Fresh Factory Raih Pendanaan Pra-Seri A Rp62 Miliar Dipimpin SBI Ven Capital

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A sebesar $4,15 juta (lebih dari 62 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh SBI Ven Capital melalui join investment bersama Kyobo Securities dan NTUitive, serta partisipasi dari investor sebelumnya, seperti East Ventures, Trihill Capital, dan investor baru, PT Tap Applied Agri Services.

Pendanaan ini diraih selang 9 bulan setelah mengumumkan pendanaan putaran tahap awal senilai $4,5 juta dipimpin oleh East Ventures pada Juni 2022.

Dana segar ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory dalam rangka mendukung pencapaian target sebagai perusahaan lokal yang menyediakan layanan dari hulu ke hilir dalam logistik dan cold chain fulfilment dengan strategi hiperlokal.

CEO SBI Ven Capital Ryosuka Hayashi menyampaikan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial dalam ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang mereka miliki dapat mengakomodasi tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfillment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebinis.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lanskap sektor logistik di Indonesia,” jelas Hayashi dalam keterangan resmi, Senin (3/4).

“[..] Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” tambah Founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan.

Larry melanjutkan, dana segar akan digunakan untuk memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfillment di 50 kota di seluruh Indonesia pada akhir 2023. Rencananya titik persebaran fulfillment akan merambah kota-kota dengan populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan kota-kota lapis dua di Jawa.

Selain ekspansi, perusahaan akan merekrut lebih banyak talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan existing, dan mendorong efisiensi logistik dengan memperluas jaringan fulfillment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan.

Pertumbuhan Fresh Factory

Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan CAGR sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026.

Didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan (CEO), Widijastoro Nugroho (CCO), dan Andre Septiano (CFO) , Fresh Factory menyediakan jaringan hiperlokal cold chain, fulfilment, dan sistem manajemen pintar untuk fulfilment yang memungkinkan pelaku bisnis menyimpan, mengambil, mengemas produknya dan dikirim langsung ke pelanggan melalui fasilitas yang dimiliki Fresh Factory.

Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip . Untuk itu Fresh Factory menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik cold chain, mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir (last-mile) serta mendorong digitalisasi pada tahap awal (first-mile) yang mana produk dikirim dari klien ke pusat fulfillment Fresh Factory.

Sejak diluncurkan pertama kali, Fresh Factory telah tumbuh dari 20 pusat layanan fulfillment menjadi lebih dari 40 pusat layanan fulfillment di 22 kota di Indonesia, memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan (direct-to-consumer).

Dalam satu tahun terakhir, transaksi GMV Fresh Factory diklaim meningkat 10 kali lipat dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Para penggunanya datang dari beragam perusahaan berskala besar, termasuk Danone, Sirclo, Eden Farm, dan Kin Dairy Fresh Milk.

Application Information Will Show Up Here

Fresh Factory Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai 66 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin (cold chain) Fresh Factory berhasil meraih pendanaan tahap awal atau seed funding senilai $4,5 juta atau setara 66 milliar Rupiah dipimpin East Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh beberapa investor lainnya, termasuk PT. Saratoga Investama Sedaya TBK, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetia Dwidharma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa investor angel lainnya.

Dana segar ini rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi gudang ke semua kota sekunder di Jawa serta kota-kota utama di Sumatera dan Sulawesi.  Selain itu, investasi kali ini juga akan digunakan untuk memperkuat tim dan teknologi guna meningkatkan adopsi dan pencapaian operasional perusahaan.

Didirikan pada tahun 2020 oleh Larry Ridwan (Founder & CEO), Widijastoro Nugroho (Co-Founder & CCO), dan Andre Septiano (Co-Founder & CFO), Fresh Factory menyadari besarnya masalah pada logistik rantai dingin di Indonesia. Maka dari itu, perusahaan berkomitmen menyediakan jaringan pusat fulfillment rantai dingin hiperlokal, transformasi, dan sistem manajemen fulfillment cerdas yang memungkinkan pelaku bisnis untuk menyimpan, mengambil, mengemas, dan mengirimkan produk mereka ke pelanggan dengan lebih baik, cepat dan efisien.

Sebagai negara dengan sumber daya yang melimpah dari pertanian dan akuakulturnya, Indonesia memiliki kebutuhan logistik rantai dingin yang efisien untuk penyimpanan dan pengiriman dari pusat produksi ke pelanggan. Namun, masih ada kesenjangan besar dalam lingkaran distribusi yang hanya berfokus pada gudang pusat tanpa memperhatikan logistik mid dan last mile. Fresh Factory ingin menjembatani hal ini dengan mendirikan cold storage cerdas di berbagai lokasi dekat dengan pelanggan.

Beberapa solusi teknologi yang telah terintegrasi ke dalam layanan mereka termasuk GeoTagging dan GeoLocation dalam menyimpan produk di gudang, Artificial Intelligence (AI) untuk proyeksi dan pengelolaan stok di gudang, serta Internet of Things (IoT) untuk memantau suhu freezer dan chiller.

Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto mengungkapkan, “Melihat kesenjangan besar dalam solusi rantai dingin dan bagaimana hal tersebut menyebabkan berbagai masalah terkait food loss dalam rantai pasokan, kami percaya Fresh Factory hadir seagai solusi untuk memperbaiki logistik rantai dingin untuk produk makanan yang mudah rusak dan membantu para UMKM. Kami yakin Fresh Factory telah dan akan terus memberi manfaat dan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh.”

Hingga April 2022, Fresh Factory telah mencapai $10 juta GMV tahunan dan fulfillment tahunan untuk lebih dari 1 juta pesanan. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% MoM dalam tiga bulan terakhir. Perusahaan juga telah memiliki lebih dari 20 gudang cabang yang tersebar di berbagai kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali dengan solusi penyimpanan barang beku hingga dingin.

Layanan fulfillment di Indonesia

Pertumbuhan e-commerce sedikit banyak telah mempengaruhi lanskap layanan pemenuhan atau fulfillment. Indonesia saat ini menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi hingga 50% dari seluruh transaksi yang tercatat. Pertumbuhan ini menandakan kontribusi besar e-commerce terhadap perekonomian digital di Indonesia.

Dikutip dari laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi digital Indonesia mengalami peningkatan dari angka USD47 miliar di 2020 menjadi USD70 miliar di 2021, ditambah dengan penetrasi digital yang terus meningkat berjumlah 158 juta pengguna e-commerce di Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Research and Markets, pasar layanan fulfillment secara global diperkirakan akan mencapai $198,62 miliar pada tahun 2030, tumbuh pada CAGR sebesar 9,5% selama periode perkiraan. Penetrasi layanan internet yang cepat dan peningkatan jumlah pembeli online merupakan faktor utama yang mendorong permintaan akan layanan fulfillment di seluruh dunia.

Manuver dari para pemain e-commerce tanah air untuk masuk ke bisnis fulfillment dinilai sangat baik dengan memberikan pelayanan logistik secara terpadu. Langkah ini pertama kali diambil Tokopedia dengan meluncurkan layanan TokoCabang yang kini bertransformasi menjadi Dilayani Tokopedia. Layanan tersebut memungkinkan penjual menitipkan produk di “gudang pintar” pada wilayah dengan permintaan tinggi.

Selanjutnya, Bukalapak ikut menyasar segmen ini melalui layanan BukaGudang yang sudah dapat digunakan pelapak sejak Maret 2020. Buka Gudang memiliki dua mitra fulfillment, yakni PT IDCommerce dan startup penyedia jaringan pergudangan mikro Crewdible. Lalu, ada Shopee yang resmi masuk lewat layanan Dikelola Shopee pada September lalu. Layanan Dikelola Shopee memanfaatkan gudang milik sendiri dengan rata-rata pesanan diklaim dapat dikirim dua jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

Selain para pemain e-commerce yang melakukan penetrasi di segmen fulfillment, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Beberapa diantaranya termasuk CrewdibleShipper, dan TokoTalk.

Fresh Factory Bangun Jaringan Gudang Pendingin Mikro, Tangani Solusi “Cold Chain”

Kehadiran e-commerce turut mengubah infrastruktur distribusi logistik yang dapat menjangkau banyak wilayah dengan pengiriman yang cepat. Distribusi dengan pendekatan tradisional tak lagi relevan karena digitalisasi membuat banyak pengusaha mengadopsi strategi D2C (direct-to-consumer).

Penyesuaian pola distribusi dengan pola D2C menjadi suatu keharusan, hanya saja membutuhkan layanan last mile dan infrastruktur untuk mendukungnya. Solusi ini masih minim hadir di Indonesia dan menjadi kesempatan bagi Fresh Factory untuk menggarapnya.

We like to solve big problems, and this is great because the the big problem yang we’re trying to solve is our own problems,” ucap Co-founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan saat dihubungi DailySocial.id.

Larry Ridwan bersama Andre Septiano dan Widijastoro Nugroho merintis Fresh Factory sejak 2020. Ketiganya memiliki kesamaan latar belakang, sama-sama pelaku bisnis yang menjual produk-produk yang berhubungan dengan gudang dingin. “Kami mengalami kesulitan karena tidak adanya infrastruktur yang efisien dan efektir dalam mendistribusikan produk-produk kami,” lanjutnya.

Bicara mengenai potensi pasar, gudang pendingin ini mengalami peningkatan permintaan di Indonesia. Industri ini menyumbang menyumbang lebih dari 15% PDB di Indonesia. Secara industri, pada 2018, industri perikanan mencatatkan peningkatan produksi hingga 25 juta ton.

Di tahun yang sama, industri agrikultur juga meningkat hingga 49 juta ton. Sedangkan untuk makanan olahan, peningkatan konsumsi hingga 7 juta ton dengan potensi bisnis mencapai $13,8 miliar. Kehadiran gudang pendingin juga dibutuhkan oleh industri farmasi.

Sementara itu, laporan Forrester Research mengungkapkan bahwa bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2020 dipicu oleh pandemi, menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, peningkatan yang signifikan dari hanya 5% pada 2015. Industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

“Namun, solusi last mile yang tidak memadai membatasi adopsi biaya (waktu & uang) layanan last mile alternatif saat ini masih tinggi dibandingkan dengan ukuran transaksi konsumen.“

Atas dasar kebutuhan tersebut, Fresh Factory menjadi startup yang fokus menawarkan solusi cold chain, yang terdiri dari manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan (pemilihan pesanan, pengemasan produk, dan pengiriman ke pelanggan melalui operator pengiriman).

Startup ini mengambil pendekatan hyperlocal dengan membuat jaringan gudang pendingin mikro dengan jarak yang terjangkau antara satu sama lain, sehingga menciptakan dampak efisiensi.

Solusi Fresh Factory

Menurut Larry, solusi cold chain yang ada di industri kebanyakan hadir untuk melayani konsumen korporat besar, sehingga infrastrukturnya lebih tersentralisasi. Sistem yang digunakan pun lebih mengarah pada warehouse management system (WMS), bukan fulfillment management system (FMS). Artinya, WMS hanya memberikan sistem tracking warehouse saja, tepatnya saat masuk keluarnya barang.

Co-Founder & CMO Fresh Factory Widijastoro Nugroho menambahkan, sementara fulfillment management system menambahkan fitur pick and pack. Dengan demikian, pengusaha bisa melakukan produk bundling, special packaging, sisipan promosi, kemasan kostum, dan sebagainya. “Jadi, Fresh Factory memiliki FMS di dalamnya juga ada WMS-nya,” katanya.

Larry melanjutkan, tidak hanya jaringan gudang pendingin saja yang dapat disewa oleh pengusaha, juga terdapat solusi pengadaan. Untuk alurnya, pebisnis dapat memiliki lokasi gudang cabang Fresh Factory sesuai wilayah ekspansi bisnis online-nya. Kemudian, produk yang akan dijual dikirimkan ke gudang dengan menggunakan pengiriman yang disediakan oleh mitra logistik Fresh Factory untuk disimpan di dalam gudang.

Ketika terjadi pesanan, melalui sistem Fresh Factory, penyewa akan memasukkan info pesanan seperti produk, jumlah, dan info lainnya. Pihak Fresh Factory akan memroses pengadaannya hingga dikirim ke pembeli. “Dengan demikian, prosesnya akan jauh lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien daripada sebelumnya.”

Terhitung, saat ini Fresh Factory memiliki 15 gudang mikro yang tersebar di Jabodetabek, Pulau Jawa, dan Bali. Masing-masing gudang ini berjarak 8 km satu sama lain, sehingga proses pengadaan akan jauh lebih efisien. Dilengkapi pula dengan FMS untuk bantu proses integrasi secara end-to-end pengusaha agar dapat scale up lebih cepat.

Perusahaan menerapkan dua strategi monetisasi, pertama adalah FIFO (First In First Out) dengan sistem sewa loker per hari mulai dari Rp200 per unit. Kedua, Tanpa Biaya Setup dengan penghitungan berdasarkan penjualan, mulai dari Rp2.100 per fulfillment. Diklaim, Fresh Factory saat ini memiliki lebih dari 100 tenant, termasuk usaha kecil. Sepanjang 2020, total nilai transaksi Fresh Factory mencapai $1,8 juta atau Rp26 miliar.

Ditargetkan pada tahun ini, perusahaan dapat meningkatkan infrastruktur 100 fulfillment center, mencakup ke seluruh Jawa, Bali, dan nasional, dan 10 gudang pendingin. “Kami juga berencana untuk menambah ragam layanan fulfillment, mulai dari retail fulfillment, cross docking, cross border, dan solusi logistik lainnya yang lebih efisien untuk cold chain.”

Perusahaan telah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $1,5 juta (lebih dari 21 miliar Rupiah) yang didapat dari sejumlah investor, seperti Prasetia Dwidharma, Numbers Capital, dan Y Combinator. Pendanaan ini diperoleh pada Januari 2021. Wiji, panggilan akrab dari Widijastoro, menuturkan saat ini perusahaan masuk sebagai salah satu peserta di YCW22. Saat ini sedang berlangsung proses bootcamp-nya selama tiga bulan.

Bootcamp dengan YC berlangsung sampai akhir Maret 2022. Kita mulai pelan-pelan cari funding, target close-nya saat demoday di YC sekitar 15 April,” tambahnya.

Tak hanya Fresh Factory, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Mereka adalah Crewdible, Shipper, TokoTalk, dan platform e-commerce, seperti Shopee, dan TokoCabang (Tokopedia).

Net1 Indonesia Terus Perluas Akses Internet ke Pedesaan Terpencil

Bertujuan menyebarkan jaringan 4G menyeluruh ke pelosok desa, Net1 Indonesia memperluas jangkauan area di wilayah Jawa Tengah. Mengklaim sebagai satu-satunya layanan telekomunikasi yang mengandalkan frekuensi 450MHz dengan teknologi 4G LTE (Long Term Evolution), Net1 Indonesia membuka pelayanan ke Telogoharjo. Kini desa yang berdekatan dengan perbatasan Pacitan itu pun telah mendapat akses internet 4G.

Kepada DailySocial, CEO Net1 Indonesia Larry Ridwan menyebutkan, Desa Telogoharjo bukan desa pertama yang ter-cover jaringan Net1. Sampai saat ini Net1 telah menjangkau hampir 30.000 desa seluruh Indonesia, hampir semua adalah daerah rural hingga pelosok.

Keunggulan layanan Net1 adalah karakteristik frekuensinya rendah 450 MHz, sehingga sangat cocok diaplikasikan untuk daerah-daerah yang memiliki wilayah yang luas dan kepadatan yang rendah.

“Tidak hanya di pulau Jawa, Net1 juga sudah hadir di desa-desa lainnya. Dilihat dari demografi Indonesia yang berbukit, bergunung dan berbelok-belok jalannya kemudian densitas penduduknya jarang, membuat operator sulit untuk menjangkau kawasan tersebut dan diperlukan biaya yang besar untuk menjangkau. Net1 sendiri, biayanya relatif tidak besar.”

Untuk membantu lebih banyak operator telekomunikasi menambah jumlah area, Net1 juga sudah menawarkan kerja sama strategis. Selain itu Net1 juga telah melakukan pendekatan kepada pemerintah agar perusahaan bisa memberikan akses internet 4G lebih baik lagi di pelosok daerah.

“Saya sudah lempar ajakan karena ini bukan hanya kerja satu pihak. Pemain lainnya pun sudah kita datangi agar sinergi bisa dilakukan. Namun hal tersebut masih sulit untuk dilakukan terkait adanya regulasi network sharing. Hal tersebut terbilang masih agak sensitif karena peraturannya belum ada,” kata Larry.

Saat ini, di kawasan Yogyakarta – Jawa Tengah, Net1 memiliki hampir 700 BTS. Perusahaan menargetkan dalam 5 tahun akan mencapai 2500 BTS, sesuai dengan komitmen pemerintah.

“Nah, kita berharap dalam waktu 3 tahun sudah cover semua desa. Desa-desa rural yang membutuhkan sinyal bagus itu mungkin sekitar 15-20.000 desa. Hal tersebut cukup scalable buat kita,” kata Larry.

Meluncurkan Mitra Net1

Untuk membantu masyarakat umum yang membutuhkan jaringan 4G, Net1 meluncurkan program Mitra Net1. Mitra Net1 adalah kemitraan perusahaan dengan masyarakat untuk menyediakan pulsa internet bagi penduduk desa. Dengan demikian, kini mereka bisa lebih mudah untuk mendapatkan layanan 4G.

“Mitra Net1 adalah mitra penjual khusus untuk produk prabayar dan juga agen penjual pulsa Net1. Targetnya adalah untuk menjadi channel distribusi Net1 di desa-desa. Saat ini sudah hampir 3.000 Mitra yang bergabung dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun,” kata Larry.

Net1 Indonesia Bermitra Qualcomm, Sediakan Chipset untuk Frekuensi 450MHz

Net1 Indonesia, penyedia layanan mobile data broadband, menjalin kemitraan strategis dengan Qualcomm. Keduanya bekerja sama untuk menyediakan perangkat dengan dukungan chipset dual SIM yang salah satunya mendukung 4G LTE frekuensi 450MHz.

Perangkat-perangkat yang dikembangan antra lain mobile wifi untuk fase pertama, dilanjutkan fixed wifi router smartphone pada fase berikutnya. Harapannya kemitraannya ini bakal membantu Net1 memberikan kualitas terbaik bagi penggunanya.

“Net1 Indonesia kini telah menyediakan perangkat yang exclusive / closed market untuk frekuensi 450 MHz. Kemitraan dengan Qualcomm akan mempertajam solusi dari kami agar para pelanggan dapat terus menikmati layanan Net1 dengan kualitas terbaik,” terang CEO Net1 Indonesia Larry Ridwan.

Pihak Net1 Indonesia menjelaskan bahwa mereka melihat Qualcomm sebagai perusahaan dengan portofolio kuat di bidang chipset. Dengan kerja sama ini Net1 Indonesia berharap dapat mendukung mobilitas pelanggan yang memerlukan smartphone dan perangkat mobile digital / IoT yang mendukung frekuensi 450MHz.

Larry menambahkan pihaknya terbuka untuk bekerja sama dengan pihak ketiga lain untuk mendukung bisnis Net1 Indonesia, terutama dalam memproduksi perangkat 4G LTE yang mendukung frekuensi 450MHz sehingga tidak akan ada overlap dan eksklusivitas bisnis dalam mendorong perkembangan ekosistem mobile data dan IoT di Indonesia.

Sebagai perusahaan yang tengah fokus pada frekuensi 450 MHz Net1 menargetkan peluncuran layanan 4G LTE berbasis 450 MHz secara nasional dan mampu menyediakan internet berkualitas di daerah-daerah terluar Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mempercepat industri seluler dan proyek bersama Net1 ini sangat berarti bagi kami, terutama untuk menyediakan layanan telekomunikasi di daerah pinggiran dan perdesaan yang menawarkan konektivitas dan aksesibilitas demi pengalaman seluler yang lebih baik bagi pelanggan,” ujar Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong.

Penyedia Internet Nirkabel Net1 Kukuhkan Kehadiran Pulau Bali

Setelah bertransformasi dari brand Ceria menjadi Net1 pasca hadirnya perusahaan Skandinavia AINMT, Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) terus berekspansi memperluas jangkauan. Yang terakhir adalah masuknya layanan nirkabel 4G/LTE 450 MHz ke Pulau Bali. Mereka juga telah hadir di Serang, Ambon, Makassar, dan Lombok.

‘’Bali merupakan provinsi yang menopang ekonomi bangsa melalui industri pariwisatanya. Pertumbuhan industri yang semakin menggeliatkan perekonomian lokal itulah yang membuat kami komitmen kuat terhadap Bali,” tutur Larry Ridwan, CEO STI.

Berdasarkan data APJII di tahun 2016, disebutkan penetrasi pengguna internet di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat mencapai hampir 6,2 juta orang.

Fokus mereka di Bali adalah membantu migrasi pengguna Ceria untuk menggunakan teknologi 4G/LTE 450 MHz yang kini menjadi andalan Net1. Proses migrasi ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun.

STI, menurut Larry, akan memaksimalkan akses Net1 agar bisa menjangkau seluruh wilayah Bali, mulai dari Gilimanuk hingga ujung timur di Gili Selang.

Disebutkan bahwa fokus Net1 di berbagai daerah adalah memindahkan semua pelanggannya dari pengguna CDMA ke pengguna layanan 4G/LTE hingga akhir tahun ini. Selain Net1, Smartfren adalah operator CDMA Indonesia yang sampai saat ini bertahan dan beralih menggunakan teknologi 4G/LTE.

Tahun depan Net1 akan tancap gas mengkomersialkan layanan 4G/LTE-nya, termasuk merambah pasar B2B dengan menawarkan konektivitas untuk solusi Internet of Things (IoT). Dua minggu yang lalu Net1 menggandeng INTI untuk pengembangan solusi ini.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk pembuatan artikel ini

Net1 Indonesia dan INTI Bersinergi Akomodasi Frekuensi 450MHz untuk Perkuat Perkembangan IoT

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) menyepakati realisasi visi untuk memproduksi perangkat telekomunikasi yang dapat mengakomodasi frekuensi 450MHz.  Konektivitas ini dinilai merupakan salah satu komponen penting –selain sensor and actuator dan people and process—untuk mendorong berkembangnya era Internet of Things (IoT)

STI, dengan merek dagang Net1 Indonesia, berupaya menjajaki kerja sama dengan sejumlah pihak yang telah memiliki pengalaman dalam bidang telekomunikasi. INTI dinilai sebagai perusahaan yang memiliki visi yang sama serta kapabilitas mengembangkan peranti telekomunikasi yang cocok dengan kebutuhan STI.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak akan diwakili Larry Ridwan selaku CEO STI dan Darman Mappangara selaku CEO PT INTI.

“Kami meyakini MoU ini akan membawa business opportunity yang semakin menjanjikan bagi Net1 Indonesia dan PT INTI. Kerja sama juga diharapkan akan memberikan dampak positif guna memperlancar serta mendorong pertumbuhan bisnis-bisnis berbasis IoT di lingkungan perkotaan maupun perdesaan,” sambut Larry.

Dalam kerja sama ini, PT INTI akan memproduksi perangkat yang mendukung frekuensi 450MHz yang akan dipasarkan dalam bisnisnya setelah diintegrasikan dengan layanan Net1 Indonesia. Perangkat yang dimaksud adalah perangkat yang sudah dipasarkan maupun yang akan datang.

Pertimbangan lainnya adalah kemampuan INTI untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan oleh pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menkominfo, sampai dengan Januari 2017, TKDN yang harus dipenuhi oleh para Vendor Pembuat Alat dan Perangkat Telekomunikasi adalah 20% bagi Subscriber Station (SS) dan 30% bagi Base Station (BS).

“Kami merasa bangga dipercaya oleh Sampoerna Telekomunikasi Indonesia untuk memproduksi perangkat 4G LTE yang mendukung frekuensi 450Mhz untuk layanan Net1, kerja sama ini merupakan sebuah langkah besar untuk mendorong perkembangan ekosistem IoT di Indonesia sehingga bisa memajukan industri dalam negeri secara  keseluruhan.” sambut Darman.

Layanan Bolt Super 4G LTE Kini ‘Naik Level’ ke Ultra LTE

Selengkap apapun layanan yang disuguhkan, posisi sang pencetus hampir tak mungkin tergeser. Dan di Indonesia nama Bolt langsung mengingatkan khalayak pada penyedia sambungan 4G LTE pertama. Bermanuver di zona aman tidak lagi cukup membendung serbuan gencar para kompetitor terkemuka, dan Bolt sudah menyiapkan senjata andalan demi mengantisipasinya. Continue reading Layanan Bolt Super 4G LTE Kini ‘Naik Level’ ke Ultra LTE

Bolt Super 4G LTE Pilih Samsung Galaxy J5 Sebagai ‘Pasangan Serasinya’

Bagi konsumen, dampak positif dari mulai merebaknya jaringan 4G LTE di Indonesia ialah tiap provider berusaha memberikan layanan serta harga terbaik. Namun apapun yang terjadi, posisi sang pionir dalam merintis ranah ini memang tak tergantikan. Pertanyaannya kini, apa langkah Bolt Super 4G LTE selanjutnya untuk menghadapi kompetisi dari sejumlah nama besar? Continue reading Bolt Super 4G LTE Pilih Samsung Galaxy J5 Sebagai ‘Pasangan Serasinya’

Bersama Bolt, MoviMax Luncurkan Mobile Wi-Fi Asli Buatan Indonesia

Sebagai pionir penyedia sambungan 4G LTE di Indonesia, produk ‘MiFi’ atau mobile Wi-Fi merupakan salah satu tulang punggung layanan milik Bolt. Untuk perangkat di kelas ini, sebelumnya Bolt bekerjasama dengan nama-nama besar semisal ZTE hingga Huawei sebagai penyedia hardware. Tapi ada yang spesial dari peluncuran produk teranyar mereka. Continue reading Bersama Bolt, MoviMax Luncurkan Mobile Wi-Fi Asli Buatan Indonesia