VR Headset Terbaru HP Lebih Sempurna Berkat Campur Tangan Valve

Beberapa bulan lalu, beredar kabar bahwa Valve, HP dan Microsoft sedang mengembangkan VR headset baru, dan sekarang kita tahu bahwa headset tersebut adalah sekuel dari HP Reverb yang dirilis setahun sebelumnya.

Dinamai HP Reverb G2, perangkat masih mempertahankan keunggulan pendahulunya, yakni resolusi display yang sangat tinggi, persisnya 2160 x 2160 pixel per mata. Yang berbeda kali ini adalah lensa yang digunakan pada display-nya.

Lensa display baru ini merupakan hasil rancangan Valve, dan dipercaya mampu meningkatkan ketajaman gambar secara signifikan. Sayang refresh rate-nya tetap 90 Hz, bukan 120 Hz seperti yang Valve Index unggulkan, dan field of view-nya pun juga sama persis di angka 114 derajat.

HP Reverb G2

Selain peningkatan kualitas visual, Reverb G2 turut menawarkan kualitas spatial audio yang lebih baik, lagi-lagi berkat bantuan Valve yang mendesain speaker-nya. Tracking pergerakan controller juga kian sempurna berkat penambahan sepasang kamera, masing-masing di sisi kiri dan kanan perangkat. Berbekal 4 kamera ini, Reverb G2 mampu menawarkan tracking 6DoF tanpa bantuan sensor eksternal.

Bicara soal controller, perangkat pendamping itu juga ikut direvisi di sini. Desainnya kini semakin menyerupai controller Oculus Touch, dengan layout tombol yang optimal sehingga lebih mudah digunakan. Hilang sudah trackpad di setiap unit controller, digantikan oleh sepasang tombol action (A + B dan X + Y).

HP Reverb G2

Secara estetika, Reverb G2 tidak jauh berbeda dari Reverb orisinal. Kendati demikian, HP mengklaim Reverb G2 lebih nyaman digunakan berkat bantalan wajah yang lebih tebal sekaligus distribusi berat yang lebih seimbang. Headset juga dapat dilipat 90° ke atas sehingga pengguna tak perlu melepas headset secara menyeluruh ketika hendak melihat sekitarnya.

Di Amerika Serikat, HP Reverb G2 kabarnya bakal dipasarkan mulai musim semi seharga $599. Perangkat ini kompatibel dengan platform Windows Mixed Reality maupun SteamVR, menjadikannya sebagai alternatif yang lebih terjangkau dari Valve Index untuk mencicipi Half-Life: Alyx.

Sumber: HP.

 

Makin Mirip Chrome, Microsoft Edge Kini Juga Dilengkapi Mini Game Endless Runner

Salah satu game PC pertama yang saya mainkan adalah SkiFree. Game tersebut dirilis di tahun 1991. Versi Windows terbaru kala itu adalah Windows 3.0, dan Internet Explorer pun juga belum eksis.

Sekarang, Internet Explorer pada dasarnya bisa dibilang sudah punah, digantikan oleh Microsoft Edge yang jauh lebih modern sekaligus lebih mirip dengan browser nomor satu di dunia, yakni Google Chrome. Saking miripnya, Edge sekarang juga dibekali mini game ala Chrome Dino.

Bagi yang tidak tahu, Chrome Dino adalah mini game tersembunyi yang bisa diakses ketika perangkat sedang tidak tersambung ke internet, atau dengan mengetikkan “chrome://dino” di kotak URL. Sekarang, game endless runner serupa juga hadir di Edge.

Untuk memainkannya, cukup ketikkan “edge://surf” di kotak URL versi terbaru Microsoft Edge, atau dengan mengklik tombol “Launch game” saat offline. Meski terinspirasi Chrome Dino, mini game di Edge ini ternyata jauh lebih advanced, dan bisa dibilang merupakan penerus spiritual dari SkiFree itu tadi.

Tipe permainannya tetap endless runner, akan tetapi Microsoft juga menyediakan dua mode lain supaya kita tidak mudah bosan. Seperti SkiFree, game ini dapat dimainkan menggunakan keyboard atau mouse, tapi di saat yang sama juga mendukung beragam input lain mulai dari controller Xbox, PlayStation, Switch Pro, sampai Xbox Adaptive Controller.

Permainan ini awalnya bermula dari easter egg yang Microsoft siapkan untuk para beta tester Edge di bulan November 2019. Setelahnya, banyak dari mereka berharap Microsoft bisa mengubahnya menjadi game permanen yang dapat dimainkan secara offline di Microsoft Edge. Beberapa bulan berselang, permintaan mereka pun akhirnya terkabulkan.

Sumber: Microsoft.

Xbox Series X Mampu Jalankan Game Lawas dengan Performa dan Visual yang Lebih Baik

Backwards compatibility, istilah ini selalu Microsoft pakai ketika menjelaskan tentang berbagai keunggulan yang ditawarkan gaming console barunya, dimulai dari Xbox One di tahun 2015. Premisnya sederhana saja: konsumen tak perlu cemas koleksi game yang sudah mereka kumpulkan dengan susah payah bakal jadi tidak relevan begitu saja saat hijrah ke console baru.

Xbox Series X pun juga demikian. Microsoft memastikan bakal ada ribuan judul lawas yang bisa langsung dimainkan di Xbox Series X pada hari peluncurannya nanti. Bukan hanya itu, koleksi game lama itu diyakini bisa berjalan lebih baik di Series X.

Fitur-fitur anyar seperti Quick Resume maupun waktu loading yang jauh lebih cepat juga berlaku untuk gamegame generasi sebelumnya yang dimainkan di Series X. Istimewanya, developer masing-masing game tidak perlu melakukan apa-apa, sebab tim Xbox sudah melakukan optimasi langsung di tingkat platform.

Selain performa yang lebih baik, backwards compatibility di Series X juga menjanjikan kualitas visual yang lebih menawan. Hal itu diwujudkan melalui penerapan HDR secara otomatis pada judul-judul game lama yang dimainkan di Series X. Bahkan game Xbox 360 pun juga akan tampil dalam format HDR di Series X, lagi-lagi tanpa perlu melibatkan partisipasi masing-masing developer.

Terakhir dan yang menurut saya paling menarik, sejumlah judul lawas yang dimainkan di Series X juga akan meningkat drastis frame rate-nya. Yang tadinya cuma berjalan di 30 fps akan menjadi 60 fps, dan yang tadinya 60 fps jadi 120 fps. Namun ini semestinya memerlukan campur tangan langsung dari developer game yang bersangkutan.

Tentu saja Xbox Series X bukan satu-satunya console baru yang menawarkan backwards compatibility. PlayStation 5 pun juga menjanjikan fasilitas yang serupa. Versi mereka bahkan memungkinkan pengguna PS5 untuk bermain bersama pengguna PS4.

Sumber: Xbox.

Minecraft Telah Terjual Sebanyak 200 Juta Kopi

200 juta kopi. Sebanyak itulah Minecraft telah terjual sejak ia dirilis secara resmi di tahun 2011. Sebagai perbandingan, Grand Theft Auto V yang luar biasa populer sampai-sampai server Epic Games Store sempat jebol saat menggratiskannya baru-baru ini, baru terjual sebanyak 120 juta kopi per Februari kemarin.

Lebih istimewa lagi, sebagian besar dari mereka yang membeli Minecraft itu masih aktif memainkannya hingga sekarang. Menurut developer-nya, Mojang Studios, tercatat ada 126 juta orang yang memainkan Minecraft setiap bulannya. Sebagai konteks, Netflix sejauh ini punya 182,9 juta pelanggan.

Popularitas Minecraft ini bukanlah tanpa alasan. Seperti yang kita tahu, Minecraft sangatlah populer di dunia pendidikan, dan itu memicu developer-nya untuk mengembangkan Minecraft edisi khusus pendidikan. Belakangan Minecraft: Education Edition juga sudah digratiskan untuk sementara waktu demi membantu kegiatan belajar-mengajar dari kediaman masing-masing.

Replika kampus UC Berkeley / Blockeley University
Replika kampus UC Berkeley / Blockeley University

Pernyataan bahwa Minecraft memegang peran penting dalam menghubungkan kita selama pandemi mungkin terdengar berlebihan, tapi itu ada benarnya juga. Di Korea Selatan misalnya, Minecraft belum lama ini sempat dipakai untuk merayakan Hari Anak. Lalu di Amerika Serikat, Minecraft baru-baru ini dipilih sebagai lokasi upacara wisuda salah satu perguruan tinggi ternama, UC Berkeley.

Tidak main-main, wisuda virtual itu dilangsungkan di replika kampus UC Berkeley yang sangat mendetail, lengkap sampai komplek di sekitarnya. Mereka bahkan punya nama yang sangat catchy untuk kampus virtual-nya, yakni Blockeley University.

Minecraft pada dasarnya merupakan bukti bahwa game tidak selamanya harus menyuguhkan grafik yang fenomenal untuk menjadi favorit khalayak – meski sekarang memang sudah ada opsi untuk memainkan Minecraft dengan teknologi grafik terkini. Popularitasnya juga berhasil melahirkan sejumlah spin-off yang menarik, seperti salah satunya Minecraft Dungeons yang akan segera dirilis pada tanggal 26 Mei.

Sumber: Xbox.

Microsoft Luncurkan Surface Go 2, Surface Book 3, Surface Headphones 2, dan Surface Earbuds

Ada trivia menarik seputar tren WFH (work from home) selama masa pandemi: lebih dari 4 triliun menit kita semua habiskan di depan perangkat Windows 10 dalam sebulan, naik 75% dibanding tahun lalu.

Wabah COVID-19 memang telah membekukan banyak industri, akan tetapi di saat yang sama sebagian dari kita masih bisa beradaptasi demi mempertahankan produktivitas. Bagi sejumlah produsen hardware, waktu-waktu seperti ini justru dapat mereka jadikan momentum untuk menyingkap produk baru.

Microsoft adalah salah satunya. Tanpa sebuah event peluncuran yang megah, mereka memperkenalkan deretan perangkat Surface anyar. Total ada enam produk yang mereka umumkan, yaitu Surface Go 2, Surface Book 3, Surface Headphones 2, Surface Earbuds, Surface Dock 2, dan USB-C Travel Hub.

Surface Go 2

Surface Go 2

Iterasi kedua tablet Surface yang paling kecil ini membawa sejumlah peningkatan dibanding pendahulunya. Dimensinya, terkecuali tebal dan bobotnya, masih sama persis seperti sebelumnya, dan itu berarti ia kompatibel dengan aksesori Type Cover yang lama. Pada kenyataannya, Microsoft memang tidak merilis Type Cover baru untuk mendampingi perangkat ini.

Meski panjang dan lebarnya sama seperti sebelumnya, Surface Go 2 mengemas layar berukuran sedikit lebih besar: 10,5 inci dibanding 10 inci pada versi pertamanya, berkat bezel yang menyusut. Resolusinya pun telah ditingkatkan menjadi 1920 x 1280 pixel – bukan 1080p sebab aspect ratio-nya 3:2 ketimbang 16:9.

Surface Go 2

Microsoft tak lupa menghadirkan peningkatan dari sisi performa. Surface Go 2 kini dapat dikonfigurasikan dengan prosesor Intel Core m3 generasi ke-8, RAM 8 GB, dan SSD 128 GB, sanggup mewujudkan kinerja 64% lebih kencang. Berhubung lebih tebal, baterainya pun ikut membesar dengan klaim daya tahan sampai 10 jam pemakaian.

Sepasang mikrofon berkualitas turut menjadi fitur yang diunggulkan Surface Go 2, tidak ketinggalan pula kamera depan 5 megapixel demi menyesuaikan dengan skenario penggunaan konsumen yang belakangan ini banyak melibatkan sesi panggilan video. Di belakang, ada kamera lain yang dirancang untuk mempermudah keperluan memindai dokumen, papan tulis, dan lain sejenisnya.

Perihal konektivitas, Surface Go 2 rupanya masih tergolong minim. Perangkat cuma dibekali satu port USB-C dan port khusus Surface Connect untuk charging maupun docking, plus slot kartu microSD.

Surface Go 2 akan segera dipasarkan dengan harga mulai $399. Sayangnya harga tersebut adalah untuk varian dengan spesifikasi yang sama seperti Surface Go lawas, sedangkan varian yang dibekali prosesor Core m3 harus ditebus dengan dana $629. Varian yang dilengkapi konektivitas LTE turut tersedia dengan harga yang lebih mahal.

Surface Book 3

Surface Book 3

Seperti halnya Surface Go 2 tadi, Surface Book 3 juga hadir tanpa perubahan desain yang berarti. Ia masih tersedia dalam dua ukuran layar sentuh yang berbeda, yakni 13,5 inci atau 15 inci. Resolusinya pun sama: 3000 x 2000 pixel pada varian 13,5 inci, dan 3240 x 2160 pixel pada varian 15 inci.

Daya tarik utama perangkat ini terletak pada performanya, yang diklaim naik hingga 50% dibandingkan pendahulunya. Pengaruh terbesarnya tentu datang dari penggunaan prosesor Intel generasi ke-10, sedangkan di sektor grafis, konsumen bebas memilih antara GPU bawaan Intel Iris Plus, GeForce GTX 1650, GTX 1660 Ti atau malah seri Quadro RTX 3000.

Surface Book 3

RAM-nya bisa dikonfigurasikan sampai yang berkapasitas 32 GB, sedangkan SSD-nya sampai 1 TB pada varian 13,5 inci, dan 2 TB pada varian 15 inci. Terlepas dari performa yang superior, Surface Book 3 tetap menjanjikan daya tahan baterai yang panjang: hingga 15,5 jam pemakaian pada varian 13,5 inci, atau 17,5 jam pada varian 15 inci.

Laptop lain dengan spesifikasi yang lebih tinggi tentu ada – banyak bahkan – tapi kita tak boleh lupa bahwa Surface Book 3 juga dapat digunakan sebagai tablet dengan melepas bagian keyboard-nya.

Sangat disayangkan porsi keyboard itu masih belum dilengkapi port Thunderbolt 3, melainkan hanya port USB-C biasa yang mendukung USB Power Delivery, plus sepasang port USB-A biasa, dan slot SD card. Port Surface Connect tentu tersedia, masing-masing satu di porsi tablet dan keyboard.

Di Amerika Serikat, Surface Book 3 rencananya akan dijual dengan banderol mulai $1.599.

Surface Headphones 2 dan Surface Earbuds

Surface Headphones 2

Dilihat dari luar, sulit membedakan Surface Headphones 2 dari pendahulunya, kecuali jika memilih warna hitam yang baru. Di samping warna baru, hal lain yang absen sebelumnya adalah earcup yang dapat diputar 180 derajat, yang sangat berguna ketika perangkat sedang tidak digunakan dan dikalungkan di leher.

Pengoperasiannya masih mengandalkan panel sentuh dan kenop fisik yang mengitari earcup. Lewat kenop ini, pengguna bisa mengatur volume maupun menyesuaikan intensitas fitur active noise cancellation (ANC).

Surface Headphones 2

Surface Headphones 2 ditenagai sepasang driver berdiameter 40 mm. Lagi-lagi sama seperti sebelumnya, namun yang berbeda kali ini adalah adanya Bluetooth 5.0 sekaligus dukungan codec aptX.

Daya tahan baterainya juga meningkat dari 15 jam menjadi 20 jam (dengan ANC aktif). Dukungan fast charging pun turut tersedia; 5 menit pengisian sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk satu jam pemakaian. Menariknya, semua ini bisa didapat dengan harga yang lebih murah daripada pendahulunya, tepatnya $249.

Surface Earbuds

Untuk Surface Earbuds, true wireless earphone ini merupakan model yang sama persis seperti yang Microsoft umumkan pada bulan Oktober tahun lalu. Microsoft memang sempat menunda perilisannya, namun kabar baiknya, harga jualnya kini turun menjadi $199, bukan lagi $249 seperti saat diumumkan pertama kali.

Kelebihan utama Surface Earbuds adalah integrasinya dengan platform Microsoft Office – juga tersedia di Surface Headphones 2. Pengguna bisa memakainya untuk mendikte teks ke Word, atau menavigasikan slide presentasi di PowerPoint secara hands-free.

Dalam sekali pengisian, baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 8 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 16 jam daya ekstra (total 24 jam).

Surface Dock 2 dan Microsoft USB-C Travel Hub

Surface Dock 2

Kalau Anda menanyakan apa fungsi port Surface Connect yang terdapat di Surface Go 2 dan Surface Book 3, jawabannya adalah aksesori bernama Surface Dock 2 ini. Menyambung secara magnetis via kabel, Surface Dock 2 memberikan akses ke sederet port tambahan: 4x USB-C, 2x USB-A, Ethernet, headphone jack, dan Kensington lock.

Di manakah sepasang port Mini DisplayPort yang ada pada generasi sebelumnya? Keduanya sudah digantikan port USB-C di sini, dan ini berarti perangkat seperti Surface Book 3 tadi dapat disambungkan ke dua monitor 4K 60 Hz sekaligus.

Saat disambungkan ke colokan listrik sendiri, Surface Dock 2 mampu mewujudkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi, sekaligus mengisi daya perangkat Surface yang terhubung secara lebih cepat. Aksesori ini memang tidak untuk semua orang, apalagi mengingat harga jualnya cukup mahal di angka $260.

Microsoft USB-C Travel Hub

Dalam kesempatan yang sama, Microsoft juga menawarkan aksesori lain yang lebih terjangkau, dan yang mungkin lebih menarik untuk sebagian besar konsumen: USB-C Travel Hub. Berbeda dari Surface Dock 2, perangkat ini menyambung via port USB-C ketimbang Surface Connect.

Satu port USB-C yang dikorbankan itu dibayar dengan lima jenis sambungan yang berbeda: VGA, HDMI, Ethernet, USB-A, dan tentu saja USB-C. Dimensinya tentu jauh lebih ringkas ketimbang Surface Dock 2, demikian pula harga jualnya yang cuma $100.

Sumber: Microsoft.

Microsoft Teams Akan Tingkatkan Kapasitas Group Chat Menjadi 250 Peserta

Saat ini, pandemi covid-19 yang melanda berbagai negara memaksa banyak perusahaan menerapkan sistem work from home. Kebutuhan akan layanan penunjang produktivitas kerja seperti video conference dan platform collaboration pun meningkat tajam.

Microsoft Teams salah satu yang mendapat lonjakan pengguna baru. Di mana pada bulan Maret 2020, layanan ini mengalami jumlah pertumbuhan pengguna aktif harian menjadi 44 juta.

Berselang sebulan, pada bulan April 2020 lalu angkanya melampaui 75 juta. Selain itu, Microsoft Teams juga telah digunakan oleh peserta rapat hingga sejumlah 200 juta dalam sehari.

Jumlah peserta rapat harian ini menghitung setiap meeting yang dilakukan setiap pengguna. Artinya, bila Anda mengikuti rapat tiga kali dalam sehari, maka dihitung sebagai tiga peserta rapat. Sebagai pembanding, aplikasi Zoom mengklaim angka 300 juta, diikuti Google Meet di 100 juta peserta rapat dalam sehari.

Kelebihan Microsoft Teams antara lain terintegrasi dengan Office 365 dan menggabungkan layanan virtual meeting, panggilan telepon, chatting, serta manawarkan tools untuk kolaborasi dalam satu tempat. Nah yang terbaru, Microsoft tengah mengembangkan sejumlah fitur yang diperkirakan akan menjangkau semua pengguna Microsoft Teams pada akhir bulan Mei 2020.

Pembaruan baru tersebut akan meningkatkan kapasitas group chat dari sebelumnya 100 peserta menjadi 250 peserta yang tentunya akan memudahkan tim perusahaan besar dalam memenuhi kebutuhan berkomunikasi dan berkolaborasi di tengah krisis saat ini. Meski begitu, kapasitas maksimum untuk panggilan video tetap 20 peserta.

Sumber: PhoneArena

Tak Hanya Menuntut Spesifikasi Tinggi, Microsoft Flight Simulator Juga Memerlukan Koneksi yang Mumpuni

Ambisius, satu kata itu bisa menggambarkan skala realisme yang bakal ditawarkan Microsoft Flight Simulator. Game simulasi garapan Asobo Studio itu tak hanya mempersilakan para pemain menjelajah seluruh penjuru dunia, tapi juga mampir ke 37.000 bandara yang ada di muka Bumi.

Itu semua tanpa melupakan kualitas grafisnya yang memukau, seperti yang bisa kita lihat dari trailer-nya. Bagian-bagian pesawat kelihatan begitu mendetail, simulasi cuacanya juga tampak amat realistis. Tidak heran apabila game ini akan menuntut spesifikasi PC yang cukup tinggi.

Persyaratan spesifikasi Microsoft Flight Simulator

Benar saja, seperti yang tercantum pada tabel di atas, spesifikasi minimumnya saja sudah tergolong cukup gres. Uniknya, selain spesifikasi yang direkomendasikan, developer juga mencantumkan spesifikasi PC ideal yang menurut mereka baru cukup untuk menyajikan Microsoft Flight Simulator secara maksimal.

Satu yang agak mencuri perhatian adalah, tiga tingkatan spesifikasi itu menuntut bandwith koneksi internet dalam jumlah yang berbeda. Apakah ini berarti Microsoft Flight Simulator hanya bisa dimainkan secara online?

Ya, sebab game ini banyak memanfaatkan platform cloud Microsoft Azure. Untuk me-render seluruh isi Bumi misalnya, game perlu mengakses data geografis sebesar 2 petabyte (2.000 TB) yang tersimpan di Microsoft Azure. Lalu mengapa game masih menuntut 150 GB kapasitas hard disk?

Microsoft Flight Simulator

Berdasarkan hasil wawancara The Guardian dengan pengembangnya, Microsoft Flight Simulator bakal dilengkapi mode offline. Persisnya bagaimana mode offline itu bekerja belum diketahui, tapi kemungkinan besar ada banyak fitur dalam game yang harus dipangkas.

Satu yang pasti adalah simulasi lalu lintas udara secara real-time. Jadi selain menampilkan banyak pemain sekaligus, Microsoft Flight Simulator juga akan menyimulasikan sejumlah penerbangan yang sedang berlangsung di dunia nyata. Fitur semacam ini tentunya memerlukan koneksi ke server secara konstan, sehingga besar kemungkinan tak akan tersedia pada mode offline.

Jadi jangan kaget kalau spesifikasi idealnya menuntut koneksi internet secepat 50 Mbps. Game seambisius Microsoft Flight Simulator rupanya juga membutuhkan spesifikasi komputer yang tak kalah ambisius.

Via: PC Gamer.

Microsoft Manjakan Fans Cyberpunk 2077 Dengan Xbox One X Edisi Spesial

Salah satu cara terbaik untuk merayakan peluncuran game besar yang ditunggu-tunggu adalah dengan membeli edisi kolektor atau bahkan memesan hardware bertema permainan tersebut. Secara personal, saya kenal dekat beberapa orang yang tak ragu merogoh saku dalam-dalam demi mendapatkannya. Bulan Februari lalu, Nvidia mengumumkan kartu grafis GeForce RTX 2080 Ti versi Cyberpunk 2077, namun sayangnya ia tidak bisa dimiliki lewat cara biasa.

Jika Anda sedang sedang menanti perilisan permainan role-playing raksasa garapan CD Projekt Red itu dan mencari sesuatu yang layak dikoleksi, Microsoft telah menyiapkan bundel produk istimewa. Minggu ini, mereka mengumumkan satu set Xbox One X edisi spesial Cyberpunk 2077, dilengkapi controller, charging stand, game drive, hingga headphone. Dalam menyediakan perangkat-perangkat ini, Microsoft juga berkolaborasi dengan sejumlah produsen hardware.

Console Xbox One X Cyberpunk 2077 Limited Edition sengaja dirancang untuk merepresentasikan warna-warni dan kemajuan teknologi Night City (lokasi game di-setting). Demi mencapainya, Microsoft memanfaatkan desain cybernetic, elemen-elemen ‘menyala’, panel-panel custom berwarna cerah, serta efek gradasi. Di sana Anda bisa menemukan grafiti glow in the dark, tulisan-tulisan hasil ukiran laser, serta sejumlah LED.

Xbox One Cyberpunk 2077 1

Di unit controller-nya, Microsoft mengangkat tema Johnny Silverhand, karakter yang menemani V (tokoh utama Cyberpunk 2077) dalam petualangannya. Gamepad didominasi dua warna: hitam  di area kanan dan perak di kiri. Desainer juga menghias controller dengan beragam tulisan, coretan serta decal. Fungsi, layout serta fiturnya sendiri sama seperti gamepad wireless Xbox standar, bisa tersambung ke Xbox One dan perangkat ber-OS Windows 10.

Xbox One Cyberpunk 2077 2

Untuk melengkapi controller-nya, Anda bisa menambahkan Cyberpunk 2077 Xbox Pro Charging Stand. Khusus unit ini, Microsoft memadukan skema warna gamepad (ada perak serta hitam) dan console (biru, kuning serta garis-garis hijau). Charging stand dilengkapi baterai rechargeable, penutupnya, serta kabel power sepanjang 1,8-meter. Aksesori ini juga dibekali magnet buat mengamankan controller.

Xbox One Cyberpunk 2077 3

Bersama sejumlah mitra, Microsoft dan CD Projekt Red turut menyediakan penyimpanan eksternal Seagate Game Drive for Xbox: Cyberpunk 2077 Special Edition dengan opsi 2TB dan 5TB, serta headset SteelSeries Arctis 1 Wireless for Xbox Johnny Silverhand Edition.

Xbox One Cyberpunk 2077 4

Semua pernak-pernik bertema Cyberpunk 2077 dapat dibeli secara terpisah, tapi mungkin tersedia melalui channel terpisah. Sebagian dari mereka sudah bisa di-pre-order. Microsoft sendiri hanya memproduksi 45 ribu console edisi spesial Cyberpunk 2077 dan menjualnya di kawasan tertentu saja. Anda dapat menyimak harga dan waktu ketersediaan masing-masing item di bawah ini:

  • Xbox One X Cyberpunk 2077 Limited Edition 1TB – Juni 2020, harganya belum diketahui, disertai kode download game, dapat ditebus di tanggal 17 September nanti
  • Xbox Wireless Controller Cyberpunk 2077 Limited Edition – tersedia sekarang, US$ 75
  • Cyberpunk 2077 Xbox Pro Charging Stand – juga tersedia sekarang, US$ 50
  • Seagate Game Drive for Xbox: Cyberpunk 2077 Special Edition – Juni 2020, harganya tergantung pihak pemasok
  • SteelSeries Arctis 1 Wireless for Xbox Johnny Silverhand Edition – Juni 2020, US$ 110

Berkat Ray Tracing, Minecraft Pun Kelihatan Seperti Game Baru

Populasi game yang mendukung teknologi ray tracing (RTX) sampai saat ini masih belum begitu banyak, meski jumlahnya terus meningkat dari waktu ke watu. Sejumlah developer bahkan berupaya untuk memperbarui game-nya agar mendukung ray tracing dan bisa tampil lebih memukau (di perangkat yang kapabel).

Ray tracing bukanlah fitur eksklusif untuk game baru. Bahkan game setua Minecraft pun juga bisa memanfaatkan teknologi grafis paling mutakhir itu. Kabar baiknya, Minecraft versi RTX sekarang sudah tersedia di Windows 10 melalui Microsoft Store, meski sejauh ini statusnya masih beta.

RTX pada dasarnya mampu menyulap Minecraft menjadi seperti game baru. Meski yang diubah cuma elemen-elemen seperti bayangan dan pencahayaan, perubahannya begitu drastis sehingga mampu membuat permainan jadi terasa lebih ‘hidup’. Refleksi di atas permukaan air kelihatan jauh lebih alami, sorotan cahaya dari ventilasi kelihatan sangat akurat, dan warna-warna pun tampak lebih cerah.

Setelah menonton videonya, jujur saya tidak pernah menyangka Minecraft bisa kelihatan sebagus ini hanya dengan diubah pencahayaannya. Selama bermain, pemain dapat melihat sendiri perbandingan tampilan Minecraft dengan atau tanpa RTX, cukup dengan menekan tombol “;”.

Minecraft RTX

Peningkatan kualitas grafik itu tentunya harus dibayar dengan tuntutan spesifikasi yang tinggi. Untuk bisa menjalankan Minecraft dengan ray tracing, spesifikasi PC minimum yang dibutuhkan adalah prosesor Intel Core i5, RAM 8 GB, dan tentu saja GPU GeForce RTX 2060. Lebih lanjut, jangan heran seandainya framerate turun drastis ketika RTX diaktifkan, sebab teknologi ini memang memerlukan resource yang sangat besar.

Sumber: VentureBeat dan Minecraft.

Microsoft Perbarui Aplikasi Your Phone dengan Fitur Transfer File Secara Wireless

Di era serba wireless seperti sekarang, memindahkan file dari smartphone ke komputer (atau sebaliknya) seharusnya juga bisa dilakukan dengan mudah. Definisi “mudah” sendiri pada umumnya mencakup dua hal: 1) bisa dilakukan secara wireless, dan 2) bisa menggunakan navigasi drag-and-drop.

Kabar baiknya, Microsoft dan Samsung bakal segera mewujudkan dua hal tersebut. Pada versi beta terbaru Windows 10 (yang bisa didapatkan jika sudah tergabung dalam program Windows Insider), aplikasi Your Phone telah diperbarui dengan fitur drag-and-drop file secara wireless.

Fitur ini kompatibel dengan sejumlah perangkat mobile Samsung yang dibekali fitur Link to Windows versi 1.5 (atau lebih tinggi), macam Galaxy S10, Note 10, atau S20 Series. Selama smartphone dan laptop-nya tersambung ke jaringan Wi-Fi yang sama, keduanya bisa langsung saling mentransfer foto atau file lain.

Tentunya ada beberapa batasan yang harus dicatat. Yang pertama, batas ukuran file terbesar yang bisa dipindahkan lewat metode ini adalah 512 MB. Kedua, satu sesi transfer tidak bisa meliputi lebih dari 100 file. Jadi seandainya pengguna hendak memindah ratusan foto, siap-siap saja untuk mengulangi langkahnya beberapa kali.

Semoga saja Microsoft bisa segera merilis versi anyar aplikasi Your Phone ini pada update Windows 10 selanjutnya.

Sumber: SamMobile dan Microsoft via Engadget.