Tren Teknologi dalam Pengembangan Produk Startup Digital

Beragam solusi yang ditawarkan startup digital saat ini telah mampu mengakomodasi banyak hal. Kecanggihan yang diberikan mampu memberikan efisiensi dan efektivitas untuk proses yang dieksekusi. Terlebih saat ini, solusi teknologi yang dilahirkan benar-benar mampu memberikan banyak otomatisasi untuk berbagai sistem bisnis.

Teknologi bersifat dinamis, akan selalu berkembang ke arah kecanggihan yang lebih baik lagi. Pun demikian dengan yang ada di lanskap startup Indonesia, saat ini telah ada beberapa jenis teknologi yang menjadi fokus dalam pengembangan produk. Berikut ini beberapa teknologi yang saat ini dan dalam beberapa waktu ke depan akan menjadi tren “wajib” dalam solusi yang dikembangkan startup digital.

Internet of Things (IoT)

IoT menjadi salah satu yang paling dominan. Pada dasarnya pendekatan teknologi ini berbasis pada mesin digital yang terhubung melalui jaringan untuk menghasilkan data secara periodik. Cara kerja teknologi pintar ini, memudahkan berbagai macam kondisi pekerjaan untuk melakukan aktivitas layaknya manusia.

Beberapa inovasi yang saat ini banyak digencarkan dengan pendekatan IoT salah satunya smart home dan smart city. Di Indonesia ada beberapa startup yang sangat memfokuskan dalam pengembangan produk berbasis IoT, misalnya Qlue, Cubeacon, dan beberapa lainnya.

Artificial Intelligence (AI)

Salah satu tren masa depan yang akan berkembang pesat dan akan menjadi inovasi di industri teknologi digital adalah AI. Teknologi ini pada dasarnya ingin membuat mesin bisa berpikir cerdas seperti layaknya manusia. Banyak perusahaan teknologi yang mulai menghadirkan solusi menggunakan perangkat berbasis AI.

Beberapa yang menjadi tren di Indonesia penerapan AI ialah untuk sistem berbasis chatbot. Biasanya dipadukan dengan Machine Learning dan Natural Language Processing (NLP). NLP sendiri menggunakan analisis teks untuk memahami struktur kalimat yang diterima, serta makna yang diungkapkan, melalui metode statistik dan pembelajaran mesin. Ini adalah cabang dari ilmu kecerdasan, untuk sebuah analisis mendalam.

Selain itu salah satu keluaran AI adalah aplikasi pintar yang dapat mempermudah pengguna untuk melakukan sesuatu. Seperti halnya Virtual Personal Assistant (VPAs) yang dapat mempermudah kantor mengerjakan tugas. Dengan menggunakan aplikasi pintar semua dapat mudah menyelesaikan sesuatu.

Virtual Reality dan Augmented Reality

Teknologi Virtual dan Augmented Reality saat ini banyak dipilih lantaran mampu memberikan sebuah representasi visual yang lebih interaktif dan atraktif. Beberapa brand mulai memanfaatkan pendekatan ini untuk memaksimalkan penyampaian informasi kepada pelanggan. Startup yang menggarap solusi ini pun sudah mulai tumbuh di Indonesia.

Machine Learning

Sesuai namanya, machine learning sederhananya sebuah metode yang mendesain mesin untuk selalu mempelajari pola yang ditangkap. Di computer vision, penerapan saat ini banyak berfokus pada pengenalan wajah dan pelabelan seperti yang digunakan oleh Facebook. Kemudian di bidang information retrival, dengan cara menerjemahkan bahasa dengan menggunakan komputer, mengubah suara teks dan filter email spam. Namun pemanfaatannya masih sangat luas di berbagai bidang dan implementasi.

Daftar Produk Keren yang Menjuarai R-IoT Hackathon 2017

Belum lama ini ajang Republic Internet of Things (R-IoT) Hackathon 2017 digelar di Bandung. Ajang ini diselenggarakan untuk menantang para penggiat IoT di Indonesia untuk berinovasi, diselenggarakan Makestro bekerja sama dengan MyIoTC dari Malaysia. Hackathon yang dilakukan selama 22 jam tersebut, berhasil melahirkan 3 juara utama dan 1 juara favorit pilihan juri.

Juara pertama berhasil digaet tim Ex, disusul juara kedua tim Deadliner, dan juara ketiga tim AIM. Sedangkan untuk juara favorit jatuh pada tim CIKUR.

Alat pendeteksi slot tempat parkir kendaraan

Juara Pertama

Tim Ex berasal dari Jurusan Teknik Komputer, Universitas Brawijaya Malang, terdiri dari empat anggota yakni Fungki Pandu, Rafi Fajar, Mukmin dan Tiara. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pendeteksi slot parkir dengan teknologi IoT. Dengan perangkat tersebut, masyarakat akan dibantu untuk mengetahui apakah slot parkir tersedia di tempat tujuan mereka atau tidak. Informasi akan ditransmisikan melalui aplikasi berbasis Android. Selain informasi, aplikasi juga dibubuhi fungsionalitas lebih, yakni untuk pemesanan slot parkir, pembayaran dengan e-money, dan fitur untuk menemukan letak mobilnya.

“Untuk produknya harapan kami bisa cepat dikembangkan dan masuk ke pasar di Indonesia, dan kami sangat mengharapkan adanya perusahaan yang ingin bekerja sama,” ujar Rafi selaku perwakilan dari tim Ex.

Alat pengatur penggunaan daya listrik

Juara Kedua

Juara kedua mengembangkan Smart P-Man (Smart Power Management), yaitu sebuah sistem manajemen daya listrik pintar. Produk ini ditujukan untuk monitoring dan mengatur penggunaan listrik dalam suatu rumah atau bangunan, dengan kemampuan kendali nyala-mati listrik untuk tiap stop kontak baik secara manual maupun otomatis mengikuti batasan daya yang diatur. Produk ini ke depannya mampu menggantikan kWh meter yang digunakan PLN saat ini.

Tim Deadliner terdiri dari tiga mahasiswa tingkat akhir, yakni Mochamad Faisal, Irham Fauzan dan Musa Abdul Aziz. Kepada DailySocial, Faisal mengungkapkan bahwa harapannya ke depan akan ada lebih banyak lagi acara sejenis ini dan disertai follow up baik dari pemerintah ataupun industri agar karya yang dihasilkan dapat berkembang menjadi produk yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas.

Alat fitnes yang lebih efisien dan terukur

Juara Ketiga

Untuk juara ketiga, tim AIM mengembangkan produk bernama AIMuscle, yakni sebuah smart personal muscle trainer. Tingginya biaya personal trainer dan akses ke fitness center, membuat banyak milennials kesulitan untuk mendapatkan akses untuk menjaga tubuh tetap fit. Solusi yang ada sekarang yaitu aplikasi personal trainer, tidak memiliki fitur untuk mengoreksi apakah yang dilakukan pengguna sudah benar atau belum. Tim AIM mengembangkan sebuah perangkat IoT berupa tracker yang dapat mendeteksi berbagai macam gerakan Dumbbell sehingga latihan dapat berjalan efektif dan lebih murah.

Tim AIM terdiri dari beberapa anggota yang terdiri dari mahasiswa Telkom School, ITS Surabaya dan Universitas Trisakti. Salah satu anggotanya, Dhuha Abdul, mengungkapkan, bahwa kegunaan produk AIMuscle sebenarnya bisa lebih luas, tidak hanya untuk Dumbbell saja tapi bisa didesain untuk kebutuhan kesehatan dan industri. Rencananya produk tersebut akan disempurnakan dengan machine learning sehingga dapat menghasilkan analisis prediktif yang bermanfaat.

Alat pengusir hama dan perangsang pertumbuhan tanaman

Juara Favorit

Untuk juara favorit, yang ditentukan juri, terpilih tim CIKUR yang terdiri dari Danny Ismarianto Ruhiyat, Aries Syamsuddin, dan Mirwan Miftahul Arif. Dalam acara Hackathon R-IoT 2017 tim CIKUR mengembangkan produk dengan nama Karinding IoT. Yaitu alat berbasis Karinding (alat musik getar khas Sunda dari bambu) yang digerakkan secara elektronis dan dikontrol melalui internet sebagai perangkat IoT.

Kegunaan Karinding IoT yang utama adalah mengusir hama tanaman (khususnya padi dan jagung) dengan menggunakan suara berfrekuensi rendah yang dihasilkan dari Karinding bambu dan suara Karinding dapat meningkatkan hasil panen dengan merangsang pembukaan mulut daun/stomata secara lebih baik (sehingga nutrisi dan gas karbondioksida dapat terserap secara jauh lebih baik).

“Kominfo sangat tertarik untuk mengembangkan Karinding IoT versi portabel (yang ukurannya lebih ringkas) untuk digunakan petani-petani di Indonesia. Sebuah perusahaan swasta juga menawarkan lokasi penelitian pertanian dan perkebunan di daerah Lembang untuk digunakan sebagai tempat riset bersama tim CIKUR dalam mengembangkan Karinding IoT,” ujar Danny.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari R-IoT Hackathon 2017.

Mengenal Atnic dan JALA sebagai Evolusi Blumbangreksa

Atnic baru-baru ini menggema di beberapa kompetisi startup, salah satunya menjuarai Creative Business Cup 2017 Indonesia yang digelar Ciputra Entrepreneurship Center. Namanya terdengar baru, namun sebenarnya debut startup asal Yogyakarta ini tidak lagi baru. Atnic merupakan nama perusahaan pengembang Blumbangreksa, sebuah solusi berbasis IoT untuk sektor budidaya produk perikanan.

Dalam perkembangannya, Blumbangreksa yang menjadi produk inisial Atnic juga sudah berganti dengan brand baru bernama JALA. Produk tersebut tengah dalam proses finalisasi dan uji lapangan di beberapa wilayah. JALA sendiri dikembangkan sebagai asisten untuk bertambak udang. Sistem tersebut membantu petambak udang untuk memantau kualitas air dan mengelola tambak udang melalui aplikasi.

JALA adalah perangkat IoT yang mampu memonitor kualitas air pada tambak udang. Perangkat ini didesain untuk dapat mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air tambak. JALA dikembangkan untuk membantu petambak udang dan meningkatkan respons petambak dalam menjaga kualitas air dan mengurasi kesalahan penanganan dalam bertambak udang.

“Di Atnic saat ini ada beberapa riset produk hardware tidak hanya dibidang agrikultur dan akuakultur, namun saat ini kita fokus pada tahap finalisasi produk JALA. Kami juga sedang mengembangkan beberapa produk lain untuk tambak udang dan bisnis akuakultur lain, namun saat ini tim terfokus untuk finalisasi produk JALA,” ujar Co-Founder & VP Product Atnic Syauqy Nurul Aziz.

Sistem JALA sendiri terdiri dari tiga bagian, pertama ialah sebuah perangkat yang dilengkapi sensor untuk memahami kadar oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian hasil pantauan dari sensor tersebut akan diproses dan dikirimkan hasilnya melalui aplikasi web dan SMS. Dibanding mobile app, SMS tampaknya memang lebih efisien untuk petani udang di lapangan. Dalam laporannya, JALA memberikan informasi dan rekomendasi untuk membantu petambak dalam mengambil tindakan yang tepat berdasarkan kondisi kualitas air tambak udang yang telah diukur.

Purwarupa terakhir JALA kini sedang dalam proses uji lapangan dan sudah dipasangkan di 53 kolam di Subang, Brebes, Tegal, Purworejo, dan Sleman. Untuk proses akselerasi, Syauqy juga memaparkan bahwa saat ini Atnic sedang dalam proses pembicaraan dengan beberapa investor dan pemodal ventura untuk investasi dukungan produksi masal JALA tahap pertama. Di lain agenda, Atnic juga sedang dalam masa ramp-up program salah satu accelerator hardware dan IoT di Hong Kong.

“Industri tambak udang di Indonesia saat ini sedang mengalami banyak tantangan. Kualitas air yang tidak terpantau merupakan tantangan terberat petambak udang yang menyebabkan produktivitas menurun tiap tahunnya. Tantangan ini sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan hasil petambak udang dengan JALA,” pungkas Syauqy memaparkan kondisi sektor budidaya yang ada saat ini.

eFishery Segera Hadirkan Teknologi IoT Smart Feeder untuk Tambak Udang

Produk Internet of Things (IoT) untuk penjadwalan pakan ikan eFishery saat ini tengah mempersiapkan platform baru untuk tambak udang. Kepada DailySocial, CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan rencananya teknologi Shrimp Smart Feeder akan diluncurkan akhir tahun 2017 mendatang.

Mekanisme dan fungsi Shrimp Smart Feeder eFishery tidak jauh berbeda dengan smart feeder yang diterapkan kepada ikan, yaitu memberi pakan secara otomatis, dapat diatur dengan smartphone, mencatat data pakan, dan terhubung ke internet.

Perbedaan lebih kepada desain mesinnya yang kini memiliki pelontar dengan radius lontaran 360 derajat (sebelumnya 90 derajat). Lontaran ini sesuai dengan kebutuhan tambak udang yang luasnya ratusan meter persegi. Dengan pelontar ini pakan tersebar lebih merata ke seluruh sisi kolam.

Feeder ini merupakan feeder yang kita modifikasi untuk bisa sesuai dengan model budidaya udang yang punya beberapa perbedaan dibandingkan budidaya ikan yang kita target sebelumnya. Perbedaannya terletak di modifikasi mesin dan aplikasi yang mengatur feeder,” kata Gibran.

Dari sisi aplikasi, pengaturan untuk pemberian pakan juga disesuaikan dengan kebutuhan petambak udang. eFishery memperkenalkan metode continuous feeding/frequent feeding ke tambak udang yang bisa meningkatkan pertumbuhan udang lebih cepat serta lebih efektif dalam penggunaan pakan. Metode ini adalah dengan menggunakan feeder untuk memberikan pakan belasan hingga puluhan kali dalam sehari atau bahkan 24 jam yang membuat udang makan lebih banyak tetapi pakan tidak boros.

“Metode ini tidak mungkin dilakukan sebelumnya karena keterbatasan petambak yang sulit untuk mengelilingi kolam puluhan kali setiap hari untuk memberi makan. Dengan feeder cukup di-setting dengan smartphone dan pakan akan diberikan secara otomatis,” kata Gibran.

Target eFishery hingga akhir tahun 2017

Sejak mendapatkan pendanaan Pra-Seri A dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Aqua-Spark Belanda dan Ideosource pada tahun 2015 lalu, hingga kini eFishery belum mengumumkan penggalangan dana baru. Disinggung tentang adanya rencana fundraising  tahun 2017 ini, Gibran enggan memberikan informasinya. Namun demikian hingga akhir tahun 2017 masih banyak rencana dan target yang ingin diwujudkan eFishery.

“Di 2017 ini target kami memantapkan pasar kami di perikanan air tawar terutama di wilayah Jawa dan Lampung yang merupakan wilayah sentra ikan tawar Indonesia dengan komoditas seperti nila, lele, patin, gurame, dan ikan mas. Selain itu kami juga memiliki target untuk menguasai pasar tambak udang di wilayah Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur,” tutup Gibran.

Application Information Will Show Up Here

Inilah 4 Penerapan Internet of Things yang Bisa Dilakukan Siapa Saja

Kehadiran internet beberapa dekade yang lalu benar-benar telah merevolusi cara kerja dunia dengan begitu cepat. Era baru sudah di ambang pintu, yaitu era Internet of Things (IoT). Menurut Gartner Research Firm, perangkat pintar yang akan terhubung diprediksi mencapai 20 miliar perangkat di seluruh dunia pada tahun 2020 mendatang. Pemanfaatan IoT diharapkan semakin masif, sebab IoT tak hanya berbicara tentang perangkat yang menjadi “pintar”, tetapi juga pemindai dan komunikasi antara sesama mesin.

Kita semua pasti kenal dengan sosok Tony Stark (Iron Man) di film Avengers. Tony Stark dengan teknologi canggihnya mampu membuat Jarvis (asisten pribadi buatan) yang dapat diperintah hanya dengan suara seperti menyalakan dan memadamkan lampu, menyalakan perangkat elektronik seperti TV, AC, dan sebagainya hingga mengenali tamu dan membukakan pintu. Menarik bukan?

Kamu pasti berpikir, bagaimana bisa membuat perangkat pintar seperti Jarvis? Itu kan cuma film. Jadi mustahil bisa membuat perangkat pintar seperti itu. Kabar menariknya, bos Facebook, Mark Zuckerberg, di tahun 2016 telah mampu membuat smart home bagaikan Jarvis pada film Iron Man, yang dapat diperintah hanya dengan suara.

Lalu, apakah kamu bisa membuat perangkat pintar seperti Jarvis? Sebagai pemula, kamu bisa mendalami dunia IoT. Apalagi dengan tersedianya wadah untuk kamu belajar dan mengembangkan perangkat pintarmu seperti Makestro. Di Makestro, kamu akan memperoleh pengetahuan hingga tutorial bagaimana mengembangkan perangkat pintar yang sederhana dan bisa dilakukan oleh siapapun.

Berikut adalah beberapa project perangkat pintar yang ada di Makestro.

1. Debeduks

Debeduks adalah salah satu proyek Makestro. Dalam rangka menyambut Idul Fitri 1438 H lalu, Makestro membuat sebuah project bedug takbiran. Melalui Debeduks ini, kamu tidak perlu repot-repot memukulnya karena secara otomatis Debeduks akan menghasilkan suara layaknya bedug takbiran. Kamu juga bisa melakukan project ini di rumah dengan mengikuti tutorial yang tersedia di Makestro.

2. Capacitive MIDI Controller

Kamu yang menyukai musik pasti tidak asing dengan istilah MIDI (Musical Instrument Digital Interface). Capacitive MIDI Controller merupakan project yang mampu mengatur MIDI yang memanfaatkan Wi-Fi sebagai jalur komunikasinya. Tutorial pembuatan Capacitive MIDI Controller dapat kamu lihat di Makestro.

3. Connecting Your Amazon Echo to ESPectro

Melalui Connecting your Amazon Echo to ESPectro, kamu akan menghubungkan Amazon Echo, perangkat dari Amazon yang bisa melakukan perintah apapun, dengan komando suara dengan ESPectro. Bagaimana caranya? Yuk simak tutorialnya di Makestro.

4. PatientCare

PatientCare adalah sebuah sistem berbasis IoT untuk memonitor kondisi pasien yang sedang dirawat. Melalui PatientCare ini kamu bisa menyediakan pemantauan kondisi pasien yang menggunakan sekumpulan sensor dan menghasilkan analisis data terkait kondisi pasien. Kamu dapat menyimak tutorialnya di Makestro.

 

Penerapan teknologi IoT masih terbuka luas di Indonesia karena beberapa contoh penerapan IoT di atas hanya sebagian kecil dari apa yang bisa dilakukan IoT. Untuk menemukan ragam inovasi IoT lainnya, penggerak IoT lokal Makestro bekerja sama dengan MyIoTC Malaysia dan Kemkominfo mengadakan rangkaian acara “Republic of IoT 2017 (RIoT 2017)”.

Dengan mengusung tagline “Augment Nation Make Solution”, RIoT memiliki tujuan membuka akses teknologi di bidang IoT untuk semua orang, menjadi wadah untuk menggerakkan ekosistem IoT di Indonesia melalui sebuah gerakan komunitas, dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum terhadap adanya teknologi IoT yang solutif.

RIoT dibagi menjadi dua sub acara, yaitu RIoT Seminar yang diadakan pada 23–25 Agustus 2017 dan RIoT Hackathon yang diadakan pada 26–27 Agustus 2017. RIoT Hackathon dibuka bagi para penggiat IoT yang ingin mewujudkan proyek-proyek IoT yang dapat menjadi solusi dari kategori yang ditawarkan. Khalayak umum atau investor yang tertarik mendalami bidang IoT atau sekadar ingin tahu seputar kondisi industri IoT saat ini dapat mengikuti RIoT Seminar.

Pada acara RIoT ini akan dibagi menjadi 14 topik, yaitu pertanian, pertahanan dan keamanan, transportasi, alam, kesehatan, pendidikan, smart city, smart living, olahraga, maritim, engagement, aksesibilitas, fintech dan e-commerce, serta industri.

14 topik tersebut merupakan general mapping isu-isu yang kerap ada di Indonesia dan sudah saatnya kita berkontribusi nyata untuk mendukung Indonesia jadi lebih keren melalui teknologi IoT. Bikin Keren Indonesia? Jadi Makers Biar Keren!

Informasi lebih lanjut mengenai RIoT tersedia di www.r-iot.id.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Republic of IoT 2017.

Republic of IoT 2017 Segera Digelar untuk Temukan Potensi Pengembang Lokal

Potensi penerapan teknologi Internet of Things (IoT) masih terbuka luas di Indonesia. Belakangan ini salah satu yang paling ramai ialah solusi berbasis smart home, akan tetapi itu hanya sebagian kecil dari apa yang bisa dilakukan oleh IoT. Untuk menemukan ragam inovasi IoT lainnya, penggerak IoT lokal Makestro bekerja sama dengan MyIoTC dari Malaysia dan Kominfo mengadakan rangkaian acara “Republic of IoT 2017 (RIoT 2017)”.

RIoT memiliki tujuan untuk membuka akses teknologi di bidang IoT untuk semua orang, menjadi wadah untuk menggerakkan ekosistem IoT di Indonesia melalui sebuah gerakan komunitas, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum terhadap adanya teknologi IoT  yang solutif.

RIoT dibagi menjadi dua sub-acara, yaitu RIoT Seminar yang diadakan pada 23–25 Agustus 2017 dan RIoT Hackathon yang diadakan pada 26–27 Agustus 2017. RIoT Hackathon dibuka bagi para penggiat IoT yang ingin mewujudkan proyek-proyek IoT yang dapat menjadi solusi dari kategori yang ditawarkan. Khalayak umum atau investor yang tertarik mendalami bidang IoT atau sekadar ingin tahu seputar kondisi industri IoT saat ini dapat mengikuti RIoT Seminar.

Adapun beberapa masalah bangsa yang akan dipecahkan oleh para penggiat IoT di acara RIoT ini dibagi menjadi 14 kategori, yaitu pertanian, pertahanan dan keamanan, transportasi, alam, kesehatan, pendidikan, smart city, smart living, olahraga, maritim, engagement, aksesibilitas, fintech dan e-commerce, serta industri.

Untuk menyambut pagelaran utama RIoT, Makestro akan mengadakan Road to RIoT, serangkaian tur di lima kota besar di Indonesia untuk mensosialisasikan dan berbagi pengetahuan dengan komunitas maker lokal. Lima kota tersebut meliputi Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya dan Medan.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, baik RIoT Seminar dan RIoT Hackathon, dapat dilihat melalui formulir yang tersedia di situs resmi RIoT di www.r-iot.id.

Flyer RIoT


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Republic of IoT 2017.

Net1 Indonesia dan INTI Bersinergi Akomodasi Frekuensi 450MHz untuk Perkuat Perkembangan IoT

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) menyepakati realisasi visi untuk memproduksi perangkat telekomunikasi yang dapat mengakomodasi frekuensi 450MHz.  Konektivitas ini dinilai merupakan salah satu komponen penting –selain sensor and actuator dan people and process—untuk mendorong berkembangnya era Internet of Things (IoT)

STI, dengan merek dagang Net1 Indonesia, berupaya menjajaki kerja sama dengan sejumlah pihak yang telah memiliki pengalaman dalam bidang telekomunikasi. INTI dinilai sebagai perusahaan yang memiliki visi yang sama serta kapabilitas mengembangkan peranti telekomunikasi yang cocok dengan kebutuhan STI.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak akan diwakili Larry Ridwan selaku CEO STI dan Darman Mappangara selaku CEO PT INTI.

“Kami meyakini MoU ini akan membawa business opportunity yang semakin menjanjikan bagi Net1 Indonesia dan PT INTI. Kerja sama juga diharapkan akan memberikan dampak positif guna memperlancar serta mendorong pertumbuhan bisnis-bisnis berbasis IoT di lingkungan perkotaan maupun perdesaan,” sambut Larry.

Dalam kerja sama ini, PT INTI akan memproduksi perangkat yang mendukung frekuensi 450MHz yang akan dipasarkan dalam bisnisnya setelah diintegrasikan dengan layanan Net1 Indonesia. Perangkat yang dimaksud adalah perangkat yang sudah dipasarkan maupun yang akan datang.

Pertimbangan lainnya adalah kemampuan INTI untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menkominfo, sampai dengan Januari 2017, TKDN yang harus dipenuhi oleh para Vendor Pembuat Alat dan Perangkat Telekomunikasi adalah 20% bagi Subscriber Station (SS) dan 30% bagi Base Station (BS).

“Kami merasa bangga dipercaya oleh Sampoerna Telekomunikasi Indonesia untuk memproduksi perangkat 4G LTE yang mendukung frekuensi 450Mhz untuk layanan Net1, kerja sama ini merupakan sebuah langkah besar untuk mendorong perkembangan ekosistem IoT di Indonesia sehingga bisa memajukan industri dalam negeri secara  keseluruhan.” sambut Darman.

“Asia IoT Business Platform” Soroti Tiga Isu Industri “Internet of Things” di Indonesia

Asia IoT Business Platform yang diselenggarakan selama dua hari, tanggal 7-8 Agustus 2017 akan menyoroti isu utama dalam lanskap Internet of Things (IoT) di Indonesia. Di antaranya masalah mengenai biaya, infrastruktur, dan kebijakan. Selain itu, topik terkait industri, seperti perkembangan digital terbaru, tantangan, dan masalah yang dihadapi perusahaan dan organisasi di berbagai industri vertikal.

Lebih dari 400 eksekutif senior dan pemimpin IT dari Indonesia ikut serta dalam diskusi yang membangun pengetahuan dan jaringan bisnis strategis di wilayah tersebut. Tujuan akhir yang ingin disasar dari konferensi ini adalah mendorong seluruh industri untuk mengadopsi IoT lebih cepat seiring dimulainya transformasi digital, baik di kalangan pemerintah maupun swasta.

Director Asia IoT Business Platform Irza Suprapto mengatakan acara ini menjadi platform untuk para pemimpin industri dan IT dari berbagai sektor untuk berkompul dan ikut serta dalam diskusi. Dari pertemuan tersebut diharapkan dapat membuahkan kontribusi terhadap pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman dalam industri.

“Ini salah satu langkah penting dalam mendorong transformasi digital di Indonesia, yang memungkinkan pemangku kepentngan untuk membawa masalah dan tantangan untuk mendapatkan jawabannya dari penyedia solusi dan vendor,” katanya Senin (7/8).

Division Head of IoT & Vertical Apps Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa menambahkan masih banyak konsumen yang masih beranggapan IoT sebagai teknologi dengan ongkos yang mahal. Menurutnya, hal ini terjadi karena proses edukasinya yang masih minim.

“Dari sisi pelanggan, bagaimana adopsi teknologi baru ini masih minim pengetahuannya. Ada yang bilang ini kompleks, tidak compatible, dan cost-nya tinggi. Ini harus di-address dengan cara yang benar. Edukasi yang cukup adalah kuncinya,” terang dia.

Minimnya edukasi, cukup tercermin dari hasil survei yang dilakukan Asia IoT Business Platform baru-baru ini terhadap pemimpin IT di ASEAN mengenai pandangannya mengenai IoT. Hasilnya ditemukan, sebanyak 73,3% perusahaan dan organisasi lokal saat ini sedang dalam proses eksplorasi atau menemukan solusi IoT yang mungkin untuk diimplementasikan.

Namun, hanya 7% yang melaporkan telah menerima keuntungan dari implementasi IoT berbentuk apapun dengan menyebutkan biaya, ketidakcocokan dengan sistem baru, dan kompleksitas sebagai tantangan terbesar.

“Memahami tantangan dan kekhawatiran pengguna, serta mampu menjawab tantangan adalah elemen penting yang dapat mendorong sekaligus mempertahankan tingkat adopsi IoT di sini,” terang Irza.

Dorong standarisasi jaringan dan lelang spektrum

Hendra melanjutkan bagi operator seluler, untuk mendukung percepatan implementasi IoT di Indonesia dibutuhkan kehadirannya jaringan khusus yang dialokasikan pemerintah. Sebab, pengembangan IoT membutuhkan jaringan khusus yang perlu menyesuaikan berdasarkan penggunaannya. Dia juga menekankan perlunya standarisasi jaringan.

“Karena IoT itu use case-nya berbeda-beda, maka dibutuhkan jaringan khusus. Oleh karena itu peran pemerintah yang kami paling butuhkan adalah membuat standarisasi dan spektrum,” terangnya.

Untuk sektor yang diperkirakan paling banyak diadopsi, menurut Hendra, secara berurutan adalah mobilitas, industri, ritel, utilitas, dan smart city.

“Empat sektor tersebut yang menurut kami bakal paling banyak menggunakan teknologi IoT untuk ke depannya di Indonesia,” pungkasnya.

Indosat Ooredoo Business Resmikan Platform IoT Manajemen Armada NextFleet

Indosat Ooredoo Business resmikan peluncuran platform internet of things (IoT) NextFleet sebagai solusi manajemen armada demi memudahkan korporasi untuk mengomptimalkan proses distribusi jadi lebih akurat dan aktual dengan menggunakan aplikasi mobile dan perangkat IoT.

NextFleet merupakan pengembangan produk vertikal lapis kedua dari platform IoT sebelumnya, yaitu NexThing, yang sudah lebih dulu diluncurkan pada akhir 2015. Peluncuran ini sekaligus menandakan ambisi Indosat Ooredoo untuk menjadi IoT platform leader di Indonesia pada tiga tahun mendatang.

“Dalam tiga tahun ke depan, kami akan memperkuat posisi sebagai preferred digital partner di Indonesia. Ini sudah kami lakukan sejak dua tahun lalu lewat peluncuran NexThing dengan fokus lebih ke smart city. Untuk vertikal produk kedua dari NexThing adalah NextFleet untuk solusi transportasi, logistik, dan distribusi. Ke depannya akan ada vertikal produk lainnya yang siap kami hadirkan,” terang Division Head of IoT & Vertical Apps Solutions Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa, Senin (7/8).

Kehadiran NextFleet, sambungnya, menjadi solusi yang ingin dihadirkan Indosat dalam mengatasi permasalahan tingginya ongkos logistik di Indonesia. Indosat melihat tingginya ongkos disebabkan 60% di antaranya dikontribusikan oleh transportasi. Selain itu, utilitas armada yang rendah karena sebanyak 50% kendaraan dalam perjalanan pulang berada dalam kondisi yang kosong.

Solusi yang dihadirkan pemain lainnya untuk mengatasi masalah tersebut diklaim kurang menjawab keadaan, lantaran fitur yang dihadirkan hanya sekadar GPS untuk melacak keberadaan barang.

Hendra mengklaim NextFleet sebagai solusi manajemen secara menyeluruh untuk konsumen karena adanya fitur aplikasi berbeda untuk tiga pihak yang terlibat dalam proses supply chain armada distribusi logistik. Mulai dari fleet manager, pengemudi, dan pelanggan. Ketiganya disebut sebagai Three Persona.

Three Persona menyebabkan ketiga pihak saling terintegrasi karena di dalam masing-masing aplikasi memiliki fitur yang berbeda dan dapat berbagi data. Hal ini memudahkan terjadinya kolaborasi dalam memantau armada dan proses distribusinya.

Kelebihan lainnya adalah Multi Point Destination dengan kemampuan melakukan aktivitas distribusi ke beberapa lokasi, memonitor posisi dan aktivitas secara aktual, dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

“Di samping itu, NextFleet juga menggunakan teknologi yang sudah kami kembangkan sebelumnya yakni Vehicle Telematics. NextFleet ini diperuntukkan untuk perusahaan yang bergerak di sektor logistik, supply chain, manufaktur, transportasi, dan ritel.”

Dapat dioperasikan di luar jaringan Indosat

Director and Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo Herfini Haryono menambahkan NextFleet menggunakan konsep telco agnostic, yang berarti dapat dijalankan di luar jaringan Indosat. Tidak mewajibkan konsumen untuk menjadi pelanggan Indosat terlebih dahulu dalam menikmati produknya.

Terlebih, dalam menghadirkan produk untuk korporasi konsep ini harus dipakai tidak lagi melihat operatornya. Selain itu, dapat mengurasi potensi terjadinya blank spot untuk daerah tertentu. Lantaran, masih ditemuinya jaringan Indosat yang masih lemah untuk beberapa titik, terutama di pedalaman.

“Meski telco agnostic, kami juga adakan versi bundling-nya, sehingga penggunaan paling ekonomis bila sekaligus menjadi pelanggan Indosat. Akan tetapi sebelumnya kami sudah bekerja sama dengan operator lainnya untuk produk korporasi dapat menggunakan dual SIM,,” terang Herfini.

Terkait efisiensi yang dapat dirasakan konsumen lewat NextFleet, Herfini memprediksi bahwa konsumen akan mendapat tambahan hemat antara 15%-20% dari produk ini.

“Dari layanan machine-to-machine (M2M), konsumen sudah bisa merasakan efisiensi. Akan tetapi dengan NextFleet, kira-kira mereka akan dapat tambahan efisiensi antara 15%-20%,” pungkasnya.

Bluetooth Mesh Diproyeksikan Sebagai Standar Baru di Ranah Smart Home

Bluetooth yang kita kenal sekarang hanya bisa beroperasi dalam radius kurang dari 10 meter. Namun ke depannya batasan jarak ini bisa sirna dengan diperkenalkannya standar baru bernama Bluetooth Mesh oleh Bluetooth SIG, organisasi di balik semua penetapan spesifikasi Bluetooth sebagai standar dalam teknologi wireless.

Bluetooth Mesh bukanlah pengganti Bluetooth 5.0, melainkan merupakan mekanisme baru supaya Bluetooth bisa beroperasi dalam sebuah mesh networking (topologi jala). Singkat cerita, standar baru ini memungkinkan berbagai macam perangkat Bluetooth untuk saling terhubung dan membentuk sebuah mesh network.

Mesh networking sendiri punya banyak keuntungan. Salah satu fungsinya adalah memungkinkan transmisi data untuk ‘melompat’ dari perangkat ke perangkat, sehingga pada akhirnya data atau sinyal bisa menempuh jarak yang lebih jauh dari sebatas 10 meter.

Ilustrasi Bluetooth Mesh

Bluetooth Mesh juga tidak berniat menggantikan Wi-Fi mesh networking, sebab implementasinya hanya akan terdengar relevan pada perangkat-perangkat yang mengonsumsi daya dalam jumlah kecil saja, seperti bohlam pintar misalnya. Berkat Bluetooth Mesh, bohlam pintar yang tersebar di satu gedung perkantoran bisa saling terhubung satu sama lain, dari lantai 1 sampai lantai 30 sekalipun.

Lalu ketika Anda perlu mematikan lampu di lantai teratas, Anda bisa melakukannya via smartphone meski sedang berada di lobi karena data yang ditransmisikan akan melompat dari satu bohlam ke yang lain, lantai demi lantai.

Bluetooth Mesh bakal mempunyai peran penting di ranah smart home. Pasalnya, Anda jadi tidak memerlukan sebuah unit smart home hub untuk mengonfigurasikan dan mengendalikan Bluetooth mesh network sebab komunikasinya bisa mengandalkan semua perangkat yang mendukung standar Bluetooth.

Menurut Bluetooth SIG, perangkat yang mendukung Bluetooth Mesh akan hadir mulai tahun ini juga, tapi baru di kawasan komersial dan industrial saja.

Sumber: CNET dan Bluetooth SIG.