Menteri Transportasi Malaysia Isyaratkan Penjajakan Gojek Masuk Ke Negaranya

Rumor Gojek masuk ke Malaysia kembali berhembus. Kali ini berkat statement yang dikeluarkan Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke. Petinggi Gojek dikabarkan sudah menemui Loke dan menunjukkan ketertarikannya terhadap pasar Malaysia.

“Saya bilang negara kita terbuka untuk investasi asing. Jika mereka ingin membuka perusahaan di sini, mereka boleh melakukannya. Saya dengar mereka sedang dalam proses mendirikan perusahaan di sini,” ujar Loke dikutip dari MalayMail.

Kendati demikian, Loke mengingatkan bahwa Malaysia memiliki peraturan untuk operator ride hailing. Ia tidak melihat adanya masalah untuk Gojek masuk ke Malaysia untuk beroperasi dan meramaikan persaingan. Hanya saja Loke menolak menjelaskan sejauh mana proses atau perkembangan Gojek di Malaysia.

Rumor mengenai ekspansi ke Malaysia sebenarnya sudah tersiar sejak akhir tahun 2018 silam. Gojek kala itu langsung tancap gas ekspansi ke empat negara di Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina (saat ini masih terganjal regulasi).

Semenjak mengakuisisi Uber di Asia Tenggara beberapa tahun lalu praktis peta persaingan bisnis Grab di Malaysia berkurang. Meski bukan menjadi satu-satunya layanan ride hailing di sana, Grab menunjukkan laju perkembangan yang sulit dikejar para pesaingnya.

Masuknya Gojek tentu akan meramaikan persaingan, tapi sejauh ini Gojek selalu menampik rumor rencana ekspansi ke Malaysia. Yang terakhir, di bulan Februari silam, VP Corporate Affairs Gojek Michael Say menyebutkan bahwa pihaknya masih fokus di empat negara di Asia Tenggara yang sudah diumumkan sebelumnya.

“Belum ada. Fokusnya kita emang kemarin di empat negara yang sudah kita umumkan sebelumnya,” ujar Say.

Application Information Will Show Up Here

Analis: 60 Persen Gamer di Asia Tenggara Punya Minat Tinggi Terhadap Esports

Teknologi memang memegang peranan penting dalam perkembangan industri gaming, namun pertumbuhannya di negara-negara berkembang diujungtombaki oleh esports. Begitu berpengaruhnya ranah olahraga elektronik, brand dari berbagai bidang (tidak selalu gaming) kini berlomba-lomba untuk terlibat di sana. Namun pertanyaan yang mungkin membuat kita penasaran ialah, memang seberapa besar signifikansi esports?

Jawabanya terungkap di dalam laporan Niko Partners belum lama ini. Firma analis itu mengungkapkan bahwa hampir dua pertiga penikmat video game di Asia Tenggara dan sekitarnya memiliki animo tinggi terhadap esports. Data tersebut merupakan hasil studi Niko Partners di kawasan Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam serta Taiwan. Dan mereka yang berjiwa kompetitif biasanya berusia belia.

Penyelidikan Niko menyingkap bagaimana pemain di negara-negara ini terbagi menjadi tujuh kategori: competitive arena gamer, fantasy arena gamer, arena gamer, strategist, skill master, casual challenger and story socialiser. Saya belum mengetahui secara pasti kriteria seseorang bisa masuk dalam salah satu kelompok tersebut, tapi saya menerka ‘strategist‘ ialah mereka yang menyukai permainan strategi, dan ‘arena’ berkaitan dengan segmen kompetitif.

Niko Partners menjelaskan, tiga kategori gamer arena punya ketertarikan tinggi terhadap esports. Dan meskipun hanya tiga dari tujuh, saat semuanya dijumlahkan, mereka menguasai 60 persen pangsa pasar gaming. Menilik lebih jauh, kelompok competitive arena gamer di area Greater Southeast Asia ternyata mengambil potongan terbesar di 42 persen. Kalangan ini diisi oleh pemain di rentang usia antara 12 sampai 23 tahun.

Ada satu info yang mungkin bisa berguna bagi publisher dan developer: competitive arena gamer adalah kalangan yang paling banyak berbelanja produk terkait gaming. Para pemain di PC rata-rata menghabiskan uang US$ 15,8 per bulan, sedangkan gamer mobile mengeluarkan modal rata-rata US$ 10,1 sebulan.

Studi Niko Partners juga memaparkan sejumlah fakta unik lain:

  • Segmen fantasy arena gamer didominasi oleh perempuan, sedangkan di kelompok arena gamer, populasi kaum Hawa paling sedikit. Mereka bermain karena didorong oleh perpaduan antara keinginan berkompetisi serta bersosialisasi.
  • Casual challenger adalah kalangan gamer terbesar kedua, umumnya berusia 36 tahun atau lebih. Uniknya, mereka punya semangat bersaing yang tinggi seperti competitive arena gamer.
  • Kelompok skill masters diisi oleh gamer berumur 24 tahun ke atas.
  • Story socialiser mayoritas bermain di beberapa platform game berbeda.
  • Strategist sebagian besar adalah gamer PC.

Managing director Niko Partners Lisa Cosmas Hanson menyampaikan bahwa para gamer di Asia Tenggara dan Taiwan termotivasi oleh aspek-aspek seperti kompetisi, tantangan, serta keinginan menyelesaikan tugas dan berkomunitas. Keempat hal tersebut pula-lah yang menjadi nilai-nilai esensial dari esports. Menurut Hanson, inilah alasannya mengapa ranah gaming profesional tumbuh pesat di sana.

Via Games Industry.

Kick off in 2019, Prasetia Dwidharma Pours Investment to Startups from Singapore and Malaysia

Starting of 2019, the local investor Prasetia Dwidharma participated in two startup funding. First, the series A funding for Pixibo, a Singapore-based startup focused on developing “customer experience” platform for fashion e-commerce.

Today (1/17), Malaysia-based B2B marketplace platform, Dropee, announces seed funding led by Vynn Capital. Prasetia Dwidharma also participate in this round worth of Rp4.8 billion.

Prasetia Dwidharma is a venture capital founded in 2008 by Arya Setiadharma and Ardi Setiadharma. Both are known to run contractor companies in the telecommunications infrastructure.

The Jakarta-based venture capital started their investment in digital startup per 2013, focused on Southeast Asia’s market – although some startups aren’t. They claim to have more than 60 startup portfolios, some local startups invested on include, HipCar, Pomona, Nodeflux, Ride Jakarta, and Ekrut.

Post Funding, Pixibo plans to uses additional funding for product development and partnership expansion. In the funding release announced a partnership with Indonesian sportswear retailers, MAP Active. Both are to collaborate in delivering footwear product recommendation platform for sport.

Pixibo products for fashion commerce
Pixibo products for fashion commerce

Dropee aims to expand the market to make more SMEs using its digital procurement. Expansion is to be focused on domestic and regional area. What’s interesting is their main focus to provide services for SMEs in rural areas.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Awali 2019, Prasetia Dwidharma Kucurkan Investasi untuk Startup Asal Singapura dan Malaysia

Mengawali tahun 2019, investor lokal Prasetia Dwidharma berpartisipasi dalam pendanaan dua startup. Pertama pada pendanaan seri A untuk Pixibo, startup asal Singapura yang fokus kembangkan platform “customer experience” untuk e-commerce di bidang fesyen.

Sementara hari ini (17/1), platform B2B marketplace asal Malaysia, Dropee, mengumumkan putaran pendanaan awal (seed round) yang dipimpin Vynn Capital. Prasetia Dwidharma turut terlibat dalam pendanaan yang bernilai Rp4,8 miliar tersebut.

Prasetia Dwidharma merupakan venture capital yang didirikan pada tahun 2008 oleh Arya Setiadharma dan Ardi Setiadharma. Keduanya dikenal menjalankan perusahaan kontraktor di bidang infrastruktur telekomunikasi.

Pemodal ventura berbasis di Jakarta ini memulai investasi di startup digital per 2013, fokusnya di pasar Asia Tenggara — kendati ada beberapa startup di luar Asia Tenggara yang turut diberi pendanaan. Pihaknya mengklaim telah memiliki lebih dari 60 portofolio startup, beberapa startup lokal yang diinvestasi termasuk HipCar, Pomona, Nodeflux, Ride Jakarta, dan Ekrut.

Untuk Pixibo, pasca pendanaan, pihaknya berencana menggunakan tambahan modal untuk pengembangan produk dan perluasan kemitraan. Salah satu kemitraan yang turut diumumkan dalam rilis pendanaan ialah bersama peritel pakaian olahraga Indonesia, MAP Active. keduanya akan berkolaborasi melahirkan platform rekomendasi produk alas kaki untuk berolahraga.

Pixibo
Produk yang disajikan Pixibo untuk fashion commerce

Dropee berambisi melakukan ekspansi pasar untuk menyasar lebih banyak UKM yang memanfaatkan layanan pengadaan digital miliknya. Ekspansi akan difokuskan untuk wilayah domestik dan regional. Yang menarik, salah satu fokus utama mereka menghadirkan layanan untuk UKM di wilayah rural.

MailTarget Resmi Ekspansi ke Malaysia

Layanan otomasi email pemasaran MailTarget resmi memperluas operasional ke Malaysia. Kehadiran MailTarget di sana berkat kerja sama dengan perusahaan asal Malaysia, PowerE2E Malaysia. Nantinya di Malaysia akan ada tim penjualan dan dukungan pengguna untuk membantu pelanggan-pelanggan yang ada.

“Beberapa waktu lalu saya dikenalkan oleh perusahaan Malaysia, PowerE2E Malaysia. Mereka juga merupakan perusahaan SaaS yang bergerak di supply chain software. Pembicaraan tentang potensi marketing software di Malaysia kemudian berlanjut ke tahap kerja sama,” ujar Founder & CEO MailTarget, Yopie Suryadi.

Rencana MailTarget untuk ekspansi sebenarnya sudah mulai diceritakan Yopie sejak Mei lalu ketika dihubungi oleh DailySocial. Selain Malaysia, MailTarget juga menargetkan masuk ke pasar Singapura, dua negara Asia Tenggara yang dinilai cocok untuk layanan email marketing.

“Karena partner kami juga bergerak di bidang SaaS, maka kami akan mulai dari apa yang kami punya dulu. Dengan track record dari industri ritel yang bagus, kami optimis dengan target revenue dari industri ritel di Malaysia,” imbuh Yopie.

Yopie juga menjelaskan bahwa proses ekspansi MailTarget saat ini tidak membutuhkan set-up atau persiapan yang rumit. Selain MailTarget yang memang sudah didesain sebagai layanan global, mereka juga memiliki sales partner di Malaysia.

“Proses ekspansi tidak memerlukan set-up yang rumit untuk MailTarget. Kami cukup mempunyai sales partner di negara yang kami tuju dan setelah pembicaraan menemukan kecocokan. Jadi ya learning by doing di sini. Per minggu lalu [MailTarget] sudah melakukan kegiatan operasional. Kami juga terbuka dengan kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan negara lain,” imbuh Yopie.

Di Malaysia MailTarget berencana akan membangun tim yang solid untuk bisa mengoptimalkan potensi pasar yang ada. Sedangkan dukungan yang bersifat teknis akan tetap diberikan dari Indonesia.

Situs Pemesanan Bunga Malaysia “Flower Chimp” Hadir di Indonesia

Pada tanggal 15 Agustus 2018 lalu, startup pengembang platform online untuk memesan bunga asal Malaysia bernama Flower Chimp mengumumkan putaran pendanaan tahap awal (seed round). Nilainya sebesar 6 juta Ringgit (setara dengan 21.3 miliar Rupiah) yang didapat dari Asia Venture Group (AVG), sebuah perusahaan investasi yang juga menyuntikkan dananya ke iMoney, Happy Fresh, dan iPrice.

Salah satu tindakan yang dilakukan pasca investasi adalah melakukan ekspansi di Asia Tenggara. Beberapa negara yang akan dijadikan tujuan utama adalah Indonesia, Singapura, dan Filipina. Prosesnya akan dimulai pada Agustus 2018, ditargetkan rampung di seluruh negara tujuan pada akhir tahun 2019. Untuk menanyakan detail ekspansi di Indonesia, DailySocial menghubungi Co-Founder & COO Flower Chimp Niklas Frassa.

Niklas menginformasikan bahwa Flower Chimp sudah menghadirkan layanan di Indonesia. Salah satunya ditandai dengan peluncuran situs flowerchimp.co.id. Tidak hanya itu, saat ini proses bisnis juga sudah mulai berjalan, termasuk layanan pemesanan, pembayaran, dan logistik.

“Kami telah memiliki staf layanan pelanggan di Indonesia, termasuk menunjuk staf untuk mengelola dan mendukung mitra lokal di Indonesia,” ujar Niklas.

Flower Chimp menilai Indonesia adalah pasar yang sangat strategis. Pihaknya memiliki pandangan positif mengenai pertumbuhan gifting e-commerce. Keyakinan tersebut turut didukung dari pengelaman Niklas yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Operation Manager untuk Zalora Indonesia.

Co-Founder Flower Chimp Niklas Frassa dan Maximilian Lotz / Flower Chimp
Co-Founder Flower Chimp Niklas Frassa dan Maximilian Lotz / Flower Chimp

“Saya tahu betapa hebatnya Indonesia sebagai pasar (e-commerce) yang terus berkembang dan betapa ramah masyarakat menyambutnya. Faktor tersebut memberikan kami kepercayaan besar di pasar,” lanjut Niklas.

Untuk memastikan operasional berjalan baik, Flower Chimp menggandeng mitra strategis dalam pemenuhan produk bunga dan kegiatan pemasaran. Tidak disebutkan pedagang mana saja yang sudah digandeng, yang jelas sudah mulai tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Tahun ini capaian yang ingin diraih ialah peningkatan traksi harian untuk pemesanan produk yang dijajakan di Flower Chimp. Selain itu, pihaknya akan terus berinovasi menghadirkan desain dan kategori produk hadiah yang relevan untuk pangsa pasar. Tak lupa pihaknya juga berencana membawa tim khusus untuk fokus pada bisnis di Indonesia.

“Pada saat yang sama, kami melakukan riset pasar kami untuk datang dengan produk-produk baru dan promosi secara teratur untuk menarik pelanggan kami untuk kembali menemukan apa yang mereka cari,” ungkap Niklas.

Flower Chimp menyajikan layanan pemesanan dan pengiriman berbagai kado bunga. Mulai berbentuk karangan bunga, buket, keranjang dan lainnya. Pun demikian untuk dipersembahkan di berbagai momen, mulai dari pernikahan, wisuda, hari kasih sayang dan sebagainya. Tapi Flower Chimp bukan layanan pemesanan bunga pertama yang ada di Indonesia, sebelumnya sudah ada FlowerAdvisor dan beberapa situs lain dari pemilik bisnis bunga.

Gambaran situs Flower Chimp di Indonesia
Gambaran situs Flower Chimp di Indonesia

“Kami adalah perusahaan yang berbasis di Malaysia, tetapi kami ingin memberikan pengalaman pelanggan yang terlokalisir sepenuhnya. Itu sebabnya saat ini mitra sangat berguna bagi kami untuk memfasilitasi dan membantu mengembangkan pasar dan jaringan bisnis,” pungkas Niklas.

Yacademy “Rebranding” Jadi Edvance

Sebelumnya dikenal dengan nama Yacademy, platform edukasi digital ini melakukan rebranding dengan nama baru Edvance. Kepada DailySocial, CEO dan Founder Edvance Arne Van Looveren mengungkapkan, rebranding yang akan final minggu depan ini juga disertai pembaruan tampilan situs.

“Konsep yang diusung oleh Edvance adalah menyediakan kursus interaktif secara end-to-end untuk penggiat startup. Edvance juga menilai dan mensertifikasi individu dengan mekanisme penilaian yang kredibel untuk memajukan karir mereka di dunia digital.”

Dalam kesempatan tersebut, Edvance dan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), kembali memperkenalkan startup Malaysia lulusan program EXPAND Indonesia edisi ketiga. Enam startup tersebut tidak hanya memperoleh pengetahuan dan informasi untuk menjalankan bisnis di Indonesia, namun juga kesempatan bertemu langsung dengan startup lokal dan investor.

“Dari kegiatan tersebut sudah ada beberapa startup yang bakal melakukan kolaborasi dan kemitraan dengan startup di Indonesia,” kata Arne.

Tiga topik menarik yang dipelajari enam startup tersebut di antaranya adalah, macro framework, investment climate, dan consumer insight. Selain itu para pemilik startup Malaysia tersebut juga diarahkan untuk memahami consumer behavior dan lanskap bisnis di Indonesia.

“Indonesia selama ini sudah menjadi pasar terbesar bagi startup asing untuk melakukan ekspansi. Mulai dari jumlah populasi yang besar hingga tingginya penetrasi internet dan smartphone di kalangan masyarakat,” kata Arne.

Lulusan EXPAND edisi ketiga

Berikut adalah enam startup asal Malaysia yang berencana untuk melakukan ekspansi di Indonesia, lulusan program EXPAND Indonesia edisi ketiga.

Innovate Mental Arithmetic

Innovate adalah organisasi pendidikan dan pengembangan otak anak-anak. Platform ini berencana melakukan kolaborasi dengan partner di Indonesia menyediakan program belajar matematika dengan konsep khusus. Selain secara offline, Innovate juga menyediakan platform online untuk murid di tujuh negara yang sudah disambangi oleh Innovate, termasuk Indonesia.

SalesCandy

SalesCandy adalah LMS (lead management system) berbasis pada sales first-action untuk mendorong tindak lanjut yang cepat. SalesCandy mampu mengarahkan prospek langsung dari Facebook Lead Ads dan situs web menggunakan teknologi eksklusif.

Monster Alliance

Monster Alliance adalah perusahaan teknologi yang mengkhususkan pada media, data dan perdagangan. Platform mereka, MOpress, adalah platform yang memberikan kemudahan dalam menulis konten online semudah menulis email, dengan fitur tambahan yang tersedia, MOpres bisa mengoptimalkan konten dengan bantuan advanced analytic tools.

Travelog

Travelog adalah social marketplace untuk berbagai destinasi travel. Travelog memungkinkan traveler, influencer, dan blogger membuat komunitas sosial untuk berbagi pengalaman perjalanan mereka.

Epnox Technology

Epnox adalah perusahaan teknologi media sosial melalui aplikasi yang disebut Pichere. Pichere adalah aplikasi jejaring sosial yang disebut merupakan kombinasi waze, Instagram, dan Snapchat dengan time-based advertisement.

Billplz

Billplz adalah layanan bagi merchant untuk membayar dengan biaya serendah mungkin. Billplz menyediakan solusi penagihan dan pembayaran online secara real-time.

Gamer Malaysia Jadi Saksi Peresmian MSI Concept Store Terbesar di Dunia

Berbeda dari gerai retail biasa, concept store dikhususkan pada satu brand dan bukan cuma berfungsi sebagai lokasi penjualan. Di sana, pengelola betul-betul fokus untuk memberikan pengalaman, dan mempersilakan calon konsumen buat mencoba langsung produk mereka. Dan berbicara soal concept store gaming, Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara yang paling beruntung.

MSI CS 21

MSI CS 35

Setelah cukup lama jadi buah bibir di kalangan gamer karena memang sulit merahasiakan agenda besar mereka dari publik, Micro-Star International akhirnya meresmikan concept store gaming pertamanya di Kuala Lumpur, sekaligus menjadi gerai retail MSI terbesar di dunia. Hadirnya flagship store ini secara langsung menunjukkan kepercayaan diri sang produsen hardware asal Taiwan sebagai brand gaming favorit gamer.

MSI CS 20

Silakan berkunjung ke Bukit Bintang Park, dan Anda akan menemukan pemandangan unik. Tepat diujung persimpangan, berdiri sebuah bangunan dua lantai yang terlihat sangat kontras dari lingkungan sekitarnya. Desainnya merepresentasikan hampir segala tema yang disajikan oleh produk-produk MSI: mengusung latar belakang warna hitam dengan pilar-pilar merah menyala, dikemas dalam rancangan asimetris.

MSI CS 8

MSI CS 13

Lapangnya pintu utama beserta jendela kaca berukuran lebar yang mendominasi bangunan ini memberi kesan terbuka dan mengundang pengunjung untuk datang. Anda bisa melihat segala aktivitas yang ada di sana dari luar – dan kesibukan para gamer tampak lebih menonjol lagi ketika matahari terbenam dan cahaya-cahaya artifisial menyala dari dalam.

MSI CS 22

MSI CS 10

Memang tidak menutup kemungkinan MSI akan membuka gerai berkonsep serupa di wilayah-wilayah lain, namun rasanya sulit menyamai pencapaian concept store pertama di Malaysia tersebut. Gerai ini menempati area paling strategis di Kuala Lumpur: berada di tengah-tengah pusat lifestyle, IT center (Plaza Low Yat) serta area turisme. Pejalan kaki, pengunjung kafe, bahkan para pengendara mobil yang melewati hotel The Federal Kuala Lumpur akan segera melihatnya.

MSI CS 9

MSI CS 28

Dibukanya MSI Concept Store Malaysia adalah sebuah bentuk apresiasi dari perusahaan hardware gaming terhadap pencapaian para gamer profesional di negara itu selama lima tahun ke belakang, sehingga memicu munculnya lebih banyak individu berprestasi.

MSI CS 17

MSI CS 14

Dalam sambutan singkatnya, global marketing director Sam Chen menyampaikan, “Merupakan sebuah kebahagiaan bagi saya menyambut Anda semua di peresmian ini. Pembukaan MSI Concept Store Malaysia ini jadi lebih meriah berkat kehadiran para partner. MSI sangat bangga melihat antusiasme serta kegembiraan para gamer terhadap inovasi yang kami tawarkan ini, khususnya di Malaysia.”

MSI CS 30

Dalam sesi tanya jawab, tim MSI menjelaskan pada saya bahwa alasan mereka memutuskan untuk mendirikan flagship store terbesar di Malaysia ialah karena MSI melihat tingginya dukungan pemerintah terhadap eSport – melebihi negara asal mereka. Sam Chen bilang bahwa di sini, ekosistem eSport tumbuh secara eksponensial. Jawaban tersebut segera disambut oleh tepuk tangan meriah para pengunjung.

MSI CS 25

MSI CS 11

Dengan memiliki tempat spesial sendiri, MSI bisa melangsungkan ‘agenda gaming‘ mereka sesuka hati, misalnya turnamen profesional atau amatir secara berkala, melakukan peluncuran produk, hingga sebagai tempat bertemunya para gamer dengan idola mereka. MSI mengakui, butuh waktu lama bagi perusahaan untuk mematangkan dan merealisasikan ide tersebut. MSI kabarnya menghabiskan waktu 18 bulan buat mengubah tempat yang sebelumnya merupakan restoran menjadi concept store.

MSI CS 24

MSI CS 16

Saat melewati pintu utama, para gamer segera disuguhkan panorama yang familier serta menarik: satu set simulasi balapan yang tersambung ke PC small form MSI, beragam jenis laptop (GL, GP, GE, GS, GT) dan desktop (Vortex, Aegis, Trident, Nightblade), motherboard-motherboard di dalam etalase kaca, rangkaian monitor gaming pertama garapan MSI, beragam periferal, hingga area virtual reality berbekal unit VR One di ujung ruangan.

MSI CS 29

MSI CS 15

Naik ke lantai dua, dan Anda akan tiba di arena eSport. Ruang ini dihuni oleh meja dan kursi gaming, area untuk broadcaster, beserta televisi dan over-head projector buat menampilan sesi pertandingan. Selain turnamen game, zona tersebut bisa dimanfaatkan untuk tempat pelatihan, event gaming atau peluncuran produk, gathering gamer, sampai lokasi ‘nonton bareng’ event eSport.

MSI CS 33

MSI CS 27

Pembukaan MSI Concept Store di Bukit Bintang Park Kuala Lumpur pada tanggal 16 Oktober 2017 kemarin turut dimeriahkan oleh para kehadiran selebriti gaming Malaysia, mini-tournament, kompetisi Dota 2, serta peluncuran perangkat gaming baru yang mempunyai ukuran ala home console dengan performa hardware kelas PC high-end – MSI Vortex G25.

MSI CS 32

MSI CS 31

MSI CS 23

Tentang ExpandIn dan Dukungan Ekspansi Startup asal Malaysia dan Singapura ke Indonesia

Besarnya potensi pasar Indonesia menjadi salah satu alasan startup asal Malaysia dan Singapura kini makin banyak yang melakukan ekspansi ke Indonesia. Untuk memastikan bahwa bisnis yang dijalankan bakal berjalan sukses dan berkelanjutan, dibutuhkan pengenalan dan pendekatan yang cukup intensif kepada partner lokal hingga target pasar yang diincar.

Dalam hal ini Yacademy bersama dengan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) menggelar kegiatan mentoring hingga networking kepada startup asal Malaysia dan Singapura yang berniat untuk melakukan ekspansi ke Indonesia melalui program ExpandIn (sebelumnya disebut Frequent Flyer Geek Program).

Dari kegiatan tersebut terdapat 4 startup asal Malaysia dan 1 startup asal Singapura yang terdaftar dan telah mengikuti kesempatan untuk bertemu dan networking dengan beberapa rekanan strategis seperti, ICEA (Indonesian Creative Entrepreneur Academy), Plug and Play, Markplus dan Tempo. Selain itu lima startup tersebut juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan dua venture capital yaitu Venturra Capital dan Monk’s Hill Capital Indonesia.

“Dengan mengikuti program ini diharapkan bisa memberikan persiapan hingga pemahaman bisnis kepada startup asal Malaysia dan Singapura tersebut untuk bertemu langsung dengan partner lokal agar bisa segera meluncurkan startupnya di Indonesia,” kata CEO Yacademy Arne Van Looveren.

Sementara itu Kejora Ventures yang juga mendukung kegiatan ini, menyambut baik kedatangan startup asal Malaysia dan Singapura ke Indonesia, agar nantinya startup asal Indonesia pun bisa belajar dari startup asal kedua negara tetangga tersebut, seperti yang diungkapkan oleh VP Investment dan Portfolio Kejora Andreas Surya.

“Lingkup bisnis di Malaysia tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Namun dengan adanya program ini kami bisa mengidentifikasi perbedaan kecil dalam perilaku pengguna, sehingga startup tersebut bisa beradaptasi dengan pengguna di Indonesia.”

Sementara menurut perwakilan dari Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) Paranee Damodaran mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk berbagai bisnis startup mengembangkan hingga memulai usaha yang sukses. Jika diterapkan dengan tepat prosesnya, mampu memberikan pendapatan dan bisnis yang lebih tahan lama di Indonesia.

“Dengan program ExpandIn ini startup asal Malaysia dan Singapura bisa mengerti kebiasaan dan bisa melakukan pendekatan yang tepat saat melancarkan bisnis di Indonesia. Sehingga meminimalkan terjadinya kegagalan saat menjalankan bisnis di Indonesia.”

Lima startup peserta program ExpandIn

Dari kelima startup yang berencana untuk melakukan ekspansi di Indonesia, sebagian besar masih dalam tahap pembelajaran. Sehingga kebanyakan belum memiliki tim lokal secara khusus. Namun demikian lima startup ini sudah membuktikan eksistensinya di negara asal mereka Malaysia dan Singapura. Berikut adalah 5 startup peserta program ExpandIn.

Swingvy, startup asal Malaysia ini memberikan layanan HR Platform kepada perusahaan. Dengan konsep B2B, Swingvy berharap bisa memberikan layanan kepada semua perusahaan dengan konsep gratis di awal. Mengklaim memiliki platform yang komprehensif, Swingvy menargetkan untuk merangkul sebanyak 300 perusahaan di Indonesia dan menempatkan tim lokal.

Getslurp, startup asal Malaysia ini ingin memberikan layanan POS (Point of Sales) untuk restoran. Berbasis komputasi awan, Getslurp juga memberikan analitik hingga kebutuhan lainnya yang relevan untuk restoran.

Evenesis, startup asal Malaysia yang telah berdiri sejak tahun 2010 ini secara resmi telah menempatkan tim di Indonesia sejak Desember 2016 lalu. Platform yang menyediakan Event Management System, memudahkan event organizer hingga pihak lainnya untuk mengadakan acara dari awal hingga proses akhir.

iKargo, layanan B2B asal Malaysia ini, merupakan marketplace logistik untuk skala besar. Dengan platform iKargo, perusahaan yang membutuhkan logistik untuk ekspor dan impor bisa memanfaatkan platform ini dengan mudah.

EuropeanBedding, layanan marketplace asal Singapura yang menyediakan berbagai kasur dan bantal untuk tidur dengan kualitas terbaik asal Eropa. Dengan harga yang tergolong premium, EuropeanBedding ingin menjangkau lebih banyak pasar Indonesia.

ehalal Hadirkan Katalog E-Commerce Produk Halal Malaysia dan Indonesia

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) secara resmi telah mendaftarkan produk halal buatan Indonesia dalam portal e-commerce asal Malaysia ehalal. Berbeda dengan Aladdin Street marketplace Malaysia yang sebelumnya diberitakan akan melakukan ekspansi ke Indonesia, ehalal merupakan katalog yang berisikan ragam produk halal dari Indonesia dan Malaysia yang bisa dijual. Nantinya semua mitra yang bergabung dan telah diverifikasi akan terdaftar dalam portal ehalal dengan tautan langsung ke situs terkait.

Saat ini sudah ada 12 e-commerce Malaysia yang bergabung dengan ehalal dan menawarkan kanal khusus di masing-masing situs dengan pilihan khusus produk halal. Diharapkan dengan dukungan langsung dari Kadin, penjual online hingga e-commerce asal Indonesia bisa turut bergabung dan menjual produk halal di portal ehalal.

“Tercatat produk halal memberikan kontribusi sekitar 11% dari total keseluruhan produk di dunia, sekitar 67% merupakan produk makanan dan minuman dan 22% adalah produk farmasi hingga produk kecantikan,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Telematika, Penyiaran dan Ristek Ilham Habibie kepada Asiaone.

Disertai sertifikat resmi MUI

Selain menampilkan daftar lengkap e-commerce yang menjual produk lokal dan telah terverifikasi, rencananya untuk menambah penyaringan produk, ehalal juga akan menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan memberikan sertfikat halal kepada mitra yang bergabung dengan ehalal.

Hal tersebut ditegaskan oleh Direktur Utama Halal Industry Development Corporation (HDC) Malaysia Dato Seri Jamil Bidin:

“Nantinya kami akan bekerja sama dengan MUI dan melakukan proses penyaringan produk dengan memanfaatkan database halal yang telah dimiliki oleh MUI untuk kemudian menjadi rekomendasi produk di ehalal.”

Selama ini MUI merupakan lembaga yang memberikan sertifikat kepada semua produk makanan, minuman, obat-obatan hingga kecantikan di Indonesia. Dengan sertfikat tersebut menjadi kepastian yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk menjual produk. Dalam hal ini ehalal akan menggunakan sertifikat halal tersebut dan konsumen bisa melihat langsung sertifikat halal yang telah dikeluarkan oleh MUI dalam halaman produk ehalal.

Selain produk asal Malaysia dan Indonesia, nantinya Halal Industry Development Corporation (HDC) Malaysia akan melakukan perjalanan bisnis ke negara lainnya seperti Thailand, Australia, Jepang dan Eropa. Pada bulan Agustus dan September, perjalanan tersebut dilancarkan untuk menambah jumlah mitra di portal katalog e-commerce ehalal.