Modalku Acquires Singapore-Based Fintech Payment “CardUp”

Modalku Group announced acquisition with an undisclosed amount over CardUp, a Singapore-based fintech startup providing payment solutions. CardUp capabilities are to enhance Modalku’s loan products in order to provide more integrated financial services for MSMEs in Southeast Asia.

Once the acquisition process is complete and approved by local regulators, the Modalku Group will welcome CardUp Co-founder Nicki Ramsay as a member of the management team to lead the payments business while retaining all CardUp employees in Asia.

In an official statement (29/6), Co-founder of Funding Societies and CEO of Modalku Indonesia, Reynold Wijaya, said that his team has known Nicki and CardUp since 2018. In terms of culture and strategy, this is quite a match for the Modalku Group.

He said, with this acquisition, the company can accelerate its leadership in the regional fintech market by combining payment service capabilities, improving user experience, and adding local licenses to Modalku Group’s digital lending services in key markets. “We are excited to work with the CardUp team. This is an honor for us,” said Reynold.

CardUp’s Founder and CEO, Nicki Ramsay said, “We also identify the Modalku Group as a perfect associate for the company’s expertise in payments. For him, this acquisition reflects the strong strategic and cultural synergy between the two companies.

“We have the same mission to empower MSMEs and have been providing the medium for them in business operations and cash flow management. We believe that CardUp has a bright future with the Modalku Group and we are delighted to be working together on this new journey,” Ramsay added.

CardUp will continue to operate its business and consumer services, also continue its long-term relationships with partners, card issuers, and media partners. The two companies will take advantage of synergies through complementary human resources, technological innovation, banking, and technology partnerships to continue to empower MSMEs in Southeast Asia.

This acquisition, Reynolds continued, is one of the most significant corporate actions during this year. In February, the company raised $294 million in Series C funding, with $144 million streaming from equity. Moreover, the company also invested in Bank Index in Indonesia, launched a virtual business card called Elevate in Singapore, and expanded business in Vietnam. “All of this is to strengthen and expand the range of corporate financial services for MSMEs.”

About CardUp

CardUp was founded in 2016 in Singapore, providing payment solutions for individuals and businesses to pay suppliers and receive payments from customers digitally. In addition to Singapore, the solution has been used by tens of thousands of businesses on various business and industrial scales (B2B and C2B) in Malaysia and Hong Kong. They use CardUp for transactions related to payroll, rent payments, corporate taxes, vendor payments, accounts receivable flows, and fees between countries.

CardUp is licensed by the Monetary Authority of Singapore (MAS) as a Major Payment Institution under the Payment Services Act and is also licensed by the Hong Kong Customs and Excise Department or HKCED. ) as a Financial Service Operator (Money Service Operator).

CardUp is in high demand from businesses looking to save time and money by digitizing payment transactions. This is reflected in the claimed quarterly growth of 53%.

Momentum for MSMEs

The acquisition is considered to have the right momentum, as the MSME segment is projected to drive Southeast Asia’s digital financial market to $60 billion by 2025, according to a Bain & Company report. Meanwhile, citing McKinsey, the business payments sector will grow at a CAGR of 10% over the next five years.

Modalku provides digital funding services, borrowers (potential MSMEs) can get an unsecured business capital loan of up to IDR 2 billion funded by platform lenders (individuals or institutions looking for alternative investments) through the digital market.

In addition to Indonesia, Modalku also operates in Singapore, Malaysia, Thailand, and Vietnam under the name Funding Societies. To date, the Modalku Group has succeeded in disbursing business loans of Rp. 35.14 trillion to more than 5 million MSME loan transactions in Southeast Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku Akuisisi CardUp, Startup Fintech Pembayaran Asal Singapura

Grup Modalku mengumumkan akuisisi terhadap CardUp, startup fintech penyedia solusi pembayaran dari Singapura dengan nominal dirahasiakan. Kapabilitas CardUp akan melengkapi produk-produk pinjaman Modalku dalam rangka menyediakan layanan keuangan yang lebih terintegrasi untuk UMKM di Asia Tenggara.

Setelah proses akuisisi selesai dan disetujui regulator setempat, Grup Modalku akan menyambut Co-founder CardUp Nicki Ramsay sebagai anggota tim manajemen untuk memimpin usaha pembayaran dengan tetap mempertahankan semua karyawan CardUp di Asia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (29/6), Co-founder Funding Societies dan CEO Modalku Indonesia Reynold Wijaya menuturkan, pihaknya sudah mengenal Nicki dan CardUp sejak 2018. Secara kultural dan strategis, CardUp sangat cocok bagi Grup Modalku.

Menurutnya, dengan akuisisi ini, perusahaan dapat mempercepat kepemimpinan perusahaan di pasar fintech regional dengan menggabungkan kapabilitas layanan pembayaran, meningkatkan user experience, dan menambah lisensi lokal ke layanan digital lending Grup Modalku di pasar-pasar utama. “Kami bersemangat untuk bekerja sama dengan tim CardUp. Bergabung dengan mereka adalah suatu kehormatan bagi kami,” ucap Reynold.

Founder dan CEO CardUp Nicki Ramsay menambahkan, pihaknya juga melihat Grup Modalku sebagai pasangan komplementer untuk keahlian perusahaan di bidang pembayaran. Bagi dia, akuisisi ini mencerminkan sinergi strategis dan budaya yang kuat antara kedua pihak.

“Kami memiliki misi yang sama untuk memberdayakan UMKM dan selama ini menyediakan sarana bagi mereka untuk mendapatkan bisnis operasional dan mengelola arus kas. Kami percaya bahwa CardUp memiliki masa depan yang cerah dengan Grup Modalku dan kami senang akan bekerja sama dalam perjalanan baru ini,” kata Ramsay.

CardUp akan terus mengoperasikan layanan bisnis dan konsumennya, serta melanjutkan hubungan jangka panjangnya dengan para mitra, penerbit kartu, dan mitra media. Kedua perusahaan akan memanfaatkan sinergi, yaitu melalui sumber daya manusia yang komplementer, inovasi teknologi, kemitraan perbankan, dan teknologi untuk terus memberdayakan UMKM di Asia Tenggara.

Akuisisi ini, sambung Reynold, adalah salah satu aksi korporasi yang signifikan selama 2022. Pada Februari kemarin, perusahaan memperoleh pendanaan Seri C senilai $294 juta, dengan $144 juta di antaranya berasal dari pendanaan ekuitas. Berikutnya, berinvestasi terhadap Bank Index di Indonesia, meluncurkan kartu virtual usaha bernama Elevate di Singapura, dan perluas bisnis di Vietnam. “Semua ini dilakukan untuk memperkuat dan memperluas rangkaian layanan keuangan perusahaan bagi UMKM.”

Tentang CardUp

CardUp didirikan pada 2016 di Singapura, sediakan solusi pembayaran untuk individu dan badan usaha membayar pemasok dan menerima pembayaran dari pelanggan secara digital. Tak hanya Singapura, kini solusinya telah dimanfaatkan oleh puluhan ribu usaha dari berbagai skala bisnis dan industri (B2B dan C2B) di Malaysia dan Hong Kong. Mereka menggunakan CardUp untuk transaksi yang berhubungan dengan pembayaran gaji, pembayaran sewa, pajak korporat, pembayaran vendor, arus piutang, dan biaya antar negara.

CardUp memegang lisensi dari Monetary Authority of Singapore (MAS) sebagai Lembaga Pembayaran Signifikan (Major Payment Institution) di bawah Undang-Undang Layanan Pembayaran (Payment Services Act) dan juga terlisensi oleh Departemen Bea Cukai Hong Kong (Hong Kong Customs and Excise Department atau HKCED) sebagai Operator Layanan Keuangan (Money Service Operator).

CardUp memperoleh permintaan tinggi dari usaha-usaha yang ingin menghemat waktu dan uang lewat digitalisasi transaksi pembayaran. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan tiap kuartal yang diklaim sebesar 53%.

Momentum pangsa pasar UMKM

Langkah akuisisi dianggap memiliki momentum yang tepat, lantaran segmen UMKM diproyeksikan akan menggerakkan pasar keuangan digital Asia Tenggara menjadi sebesar $60 miliar pada 2025 mendatang, menurut laporan Bain & Company. Sementara, mengutip dari McKinsey, sektor pembayaran usaha akan tumbuh dengan CAGR 10% selama lima tahun ke depan.

Modalku menyediakan layanan pendanaan digital,  peminjam (UMKM yang berpotensi) bisa mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa jaminan hingga Rp2 miliar yang didanai oleh pendana platform (individu atau institusi yang mencari alternatif investasi) melalui pasar digital.

Selain di Indonesia, Modalku juga beroperasi di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dengan nama Funding Societies. Sampai saat ini, Grup Modalku telah berhasil mencapai penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp35,14 triliun kepada lebih dari 5 juta transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Lanjutkan Ekspansi Regional ke Vietnam

Grup Modalku meresmikan ekspansi bisnisnya di Vietnam. Langkah ini menandai ekspansi kelima Grup Modalku di Asia Tenggara setelah Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand, untuk mengakomodasi pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan akses permodalan.

Adapun, Grup Modalku sudah beroperasi di Vietnam sejak Desember 2021. Hingga saat ini, perusahaan telah mencairkan pinjaman lebih dari $20 juta, dan jumlahnya akan ditingkatkan menjadi $90 juta pada tahun ini.

Dengan ekspansi ini, Grup Modalku akan melayani UMKM di berbagai sektor, seperti pendidikan, ritel, teknologi, dan FMCG, dengan menawarkan produk pembiayaan perdagangan, pembiayaan inventaris, pembiayaan piutang dan utang di Ho Chi Minh, Hanoi, dan sekitarnya.

“Ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun tim yang solid dan mengamankan pendanaan mengingat situasi pandemi mulai menurun di global. Kami yakin Vietnam akan menjadi salah satu pasar terbesar kami dengan melihat potensinya,” ucap Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya dalam keterangan resminya.

Sejak pandemi Covid-19, akses terhadap permodalan menghambat pertumbuhan UMKM di Vietnam. Berdasarkan data Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, UMKM mengambil porsi sebanyak 98% dari total bisnis di 2020. Namun, hanya 54% UMKM terdaftar yang aktif beroperasi di 2019. Padahal, UMKM telah memberikan lapangan pekerjaan terhadap 5,6 juta orang dan menyumbang lebih dari $241 miliar atau 40% dari PDB di Vietnam.

Menurut Country Director Funding Societies Vietnam Ryan Galloway, UMKM di Vietnam tidak punya akses ke badan usaha permodalan yang setara layaknya di kawasan Asia Tenggara lain. Kendati begitu, pelaku usaha di Vietnam memiliki daya saing kuat dengan sumber daya terbatas.

“Kami bersemangat untuk mendukung sektor UMKM yang sedang berkembang di sini sehingga kami dapat melayani kebutuhan jutaan UMKM di seluruh Asia Tenggara,” tambah Galloway.

Adaptasi pasar

Mengawali 2022, raksasa teknologi Vietnam, VNG Corporation menyuntik $22,5 juta di Grup Modalku sebagai bagian dari pendanaan seri C+ sebesar $144 juta dan fasilitas dana pinjaman $150 juta. Selain VNG, putaran pendanaan ini turut melibatkan investor lain, termasuk SoftBank Vision Fund 2, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan K3 Ventures.

Menurut Reynold, keterlibatan investasi VNG akan memampukan Grup Modalku untuk beradaptasi di pasar lokal sehingga dapat menciptakan solusi sesuai kebutuhan bisnis di Vietnam.

Lebih lanjut, menyusul kesuksesan Grup Modalku di negara lain, Galloway menyebut akan mempersingkat waktu penyelesaian proses pinjaman dengan melakukan otomatisasi pada proses operasional dan penilaian (underwriting) bagi para pelaku UMKM di Vietnam.

Selain itu, Grup Modalku juga berencana menghadirkan pendanaan digital secara nasional dengan mata uang lokal di pertengahan tahun ini. Grup Modalku juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai platform teknologi dan perbankan demi mendukung misi jangka menengah dan panjang menjadi neobank.

Sebagai informasi, baru-baru ini Grup Modalku bersama platform jual-beli otomotif Carro mengumumkan investasi saham bersama (co-investment) di PT Bank Index Selindo (Bank Index). Tidak disebutkan nilai investasi bersama ini.

Grup Modalku, atau dikenal sebagai Funding Societies, mengklaim sebagai satu-satunya platform pendanaan UMKM berbasis digital yang punya lisensi dan terdaftar di lima negara di Asia Tenggara. Di tahun ketujuh beroperasi, Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp33,27 triliun ke lebih 5 juta pinjaman.

Modalku berupaya untuk mengatasi kesenjangan keuangan bagi pelaku UMKM di Asia Tenggara. Produk yang ditawarkan antara lain fasilitas pinjaman berjangka hingga berbagai opsi pembiayaan berbasis perdagangan, seperti invoice financing.

Application Information Will Show Up Here

Modalku and Carro Announces “Co-Investment” to Bank Index

Modalku Group (known as Funding Societies in Singapore, Malaysia and Thailand) partners with automotive trading platform, Carro, announced a co-investment in PT Bank Index Selindo (Bank Index). The value of this joint investment is still undisclosed.

In the official statement, Modalku’s Co-founder & CEO, Reynold Wijaya said this collaboration is to support Modalku’s business strategy to enter the neobank industry. In addition, he considered Bank Index to be the right partner to empower and develop MSMEs.

“Since 2015, Modalku Group has been a partner in the banking industry in all of our operational areas. The partnership with Bank Index will bring fintech and banking collaboration to a higher level. We want to support MSMEs across banking, payments, loans and digital services,” Reynolds said.

Carro Indonesia’s CEO, Jeremy Ong agreed on this co-investment step to be the native option to be part of the journey to build capabilities and infrastructure in the automotive ecosystem, both in terms of purchasing, MSMEs, to insurance.

Previously, Carro has entered the ranks of Allo Bank investors with Bukalapak and Grab.

On a general note, Bank Index is a private bank with 52 office networks in Greater Jakarta, Java, Sumatra, Bali and Batam. Bank Index focuses on the MSME segment and operates in the commercial supply chain.

The Modalku Group is a funding platform for MSMEs in Southeast Asia that has licenses in Singapore, Indonesia, Thailand, Malaysia, and currently available in Vietnam. Modalku offers loans of up to IDR 2 billion for MSMEs who have difficulty with business capital.

According to the latest data, the Modalku Group has disbursed around Rp33.02 trillion business loans with through 5 million MSME loans.

Financial inclusion through neobank

Some fintech players are also announcing their collaboration or synergy with banks. The purpose of this act is none other than to expand financial services, especially to the MSME and unbanked segments.

Previously, KoinWorks partners with Bank Sampoerna to launch the neobank service, KoinWorks NEO. At that time, KoinWorks’ Co-founder & CEO, Benedicto Haryono said that neobank was the first gateway to increase MSME capabilities, which were still underserved and underbanked, before advancing to a higher level and worthy of access to credit.

As summarized in the AFTECH 2021 Annual Report, OJK noted that the financial literacy index in Indonesia rose 8.3% from 29.7% in 2016 to 38% in 2019. The growth of this index indicates the importance of expanding fintech services to rural areas. Meanwhile, 69% of fintech players have served this area.

However, Indonesian  fintech players still facing big challenges to expand their business outside Jakarta, where 23% and 19% of respondents admit that it is difficult to expand outside Java and rural areas due to financial literacy (55%), infrastructure (44%), and culture (20%).

Meanwhile, this report states that fintech services in the neobank, IKD, wealth management, and securities crowdfunding categories are still in a growth phase due to new regulatory factors for banks, especially those related to digital banks, therefore, market development is not optimal in terms of product and service offerings.

However, these four categories are considered to finally raising traction in the market in line with increasing efforts by players in the financial ecosystem to expand financial inclusion beyond tier 1 cities.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku dan Carro Umumkan “Co-Investment” di Bank Index

Grup Modalku (dikenal sebagai Funding Societies di Singapura, Malaysia, dan Thailand) bersama platform jual-beli otomotif Carro mengumumkan investasi saham bersama (co-investment) di PT Bank Index Selindo (Bank Index). Tidak disebutkan nilai investasi bersama ini.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, kolaborasi ini mendukung strategi bisnis Modalku untuk masuk ke industri neobank. Di samping itu, ia menilai Bank Index menjadi partner yang tepat untuk memberdayakan dan mengembangkan UMKM.

“Sejak 2015, Grup Modalku telah menjadi mitra industri perbankan di seluruh wilayah operasional kami. Kemitraan dengan Bank Index akan membawa kolaborasi fintech dan perbankan ke level lebih tinggi. Kami ingin mendukung UMKM di lintas perbankan, pembayaran, pinjaman, dan layanan digital,” ujar Reynold.

CEO Carro Indonesia Jeremy Ong juga mengatakan bahwa langkah co-investment ini menjadi opsi natural untuk menjadi bagian dari perjalanan membangun kapabilitas dan infrastruktur di ekosistem otomotif, baik dalam hal pembelian, UMKM, hingga asuransi.

Carro sebelumnya juga masuk ke jajaran investor Allo Bank bersama Bukalapak dan Grab.

Sebagai informasi, Bank Index merupakan bank swasta dengan 52 jaringan kantor di Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Bali, dan Batam. Bank Index memiliki fokus di segmen UMKM dan menjalankan bisnis pada rantai pasokan komersial.

Adapun Grup Modalku merupakan platform pendanaan bagi UMKM di Asia Tenggara yang memiliki lisensi di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan saat ini juga beroperasi di Vietnam. Modalku menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar bagi para UMKM yang kesulitan dengan modal bisnis.

Menurut data terbaru, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman usaha sebesar Rp33,02 triliun kepada dengan jumlah transaksi mencapai 5 juta pinjaman UMKM.

Inklusi keuangan via neobank

Sejumlah pelaku fintech ramai-ramai mengumumkan kolaborasi atau sinerginya bersama perbankan. Tujuan kolaborasi ini tak lain untuk memperluas layanan keuangan, terutama ke segmen UMKM dan unbanked.

Sebelum ini, KoinWorks menggandeng Bank Sampoerna untuk meluncurkan layanan neobank UMKM KoinWorks NEO. Kala itu, Co-founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyebut neobank menjadi gerbang awal untuk meningkatkan kapabilitas UMKM yang masih underserved dan underbanked, sebelum naik tingkat dan layak mendapat akses kredit.

Sebagaimana terangkum dalam Laporan Tahunan AFTECH 2021, OJK mencatat indeks literasi keuangan di Indonesia naik 8,3% dari 29,7% di 2016 menjadi 38% di 2019. Pertumbuhan indeks ini menandakan pentingnya perluasan layanan fintech hingga ke pedesaan. Adapun, 69% pelaku fintech sudah melayani area tersebut.

Namun, pelaku fintech di Indonesia masih menemui tantangan besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke luar Jakarta, di mana 23% dan 19% responden mengaku sulit ekspansi ke luar Jawa dan pedesaan karena faktor literasi keuangan (55%), infrastruktur (44%), dan budaya (20%).

Adapun, laporan ini menyebutkan layanan fintech di kategori neobank, IKD, wealth management, dan securities crowdfunding masih dalam fase pertumbuhan dikarenakan faktor regulasi baru bank, terutama terkait bank digital, hingga belum optimalnya penggarapan pasar dari sisi penawaran produk dan layanan.

Akan tetapi, keempat kategori ini dinilai mulai menggalang daya tarik di pasar sejalan dengan meningkatkan upaya pelaku di ekosistem keuangan untuk memperluas inklusi keuangan ke luar kota-kota tier 1.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Lakukan Pembelian Kembali ESOP Senilai 229 Miliar Rupiah

Grup Modalku (dikenal sebagai Funding Societies di Singapura, Malaysia, dan Thailand) mengumumkan pembelian kembali Program Kepemilikan Saham oleh Karyawan atau Employee Stock Option Plan (ESOP) senilai $16 juta atau setara 229,3 miliar Rupiah. Aksi korporasi ini menyusul putaran pendanaan seri C+ senilai $294 juta atau 4,21 triliun Rupiah yang diperoleh Februari lalu.

Pengumuman kali ini juga menandai keempat kalinya Modalku menerbitkan kebijakan ESOP karyawan dan mantan karyawan perusahaan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Co-founder Funding Societies & CEO Modalku Indonesia Reynold Wijaya mengungkap bahwa SDM menjadi kunci utama perusahaan. Pihaknya ingin memberikan apresiasi kepada tim yang berdedikasi dan memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan visi perusahaan, yakni memberdayakan UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Sebelum putaran seri C+, Grup Modaku mencatat tingkat pengurangan karyawan terendah serta tingkat kebahagiaan/kepuasan tertinggi sejak perusahaan berdiri. Terlepas dari dampak Covid-19, kami telah mengambil langkah-langkah nyata untuk mengapresiasi tim kami melalui berbagai inisiatif termasuk komunikasi internal, pembelajaran dan pengembangan karyawan, serta ESOP,” ungkapnya.

Sebagai informasi, kebijakan ESOP dirancang untuk menciptakan inklusivitas dan kesetaraan di lingkup perusahaan. Kebijakan ini berlaku bagi karyawan dan mantan karyawan yang memenuhi syarat.

Bagi karyawan Modalku yang memenuhi syarat, mereka akan mendapatkan ESOP setiap 2 tahun masa kerja di perusahaan. Modalku juga menawarkan sebesar 50% dari total gaji tahunan dalam pembagian ESOP bagi karyawan baru yang memenuhi syarat.

Para karyawan dan mantan karyawan berhak untuk menjual saham mereka tanpa potongan pada harga saham seri C+ kepada investor yang masuk dibandingkan dengan potongan 20% di industri pada umumnya. Namun, mereka juga dapat memilih untuk mempertahankan atau mengubah ESOP pribadi menjadi saham sehingga dapat menjadi pemegang saham secara efektif.

Berdasarkan data perusahaan, para karyawan dan mantan karyawan telah menguangkan saham ESOP senilai $3,5 juta atau setara Rp50,1 miliar.Terdapat lebih dari 120 karyawan dan mantan karyawan yang telah menerima hadiah uang tunai dari pembelian kembali saham ini sejak berdirinya Grup Modalku.

“Target kami selanjutnya adalah meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja bagi karyawan yang juga orang tua. Beberapa langkah yang telah kami ambil adalah menyediakan tunjangan keluarga yang lebih baik dan membuka kesempatan untuk posisi paruh waktu dengan jam kerja yang lebih fleksibel,” ujarnya.

Pendanaan seri C+

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Grup Modalku memperoleh pendanaan seri C+ senilai $144 juta (sekitar 2,06 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Softbank Vision Fund 2, dengan partisipasi dari VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan investor sebelumnya, seperti Sequoia Capital India dan BRI Ventures.

Selain itu, perusahaan juga mendapatkan fasilitas pinjaman terbaru sebesar $150 juta (sekitar 2,15 triliun) dari lembaga keuangan di Eropa, Amerika serikat, dan Asia.

Dari pendanaan terbaru tersebut, sebanyak $16 juta atau sekitar Rp229 miliar akan digunakan untuk mendanai pembelian kembali saham (ESOP). Selain itu, pendanaan ini juga akan digunakan untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pendanaan digital dalam skala regional. Pihaknya akan mengelola pengeluaran serta meningkatkan layanan B2B Payments bagi UMKM di Asia Tenggara dalam rangka menjadi neobank.

Sebagai informasi, Grup Modalku, Funding Societies, merupakan platform pendanaan bagi UMKM di Asia Tenggara yang memiliki lisensi di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan saat ini juga beroperasi di Vietnam. Di Indonesia, Modalku menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar bagi para UMKM yang kesulitan dengan modal bisnis.

Berdasarkan data terakhir, Grup Modalku telah menyalurkan pinjaman UMKM sebesar $2 miliar dan mendanai lebih dari 4,9 juta transaksi di Asia Tenggara dalam 6 tahun.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Bags Over 2 Trillion Rupiah in Series C+ Round, Entering the Neobank Market

Modalku Group announced a series C+ funding round of $144 million (around 2.06 trillion Rupiah) led by Softbank Vision Fund 2, with participation from VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, and previous investors, including Sequoia Capital India and BRI Ventures.

Moreover, the company also confirmed a new loan facility of $150 million (around2.15 trillion) from financial institutions in Europe, the United States, and Asia. This round follows the previous series C funding worth of $45 million earned between 2020 and 2021. In total, the company has secured $189 million (approximately IDR 2.7 trillion).

The funding will strengthen the company’s position in leading regional digital funding. The fresh money will be channeled to manage expenses and improve B2B Payments services for MSMEs in Southeast Asia in order to become a neobank. KoinWorks has taken the same strategy for its next focus.

The management also mentioned that $16 million (approximately 229 billion Rupiah) of this funds will be used to contribute to the company’s stock options plan in the form of share repurchases, for former and current employees.

In an official statement, Funding Societies’ Co-founder, Reynold Wijaya said, “[..] After successfully proving our credit capability during an unprecedented financial crisis, Modalku will expand its business to neobank market. We are committed to better support MSMEs, strengthen our presence in Southeast Asia, and bring a greater positive impact to society.”

SoftBank Investment Advisers’ Managing Partner, Greg Moon added, “Southeast Asia’s MSMEs have historically struggled to get access to loans from financial institutions, but they have been forced to rely on private funding to support their business growth. Modalku exists and bridges these entrepreneurs to access more funding that can fulfill their needs.

“Moreover, it is more affordable to build a data system that valued a business based on its performance and implements Artificial Intelligence (AI)-based technology to make the process more effective. We are pleased to be able to support their mission to contribute to Southeast Asia by funding viable but underserved MSMEs,” Moon said.

Focus on the MSME industry

The  Modalku Group, founded in 2015, seeks to solve MSMEs’ main paint points that hinder its growth, including the financial gap of $300 billion (approximately IDR 4.6 quadrillion) in the Southeast Asia region. With almost 99% considered small businesses in Southeast Asia, in fact MSME players have discovered many obstacles in accessing business loans from conventional financial institutions due to the lack of a credit track record or collateral.

Modalku is to offer loans of up to IDR 2 billion which can be disbursed within 24 hours as a solution for MSMEs in facing challenges related to capital access. Currently, the company is positioning itself as a one-stop shop in MSME’s funfing for it is no longer uses the traditional supply chain approach to achieve financial inclusion, but uses an Artificial Intelligence (AI)-based credit model and the added value of its products to reach underserved businesses.

A recent study by Asian Development Bank revealed that MSMEs backed by the Modalku Group has contributed USD 3.6 billion (approximately Rp 51.6 trillion) to Southeast Asia’s GDP.

After seven years, the Modalku Group has acquired licenses in four ASEAN countries, including Singapore, Indonesia, Malaysia, Thailand, and is available in Vietnam. To date, the company has disbursed more than Rp29.4 trillion in business funding to more than 4.9 million MSME loan transactions in Southeast Asia.

Since 2019, the Modalku Group has expanded its financial services beyond lending and plans to expand to more locations in Southeast Asia in the next 12 months.

Virtual Credit

Regarding plans to enter neobank, the company has launched “Virtual Credit”, a paylater facility to support business needs for MSMEs in the form of  certain credit limit that can be used for digital transaction on online/offline platforms or suppliers. With a fast approval process, limits can be used to increase stock of goods, develop businesses, as well as urgent needs of entrepreneurs.

This Virtual Credit can be used by private MSMEs and business entities (PT/CV) to manage and control business cash flow with easy access. The limit given will be adjusted to the business scale. The private MSME can get a credit limit of up to Rp100 million, while for MSMEs with business entities can get up to Rp500 million. MSMEs can apply for this facility without collateral.

Currently, Modalku has collaborated with more than 100 online and offline suppliers to assist MSMEs in fulfilling business needs. Several online platforms  have collaborated, including JD.ID, Bizzy, Blibli, Jubelio, and will continue to grow as services develop.

“With the paylater facility for this business, we aim to give MSMEs the flexibility to get a longer maturity and help MSMEs control cash flow better because income or receivables often fluctuate from time to time, especially during times of crisis. The pandemic is still protracted and uncertain,” Modalku’s Head of Growth and Partnership, Arthur Adisusanto said.

Cash flow alone is the lifeblood of every business lines. The ability to be able to manage income and expenses is essential in developing any business. When cash inflows are slower than outflows (negative cash flow), running and growing a business becomes more difficult.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Modalku Raih Pendanaan Seri C+ Lebih dari 2 Triliun Rupiah, Siap Masuk ke Neobank

Grup Modalku mengumumkan perolehan pendanaan seri C+ senilai $144 juta (sekitar 2,06 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Softbank Vision Fund 2, dengan partisipasi dari VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan investor sebelumnya, seperti Sequoia Capital India dan BRI Ventures.

Dalam kesempatan tersebut, perusahaan juga mengumumkan fasilitas dana pinjaman terbaru sebesar $150 juta (sekitar 2,15 triliun) dari lembaga keuangan di Eropa, Amerika serikat, dan Asia. Pengumuman ini menyusul ronde seri C senilai $45 juta yang diperoleh antara tahun 2020 dan 2021. Bila ditotal, perusahaan mengantongi $189 juta (sekitar 2,7 triliun Rupiah).

Pendanaan yang diraih akan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin dalam pendanaan digital regional. Dana akan digunakan untuk mengelola pengeluaran serta meningkatkan layanan B2B Payments bagi UMKM di Asia Tenggara dalam rangka menjadi neobank. Strategi yang sama juga diambil KoinWorks untuk fokus berikutnya.

Manajemen juga menyampaikan sebanyak $16 juta (sekitar 229 miliar Rupiah) dari pendanaan terbaru ini akan digunakan untuk berkontribusi ke opsi rencana saham perusahaan dalam bentuk pembelian kembali saham, bagi karyawan terdahulu maupun saat ini.

Dalam keterangan resmi, Co-founder Funding Societies Reynold Wijaya menyampaikan, “[..] Setelah berhasil membuktikan kapabilitas kredit kami selama krisis finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya, Modalku akan memperluas bisnis menuju neobanking. Kami berkomitmen untuk dapat mendukung UMKM lebih baik, memperkuat kehadiran kami di Asia Tenggara, dan membawa dampak positif yang lebih besar ke masyarakat.”

Managing Partner SoftBank Investment Advisers Greg Moon menambahkan, secara historis UMKM di Asia Tenggara berjuang untuk mendapatkan akses pinjaman dari institusi keuangan, tetapi mereka justru terpaksa mengandalkan pendanaan pribadi untuk mendukung pertumbuhan usaha mereka. Modalku hadir dan menjembatani para pengusaha ini untuk mengakses pendanaan yang lebih sesuai kebutuhan mereka.

“Juga, lebih terjangkau dengan membangun sistem data yang menilai suatu usaha dari kinerjanya dan menggunakan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) agar proses menjadi lebih efektif. Kami senang dapat mendukung misi mereka berkontribusi bagi Asia Tenggara dengan mendanai UMKM yang layak namun belum terlayani,” kata Moon.

Fokus ke UMKM

Grup Modalku yang didirikan pada tahun 2015 ini berupaya memecahkan tantangan-tantangan utama UMKM yang menghambat pertumbuhan mereka, mulai dari adanya financial gap sebesar $300 miliar (sekitar Rp 4,6 kuadriliun) di kawasan Asia Tenggara. Meskipun nyaris 99% dari semua usaha di Asia Tenggara merupakan usaha kecil, nyatanya para pelaku UMKM menghadapi banyak rintangan dalam memperoleh pinjaman usaha dari lembaga keuangan konvensional karena kurangnya rekam jejak kredit atau agunan untuk dijaminkan.

Layanan Modalku hadir untuk menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar yang dapat dicairkan dalam waktu 24 jam, sehingga menjadi solusi bagi para UMKM terhadap tantangan terkait akses modal untuk bisnis. Saat ini perusahaan memosisikan diri sebagai one-stop shop dalam pendanaan UMKM sehingga tidak lagi menggunakan pendekatan supply chain tradisional untuk mencapai inklusi keuangan, melainkan dengan model kredit berbasis Artificial Intelligence (AI) serta menggunakan nilai tambah produk yang dimiliki untuk menjangkau bisnis yang kurang terlayani.

Sebuah studi terbaru yang menggunakan metodologi dari Asian Development Bank, mengungkapkan bahwa UMKM yang didukung oleh Grup Modalku berkontribusi sebesar USD 3,6 miliar (sekitar Rp 51,6 triliun) ke PDB di Asia Tenggara.

Setelah tujuh tahun berlalu, Grup Modalku saat ini sudah memiliki lisensi di empat negara ASEAN, yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan sudah beroperasi di Vietnam. Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan usaha lebih dari Rp29,4 triliun kepada lebih dari 4,9 juta transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara.

Sejak 2019, Grup Modalku telah memperluas layanan keuangannya di luar pinjaman dan berencana untuk melakukan ekspansi ke lebih banyak lokasi di Asia Tenggara dalam 12 bulan ke depan.

Virtual Credit

Dalam rangka menuju neobank, sebelumnya perusahaan meluncurkan “Virtual Credit”, fasilitas paylater untuk mendukung kebutuhan usaha bagi UMKM dalam bentuk limit kredit yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara digital di platform atau supplier online/offline. Dengan proses persetujuan yang cepat, limit dapat digunakan untuk menambah stok barang, mengembangkan usaha, serta kebutuhan mendesak para pengusaha.

Fasilitas Modalku Virtual Credit ini dapat digunakan oleh UMKM individual maupun berbadan usaha (PT/CV) untuk mengelola dan mengontrol arus kas usaha dengan akses yang mudah. Limit yang diberikan akan disesuaikan dengan skala bisnisnya. Kategori UMKM individual bisa mendapatkan limit kredit hingga Rp100 juta, sedangkan untuk UMKM berbadan usaha hingga Rp500 juta. UMKM dapat mengajukan fasilitas ini tanpa perlu memiliki agunan.

Saat ini, Modalku telah bekerja sama dengan lebih dari 100 supplier online dan offline untuk membantu UMKM dalam pemenuhan kebutuhan usaha. Beberapa platform online yang sudah bekerja sama di antaranya JD.ID, Bizzy, Blibli, Jubelio, dan akan terus bertambah seiring perkembangan layanan.

“Dengan adanya fasilitas paylater untuk bisnis ini, kami bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada UMKM agar mendapatkan tempo yang lebih panjang dan membantu UMKM mengontrol arus kas dengan lebih baik karena pemasukan atau piutang yang sering kali bersifat fluktuatif dari waktu ke waktu, terutama di masa-masa pandemi yang masih berkepanjangan dan tidak menentu,” ujar Head of Growth and Partnership Modalku Arthur Adisusanto.

Arus kas sendiri menjadi sumber kehidupan bagi setiap lini bisnis. Kemampuan untuk bisa mengelola pendapatan dan pengeluaran merupakan ilmu esensial dalam mengembangkan usaha apa pun. Ketika arus kas masuk lebih lambat daripada arus keluar (arus kas negatif), menjalankan dan mengembangkan bisnis akan menjadi sulit.

Application Information Will Show Up Here

Kapan Saat yang Tepat Bagi UMKM untuk Berutang?

Dalam berbisnis, modal tentu menjadi hal mendasar yang dibutuhkan setiap pelaku usaha, termasuk UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Terutama, saat mereka baru ingin memulai atau mengembangkan bisnis. Tanpa modal usaha yang cukup, bisnis tidak dapat berjalan maksimal.

Apalagi, saat ini pemerintah tengah gencar mendorong pelaku UMKM dapat terus naik kelas. Pemerintah memberi kemudahan bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan modal usaha yang cukup. Salah satunya, dengan kolaborasi bersama perbankan maupun platform financial technology atau fintech.

Utang Bagi Pelaku UMKM, Untung atau Rugi?

Alasan pemerintah mendorong kolaborasi pelaku UMKM dengan perbankan dan fintech melalui utang atau pinjaman modal, guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Namun, apakah cara ini akan berdampak untung bagi pelaku UMKM, atau justru sebaliknya?

Reynold Wijaya, Co-Founder & CEO fintech P2P lending Modalku, berbagi pandangannya terkait hal ini kepada Trikinet.com. Menurutnya, utang memang seringkali dianggap hal yang pantang dilakukan. Utang kerap dianggap sebagai jalan pintas saat mengalami kesulitan finansial.

“Padahal, tidak semua utang itu buruk. Utang produktif atau utang yang dimanfaatkan dengan benar, dapat menjadi hal yang positif. Meminjam untuk kebutuhan bisnis termasuk dalam kategori produktif,” paparnya.

Utang atau pinjaman mampu menjadi bantuan bagi bisnis untuk berkembang. Utang dibutuhkan untuk menjalankan operasional bisnis dan membeli aset yang diperlukan dalam bisnis. Tetapi, jika tidak dikelola dengan baik, utang hanya akan menjadi beban.

Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Berutang

Maka dari itu, penting bagi pelaku UMKM untuk memperhatikan hal-hal yang perlu diketahui sebelum mengajukan utang atau pinjaman modal.

  • Pertama, pahami tujuan mengajukan utang. Pastikan utang sudah sesuai kebutuhan bisnis. Hindari campur tangan kebutuhan pribadi pemilik.
  • Kedua, lakukan pengelolaan finansial yang baik dengan perhitungan detail. Pastikan dana dialokasikan untuk hal-hal produktif bagi bisnis yang dijalankan.

“Para pelaku UMKM dapat mulai memantau perencanaan keuangannya sebelum melakukan pinjaman dengan cara memeriksa arus kas, memantau pertumbuhan aset, dan rasio utang,” kata Reynold.

Kemana Pelaku UMKM Dapat Berutang?

Ada pun para pelaku UMKM dapat mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank atau perusahaan fintech, yang sudah terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Perusahaan fintech saat ini memang tengah eksis menjadi pilihan pelaku UMKM dalam berutang. Alasannya, karena dana yang diajukan cepat cair, serta persyaratan yang diminta relatif sederhana.

“Setiap lembaga keuangan tentu memberlakukan syarat dan ketentuan yang berbeda. Di Modalku, kriteria peminjam berbeda di tiap produknya. Namun, secara umum, paling tidak usaha peminjam telah berjalan enam bulan,” ungkap Reynold.

Perlu diperhatikan, jika berniat mengajukan pinjaman ke fintech, pastikan perusahaan itu memberi penawaran yang logis, khususnya dalam hal bunga pinjaman.

Perlukah Berutang Sekarang?

Sebelum berutang, pelaku UMKM juga perlu menentukan waktu yang tepat untuk mengajukan pinjaman. Lantas, kapan saat yang tepat untuk berutang?

  • Berutang Saat Skor Kredit Bersih

Menurut Reynold, bagi pelaku UMKM, saat yang tepat untuk mengajukan pinjaman adalah saat skor kredit bersih. Saat skor kredit baik, peluang pinjaman dana yang disetujui juga akan semakin besar.

  • Saat Ingin Melakukan Ekspansi Bisnis

Saat ekspansi bisnis, dana pinjaman dapat dijadikan modal untuk menutupi berbagai pengeluaran selama proses ekspansi. Untuk diketahui, ekspansi bisnis sendiri adalah upaya memperluas jaringan usaha, guna meningkatkan keuntungan.

  • Ketika Usaha Alami Kemunduran

Berutang juga dapat menjadi jalan keluar bagi pelaku UMKM saat bisnis mengalami kemunduran. Dana pinjaman, setidaknya, dapat menyelamatkan bisnis dari risiko kebangkrutan.

Jika sudah yakin, tentukan berapa lama tenor yang dibutuhkan dalam melunasi pinjaman yang diambil. Sehingga, dana pinjaman dapat digunakan secara maksimal, serta terhindar dari potensi gagal bayar.

Bagaimana Kelola Modal dari utang?

  • Alokasikan Dana Sesuai Tujuan

Ketika dana utang atau pinjaman modal sudah cair, hal pertama yang perlu dilakukan yakni mengalokasikan dana sesuai tujuan awal. Baik itu ekspansi bisnis atau menyelamatkan bisnis yang alami kemunduran.

Jika tujuannya ekspansi bisnis, maka dapat digunakan untuk membuka cabang baru, menambah jumlah karyawan, hingga meningkatkan kualitas produksi.

Sedangkan, jika tujuannya menyelamatkan bisnis, dapat digunakan untuk menggencarkan promosi, menciptakan inovasi baru pada produk, membeli bahan baku, hingga memperbaiki pelayanan.

  • Buat Skala Prioritas

Setelah dana pinjaman cair, pelaku UMKM juga dapat membuat skala prioritas dana. Sehingga, mengetahui kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

“Patikan pinjaman yang diperoleh dipergunakan untuk kebutuhan produktif sehingga perputaran uang menjadi jelas,” jelas Reynold.

  • Hindari Campur Tangan Keperluan Pribadi

Berikutnya, pastikan utang atau pinjaman modal tidak digunakan untuk keperluan pribadi.

  • Komitmen Cicil Setiap Bulan

Paling penting, sisihkan keuntungan bisnis untuk membayar cicilan hutang atau pinjaman hingga lunas.

Besaran Utang Ideal Bagi UMKM

Reynold menegaskan, dalam melakukan pinjaman, pelaku UMKM harus memprioritaskan membayar utang. Pun, saat mengambil pinjaman, pastikan dana yang dipinjam cukup sesuai kebutuhan saja.

“Kemudian para pelaku UMKM juga harus mempertimbangkan besaran utang sesuai dengan kondisi finansial dan kebutuhan sehingga memiliki proyeksi untuk dapat melunasi utang tersebut,” sambungnya.

Hal ini, guna menghindari besaran bunga yang semakin tinggi. Sebab, besaran utang berpengaruh pada skor kredit atau kelayakan kredit. Jika pelaku UMKM memiliki nilai utang yang besar, maka tingkat bunga yang dikenakan akan lebih tinggi.

Lantas, berapa besaran nilai utang yang masih dikategorikan sehat bagi UMKM?

Menurut Reynold, batas maksimal melakukan pinjaman bagi UMKM, idealnya dianjurkan sebesar 30% hingga 40% dari pendapatan yang dimiliki. Tujuannya, agar tidak mengganggu keuangan.

Tips Terhindar dari Kredit Macet

Di tengah masa cicilan, sering kali terjadi permasalahan yang dialami peminjam. Salah satunya kredit macet. Kredit macet adalah sebuah kondisi di mana peminjam kesulitan hingga tidak mampu membayar hutang. Mulai dari pemangkiran, penundaan serta permintaan perpanjangan masa cicilan.

Reynold mengatakan, kondisi tersebut dapat terjadi akibat kondisi yang tidak menentu. Misalnya, krisis yang dialami saat pandemi Covid-19. Kondisi ini sempat membuat pelaku UMKM mengalami penurunan omset. Sehingga, kesulitan untuk mengembalikan dana pinjaman.

Ada pun beberapa tips terhindar dari kredit macet, antara lain:

  • Dari Sisi UMKM sebagai peminjam

Lakukan pengelolaan finansial yang baik, dengan menerapkan langkah-langkah pengelolaan modal dari hutang, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya.

“UMKM disarankan mengajukan pinjaman sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Juga, diharapkan dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan waktu yang ditentukan,” kata Reynold.

  • Dari Sisi Pemberi Pinjaman

Selain dari sisi peminjam, pemberi pinjaman juga perlu memiliki strategi, guna mengantisipasi terjadinya kredit macet.

Pertama, dengan menerapkan prinsip responsible lending, di mana peminjam memberikan pinjaman sesuai dengan kemampuan dan kondisi finansial peminjam. Sebelum menentukan hal tersebut, pemberi pinjaman dapat melakukan assessment atau penilaian terhadap peminjam.

Assessment dilakukan secara menyeluruh saat pengajuan pinjaman, untuk memastikan peminjam memiliki kemampuan melunasi pinjaman. Setelah UMKM mendapatkan pinjaman, ada monitoring secara rutin.” tutup Reynold.

Itulah serangkaian panduan terkait cara pengelolaan modal dari hutang bagi pelaku UMKM. Pastikan Anda mengetahui hal-hal tersebut, sebelum mengajukan pinjaman. Jika pengetahuan Anda soal ini sudah matang, risiko munculnya masalah ketika berhutang semakin kecil.

Video: Kisah UMKM Sukses Mengelola Modal dari Hutang.

4.000 Merchant Shopee Mendapatkan Pendanaan Hingga Rp 250 Juta dari Modalku

Sedikitnya ada 4.000 merchant Shopee telah mendapatkan pendanaan dari Modalku sebagai bentuk kolaborasi kedua platform yang telah berjalan sejak 2019 silam. Ini merupakan bentuk komitmen Modalku untuk terus menjadi solusi bagi UMKM yang kini berada di bawah naungan Shopee.

Total hingga sekarang, nomial pendanaan yang berhasil disalurkan adalah lebih dari Rp 55 Miliar dan belum akan berhenti di angka itu melainkan terus bertumbuh. Area penyaluran pendanaan dari kerja sama ini juga tidak terbatas di pulau Jawa, namun juga ke luar pulau Jawa termasuk daerah Batam, Makassar, Medan, Palembang, dan Bali.

Aktivitas e-commerce menjadi penopang utama dalam mengubah Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital paling tinggi di Asia Tenggara. Perubahan perilaku yang terus bertumbuh ini bahkan tidak menunjukkan penurunan di masa pandemi, justru terus meningkat. Perubahan perilaku tersebut menyebabkan digitalisasi ekonomi menjadi peluang yang terbuka lebar untuk para pelaku UMKM agar dapat memasarkan produk atau jasanya dengan lebih luas dan lebih cepat.

Marsya Juwita selaku AVP Partnership Success Lead Modalku dalam rilis pers yang diterima Trikinet mengatakan, “Sejauh ini, e-commerce di Indonesia masih menunjukkan potensi tren yang positif terutama saat pandemi COVID-19, peran bisnis digital menjadi sangat penting bagi roda perekonomian Indonesia. Kami terus mengamati pengaruh yang timbul dari kolaborasi antara Modalku dan Shopee untuk mendorong kemajuan para pelaku UMKM.

Akses pendanaan yang kami berikan saat ini sudah kami sesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pengusaha online. Harapan kami, kedepannya akses pendanaan ini dapat terus menjadi salah satu solusi untuk pelaku UMKM serta dapat terus menunjukkan manfaat yang signifikan untuk kemajuan bisnis mereka.” lanjutnya.

Pinjaman modal usaha yang diberikan kepada merchant yang layak mencapai Rp 250 juta dengan suku bunga pinjaman yang kompetitif. Tidak cuma itu, merchant-merchant Shopee yang terpilih juga dapat memperoleh cashback biaya admin sebesar 50% berupa voucher Shopee. Seluruh proses pengajuan hingga pencairan dapat dilakukan melalui aplikasi Shopee dengan kurun waktu maksimal 3 hari kerja untuk proses pencairan dananya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, industri fashion, peralatan rumah tangga, kosmetik, serta perawatan tubuh menjadi kategori industri yang paling banyak didanai. Sebagian besar pinjaman yang disalurkan setiap bulannya digunakan oleh para merchant untuk memenuhi kebutuhan modal pengembangan usahanya.

Daniel Minardi, Head of Brands Management & Digital Products Shopee Indonesia, mengatakan “Kami menyambut baik kolaborasi yang dihadirkan oleh Modalku bersama Shopee. Kerja sama ini sejalan dengan tujuan kami untuk memberikan fasilitas akses pendanaan kepada para UMKM yang tergabung di Shopee sehingga dapat terbantu untuk memenuhi kebutuhannya. Kami ingin terus memberikan kesempatan dan peluang yang besar kepada para pelaku UMKM agar dapat bersaing sehingga dapat terus tumbuh dan berkembang.”

Modalku menyediakan layanan pendanaan digital, dimana peminjam (UMKM yang berpotensi) bisa mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa jaminan hingga Rp 2 Miliar yang didanai oleh pendana platform (individu atau institusi yang mencari pendanaan) melalui pasar digital.