BNI Lirik Implementasi Blockchain untuk Pendataan Bantuan Sosial

Teknologi blockchain bisa membantu efisiensi dan transparansi transaksi. PT Bank Negera Indonesia (BNI) mulai melirik untuk memanfaatkan blockchain untuk pendataan bantuan sosial. Meskipun demikian, adopsi dan implementasinya masih perlu kajian yang panjang.

Disampaikan AVP Testing, IT Solution & Security Division Bank BNI Indra Gunawan, penggunaan blockchain akan mampu membuat proses pendataan bantuan lebih efisien.

“Nanti, ketika menggunakan blockchain, data akan bisa dikendalikan masing-masing bank penyalur bantuan sosial. Lalu, semua bank bisa turut serta menyalurkan karena sekarang yang bisa baru empat bank,” ujarnya seperti dikutip dari Katadata.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui Analis Senior Deputi Komisioner Perbankan IV OJK Roberto Akyuwen, menyatakan bahwa implementasi blockchain oleh industri keuangan tidak memerlukan regulasi khusus. Teknologi blockchain tidak bersentuhan langsung dengan nasabah. Teknologi ini digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas kinerja internal perbankan dan juga lembaga keuangan lainnya.

Kadin dukung implementasi blockchain

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), sebagai induk asosiasi pengusaha Indonesia, merekomendasikan Indonesia untuk melakukan pengembangan dan implementasi blockchain secara lebih luas.

“Kadin mengharapkan pada 2020, teknologi blockchain sudah menjadi teknologi yang bersifat generally accepted di Indonesia,” terang Wakil Ketua Umum Kadin Rico Rustombi di ajang Blockchain Application and Economic Forum 2018.

Beberapa rekomendasi Kadin antara lain mengharapkan pemerintah untuk secara aktif melakukan penyusunan regulasi terkait teknologi blockchain, sehingga para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lain mendapatkan kepastian hukum dari penerapan teknologi tersebut.

Rekomendasi kedua adalah pemerintah segera mengambil inisiatif untuk implementasi teknologi blockchain dalam sektor pelayanan publik sehingga meningkatkan transparansi, kecepatan, dan akurasi dalam melayani masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya Kadin dan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) diharapkan bisa lebih efektif melakukan advokasi dan edukasi tentang blockchain secara luas untuk mempercepat pemahaman dan penerimaan masyarakat dan menjadi mitra pemerintah dalam penyusunan regulasi.

Rekomendasi terakhir adalah mengharapkan dunia usaha untuk lebih aktif dalam mengeksplorasi dan menerapkan teknologi blockchain untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing dan tetap relevan di tengah tantangan bisnis global.

Peresmian Indonesia Blockchain Hub Jadi Langkah Awal Percepat Pertumbuhan Blockchain

Untuk mendukung percepatan pertumbuhan teknologi blockchain di Indonesia, KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), Asosiasi Blockchain Indonesia, Bekraf, dan HARA meresmikan Indonesia Blockchain Hub, sebuah wadah untuk menampung pegiat blockchain di Indonesia maupun global untuk saling berbagi dan belajar pengalaman.

Selain untuk belajar, wadah ini juga menyediakan tempat pelatihan dan coworking space sehingga pada akhirnya dapat menciptakan talenta baru yang mahir di bidang blockchain dapat menyajikan ide baru untuk solusi berbasis blockchain. Indonesia Blockchain Hub ini terletak di kantor HARA, di kawasan Senopati, Jakarta.

“Kita ingin mendedikasikan tempat ini untuk tempat berkumpul orang-orang yang ingin belajar soal blockchain. Ke depannya bakal rutin diadakan meetup. Kami telah adakan meetup mendatangkan narasumber dari Taiwan dan Jepang,” terang Founder dan CEO HARA Regi Wahyu, Kamis (16/8).

Supervisory Board KADIN Yos Ginting menambahkan selama ini pemahaman orang Indonesia terhadap teknologi blockchain masih bisa dikatakan cukup awam. Ada yang menyamakan blockchain dengan bitcoin atau cryptocurrency. Pengetahuan yang kurang soal aplikasi blockchain untuk mengatasi tantangan yang menyangkut data, transaksi, keamanan, dan lain-lain.

“Hub ini bisa mendukung ekosistem blockchain untuk diaplikasikan secara nyata, seperti HARA lakukan. Bisa memberikan solusi baru yang selama ini belum dimungkinkan,” ujar Yos.

Masih sama-sama belajar

Lantaran pengetahuan orang Indonesia yang masih mendasar ini, menurut Regi, berdampak pada masih dasarnya fitur-fitur yang sudah diimplementasikan oleh berbagai industri. Namun baginya, hal ini justru bisa menjadi momen yang tepat untuk Indonesia bisa menjadi terdepan dalam implementasi blockchain.

Pasalnya, dunia saat ini berada di tahap yang sama terkait perkembangan blockchain. Setiap negara masih belajar, belum ada benchmark yang pas untuk dijadikan sebagai acuan dalam membuat regulasi. Satu-satunya negara yang terdepan dalam hal ini adalah Singapura.

Regi mencontohkan, salah satu bank yang sudah memanfaatkan blockchian adalah BNI. Bank ini meminta bantuan dari HARA untuk mendapatkan informasi tentang calon debitur dari kalangan petani dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

HARA kini memiliki 5 ribu data petani, 1.000 di antaranya mendapatkan pinjaman KUR dari BNI. Diklaim dengan blockchain ini, BNI melihat tingkat pengembalian kredit yang lebih lancar dibandingkan sebelumnya.

“Dari proyek kami dengan BNI, disebutkan pengembalian kredit dari para petani yang sudah menerima KUR cukup lancar. Tentunya ini jadi penyemangat kami untuk mengembangkan teknologi blockchain secara lebih advance.”

Di Korea Selatan, meski negara ini cukup maju dalam hal teknologi. Namun pemerintahnya juga masih belajar soal blockchain. Hal ini diterangkan oleh CCO Yello Digital Mobile Jonathan Lee. Dia menceritakan bahwa 55% transaksi perdagangan cryptocurrency di dunia itu berasal dari Negeri Gingseng tersebut.

Tingginya minat masyarakat Korea Selatan terhadap crypto, menurutnya disebabkan karena peredaran gosip orang tiba-tiba jadi kaya raya berkembang secara mouth-to-mouth.

“Hampir semua orang Korea tiba-tiba jadi familiar dengan crypto, apalagi didukung oleh penetrasi internet yang begitu baik dan fasilitas perbankan yang sudah maju jadi beberapa faktor penyebabnya,” terang Lee.

Yos Ginting menambahkan, “Karena keahlian kita yang sama dengan yang di luar negeri, diharapkan ke depannya masyarakat bisa lebih melihat manfaat yang dibawa blockchain daripada bahas teknologinya saja.”

IoT dan AI Dinilai Akan Menjadi Landasan Kuat Inovasi Teknologi di Indonesia

IDX Incubator kembali mengadakan sesi diskusi teknologi dan startup untuk kali kedua. Di sesi ini, program inkubasi yang diusung PT Bursa Efek Indonesia tersebut mengusung tema “Technology vs Humanity”. Dalam diskusi ini dihadirkan dua narasumber, yakni Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Kevin Wu dan Managing Director Samsung R&D Indonesia Alfred Boediman.

Diawali dengan pemaparan oleh Alfred yang menggaris bawahi bahwa kemunculan startup digital cukup memberikan warna baru untuk industri teknologi di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan inovasi produk. Yang saat ini mulai tercetus dan berkembang salah satunya Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Alfred meyakini bahwa kedua hal tersebut akan menjadi signifikan ke depannya, karena menjadi fondasi utama smart-things, seperti smart city, smart home, smart transportation dan bidang lainnya.

Memang, jika melihat perkembangan teknologi saat ini arahnya sudah ke sana. Sebut saja startup seperti Nodeflux, produknya yang menggabungkan kapabilitas IoT dengan AI kini mampu melengkapi perangkat CCTV yang dipasang di area perkotaan menjadi lebih “hidup” –dalam artian tidak sekedar merekam gambar, namun memberikan analisis secara real-time. Kemudian contoh juga ada Atnic, startup ini memfokuskan layanan IoT yang membantu peternak udang untuk meningkatkan produksinya melalui pendekatan teknologi.

Namun inovasi sendiri dinilai selalu bertahap, dari proses riset, pengembangan hingga implementasi secara masif. Yang jelas semua harus diawali dari penerimaan baik oleh pengguna. Di Indonesia dapat diindikasikan adanya penerimaan baik terhadap inovasi teknologi, Alfred mencontohkan dengan hadirnya berbagai layanan online yang ada saat ini.

“Banyak aktivitas masyarakat kini bergantung pada layanan online, seperti layanan on-demand atau e-commerce, yang terbukti mampu memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas masyarakat. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa teknologi bersifat mendukung, bukan mengubah total aktivitas yang sudah ada,” terang Alfred.

Kevin turut menambahkan, bahwa salah satu pangkal inovasi teknologi ada di tangan startup digital. Untuk itu menjadi salah satu urgensi berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan startup digital di Indonesia. Kevin juga menerangkan, melihat penetrasi yang ada saat ini ia meyakini bahwa startup akan terus bertumbuh. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memastikan startup tidak stagnan di fase awal –bisa scale up di level yang lebih tinggi—dapat melakukan 3C, yakni Connecting, Collaborating dan Contributing.

Produk AI juga menjadi salah satu tren yang ada saat ini di Indonesia. Teknologi ini digadang-gadang mampu menggantikan beberapa peran manusia dengan sistem yang lebih otomatis. Komputer mampu merespons kebutuhan pengguna layaknya ketika mereka dilayani oleh petugas manusia. Lantas apakah nantinya teknologi ini akan benar-benar menjadikan robot-robot yang sangat cerdas layaknya manusia? Menurut Kevin tidak, secanggih apa pun peran manusia tidak bisa digantikan secara penuh.

“Semakin canggihnya teknologi ke depan tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi manusia yang menciptakan data dan sistem teknologinya secara langsung,” ujar Kevin.

Dari sisi pemanfaatannya kedua pemateri meyakini bahwa AI akan memberikan banyak dampak baik. Kecerdasan untuk teknologi sangat penting, untuk memaksimalkan penggunaannya.

“Tren teknologi AI akan mengalami perubahan besar mendukung kegiatan manusia di sektor tertentu. Ke depannya juga akan banyak pertimbangan yang perlu dianalisis bisnis, ketika ingin menggantikan peran manusia menjadi sepenuhnya teknologi,” ujar Alfred.

Dukung Startup Indonesia, Bekraf dan Kadin Sosialisasikan Program Karya Merah Putih

Hari ini Bekraf dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mengumumkan sosialisasi program kerja bersama yang bernama Karya Merah Putih. Program kerja yang ditujukan kepada startup berbasis digital lokal ini diharapkan bisa menjembatani permasalahan yang kerap dihadapi oleh para pelaku startup saat ini. Kepada media, Kepala Bekraf Triawan Munaf menyebutkan berbeda dengan badan atau lembaga yang telah hadir saat ini, Karya Merah Putih memiliki agenda yang lebih luas untuk mendukung ekosistem startup terutama para pelakunya di Indonesia.

“Saat ini sudah banyak startup lokal yang mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan startup asing yang hadir di Indonesia. Dengan bergabungnya startup lokal tersebut dalam Karya Merah Putih, bisa membantu mengembangkan bisnis sekaligus mendukung para pelaku startup lokal.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir pelaku startup yang sudah memiliki nama besar di tanah air, di antaranya Wiliam Tanuwijaya dari Tokopedia, Hadi Wenas dari MatahariMall, Muhamad Fadjrin Rasyid dari Bukalapak, Jonathan Sudharta dari Halodoc, Monica Oudang dari Go-Jek, Dannis Muhammad dari Traveloka, dan Stephanie Hardjo dari Ruangguru.

Di hadapan jajaran petinggi Bekraf hingga Kadin, para pelaku startup tersebut mengungkapkan suka dukanya selama menjalankan bisnis startup di Indonesia.

“Dari pengalaman saya mengembangkan bisnis di negara Asia Tenggara lainnya seperti di Thailand dan Vietnam, saya melihat pemerintah negara tersebut mendorong eksistensi startup lokal di negara tersebut. Saya berharap Karya Merah Putih bisa menerapkan perhatian tersebut kepada kami pelaku startup Indonesia,” kata Dannis.

Dukungan pemerintah dan persoalan regulasi juga disebutkan pelaku startup lokal lainnya dalam kesempatan tersebut. Salah satunya adalah dari Go-Jek dan Ruangguru. Jajaran manajemen dari dua startup lokal tersebut mengungkapkan perubahan yang kerap terjadi dalam hal regulasi di pemerintah kota dan daerah, hingga belum mengertinya fungsi dan peranan disruptive innovation, menjadi kendala tersendiri bagi startup menjalankan bisnisnya setiap hari.

“Saya melihat hanya sebagian kecil orang-orang di pemkot dan pemda yang mengerti dengan benar apa itu aplikasi, startup dan bagaimana bisnis digital menjalankan kegiatan setiap hari. Sehingga masih sulit bagi kami untuk menjalankan bisnis di pelosok desa dengan minimnya dukungan dan pemahaman dari orang-orang tersebut,” kata Monica.

Menjembatani pelaku startup lokal dengan pemerintah

Selain regulasi dan tantangan lainnya, permasalahan yang kerap dihadapi oleh pelaku startup saat ini adalah masalah perpajakan hingga kompetisi yang sulit dengan startup dan perusahaan teknologi asing, sehingga makin menyulitkan startup lokal yang baru maupun yang besar. Salah satu alasan dibentuknya kerja sama Kadin dan Bekraf dalam program Karya Merah Putih ini agar bisa membantu startup lokal bergabung dalam suatu wadah, dalam hal ini semua startup yang berbasis digital dan dimiliki oleh orang Indonesia asli.

Prioritas Karya Merah Putih adalah memberikan masukan kepada pemerintah untuk mengurangi beban pajak para pelaku startup lokal. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani menegaskan rencana tersebut.

“Tentunya tidak mudah untuk bisa mewujudkan rencana tersebut, namun saat ini melalui Karya Merah Putih hal tersebut menjadi prioritas kami untuk mendukung startup lokal membangun bisnisnya.”

Ditambahkan Rosan, bukan hanya mengurangi beban pajak startup lokal, namun ke depannya Kadin juga ingin memberikan masukan kepada Menteri Keuangan untuk membebaskan pajak kepada startup baru agar bisa lebih baik menjalankan bisnisnya. Nantinya jika startup tersebut mulai tumbuh dan mendapatkan profit yang stabil, baru akan disesuaikan pembayaran pajak yang wajib dibayar.

“Dengan demikian startup bisa bernafas sedikit lebih longgar dan tentunya bisa fokus dalam hal mengembangkan bisnis dengan baik,” kata Rosan.

Di sisi lain, Kadin dan Bekraf juga akan terus mendorong pemerintah untuk bisa mempertegas perusahaan teknologi, startup hingga layanan e-commerce asing untuk membayarkan beban pajak mereka kepada pemerintah Indonesia.

“Perlu disesuaikan juga biaya pajak yang dikenakan kepada mereka. Jangan hanya pajak gaji pegawai saja namun juga bisnis lain yang sudah sangat menguntungkan bagi mereka selama menjalankan bisnis di Indonesia.”

Target Karya Merah Putih

Meskipun masih dalam tahap sosialisasi, ke depannya program Karya Merah Putih diharapkan bisa merangkul lebih banyak startup lokal dalam hal pembinaan riset, edukasi dan pengembangan kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran dan fasilitasi hak kekayaan intelektual dan regulasi juga hubungan antar lembaga wilayah.

Proses pendaftaran dan kurasi nantinya akan dilakukan Kadin yang dipimpin oleh Patrick Walujo. Ia bakal memimpin untuk mengumpulkan melalui proses kurasi semua startup yang berbasis digital.

“Proses kurasi tersebut adalah tahap awal kami. Nantinya jika memang sesuai dengan kriteria, startup yang memiliki potensi akan mendapatkan bimbingan hingga pendanaan dari Karya Merah Putih,” tutup Patrick.

Kadin Prediksikan Investasi Fintech Indonesia Capai $8 Miliar Pada 2018

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memprediksikan investasi di sektor industri financial technology (fintech) dapat mencapai $8 miliar atau sekitar 105 triliun Rupiah pada 2018. Asumsi itu dibuat dari data yang didapat Kadin pada 2008 dan 2013.

Rosan P. Roeslani, Ketua Umum Kadin, mengatakan pada 2008 investasi di fintech mencapai US$900 juta, kemudian meningkat tiga kali lipat di 2013 menjadi $3 miliar.

“Sehingga kami perkirakan jumlahnya bisa meningkat lebih tajam jadi $8 miliar di 2018,” ujarnya di sela-sela acara Indonesia Fintech Festival & Conference (IFFC) 2016.

Akan tetapi, untuk mencapai angka tersebut perlu diiringi oleh membaiknya ekosistem pendukung. Mulai dari regulasi, komunitas, pendanaan, hingga perilaku dan budaya masyarakat yang bisa mendukung pertumbuhan fintech.

“Seluruh faktor tersebut menjadi tidak terpisahkan. Kami percaya industri ini akan tumbuh berkembang di kemudian hari. Penyesuaian terhadap regulasi pun ini tergolong normal, mengingat industri fintech masih cukup muda.”

Seperti diketahui, sudah banyak perusahaan fintech Indonesia yang lahir dalam beberapa tahun belakangan dan mulai mendapat traksi dan pendanaan yang signifikan.

Beberapa waktu yang lalu, Modalku mengumumkan pendanaan baru dari Sequoia India sebesar $10 juta. Investree juga mendapatkan investasi Seri A dari modal ventura lokal Kejora.

Sebagai perbandingan, Kadin mencatat jumlah konsumen fintech di Afrika tumbuh dua kali lipat menjadi 101,3 juta dari sebelumnya 57,8 juta di 2012. Amerika Utara kini memiliki 90,7 juta pengguna, sementara Eropa sebesar 64 juta.

Amerika Latin tumbuh 162% dari segi pengguna, sementara Timur Tengah tumbuh hingga 300%. Untuk kawasan Asia Pasifik, jumlah investasi naik lima kali lipat jadi 2,7 miliar pada kuartal pertama 2016 dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Semarak “Indonesia Fintech Festival & Conference 2016” di Hari Pertama (UPDATED)

Hari ini (29/8), “Indonesia Fintech Festival & Conference 2016” (IFFC 2016) yang menjadi ajang terbesar bagi industri keuangan dan teknologi di Indonesia resmi dimulai. Festival akbar yang berlangsung selama dua hari ini terlaksana atas kerja sama antara OJK dan Kadin. IFFC 2016 sendiri diharapkan bisa menginspirasi anak muda Indonesia dengan passion di bidang keuangan dan teknologi untuk turun menjadi entrepreneur di industri fintech dan bersama-sama meningkatkan inklusi finansial Indonesia.

IFFC 2016 merupakan festival akbar pertama untuk industri fintech di Indonesia hasil kerja sama antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Festival akbar ini digelar selama mulai dari 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention & Exhibition (ICE), BSD Tangerang, Banten, dan menjadi wadah yang mepertemukan seluruh stakeholder industri keuangan Indonesia. Mulai dari regulator, institusi keuangan swasta, investor, startup, asosiasi industri, hingga kalangan akademis.

Ketua Kadin Rosan Roeslani ketika membuka IFFC 2016 / DailySocial
Ketua Kadin Rosan Roeslani ketika membuka IFFC 2016 / DailySocial

Di hari pertama, IFFC 2016 dibuka oleh Ketua Kadin Rolan Roeslani dan Ketua OJK Muliaman Hadad. Rosan menyampaikan bahwa objektif utama dari ajang ini adalah untuk mendukung fintech dalam meningkatkan efisiensi inklusi finansial di Indonesia. Selain menjadi ajang konferensi, IFFC 2016 juga menjadi ajang pameran berbagai layanan digital yang bergerak di bidang keuangan mulai dari perbankan hingga startup, kompetisi startup, hingga sesi speed dating startup.

Sementara itu Muliaman menyampaikan bahwa fintech dalam beberapa dekade ini telah berkembang dan berevolusi. Mulai dari hanya sekedar layanan kartu kredit dan ATM hingga kini yang sudah bersinggungan dengan mobile melalui perangkat smartphone yang memungkinkan kapitalisasi informasi sebagai asset strategis yang dapat dipertukarkan. Di fase inilah muncul banyaknya layanan jasa keuangan untuk masyarakat umum yang baru seperti crowdfunding dan juga P2P lending.

Muliaman mengatakan, “Saya ingin kita berlomba-lomba memanfaatkan momentum ini sebagik mungkin untuk mendorong kontribusi industri fintech untuk pengingkatan inklusi keuangan masyarakat dan juga mendorong lebih efisiennya layanan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.”

“Besar harapan saya acara ini dapat menginsiparasi generasi muda kita yang memiliki passion besar di bidang teknologi informasi dan jasa keungan untuk terjun menjadi entrepreneur muda dan membangun startup fintech Indonesia yang tidak kalah dengan pemain-pemain internasional,” lanjutnya.

Pemanfaatan teknologi di industri jasa keuangan seharusnya dapat memberikan nilai tambah dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan keuangan yang lebih baik dan mudah. Keberadaan fintech sendiri akan jadi nilai tambah dalam meningkatkan akses keuangan dan kemandirian masyarakat terhadap finansial dan bisa menjadi langkah awal pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Suasana dalam ruang pameran IFFC 2016 / DailySocial
Suasana dalam ruang pameran IFFC 2016 / DailySocial

Bersamaan dengan digelarnya IFFC 2016 hari pertama, Investree yang merupakan startup fintech lokal juga melakukan penandatanganan kerja sama strategis dengan Bank Danamon. Kerja sama ini berupa fasilitas automatic payment dan automatic posting atau yang dikenal dengan host-to-host service. Kerja sama dengan pihak Danamon sendiri sebenarnya sudah disinggung oleh Investree sejak bulan Maret silam.

IFFC 2016 akan digelar selama dua hari. Di hari kedua, 30 Agustus 2016, acara akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan ditutup oleh Ratu Belanda Queen Maxima. Bila di hari pertama agenda IFFC 2016 diisi oleh Startup Competition, Startup Mentoring, dan Speed Dating, maka di hari kedua rangkaian acara akan diisi oleh konferensi dengan tema Fintech Empowering SME, Digital Currencies, dan Funding.

Update: Kami menambahkan informasi penandatanganan kerja sama antara Investree dan Bank Danamon


Disclosure: DailySocial adalah salah satu anggota komite Indonesia Fintech Festival & Conference 2016

OJK dan Kadin Siap Gelar “Indonesia Fintech Festival & Conference 2016”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Kamar Dagang & Industri (Kadin) siap menggelar rangkaian acara Indonesia Fintech Festival & Conference 2016 (IFFC). Festival fintech terbesar pertama di Indonesia tersebut akan digelar pada 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention & Exhibition (ICE), BSD Tangerang, Banten. Diharapkan, ke depannya festival fintech ini juga bisa menjadi ajang tahunan yang dapat melahirkan para startup baru di bidang fintech.

Deputi Komisioner Pengawasan IKNB II OJK Dumoly F. Pardede mengatakan, “Festival ini merupakan kegiatan OJK dan Kadin [untuk] menanggapi tuntutan dari masyarakat [terhadap fintech]. […] Oleh karena itu OJK bersama dengan Kadin mengambil peranan untuk mempromosikan fintech di Indonesia [melalui IFFC 2016].”

[Baca juga: Indonesia Fintech Festival and Conference 2016, Wadah Memajukan Potensi Industri Keuangan dan Teknologi]

Fintech di Indonesia akan menjadi suatu media atau instrumen baru yang akan berhadapan dengan tuntutan masyarakat, sehingga masyarakat bisa mengakses sektor keuangan lebih murah, mudah, hemat, dan cepat,” lanjutnya.

Selain konferensi, acara yang akan digelar selama dua hari ini juga akan menggelar Startup competition, Startup Mentoring, dan Speed Dating. Dumoli sendiri berharap ajang akbar fintech ini ke depannya bisa menjadi ajang tahunan dan bisa melahirkan banyak startup baru di bidang fintech.

[Baca juga: OJK akan Gandeng Pelaku Fintech untuk Susun Regulasi]

Di sisi lain, terlepas dari rangakain acara yang ada, festival ini juga bertujuan untuk menghasilkan white paper yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun draft regulasi untuk industri fintech yang rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun 2016.

Kepala Badan Inovasi Teknologi Startup Kadin Patrick Walujo mengatakan, “Diharapkan dengan adanya kegiatan IFFC 2016 ini, di mana pihak regulator, pemodal, dan pemain startup baik pemula maupun yang lama, bisa berkumpul dan bertukar pikiran. Suatu saat kami berharap bisa melahirkan juara-juara baru di bidang fintech yang merupakan perusahaan Indonesia. Itu salah satu tujuan kami di IFFC 2016.”

[Baca juga: Startup Competition dan Speed Dating Jadi Bagian Rangkaian Indonesia Fintech Festival and Conference 2016]

IFFC 2016 akan digelar selama dua hari, mulai dari tanggal 29 Agustus 2016-30 Agustus 2016 di ICE BSD Tangerang, Banten. Agenda di hari pertama akan lebih menitikberatkan pada rangkaian acara Startup Competition, Startup Mentoring, dan Speed Dating. Sedangkan hari kedua IFFC 2016 akan diisi oleh konferensi dengan tema Fintech Empowering SME, Digital Currencies, dan Funding.

Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan untuk memberikan opening remarks di hari kedua dan Ratu Belanda Queen Maksima dijadwalkan untuk memberikan closing remarks dalam IFFC 2016. Queen Maksima sendiri hadir sebagai perwakilan United Nation bagi Financial Inclusion.

Disclosure: DailySocial adalah salah satu anggota komite Indonesia Fintech Festival 2016

ehalal Hadirkan Katalog E-Commerce Produk Halal Malaysia dan Indonesia

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) secara resmi telah mendaftarkan produk halal buatan Indonesia dalam portal e-commerce asal Malaysia ehalal. Berbeda dengan Aladdin Street marketplace Malaysia yang sebelumnya diberitakan akan melakukan ekspansi ke Indonesia, ehalal merupakan katalog yang berisikan ragam produk halal dari Indonesia dan Malaysia yang bisa dijual. Nantinya semua mitra yang bergabung dan telah diverifikasi akan terdaftar dalam portal ehalal dengan tautan langsung ke situs terkait.

Saat ini sudah ada 12 e-commerce Malaysia yang bergabung dengan ehalal dan menawarkan kanal khusus di masing-masing situs dengan pilihan khusus produk halal. Diharapkan dengan dukungan langsung dari Kadin, penjual online hingga e-commerce asal Indonesia bisa turut bergabung dan menjual produk halal di portal ehalal.

“Tercatat produk halal memberikan kontribusi sekitar 11% dari total keseluruhan produk di dunia, sekitar 67% merupakan produk makanan dan minuman dan 22% adalah produk farmasi hingga produk kecantikan,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Telematika, Penyiaran dan Ristek Ilham Habibie kepada Asiaone.

Disertai sertifikat resmi MUI

Selain menampilkan daftar lengkap e-commerce yang menjual produk lokal dan telah terverifikasi, rencananya untuk menambah penyaringan produk, ehalal juga akan menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan memberikan sertfikat halal kepada mitra yang bergabung dengan ehalal.

Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Utama Halal Industry Development Corporation (HDC) Malaysia Dato Seri Jamil Bidin:

“Nantinya kami akan bekerja sama dengan MUI dan melakukan proses penyaringan produk dengan memanfaatkan database halal yang telah dimiliki oleh MUI untuk kemudian menjadi rekomendasi produk di ehalal.”

Selama ini MUI merupakan lembaga yang memberikan sertifikat kepada semua produk makanan, minuman, obat-obatan hingga kecantikan di Indonesia. Dengan sertfikat tersebut menjadi kepastian yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menjual produk. Dalam hal ini ehalal akan menggunakan sertifikat halal tersebut dan konsumen bisa melihat langsung sertifikat halal yang telah dikeluarkan oleh MUI dalam halaman produk ehalal.

Selain produk asal Malaysia dan Indonesia, nantinya Halal Industry Development Corporation (HDC) Malaysia akan melakukan perjalanan bisnis ke negara lainnya seperti Thailand, Australia, Jepang dan Eropa. Pada bulan Agustus dan September, perjalanan tersebut dilancarkan untuk menambah jumlah mitra di portal katalog e-commerce ehalal.

Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 Siap Digelar!

Sebagai salah satu negara dengan potensi pasar unbanked yang luar biasa, Indonesia menjadi sasaran banyak pebisnis fintech baik dari dalam maupun luar negeri. Data dari Bank Mandiri tahun 2015 mengatakan total pemilik rekening di Indonesia hanya sekitar 60 juta orang dari total populasi penduduk di Indonesia yang berkisar 250 juta jiwa.

Berdasarkan data ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kamar Dagang Indonesia & Industri (KADIN) bekerjasama dengan beberapa rekanan mengadakan konferensi, eksibisi dan festival bertemakan fintech pertama di Indonesia yang dinamakan Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 (IFFC 2016). Bertempat di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, IFFC 2016 bertujuan untuk menjadi ajang kolaborasi antar semua stakeholder fintech mulai dari korporasi-korporasi keuangan, akademisi, asosiasi, regulator dan juga startup-startup fintech yang makin menjamur di Indonesia.

Acara bergengsi ini akan diadakan pada tanggal 29 – 30 Agustus 2016 dan akan dibuka oleh Bapak Presiden RI Joko Widodo, serta akan menghadirkan beberapa jajaran pengambil keputusan dari korporasi perbankan & finansial serta institusi pemerintahan selaku regulator. Hanya dengan Rp. 100 ribu, para audiens akan dimanjakan dengan pembicara-pembicara yang dengan senang hati berbagi dengan para audiens.

Startup competition

Tidak hanya konferensi, IFFC 2016 juga memberikan fokus tersendiri untuk startup-startup fintech yang ingin bersaing untuk mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di panggung utama di hadapan juri terpilih. Kompetisi ini bertujuan untuk dapat memfasilitasi pitching yang dilakukan oleh pelaku e-commerce dengan para investor maupun pihak-pihak terkait lainnya.

Informasi lebih lanjut mengenai kompetisi, silahkan baca di situs resmi IFFC 2016.

Speed dating

Speed Dating merupakan salah satu event dari IFFC 2016 yang bertujuan untuk mem- pertemukan pelaku industri e-commerce dengan para ahli dalam rangka berkonsultasi dan berdiskusi. Dengan adanya speed dating ini, diharapkan makin banyak entrepreneur muda yang terbantuk validasi ide dari para pakar baik dari latar belakang penjualan, pemodal, maupun founder.

Informasi lebih lanjut mengenai speed dating, silahkan baca di situs resmi IFFC 2016.

Writing competition

Lomba menulis artikel merupakan salah satu event dari rangkaian kegiatan IFFC 2016 sebagai bentuk persembahan penyelenggara untuk mencerdaskan bangsa dengan pengetahuan terkait bidang industri terbaru yakni Financial Technology. Lomba ini dibuka untuk umum sehingga semua orang dapat menyalurkan ide, pengetahuan, dan kemampuannya untuk berpartisipasi dalam IFFC 2016.

Tema yang dipilih untuk Lomba Menulis Artikel IFFC 2016 adalah Financial Technology. Pemenang Lomba Menulis Artikel IFFC 2016 akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai dengan total 26 juta rupiah, trophy, dan sertifikat, serta tulisannya akan dipublikasikan di dalam website IFFC 2016.

Informasi lebih lanjut mengenai kompetisi menulis, silahkan baca di situs resmi IFFC 2016.

Disclosure: DailySocial adalah salah satu anggota komite dari Indonesia Fintech Festival 2016.

AMVI Jalin Kemitraan dengan Kadin, Upayakan Perkembangan Ekosistem Startup

Seperti diketahui bersama, di Indonesia saat ini memiliki lebih dari satu asosiasi yang mewadahi modal ventura. Salah satunya adalah Asosiasi Modal Ventura Indonesia atau yang lebih dikenal dengan AMVI. Baru-baru ini AMVI dikabarkan telah menjalin kerja sama dengan Komite Tetap Modal Ventura KADIN untuk mendukung pengembangan ekosistem entrepreneur  dan bisnis startup di Indonesia.

Ketua AMVI Andi Buchari yang juga Direktur Utama PT Bahana Artha Ventura berharap dengan terjalinnya kerja sama ini busa menumbuhkan ekosistem startup dan juga akan berimbas pas pertumbuhan ekonomi yang semakin kondusif.

“Segenap anggota AMVI dan perusahaan modal ventura (PMV) siap mendukung dan bekerja sama dengan usaha-usaha rintisan di seluruh pelosok Nusantara, sejalan dengan visi Presiden untuk menumbuhkan ribuan technopreneur di Indonesia,” ujar Andi.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua Komite Tetap Modal Ventura Kadin Indonesia Uriep B. Prasetyo. Uriep mengungkapkan bahwa Kadin akan terus mendorong kerja sama dalam bidang entrepenuer dan pengembangan startup di Indonesia, baik dalam peningkatan edukasi maupun solusi pembiayaan dengan pihak terkait terutama perusahaan modal ventura (PMV).

“Kadin Modal Ventura dan AMVI juga akan mempercepat program sertifikasi profesi agar perusahaan modal ventura di Indonesia memiliki SDM yang mampu dan menguasai model pembiayaan modal ventura,” ungkap Uriep.

Berikut poin-poin kerja sama yang disepakati keduanya :

  1. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad menumbuh kembangkan dan membangun ekosistem entrepreneur dan startup dengan pemberian fasilitas pembiayaan dan bimbingan usaha kepada pelaku usaha untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas yang berdaya saing serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
  2. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad melakukan langkah-langkah aliansi strategis yang diperlukan untuk membangun dan mengembangkan ekosistem entrepreneur dan startup di Indonesia, meningkatkan aksesibilitas pembiayaan dan pembinaan sebaik-baiknya.
  3. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuh kembangkan entrepreneur dan startup serta industri kreatif melalui program edukasi dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia.