tampilan VR.

MyDream Swift

Hal lain yang unik dari Swift adalah fitur Cinema Mode, yang memungkinkan pengguna untuk meneruskan konten non-Steam (video misalnya) menuju ke VR headset. Jadi ketimbang menonton film memakai monitor, pengguna bisa menikmatinya langsung di depan mata memakai Oculus Rift atau HTC Vive.

Saat ini MyDreamVR telah menerima pre-order Swift seharga $30 lewat situs resminya, dan pengguna dipersilakan mengunduhnya mulai tanggal 28 Maret mendatang. Paket pembeliannya turut mencakup game MyDream VR seharga $20.

Sumber: TechCrunch.

Berkat SteamVR Desktop Theater Mode, Game PC Biasa Nantinya Bisa Dimainkan Menggunakan VR Headset

Salah satu alasan yang membuat orang-orang merasa skeptis terhadap virtual reality adalah, karena teknologinya masih baru, jumlah kontennya bisa dipastikan terbatas, sama seperti yang dialami oleh TV 4K. Memang anggapan ini ada benarnya, tapi toh para pemain di industri VR tidak akan tinggal diam.

Kalau di TV 4K kita bisa menonton video 1080p yang di-upscale resolusinya, apakah di ranah VR kita tak bisa memainkan game biasa menggunakan VR headset? Menurut Valve yang juga bertanggung jawab atas pengembangan headset HTC Vive, jawabannya bisa. Belum lama ini, mereka mengumumkan adanya fitur SteamVR Desktop Theater Mode.

Fitur ini pada dasarnya memungkinkan gamegame PC biasa untuk dimainkan menggunakan VR headset yang kompatibel dengan platform SteamVR – sejauh ini baru HTC Vive dan Oculus Rift. Jadi ketimbang melihat tampilan game di monitor, pengguna bisa langsung ‘menjelajahi’ dunia virtual tersebut.

SteamVR Desktop Theater Mode sebenarnya sudah dicanangkan oleh Valve jauh sebelum ada desas-desus soal HTC Vive. Kini teknologinya sepertinya sudah siap untuk didemonstrasikan di hadapan pengunjung acara Game Developers Conference 2016 pekan depan.

Saat nanti fitur ini sudah dirilis, pengguna Oculus Rift maupun HTC Vive bisa memainkan seluruh game yang terdapat pada library Steam-nya masing-masing dalam mode VR. Saya pun langsung membayangkan betapa asyiknya mengeksplorasi Commonwealth di game Fallout 4 menggunakan Oculus Rift.

Sumber berita dan gambar: Road to VR.

Dirilis di Bulan April 2016, Harga HTC Vive Dipatok di Atas Oculus Rift

Hubungan antara Vive dan Rift lebih erat dari dugaan kita. Di tahun 2012, CCO HTC Phil Chen sempat mencoba menghubungi Oculus untuk mengajak bekerja sama. Merasa diabaikan, mereka malah mendapatkan partner baru: Valve. Vive boleh dibilang merupakan satu-satunya produk yang berkesempatan menandingi kencanggihan Rift di era kebangkitan virtual reality.

Bulan Januari silam menandai dimulainya duel di antara kedua perusahaan tersebut. Harga, tanggal peluncuran dan masa pre-order Rift diumumkan; dan tidak lama disusul oleh informasi lebih lanjut soal Vive. Sang produsen asal Taiwan itu tampaknya enggan berlama-lama menahan detail soal headset andalan mereka. Kepada CNET, HTC mengonfirmasi momen perilisan dan harga – yang ternyata dipatok lebih mahal dari Oculus Rift.

HTC menyampaikan bahwa Vive akan dibanderol di harga US$ 800, US$ 200 di atas Rift dan segera tersedia untuk publik pada bulan April 2016. Menakar dari fitur yang sebelumnya sempat diperlihatkan – Lighthouse, kamera depan, sistem SteamVR Chaperone; Vive memang satu level lebih handal dibanding Rift.

Dengan mengenakan Vive, Anda dipersilakan berdiri dan bergerak dalam ruang terbatas. Metode ini memastikan konten virtual reality terasa lebih immersive, misalnya saat Anda bertualang di bawah laut atau berbaku tembak melawan tentara bayaran digital. Dan O’Brien selaku vice president virtual reality business HTC menjanjikan satu hal: “Tak ada produk lain yang semutakhir Vive.”

Alasan mengapa Vive dibanderol di harga tinggi ialah produk disajikan sebagai sebuah ‘sistem lengkap’. Bundel Vive Consumer Edition berisi unit headset, dua base station untuk mendeteksi gerakan user, earbud, boks buat menyambungkan Vive ke PC, serta sepasang controller wireless. Berbeda dari Oculus, tim pencipta Vive menganggap controller sebagai aspek krusial pendukung pengalaman pengguna.

Chet Faliszek dari Valve menuturkan, mereka tidak mempunyai rencana untuk menjual paket tanpa controller karena mereka ingin memberikan platform konsisten bagi developer. Headset versi konsumen menyuguhkan desain strap serta bantalan yang lebih nyaman, penyempurnaan pada penampilan, base station yang bekerja lebih hening, serta microphone.

Vive juga dibekali dua permainan gratis, yaitu Job Simulator garapan Owlchemy Labs serta Fantastic Contraption ciptaan Nortway Games dan Radial Games. Tentu saja Anda tetap memerlukan PC ber-hardware mumpuni buat menikmati konten Vive secara optimal. Masa pre-order akan dibuka pada tanggal 29 Februari 2016.

Sumber tambahan: Blog HTC Vive.

MSI Umumkan Jajaran Notebook Gaming VR Ready Pertama di Dunia

Berdasarkan tanggal peluncuran Oculus Rift dan Vive, teknologi virtual reality akhirnya tiba buat khalayak umum tidak lama lagi lagi. Dari perspektif konsumen, sejumlah hal memang perlu disiapkan agar mereka bisa menikmati konten dengan optimal. Dan dari sana, muncul standar-standar seperti Oculus Ready PC atau Nvidia VR Ready.

Membahas sistem yang sanggup menopang VR, kita akan segera membayangkan PC-PC desktop tower dengan hardware high-end. Bukan hal aneh, mengingat Rift saja menuntut GPU GTX 970. Namun satu perusahaan spesialis produk gaming dari Taiwan berhasil memampatkan komponen berperforma tinggi untuk menopang virtual reality ke produk mereka. Di akhir minggu lalu, MSI mengumumkan deretan notebook Nvidia VR Ready pertama di dunia.

MSI VR Ready 02

Setelah riset panjang dan program kolaborasi bersama Nvidia, Micro-Star International mengungkap dua varian laptop gaming pendukung VR, yaitu GT72S dan GT80S Titan, masing-masing terbagi dalam versi berbeda. Mereka semua sudah memperoleh persetujuan langsung dari Nvidia, dan daftarnya ialah sebagai berikut:

  • GT72S 6QF Dominator Pro
  • GT72S 6QF Dragon Edition (29th Anniversary Edition)
  • GT72S 6QF Dominator Pro G Heroes Special Edition
  • GT80S 6QF Titan SLI 29th Anniversary Edition
  • GT80S 6QF Titan SLI Heroes Special Edition

MSI VR Ready 01

Kunci dari kapabilitas produk-produk di atas adalah kehadiran kartu grafis GeForce GTX 980, dan bukan versi ‘mobile-nya’. Dan di kedua tipe GT80S, Anda tidak mendapatkan satu, melainkan sepasang GPU GTX 980 tersambung via SLI. Menariknya, laptop-laptop gaming MSI tersebut sebetulnya sudah digunakan untuk mentenagai bermacam-macam headset virtual reality di CES 2016 silam.

Tentu saja MSI tidak melupakan produk esensial lain. Notebook mereka itu dimanfaatkan oleh Intel untuk mempresentasikan HTC Vive, dan berhasil menghidangkan konten yang mulus serta rendah latency. 3DGlasses asal Taiwan juga memakai laptop MSI untuk demonstrasi head-mounted display mereka.

MSI VR Ready 03

Virtual reality biasanya disajikan untuk PC desktop, tetapi [teknologi] Nvidia memungkinkan notebook-notebook seperti MSI GT72 Dominator dan GT80 Titan / SLI mendapatkan dukungan GeForce GTX 980 yang dibutuhkan untuk menyuguhkan pengalaman VR dalam perjalanan,” tutur presiden MSI Pan America Andy Tung di press release. “GeForce GTX 980 dan gelar Nvidia VR Ready memudahkan orang mengidentifikasi mesin dengan kemampuan menangani virtual reality serta menjamin pengalaman gaming fantastis dan immersive.”

MSI turut menawarkan produk VR Ready lainnya, meliputi tiga kartu grafis discrete (GTX 980 Ti, GTX 980, dan GTX 970), dua mini desktop (Nightblade MI 2 bersenjata GTX 970 dan Nightblade X2 dengan GTX 980 Ti), serta satu PC all-in-one Gaming 27 6QE (GTX 980M).