Mengapa Kioson dan M Cash Lebih Memilih “Go Public”?

Pekan pertama bulan Oktober ini kita mendapat kabar lanjutan mengenai dua perusahaan startup yang secara kebetulan menyelenggarakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu yang berdekatan.

Kioson dengan kode KIOS, secara resmi telah tercatat sebagai emiten ke-24 tahun ini pada Kamis kemarin, (5/10). Sementara M Cash baru menyelenggarakan paparan publik (6/10) untuk mengumumkan rencana listing di BEI pada 31 Oktober 2017 mendatang.

Kedua perusahaan teknologi yang masih tergolong startup ini memberi gebrakan dan semangat baru bahwa startup dapat menempuh opsi pendanaan dari dana pasar modal. Startup dapat memperoleh dana segar di luar cara standar, yang umumnya diperoleh lewat modal ventura atau private equity (PE) dengan tahapan seri tanpa batasan.

Ketika suatu perusahaan sudah tercatat di BEI, mereka memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dengan memilih dua opsi, yaitu menerbitkan saham baru (rights issue) atau surat hutang (obligasi dan sukuk). Karena ada saham publik di sana, maka perusahaan wajib bertanggung jawab dengan membuka seluruh kinerja dan melaporkannya secara rutin ke regulator.

Perbedaannya sangat kontras dibanding ketika startup masih memakai penggalangan dana mulai dari tahap awal, pra seri A, seri A, hingga menyandang status unicorn. Mereka akan cenderung tertutup dengan kinerja maupun kepemilikan saham perusahaan. Hal ini lumrah terjadi dan tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk terbuka, kecuali terhadap investor ataupun calon investor.

“Bagi perusahaan, ketika mendapat dana publik akan lebih mudah untuk scaling. Memang dari segi ongkos operasional ada beban lebih, namun di satu sisi dari perpajakan dan utilisasi saham sebagai alat jaminan akan jauh sangat memudahkan mereka,” terang Managing Director Ideosource Andi S Boediman.

Lalu dari perlakuan emiten terhadap investor akan jauh lebih adil karena semua pemegang saham menjadi common share (pemegang saham biasa). Beda halnya bila perusahaan masih tertutup yang masih membedakan dua jenis pemegang sahamnya, dengan masih memiliki saham preferen.

Saham preferen itu maksudnya, jika saham perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham tersebut dapat langsung menerima bagian lebih dahulu daripada pemegang saham biasa.

“IPO jadi alternatif yang murah ketimbang pakai cara lain. Dari sisi investor, kami melihatnya positif karena investor lama dapat likuiditas yang dapat digunakan untuk berinvestasi di tempat lain. Ini yang terjadi dengan Ideosource. Kebetulan pernah menjadi investor indirect di salah satu perusahaan yang kemudian diakuisisi M Cash, lalu saham kami ditukar dengan saham. Ini jadi win win solution.”

Dorong startup lakukan hal disruptive

Paparan publik M Cash / M Cash
Paparan publik M Cash / M Cash

Founder dan CEO Kioson Jasin Halim mengatakan memilih aksi IPO merupakan hasil akhir yang dipilih perusahaan setelah mendapati jalan buntu ketika bertemu dengan berbagai investor asing. Disebutkan terjadi perbedaan penghitungan nilai valuasi perusahaan.

“Startup banyak yang pakai penggalangan dana dengan seri A, seri B. Kita coba pakai jalur tersebut tapi tidak sampai. Sebab ada pertimbangan, di mana valuasi kita dengan yang mereka hitung itu beda. Jadinya tidak cocok,” ucapnya saat berbincang dengan media.

Dia melanjutkan, “Ketika kita coba pelajari tentang IPO, ini tidak tabu. Kenapa tidak coba cara yang tidak dilakukan startup pada umumnya, kita pakai cara yang disruptive. Kita juga mencoba disrupt pasar untuk tidak lagi secretive. Kami akan comply dengan corporate governance, keterbukaan informasi, karena kami sudah jadi perusahaan terbuka.”

Jasin menerangkan paling tidak dalam setahun mendatang pihaknya belum memikirkan aksi korporasi lainnya untuk mencari dana segar. Kioson saat ini masih fokus ke pengembangan produk dan layanan secara vertikal maupun horizontal sebagai upaya memperbaiki kinerja agar dapat memperoleh kepercayaan dari investor.

“Belum ada rencana karena untuk raise funding harus melihat dari kebutuhan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan apakah strategis untuk rights issue.”

Sementara itu, langkah IPO bagi M Cash merupakan pertanda telah dicapainya titik kematangan perusahaan dari awalnya adalah startup. Ada juga pengaruh yang ditularkan oleh salah satu pemegang saham M Cash, yakni Kresna Graha Investama, yang notabene adalah emiten investasi.

Menurutnya, menjadi emiten akan memicu timbulnya ide baru mengingat ada banyak investor baru yang ingin saling bersinergi satu sama lain.

“Ada dua alasan yang dorong kami IPO. Pertama, dari Kresna Graha yang jadi share holder kami. Dua, karena kita lihat masuk ke pasar modal itu buat akuntabilitas kita jadi lebih transparan dan bisa dinikmati banyak orang,” ucap CEO M Cash Martin Suharlie.

Animo tinggi, harga terus naik

Animo publik yang tinggi terhadap Kioson sebagai startup pertama yang melantai di BEI cukup tercermin dari proses penawaran saham, pemesanan atas saham perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Harga saham KIOS terus menunjukkan penguatan dari harga penawaran awal sebesar Rp300 menjadi Rp700 per lembar, pada perdagangan sesi II yang ditutup sore tadi (9/10).

Tujuan awal Kioson melakukan IPO lantaran perusahaan ingin menggunakan dana segar yang didapat untuk ekspansi bisnis, bukan untuk restrukturisasi hutang.

“Kalau tujuannya untuk restrukturisasi hutang, sebenarnya bagi sebagian investor jadi kurang menarik. Beda halnya apabila tujuannya untuk ekspansi bisnis, artinya ada prospek cerah yang ditawarkan perusahaan,” ucap Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta, saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Dia melanjutkan pergerakan saham Kioson yang cenderung menguat, menjadi indikasi yang umum pada saat perusahaan baru melantai. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah volatilitas pasar ke depannya, komposisi antara supply dan demand harus dijaga.

“Karena baru melantai, harga saham terus menguat. Artinya masih lebih banyak demand daripada supply. Kalau harga terus menurun, artinya investor mulai profit taking karena khawatir dengan fundamental perusahaan itu sendiri.”

Melihat kiprah Kioson dan M Cash di BEI, Andi mengungkapkan setidaknya ada dua startup mulai serius melakukan IPO sebagai opsi mendapat pendanaan segar. Meski tidak menyebutkan dua identitas perusahaan, Andi hanya mengatakan kedua perusahaan tersebut masih memiliki segmen bisnis yang sama dengan Kioson dan M Cash.

“Tunggu saja tahun depan. Ada satu atau dua startup yang serius prepare untuk IPO. Masih e-commerce kok, lihat saja tahun depan bagaimana,” pungkas Andi.

Menjelang IPO, M Cash Tawarkan Saham Seharga Rp1.300-Rp1.450 per Lembar

Menjelang rencanago public“, startup penyedia mesin kios digital PT M Cash Integrasi (MCI) siap melepas 25% saham baru atau sebanyak 216 juta lembar saham baru, seharga Rp1.300-Rp1.450 per saham. Diharapkan dari rencana tersebut, M Cash dapat memperoleh dana segar untuk kebutuhan ekspansi sekitar Rp280 miliar-Rp315 miliar.

Perusahaan pun telah mendapatkan komitmen yang kuat dari anchor investor untuk bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer), setelah melakukan roadshow pada beberapa waktu lalu. Kebanyakan dari mereka berasal dari perusahaan asing yang berlokasi di Hong Kong, Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.

Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja mengungkapkan pihaknya sempat mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 7 kali saat anchor book building. Dia mengklaim hal ini terjadi karena minat investor yang sangat tinggi dan keyakinan mereka yang positif terhadap prospek perusahaan teknologi di Indonesia.

“[Anchor investor] ada yang dari lokal dan asing. Namun yang asing lebih banyak, minat mereka lebih tinggi. Mungkin karena keyakinannya yang tinggi dengan prospek perusahaan teknologi di Indonesia,” katanya kepada DailySocial.

Rencananya M Cash beserta salah satu pemegang sahamnya Kresna Graha Investama akan menyelenggarakan paparan publik pada 5 Oktober 2017. Pada tanggal tersebut, perusahaan akan membuka book building untuk investor lainnya, di luar anchor investor.

Adapun periode booking untuk para anchor investor itu sendiri telah ditutup pada Rabu (27/9) lalu. Setelah itu, M Cash akan menyelenggarakan pencatatan perdana (listing) pada akhir bulan ini.

“Kita baru dapet info, kalau bisa akhir bulan ini, tanggal 31 Oktober, sudah listed.”

Anchor investor adalah investor dari institusi besar, seperti wealth fund, mutual fund, dan dana pensiun, yang diundang untuk membeli saham menjelang IPO. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas saham tersebut dan memberikan kepercayaan kepada calon investor potensial.

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market yang berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Go-Jek Dikabarkan Terus Lanjutkan Strategi Akuisisi

Pasca akuisisi terhadap startup manajemen dan analisis event Loket, Go-Jek dikabarkan masih terus mencari startup yang bisa “diambil alih”. Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang berbeda, disebutkan perusahaan yang dinakhodai Nadiem Makarim ini masih mencari sekitar 4-5 perusahaan lagi yang bakal diakuisisi dalam usaha menguasai sektor on-demand.

Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, setidaknya Go-Jek telah mengakuisisi 4 startup teknologi dari India (kemudian menjadi basis Go-Jek Engineering India), 1 startup pembayaran (menjadi basis layanan e-money Go-Pay), dan 1 startup event (Loket).

Akuisisi membantu mengakselerasi adopsi Go-Jek terhadap penguasaan teknologi dan kepemilikan pasar. Salah satu yang paling strategis adalah akuisisi terhadap pemilik lisensi e-money yang terbukti memang tidak mudah mendapatkannya.

Tak cuma layanan transportasi

Go-Jek kini tidak bisa dilihat hanya sebagai layanan transportasi. Bisnis Go-Jek kini sudah menggurita ke layanan pengantaran makanan (Go-Food), layanan pembelian tiket kegiatan hiburan (Go-Tix), layanan pembelian barang kebutuhan sehari-hari (Go-Shop dan Go-Mart), layanan pembersihan rumah (Go-Clean), layanan kecantikan dan kesehatan (Go-Glam dan Go-Massage), dan lain-lain.

Jika melihat sejarah akuisisi yang dilakukan Go-Jek, setelah Loket yang memperkuat pengalaman penggunaan Go-Tix, bisa jadi langkah selanjutnya adalah akuisisi terhadap startup yang memperkuat Go-Clean, Go-Mart, atau Go-Med sekalipun. Yang terakhir sudah dipegang perusahaan afiliasi, karena Go-Jek tercatat sebagai investor HaloDoc.

Meskipun demikian, tak tertutup peluang Go-Jek mengakuisisi vertikal lain, bahkan macam perusahaan pengembang game sekalipun, karena salah satu yang ingin dilakukan adalah adopsi penggunaan Go-Pay di berbagai layanan.

Khusus untuk Go-Food, Go-Jek sedang tahap implementasi Go-Resto yang menyederhanakan proses pemesanan makanan. Nantinya setiap mitra restoran memiliki akun Go-Pay, sehingga pembayaran dari konsumen (melalui Go-Pay) bisa langsung masuk ke rekening restoran. Mitra pengemudi tak perlu repot “menalangi” pesanan yang masuk dan benar-benar hanya menjadi sarana logistik yang mengantarkan makanan dari restoran/warung ke konsumen.

Bermimpi IPO

Masuknya dana segar dari sejumlah perusahaan, yang rumornya kencang sudah masuk sebagai investor adalah Tencent dan JD.com, mendorong Go-Jek untuk terus mempercantik valuasi dan cashflow. Go-Jek bisa dibilang kini memiliki cadangan dana yang cukup untuk melakukan scale di dua arah, menambah jangkauan kota sekaligus meningkatkan kualitas diversifikasi layanannya.

IPO menjadi jalan yang dianggap logis karena akuisisi untuk perusahaan sebesar Go-Jek yang bermain di pasar on-demand tidak mudah. Belum lagi sentimen nasionalisme karena dua pesaing Go-Jek berasal dari negara asing. Apa jadinya jika Go-Jek nanti diakuisisi Softbank, Didi, atau bahkan Alibaba?

Meski demikian, seandainya jadi melakukan IPO pun, rencana tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Disebutkan secepat-cepatnya langkah itu baru terlaksana di tahun 2020 mendatang.

Dua  rencana  go public yang akan diadakan startup teknologi lokal di BEI akhir tahun ini akan menjadi test case bagaimana penerimaan publik terhadap perusahaan teknologi yang selama dikenal mengutamakan pertumbuhan ketimbang cashflow dan revenue.

Application Information Will Show Up Here

Tahap Pendanaan dan Peranannya dalam Roda Bisnis Startup

Pendanaan saat ini menjadi hal yang sangat umum dibutuhkan startup untuk akselerasi. Dengan banyaknya dana yang didapat membuat startup menjadi produktif dan berkembang pesat. Bagi startup pendanaan dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti untuk hasil dari menyewa kantor yang lebih luas, membayar pekerja, serta menyiapkan dana untuk kampanye pemasaran, dan sebagainya.

Pendanaan sebagai investasi startup sendiri sebenarnya dapat didefinisikan lebih luas. Biasanya terbagi menjadi dua hal:

  1. Anda bisa mendapatkan pendanaan dari hasil tabungan Anda atau keluarga. Istilah ini biasa digunakan startup sebagai bootstrapping, yaitu menggunakan dana pribadi untuk tahap awal kelangsungan startup.
  2. Dengan mencari atau pitching ke investor sebagai bagian dari usaha investasi startup untuk mendapatkan dana dengan pembagian kepemilikan dalam startup yang Anda jalani.

Itulah mengapa startup membutuhkan pendanaan untuk bertahan dari tahap investasi. Namun, lebih beruntung lagi di era sekarang ini, banyak investor baik asing maupun lokal yang berani investasi pada startup.

Akses dan pitching ke investor pun tidak sesulit dulu, berkat kesuksesan para Founder hebat dari startup lokal. Maka dari itu, investor akhirnya melihat potensial startup di Indonesia sebagai target investasi.

Jika ingin mencari investor untuk pendanaan, ada baiknya Anda memahami beberapa stage dalam mendapatkan investasi ini:

Pre-Seed Funding

Pendanaan tahap awal ini menjadi angin segar bagi para founder startup. Namun, cara tersebut bukan dengan gegabah untuk bertemu investor skala besar. Ada cara lain yang bisa dilakukan startup dengan berkenalan dengan pihak angel investor, yang biasa tidak memiliki dana besar, tapi setidaknya mampu membiayai keperluan Anda di tahap awal.

Seed Funding

Melalui tahap ini lah kisaran dana investor bisa menyokong dana berkisar antara USD500 – 1 juta. Namun, pada putaran ini investor lebih memperhatikan startup yang Anda bentuk sesuai harapan. Beberapa startup di antaranya masih berada dalam seed funding adalah Taralite, KitaBisa, Kakoa Chocolate.

Adapun angel investor yang berada di tahapan ini, yaitu Cyber agen Venture, Fenox, East Venture, GEPI, ANGIN.

Pendanaan seri A sampai seri berikutnya

Tahap berikutnya dalam pendanaan startup setelah seed funding adalah pendanaan seri A. Startup ini pada umumnya sudah memiliki beberapa produk yang matang dan mendapat banyak klien, namun masih membutuhkan inovasi untuk terus growth. Kunci kesuksesan dalam tahap seri A ini adalah menemukan VC yang tepat, melihat dan mencari partner yang sesuai.

Setelah lanjutan dari pendanaan serieA, pada tahap seri B startup biasanya  sudah berumur 2-4 tahun dengan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor publik sebelum dana masuk oleh investor untuk mengetahui kondisi riil kas startup.

Sehingga pada tahap seri C ini, startup sudah memasuki tahap dewasa. Umumnya dana funding ini digunakan untuk ekspansi produk dan membuka cabang secara nasional atau internasional.

Beberapa startup di Indonesia yang sudah mencapai pendanaan tersebut misalnya aCommerce, HappyFresh, YessBoss, eFishery, Jualo, Fabelio, HijUp.

IPO

IPO (Initial Public Offering) adalah tahap akhir “pendanaan” startup oleh investor, perusahaan Anda akan go public dan dijual sahamnya di pasar terbuka. Dengan adanya ini, startup Anda memiliki tahap yang paling lama untuk mendapat pendanaan. Biasanya, 5-10 tahun sebelum akhirnya startup memberanikan diri untuk IPO.

Dari pendanaan tahap akhir ini, startup yang akan melantai di bursa efek Indonesia, yaitu PT Mcash Integrasi (MCI) dan Kioson.

Kios Digital M Cash Segera “Go Public” Awal November 2017, Lepas 25% Saham Baru

PT M Cash Integrasi (MCI), perusahaan penyedia kios digital, diungkapkan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia. Rencananya aksi korporasi tersebut akan berlangsung pada awal November 2017 dengan melepas 25% saham baru ke publik. M Cash akan menjadi startup teknologi kedua yang go public setelah Kioson.

“Tahun ini ada dua perusahaan startup yang melantai, Kioson dan M Cash. Kioson sudah [paparan publik], menyusul M Cash. Mengingat aturan IPO untuk startup belum ada, jadi mereka berdua akan listed dengan mengacu pada aturan lama dan tercatat dengan sektor usaha ritel,” terang Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, Senin (11/9).

Samsul melanjutkan kedua perusahaan ini tercatat sebagai perusahaan ritel lantaran bisnisnya sebagai penyedia sarana transaksi ritel yang berbentuk digital. Barang-barang yang dijual lebih mengarah untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti pulsa, token listrik, dan lainnya.

Mereka tidak tergolong perusahaan teknologi karena penentuan bidang usaha di bursa, bila mengacu pada aturan yang berlaku saat ini, dilihat dari sumber pendapatannya yang terbesar.

“Nah, pendapatan terbesar mereka dari sektor ritel. Sejauh ini M Cash sudah selesai melakukan perjanjian pencatatan di kami, kira-kira prosesnya sudah 40%. Tinggal proses review lagi.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja membenarkan pernyataan Samsul. Rencana IPO untuk M Cash tetap berjalan seperti rencana awal, akan terdaftar di BEI pada awal November 2017 mendatang.

Kresna Graha merupakan salah satu pemegang saham di M Cash dengan kepemilikan saham sebesar 17,6%.

Dia mengungkapkan saat ini M Cash sedang mempersiapkan tahapan penawaran awal (book building). Saham baru yang akan dilepas sebanyak 25%, dengan target dana yang akan didapat sebanyak Rp300 miliar, lebih banyak dari prediksi awal Rp250 miliar. Namun harga saham M Cash per lembarnya masih dirahasiakan.

Menurut Suryandy, penggunaan dana yang didapat dari hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja sekitar 60%, belanja modal 30%, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya.

“Rencana masih seperti semula, tidak ada yang berubah. IPO awal November dan pubex (public expose) awal Oktober. Sekarang lagi anchors book building,” terang Suryandy.

Secara kondisi keuangan, sambungnya, diklaim M Cash sudah tergolong perusahaan yang sehat dan sudah mencetak laba. Hanya saja, besaran angkanya tidak disebutkan Suryandy.

“Sudah laba, seharusnya [setelah IPO] sudah big growth [pertumbuhan laba] ke depannya.”

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Detil Rencana Kioson Melantai di Pasar Modal

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, mengumumkan rencana aksi korporasi dengan melantai di Bursa Efek Indonesia dalam paparan publik yang diselenggarakan hari ini, Kamis (7/9).

Sesuai jadwal, manajemen mengungkapkan Kioson akan secara resmi melantai pada 3 Oktober 2017 mendatang. Adapun per hari ini hingga 11 September 2017, sudah dimulai masa penawaran awal (bookbuilding).

Kioson menawarkan saham baru sebanyak-banyaknya 150 juta lembar saham ke publik atau sebanyak-banyak 23,07% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan IPO. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp280 sampai Rp300 per lembar saham. Dengan demikian, asumsi perolehan dana yang didapat dari aksi ini dapat mencapai Rp42 miliar sampai Rp45 miliar.

CEO Kioson Jasin Halim mengatakan rencana IPO ini sebenarnya sudah mulai direncanakan sekitar lima sampai enam bulan lalu.

“Alasan kami memilih IPO karena saat roadshow banyak investor, terutama VC, yang tertarik bila mereka mengambil porsi mayoritas. Kami sendiri tidak ingin melepas mayoritas, makanya lebih memilih IPO. Semoga langkah yang kami pilih bisa menginspirasi startup lainnya, banyak pihak yang dukung langkah kami,” terangnya.

Saham Kioson mayoritas dimiliki PT Artav Mobile Indonesia sebesar 70,06%, PT Seluler Makmur Sejahtera (12,50%), PT Sinar Mitra Investama (12,50%), dan PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (4,94%).

Perusahaan menunjuk PT Sinarmas Sekuritas menjadi underwriter dalam pelaksanaan ini.

Rencana penggunaan dana IPO

Showcase produk Kioson yang digelar pada toko kelontong di daerah
Showcase produk Kioson yang digelar pada toko kelontong di daerah

Jasin melanjutkan sekitar 75,76% dana hasil IPO akan digunakan untuk mengakuisisi kepemilikan saham PT Monjes Investama di PT Narindo Solusi Komunikasi sebesar 99,34%. Nilai akuisisinya diperkirakan sebesar Rp30 miliar.

Narindo Solusi merupakan distributor produk digital yang menjual e-voucher. Perusahaan tersebut telah terhubung ke hampir semua mitra online shop di tanah air. Per April 2017, Narindo mencatatkan pendapatan sekitar Rp400 miliar.

Narindo nantinya akan menjadi bottom line Kioson untuk memperkuat struktur dan menambah portofolio, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif pada kinerja keuangan perusahaan.

“Jadi nanti Narindo yang akan menopang pencatatan kinerja kami agar positif. Kontribusi bisnis dari Narindo menjadi 80%-90% dari total pendapatan kami.”

Selain akuisisi, perusahaan akan menggunakan sekitar 13,13% dana untuk modal kerja. Di antaranya pengadaan persediaan barang-barang elektronik, gadget, serta membiayai operasional perusahaan.

Pasca IPO, pihaknya menargetkan ekspansi mitra kios meningkat hingga 100% sampai akhir tahun ini, dari saat ini 19 ribu mitra menjadi 30 ribu mitra.

Optimis catat kinerja positif

Jasin mengakui saat ini Kioson masih mencatat kerugian dalam laporan keuangannya. Per April 2017, penjualan bersih yang diperoleh Kioson sebesar Rp25,96 miliar. Akan tetapi besaran penjualan, belum sepadan dengan beban perusahaan yang masih membengkak Rp32 miliar. Menghasilkan kerugian sebesar Rp4,45 miliar.

Namun bila melihat dari catatan dibandingkan tahun lalu, Kioson justru mencatatkan penipisan kerugian sebesar Rp11,29 miliar.

“Kami proyeksikan tahun depan catatan kinerja mulai positif. Mungkin sampai akhir tahun ini masih negatif, tapi sudah tidak terlalu besar lagi.”

Proyeksi kinerja yang dipasang Kioson cukup ambisius. Perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan pada tahun depan mencapai Rp2 triliun. Kemudian merangkak naik hingga pada 2021 dapat mencetak penjualan sebesar Rp3,8 triliun.

Untuk laba, Kioson memproyeksikan dapat mencetak sekitar Rp9 miliar. Lalu pada 2021 dapat mencapai lebih dari Rp30 miliar.

“Meski startup ini baru berdiri selama dua tahun, namun pengalaman manajemen sudah puluhan tahun. Kami pilih aksi akuisisi perusahaan berkinerja baik agar dapat memperbaiki catatan keuangan. Sehingga, hal ini kami harapkan saat resmi, investor dapat percaya dengan bisnis kami, saham pun dapat terserap dengan baik,” pungkas Jasin.

Hingga kini, Kioson telah memiliki lebih dari 19 ribu mitra kios yang tersebar di 384 kota di seluruh Indonesia dengan mayoritas berada di kota lapis kedua. Produk dan layanan yang tersedia di aplikasi Kioson fokus pada tiga kategori, yakni layanan digital dan payment point online bank (PPOB), layanan keuangan, dan layanan e-commerce. Kioson juga bermitra dengan perusahaan lainnya, seperti gadget, perbankan, asuransi, dan e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Kioson Segera Menjadi Startup Teknologi Pertama yang “Go Public” di Bursa Efek Indonesia

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, segera menjadi startup teknologi pertama yang go public di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bendera PT Kioson Komersial Indonesia, mereka berharap menjual 150 juta saham baru, atau sebesar 23,08% dari total, ke publik yang diharapkan mulai tercatat awal Oktober mendatang.

Menurut informasi, sebagian besar dana yang diperoleh disebutkan bakal digunakan untuk mengakuisisi saham perusahaan afiliasi yang saat ini menjadi mitra aggregator perusahaan telekomunikasi dan perusahaan-perusahaan teknologi mitranya.

Saat ini kepemilikan saham Kioson dipegang PT Artav Mobile Indonesia, PT Seluler Makmur Sejahtera, PT Sinar Mitra Investama, dan PT Media Komunikasi Nusantara Tbk.

Kioson berdiri sejak tahun 2015, dengan Founder Roby Tan dan Viperi Limiardi, bertujuan membantu UKM menjadi agen digital, serupa dengan Kudo dan Ruma/Arisan Mapan. Kioson mengubah pemilik toko kelontong menjadi pusat pembayaran (misalnya PLN, Telkom, PAM), bisnis ritel (pembelian pulsa telepon, token listrik, atau gadget), dan program keagenan pinjaman dan bank.

Disebutkan sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan di berbagai kota di Indonesia. Kioson juga sudah mulai memberikan pinjaman (dalam bentuk saldo Kioson) kepada para mitranya.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia,” sebut CEO Jasin Halim kepada DailySocial di sebuah kesempatan.

IPO startup teknologi adalah hal yang baru di Indonesia. Startup-startup besar sekalipun, bahkan yang berstatus unicorn, sampai sekarang belum meniatkan diri untuk melantai di bursa.

Masuknya Kioson bakal menjadi test case bagaimana reaksi publik terhadap startup teknologi dan bagaimana startup teknologi, seperti Kioson, bisa menjawab keraguan publik tentang kemampuan perusahaan menjaga cashflow dan pendapatan.

Application Information Will Show Up Here

Sea, Induk Perusahaan Shopee, Siapkan IPO di Amerika Serikat

Sea Ltd., di Indonesia lebih dikenal sebagai induk perusahaan Shopee setelah perubahan nama dari Garena, dikabarkan tengah merilis Initial Public Offering (IPO) perdananya di Amerika Serikat setelah mengajukan ke U.S. Securities and Exchange Commission beberapa minggu terakhir. Menurut Bloomberg disebutkan bahwa penawaran ini berpotensi menghasilkan raihan dana baru hingga $1 miliar (atau senilai 13.3 triliun rupiah).

Untuk memenuhi ketentuan yang tersurat dalam Jumpstart Our Business Startups (JOBS) Act dari sekuritas di AS, perusahaan telah menunjuk Goldman Sachs Group Inc. dan Morgan Stanley untuk membantu IPO ini.

Sebelumnya Sea telah membukukan pendanaan baru hingga 7,3 triliun rupiah dari beberapa investor, termasuk GDP Venture. Pendanaan terakhir tersebut membawa Sea sebagai “most valuable startup” di wilayah Asia Tenggara, bersanding dengan pemain lain seperti GO-JEK dan Grab.

Jika Sea benar melakukan IPO di Amerika Serikat, hal ini bakal menjadi ironi karena otoritas setempat sedang gencar mempertahankan perusahaan potensial untuk melakukan penawaran publik di wilayahnya sendiri. Singapore Exchange Ltd. sedang mengupayakan untuk membangun hub regional bagi startup yang berkembang. Untuk “menahan” startup teknologi melakukan IPO di luar negeri, bursa efek di sana bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan sebuah sistem yang lebih “bersahabat” bagi para perusahaan rintisan untuk memulai penawaran publik.

Sea sendiri telah berevolusi dari perusahaan yang menyediakan platform permainan online menjadi holding company dengan diversifikasi bisnis online marketplace dan layanan pembayaran. Indonesia menjadi sasaran bisnis utama Sea, terutama untuk Shopee.

OJK Siap Longgarkan Aturan Listing Bursa Khusus Startup

Untuk mempermudah startup yang ingin melantai di bursa sekaligus menambah jumlah listing emiten, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini tengah menggodok pelonggaran aturan listing khusus untuk startup digital. Rencananya aturan tersebut akan diterbitkan pada semester II/2017.

Beberapa poin utama yang akan dilonggarkan, misalnya perubahan definisi yang awalnya penawaran umum untuk UKM menjadi penawaran umum dengan usaha skala aset kecil dan menengah. Untuk kategori usaha skala aset kecil, OJK akan membatasinya dengan ketentuan modal minimal di bawah Rp50 miliar, sementara untuk usaha skala menengah memiliki modal minimal di bawah Rp100 miliar.

Hal lainnya yang akan dipermudah OJK, mengenai penggunaan laporan keuangan untuk prospektus dalam rangka penawaran umum cukup dengan perbandingan cukup satu tahun terakhir. Berbeda dengan ketentuan di perusahaan lainnya, mereka diharuskan untuk menggunakan laporan keuangan sejak tiga tahun terakhir.

Untuk pengumuman informasi atau prospektus, startup juga diperbolehkan mengumumkannya lewat situs tanpa harus menggunakan media cetak. Proses registrasi pun nantinya juga diperbolehkan secara online.

Concern yang kami tekankan dalam pelonggaran ini adalah masalah biaya saat ingin listing, kami berusaha menurunkan biaya listing bursa seminimal mungkin agar dapat mempermudah startup melantai di bursa. Kami dukung mereka secepat mungkin bisa melantai dan bisa masuk ke market sesuai targetnya karena bagi market sangat erat kaitannya dengan timing yang tepat dan harus kondusif,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, Kamis (23/3).

Nurhaida melanjutkan, selain itu masih ada hal lainnya yang didiskusikan dalam internal OJK mengenai jumlah ketentuan penawaran ke publik yang bisa diajukan. Apakah nilainya akan naik dari ketentuan lama atau tetap sama Rp40 miliar.

Regulator pun masih berdiskusi lebih lanjut mengenai besarannya sambil menimbang-nimbang baik dan buruknya, mengingat sebagian besar tujuan melantai di bursa adalah mencari dana segar.

“Jumlah penawaran ke publik kalau dari aturan lama sebesar Rp40 miliar, bisa jadi dipertahankan atau ditingkatkan. Ada kemungkinan dinaikkan karena semakin besar dana yang didapat dari publik semakin baik untuk perusahaan. Tapi ini semua masih dalam tahap diskusi internal OJK baik dan buruknya karena harus mempertimbangkan mitigasi risiko, capital structure, dan lainnya.”

Mengenai startup yang masih merugi namun sudah listing, menurut Nurhaida, hal tersebut diperbolehkan. Hal itu sudah diperbolehkan dalam papan pengembangan. OJK dan BEI juga tengah menyiapkan infrastruktur yang bisa mendukung emiten UKM dalam bertransaksi di pasar modal dengan membentuk papan UKM.

Saat ini, papan yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah papan utama untuk emiten kelas kakap dan papan pengembangan untuk emiten 2nd liner.

Untuk menjamin likuiditas saham UKM, BEI juga tengah mempersiapkan aturan penggerak perdagangan atau market maker khusus untuk startup. Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan dengan adanya market maker investor pasar modal mendapat kepastian bahwa saham UKM yang diperdagangkan adalah aktif.

Market maker, sambung Tito, dapat secara aktif tanpa menunggu perintah nasabah untuk menjual atau membeli saham.

“Fokus BEI sekarang ini adalah membuat aturan mengenai garansi infrastruktur dan peraturan tentang likuiditas market maker. Untuk jadi market maker, brokernya harus kuat karena sifatnya mereka aktif jual dan beli sifatnya jadi seperti money changer. Aturannya sedang kami siapkan,” ucap Tito.

Nurhaida melanjutkan, saat ini terdapat lebih dari 60 ribu UMKM di Indonesia. Dia merinci, jika 1% atau 600 UMKM diedukasi dan separuh dari jumlah mereka berhasil melantai di bursa, maka dalam lima tahun akan ada 1.500 UMKM yang IPO.

“Jika sekarang ada 537 emiten sudah melantai di BEI, dalam lima tahun mendatang ada 1.500 UMKM sudah IPO, kita bisa mengalahkan Singapura dan Malaysia,” kata Nurhaida.

Peresmian IDX Incubator

Dalam kesempatan yang sama, BEI meresmikan IDX Incubator sebuah program inkubasi bisnis bagi startup digital selama enam bulan. Program inisiasi ini nantinya akan mengembangkan startup tidak hanya dari segi produk namun juga dari segala aspek bisnis.

Para startup yang bergabung akan dibina secara berkelanjutan sempai menjadi perusahaan yang dapat memonetisasi bisnis mereka dan diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk tercatat di BEI.

Beberapa program yang akan diberikan di antaranya pelatihan, bimbingan, akses pendanaan, serta penyelenggaraan acara yang berkaitan. Tahapan pelatihan dimulai dari Idea Validation, peserta akan memvalidasi ide atau proyek yang sedang dirintis menjadi ide atau proyek yang dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang memiliki prospek bisnis.

Tahapan berikutnya, Product Development. Peserta mengembangkan ide atau proyek yang telah divalidasi menjadi produk yang siap diluncurkan ke masyarakat. Terakhir, tahap Business Development. Peserta akan diberikan pelatihan untuk membangun bisnis, mengembangkan bisnis, dan pengetahuan tentang go public.

Fasilitas yang disediakan IDX Incubator untuk peserta, mulai dari ruang kerja, ruang pelatihan, ruang rapat, ruang istirahat, loker, serta akses internet.

Saat ini ada 23 startup dengan total 43 orang yang tergabung dalam IDX Incubator, setelah melalui proses seleksi dari 65 startup yang mendaftar. IDX masih membuka kesempatan untuk startup lainnya yang ingin bergabung, entah mengikuti program pelatihan saja atau sekaligus memanfaatkan co-working space.

“Kami masih memiliki 60 kursi untuk diisi, sekarang ini baru terpakai 25 kursi dari 12 startup. Kami berencana untuk buka IDX Incubator lainnya di Yogyakarta, Bandung, Bali, Semarang, Medan, yang bakal bertempat di dekat kampus,” terang Tito.

Adapun biaya yang harus dibayarkan per kepala untuk menggunakan ruangan di IDX Incubator sekaligus mendapatkan ilmu sebesar Rp600 ribu per bulannya.

Empat Cara Ampuh Agar Startup Berhasil Diakuisisi

Selain Initial Public Offering (IPO) atau Penawaran Umum Perdana Saham, salah satu impian terbesar dari sebuah startup adalah diakuisisi oleh perusahaan besar. Tidak mudah untuk startup mendapatkan kesempatan diakuisisi oleh perusahaan yang besar, kebanyakan dari startup tersebut berakhir bangkrut dan tidak bisa lagi menjalankan bisnisnya, hanya beberapa startup saja yang memiliki kesempatan dan cukup beruntung diakuisisi. Salah satu kegagalan sebuah startup diakuisisi adalah, kurang berpengalamannya pendiri startup, yang pada akhirnya membuat startup gagal untuk diakuisisi.

Artikel berikut ini akan membahas 4 cara tepat agar startup berhasil diakuisisi.

Pasarkan startup secara efektif

Akan menjadi hal yang sulit sebuah startup diakuisisi jika tidak dipasarkan dengan benar dan secara masif. Promosi dan pemasaran yang baik akan memancing perusahaan besar yang relevan untuk kemudian melirik produk yang dimiliki oleh startup Anda. Untuk itu lancarkanlah pemasaran yang efektif, hal ini akan membantu Anda menentukan perusahaan mana yang sesuai dengan kriteria Anda sebagai pemilik startup, jika pada akhirnya ditawar oleh beberapa perusahaan untuk diakuisisi.

Seperti yang telah berhasil dilakukan oleh Zite aplikasi untuk membaca berita dari Amerika Serikat, yang pada akhirnya diakuisisi oleh CNN dengan nilai $25 juta, atau Scoop platform e-book yang beroperasi di Indonesia, yang pada bulan Desember 2016 lalu diakuisisi oleh Kompas Gramedia.

Memiliki produk atau layanan yang berfungsi dengan baik

Produk yang baik dan terbukti diminati oleh pengguna hingga klien yang potensial menjadi salah satu hal yang menjadi kunci sukses sebuah akuisisi. Untuk itu pastikan produk atau layanan yang dimiliki oleh startup, telah memenuhi kriteria dari perusahaan yang tertarik untuk melakukan akuisisi. Hal sederhana bisa dilakukan dengan cara menawarkan jasa atau layanan yang dimiliki oleh perusahaan besar tersebut untuk mencoba, dan pastikan produk bekerja dengan baik. Jika perusahaan besar tersebut puas dan tertarik untuk menambah layanan sesuai dengan produk yang ada tawarkan, akan menjadi hal yang organik jika perusahaan tersebut pada akhirnya mengakuisisi startup Anda.

Contoh startup yang telah berhasil diakuisisi oleh perusahaan besar karena memiliki produk yang baik adalah, BigMachines yang diakuisisi oleh Oracle, dan AppDynamics yang diakuisisi oleh Cisco.

Perbanyak jumlah calon pembeli

Saat proses akuisisi akan dilakukan pihak pembeli biasanya akan memiliki peluang dan pilihan lebih besar, agar peluang Anda sebagai pemilik startup bisa lebih besar perluas jaringan Anda dengan pembeli dalam jumlah yang besar. Posisikan pula penawaran dan ketentuan yang ingin Anda sampaikan kepada para calon pembeli tersebut di muka untuk memperkuat proses negosiasi. Di sisi lain dengan menerapkan cara tersebut, bisa meningkatkan nilai akuisisi startup menjadi lebih besar.

Ciptakan visi yang jelas

Ketika startup pada akhirnya berhasil diakuisisi oleh perusahaan besar, artinya Anda sebagai pendiri startup harus berbagi kekuasaan dengan pemilik perusahaan yang mengakuisisi startup. Hal tersebut akan mempengaruhi kepemimpinan Anda hingga masa depan dari perusahaan dan tentunya pegawai. Untuk itu buatlah visi yang jelas dan tekankan hal tersebut kepada perusahaan yang mengakuisisi startup.