Platform Investasi Saham Stockbit Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A

Hari ini (07/5) startup pengembang aplikasi investasi saham Stockbit mengumumkan perolehan pendanaan seri A yang dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan didukung Convergence Ventures, FreakOut, dan beberapa angel investor. Turut terlibat juga investor sebelumnya, yakni 500 Startups, Braavos Ventures, dan Ideosource. Dengan penambahan model ini, Stockbit makin mantap untuk mempercepat misi mendemokratisasi investasi pasar modal di Indonesia.

Menyasar kalangan milenial, startup yang didirikan Wellson Lo (CEO) dan Johny Susanto (CTO) ini mendesain pengalaman pengguna di aplikasi layaknya jejaring sosial untuk investor saham, dilengkapi layanan perdagangan saham dan agregator informasi. Aplikasi yang telah meluncur sejak tahun 2013 tersebut kini juga dilengkapi dengan Robo-Advisor, yakni fitur yang membantu konsumen membangun portofolio investasi yang lebih personal.

“Terlepas dari imbal hasil yang tinggi, para trader pemula di Indonesia masih terintimidasi untuk melakukan investasi di pasar modal karena minimnya pengetahuan, akses penasihat investasi yang berkualitas, dan tingginya biaya dari layanan penasihat profesional. Stockbit bertujuan untuk membuat investasi menjadi mudah bagi semua orang,” ujar Wellson.

Berdasarkan data BEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 40% pada tahun 2018. Sebanyak 70% dari investor baru yang terdaftar datang dari kalangan milenial. Terlepas dari pertumbuhan cepat ini, masih kurang dari 1% masyarakat Indonesia yang telah berpartisipasi di pasar saham.

Stockbit telah berhasil menetapkan posisinya sebagai pemain penting dalam industri pasar modal dengan menciptakan platform yang mengkonsolidasikan informasi penting dan diperlukan dalam mengambil keputusan investasi. Kami yakin bahwa tim Stockbit mampu melaksanakan misinya untuk membantu Indonesia mencapai partisipasi individu yang lebih tinggi ke pasar modal,” sambut Partner East Ventures Melisa Irene.

Sebelumnya Stockbit mendapatkan pendanaan pra-seri A dari 500 Startups pada tahun 2017, diikuti partisipasi investor pendanaan awal mereka yakni Ideosource dan Braavos Ventures. Awal tahun ini Stockbit lakukan akuisisi saham mayoritas platform marketplace reksa dana Bibit untuk perluas potensi pasar investasi.

“Sebelumnya hanya golongan masyarakat 1% teratas saja yang memiliki akses untuk layanan investasi yang baik. Sayangnya, industri ini masih kurang transparan dan nyaman untuk melakukan investasi yang nyaman dengan cerdas. Melalui teknologi, kami menyediakan produk dan layanan investasi berkualitas tinggi untuk semua orang, tidak peduli di mana pun mereka berada atau jumlah kekayaan mereka,” tambah Johny.

Application Information Will Show Up Here

Lubna “Robo Trading” Platform Receives Funding from East Ventures

Lubna, a startup that provides trading robot for various financial assets, announces seed funding from East Ventures. The plan is to use the funding for further product development and talent acquisition for analyst team.

Lubna was created to provide one-stop solution in cryptocurrency trading and financial assets for beginners and experts. The system is to automate crypto trading for member’s account registered in merchants, such as Indodax, Bitmex, Biance, Bitfinex, and Huobi.

“It’s hardly possible for retail investors with permanent job like me to achieve maximum profit due to incapability to always maintain our portfolios. In addition, I see many retail investors, particularly the beginners having difficulty to get positive results due to lack of knowledge and insight of investment. Robo trading is what we’ve seen as the solution,” Lubna’s CEO, Kevin Cahya said.

Kevin is not the only one with background in East Ventures, Lubna also run by Eddy Hartanto and Arthur Soerjohadi. The experience of them should present a unique algorithm that is approved in Lubna and capable to increase profit in the process of trading assets.

“One of our bot is having victory level up to 48% of the total 288 transactions they’ve made in two months, resulting 148% profit for investors,” he added.

Lubna also provide a dashboard that allows users to go through technical and fundamental analysis of their trading. The system also present real-time notification everytime the robot make trading. The developing project is not only to help data management but also to eliminate the emotional effect when making an investment. Artificial intelligence behind the development can make decision based on data collection.

“The main reason behind the young generation decision to trade crypto is because the easy apply, the fast and simple process, starts from product introduction to money withdrawal back to the account. Lubna is in the right spot to accelerate the participation of young generation. Its vision to make trading for user easier will be the main advantage for Lubna to be the first successful crypto trading robot in the region,” East Ventures’ Partner, Melisa Irene said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform “Robo Trading” Lubna Raih Pendanaan dari East Ventures

Lubna, startup penyedia robot perdagangan untuk berbagai macam aset keuangan, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Rencananya dana yang didapat akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk lebih lanjut dan merekrut talenta baru untuk tim analis.

Lubna dikembangkan dengan tujuan untuk menyediakan one-stop solution dalam pedagangan mata uang crypto dan aset keuangan baik untuk pemula maupun profesional. Sistem yang dikembangkan Lubna mampu mengautomasi perdagangan kripto di akun pengguna yang terdaftar di mitra, seperti Indodax, Bitmex, Biance, Bitfinex, dan Huobi.

“Hampir tidak mungkin bagi investor ritel yang memiliki pekerjaan tetap seperti saya untuk mencapai keuntungan maksimal karena kami tidak dapat memantau portofolio kami sepanjang waktu. Selain itu, saya melihat banyak investor ritel, terutama para pemula mengalami kesulitas untuk mencapai hasil positif karena kurangnya paparan dan pengetahuan dalam investasi. Robo trading adalah apa yang kita lihat sebagai solusi,” terang CEO Lubna Kevin Cahya.

Selain Kevin yang memiliki pengalaman di East Ventures, Lubna juga dijalankan oleh Eddy Hartanto dan Arthur Soerjohadi. Dengan pengalaman yang dimiliki ketiganya, mereka menghadirkan algoritma unik yang dianggap teruji di Lubna yang mampu meningkatkan keuntungan dalam proses perdagangan aset.

“Salah satu bot kami memiliki tingkat kemenangan hingga 48% dari total 288 transaksi yang mereka buat selama dua bulan, memberikan investor keuntungan laba hingga 148%,” imbuh Kevin.

Lubna juga menghadirkan dashboard yang memungkinkan pengguna memeriksa analisis fundamendal dan teknis dari perdagangan mereka. Sistem juga akan memberikan pemberitahuan secara real time setiap robot melakukan perdagangan. Robot yang dikembangkan ini diklam tidak hanya membantu pengolahan data tapi juga mampu menghilangkan efek emosional yang sering muncul dalam melakukan investasi. Teknologi kecerdasan buatan yang ada di belakangnya mampu mengambil keputusan dari data-data yang diperoleh.

“Keputusan utama generasi muda untuk berdagang mata uang crypto adalah karena arena ini memiliki penghalang masuk yang rendah, yakni proses yang cepat dan sederhana, mulai dari proses pengenalan produk hingga penarikan uang kembali ke rekening bank. Lubna berada pada posisi yang tepat untuk mempercepat partisipasi populasi muda untuk berinvestasi. Visinya untuk membantu pengguna berdagang dengan mudah akan menjadi keuntungan utama bagi Lubna untuk menjadi perdagangan robot crypto yang sukses pertama di wilayah ini,” terang Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here

Triplogic Amankan Pendanaan dari East Ventures

Triplogic, startup logistik on-demand dalam kota dan antar kota, mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan tahap awal dari East Vetures. Tidak disebutkan nominal yang didapatkan. Hanya saja Triplogic akan memanfaatkannya untuk memperbanyak mitra dan terus menjangkau lebih banyak kota.

Triplogic didirikan oleh Oki Earlivan, Rowdy Fatha, dan Krisna Diarini. Saat ini layanan mereka menyediakan pengiriman last mile dan distribusi agensi untuk klien, ritel, UKM, hingga korporasi. Salah satu bentuk pengiriman yang ditawarkan adalah pengiriman instan. Menjanjikan barang bisa sampai ketempat tujuan dalam kurun waktu 3 jam dengan cara membangun titik pengiriman pada lokasi UKM dan toko lokal yang berbentuk loker dan boks pintar.

Triplogic bukanlah perusahaan logistik biasa yang hanya melakukan pengiriman paket. Kami adalah perusahaan logistik yang menyediakan solusi lengkap dari hulu ke hilir, mulai dari logistik, pengiriman paket, pengemasan dan distribusi untuk UKM. Sebagai perusahaan logistics as a service (LAAS), kami terus berfokus menciptakan ekosistem rantai pasokan yang kuat,” terang CEO Triplogic Oki Earlivan.

Triplogic juga cukup optimis dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mengklaim telah berhasil melayani ribuan pengiriman per hari dengan pertimbuhan nilai transaksi GMV hingga 34 kali lipat.

Triplogic

Rencananya dana segar yang didapat akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk dan teknologi. Termasuk juga memperluas jaringan logistik dengan menggandeng lebih banyak mitra UKM sebagai titik pengiriman barang. Sejauh ini Triplogic sudah bermitra dengan 1.600 UKM dan beroperasi di 61 kota di seluruh Indonesia, termasuk kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Palembang. Di tahun 2019 ini mereka menargetkan untuk menambah lebih dari 15.000 drop shipping point.

Partner East Ventures Melisa Irene menjelaskan bahwa sejauh ini East Ventures telah berinvestasi di sejumlah perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan dan rantai pasokan, dan ekosistem yang dibangun pun terus berkembang. Bergabungnya Triplogic dalam ekosistem tersebut akan melengkapi ekosistem rantai pasokan yang sudah ada.

“Semua platform e-commerce yang kami beri investasi memberikan nilai tambah karena pelanggan semakin mudah mendapatkan produk yang mereka inginkan, sehingga menciptakan pengalaman online ke offline yang mulus; contoh terbaru adalah Fore Coffee. Kami menyadari bahwa Triplogic, sebagai pemain logistik last mile, cocok untuk melengkapi ekosistem rantai pasokan kami selama ini,” terang Melisa.

Application Information Will Show Up Here

Sinergi Kopi dan Teknologi, Tak Sekadar Pengejawantahan Konsep “New Retail”

Industri coffee chain mulai tumbuh di Indonesia. Tak hanya merk internasional yang membanjiri kota-kota besar di Indonesia, nama-nama lokal pun mulai tumbuh. Beberapa menawarkan kopi dengan berbagai macam pilihan, sementara yang lain mulai menambahkan teknologi untuk memberikan pengalaman lebih dalam berinteraksi dengan kedai kopi.

Tanda-tanda teknologi mulai akan disematkan sudah mulai terlihat di tahun 2018 kedia dua nama pemain coffee chain berhasil mengamankan pendanaan dari venture capital dengan nafas teknologi. Fore Coffee mendapatkan suntikan dari East Ventures dan Kopi Kenangan mendapat suntikan dana dari Alpha JWC Ventures.

Ada juga Anomali Coffee yang sudah mulai menerapkan sistem pemesanan menggunakan aplikasi. Jalan terang menuju kedai kopi bernafaskan teknologi yang mulai dikenal sebagai konsep new retail.

“Semenjak investasi kami di Kopi Kenangan, mulai banyak pelaku bisnis F&B, termasuk kopi, yang mendekati VC [Venture Capital] untuk modal usaha, nampaknya kami telah membuka tren dan kesempatan baru untuk berkembang bagi pelaku bisnis serupa,” terang Co-Founder dan Manager Alpha JWC Ventures Jefrey Joe.

Alpha JWC Ventures Oktober silam menyuntikkan dana tak kurang dari Rp121 miliar untuk Kopi Kenangan. Tak hanya membantu mengenai finansial perusahaan modal ventura itu juga menjanjikan dukungan teknologi dan akselerasi bisnis untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dan tentunya meningkatkan pengalaman pengguna.

Kondisi tidak jauh beda juga dilakukan oleh East Ventures. Mereka berinvestasi ke Fore Coffee, coffee chain yang didukung oleh Otten Coffee ini menjanjikan pelayanan pembelian kopi yang lebih baik, tentunya dengan pendekatan teknologi. Terbaru, Fore Coffee baru saja mengantongi pendanaan senilai 118 miliar Rupiah dari sejumlah investor, termasuk East Ventures dan SMDV. Setelah pendanaan ini, Fore Coffee juga berusaha menerapkan sejumlah inovasi teknologi dalam bisnisnya.

“Kami memilih artisan kopi karena pentingnya menumbuhkan demand dan mendidik pasar untuk konsumsi kopi jenis Arabica, dibanding kopi Robusta. Karena dengan begitu, Indonesia akan mampu meningkatkan kesejahterahan petani kopi lokal berlipat- lipat dengan effort yang sama,” ujar Partner East Ventures Melisa Irene.

Ia melanjutkan, “Tujuan utama pendekatan new retail adalah agar mempermudah customer untuk mendapatkan produk atau jasa yang mereka inginkan. Sekian tahun perusahaan- perusahaan berbasis platform digital sudah membangun dasar yang kuat hingga kami rasa infrastuktur digital Indonesia sudah cukup kokoh untuk kita mulai menyusun kategori pokok di atasnya. Kategori kopi, kami rasa strategis, karena ini adalah produk dengan nilai tinggi yang berpotensi untuk dikonsumsi setiap hari oleh kalangan middle class.

New retail tak hanya soal teknologi

Konsep new retail tidak hanya berkaitan dengan teknologi. New retail adalah sebuah konsep yang menyeimbangkan antara pelayanan dan pengalaman pembeli. Tak hanya soal memesan atau membayar melalui aplikasi, tetapi juga menyediakan kebutuhan pengguna.

Hal ini diamini Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata. Ia menyampaikan bahwa konsep new retail setidaknya harus memiliki skala distribusi yang sesuai. Karena akan sangat sulit membuat ekosistem new retail di Jakarta tanpa distribusi yang sesuai.

Jefrey kepada DailySocial lebih jauh juga menjelaskan bahwa menerapkan sistem new retail tidak semudah menciptakan sistem jual beli. Ada aspek-aspek lain yang juga harus dipenuhi seperti penerimaan masyarakat dan ketersediaan gerai yang mumpuni.

“Tidak seperti kebanyakan orang pikir, untuk mewujudkan konsep ‘new retail’ itu tidak semudah menciptakan aplikasi jual beli, ada banyak hal yang harus diperhatikan, seperti jumlah toko yang memadai, produk yang dapat diterima berbagai lapisan masyarakat, serta sistem dan tim yang memadai untuk melayani puluhan ribu pelanggan setiap harinya. Apakah semua pelaku F&B (termasuk kopi) bisa melakukannya? Tidak. Inilah mengapa kami memutuskan untuk mendukung Kopi Kenangan: visi besar mereka didukung oleh kapabilitas yang memadai,” imbuh Jefrey.

Kopi Kenangan dan Fore Coffee yang berencana menuju moderanisasi untuk coffee chain tengah mencoba memperbanyak ketersediaan mereka. Hingga kini Kopi Kenangan sudah memiliki 29 gerai dari 100 gerai yang ditargetkan di tahun ini. Demikian juga Fore Coffee yang saat ini sudah memiliki 12 gerai dan berusaha untuk terus menambahkannya.

“Fokus inovasi Fore Coffee adalah memberikan online to offline customer experience yang berkualitas tinggi dan seamless– kopi enak, mudah ditemukan, layanan cepat, dan harga bersahabat. Inovasi minuman akan jalan terus, ekspansi outlet sudah mencapai lebih dari 12 outlet dan terus bertambah,” terang Melisa.

Tahun ini setidaknya bisa menjadi awal baru bagi industri coffee chain. Dengan apa yang sudah dilakukan oleh Anomali Coffee dan rencana-rencana inovatif dari Fore Coffee dan Kopi Kenangan yang dipaparkan investor mereka.

Pihak Alpha JWC Ventures bahkan dengan terbuka sudah menyebutkan bahwa berusaha mendukung Kopi Kenangan dari segala aspek, demi ekspansi yang lebih baik. Edward menyampaikan, saat ini menambah gerai menjadi fokus utama. Ketika semua itu terpenuhi kemungkinan besar konsep new retail akan benar-benar optimal diterapkan oleh Kopi Kenangan.

“Untuk tahun depan, kami akan terus mendukung Kopi Kenangan dalam ekspansi mereka. Seperti pada portofolio kami lainnya, Alpha JWC selalu siap memberikan dukungan dalam hal strategi bisnis dan operation, manajemen sumber daya manusia, dan tentu saja, dukungan finansial,” terang Jefrey.

Sedangkan pihak East Ventures menjelaskan, bahwa Fore Coffee akan memadukan aplikasi dengan ketersediaan gerai atau outlet sehingga memudahkan mereka menjangkau konsumen.

Key enabler Fore adalah perpaduan teknologi dalam bentuk aplikasi dan retail presence. Fore membuka outlet- outlet khusus delivery, sehingga customer dari berbagai tempat yang pesan lewat aplikasi Fore atau platform pengantaran lainnya bisa mendapatkan minumannya dengan lebih cepat. Dengan adanya aplikasi pula, customer akan bisa mendapatkan offer yang sesuai dengan preference masing- masing,” terang Melisa.

Aplikasi Anomali Coffee terinspirasi antrean

Anomali Coffee adalah salah satu merk coffee chain yang sudah menyediakan aplikasi untuk penggunanya. Mereka berangkat dari perasaan tidak nyaman melihat pelanggan mereka mengantre cukup panjang untuk mendapatkan beberapa gelas kopi.

Disampaikan oleh Head of Sales and Marketing Anomali Coffee Ryo Limijaya, pihaknya mengamati bahwa dari proses memesan sampai selesai proses pembayaran satu pelanggan mereka membutuhkan rata-rata 3 hingga lima menit.

Dari sana kemudian mereka mengembangkan aplikasi untuk memudahkan pelanggan mereka memesan kopi, dan datang hanya untuk mendapatkan kopi yang mereka pesan.

“Kami melihat hal ini sebagai salah satu jalan keluar atau hal yang dapat kami lakukan untuk membuat customer kami merasa nyaman dan aman untuk melakukan transaksi di Anomali Coffee karena seluruh data transaksi sudah terekam di dalam sistem. Misalnya jika muncul komplain dari customer, dari segi kami pun lebih mudah untuk mencari tahu kronologi serta langkah apa yang harus kami lakukan,” ujar Ryo mengomentari konsep new retail pada bisnis coffee chain.

Sejauh ini Anomali Coffee tercatat sudah memiliki 12 outlet yang tersebar di Jakarta, Bali, Makassar, dan Surabaya. Tahun ini rencananya selain menambah beberapa outlet baru Anomali Coffee juga berencana untuk memperbaiki kualitas sambil menjajaki teknologi apa yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

“Menurut kami, trend membeli kopi melalui aplikasi mungkin akan semakin meningkat. Namun semua itu kembali lagi kepada fokus perusahaan dalam memposisikan fungsi aplikasi berdasarkan kebutuhan konsumennya. Karena masing-masing perusahaan, walaupun dalam bidang bisnis yang sama, belum tentu kebutuhan konsumennya juga akan sama untuk diwujudkan ke dalam fitur aplikasi.”

“Mungkin ini adalah tantangan utama dalam trend itu sendiri, supaya jangan sampai aplikasi yang dirancang oleh perusahaan tidak menjawab kebutuhan customer sehingga pada akhirnya menjadi aplikasi yang gagal,” tutup Ryo.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bahasa.ai Receives Seed Funding From East Ventures

Bahasa.ai, an NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) platform development startup for Bahasa Indonesia, receives seed funding from East Ventures. The value is undisclosed. The plan is to use funding for accelerating mission to develop artificial intelligence platform.

Previously, Hokiman Kurniawan, Bahasa.ai’s Co-Founder and CEO, has explained its business strategy in an interview with DailySocial. Its focus is to produce more comprehensive Bahasa Indonesia skills for machines. One of which is applied in chatbot.

Melisa Irene, East Ventures’ Principal, said that the NLP / NLU-based platform developed by Bahasa.ai will be very relevant in Indonesia, because of unique variants and dialects in Bahasa Indonesia.

In daily communication, the non-KBBI slang and spelling terms keep showing and being used. Artificial Intelligence-based solutions, combined with machine learning, can improve the computer skills in understanding Bahasa Indonesia. Therefore, when being implemented (for chatbot, as an example) will become more attractive.

Samsul Rahmadani, Bahasa.ai‘s Head of AI, said in his statement, by increasing artificial intelligence technology, brands are expected to produce communication channels which capable to interact naturally and personally. Bahasa.ai introduces PaaS products to help brands or businesses in developing a chatbot strategy.

Competition among local chatbots

Creating artificial intelligence is not an easy deal, but many local startups are counting their luck in this vertical. Currently, there are many startups targeting AI-based products segment, particularly in chatbot implementation. They are Kata.ai, Botika, Bang Joni, Eva, and many others.

The development can’t be separated from industrial needs. Business players are competing to present new ways which more effective and efficient in terms of customer service. Chatbot-based solutions are considered capable to accommodate these needs. Many companies are already adopting, from telecommunications, bankings, and some e-commerce services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bahasa.ai Raih Pendanaan Awal dari East Ventures

Bahasa.ai sebagai startup pengembangan platform NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) untuk Bahasa Indonesia, hari ini (23/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal (seed funding) dari East Ventures. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang didapat. Rencananya akan digunakan untuk mempercepat misinya dalam mengembangkan platform kecerdasan buatan.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO Bahasa.ai, Hokiman Kurniawan, sudah menerangkan strategi bisnisnya. Fokus Bahasa.ai adalah menghasilkan kemampuan Bahasa Indonesia yang lebih komprehensif untuk mesin komputer. Salah satunya diterapkan dalam chatbot.

Principal East Ventures, Melisa Irene, dalam sambutannya mengatakan bahwa platform berbasis NLP/NLU yang dikembangkan oleh Bahasa.ai akan sangat relevan di Indonesia. Hal ini mengingat adanya variasi dan dialek yang unik dalam Bahasa Indonesia.

Dalam komunikasi sehari-hari, istilah slang dan ejaan non-KBBI terus hadir dan digunakan. Solusi berbasis kecerdasan buatan –dikombinasikan dengan pembelajaran mesin—dapat meningkatkan kemampuan komputer dalam memahami Bahasa Indonesia. Sehingga saat diimplementasikan (misalnya ke dalam chatbot) akan menjadi lebih atraktif.

Chief AI Bahasa.ai, Samsul Rahmadani, dalam keterangan tertulisnya mengatakan dengan peningkatan teknologi kecerdasan buatan harapannya brand dapat menghasilkan kanal komunikasi yang dapat berinteraksi secara alami dan lebih personal. Bahasa.ai menghadirkan produk PaaS yang dapat membantu brand atau bisnis mengembangkan strategi chatbot-nya.

Persaingan bisnis chatbot lokal

Membuat produk berbasis kecerdasan buatan bukan perkara mudah, kendati demikian banyak startup lokal yang mencoba keberuntungan di vertikal tersebut. Saat ini sudah sangat banyak startup (atau hasil pivot startup) yang menyasar segmentasi produk berbasis AI, khususnya untuk implementasi chatbot. Sebut saja Kata.ai, Botika, Qiscus, Bang Joni, Eva dan sebagainya.

Perkembangan tersebut tak terlepas dari kebutuhan industri. Pemain bisnis berlomba-lomba menghadirkan cara baru yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan pelanggan. Solusi berbasis chatbot dinilai mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Saat ini, banyak perusahaan yang mulai mengadaptasi, dari perusahaan telekomunikasi, perbankan, hingga e-commerce.