Perkuat Ekosistem Produk Finansial, Koinworks Segera Rilis “Super App” Untuk Pedagang Online

Koinworks sedang mempersiapkan super app khusus menaungi para pedagang online untuk perluas produk finansial yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing bisnis. Rencananya aplikasi tersebut akan dirilis pada kuartal kedua tahun ini.

Sebelumnya, perusahaan merilis aplikasi super app untuk para pemberi pinjaman berisi beragam fitur untuk menunjang mereka dalam mengembangkan aset dengan berinvestasi, tak hanya p2p lending (KoinP2P), ada KoinGold, juga KoinGaji, dan KoinBisnis untuk mengajukan pinjaman.

“Tahun 2020 kemarin kita banyak fokus ke super financial app untuk cari user personal, tapi secara operation kita banyak bantu UKM supaya tetap dapat akses pendanaan. Tahun ini mau menambahkan fokus ke UKM supaya mereka enggak hanya dapat lending saja, bisa menikmati fitur lainnya lewat ekosistem yang mereka butuhkan,” ucap CMO KoinWorks Jonathan Bryan dalam acara diskusi online, Rabu (20/1).

Ia mengaku optimis dengan kehadiran super app khusus UKM dapat memperkuat posisi perusahaan sebagai fintech lending pionir yang menyasar sektor pedagang online. Berbekal kekayaan historis yang dikumpulkan perusahaan, menjadi bekal penting dalam pengembangan aplikasi tersebut.

Semenjak pandemi, pergeseran transaksi dari offline ke online, membuat sektor ini menjadi primadona yang akhirnya mengubah lanskap bisnis pemain startup lending. Sebagian dari mereka awalnya hanya bermain di sektor produktif saja, atau usaha offline, kini mulai melirik para pedagang online.

Digital SME itu menjadi market yang seksi tahun ini karena bisnis online ini mengubah semuanya. Kita menjadi fintech pionir yang khusus bermain di sektor ini, banyak data yang telah kita kumpulkan menjadi bekal bagus untuk memperkuat kehadiran.”

Sepanjang tahun lalu, KoinWorks mencatatkan peningkatan peminjam dan pemberi pinjaman hingga 61% secara tahunan atau sebesar 549 ribu. Sedangkan pinjaman yang disalurkan mencapai lebih dari Rp2,5 triliun. Rata-rata kredit yang diajukan peminjam berkisar Rp200 miliar sampai Rp300 miliar per bulannya.

Rilis indeks keyakinan UKM digital

Pada saat yang bersamaan, perusahaan melakukan penelitian bertajuk “Digital SMEs Confidence Index Q4 2020” untuk memperoleh pandangan pemilik UKM tentang bagaimana mereka menghadapi lingkungan bisnis selama 2020, faktor-faktor yang memengaruhi tindakan mereka, dan pandangan terhadap bisnis setelah pandemi.

Penelitian ini dilakukan kepada 1.188 pelaku UKM digital sebagai responden dengan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, berlangsung selama Oktober-November 2020. Kebanyakan mereka bergerak di bisnis F&B (42,7%), fesyen dan aksesoris (28,9%), jasa profesional (11,5%), dan perlengkapan rumah tangga (5,6%).

Hasil yang ditemukan, pandemi mengubah perilaku dari pelanggan dan bisnis UKM ikut menerima pengaruhnya. Sebanyak 89,2% responden sepakat bahwa pandemi sangat memberikan dampak kepada bisnis mereka, baik secara positif maupun negatif. Selain itu, 33,2% responden sempat mengalami penurunan penjualan mulai dari 31%-75%.

Lebih lanjut, pandemi memaksa pelaku bisnis UKM digital untuk dapat bertahan, salah satunya melalui digitalisasi. Responden yang memanfaatkan channel penjualan di berbagai sales channel (lima channel penjualan) memilki indeks keyakinan bisnis yang jauh lebih tinggi, sekitar 2,7 dari skala 5 menerima penurunan penjualan yang lebih rendah 34,95%. Sementara, yang hanya memanfaatkan satu channel menerima penjualan yang lebih tinggi 38,96%.

“Indeks Keyakinan Bisnis sendiri mengukur ekspektasi pengusaha mengenai pendapatan bisnis saat ini, kapasitas produksi, jam kerja rata-rata, dll. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa digitalisasi dapat membuka banyak gerbang untuk pelaku UKM agar dapat mempertahankan bisnisnya. Selain itu, salah satu temuan menarik adalah terkait pembiayaan yang dinilai sebagai faktor yang paling dibutuhkan untuk mengembangkan usaha saat pandemi atau setelah pandemi berakhir.”

KoinWorks Partners with MMI to Offer Mutual Fund Investment for Investors

KoinWorks officially partners with Mandiri Investment Management (MMI) to manage the funds of lenders to be invested in the Mandiri Money Market 2 Investment Fund (MIPU 2) instrument. This collaboration runs in terms of fulfilling OJK’s provisions related to cash lender balances on a p2p lending account that may not settle for more than two days.

On this occasion, KoinWorks encourages more capital market investors in Indonesia as users through its platform. In addition, according to the company’s data, almost 70% of lenders who invest are novice investors. Their have very common knowledge of other investment instruments besides p2p lending.

In a general note, KoinWorks was previously funded by Mandiri Capital Indonesia (MCI) in Series A round.

“We have piloted this product since the end of last year, but only for a limited circle. We want to introduce mutual fund products for 400 thousand KoinWorks lenders,” KoinWorks’ Co-Founder and CEO Benedicto Haryono explained in an online press conference on Wednesday (6/10).

MMI’s President Director Alvin Pattisahusiwa added, KoinWorks was the first p2p lending partner of the company. Mutual fund products they managed have many advantages that goes in line with the profile of KoinWorks’ lenders.

Among these, they have high liquidity with T + 0 transaction time or same-day settlement. In results, the time for disbursement can be done on the same day as the day of purchase. Mutual fund products generally enforce the terms of disbursement of T + 3 or T + 7 into customer accounts.

Next, the nominal investment starts from IDR 10 thousand and yields above deposit interest. As an illustration, MIPU 2 last year gave a yield of 5.7%. “This product is very suitable to be the underlying automation of mutual funds for users,” he said.

KoinWorks’ CMO Jonathan Bryan explained further, deposited funds on the KoinWorks platform for more than two days would be automatically converted to MIPU 2 mutual funds managed by MMI, therefore, it’s not up to lenders’

In the process of opening a lender account, lenders will be facilitated by the system, therefore, they do not need to register manually.

“Whether lenders want to do the funding later, it can be directly used without having to disburse the mutual funds before. Mutual fund unit ownership automatically decreases according to the amount of funding distributed,” he explained.

Throughout this process, in terms of user experience, the lenders will not feel any difference at all with the system that previously running.

In addition to KoinWorks, another p2p lending platform already launched similar initiation is Investree. The startup collaborates with Tanamduit and Principal Asset Management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KoinWorks dan MMI Kerja Sama Tawarkan Investasi Reksa Dana untuk Pendana

KoinWorks resmi menggaet Mandiri Manajemen Investasi (MMI) untuk pengelolaan dana para pendana untuk diinvestasikan ke instrumen Reksa Dana Mandiri Investasi Pasar Uang 2 (MIPU 2). Kerja sama ini sekaligus dalam rangka memenuhi ketentuan OJK terkait saldo kas lender pada akun p2p lending yang tidak boleh mengendap lebih dari dua hari.

Dalam momentum ini, KoinWorks berupaya untuk mendorong lebih banyak investor pasar modal di Indonesia dari kalangan penggunanya melalui platform-nya. Lantaran, menurut data perusahaan, hampir 70% pendana yang berinvestasi adalah investor pemula. Pengetahuan mereka perihal instrumen investasi lainnya di luar p2p lending, masih sangat awam.

Sebagai informasi, KoinWorks sebelumnya juga didanai Mandiri Capital Indonesia (MCI) dalam putaran seri A.

“Produk ini sudah kita pilot project sejak akhir tahun lalu, tapi baru untuk kalangan terbatas saja. Kita ingin memperkenalkan produk reksa dana untuk 400 ribu lender KoinWorks,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, dalam konferensi pers secara online, Rabu (10/6).

Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa menambahkan, KoinWorks adalah mitra p2p lending pertama yang digaet oleh perusahaan. Produk reksa dana yang dikelola punya banyak kelebihan yang sejalan dengan profil para pendana di KoinWorks.

Di antaranya, punya likuiditasnya yang tinggi dengan waktu transaksi T+0 atau same day settlement. Artinya, waktu pencairan bisa dilakukan pada hari yang sama dengan hari pembelian. Produk reksa dana umumnya memberlakukan ketentuan pencairan T+3 atau T+7 masuk ke rekening nasabah.

Berikutnya, nominal investasi mulai dari Rp10 ribu dan imbal hasil di atas bunga deposito. Sebagai gambaran, MIPU 2 pada tahun lalu memberikan imbal hasil sebesar 5,7%. “Produk ini sangat cocok menjadi underlying otomatisasi reksa dana bagi pengguna,” kata dia.

CMO KoinWorks Jonathan Bryan menjelaskan lebih jauh, dana pendana yang mengendap di platform KoinWorks selama lebih dari dua hari akan secara otomatis dikonversi menjadi reksa dana MIPU 2 yang dikelola MMI, sehingga tidak bergantung pada keinginan pendana

Dalam proses pembukaan akun investor, pendana akan dipermudah oleh sistem sehingga mereka tidak perlu registrasi secara manual.

“Jika nantinya lender mau melakukan pendanaan, dana dapat langsung digunakan tanpa perlu mencairkan reksa dananya terlebih dahulu. Kepemilikan unit reksa dana secara otomatis berkurang sesuai dengan jumlah pendanaan yang dilakukan,” terangnya.

Seluruh proses ini, dilihat dari segi user experience, para pendana tidak akan merasakan adanya perbedaan sama sekali dengan sistem yang sudah berjalan sebelumnya.

Tak hanya KoinWorks, platform p2p lending lainnya yang sudah lebih dahulu merilis inisiasi ini adalah Investree. Startup tersebut menggandeng Tanamduit dan Principal Asset Management.

Application Information Will Show Up Here

Practicing the New Normal for Fintech Lending Business

The pandemic effect on most business sectors also lies in the fintech lending industry, which must prepare a number of initiatives to prevent default on its borrowers. Fintech players are required to prepare themselves for “the new normal”.

To discuss this topic, DailySocial invited CMO KoinWorks Jonathan Bryan as the speaker for the #SelasaStartup first week edition of May 2020.

KoinWorks is one of the pioneers of fintech p2p lending startups in Indonesia. In February 2020, the company announced new funding in two schemes, loans and equity with a total value of $20 million or equivalent to 316 billion Rupiah.

Here’s the summary:

Credit restructuring

Following the regulator instruction, KoinWorks also applied credit restructuring for borrowers affected by the pandemic. However, the relaxation cannot be used equally for all borrowers. Indeed, platform players cannot act like banks.

They’re positioned between borrowers and lenders. Platform players position themselves to help businesses run still and not to cause a loss for lenders.

The Borrower must present data to demonstrate the validity that the business is really affected by Covid-19. Whether it’s from a bank book report, if they are in the form of an offline business, it can show the closing store.

“The business must not end, what we build is adjusting the schedule to the borrowers by extending the tenor. It aims to ensure that the business can pay and survive,” he explained.

More selective and exploring other business potential

Jonathan continued that one of the products available at KoinWorks is loans for online sellers. This line still shows a positive trend as in the previous year.

The trend of increasing loan demand usually occurs at the beginning of the year, both when one e-commerce celebrates its anniversary, the Eid moment, and as we enter the year-end moment and national online shopping day (harbolnas).

Towards that moment, there will be a significant increase in loans about two to three months before. The seller needed loans to stock up when there’s a massive purchase.

“The increase [in loans] can be 1-2 times [year-on-year] in high season, especially during Eid. This year, we are tightening up, as giving to the most affected segments of Covid-19 such as tourism. We’ve done some mapping.”

Prepare for the new normal in fintech

When restructuring and scoring are tightened, the final step is to anticipate the second wave of the pandemic impact. From the results of the company’s internal research, Jonathan said there are many findings that can be drawn from the investment climate in various developed countries.

“In our opinion, this pandemic is to end after Eid. However, it is the second wave we feared because of its easy spread. After entering the recovery phase, there are strategies on how to be defensive and aggressive. Therefore, you have to pick the right battle for each business.”

When the recovery time is done, it’s time to return to the initial mission, which is to help SME businesses grow more aggressively. “All businesses that make it past the post-pandemic, can be sure to get up and jump for multiple times for it has passed the worst part. That is what we want to provide, it might be until the end of this year the recovery will take time,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mempersiapkan “The New Normal” untuk Bisnis Fintech Lending

Efek pandemi mendera sebagian besar sektor bisnis, turut dirasakan oleh industri fintech lending yang harus mempersiapkan sejumlah langkah preventif demi mencegah gagal bayar oleh para peminjamnya. Pemain fintech dituntut untuk bersiap diri menuju “the new normal”.

Untuk membahas topik ini, DailySocial mengundang CMO KoinWorks Jonathan Bryan sebagai pembicara untuk #SelasaStartup edisi pekan pertama Mei 2020.

KoinWorks termasuk salah satu pionir startup fintech p2p lending di Indonesia.
Pada Februari 2020, perusahaan mengumumkan pendanaan baru dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitas dengan total nilai $20 juta atau setara 316 miliar Rupiah.

Berikut ringkasannya:

Melakukan restrukturisasi kredit

Mengikuti anjuran regulator, KoinWorks juga menerapkan restrukturisasi kredit untuk bisnis peminjam yang terkena dampak pandemi. Namun, relaksasi ini tidak bisa dimanfaatkan secara merata buat semua peminjam. Dikarenakan, pemain platform tidak bisa bertindak seperti bank.

Posisi mereka ada di tengah-tengah, di antara peminjam dan pemberi pinjaman. Pemain platform memosisikan diri untuk membantu bisnis agar tetap bisa berjalan dan tidak merugikan pemberi pinjaman.

Peminjam harus menunjukkan data untuk memperlihatkan keabsahan bahwa bisnisnya benar-benar terdampak Covid-19. Entah itu dari laporan buku bank, jika mereka berupa bisnis offline bisa menunjukkan penutupan tokonya.

“Jangan sampai bisnisnya benar-benar mati, maka yang kita bangun adalah penyesuaian jadwal kepada para peminjam dengan perpanjang tenor. Itu tujuannya untuk memastikan bisnis tersebut bisa bayar dan tetap survive,” terangnya.

Lebih selektif dan cari potensi bisnis lain

Jonathan melanjutkan salah satu produk pinjaman yang tersedia di KoinWorks adalah pinjaman untuk penjual online. Lini ini masih menunjukkan tren positif seperti yang terjadi di tahun sebelumnya.

Tren kenaikan permintaan pinjaman biasanya terjadi saat awal tahun, baik itu saat salah satu e-commerce merayakan hari jadinya, momen lebaran, dan pada akhir tahun masuk ke momen akhir tahun dan harbolnas.

Menjelang momen tersebut tiba, sekitar dua sampai tiga bulan sebelumnya kenaikan pinjaman akan banyak bermunculan. Penjual pada saat itu butuh dana pinjaman untuk menyetok barang dagangannya agar aman ketika pembelian membludak.

“Kenaikannya [pinjaman] bisa 1-2 kali lipat secara yoy saat high season, terutama saat lebaran. Tahun ini kita lakukan pengetatan, misalnya tidak memberikan ke segmen yang paling terdampak Covid-19 seperti pariwisata. Ada pemetaan yang kita buat.”

Bersiap menuju “the new normal” fintech

Ketika restrukturisasi dan pengetatan scoring dilakukan, maka langkah terakhirnya adalah mengantisipasi terjadinya second wave dari dampak pandemi. Jonathan bertutur dari hasil riset internal perusahaan, banyak temuan yang bisa ditarik dari iklim investasi di berbagai negara maju.

“Menurut kita, pandemi ini selesai setelah lebaran. Tapi yang ditakutkan adalah second wave karena penyebarannya yang begitu mudah. Setelah itu baru masuk ke fase recovery, ada strategi bagaimana untuk defensif dan agresif. Jadi harus pick the right battle untuk masing-masing bisnis.”

Ketika kondisi pemulihan berhasil dilewati, maka saatnya untuk kembali ke misi awal, yakni membantu bisnis UKM tumbuh lebih agresif. “Semua bisnis yang berhasil melewati pasca pandemi, bisa dipastikan dia bisa terbang dan jump berkali-kali lipat karena sudah melewati bagian terburuknya. Itu yang mau kita bawa, mungkin sampai akhir tahun ini baru benar-benar recover,” pungkasnya.

KoinWorks Rilis Produk Pembiayaan Pendidikan dengan Tenor Maksimal 10 Tahun

Startup p2p lending KoinWorks merilis produk Dekade untuk pembiayaan perguruan tinggi dengan tenor yang dapat dicicil hingga 10 tahun. Produk tersebut merupakan turunan dari lini layanan KoinPintar yang khusus menyasar pinjaman pendidikan.

CMO KoinWorks Jonathan Bryan menjelaskan produk ini memiliki misi sosial mendorong tingkat partisipasi pelajar Indonesia dari perguruan tinggi meningkat. Biaya pendidikan menjadi salah satu pemicu penyebab tingkat partisipasi rendah.

Mengacu ke laporan BPS, kenaikan biaya pendidikan tembus 10% per tahunnya. Hal ini berdampak pada minimnya jumlah mahasiswa, menurut Kemenristekdikti baru mencapai 32,9% dari jumlah total penduduk Indonesia yang berada di usia 19-23 tahun pada akhir 2018.

“Bukan karena tidak mau kuliah, tapi karena biayanya yang tinggi. Dengan kemudahan dari Dekade, kami berharap generasi muda mampu mengambil kesempatan yang ada untuk meningkatkan daya saing serta kualitas SDM di Indonesia,” terangnya, Selasa (27/8).

Dekade merupakan pengembangan dari KoinPintar dengan peminjam bisa mencicil tagihannya sampai 10 tahun dengan bunga flat mulai dari 0,75% per bulan (9% per tahun). Adapun bentuk pinjaman bila melalui KoinPintar tenornya mulai dari 3 bulan hingga 24 bulan, dengan bunga yang sama.

KoinPintar menerima pengajuan untuk pendidikan informal mencakup lembaga kursus dan vokasi, seperti Hacktiv8, Quipper, MoneySmart, Aku Pintar, dan English First. Tersedia pula pembiayaan untuk perguruan tinggi, seperti di Binus Online Learning.

Persyaratan untuk Dekade tidak jauh berbeda. Peminjam yang berhak adalah mereka yang telah terdaftar sebagai mahasiswa dari Strata 1 ke atas. Lalu mencantumkan data pelajar, data penjamin, serta slip gaji penjaminnya. Dalam dua hari, peminjam akan diberitahu apakah aplikasi mereka diterima atau tidak.

Sementara ini, pilot project Dekade baru dimulai untuk mahasiswa yang kuliah di Pulau Jawa. Nominal pembiayaannya mulai dari Rp50 juta sampai Rp100 juta.

“Apabila kurang dari 10 tahun peminjam mau melunasi, kami berikan kesempatan tidak ada tambahan biaya sama sekali atau no early repayment fee.”

Jonathan mengaku tidak ada penanganan khusus untuk produk ini. Artinya, para pemberi pinjaman pun tetap akan menerima imbal hasil seperti umumnya berinvestasi lewat KoinWorks.

Secara keseluruhan, setiap penyaluran sudah memiliki dana cadangan untuk jaga-jaga apabila terjadi gagal bayar. Jika telat, tentunya akan ada denda yang diberikan sebesar 6% dari total tunggakan.

Bicara mengenai pencapaian KoinPintar, sejak diluncurkan pada dua tahun lalu, diklaim telah memiliki peminjam sebanyak 26 ribu orang atau 20% dari total peminjam di KoinWorks lebih dari 130 ribu orang.

Sementara, penyalurannya baru mencapai 10% dari total keseluruhan. Dihitung secara kumulatif, hingga kini KoinWorks telah menyalurkan lebih dari Rp1 triliun, dengan perkiraan penyaluran bulanan sebesar Rp200 miliar.

“Meski persentasenya kecil, namun jumlah peminjam di KoinPintar cukup besar karena rata-rata pinjamannya Rp10 juta.”

Apabila pilot project ini berlangsung sukses, pihaknya membuka kemungkinan untuk membuka cakupan peminjam di luar Pulau Jawa. Bahkan ada inisiasi diperuntukkan buat pembiayaan kuliah di luar negeri, mengingat OJK memberi batasan maksimal penyaluran di perusahaan p2p lending sebesar Rp2 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Koinworks Salurkan Pinjaman Rp150 Miliar Setiap Bulan

Platform p2p lending KoinWorks setiap bulannya mengklaim telah menyalurkan pinjaman Rp150 miliar. Pinjaman ini paling banyak disalurkan kepada pelaku usaha fesyen, elektronik, aksesoris, dan komestik.

Menurut CMO KoinWorks Jonathan Bryan, bulan suci Ramadan ini juga menjadi momen yang penting bagi KoinWorks, dilihat dari makin meningkatnya minat para borrower untuk meminjam uang. 

Saat ini KoinWorks masih menyasar segmen pasar yang terbukti makin banyak peminatnya yaitu kalangan UKM, termasuk di dalamnya penjual online shop yang memanfaatkan media sosial sebagai media promosi mereka. KoinWorks mencatat sebanyak 70% hingga 80% kontribusi dari total peminjam dari segmen tersebut.

Target hingga akhir tahun

Secara keseluruhan, jumlah investor di KoinWorks sudah melebihi angka 148 ribu. Nominal paling kecil yang bisa diinvestasikan sebesar Rp100 ribu. Sementara itu KoinWorks juga mengklaim kalangan milenial sudah mulai banyak melirik untuk kemudian menjadi investor. Sekitar 70% investor di bisnisnya berasal dari kalangan milenial dengan rentang usia 25 hingga 35 tahun.

Sementara itu jumlah penerima pinjaman (borrower) KoinWorks saat ini sebanyak 700.000 rekening. Jumlah pemberi pinjaman (lender) sebanyak 148.972 rekening. Hingga saat ini secara nominal pinjaman yang disalurkan 90% diberikan kepada modal kerja, sisanya kepada dana pendidikan.

Tahun 2019 ini KoinWorks memiliki target menyalurkan dana di angka Rp2,2 triliun. KoinWorks juga ingin menyasar segmen pasar baru yaitu pariwisata. Perusahaan sedang menguji coba penyaluran pinjaman untuk industri pariwisata. Saat ini, KoinWorks memilih pelaku UKM yang bergerak di bidang akomodasi pariwisata. Segmen usaha lainnya akan diseleksi terlebih dahulu karena belum tentu cocok dengan preferensi perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

 

Tips Menggalang Dana untuk Startup Pemula

Saat startup baru didirikan, hal yang menjadi perhatian pendiri startup adalah bagaimana caranya mendapatkan tambahan modal. Modal awal bisa dari kocek sendiri, teman, atau keluarga, tetapi ada masanya ketika perusahaan membutuhkan kapital yang lebih besar dan para pendiri mulai membidik dana dari investor. Investor yang biasanya terlibat di proses pendanaan awal bertipe venture capital (VC).

Tidak mudah bagi sebuah startup untuk bisa langsung mendapatkan tambahan modal. Di sisi lain, pihak investor juga tidak mau sembarangan memilih startup untuk diinvestasi. Ada beberapa poin yang mereka tentukan dan wajib untuk diperhatikan.

Traksi dan pertumbuhan

Salah satu cara mengetahui apakah startup sudah waktunya melakukan penggalangan dana tahapan awal adalah berdasarkan traksi dan pertumbuhan positifnya. Untuk itu pastikan startup telah memiliki traksi, telah memiliki jumlah pengguna yang cukup besar, dan tervalidasi model bisnisnya.

“Menurut kami, saat yang tepat untuk melakukan fundraising adalah pada saat startup itu terbukti menghasilkan traksi yang signifikan pertumbuhannya. Memang jika dilihat dari data permintaan yang masuk ke RenovAsik cukup lumayan yaitu bisa sekitar 5-8 permintaan yang ingin mengajukan renovasi setiap harinya, namun banyak kendala dari klien yang masih menjadi pekerjaan rumah besar kami untuk bisa disolusikan sampai tuntas, sehingga akan lebih banyak project deal yang bisa kami dapatkan,” kata Founder & Chief Strategy Officer RenovAsik Indra Setiawan.

Ketika traksi sudah mulai diperoleh, hindari memberikan informasi yang kurang akurat kepada calon investor. Jangan ditambahkan secara sengaja guna menarik perhatian mereka. Berikan informasi yang benar, sesuai dengan traksi yang memang sudah didapatkan.

Hal ini, menurut Analyst East Ventures Devina Zhang, bisa diketahui secara langsung oleh investor saat proses due diligence, ketika semua data akan dipelajari. Jadi hindari mengembangkan angka-angka karena investor pada akhirnya akan mengetahuinya.

“Jangan pernah memberikan informasi yang tidak benar soal pertumbuhan dan traksi startup. Ceritakan prestasi dan pencapaian yang telah diraih oleh startup. Informasikan juga kegagalan yang telah terjadi, dengan demikian investor mengetahui dengan benar kondisi startup,” kata CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Tentukan dana yang dibutuhkan

Hal lain yang wajib diperhatikan adalah menentukan sejak awal berapa jumlah dana yang dibutuhkan startup untuk mulai menjalankan bisnis. Meskipun banyak startup memulai usaha secara bootstrap, ketika produk mulai berkembang dan traksi sudah cukup besar, tambahan kapital dengan nominal yang besar mungkin diperlukan oleh startup. Untuk itu tentukan berapa jumlah uang yang diperlukan, untuk apa saja dana tersebut digunakan, dan berapa lama dana tersebut bisa disimpan.

VC seperti East Ventures tidak memiliki formula yang pasti untuk kalkulasi pemberian dana dan pembagian saham startup. Semua tergantung dari beberapa faktor, seperti jumlah dana yang diinginkan startup, performa startup, dan proyeksi masa depan. Saham yang kemudian didapatkan perusahaan akan diklaim tergantung kesepakatan dengan startup terkait.

Sementara bagi Venturra Discovery, normal dilution untuk putaran pendanaan awal biasanya akan diambil sekitar 20-25% untuk setiap startup.

“Semuanya memiliki harga, hanya saja berapa harga yang menjadi masalah. Penting untuk memahami harapan [baik dari Anda dan investor]. Jumlahnya harus masuk akal dan menunjukkan nilai pendiri, gagasan, bagaimana Anda dapat menghasilkan uang bagi investor,” kata Co-Founder & Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe.

Tentukan investor yang tepat

Kehadiran berbagai VC lokal dan asing yang makin bertambah membuat proses penggalangan dana seharusnya lebih mudah. Namun demikian, demi sinergi masa depan yang lebih lancar, pilih investor seperti apa yang memang relevan dengan model bisnis dan tentunya cocok dengan Anda sebagai pendiri startup. Sangat penting untuk melakukan riset, mengumpulkan informasi, hingga melakukan pertemuan secara informal dengan investor yang relevan.

“Pelajari perbedaan-perbedaan dari investor dan coba pahami apa yang mereka inginkan dalam portofolio / investasi mereka. Pahami juga profil individual dari VC yang disasar, terutama GP (General Partners). Temukan kesamaan atau kepentingan bersama antara Anda (dan perusahaan Anda) dan investor yang Anda tuju,” kata Jefrey.

Buatlah daftar investor yang akan ditemui, termasuk rincian sebanyak mungkin tentang investor tertentu (perusahaan, lokasi, dan jumlah investasi). Nantinya akan terlihat investor yang relevan berdasarkan investment size, investment stage, pengalaman di industri perusahaan, begitu juga lingkup geografi mereka.

“Ada banyak cara untuk menjangkau investor, cara terbaik adalah melalui perkenalan dengan seseorang yang diketahui investor. Jika tidak, Anda selalu dapat menjangkau investor melalui situs mereka, atau bahkan Linkedin,” kata Partner Venturra Discovery Raditya Pramana.

Menurut Jefrey, cobalah menjalin perkenalan di awal dengan baik secara langsung. Hindari penggunaan email atau langsung menghubungi melalui telepon.

“VC menerima ratusan proposal / pitch deck setiap bulannya dan salah satu cara terbaik untuk unggul [stand out] di antara tumpukan tersebut adalah dengan cara diperkenalkan oleh orang yang kenal dengan GP atau tim dari VC tersebut. Referral is always a good way to be prioritized.”

Presentasi dan “elevator pitch”

Saat pertemuan sudah dijadwalkan, proses selanjutnya adalah presentasi atau yang biasa disebut dengan “pitching“. Secara umum, Anda akan diminta mempresentasikan materi yang berisi gambaran umum dasar perusahaan (produk, tinjauan industri, ukuran pasar, dan lainnya).

Deck ini akan menjadi buku panduan pendiri startup untuk memandu investor melalui pertemuan pertama, jadi buatlah dek tersebut secara terstruktur, sederhana namun kaya akan detail penting yang ingin Anda tonjolkan.

“Kami sangat percaya akan motto ‘founder first’, yang berarti bahwa pendiri startup yang baik tentunya akan menghasilkan produk yang baik, juga mempertimbangkan potensi pasar. Dengan demikian, pendiri yang memiliki latar belakang dan keahlian yang tepat memiliki poin bonus,” kata Devina.

Penting bagi startup menyiapkan bahan, proposal, hingga materi presentasi saat pitching berlangsung. Menurut Chairman dan Pendiri Gorry Holdings William Susilo, pastikan mempersiapkan pitch deck yang mudah dibaca, termasuk masalah apa yang sedang diselesaikan. Hal-hal utama harus mencakup seberapa mendesak masalah tersebut, ukuran pasar, model bisnis, model pendapatan, produk, alokasi dana, daya tarik dan profil pendiri.

“Persiapkan dengan lengkap traksi bisnis. Pastikan hal tersebut sejalan dengan persyaratan setiap tahap investasi. Misalnya MVP tidak cukup untuk pendanaan Seri A, sementara itu mungkin cukup untuk putaran seed,” kata William.

Menurut Raditya,saat pitching berlangsung sebaiknya pendiri startup tidak bersikap defensif ketika investor mengajukan pertanyaan sulit. Jangan ragu untuk memperlakukan sesi pitching seperti percakapan kasual. Semua pertanyaan yang diajukan investor mengenai perusahaan Anda seharusnya bisa dijawab.

“Walaupun startup Anda baru jalan tiga bulan misalnya, dengan data kami bisa melihat apakah founder mempunyai kemampuan eksekusi bisnis yang mumpuni. Banyak juga hal lain juga yang harus diperhatikan, seperti kemampuan founder, market size, product building capability, executional capability, dan lainnya,” kata Raditya.

Quipper dan KoinWorks Tawarkan Pembiayaan Pendidikan Hingga Rp2 Miliar

Bertujuan mengakomodasi lebih banyak pelajar di Indonesia yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Quipper, perusahaan teknologi pendidikan, menjalin kerja sama strategis dengan penyedia layanan investasi dan meminjam uang KoinWorks. Kolaborasi ini memberikan kesempatan kepada siswa SMA dan mahasiswa mendapatkan konsultasi dan skema pembiayaan untuk pendidikan lanjutan dari KoinWorks.

KoinWorks melalui layanan KoinPintar memberikan pembiayaan kepada pengguna yang ingin mendapatkan pendidikan lanjutan, kelas pelatihan hingga short course dengan memanfaatkan pinjaman dengan skema peer-to-peer lending (P2P). Dengan menggandeng Quipper yang selama ini fokus sebagai platform edtech di Indonesia, KoinWorks menargetkan lebih banyak borrower yang bergabung dengan KoinWorks.

“Sejak berdiri hingga saat ini, KoinWorks sudah memiliki 100 ribu lender atau yang biasa kami sebut dengan investor dan 3 ribu borrower. Melalui kerja sama ini kami menawarkan pinjaman biaya pendidikan hingga Rp2 miliar,” kata CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Untuk memastikan pembiayaan tersebut berjalan dengan lancar tanpa adanya penipuan, KoinWorks menerapkan proses assessment kepada calon borrower dan kampus yang dipilih, memanfaatkan teknologi machine learning dan artificial intelligence (AI).

KoinWorks juga menjalin relasi dan memberikan edukasi kepada universitas, lembaga pendidikan swasta dan negeri, tentang skema pembiayaan pendidikan yang dimilikinya.

“Sebelum menjalin kerja sama strategis dengan Quipper, KoinWorks juga sudah memiliki hubungan baik dengan kampus dan lembaga pendidikan lainnya. Sehingga memudahkan calon borrower untuk menentukan kampus atau lembaga pendidikan yang ideal untuk mereka,” kata Jonathan.

Untuk menjamin dana tersebut digunakan dengan benar, bagi borrower yang lolos verifikasi dan berhak mendapatkan pinjaman, dana akan ditransfer langsung ke kampus atau lembaga pendidikan yang dipilih. Dengan demikian dana tersebut sampai kepada pihak yang benar tanpa adanya fraud.

“Selain itu kami juga memberikan kemudahan proses pendaftaran yang semua dilakukan secara online untuk calon borrower dengan proses approval sekitar 2-3 hari saja,” kata Jonathan.

Rekomendasi universitas dan lembaga pendidikan Quipper

Saat ini layanan Quipper telah digunakan lebih dari 5 juta siswa dengan 350 ribu guru di seluruh Indonesia. Quipper juga telah mengunjungi lebih dari 3 ribu sekolah di 33 provinsi dan direkomendasikan oleh dinas provinsi, kabupaten dan nasional.

Melalui kerja sama ini, Quipper akan memberikan rekomendasi kepada calon borrower KoinWorks, universitas mana yang bisa diajukan biaya pendidikan.

“Intinya adalah kampus atau lembaga pendidikan tersebut terakreditasi dan jelas eksistensinya secara hukum. Kami tidak akan merekomendasikan kampus yang tidak jelas dan akan hilang secara mendadak keberadaannya,” kata Head of PR & Marketing Quipper Indonesia Tri Nuraini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kiat KoinWorks Mitigasi Risiko Gagal Bayar

Tahun ini industri fintech makin ramai dengan berbagai perbincangan. Salah satunya yang cukup viral adalah penyalahgunaan data konsumen untuk penagihan utang dilakukan oleh RupiahPlus menjadi pelajaran berharga untuk semua pemain fintech lending di Indonesia.

Yang ditonjolkan dari kejadian ini adalah bagaimana kedua belah pihak mengedepankan unsur kepercayaan, baik itu dalam menagih utang, maupun menggunakan data pribadi konsumen. Menariknya layanan peminjaman online mengklaim NPL-nya sangat rendah. Bagaimana sebenarnya cara fintech lending melindungi konsumen? KoinWorks punya jawaban terkait hal ini.

Mitigasi risiko dilakukan baik untuk pendana maupun investor, mengingat KoinWorks hanya fokus memberi pinjaman dana untuk pengusaha UKM online.  Artinya proses awal hingga akhir diselesaikan secara online. Bila tidak ada kebutuhan mendesak, bahkan verifikasi ke toko fisik pun tidak dilakukan.

Oleh karena itu, data yang diambil perusahaan untuk credit scoring secara keseluruhan adalah data digital dengan metode scoring yang berbeda. Lebih menekankan pemanfaatan teknologi yang bisa menggantikan cara konvensional biasa dilakukan oleh bank. Ambil contoh, data online penjualan di platform marketplace yang mereka pakai, riwayat browser, media sosial, dan sebagainya. Seluruh data tersebut diracik untuk menentukan kualitas kredit yang terbagi dari grade A sampai E.

“Kita ambil datanya beda dengan apa yang bisa dilakukan bank, makanya memanfaatkan penuh data digital yang tersebar untuk credit scoring. Terlebih, ada moral hazard apabila UKM online gagal bayar, karena kabar bisa tersebar secara cepat yang tentunya akan mengganggu flow bisnis,” terang CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Terhitung saat ini KoinWorks memiliki 85 ribu pendana dan dua ribu peminjam sejak pertama kali berdiri pada 2016.

Sektor produktif lebih aman

Konsekuensinya karena menggunakan data digital, perusahaan lebih ketat dalam menyaring setiap pengajuan yang masuk. Jonathan mengungkapkan, hingga kini perusahaan telah menerima setidaknya 20 ribu aplikasi, namun yang lolos sekitar dua ribu.

“Karena metode scoring kami berbeda dan sangat hati-hati, jadi apabila ada UKM yang dapat grade E, itu bukan berarti mereka jelek secara pembukuan, mereka pasti bisa bayar tapi ada faktor lain yang membuat grade mereka bisa dapat itu. Grade E di kami itu artinya masih bagus dan layak untuk didanai.”

Secara siklus penyaluran pinjaman, karena fokus ke UKM online saja maka ada pola yang rutin terjadi setiap tahunnya. Siklus pengajuan pinjaman bakal ramai saat acara besar seperti Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), momen Lebaran, dan perayaan ulang tahun masing-masing platform e-commerce. Dalam momen tersebut pengusaha perlu produksi dalam jumlah ekstra untuk investaris, makanya dalam dua sampai tiga bulan sebelum perhelatan digelar mereka mulai persiapan dengan ramai-ramai mengajukan pinjaman.

Ketika dana sudah cair, dana langsung dipakai untuk kegiatan usaha tanpa tercampur untuk kebutuhan pribadi. Setelah momen tersebut sudah dilewati, tren yang biasa terjadi adalah mereka langsung melunasi semua hutangnya sebelum jatuh tempo. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan saat mengajukan pinjaman di bank.

“Saat peak time, jumlah pinjaman bisa naik antara 20-30 kali dibanding hari biasa. Itu sudah jadi tren buat UKM online. Saat momen sudah lewat, mereka langsung melunasi, lalu top up lagi. Sekitar 70% dari total peminjam kami itu adalah repetitive borrower.”

Karena alurnya yang sudah rutin terjadi ini, membuat penyaluran kredit ke sektor produktif jauh lebih aman dan berkualitas ketimbang sektor konsumtif. Diklaim KoinWorks dapat menjaga laju kredit macet sampai ke level 0,39%.

Buat dana proteksi

Tak hanya mitigasi risiko untuk peminjam, sambung Jonathan, KoinWorks juga memberlakukan mitigasi ke para pendana. Minimal dana yang bisa diinvestasikan untuk tiap investor sebesar Rp100 ribu. Ini dimaksudkan sebagai ajang untuk memperkenalkan alternatif investasi ke platform p2p lending. Oleh karena itu pihak KoinWorks rutin mengedukasi kepada pendana untuk mendiversifikasikan dananya ke berbagai usaha UKM di berbagai grade. Bisa juga memilih ke KoinPintar untuk bantu pelajar melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.

Sebagai cara perlindungan ke pendana, KoinWorks secara khusus menyediakan dana proteksi yang diambil sekitar 30% dari total pendapatan yang diperolehnya. Bila diibaratkan ini seperti cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang rutin dilakukan bank dalam mengantisipasi terjadinya kredit macet. Sehingga jika ada kredit macet, KoinWorks bisa menggantikan uang pendana.

“Makanya untuk setiap pendana yang baru mulai investasi di p2p lending, selalu kami beri arahan untuk diversifikasi portofolionya. Kami juga menyiapkan dana proteksi yang diambil dari revenue buat melindungi pendana dari risiko.”

Selain itu, KoinWorks beserta pemain p2p lending lainnya didorong oleh OJK untuk membuat semacam rencana pemulihan atau recovery plan dalam menangkal krisis apabila terjadi risiko yang tidak diinginkan terjadi. Hal ini juga sudah diberlakukan dalam bank. Peraturan untuk membuat rekening bersama (escrow account) demi melindungi uang pendana.

“OJK cukup advance dalam melindungi industri p2p lending. Intensi mereka sangat baik, ingin jaga industri ini tetap aman dan bisa berlangsung dalam jangka waktu lama. Malah kita setiap bulannya dipantau untuk mengirimkan kinerja bisnis, dipanggil rapat apabila ada info terbaru, dan sebagainya,” pungkasnya.