Perjalanan Karier Fanny Verona Berawal dari Kecintaan Terhadap Teknologi

Perjalanan kariernya yang cukup berwarna sejak tahun 2007 telah membawa nama Fanny Verona dikenal oleh komunitas startup di Indonesia. Di usia yang masih belia, Fanny sudah dipercaya memegang jabatan sebagai Country Manager Line Indonesia.

Sejak dulu, Fanny selalu melihat peluang yang ada sebagai tantangan dan kesempatan dirinya memperluas wawasan untuk mengembangkan karier. Kepada DailySocial, ia bercerita tentang kecintaannya terhadap inovasi teknologi dan harapannya untuk Line Indonesia.

Menyukai dunia teknologi

Tidak memiliki latar belakang pendidikan terkait teknologi, Fanny sempet berkarier di bidang Sales, Business Development, hingga Marketing karena rasa ingin tahunya yang sangat besar dan selalu mencoba untuk menantang kemampuan diri sendiri.

“Apa pun background kita upayakan untuk selalu grow your growth mindset. Saya selalu merasa belum cukup pintar. Jangan pernah sombong terhadap kemampuan diri sendiri, ciptakan keinginan untuk terus belajar,” kata Fanny.

Ia kemudian mulai melihat masa depan, tidak hanya soal gadget, namun inovasi digital. Melihat munculnya platform media sosial, seperti Facebook dan Twitter, Fanny kemudian mulai tertarik untuk mendalami inovasi teknologi dan ekosistemnya.

“Saat itu penetrasi internet di Indonesia belum sebaik seperti saat ini. Namun dari sana saya mulai melihat bahwa masa depan adalah digital. Saya kemudian mencoba cari-cari industri yang sedang hype apa, how can i jump ke industri tersebut, bagimana saya bisa join the party,” kata Fanny.

Fanny berkesempatan bertemu dengan pendiri Groupon Indonesia di tahun 2011. Platform berbelanja jenis baru ini ternyata cukup diterima oleh masyarakat yang pada saat itu belum terlalu familiar dengan kegiatan belanja online.

“Orang Indonesia memiliki rasa antusias yang besar dan cepat beradaptasi terhadap sesuatu yang baru. Mulai dari handphone baru yang keluar dan lainnya. Kultur learning by doing membuat orang Indonesia bersedia untuk mencoba hal yang baru,” kata Fanny.

Dari Groupon kemudian Fanny hijrah ke Lazada yang baru hadir di Indonesia. Selama hampir dua tahun Fanny memegang jabatan sebagai Head of Business Development. Banyak pengalaman yang didapatkannya selama bekerja di Lazada. Mulai berhadapan langsung dengan penjual yang saat itu masih sangat minim jumlahnya, hingga menerima surat tertulis dari mereka yang menyampaikan keluhan.

“Kehadiran layanan e-commerce seperti Lazada dan lainnya bukan hanya berfungsi memindahkan kegiatan belanja offline ke online saja, namun juga mampu mengatasi persoalan yang saat itu masih banyak dialami oleh penjual, yaitu memperluas jangkauan layanan mereka.”

Line Indonesia dan fintech

Menuruti passion untuk mencoba sesuatu yang baru, lepas dari Lazada Fanny melirik platform chat messenger Line. Masih memiliki jumlah tim sebanyak 7 orang, Line menempatkan timnya menjadi beberapa divisi yang berbeda. Berangkat dari pengalamannya bekerja di Lazada, Fanny dipercaya menangani divisi e-commerce.

“Saya melihat role-nya sangat menarik dengan melihat peluang industri ini apa yang Line bisa inovasikan. Waktu itu kita mulai mengembangkan Line Shopping, Line Ads dan Line Pay. Saya melihat kesempatan menjadi langkah selanjutnya bagi saya untuk meningkatkan wawasan,” kata Fanny.

Meskipun menjadi salah satu pegawai pertama di Line, tahun 2016 Fanny memutuskan menjajaki karier di dunia fintech. Perusahaan pertama yang dijajakinya adalah Uangku. Selanjutnya ia sempat bergabung dengan helloPay yang merupakan perusahaan joint venture antara Lazada dan Sinar Mas.

Lepas dari helloPay, Fanny membangun karier di DAM Corporation. Saat menjabat sebagai Managing Director di DAM Corporation, usia Fanny saat itu masih 26 tahun. DAM Corporation merupakan anak usaha Bank Mandiri yang dibangun untuk mempercepat kehadiran dan adopsi platform e-money digital Mandiri E-Cash.

“Saat di DAM Corporation awalnya saya ditawari untuk memegang posisi sebagai CMO namun selanjutnya saya diminta untuk memegang jabatan Managing Director. Posisi tersebut cukup menantang bagi saya karena secara langsung harus membawahi sekitar 100 pegawai. Namun berkat bantuan dari mentor dan atasan, semua pekerjaan bisa saya selesaikan,” kata Fanny.

Country Manager Line Indonesia

Fanny Verona dan tim Line Indonesia / Line

Hampir dua tahun bekerja di DAM Corporation, Fanny kemudian kembali bergabung dengan Line Indonesia. Saat itu Line Indonesia berencana memperluas layanan mereka. Salah satunya dengan memperkenalkan posisi baru yang menarik perhatiannya

Sebagai Director of Strategy & New Business, ia dituntut memberikan ide dan inovasi baru dengan melihat potensi pasar dan bagaimana Line Indonesia berinovasi dengan produk dan layanan terbaru. Kesempatan tersebut dinilai sangat menarik bagi Fanny. Ia melihat potensi ini sebagai blank canvas dan dirinya dipercaya untuk menggambar hal yang ia suka.

“Karena pekerjaannya kebanyakan di belakang layar, kami lebih banyak melakukan market research. Masih ada beberapa inovasi baru yang akan diluncurkan, namun yang paling membanggakan bagi saya adalah diluncurkannya Split Bill,” kata Fanny.

Sebagai perusahaan global, ada kebanggaan sendiri bagi Fanny untuk tim Indonesia yang mampu menciptakan inovasi hanya ada di Line Indonesia, yaitu Split Bill. Ia terus berupaya menciptakan tim yang solid dan bagaimana bisa membawa inovasi global yang disesuaikan dengan kearifan lokal.

Bulan Juli tahun ini Fanny dipercaya memegang jabatan sebagai Country Manager menggantikan Dale Kim.

“Saya harapkan ke depannya Line Indonesia bisa thrive, compete dan bisa innovate market. Apakah sebagai platform social network, messenger atau fintech, kami tidak ingin membatasi Line hanya sebagai social messenger saja. Sebagai perusahaan teknologi apa yang sedang happening saat ini dan bisa di innovate oleh Line untuk membantu masyarakat Indonesia, itu yang kita coba bangun dan kerjakan,” kata Fanny.

Digital Artha Media to Launch Three New Fintech Products

Digital Artha Media (DAM) will be launching three new fintech products to realize its ambition as fintech enabler company in first quarter of 2018. Those products are indiepay (e-wallet), indieprint (cloud printing), dan wagon (e-commerce O2O).

Indiepay is an e-wallet receiving payment with funding source from credit and debit cards, by targeting urbans and millenials. Indieprint is a cloud printing service to be used among students, currently being tested in Universitas Mataram.

Meanwhile, Wagon (Warung Goes Online) is an O2O e-commerce app for merchants who have interest in becoming independent digital entrepreneur, selling PPOB services. So far, Wagon is already used by approximately 2 thousand shops spreading in several areas of Java and Sumatra.

“Since the establishment, DAM focused on developing Mandiri e-cash product. In the fifth year, we want to build fintech ecosystem for all fintech to use,” Fanny Verona, DAM’s Managing Director, explained on Thursday (12/21).

As Bank Mandiri Group subsidiary, DAM is not only focused on developing products, but also opened its technology to be used by other fintech startups.

An example of its realization can be seen as the partnership between Bank Mandiri and Line through Line e-cash. Currently, Line e-cash already has 4 million users. For Verona, there will be another partnership announcement in the future between corporation and Mandiri e-cash, the process is still kept secret.

Ready to apply QR Code and KYC Digital

For Mandiri e-cash feature, DAM is preparing a new technology such as payment via QR code and KYC digital for upgrading to full service. Verona said these features will be available in early 2018.

In total, Mandiri e-cash already has 10 million users. Most transactions are used for top-up balance, online shopping and PLN tokens.

“the nearest event is to add two new features. First, payment via QR code, then video call for KYC digital for users in need for upgrading to full service,” ended Verona.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Digital Artha Media Segera Luncurkan Tiga Produk Fintech Baru

Digital Artha Media (DAM) akan meluncurkan tiga produk fintech terbaru untuk merealisasikan ambisinya sebagai perusahaan fintech enabler pada kuartal pertama tahun depan. Ketiga produk tersebut adalah indiepay (dompet elektronik), indieprint (cloud printing), dan wagon (layanan e-commerce O2O).

Indiepay adalah produk dompet elektronik yang dapat menerima pembayaran dengan sumber dana dari kartu kredit dan debit, dengan menyasar pengguna dari kalangan urban dan milenial. Indieprint adalah layanan cloud printing yang dapat dimanfaatkan kalangan mahasiswa, sementara ini sudah diujicobakan di Universitas Mataram.

Sementara, Wagon (Warung Goes Online) adalah aplikasi e-commerce O2O untuk pedagang warung yang tertarik menjadi digital entrepreneur mandiri, menjajakan layanan PPOB. Sejauh ini Wagon sudah digunakan sekitar 2 ribu warung, tersebar di beberapa wilayah seperti Pulau Jawa dan Sumatera.

“Sejak pertama kali DAM berdiri, kami fokus mengembangkan produk Mandiri e-cash. Nah di tahun kelima ini, kami ingin bangun ekosistem fintech agar semua startup fintech bisa pakai,” terang Managing Director DAM Fanny Verona, Kamis (21/12).

Sebagai subsidiary jaringan Grup Bank Mandiri, DAM tidak hanya fokus mengembangkan produk, tetapi juga membuka teknologinya agar dapat digunakan oleh startup fintech lainnya.

Salah satu realisasinya terlihat dari kemitraan antara Bank Mandiri dengan Line lewat produk Line e-cash. Saat ini total pengguna Line e-cash sekitar 4 juta orang. Menurut Fanny, ke depannya akan ada pengumuman kemitraan lainnya antara korporasi dengan Mandiri e-cash, hanya saja masih prosesnya dirahasiakan.

Siap terapkan QR Code dan KYC Digital

Untuk pengembangan fitur Mandiri e-cash, DAM sedang mempersiapkan teknologi baru berupa pembayaran secara QR code dan KYC digital untuk kebutuhan upgrade layanan ke full service. Fanny bilang kedua fitur baru ini akan hadir pada awal tahun depan.

Secara total, Mandiri e-cash sudah dipakai oleh 10 juta orang. Kebanyakan transaksi dipergunakan untuk pembelian pulsa, belanja online, dan pembelian token PLN.

“Yang paling dekat kami akan tambah dua fitur baru. Pertama pembayaran dengan QR code, kemudian video call untuk KYC digital buat pengguna yang ingin upgrade layanan ke full service,” tutup Fanny.

Ditargetkan kehadiran fitur baru ini dapat mendongkrak pengguna baru Mandiri e-cash mencapai kisaran 30 juta sampai 40 juta orang pada tahun depan.

Application Information Will Show Up Here

Mengintip Gurihnya Uang Elektronik di Indonesia

Gita, Adi, dan Agnes adalah salah satu dari sekian juta pengguna aktif uang elektronik atau lebih dikenal dengan e-money di Indonesia. Gita mengungkapkan e-money sudah menjadi alat bayar yang cukup praktis ketika harus menggunakan Commuter Line.

Penumpang tidak harus bersusah payah untuk mengantre saat membayar ongkos. Di dalam dompet Gita, ada dua kartu e-money yakni Flazz dari BCA dan Tap Cash dari BNI. Gita juga terdaftar sebagai pengguna Mandiri e-cash.

Hanya saja, dia memiliki pengalaman yang tidak baik saat menggunakan Tap Cash. Setelah sukses melakukan isi ulang dari ATM, rupanya uangnya tidak masuk ke kartu e-money miliknya. “Padahal saya sudah pastikan nomor kartunya dua kali sebelum transfer dilakukan di ATM,” tuturnya.

Setelah kejadian itu, akhirnya Gita lebih memilih untuk top up saldo di petugas Trans Jakarta demi jaminan dananya. Selain menggunakan untuk transportasi, terkadang Gita juga memakainya saat berbelanja di gerai minimarket dan cafe. Sementara itu, untuk Mandiri e-cash lebih banyak dipakai ketika membeli pulsa.

Senada, Adi sering menggunakan e-money untuk membayar sarana transportasi publik. Secara spesifik Adi mengungkapkan dirinya adalah pengguna setia Flazz. Menurutnya, dari segi umur Flazz adalah pemain pertama e-money di Indonesia. Hal inilah yang membuat dirinya terasa lebih familiar dengan Flazz.

“Dari segi desainnya, Flazz sangat bervariasi. Saya rela bayar mahal demi dapat kartu Flazz yang sesuai selera.”

Beda halnya dengan Agnes, dirinya termasuk jarang menggunakan e-money. Untuk memakainya pun, hanya saat dia menggunakan Transjakarta. Agnes kebanyakan pakai Flazz untuk mendapatkan diskon dari toko buku ternama di Indonesia.

“Kebetulan beli Flazz cuma buat dapat diskon saja saat beli buku. Itupun tidak perlu top up saldo, makanya saya tertarik.”

Salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh pemain e-money bekerja sama dengan gerai ritel / Pexels
Salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh pemain e-money bekerja sama dengan gerai ritel / Pexels

Ketiga konsumen di atas merupakan salah satu dari sekian juta pengguna e-money di Indonesia. Data dari Bank Indonesia menyebut, hingga September 2016 volume transaksi sebesar 476,56 juta dengan nilai transaksi 4,89 triliun Rupiah dan jumlah e-money beredar sebanyak 352,07 juta.

[Baca juga: E-money Mungkin adalah Kunci Pembayaran di Masa Depan]

Di 2014, volume transaksi mencapai 203,38 juta atau naik 47,48% secara year-on-year (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Kemudian, 535,57 juta transaksi di 2015 atau setara dengan kenaikan 163,35%. Dari segi nominal transaksi, di 2014 sebanyak 3,31 triliun Rupiah, naik 14,17%. Di tahun berikutnya menjadi 5,28 triliun Rupiah, naik 59,17%.

Perlahan tapi pasti, e-money mulai menggeser penggunaan transaksi ritel di Tanah Air yang kini masih didominasi oleh uang tunai.

Susiati Dewi, Asisten Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, menerangkan jumlah uang elektronik yang dipegang oleh masyarakat mencapai 37,3 juta. Secara ekosistemnya, penggunaan uang elektronik tidak hanya dipakai untuk pembayaran di gerai ritel offline maupun online.

Kini e-money juga bisa digunakan untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan dari Kementerian Sosial kepada 600 ribu orang penerima bansos. “Penggunaan uang elektronik jadi kian pesat karena banyak sektor transaksi ritel yang bisa dimanfaatkan,” terangnya kepada DailySocial.

Bentuk dukungan BI terhadap dorongan terciptanya ekosistem e-money yang kondusif, salah satunya dengan meningkatkan plafon maksimal instrumen Layanan Keuangan Digital (LKD) untuk pengguna terdaftar menjadi 10 juta Rupiah dari sebelumnya 5 juta Rupiah.

Berikutnya, sambung Susi, BI akan kembali mengeluarkan ketentuan lainnya terkait dengan penyelenggaraan transaksi pembayaran yang lebih difokuskan untuk mengatur layanan pembayaran e-commerce. E-money merupakan salah satu instrumennya. “Untuk penerbitan regulasinya belum bisa dipastikan waktunya, namun dalam waktu dekat.”

Adopsi e-money card based terbanyak dari sarana transportasi

Ilustrasi penggunaan Flazz sebagai alat pembayaran Trans Jakarta / BCA
Ilustrasi penggunaan Flazz sebagai alat pembayaran Trans Jakarta / BCA

Beberapa tahun belakangan, pemerintah dengan semangat Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) mulai menerapkan sejumlah aturan untuk mempercepat adopsi penggunaan e-money. Salah satu yang paling gencar adalah menerapkan e-money card based untuk sarana transportasi publik, mulai dari Transjakarta, Commuter Line, dan pembayaran tol.

Terbukti, dari langkah ini menjadi kontributor utama bagi sejumlah pemain e-money. Beberapa di antaranya adalah Flazz BCA dan Mandiri E-money.

Bank Mandiri merupakan pemain dominan untuk pembayaran tol. Hal ini diungkapkan Rico Usthavia Frans, Direktur Bank Mandiri. Menurutnya, dari total kartu uang elektronik yang sudah beredar mayoritas dikontribusikan dari pembayaran tol, kemudian disusul sarana transportasi lainnya seperti Transjakarta dan Commuter Line. Sisanya, pembelian barang di gerai minimarket.

Saat ini total kartu beredar e-money milik Bank Mandiri sudah mencapai 8 juta sejak pertama kali diluncurkan pada 2009. Kini volume transaksinya per bulan mencapai 30 juta transaksi.

Rico mengatakan perusahaan menargetkan volume transaksi uang elektronik pada tahun ini dapat meningkat 30% dari 251 juta transaksi menjadi 37 juta transaksi. Nilai transaksi yang diharapkan bisa mencapai 3,5 triliun Rupiah, naik 40% dari pencapaian sebelumnya 2,5 triliun Rupiah di tahun sebelumnya.

Flazz BCA adalah pemain tertua untuk uang elektronik, pertama kali diluncurkan pada 2007. Mira Wibowo, General Manager Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Transaksi Perbankan BCA menerangkan frekeuensi penggunaan Flazz banyak diarahkan untuk pembayaran sarana transportasi publik, tol, parkir, juga di restoran dan minimarket.

Kini Flazz BCA sudah beredar lebih dari 9,5 juta kartu. Pertumbuhan kartu beredar dalam lima tahun terakhir, menurut Mira, sudah lebih dari 20% begitupula untuk volume transaksinya. Untuk nominal transaksinya, pada tahun lalu Flazz menembus kisaran 1 triliun Rupiah.

Bagaimana dengan adopsi e-money server based?

Secara desain, e-money server based nampaknya sangat tepat untuk digunakan sebagai alat pembayaran belanja online. Baik BCA maupun Mandiri keduanya memiliki e-money berbasis server based. Dari segi umur, keduanya masih merupakan produk baru dan membutuhkan waktu untuk edukasi ke masyarakat.

Santoso Liem, Direktur BCA, menerangkan Sakuku baru menginjak usia satu tahun sejak pertama kali diluncurkan pada tahun lalu. Menurutnya, jumlah pengguna Sakuku mencapai lebih dari 135 ribu orang dengan volume transaksi rata-rata per bulan sekitar 80 ribu sampai 90 ribu transaksi. Penggunaan terbesarnya dipakai untuk pembelian pulsa, berbelanja di merchant offline, dan banyak juga yang tarik tunai.

“Sakuku tergolong masih baru, sehingga pertumbuhannya belum secepat Flazz. Kami lebih mengutamakan pertumbuhan natural, sehingga masih difokuskan untuk meningkatkan jumlah pengguna untuk menikmati fitur Sakuku.”

LINE Pay e-Cash adalah kolaborasi LINE dan Bank Mandiri memanfaatkan platform e-money Mandiri e-Cash / DailySocial
LINE Pay e-Cash adalah kolaborasi LINE dan Bank Mandiri memanfaatkan platform e-money Mandiri e-Cash / DailySocial

Rahmat Broto Triaji, SVP Transaction Banking Retail Bank Mandiri, menjelaskan perusahaan akan menggenjot transaksi Mandiri e-cash untuk bertransaksi di layanan e-commerce. Untuk itu perusahaan akan memperbanyak jumlah merchant. Diharapkan tahun depan dapat bertambah 300 merchant dari posisi tahun ini sebanyak 1.000 merchant.

“Pada September 2016 produk e-money dan e-cash dari Bank Mandiri telah menguasai 65% pangsa pasar industri e-money,” ujar Rahmat seperti dikutip dari Kontan.

Dalam upayanya ini, Bank Mandiri baru-baru ini meresmikan kemitraan strategis dengan Line sebagai platform untuk menjembatani transaksi online yang terjadi antara pengguna Line dengan 300 ribu offline dan online shop yang terdaftar di social messaging tersebut.

Mengukur segi keamanan e-money bagi pengguna

Kejadian yang menimpa Gita umum dialami pengguna e-money card based yang tergolong sebagai pengguna tidak terdaftar. Keamanan pengguna e-money card based tidak dijamin siapapun, termasuk oleh pihak penerbit kartu.

Untuk itu Bank Indonesia membuat sistem pengamanan yang berbeda untuk e-money mulai dari penetapan plafon nominal. Untuk card based, nominal maksimalnya adalah 1 juta, sementara server based adalah 10 juta Rupiah.

“Sejak awal e-money card based memang didesain tidak diberi perlindungan konsumen, maka dari itu BI menerapkan untuk melakukan limitasi nominal uang yang bisa disimpan hanya sampai 1 juta Rupiah. Sementara, untuk pengguna terdaftar terhitung lebih aman dan nyaman bila kehilangan smartphone-nya mereka bisa klaim ke pihak penerbit,” terang Budi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Masih lemahnya adopsi e-money di segmen e-commerce

Pemanfaatan e-money sebagai alat pembayaran di e-commerce masih kecil / Shutterstock
Pemanfaatan e-money sebagai alat pembayaran di e-commerce masih kecil / Shutterstock

Dari hasil survei yang dipaparkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terungkap bahwa saat ini pilihan pembayaran untuk transaksi di layanan e-commerce sebagian besar masih banyak yang menggunakan ATM secara langsung sebanyak 36,7% disusul dengan pembayaran dengan cara Cash on Delivery sebanyak 14,2% dan terakhir pembayaran dengan menggunakan internet banking hanya 1,5% saja.

Data tersebut membuktikan masih rendahnya kepercayaan pengguna yang melakukan pembayaran dengan memanfaatkan internet dalam hal ini e-money. Di sisi lain golongan masyarakat yang unbankable juga merupakan salah satu alasan mengapa penggunaan uang elektronik masih minim jumlahnya.

Kami pun, pada pertengahan tahun lalu, juga merilis survei kecil-kecilan. Dari 1.002 responden yang menjawab, 763 responden mengaku berbelanja secara online dalam tiga bulan terakhir.

Mereka mengaku metode pembayaran transfer bank adalah metode terbaik dan paling dipercaya oleh mayoritas responden. Komposisinya, 75% responden memilih transfer bank, 13% untuk Cash on Delivery (CoD), dan 7% memilih kartu kredit.

Pihak e-commerce sendiri hingga kini masih enggan untuk memberikan informasi berapa banyak pembayaran dengan menggunakan e-money yang kemudian dipilih oleh pengguna, namun bisa diperkirakan adopsi e-money masih kecil.

Meskipun pemerintah dan Bank Indonesia telah mendukung kelancaran aturan penyelenggara uang elektronik, yang diharapkan bisa memberikan manfaat lebih untuk industri e-commerce dalam hal pilihan pembayaran, jika pemanfaatan uang elektronik oleh konsumen masih rendah.

Untuk itu edukasi tentunya perlu untuk dilakukan baik dari pelaku e-commerce, operator, perusahaan keuangan, juga dari pemerintah untuk meningkatkan minat penggunaan uang elektronik di Indonesia.


Yenny Yusra berkontribusi untuk penulisan artikel ini

LINE dan Bank Mandiri Usung Platform E-Money LINE Pay e-Cash

LINE dan Bank Mandiri meluncurkan platform e-money dengan tajuk LINE Pay e-Cash. Produk ini adalah “perkawinan” antara LINE Pay dan Mandiri e-Cash. Bisa ditebak, berbeda dengan solusi LINE Pay di Jepang, Taiwan, dan Thailand yang berbasis kartu kredit, LINE Pay e-Cash menjadi layanan LINE Pay pertama di dunia yang menggandeng pihak ketiga menggunakan produk e-money milik Mandiri. Tak hanya bisa digunakan untuk bertransaksi di platform LINE, produk ini bisa digunakan untuk bertransaksi 300,000 online dan offline shop di seluruh Indonesia.

Kehadiran LINE Pay e-Cash menjadi penting karena masifnya pengguna layanan ini di Indonesia. Jumlahnya diklaim mencapai 72 juta pengguna aktif. Sebagaimana yang sudah saya bahas kemarin, e-money bisa menjadi solusi masa depan untuk menjembatani kemudahan transaksi di dua “dunia”, offline dan online. LINE Pay e-Cash sendiri sudah mendapat restu dari Bank Indonesia.

Angka pengguna LINE tersebut jauh lebih besar dibanding kombinasi jumlah nasabah Bank Mandiri dan BCA. Hal ini yang menjadi titik krusial apakah e-money, melalui LINE Pay e-Cash memang bakal diadopsi oleh masyarakat luas, khususnya kaum millennial yang menjadi pengguna LINE.

Memanfaatkan Mandiri e-Cash, LINE Pay e-Cash tidak perlu bekerja keras untuk mengembangkan jaringan merchant. Disebutkan sudah ada 300 ribu offline dan online shop yang menerima platform ini. Mandiri sendiri sudah menjadi yang terdepan di persaingan popularitas produk e-money.

LINE Pay e-Cash bisa berfungsi layaknya sebuah akun tabungan. Tanpa perlu datang ke bank, konsumen bisa menggunakan akun LINE yang terintegrasi untuk isi ulang dan ambil tunai di ATM Mandiri, Indomaret, dan Alfamart. Selain itu LINE Pay e-Cash juga bisa dilakukan untuk mentransfer dana ke sesama pengguna. Fungsi banking diambil alih tanpa perlu membuka rekening tabungan.

Application Information Will Show Up Here

Grab Indonesia dan Mandiri E-Cash Jalin Kemitraan Strategis

Grab Indonesia dan PT Digital Artha Media, perusahaan pengembang Mandiri E-Cash, meresmikan kemitraan strategis. Kini pelanggan Grab sudah bisa menggunakan Mandiri E-Cash sebagai alternatif pembayaran elektronik. Sebelumnya Grab dan Lippo juga telah menjajaki pengembangan produk pembayaran mobile non-tunai.

Seperti diketahui, Mandiri E-Cash merupakan produk keuangan digital yang dikeluarkan oleh bank pelat merah Bank Mandiri dan menunjuk Digital Artha sebagai pihak pengembang. Digital Artha merupakan anak usaha dari perusahaan firma lokal PT Kresna Graha Investama Tbk.

Pelayanan terbaru ini, menurut Indra Suryawan, CEO Digital Artha, menjadi opsi terbaru pembayaran cashless yang dapat dipilih pengguna Grab Indonesia selain menggunakan kartu kredit atau debit. Sekaligus membantu pengemudi Grab dalam mengelola keuangannya secara elektronik.

“Kemitraan ini adalah bagian dari inisiatif kami untuk mewujudkan mimpi sebagai pemain infrastruktur pembayaran terkemuka di kawasan regional,” ujar Indra seperti dikutip dari Jakarta Globe.

[Baca juga: Grab dan Lippo Garap Pembayaran Mobile Non-Tunai]

Bagi Grab, kemitraan ini akan memberikan akses jaringan ke bank terbesar di Indonesia. Bank Mandiri memiliki jaringan ATM sebanyak 17 ribu dan kerja sama dengan lebih dari 25 ribu outlet Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi di seluruh Indonesia. Pengumudi Grab dapat mencairkan uangnya ke seluruh tempat tersebut.

Dari sisi pengguna kartu Mandiri E-Cash telah menembus angka sebesar 2 juta orang. Sepanjang tiga tahun terakhir, Mandiri E-Cash terus berekspansi menjalin kemitraan tidak hanya untuk pembayaran transportasi umum saja, tetapi sudah merambah minimarket, dan tol.

[Baca juga: Mandiri E-Cash Ditargetkan Miliki 100 Juta Pengguna di Tahun 2020]

Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, mengatakan inisiatif ini didukung karena teknologi yang kuat dan luasnya jaringan perbankan. “Kami percaya dengan Mandiri E-Cash akan menjadi langkah baru bagi Grab dalam memberikan pelayanan yang lebih aman, nyaman, bagi pengguna maupun mitra pengemudi,” ujar dia.

Langkah ini, sambungnya, merupakan jawaban Grab atas ketatnya persaingan bisnis transportasi online antara Uber dan Go-Jek. Pada April lalu, Go-Jek mengumumkan Go-Pay sebuah platform digital yang memungkinkan pelanggannya untuk menyimpan uangnya di dalam aplikasi Go-Jek sebagai alat pembayarannya.

Go-Pay disebut-sebut sebagai ide yang cerdas, mengingat jumlah pengguna kartu kredit di Tanah Air baru mencapai sekitar 4% dari total penduduk.

Sementara ini, Mandiri E-Cash baru bisa digunakan oleh pengguna Grab yang menggunakan smartphone berplatform Android. Kehadiran solusi ini di platform iOS masih dalam tahap pengembangan.

Application Information Will Show Up Here

Applika Jadi Perangkat Pemasaran Aplikasi, Tawarkan Reward E-cash untuk Konsumen

Smartphone adalah satu perangkat mobile yang paling digandrungi saat ini dan untuk membuat aplikasi menjadi populer di antara pengguna, teknik pemasarannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Applika mencoba menjadi jembatan bagi pengembang yang ingin aplikasinya lebih populer dan lebih lama disimpan di layar pengguna dengan biaya yang lebih terjangkau, sementara konsumen mendapatkan benefit tambahan pendapatan . Untuk pengguna ber-platform Android, Applika memungkinkan pengguna mendapatkan pendapatan yang bisa dicairkan dalam bentuk Mandiri e-cash.

Applika dikembangkan oleh JAS Kapital dan beberapa investor lainnya yang secara eksklusif bekerja sama dengan Mandiri e-cash. Applika menawarkan nominal uang kepada pengguna yang telah mengikuti serangkaian tahap, seperti menginstalasi aplikasi partner Applika, keep (menjaga aplikasi tersebut dalam tempo tertentu), dan share atau bagikan tautan aplikasi ke media sosial, email, atau lainnya. Saldo yang telah terkumpul bisa dicairkan ke Mandiri e-cash secara otomatis dengan syarat telah memiliki akun Mandiri e-cash.

Applika baru diluncurkan Minggu lalu, tepatnya 20 Juni 2016. Di awal operasinya ini Applika masih sibuk untuk mengenalkan dan mengedukasi pengguna tentang Applika. Selain itu Applika juga mengajak para pemilik aplikasi untuk tergabung sebagai partner di Applika.

“Benefit untuk aplikasi-aplikasi yang di-feature di dalam Applika, kita membantu mempromosikan aplikasi tersebut. Kurang lebih hampir sama seperti aplikasi yang di-feature di Mobomarket maupun market store Android lainnya. Pricing untuk di-feature di Applika juga sangat rendah dibanding platform iklan lainnya,” ungkap Business Development Manager Applika Steffi Rahardjo.

Steffi lebih jauh menjelaskan bahwa kemudahan juga ditawarkan bagi aplikasi yang ingin bergabung di platform milik Applika. Di antaranya adalah semua aplikasi yang sudah bergabung dengan Google Play dapat langsung mendaftarkan diri ke Applika. Yang dibutuhkan hanya detil APK.

“Dari segi user, Applika berharap untuk mendapatkan sekitar 500 ribu-1 juta user, sedangkan untuk segi merchant/aplikasi pada akhir tahun ini ingin mendapatkan sekitar 20-50 merchant yang bergabung/tayang di aplikasi Applika,” imbuh Steffi.

Dari segi konsep dan model bisnis, Applika ini mirip dengan aplikasi Pop Slide. Yang membedakan keduanya adalah Applika menjanjikan pencairan dengan Mandiri e-cash sedangkan Pop Slide menawarkan penukaran poin dengan pulsa.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Boku, Mandiri e-Cash Targetkan Penambahan Volume Transaksi 100% Tahun 2016

Setelah menjalin kemitraan dengan Pertamina dan Mataharimall tiga bulan yang lalu yang bertujuan mencapai 100 juta pengguna hingga tahun 2020, kali ini Bank Mandiri kembali bermitra dengan layanan pembayaran global Boku untuk melayani pembayaran transaksi online pengguna Facebook di Indonesia dengan Mandiri e-Cash.

Saat ini metode pembayaran dengan menggunakan uang elektronik berbasis server merupakan terobosan yang inovatif dalam upaya meningkatkan kenyamanan pengguna saat bertransaksi. Ditambahkan pula oleh Chief Product Officer Boku Adam Lee, saat ini kebutuhan akan metode pembayaran carrier billing terutama di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Karena alasan itulah kami memilih untuk mengintegrasikan Mandiri e-Cash dengan platform carrier billing Boku,” ujar Adam kepada Detik.

Dengan diresmikannya kemitraan ini, diharapkan jumlah pengguna Mandiri e-Cash naik dengan pertambahan volume transaksi 100% di tahun 2016.

“Tingginya penetrasi e-commerce, baik itu dari kalangan pemain lokal hingga mancanegara dan tentunya pengguna, membuat transaksi perdagangan online atau e-commerce menjadi bagian hidup dari sebagian besar masyarakat Indonesia, mulai dari kelompok masyarakat menengah hingga ke atas. Kondisi ini menghadirkan potensi bisnis yang sangat prospektif untuk jangka panjang,” kata Senior Executive Vice President Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

Transaksi Mandiri e-Cash mencapai nilai yang fantastis

Bersamaan dengan peresmian kerja sama tersebut, Bank Mandiri turut merilis informasi jumlah pengguna Mandiri e-Cash hingga November 2015 yang mencapai lebih dari 1,5 juta nasabah dengan total transaksi Rp.1,9 triliun.

Dari sektor e-commerce, Bank Mandiri mencatat hingga November 2015 transaksi yang masuk berjumlah lebih dari Rp. 2,3 triliun. Diharapkan untuk tahun depan Bank Mandiri dapat membukukan pertumbuhan transaksi e-commerce sebesar 100%.

“Sinergi ini tentunya merupakan dukungan pada program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang tengah diusung oleh pemerintah,” kata Rico.

Sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan pada tahun 2014 jumlah transaksi e-commerce di Indonesia mencapai $12 miliar, dan diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat 10 kali lipat menjadi $135 miliar pada tahun 2020.

Mandiri E-Cash Ditargetkan Miliki 100 Juta Pengguna di Tahun 2020

Mandiri E-Cash ingin optimalkan momentum pematangan adopsi pernagkat mobile / Bank Mandiri

Sebagai salah satu langkah untuk mengkampanyekan transaksi non-tunai di Indonesia, Bank Mandiri berambisi merangkul setidaknya lima juta pengguna aplikasi mobile untuk transaksi mikro di akhir tahun ini. Disampaikan E-Banking Group Vice President Bank Mandiri Budi Hartono bahwa ini merupakan rangkaian dari rencana jangka panjang untuk memiliki 100 juta pengguna Mandiri E-Cash di tahun 2020. Langkah yang dilakukan Bank Mandiri untuk memaksimalkan penggunaan layanan e-cash sejalan dengan Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang telah dicanangkan pemerintah. Continue reading Mandiri E-Cash Ditargetkan Miliki 100 Juta Pengguna di Tahun 2020

foodpanda Indonesia Segera Berikan Fasilitas Mobile Payment

Aplikasi Mobile foodpanda / foodpanda

Layanan pengiriman makanan online foodpanda Indonesia baru saja mengumumkan secara resmi melalui rilis persnya bahwa mereka akan mendukung fasilitas mobile payment melalui TCash, Indosat Dompetku, dan E-Cash Mandiri. Isu sistem pembayaran online sudah pernah kami bahas sebelumnya dan foodpanda akhirnya merealisasikan satu-satu persatu, termasuk melalui perangkat mobile.

Continue reading foodpanda Indonesia Segera Berikan Fasilitas Mobile Payment