Melalui Sistem Gamifikasi, Aplikasi Feet’s Ingin Bantu Perusahaan Tingkatkan Produktivitas Karyawan

Peluang bisa ditemukan dari mana saja. Feet’s, sebuah startup asal Malaysia, melihat peluang itu dari aktivitas sehari-hari para karyawan perusahaan.

Beroperasi di Indonesia sejak April 2019, Feet’s baru saja meluncurkan aplikasinya pada Selasa (29/10). Aplikasi Feet’s ini bertujuan membantu perusahaan mengelola keterlibatan karyawan melalui pendekatan gamifikasi.

Head of Project Feet’s William Loh menyebut produk mereka bergerak dari premis bahwa kondisi karyawan dapat menentukan tingkat produktivitas. Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan menyenangkan jadi hal wajib untuk menyokong kondisi karyawan. Dia juga mengatakan kerap kali ada jarak antara pekerja dengan atasan.

Hal tersebut turut dikemukakan dalam laporan bertajuk “Global Employee Engagement Trends 2018” bahwa hanya 65 persen karyawan di perusahaan Asia Pasifik yang merasa terlibat mendalam dengan perusahaan.

“Kami sangat senang dapat memperkenalkan Feet’s di Indonesia guna membantu perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan karyawan mereka, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, menyenangkan, sehat, dan produktif,” ujar William dalam peluncuran Feet’s.

Aplikasi Feet’s memiliki 5 fitur utama. Salah dua di antaranya adalah T’ing yang merupakan kotak saran dan Makan Buddy berfungsi mempertemukan sesama karyawan yang hendak istirahat makan siang.

Melalui sistem gamifikasi, Feet’s memberi poin atas setiap aktivitas karyawan melalui aplikasi ini. Semakin tinggi poin yang terkumpul, semakin besar pula kesempatan seorang karyawan memenangi suatu hadiah berupa potongan harga berbagai macam produk.

Alasan ekspansi ke Indonesia

Dengan 136,18 juta angkatan kerja, Indonesia jelas pasar yang menggiurkan bagi platform seperti Feet’s ini. Termasuk populasi angkatan milenial yang mencapai 39 persen dari total angkatan kerja tadi.

“Memang milenial ini lebih aktif dalam menggunakan mobile, tapi kami fokus ke semua lapisan [usia], tidak hanya milenial saja,” kata Managing Director Feet’s Ellyana Rosaline.

Setelah beberapa bulan beroperasi, Feet’s mengklaim sudah menggaet tiga perusahaan sebagai pelanggan mereka dengan total pengguna sekitar 5000 orang. Salah satu perusahaan yang sudah berlangganan jasa Feet’s adalah Perusahaan Gas Negara (PGN).

Monetisasi bisnis

Menurut Ellyana, arus pendapatan Feet’s hanya terjadi lewat biaya berlangganan. Perusahaan mana pun yang hendak memakai jasa Feet’s akan dikenakan biaya Rp18.000/bulan/orang. Lebih dari itu pihaknya mengaku belum punya cara monetisasi lain.

“Belum ada biaya lain lagi karena itu sudah bundle,” ucap Ellyana singkat.

Dari segi pendanaan, Ellyana menyampaikan pihaknya masih berstatus bootstrap. Kendati begitu, Feet’s berencana melakukan IPO pada tahun depan. Mereka yakin dalam satu tahun ini dapat menggaet lebih banyak perusahaan terutama dari kalangan pemerintah dan konglomerasi.

“Kita approach banyak sekali perusahaan-perusahaan di Indonesia yang butuh engagement mengingat banyaknya milenial di angkatan kerja,” pungkas Ellyana.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia HR Summit 2019 akan Diadakan di Bali, Bawakan Tema “Employee Experience”

Indonesia HR Summit (IHRS) akan kembali dihelat sebagai konferensi tahunanan bergengsi mengenai sumber daya manusia (SDM). Acara ini sudah ada sejak tahun 2009 lalu, diinisiasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di Indonesia.

Tahun ini IHRS ke-11 akan diselenggarakan pada tanggal 18-19 September 2019, bertempat di Nusa Dua Convention Center, Bali. Tema besar yang ingin dibawa adalah “HR Transformation to Win Employee Experience”. Tema tersebut terinspirasi dari buku yang ditulis Jacob Morgan berjudul “The Employee Experience Advantage “. Menariknya, penulis akan turut hadir sebagai pembicara utama.

Ada tiga lingkungan yang membentuk employee experience yaitu culture (budaya perusahaan), physical space (ruang kerja), dan technology (teknologi). Pertama adalah culture yang dapat memotivasi atau menginspirasi karyawan. Kedua adalah ruang physical space yang memberikan rasa nyaman dan penting untuk menciptakan kreativitas dan keterikatan dengan perusahaan.

Ketiga adalah technology yang mengacu kepada penggunaan berbagai perangkat untuk mempermudah pekerjaan karyawan. Menggunakan teknologi yang ketinggalan zaman akan mempersulit karyawan untuk berkomunikasi dan menciptakan lingkungan yang tidak produktif.

Selain Jacob Morgan, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Founder Ancora Group Gita Wirjawan,  Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Chairman Netmediatama Wishnutama juga akan hadir sebagai pembicara dalam acara ini. IHRS 2019 akan diikuti lebih dari 700 praktisi SDM dari berbagai industri.

IHRS 2019 akan membagi pengalaman yang lebih luas tentang bagaimana suatu organisasi mengoptimalkan tiga konsep di atas. Hal baru yang akan ditemukan adalah experience zone, peserta akan dapat mendapatkan pengalaman menarik dan berbeda dengan berada di dalam suatu zona kreatif yang mengintegrasikan budaya, teknologi, dan ruang kerja inovatif yang dapat menginspirasi peserta dalam membangun employee experience yang lebih baik.

Informasi lebih lanjut dan formulir pendaftaran dapat ditemui melalui situs resminya, yang dapat diakses melalui alamat berikut https://hrsummitindonesia.com.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia HR Summit 2019

KaryaOne dan Tren Produk SaaS Sumber Daya Manusia untuk UKM

Satu lagi layanan SaaS di bidang sumber daya manusia. Bernama KaryaOne, startup yang sudah diinisiasi sejak tahun 2016 ini digawangi oleh Protus Tanuhandaru. Ada dua paket produk yang ditawarkan, berbentuk Human Resources Information System (HRIS) dan Talent Management System (TMS). Masing-masing dijajakan secara berlangganan dengan perhitungan menyesuaikan jumlah karyawan yang dikelola dengan sistem tersebut.

“KaryaOne adalah software manajemen HR/SDM yang membantu menyederhanakan proses administrasi HRD seperti absensi, cuti, lembur, payroll, pajak, BPJS, pengelolaan kinerja, jenjang karier, suksesi, dan pengembangan SDM,” ujar Protus selaku CEO KaryaOne.

Salah satu fitur yang diunggulkan KaryaOne ialah kemampuan integrasi (plug and play) dengan perangkat presensi berbasis Fingerprint Scanner dan RFID. Selain itu, dasbor yang disajikan didesain agar tim HR di perusahaan dapat melakukan analisis kinerja SDM secara komprehensif – termasuk melayani berbagai pengajuan, seperti cuti dll.

Selain berbasis website, KaryaOne juga menyediakan aplikasi mobile di platform Android dan iOS. Memungkinkan pengguna mendapatkan fleksibilitas akses di mana saja dan kapan saja.

Ragam SaaS untuk HR di Indonesia

Alternatif layanan HR digital juga dihadirkan oleh Catapa. Startup bimbingan GDP Venture tersebut mencoba memanfaatkan kapabilitas kecerdasan buatan untuk membantu pengelolaan karyawan. Salah satu realisasinya melalui platform berbasis chatbot.

Ada juga inisiatif gabungan bernama Mekari, yakni bundel produk SaaS dari Talenta, Sleekr, Jurnal dan KlikPajak. Misinya menjadi kanal terintegrasi untuk digitalisasi sistem administrasi UKM di Indonesia. Selain itu masih ada layanan SaaS lain, sebut saja Benemica, GreatDay HR, Nusatalent dan sebagainya.

Terdapat alasan mendasar mengapa layanan SaaS masih memiliki pangsa pasar dan potensi yang besar. Tren perkembangan startup dan UKM di Indonesia terus meningkat. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini ada lebih dari 57 juta UMKM dari berbagai sektor di seluruh Indonesia. Unit bisnis tersebut berkontribusi pada 60% GDP nasional.

Salah satu ciri UKM atau startup –khususnya di tahap awal—adalah tim yang ramping. Untuk mengurus hal administrasi seperti kepegawaian atau perpajakan, kadang mereka memilih menggunakan jasa pihak ketiga, alih-alih merekrut staf di bagian tersebut. Kehadiran SaaS sangat menolong, karena berbagai aktivitas dapat disimplifikasi dan dilakukan oleh satu atau dua orang saja.

Sifat layanan berbasis komputasi awan yang cenderung fleksibel dalam penggunaan –biasanya dibayar sesuai pemakaian—turut membuat UKM tidak harus berinvestasi besar di awal, namun menyesuaikan dengan skala bisnis dan pertumbuhannya.

Pangsa pasar SaaS yang luas turut didukung perkembangan adopsi smartphone, internet dan alat-alat komputasi lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Catapa Implements Artificial Intelligence, Offering “Human Resources Intelligent System”

In its development, artificial intelligence (AI) implementation is getting broader and specific, for business in particular. One of the examples is Catapa, by presenting a smart system to support human resource division at the office.

A graduate from GDP Venture incubation has developed a Human Resources Intelligent System that serves various employee requirements, such as data management, payroll, taxes, and insurance.

In addition to the employee dashboard, Catapa’s Founder & CEO, Stefanie Suanita said, what distinct its platform with others in general is, they’ve applied Artificial Intelligence. One of those is represented in the form of virtual assistant named “Claudia”, with interactive design to help employees submitting leave, overtime work, and others.

The chatbot can be integrated to Facebook Messenger, LINE, Slack, or Telegram for business.

Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR
Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR

 

As the usual SaaS (Software as a Service), Catapa subscription model is quite flexible, accumulated based on usage. In its implementation, the system will automatically count the payment/deduction for BPJS Kesehatan (Health) and Ketenagakerjaan (Employee), including PPh 21 accumulation for employee taxes. Catapa platform has also fully integrated with Klik BCA Bisnis.

Currently, there are some modules ready to be attached to the system. Starts from Recruitment for new employees, Time Management to manage absence and leaves. Also, Talent Management module to monitoring some actions related to the staff competency, and Reimbursement for any kinds of business-related submission or reimbursement.

Catapa was founded on April 21st, 2017. Stefanie said, they’ve handled thousands of payslips every month from various business users. In order to improve features, integration with “sister company” and other supporting platform is being developed to facilitate users in the near future.

The other highlight of Catapa is about data security and privacy. In the release, they guarantee the secure Personally Identifiable Information (PII) by adding the basic data encryption (communication apps), server (communication client), Network Demilitarized Zone (DMZ) implementation, and avoid data loss (disaster recovery).

Aside from Catapa, there are some startups providing digital services for employee-related needs. There are GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic, and others.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Terapkan Kecerdasan Buatan, Catapa Tawarkan “Human Resources Intelligent System”

Seiring perkembangannya, penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) mulai meluas dan spesifik, khususnya untuk bisnis. Salah satunya seperti yang dilakukan Catapa dengan menghadirkan sistem cerdas untuk membantu divisi sumber daya manusia di perkantoran.

Startup hasil inkubasi GDP Venture tersebut mengembangkan sebuah Human Resources Intelligent System yang melayani berbagai kebutuhan kepegawaian, seperti pengelolaan data personalia, penggajian, perpajakan, hingga tanggungan asuransi.

Selain dasbor kepegawaian yang dapat dikelola perusahaan, Founder & CEO Catapa Stefanie Suanita menjelaskan, pembeda utama platformnya dengan sistem informasi kepegawaian pada umumnya ialah mereka telah mengaplikasikan AI. Salah satunya direpresentasikan dalam bentuk asisten virtual bernama “Claudia”, didesain interaktif agar membantu karyawan dalam pengajuan cuti, persetujuan lembur dll.

Chatbot tersebut dapat diintegrasikan dengan Facebook Messenger, LINE, Slack atau Telegram yang digunakan perusahaan.

Claudia Chatbot
Claudia, asisten virtual untuk membantu kebutuhan karyawan terkait HR

Layaknya SaaS (Software as a Services), model berlangganan Catapa cukup fleksibel, dihitung berdasarkan penggunaan. Saat diaplikasikan ke bisnis, sistem juga dapat secara otomatis melakukan perhitungan pembiayaan/potongan untuk BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, termasuk melakukan perhitungan PPh 21 untuk pajak pegawai. Platform Catapa juga sudah terintegrasi penuh dengan Klik BCA Bisnis.

Beberapa modul pendukung telah dimiliki dan dapat ditambahkan ke sistem. Mulai dari modul Recruitment untuk proses perekrutan pegawai baru, Time Management untuk mengelola data kehadiran dan pengajuan cuti. Ada juga modul Talenet Management untuk mengelola berbagai hal terkait pengembang kompetensi pegawai, dan Reimbursement untuk pengajuan pengajuan atau pengembalian dana keperluan pekerjaan.

Catapa dirilis pertama kali pada 21 April 2017. Menurut pemaparan Stefanie, saat ini Catapa telah menangani ribuan playslip setiap bulan dari berbagai pengguna bisnis. Untuk meningkatkan fitur, integrasi dengan “sister company” dan platform pendukung lainnya tengah dilakukan sehingga ke depannya dapat memudahkan pengguna.

Hal lain yang turut menjadi perhatian dari pengembang Catapa ialah mengenai keamanan dan privasi data. Dalam keterangannya, pihaknya menjamin keamanan Personally Identifiable Information (PII) dengan membubuhkan enkripsi basis data (komunikasi apps), server (komunikasi client), implementasi Network Demilitarized Zone (DMZ), dan pencegahan terhadap kehilangan data (disaster recovery).

Selain Catapa, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang menyajikan layanan digital untuk kebutuhan kepegawaian. Ada GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic dan sebagainya.

Gojek Acquires AirCTO, an India Based Recruitment Platform Developer

Gojek acquires startup from Bengaluru, India called AirCTO. After the acquisition, the whole team will join Gojek. The startup is known as an Artificial Intelligence (AI)-based recruitment platform developer for high-quality talents.

“It’s in line with Gojek’s focus to hire premium talents to support the Super App,” Gojek’s representative said as quoted from YourStory.

“AirCTO has a great team and recruitment solution in automating recruitment for the best engineer. Our team is to focus on innovation on the recruitment process, specifically to develop and implement the technology solution to simplify the process,” Gojek India’s Managing Director, Sidu Ponnapa said.

AirCTO’s Founder, Atif Haider stated the compatible side with Gojek and said his commitment to contribute for business development in Southeast Asia.

Currently, Gojek is one of the Indonesian startups with very rapid growth. Not only in its origin, but Gojek is also now trying out their luck in the Southeast Asia region, such as Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines.

In the journey, Gojek has made some strategic acquisitions to tighten its position. Either to expand the service segment or recruiting talents. Some of the acquisitions are Coin.ph, Midtrans, Kartuku, Mapan, and Promogo. In India, they previously acquired a health startup, Pianta and a mobile app developer consultant, LeftShift.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Akuisisi AirCTO, Pengembang Platform Perekrutan Asal India

Gojek mengakuisisi startup asal Bengaluru, India bernama AirCTO. Pasca akuisisi ini seluruh tim AirCTO akan bergabung dengan Gojek. Startup tersebut dikenal sebagai pengembang platform perekrutan yang memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk mendapatkan talenta berkualitas.

“Menyesuaikan dengan fokus Gojek untuk mempekerjakan talenta premium untuk mendukung pengembangan Super App,” terang juru bicara Gojek seperti dikutip dari YourStory.

“AirCTO memiliki tim yang hebat dan solusi rekrutmen yang mengotomatisasi pencarian talenta engineer terbaik. Tim akan fokus pada inovasi di proses rekrutmen kami, terutama untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi teknologi yang merampingkan seluruh proses rekrutmen,” terang Managing Director Gojek India Sidu Ponnappa.

Sementara itu Founder AirCTO Atif Haider menjelaskan bahwa ia menemukan kecocokan dengan Gojek dan berkomitmen untuk ikut berkontribusi dan pada pertumbuhan perusahaan di Asia Tenggara.

Sejauh ini Gojek merupakan salah satu startup asal Indonesia dengan pertumbuhan sangat pesat. Tak hanya di negara asalnya, kini Gojek juga mencoba peruntungan di regional Asia Tenggara, seperti di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina.

Dalam perjalanannya Gojek sudah beberapa kali melakukan strategi akuisisi untuk memperkuat bisnisnya. Baik untuk memperluas segmen layanannya maupun mendapatkan talenta. Beberapa startup yang sudah diakusisi Gojek antara lain adalah Coin.ph, Midtrans, Kartuku, Mapan, dan Promogo. Sedangkan untuk India, Gojek sebelumnya juga telah mengakusisi startup kesehatan Pianta dan konsultan pengembang aplikasi mobile LeftShift.

Application Information Will Show Up Here

Mendapatkan Talenta Terbaik dengan Bantuan Teknologi

Pada dasarnya teknologi dihadirkan untuk mempermudah suatu pekerjaan, tidak terkecuali saat menyaring talenta. Setidaknya, ada lima isu terbesar yang sering kali dihadapi HRD saat merekrut adalah prosesnya yang kurang efektif, benefit yang kurang menarik, KPI yang kurang terukur, dan karyawan tiba-tiba resign.

Dalam menjawab isu tersebut, #SelasaStartup edisi kali ini menghadirkan Founder dan CEO Techinlabs Moch Ardyansah. Techinlabs merupakan startup yang bergerak di bidang headhunting dan hunting talent.

Ardyansah akan berbagi pandangan dan solusinya. Apalagi, talenta yang berasal dari kalangan milenial ini butuh strategi khusus untuk pendekatan awalnya. Berikut rangkumannya:

Membuat branding perusahaan

Sebelum terjun ke teknologinya, Ardyansah menyarankan kepada setiap perusahaan, termasuk startup untuk membuat branding perusahaan. Ada lima hal yang perlu diperhatikan yakni bagaimana kompensasi kepada perusahaan, apa keuntungan buat karyawan, jenjang karier, lingkungan pekerjaan, dan budaya perusahaan.

Lima hal ini paling diperhatikan calon talenta saat mengikuti proses perekrutan dalam perusahaan. Kalangan milenial, sambungnya, sangat memperhatikan budaya perusahaan yang seringkali dilupakan oleh perusahaan.

“Budaya perusahaan itu paling dilihat oleh milenial, tapi sering tidak diperhatikan oleh perusahaan. Ini penting sekali apalagi buat perusahaan baru yang ingin dapat karyawan yang loyal,” katanya.

Sasar kandidat pasif

Menurutnya, kandidat yang aktif mencari pekerjaan belum tentu dikatakan sebagai kandidat yang bagus buat perusahaan. Namun bisa menjadi bumerang buat karyawan aktif karena mereka bisa tiba-tiba pergi dari perusahaan.

Pasif itu mereka yang tidak sedang mencari, namun apabila menemukan suatu pekerjaan dengan kriteria yang cocok dengan kemauan mereka pasti akan tertarik. Bisa jadi mereka yang pasif itu karena memang malu-malu namun memiliki kemauan kerja yang baik.

Untuk itu, perekrut perlu bangun pendekatan awal dengan memancing mereka lewat diskusi. Cara tersebut akan membuat mereka lambat laun mau terbuka terhadap semua peluang yang ditawarkan kepada mereka.

Pasalnya dari hasil internal Techinlabs, kandidat pasif itu sebenarnya terbuka untuk berdiskusi dengan para rekruter (45%), bisa dihubungi dengan jaringan pribadi (15%), sudah cukup puas dan tidak mau pindah perusahaan (15%). Lalu sesekali melihat job portal (13%), dan aktif mencari pekerjaan (12%).

Manfaatkan platform pool talent

Salah satu teknologi terkini yang bisa membantu proses perekrutan adalah platform pool talent. Dalam platform ini, rekruter dapat mengacu pada tempat atau basis data yang disimpan tim SDM terkait semua kandidat terbaiknya.

Perusahaan bisa membuat sendiri pool talent tersebut, dimulai dari melihat segmennya, mengatur ekspektasi, komunikasi secara rutin, dan membuat komunitas. Atau bekerja sama dengan startup yang ahli di bidangnya, salah satunya Techinlabs. Sebab membuat platform seperti itu sulit dan tidak semua paham dengan prosesnya.

Sejak setahun berdiri, Techinlabs memiliki 5.127 talent yang sudah bergabung dalam pool talent. Sebanyak 69 perusahaan teknologi yang sudah memanfaatkan layanan Techinlabs mengaku puas karena memiliki deal ratio sebesar 93%.

Dalam mencocokkan kandidat dengan klien perusahaan, Techinlabs menggunakan proses screening secara manual, lalu memanfaatkan algoritma yang sudah dibangun dilihat dari tes kemampuan, tes psikologi, dan lainnya. Lalu hasilnya dicocokkan dengan kriteria yang diinginkan klien.

Beberapa klien Techinlabs diantaranya Jenius, Tokopedia, Kumparan, Tiket.com, Narasi, Dana, Madhang, dan lainnya.

Ambisi Kalibrr Mentransformasi Proses Rekrutmen di Indonesia

Perusahaan seringkali kewalahan setiap kali merekrut kandidat untuk menempati suatu posisi karena proses yang harus ditempuh tidak efisien dan sangat manual. Hal ini membuat ongkos yang dikeluarkan membengkak, belum lagi ada potensi tidak cocok dengan kandidatnya. Kalibrr hadir mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kalibrr adalah perusahaan asal Filipina yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 2016. Perusahaan menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Managing Director Kalibrr Indonesia Sanuk Tandon menerangkan, salah satu tools yang diunggulkan adalah tes soft skill secara online sesuai dengan spesialisasi para kandidat. Tes ini menjadi pengganti psikotes yang lumrah dilakukan untuk proses rekrutmen konvensional.

Ia mencontohkan, untuk kandidat di posisi data scientist ada salah satu tes yang disebut data interpretation. Setelah mengikuti tes ada skor yang didapat dan bisa menjadi referensi untuk perekrut. Semakin banyak tes yang relevan diikuti oleh kandidat, maka memudahkan perekrut untuk mengambil keputusan.

Tidak sembarang soal tes ini dibuat, Kalibrr bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) yang secara spesifik peduli dengan peningkatan kualitas SDM di negara berkembang. Tak hanya tes soft skill, perusahaan bisa mencantumkan sendiri pertanyaan yang ingin diisi oleh para kandidatnya.

Kecenderungan kandidat untuk mengisi seluruh tes, menurut Sanuk, mayoritas cukup baik terutama di kalangan anak muda.

“Kalau psikotes itu untuk melihat logika berpikir, sementara kalau kita melihatnya sekarang ini perusahaan butuh soft skill sederhana karena lebih relevan dengan kebutuhan mereka,” terangnya kepada DailySocial.

Diferensiasi lainnya dengan pemain job portal yang sudah ada, Kalibrr secara spesifik menyasar lowongan pekerjaan secara terkurasi. Basis data Kalibrr cukup kuat untuk lowongan terkait teknologi, contohnya lowongan soal data scientist, desaigner, engineer, dan sebagainya.

Beda halnya LinkedIn lebih memposisikan sebagai job agregator, juga lowongan pekerjaan yang dipajang di JobStreet cenderung lebih umum sehingga kurang niche.

“Kami lebih premium, kandidat bisa di-review langsung perekrut dari Kalibrr. User experience yang kami tawarkan juga sangat diunggulkan.”

Teknologi AI yang dihadirkan Kalibrr berfungsi untuk memberikan kandidat terbaik untuk perekrut dari database kandidat yang aktif di situs. Hal ini menurut Sanuk akan menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi bagi perusahaan dan memberikan kesempatan untuk meraih kandidat dengan peran pekerjaan yang memiliki peluang lebih tinggi.

Sebab sistem mencari kandidat selama 24/7 dan menyasar mereka yang berstatus masih bekerja di perusahaan, namun membuka peluang untuk berkarier di tempat baru.

Perkembangan Kalibrr Indonesia

Sejak hadir di Indonesia, sambung Sanuk, perusahaan kini memiliki 650 ribu kandidat yang mencatatkan profilnya. Tumbuh pesat dibandingkan pada tahun lalu hanya 40 ribu kandidat. Ditargetkan angkanya dapat tembus 1 juta kandidat pada tahun depan.

Adapun perekrut yang sudah memanfaatkan layanan Kalibrr di antaranya, Gojek, Bukalapak, Lazada, BCA, Bank Mandiri, Unilever, PwC dan sebagainya. Bila ditotal jumlahnya sekitar 300 perusahaan.

Menurut Sanuk, meski beberapa nama perusahaan di atas adalah perusahaan papan atas, namun sebenarnya layanan Kalibrr juga bisa digunakan oleh perusahaan startup yang baru berdiri. Sebab model bisnis Kalibrr adalah berlangganan tergantung paket yang dibutuhkan perekrut.

“Startup yang masih baru pun bisa jadi klien kami karena pada dasarnya dua jenis perusahaan ini butuh sistem HRD untuk memudahkan pekerjaan rekrutmen.”

Untuk rencana Kalibrr pada tahun depan, perusahaan mau menambah kemitraan dengan berbagai universitas, asosiasi mahasiswa Indonesia di luar negeri, media sosial, dan sebagainya. Tujuannya untuk menjaring kandidat yang tepat sasaran dan mempertemukan kandidat dengan perusahaan terkemuka dalam rangka memberikan pengalaman di bidang karier yang potensial.

Di samping itu, inovasi agar proses rekrutmen yang lebih baik juga siap digencarkan. Secara grup, Kalibrr tengah mempersiapkan rencana untuk ekspansi ke Vietnam pada tahun depan. Vietnam akan jadi negara kedua setelah Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

DataOn Resmikan “GreatDay HR”, Startup Manajemen SDM untuk UKM

Perusahaan manajemen sumber daya manusia (SDM) DataOn hari ini (12/12) mengumumkan kehadiran anak usaha barunya GreatDay HR. Dengan segmen layanan sama, unit usaha baru tersebut akan menyasar kalangan UKM. Pemisahan unit bisnis ini dilakukan agar GreatDay HR bisa lebih fokus menggarap segmen tersebut.

DataOn sudah berdiri sejak 1999 dan diklaim menjadi perusahaan manajemen HR terbesar di Indonesia untuk segmen korporasi. Produk DataOn, yakni SunFish HR telah mendukung lebih dari 1,4 juta karyawan di lebih dari 1.200 perusahaan di 35 negara.

“Tim untuk GreatDay HR sudah dipecah dari DataOn agar bisa fokus menangani solusi HR untuk skala UKM. Tim kami terus tumbuh pesat, kemungkinan sekarang ada 50 orang. Sedangkan DataOn punya 300 karyawan,” terang Founder dan CEO DataOn dan GreatDay HR Gordon Enns, Rabu (12/12).

Secara startup, GreatDay HR berbentuk PMA dengan basis pusat di Singapura di bawah naungan Publica Holding Pte Ltd. Untuk dukung akselerasi bisnis, Enns mengumumkan perolehan investasi pra seri A senilai $2,5 juta yang dipimpin oleh Otium Ventures. Diikuti pula investor dari Indonesia dan Thailand.

Investasi ini akan digunakan untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Area Jabodetabek menjadi fokus awal, kemudian merambah ke Jawa secara perlahan hingga ke seluruh Indonesia. Pihaknya juga akan membawa produk ini ke beberapa negara di Asia Tenggara.

“Investor melihat produk ini dapat dibawa keluar negeri karena umumnya permasalahan yang dihadapi itu sama dengan Indonesia.”

Fitur GreatDay HR

GreatDay HR adalah aplikasi mobile yang bisa permudah mengelola data sumber daya manusia. Fitur di dalamnya termasuk untuk mengajukan reimburse, melaporkan kehadiran/cuti, penggajian, pelaporan PPh 21, pengurusan BPJS, dan penjadwalan kerja.

Semua pengguna menerima informasi termasuk permintaan yang membutuhkan persetujuan mereka, pengumuman perusahaan, pengingat status kehadiran, atau status karyawan yang diunggah di media sosial internal perusahaan.

Yang membedakan GreatDay HR dengan pemain sejenis, menurut Enns terletak di sisi penerapan konsep media sosial yang terintegrasi dalam aplikasi untuk mendukung komunikasi yang lebih baik.

Pengelolaan tugas, penelusuran aktivitas, dan umpan balik berkelanjutan memungkinkan terjadinya komunikasi lebih terstruktur, sehingga menghasilkan data yang dapat diakumulasi menjadi dasar untuk social performance management.

Enns menjelaskan fitur GreatDay dihadirkan untuk mendorong karyawan saling berbagi hal hebat yang sudah mereka lakukan setiap harinya. Unggahan ini dibagikan ke seluruh “followers”, termasuk tim kerja dan memperoleh “like” pada setiap unggahan.

“Like” ini dapat menambah poin untuk penilaian profil karyawan terbaik dan perusahaan dapat memberikan reward atas kontribusi mereka. Poin dan gamification tersebut bakal menunjang kontribusi/penggunaan konten micro-learning, penelurusan tugas, berbagi media sosial, dan interaksi lainnya.

“Menciptakan keterlibatan karyawan adalah tantangan berkelanjutan bagi banyak perusahaan. Padahal karyawan yang terlibat aktif dan menikmati waktu mereka di tempat kerja, umumnya memiliki prospek karir yang lebih baik dan tentunya menambah nilai lebih bagi perusahaan.”

Sediakan fitur finansial

Secara bertahap Enns bersama tim akan terus mengembangkan fitur di dalam aplikasi agar semakin menjawab kebutuhan para UKM. Salah satu fitur yang bakal dikuatkan adalah digital employee benefits, sebuah solusi finansial yang terintegrasi dalam aplikasi.

Perusahaan menghubungkan pengguna dengan berbagai pemain di industri jasa keuangan seperti multi-finance, asuransi, investasi, bank, wallet, dan online payment di dalam aplikasi. Pengguna dapat mengatur keuangan mereka dalam slot bahkan sebelum waktu gajian tiba.

Ketika gaji sudah masuk, dana secara otomatis akan terpotong dari dalam aplikasi. Seluruh tagihan pun akan terselesaikan pada saat itu juga. Mitra pun akan mendapat potensi nasabah baru yang datang dari kalangan UKM.

“Melalui program kerja sama dengan mitra keuangan, kami dapat menawarkan opsi yang lebih baik kepada karyawan seperti asuransi, pinjaman berbiaya rendah, dan lainnya. Mulai Januari 2019, kami akan umumkan beberapa kerja sama terbaru terkait fitur ini.”

Untuk berlangganan aplikasi, UKM hanya perlu menyediakan biaya Rp9 ribu per karyawan dalam setiap bulannya. Ness mengatakan untuk integrasi layanan dengan UKM tidak dikenakan biaya sama sekali.

“Kalau perusahaan mau pakai SunFish HR itu biayanya bisa memakan $100 juta sampai $10 miliar. Sementara kalau ini biaya integrasinya tidak ada, hanya biaya per kepala karyawan saja,” tutupnya.

GreatDay HR pertama kali dirilis sejak awal tahun ini, Ness menyebut telah memiliki 120 pengguna dari kalangan UKM dengan total 140 ribu karyawan. Aplikasi secara harian dikunjungi hingga 80 ribu kali oleh para karyawan. Pengguna tersebar di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.