Acer Predator Thronos Adalah Kursi Gaming Kelas Sultan

Bagi sebagian besar orang, yang dimaksud kursi gaming tidak lebih dari kursi yang mereka pakai di depan komputer. Namun bagi sebagian kecil gamer yang sangat berdedikasi – serta berkantong amat tebal – mereka butuh sesuatu yang spesial seperti persembahan terbaru Acer berikut ini.

Namanya Acer Predator Thronos, dan seperti yang bisa Anda lihat, ia bukan sembarang kursi gaming. Dari gambar render-nya mungkin ia kelihatan seperti sebuah VR headset yang diletakkan di atas stand, akan tetapi pada kenyataannya ia memiliki struktur utama setinggi 1,5 meter yang terbuat dari baja, dengan kisaran bobot 220 kilogram.

Acer Predator Thronos

Masuk ke dalam ‘kabinnya’, Anda akan langsung disambut oleh kursi yang dapat dimiringkan sampai 140 derajat ke belakang. Supaya lebih nyaman, ada sebilah pijakan kaki yang akan muncul secara otomatis saat kursinya dimiringkan. Setelahnya, dengan satu klik tombol, sepasang ‘lengan’ raksasa akan bergerak membawa monitor dan meja kecil ke hadapan Anda.

Meja kecil itu secara keseluruhan dilapis oleh mousepad, sedangkan monitornya adalah tiga monitor curved 27 inci yang diposisikan berjejer. Seketika itu pula, pengguna akan merasa seperti berada di dalam sebuah kepompong. Selagi bermain, kursinya akan bergetar mengikuti aksi dalam game. Sayang sekali audionya masih harus mengandalkan headset, bukan sistem surround terintegrasi layaknya di sebuah home theater.

Predator Thronos sejauh ini belum memiliki banderol resmi maupun jadwal rilis, tapi harganya sudah pasti mahal, dan itu belum termasuk semua perangkat yang diusungnya, mulai dari ketiga monitor itu tadi sampai gaming PC-nya.

Sumber: Mashable dan The Verge.

Acer Kembali Hadirkan Chromebook Berdesain Premium dengan Harga Cukup Terjangkau

Tahun 2017 bisa dianggap sebagai tahun kebangkitan Chromebook berdesain premium. Samsung memulainya di awal tahun, kemudian Acer menyusul di bulan September, dan tentu saja kita tak boleh lupa dengan si mewah Google Pixelbook yang diperkenalkan di bulan Oktober.

Tahun ini, Acer kembali memilih ajang IFA sebagai panggung untuk laptop Chrome OS barunya. Acer Chromebook 514, demikian namanya, masih mempertahankan desain serba aluminium seperti tahun lalu, namun seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, bagian kiri dan kanan layarnya menyusut cukup drastis hingga menyisakan hanya bezel setebal 6 mm saja.

Layarnya sendiri merupakan panel sentuh (opsional) IPS 14 inci dengan resolusi 1080p. Di atasnya, bernaung webcam yang disebut berkualitas “HDR”. Sentuhan mewahnya terus berlanjut sampai ke area touchpad, yang kini telah dilapis kaca Gorilla Glass.

Acer Chromebook 514

Dua port USB-C dan dua port USB standar diposisikan di sisi kiri dan kanan laptop. Baterainya diklaim bisa bertahan sampai 12 jam penggunaan, sayang sekali Acer belum bersedia merincikan prosesor yang digunakan maupun spesifikasi lengkapnya.

Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang, dengan harga $350 untuk varian dengan spesifikasi terendahnya. Spesifikasinya sendiri dikabarkan bakal bervariasi tergantung wilayah pemasarannya.

Sumber: Android Authority dan Engadget.

Dell Inspiron 7000 Generasi Baru Warisi Desain Cantik Seri XPS

Tidak bisa dipungkiri, Dell XPS 13 merupakan salah satu laptop paling menawan yang ada saat ini. Desain cantiknya itu turut dikawinkan dengan performa yang mumpuni. Sayang harganya kelewat premium untuk mayoritas konsumen.

Kabar baiknya, Dell telah menyiapkan alternatif yang lebih terjangkau selagi masih menawarkan sejumlah keunggulan seri XPS. Laptop tersebut adalah generasi baru seri Inspiron 7000 yang diperkenalkan belum lama ini di ajang IFA 2018.

Dell Inspiron 7000

Dell Inspiron 7000 masih tersedia dalam tiga varian ukuran (13, 15 dan 17 inci), serta masih mengadopsi desain 2-in–1 alias convertible. Kendati demikian, material plastik kini sudah dilupakan, diganti oleh sasis aluminium yang lebih kokoh sekaligus lebih premium. Kalau tidak diberi tahu, mungkin saya bakal mengira laptop ini merupakan seri XPS.

Selain bahan baku yang lebih premium, Inspiron 7000 juga mewarisi bahasa desain khas XPS dengan bezel tipisnya. Memang belum setipis XPS 13, akan tetapi perbedaannya cukup mencolok jika dibandingkan laptop sekelasnya. Menariknya, webcam milik Inspiron 7000 masih diposisikan di atas layar seperti pada umumnya, dan ini dimungkinkan berkat penggunaan modul webcam baru yang berukuran cuma 2,7 mm.

Soal spesifikasi, ada banyak konfigurasi yang ditawarkan Dell. Khusus varian 13 inci dan 15 inci, ada opsi layar beresolusi 4K. Prosesor yang digunakan adalah garapan teranyar Intel (generasi ke–8, dengan kode Whiskey Lake). RAM-nya tersedia dalam kapasitas 8 atau 16 GB, sedangkan kartu grafisnya mengandalkan Nvidia GeForce MX150 (opsional untuk varian 15 dan 17 inci).

Konektivitas Inspiron 7000 terbilang minim, tapi masih mencakup semua yang esensial: satu port USB standar, satu port USB-C yang mendukung standar Power Delivery dan DisplayPort, satu port HDMI, dan slot SD card. Inspiron 7000 juga menjadi laptop pertama Dell yang mengusung integrasi voice assistant Amazon Alexa.

Di Amerika Serikat, Dell Inspiron 7000 generasi baru ini akan dipasarkan mulai awal bulan Oktober. Harganya dimulai di angka $880 untuk varian 13 inci dengan spesifikasi terendah – bukan yang paling murah, tapi tetap terpaut cukup jauh dari seri XPS.

Sumber: The Verge.

Beoplay E6 Sempurnakan Sejumlah Aspek Earphone Wireless Perdana B&O

Bang & Olufsen merilis earphone wireless perdananya yang bernama Beoplay H5 dua tahun silam. Di IFA 2018, pabrikan asal Denmark tersebut sudah menyiapkan penerusnya, yakni Beoplay E6 – entah kenapa namanya bukan H6, dan konsumen pasti akan sedikit bingung mengingat ada Beoplay E8 yang merupakan true wireless earphone.

Secara estetika, E6 tampak mirip seperti H5. Satu-satunya hal yang membedakan adalah adanya sebilah sirip kecil yang akan membantu E6 ‘mencengkeram’ telinga pengguna dengan lebih baik. Ini penting mengingat E6 tahan cipratan air dan debu, sehingga saat dipakai sambil berolahraga pun ia tidak akan mudah terlepas dari telinga pengguna.

Bang & Olufsen Beoplay E6

Selebihnya, Anda akan menjumpai desain yang nyaris identik. Kabelnya masih terbuat dari bahan yang mirip seperti tali sepatu sneakers, akan tetapi remote-nya telah sedikit direvisi, kini mengemas tiga tombol aluminium yang lebih terasa taktil sekaligus tentu saja lebih tahan lama – remote ini juga dapat digunakan untuk memanggil Google Assistant ataupun Siri.

Juga baru untuk E6 adalah charger tipe snap-on. Charger-nya ini tinggal ditempelkan ke unit baterai yang ada di tengah-tengah kabel, sehingga pengguna tetap bisa memakai E6 selagi baterainya diisi ulang. Perlu dicatat, selagi di-charge, E6 bukannya bisa Anda bawa ke mana-mana, sebab charger-nya masih harus tersambung ke adaptor listrik, kecuali Anda sudah sedia power bank.

Bang & Olufsen Beoplay E6

Baterainya sendiri diklaim dapat bertahan sampai lima jam pemakaian, sedangkan charging-nya butuh waktu sekitar dua jam. Satu hal yang disayangkan, konektivitas yang digunakan belum Bluetooth 5.0, melainkan masih Bluetooth 4.2, meski tersedia dukungan atas codec AAC.

Bang & Olufsen Beoplay E6

B&O sepertinya tidak mengutak-utik kinerja audio earphone ini. Kendati demikian, konsumen masih bisa menyesuaikan karakter suaranya melalui aplikasi pendamping yang tersedia di ponsel. Saat sedang tidak digunakan, kedua earpiece-nya tinggal Anda tempelkan (magnetik) sehingga membentuk kalung, dan E6 otomatis akan langsung mati.

Saat ini Beoplay E6 sudah dipasarkan seharga $299, naik $50 dari H5, dan yang agak mengejutkan, setara dengan Beoplay E8 yang merupakan true wireless earphone. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, “Sand” dan “Dark Plum”.

Sumber: CNET.

Beyerdynamic Luncurkan Empat Earphone dengan Desain Unik yang Sangat Nyaman di Telinga

Beyerdynamic Lagoon ANC bukan satu-satunya persembahan sang legenda Jerman di ajang IFA tahun ini. Mereka juga memperkenalkan empat earphone baru berdesain inovatif, yang masing-masing ditujukan untuk kelas konsumen yang berbeda; dari entry-level sampai yang high-end.

Desain inovatif itu merujuk pada sisi luar masing-masing earpiece yang datar. Saking datarnya, Beyerdynamic mengklaim bagian tersebut tidak akan nongol dari telinga ketika dikenakan. Alhasil, walaupun pengguna mengenakannya selagi berbaring miring, telinganya dipastikan tidak akan tertekan dan terasa sakit.

Beyerdynamic Beat Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Beat Byrd / Beyerdynamic

Pada kategori yang termurah, ada Beyerdynamic Beat Byrd yang memiliki kabel berwarna oranye seperti pada gambar di atas. Untuk model ini, sejatinya tidak ada yang bisa begitu dibanggakan kecuali desainnya yang pipih itu tadi. Banderol harganya pun cuma 25 euro, dan akan dipasarkan mulai akhir bulan September ini.

Beyerdynamic Soul Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Soul Byrd / Beyerdynamic

Di atasnya ada Beyerdynamic Soul Byrd yang menghadirkan sejumlah upgrade. Yang pertama, ia datang bersama lima pasang eartip dalam berbagai ukuran. Kedua, ada remote tiga tombol yang juga mengemas mikrofon sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan Google Assistant maupun Siri. Selisih harganya cukup jauh, 79 euro, dan akan dipasarkan mulai pertengahan Oktober.

Beyerdynamic Blue Byrd / Beyerdynamic
Beyerdynamic Blue Byrd / Beyerdynamic

Di level premium, Beyerdynamic Blue Byrd menjanjikan kepraktisan konektivitas Bluetooth, lengkap dengan dukungan codec populer seperti aptX maupun AAC. Baterainya diklaim mampu bertahan hingga enam jam pemakaian, dan charging-nya sudah mengandalkan sambungan USB-C. Pemasarannya diperkirakan berlangsung di akhir tahun dengan harga 129 euro.

Beyerdynamic Blue Byrd ANC / Beyerdynamic
Beyerdynamic Blue Byrd ANC / Beyerdynamic

Terakhir dan yang paling mahal adalah Beyerdynamic Blue Byrd ANC. Seperti yang bisa kita lihat dari namanya, ia mengusung spesifikasi yang sama seperti Blue Byrd, dengan penambahan fitur active noise cancelling. Noise cancelling-nya pun juga sudah menganut metode hybrid seperti yang diterapkan headphone Lagoon ANC.

Khusus Blue Byrd ANC ini, desainnya mengadopsi model neckband. Ia pun juga telah mengemas fitur personalisasi suara macam yang diunggulkan Beyerdynamic Aventho Wireless. Itulah mengapa harganya terpaut sangat jauh dari tiga earphone di atas: 249 euro, dengan jadwal rilis di akhir tahun juga.

Sumber: The Verge dan Beyerdynamic.

Temi Ialah Robot Telepresence Pintar yang Memahami Perintah Suara Anda

Selain untuk kebutuhan industri, pengembangan teknologi robotik untuk keperluan telepresence sudah lama dilakukan. Sederhananya, telepresence adalah satu set teknologi yang bisa mewakilkan keberadaan seseorang di tempat tertentu. Namun hingga sekarang, pemanfaatan robot telepresence belum populer karena mahal dan pengoperasiannya kurang praktis.

Keterbatasan ini yang mendorong startup Roboteam asal Tel Aviv menggarap Temi. Temi merupan robot personal serbaguna, dapat dimanfaatkan sebagai asisten personal, pusat hiburan, hingga dijadikan fotografer sekaligus disc jockey pribadi. Dengannya, Anda bisa tetap berinteraksi dengan keluarga ataupun mengecek keadaan rumah dan hewan peliharaan meski berada jauh dari tempat tinggal.

Temi berdiri setinggi 90-sentimeter dan bergerak menggunakan empat roda. Sebagai ‘wajahnya’, sang robot dibekali layar sentuh IPS 10,2-inci QHD yang tersambung ke bracket bermotor – memungkinkan bagian tersebut bergerak ke atas dan ke bawah sehingga interaksi tersuguh lebih natural. Temi bekerja secara otomatis, mampu mempelajari kondisi suatu tempat dan mengetahui posisi docking buat mengisi ulang baterainya.

Temi 3

Ada dua metode buat mengoperasikan Temi, yaitu lewat aplikasi smartphone atau suara. Via app, Anda dapat mengaktifkan Temi dari jauh dan memerintahkannya untuk pergi ke ruangan – misalnya kamar si kecil atau ruang keluarga. Robot telepresence ini dilengkapi sistem pemetaan 3D dan navigasi, kemampuan pengaturan rute, hingga teknologi pengenalan dan pelacakan wajah; berbekal sensor LIDAR 360 derajat, dua kamera depth dan dua lagi kamera RGB, lima sensor jarak, dan lain-lain.

Temi 2

Ketika percakapan sedang berlangsung, lawan bicara bisa mengaktifkan mengaktifkan mode ‘follow‘ melalui tap pada layar, berguna untuk memudahkannya menunjukkan sesuatu pada Anda.

Anda juga dipersilakan mengaktifkan Temi lewat suara, misalnya untuk menghubungi seseorang. Robot ini menyimpan empat speaker omni-directional yang turut ditunjang sistem echo-cancellation dan noise reduction sehingga percakapan tersaji optimal. Sebagai output-nya, Temi memanfaatkan speaker Harman Kardon plus sub-woofer, kabarnya mampu menghasilkan audio 20W.

Temi 1

Temi diotaki oleh CPU ARM. Robot mengandalkan sistem operasi berbasis Android dengan UI yang dikhususkan untuk interaksi antar-manusia. Selain itu, Temi juga didukung oleh satu set CPU ARM hexa-core lagi untuk menangani sistem navigasi serta pengoptimalan pemakaian penggunaan daya.

Robot ini diperkenalkan secara formal di ajang IFA 2018. Roboteam punya agenda untuk mulai memasarkannya di tahun ini, dan berniat untuk meningkatkan angka produksinya jadi 300 ribu unit per bulan di Desember nanti. Satu unit Temi rencananya akan dijajakan seharga mulai dari US$ 1.500 – sangat terjangkau untuk sebuah robot telepresence.

Via VentureBeat.

Beyerdynamic Lagoon ANC Siap Ramaikan Pasar Headphone Wireless Noise Cancelling

Sony WH–1000XM3 bukan satu-satunya calon penantang kuat Bose di segmen headphone wireless berteknologi noise cancelling yang menjalani debutnya di ajang IFA tahun ini. Produsen perangkat audio tertua di dunia, Beyerdynamic, rupanya juga memperkenalkan calon rival yang sepadan, yakni Lagoon ANC.

ANC, seperti yang kita tahu, adalah singkatan dari Active Noise Cancelling, di mana pemblokiran suara dilakukan secara sengaja dengan mengolah suara yang masuk dari mikrofon. Untuk Lagoon ANC, Beyerdynamic rupanya telah menerapkan sistem hybrid, di mana mikrofon yang bertugas menangkap suara untuk dieliminasi tak hanya ditempatkan di bagian luar saja, tapi juga di dalam masing-masing earcup.

Soal performa, Beyerdynamic belum merincikan unit driver yang digunakan headphone tipe over-ear ini seperti apa, tapi yang pasti respon frekuensinya berada di rentang 10 – 30.000 Hz. Dari catatan spesifikasinya pun kita juga bisa menduga kalau dimensi headphone ini masuk kategori cukup ringkas, mengingat bobotnya tercatat hanya 280 gram saja.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Desainnya boleh dibilang sederhana, tapi masih kelihatan cukup premium. Pada earcup sebelah kanannya, kita bisa melihat kehadiran panel sentuh yang mendukung beragam gesture untuk mengoperasikan headphone, termasuk gesture untuk memanggil Google Assistant maupun Siri. Lagoon turut dilengkapi sensor yang akan mendeteksi apabila pengguna melepas headphone, lalu menghentikan musik secara otomatis, begitu juga sebaliknya, memutarnya kembali saat headphone dikenakan.

Namun atribut terunik Lagoon adalah sistem pencahayaan di bagian dalam kedua earcup-nya. Lho kok di dalam? Ya, sebab fungsinya sama sekali bukan untuk gaya-gayaan, melainkan untuk menjadi indikator buat pengguna. Contoh, saat headphone dinyalakan, lampu di earcup sebelah kiri akan menyala biru, sedangkan kanan menyala merah, demi memudahkan pengguna membedakan antara keduanya.

Contoh selanjutnya, saat menunggu untuk di-pair, lampunya akan berpenjar dalam warna biru dan berpindah dari satu earcup ke yang lain. Begitu berhasil tersambungkan dan siap digunakan, warnanya pun berganti menjadi oranye. Terakhir, ketika baterainya hampir habis, lampunya bakal menyala merah. Sekali lagi jangan samakan ini dengan sistem pencahayaan RGB, sebab fungsinya benar-benar berbeda.

Beyerdynamic Lagoon ANC

Bicara soal baterai, Lagoon ANC menjanjikan daya tahan sampai 24 jam dalam posisi noise cancelling aktif. Kalau dinonaktifkan, baterainya malah bisa bertahan hingga 46 jam pemakaian – sangat lama untuk ukuran headphone Bluetooth. Untuk charging, Lagoon telah memakai sambungan USB-C, sama seperti Sony WH–1000XM3.

Rencananya, Beyerdynamic Lagoon ANC akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga 399 euro (± 6,9 juta). Varian warna yang bakal ditawarkan ada dua: kombinasi hitam dan biru, serta kombinasi abu-abu dan cokelat.

Sumber: Beyerdynamic dan The Verge.

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.

Sharp Aquos D10 Ikut Debut di Eropa Bersama B10 dan C10

Di ajang IFA 2018 ini, tidak hanya sektor PC dan audio yang menjadi pusat perhatian. Ada beberapa perangkat dari sektor mobile yang mencoba mencuri atensi publik, beberapa di antaranya datang dari BlackBerry, Sony dan yang terbaru ada Sharp yang ikut meluncurkan punggawa barunya.

Ada tiga model smartphone yang diperkenalkan oleh Sharp, antara lain Aquos B10, C10 dan D10. Dua model pertama sudah pernah kita bahas di artikel sebelumnya. Jadi, kali ini kita akan fokus pada spesifikasi Sharp Aquos D10 saja.

Dibandingkan dua model lainnya, Sharp Aquos D10 merupakan model paling powerful dan premium, walaupun masih jauh dari kelas flagship. Perangkat ini memiliki panel layar 5,99 inci dengan resolusi layar Full HD+. Rasio layar-ke-tubuh perangkat adalah 91% yang menurut saya sudah cukup seksi.

Sharp Aquos D10_1

Sharp mengklaim telah membenamkan teknologi FreeForm yang memungkinkan layar untuk mereproduksi warna yang sama. Teknologi ini menjadi salah satu fitur unggulan di jajaran TV Sharp Aquos yang tak diragukan lagi reputasinya. Perusahaan juga sesumbar kamera belakang ganda di D10 mampu menghasilkan jepretan yang luar biasa dalam kondisi rendah cahaya. Sedangkan untuk performa, chipset Snapdragon 630 Qualcomm jadi pilihan bersama dengan RAM 4GB.

Kamera belakang gandanya sendiri menggunakan konfigurasi 12MP + 13MP. Di depan, sensor selfie memiliki resolusi 16MP. Kemudian di balik cover-nya duduk baterai 2.900 mAh yang akan jadi pemasok daya utama. Mengenai ketersediaan, Sharp menyatakan bahwa perangkatnya ini – bersama dua model lainnya – segera tersedia di Eropa dengan banderol 399 Euro.

Sumber berita Androidauthority dan GSMArena.

Berkat Sony SRS-XB501G, Google Assistant Siap Anda Ajak Nongkrong di Samping Kolam Renang

Sony tidak hanya membawa headphone wireless noise cancelling tercanggihnya ke IFA 2018. Mereka rupanya juga memperkenalkan speaker baru dari lini Extra Bass-nya. Yang istimewa, speaker bernama SRS-XB501G ini juga merupakan sebuah smart speaker.

Ya, untuk pertama kalinya, Sony mendatangkan integrasi Google Assistant pada lini party speaker-nya. Dengan begitu, pengguna dapat mengajak Assistant ke tempat yang sebelumnya tidak memungkinkan, semisal di samping kolam renang, sebab XB501G telah mengantongi sertifikasi IP65 (basah-basahan biasa saja, jangan sampai diceburkan).

Sony SRS-XB501G

XB501G dibekali sebuah subwoofer 4,92 inci dan sepasang speaker 1,75 inci yang diposisikan sedemikian rupa demi memperluas distribusi suara. Agar lebih maksimal lagi, speaker juga bisa diletakkan di atas tripod – plus penampilannya bakal kelihatan seperti lampu gantung warna-warni.

Sebagai smart speaker, konektivitas XB501G jauh dari kata mengecewakan. Wi-Fi, NFC dan Bluetooth sudah menjadi standar, demikian pula dukungan Chromecast untuk menyinkronkan beberapa speaker sekaligus. Baterainya diklaim bisa bertahan sampai 16 jam tanpa lampu warna-warni yang menyala, sedangkan charging-nya sudah menggunakan sambungan USB-C. XB501G juga bisa dijadikan power bank dadakan jika perlu.

Sony SRS-XB501G

Rencananya, Sony SRS-XB501G akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang seharga $300. Sulit rasanya mencari smart speaker yang lebih ‘meriah’ dari ini.

Sumber: PR Newswire.