Tips Mencari Sosok Co-Founder Ideal Menurut Modalku, Mbiz, dan Bang Joni

Ibarat mencari pasangan hidup, mencari co-founder itu susah susah gampang. Sebab, merekalah orang yang akan membantu Anda mewujudkan perusahaan impian. Ada yang mengatakan orang terdekat Anda lah yang tepat menjadi co-founder, namun cari apakah ini selalu tepat?

DailySocial mencoba untuk merangkum berbagai tips dari penggiat startup Indonesia, di antaranya dari petinggi Modalku, Bang Joni, dan Mbiz. Berikut rangkumannya:

Harus memiliki keahlian berbeda

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan banyak orang yang terjebak saat mencari co-founder dengan lebih memilih orang yang sudah mereka kenal sebelumnya. Ini berbahaya karena secara natural biasanya orang berteman dengan orang-orang dengan latar belakang yang mirip, sehingga tanpa sadar memiliki keahlian yang sama.

Padahal dalam memulai bisnis, pertama-tama harus tentukan terlebih dahulu kapabilitas yang dibutuhkan untuk sukses. Dari sana, kita assess diri sendiri dan/atau calon founders apakah bila digabung kapabilitas ini bisa terpenuhi.

“Secara technical, founders idealnya memiliki skillset yang berbeda sehingga saling melengkapi, bukan saling bersaing. Kalau sama-sama jago di bidang sales, pasti dua-duanya ingin kontrol sales,” terang Reynold.

Yang terpenting, sambungnya, setiap founder harus memiliki keahlian, wewenang, dan tanggung jawab yang harus di atur terlebih dahulu agar jelas. Tujuannya agar tidak terjadi deadlock atau infighting.

Dia mengakui, untuk mencari founder dengan keahlian yang saling melengkapi itu sangat sulit. Biasanya baru ditemukan di luar lingkungan pertemanan, meski terkadang ada juga dari sana.

“Terakhir, yang tak kalah penting adalah memiliki values. Walaupun skillset berbeda, values harus serupa sehingga perusahaan akan selalu didahului dan membelakangkan ego. Bila Anda mendapatkan sosok tersebut, artinya Anda telah mendapatkan founder yang ideal.”

Lihat keahlian yang “dibutuhkan” perusahaan

Sementara itu, menurut CEO Mbiz Ryn Hermawan, Anda harus memperhatikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri, termasuk investor. Dengan mengombinasikan kebutuhan perusahaan, baik itu dari segi jaringan, pengalaman bekerja sebelumnya, beserta pencapaiannya yang bakal digunakan perusahaan untuk mendukung bisnis ke depannya.

In reality biasanya investor atau perusahaan cari founder itu based on kesamaan visi dahulu, founder perlu percaya dengan ide dan goal akhirnya. Sebab itu yang akan initiate the excitement dan fondasi dasar untuk di bawa ke tahapan eksekusi,” kata Ryn.

Harus punya “chemistry”

Senada dengan Ryn, CEO Bang Joni Diatche G Harahap menuturkan bahwa memiliki chemistry adalah hal utama yang harus dicari saat mencari founder. Chemistry menjadi penting demi melihat kecocokan dari masing-masing founder baik secara personal maupun bisnis, serta dengan bisnis perusahaan itu sendiri. Bila itu tidak ada, bisa dipastikan hubungan antar rekan kerja akan sulit harmonis.

Ache, panggilan akrab Diatche, menambahkan, dia juga memilih perlunya founder untuk memiliki kesamaan visi dan mental yang kuat.

“Karena mental yang itu, menurut saya adalah salah satu variabel utama untuk kesuksesan suatu perusahaan. Kalau ketiga unsur tersebut tidak pas, tidak akan gabung,” kata Ache.

Induk Usaha Modalku Realisasikan Penyaluran Pinjaman Hingga Rp500 Miliar Pada Juni 2017

Funding Societies, induk usaha Modalku, mengungkapkan telah merealisasikan penyaluran pinjaman secara kolektif sekitar Rp500 miliar hingga Juni 2017 untuk 650 pinjaman UKM di Asia Tenggara.

Funding Socities beroperasi di tiga negara yakni Singapura, Indonesia (dengan nama Modalku), dan Malaysia. Dari total penyaluran pinjaman, kontribusi dari Singapura diperkirakan sebesar Rp280 miliar, Indonesia sekitar Rp207 miliar, dan sisanya Rp10 miliar dari Malaysia.

Pencapaian tersebut membuat perusahaan optimis untuk meningkatkan kinerjanya sampai akhir tahun ini dengan mendorong Indonesia sebagai kontributor bisnis utamanya lewat anak usahanya Modalku.

Salah satu cara untuk mencapai target yakni lewat ekspansi bisnis ke beberapa kota lainnya di Indonesia. Saat ini, Modalku baru beroperasi di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan kajian untuk ekspansi ke dua sampai tiga kota baru. Dia memastikan, kota yang bakal disasar nantinya harus dapat scaling dengan baik, agar berpengaruh pada dampak yang dihasilkan.

“Mungkin [tambah] beberapa kota dulu, yang penting bisa scale dengan baik. Sehingga kalau masuk ke kota baru bisa langsung kasih impact. Indonesia akan jadi fokus yang sangat besar [bagi Funding Societies], dari segi volumenya saja sudah hampir mengejar Singapura,” terang Reynold, Senin (10/7).

Reynold enggan membeberkan target penyaluran pinjaman yang ingin dikontribusikan Modalku untuk Funding Societies sampai akhir tahun ini. Ia mengungkapkan bila mengacu dari kinerja Modalku diklaim sudah tumbuh tiga kali lipat dalam enam bulan terakhir di tahun ini. Mengasumsikan pencapaian yang sama, diharapkan bakal tumbuh lebih besar lagi.

Masuk dalam daftar Fintech 250

Modalku tercatat dalam daftar Fintech 250 dari 23 negara yang diselenggarakan oleh CB Insights. Dalam daftar tersebut berisi perusahaan terbaik kelas dunia dengan terobosan inovasi di bidang fintech, beberapa nama di antaranya adalah Stripe, Ant Financial Services, Funding Circle, Dianrong, dan lain-lain.

Di dalam daftar tersebut, seluruh perusahaan telah memperoleh pendanaan investasi sebesar Rp187 triliun pada tahun lalu. Inovasi yang ditawarkan mulai dari bidang asuransi, pinjam meminjam, pembayaran, sumber daya manusia, real estate, dan lainnya.

“Dunia layanan keuangan akan mengalami lebih banyak perubahan dalam 10 tahun ke depan. Transformasi ini dipicu oleh sekelompok perusahaan startup non konvensional yang cerdas. Fintech 250 berisi perusahaan fintech terbaik di dunia, mereka mengadopsi teknologi terkini dan model bisnis baru ke industri keuangan. Inovasi mereka akan membawa perubahan permanen terhadap cara masyarakat menangani keuangan dan menjalankan bisnis,” terang CEO CB Insights Anand Sanwal.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Tambah Layanan “Merchant Cash Advance” untuk UKM dan Merchant Online

Platform peer to peer lending (P2P lending) Modalku menambah layanan baru Merchant Cash Advance (MCA) untuk UKM yang underbanked dan merchant online di Indonesia yang belum dilayani institusi keuangan untuk mendapatkan akses pinjaman yang berkualitas.

Dalam meluncurkan layanan ini, Modalku bekerja sama dengan layanan payment gateway untuk menyediakan pinjaman MCA tanpa agunan jangka pendek yang fleksibel. Bila pinjaman reguler dibayarkan kembali lewat pokok dan bunga fixed per bulan, maka setiap bulan pihak payment gateway akan menampung sebagian pendapatan peminjam dan menyalurkannya ke Modalku. Proses repayment jadi lebih mudah bagi peminjam.

Bagi pemberi pinjaman, layanan MCA juga diklaim menguntungkan karena model bisnisnya yang rendah risiko. Hal inilah yang diklaim menjadi selling point dari MCA. Sebagai produk pinjaman maupun alternatif investasi, MCA telah dianggap sukses di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

“Modalku bangga jadi platform fintech pertama di Indonesia yang menyediakan MCA,” ucap Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan dalam keterangan resmi, Kamis (8/6).

Produk MCA Modalku menawarkan pinjaman maksimal sebesar Rp2 miliar sebagai modal kerja untuk mengembangkan usaha dan sudah dapat didanai pemberi pinjaman Modalku sebagai alternatif investasi.

Berdasarkan data terakhir, Modalku telah menyalurkan pinjaman usaha senilai lebih dari Rp178 miliar untuk 320 UKM.

Lima perusahaan dapat surat tanda bukti terdaftar dari OJK

Dalam pengumumannya, Modalku (PT Mitrausaha Indonesia Group) juga mengumumkan pihaknya telah mendapat surat tanda bukti terdaftar dari OJK. Tak hanya Modalku, OJK juga memberikan surat tanda bukti lainnya untuk empat perusahaan p2p lending. Yakni, PT SimpleFi Teknologi Indonesia (SimpleFi), PT Investree Radhika Jaya (Investree), PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), dan PT Pendanaan Teknologi Nusa (Pendanaan).

OJK mulai gencar memberikan surat tanda bukti terdaftar untuk para pemain p2p lending mengingat tenggat waktu tahap pertama bakal berakhir pada 29 Juni 2017 mendatang. OJK sendiri memberikan tenggat waktu sampai akhir tahun ini untuk segera memenuhi ketentuan tersebut.

OJK sebelumnya menyebutkansecara total ada 28 perusahaan p2p lending yang mengajukan pengajuan izin tersebut.

Modalku Lakukan Ekspansi ke Surabaya

Startup digital penyedia layanan peer-to-peer lending Modalku hari ini mengumumkan ekspansinya ke Surabaya. Sebelumnya salah satu pionir startup fintech ini telah mengukuhkan kegiatan operasinya di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Dari data yang kami dapatkan, Modalku telah menyalurkan sekurangnya Rp154 miliar kepada 275 UKM di Indonesia.

Terkait dengan ekspansinya ke Surabaya, Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan mengungkapkan, “Kami melihat potensi besar di Surabaya. Menurut data terakhir Kemenkop saja, jumlah UMKM Indonesia sudah lebih dari 56 juta. Surabaya adalah kota terbesar nomor dua di Indonesia dan pasar UKM setempat sedang berkembang pesat. Namun, masih banyak UKM lokal yang sulit berkembang karena kurang modal usaha.”

Modalku terlihat sangat ambisius untuk mencapai targetnya. Pasalnya ekspansinya ke Bandung dilakukan kurang lebih 4 bulan yang lalu, bersamaan dengan rilis aplikasi Modalku versi Android. Untuk berekspansi, Modalku membuat kantor perwakilan di wilayah setempat, karena perlu adanya tim yang didedikasikan untuk mendukung proses peminjaman modal di wilayah setempat.

Sebelumnya strategi kemitraan juga telah dilakukan oleh Modalku. Dijalin bersama Indosat Ooredoo, platform Modalku memberikan pengguna Indosat akses yang lebih luas terhadap produk keuangan berbasis teknologi digital. Kemitraan lain juga dijalin bersama Sinar Mas

“UKM merupakan tulang punggung ekonomi negara. Mereka menyumbang 60.3% dari pendapatan negara dan memperkerjakan 97% dari tenaga kerja nasional. Namun sayangnya kebutuhan modal usaha UKM sering kurang cocok dengan produk pinjaman yang ditawarkan institusi keuangan konvensional. Dengan ekspansi Modalku ke Surabaya, kami berharap dapat meneruskan visi kami memberdayakan UKM lokal serta ikut memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia,” tambah Iwan.

Modalku menyediakan layanan peer-to-peer lending berbasis teknologi finansial, UKM berpotensi dan pencari investasi alternatif dipertemukan lewat pasar digital. Dengan mendanai pinjaman yang dibutuhkan UKM Indonesia untuk berkembang, pemberi pinjaman Modalku mendapatkan alternatif investasi dengan tingkat pengembalian tertentu. Di sisi lain, UKM peminjam mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa agunan dengan tenor jangka pendek dan proses online yang mudah dan cepat.

Rencana ekspansi Modalku tidak berhenti sampai di sini saja. Disampaikan bahwa ke depan Modalku akan terus melebarkan jangkauan kantor perwakilan di kota-kota lain di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

OJK Siapkan Aturan Turunan POJK P2P Lending “Off Balance Sheet”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini tengah menyiapkan aturan turunan dari POJK No.77/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI), ditargetkan aturan ini bisa segera diterbitkan dalam kurun waktu kuartal I 2017.

Aturan tersebut nantinya akan berbentuk surat edaran (SE). Ada beberapa aturan yang bakal diterbitkan, diantaranya tentang pemberian pinjaman, perubahan batas maksimal pinjaman, kerja sama fintech, tata kelola teknologi informasi, tanda tangan elektronik, dan lainnya.

[Baca juga: OJK Segera Terbitkan Aturan untuk P2P Lending “On Balance Sheet”]

“Berbagai rancangan aturan turunan masih dalam tahap finalisasi, kami usahakan terbit pada kuartal pertama tahun ini,” kata Deputi Komisioner Pengawas IKNB OJK Dumoly F Pardede.

Aturan mengenai batas maksimal pinjaman, sebelumnya telah diatur dalam POJK Nomor 77/2016 Pasal 6. Di sana disebutkan ketentuan batas maksimum total pemberian pinjaman dana kepada setiap penerima pinjaman adalah Rp 2 miliar.

Masih di pasal yang sama, di ayat 3 menyebutkan OJK dapat melakukan peninjauan kembali atas batas maksimum total pemberian pinjaman.

Mengenai hal tersebut, dihubungi terpisah Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya memberikan usulannya. Menurut dia, untuk aturan besaran pemberian pinjaman sebaiknya tidak diberikan limit, tujuannya agar pertumbuhan industri bisa lari lebih cepat.

“Terlebih saya melihat bila tidak dikasih limit, sebenarnya tidak ada efek negatifnya. Saya pribadi lebih setuju bila tidak ada limit pinjaman,” kata Reynold.

Pemain didorong penuhi batas kepemilikan asing

Tak hanya itu, OJK juga akan mendorong pemain P2P Lending “off balance sheet” untuk memenuhi sesuai ketentuan terkait batas maksimal kepemilikan asing. Dorongan ini nantinya juga akan direalisasikan dalam bentuk SE.

Aturan ini termuat dalam Pasal 3, menyatakan kepemilikan saham penyelenggara oleh warga negara asing atau badan hukum asing secara langsung maupun tidak paling banyak adalah 85%.

Dumoly menyatakan, mengenai hal ini regulator masih dalam tahap melakukan klasifikasi dan identifikasi 157 perusahaan fintech yang sudah tercatat di OJK untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan, besaran modal, serta kepemilikan perusahaan.

“Ketika mendaftar pemain fintech masih menggunakan nama perusahaan, jadi belum terungkap. Akan tetapi, kami perkirakan sekitar 50% perusahaan fintech masih 100% dikuasai asing,” katanya.

Nantinya setelah proses identifikasi selesai dilakukan, apabila OJK menemukan perusahaan fintech dengan ketentuan di ambang batas, maka regulator akan mendorong pemain untuk segera melakukan penyesuaian.

Hanya saja, regulator akan memberikan tenggat waktu untuk melakukan penyesuaian selama satu hingga dua tahun. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan industri tetap terjaga.

“Tidak bisa kita minta langsung turunkan [kepemilikan sahamnya], nanti tidak baik untuk industri. Rencananya kami akan terbitkan surat edarannya berkaitan dengan hal tersebut,” pungkas Dumoly.

Modalku Luncurkan Aplikasi Android dan Ekspansi ke Bandung

Layanan peer-to-peer (P2P) lending Modalku mengumumkan ketersediaan aplikasi Android dan ekspansinya untuk melayani UKM di Bandung. Modalku menyebutkan telah mendanai lebih dari 125 UKM dengan nilai total 62 miliar Rupiah. Modalku yang awal tahun ini memperkenalkan logo baru berharap bisa merevolusi penyaluran kredit untuk UKM.

Peluncuran aplikasi mobile ini bisa jadi merupakan yang pertama di antara penyedia layanan P2P lending di Indonesia. Bertajuk “Modalku Dana Cepat”,  mereka menjanjikan pencairan hanya dalam waktu 10 menit.

Modalku adalah layanan P2P lending yang fokus untuk membantu UKM dengan modal pinjaman hingga 2 miliar Rupiah dengan tenor hingga 24 bulan.

Reynold Wijaya, Co-Founder dan CEO Modalku, dalam rilisnya berkata, “Kami bersyukur karena Modalku memulai tahun 2017 dengan kuat. Kami telah memfasilitasi pinjaman ke lebih dari 125 UKM dengan jumlah pinjaman lebih dari Rp 62 miliar, sambil mempertahankan tingkat kredit macet 0%. Sementara itu, pemberi pinjaman Modalku mendapatkan tingkat pengembalian menarik di atas bunga deposito ataupun obligasi.”

Ekspansinya di Bandung ditandai dengan pembukaan kantor perwakilan untuk memperluas jangkauan peminjaman modal usaha. Perusahaan berharap bisa mendirikan kantor perwakilan di kota-kota lain untuk mempercepat usahanya membantu UKM di Indonesia. Modalku pertengahan tahun lalu telah memperoleh pendanaan 100 miliar Rupiah yang dipimpin Sequoia India.

Application Information Will Show Up Here

Indosat Ooredoo Jalin Kemitraan Strategis dengan Modalku

Indosat Ooredoo dan Modalku hari ini mengumumkan kerja sama dalam rangka memberikan pengguna Indosat akses yang lebih luas terhadap produk keuangan berbasis teknologi digital. Selanjutnya kedua belah pihak juga akan menawarkan produk layanan finansial kepada pelanggan untuk memudahkan transaksi keuangan. Kerja sama ini juga diharapkan mampu memajukan sektor teknologi finansial di Indonesia dan membentuk dunia keuangan yang lebih inklusif.

Pihak Modalku yang diwakili CEO Reynold Wijaya menyampaikan bahwa pihaknya percaya bahwa kerja sama yang dijalin dengan Indosat Ooredoo ini akan mampu memaksimalkan kegiatan peer-to-peer lending Modalku di Indonesia. Selanjutnya, Reynold juga menjelaskan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan pengguna produk teknologi finansial meningkat potensi yang yang ada tercatat cukup besar.

“Produk peer-to-peer lending Modalku dapat mengisi kebutuhan para pencari alternatif investasi yang merasa bahwa instrumen yang ada kurang cocok bagi mereka. Dengan membuka akses layanan keuangan bagi lebih banyak penduduk Indonesia, Modalku dan Indosat berharap dapat mendorong inklusi keuangan di negara ini,” ungkap Reynold.

Sementara itu menanggapi kerja sama ini Director of Digital Marketing Modalku menjelaskan bahwa menurut statistik terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta penduduk. Mayoritas penggunanya pun sudah menggunakan perangkat mobile. Untuk itu layanan keuangan pun harus mengikuti perkembangan teknologi, go digital.

Group Head Mobile Financial Service Indosat Ooredoo Randy Pangalila menyampaikan visi Indosat saat ini adalah menjadi Leading Digital Telecommunications di Indonesia. Untuk mewujudkan hal itu salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menjalin kerja sama dengan digital startup sebagai support untuk memasuki pasar.

“Perusahaan juga mendukung program pemerintah dalam inklusi keuangan untuk membuka akses keuangan seluasnya kepada masyarakat dengan tetap mengedepankan kenyamanan dan keamanan. Indosat telah meningkatkan user experience pelanggan Dompetku dan memperluas early adopter pengguna eMoney di Indonesia dengan terus berinovasi melalui kerja sama dengan perusahaan terkemuka di industrinya, seperti Modalku yang merupakan perusahaan terkemuka peer-to-peer lending di Indonesia. Sekarang pelanggan Dompetku bisa melakukan layanan keuangan dengan nyaman, cepat, dan aman hanya melalui ponsel mereka,” papar Rendy.

Modalku merupakan salah satu startup yang merupakan platform peer to peer lending yang telah beroperasi di Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Modalku membantu UKM Indonesia dengan memberikan pinjaman baik dari individu maupun dari lembaga keuangan.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Ekspansi Startup Lokal ke Kawasan Regional

Berbagai hasil survei ataupun riset menyatakan Indonesia adalah pasar yang tepat untuk memulai bisnis startup. Dari sisi populasi, Indonesia adalah terbanyak setelah India. Sedangkan dari sisi penetrasi internet, Indonesia kini sudah tidak kalah jauh dari negara tetangga Malaysia.

Peluang Indonesia untuk terus tumbuh memang besar, makanya negara ini sangat pas bila pemain startup mulai bermunculan entah dari lokal maupun yang baru masuk dari luar negeri. Pemerintah pun mulai turut andil dengan menerbitkan berbagai aturan demi menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Dalam berbisnis, pemilik usaha sebenarnya sangat haram untuk cepat puas jadi pemenang di salah satu bidang saja, apalagi kalau skalanya masih lokal. Sekiranya, mereka perlu agresif berbisnis sembari mawas diri dengan kondisi pasar yang senantiasa cepat berubah.

Untuk bermain ke kancah internasional, sebenarnya hal itu sangat mungkin dilakukan oleh pemain startup lokal di Indonesia. Mereka memiliki kapasitas yang memadai dan tidak kalah dengan pemain startup dari luar negeri yang masuk ke pasar Indonesia.

Ditambah lagi, budaya Indonesia tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang berada di Asia Tenggara, atau di Asia. Makanya sangat memungkinkan bila pemain startup mulai menimbang-nimbang untuk ekspansi ke Asia Tenggara sebagai tahap awalnya.

Beberapa startup lokal akhir-akhir ini mulai mengumumkan rencananya ingin memperluas kawasan bisnisnya ke negara tetangga bahkan sebagian diantaranya sudah meresmikannya. Di antaranya, Traveloka telah sukses mengembangkan bisnisnya ke lima negara di kawasan ASEAN yakni Singapura, Malaysia, Thailand. Filipina, dan Vietnam. Tak sampai disitu, Traveloka juga mengincar pembukaan kantor perwakilannya di Brunei, Laos, dan Myanmar.

Sonar, aplikasi platform analitik dan monitoring media sosial asal Indonesia, juga mengumumkan rencana ekspansi ke Filipina, Singapura, Malaysia, dan Australia pada tahun depan. Bridestory, portal informasi vendor pernikahan, meresmikan ekspansinya ke Singapura, Filipina, dan Australia.

“Ekspansi kami ke Filipina tidak berbasiskan kerja sama khusus dengan partner lokal. Kami pilih Filipina sebagai rangkaian awal ekspansi karena memiliki pasar yang mirip dengan Indonesia,” terang Kevin Mintaraga, CEO Bridestory.

Selain itu, Heritage.id juga berencana ekspansi ke beberapa negara di ASEAN. Pihak Heritage.id mengungkapkan saat ini masih berusaha mempelajari regulasi yang ditetapkan oleh sejumlah negara.

“Kami ingin melakukan cara serupa yang dilakukan Etsy.com, marketplace yang bisa dinikmati secara global dengan produk pilihan original dan harga terjangkau,” ujar Muhammad Taufiq, CMO Heritage.id.

Ekspansi Modalku

Modalku, startup fintech P2P lending asal Indonesia, juga mengumumkan telah resmi beroperasi di Malaysia, setelah beberapa waktu lalu resmi berada di Singapura. Dengan demikian, kini Modalku sudah resmi beroperasi di tiga negara.

Pihak Modalku menerangkan, pada dasarnya para founder startup fintech ini memang terdiri dari tiga orang dengan perbedaan kewarganegaraan, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Makanya, sudah sejak awal menargetkan Modalku bakal beroperasi penuh di tiga negara tersebut.

Hanya saja, pihaknya lebih memilih Indonesia sebagai base camp untuk Modalku lantaran jumlah populasi di negara ini lebih besar ketimbang dua negara lainnya.

“Selain itu, kami juga lebih ke arah tujuan awal pendirian Modalku yakni mau sukses dan do something good for our country. Tapi base-nya Modalku tetap di Indonesia, dan co-founder Modalku juga ingin berbakti ke negara mereka masing-masing,” ujar Reynold Wijaya, CEO dan Co-Founder Modalku.

Modalku melihat, persamaan yang ada di tiga negara utamanya ini adalah keterbatasan aset UKM sehingga pelaku usaha seringkali tidak masuk dalam kriteria jaminan bank dan lembaga keuangan lainnya. Proses aplikasi juga memakan waktu, pasalnya dana baru cair setelah dua hingga tiga bulan kemudian.

Sejak diluncurkan 17 bulan yang lalu, Modalku telah mencairkan Rp 156 miliar dalam pinjaman jangka pendek dan invoice financing untuk mengembangkan lebih dari 200 UKM berpotensi.

OJK: Batas Modal Minimum Layanan Fintech Peer-to-Peer Bakal Tertinggi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menetapkan besaran modal minimum untuk pemain fintech bakal disesuaikan dengan bisnis yang dijalankan. Regulator menilai fintech yang bermain di bisnis peer-to-peer lending akan tertinggi batas modal minimumnya dibandingkan bisnis fintech lainnya.

Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK, mengatakan dalam rapat dengar pendapat yang diadakan regulator seminggu yang lalu, pihaknya menerima banyak masukan dari pelaku usaha. Pada intinya, mereka meminta OJK agar tidak membuat aturan jadi terlalu keras dan rigid agar ruang gerak fintech tidak terbentur.

Mereka, sambungnya, juga meminta agar modal minimal agar tidak terlalu besar, dibedakan sesuai jenis usahanya. Terkait hal ini, Firdaus menuturkan regulator akan memberikan waktu kepada pelaku untuk memenuhi secara bertahap dalam kurun waktu tertentu. Namun dengan syarat sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu harus melapor pengajuan izin ke OJK.

“Dari semua masukan akan kami pertimbangkan, namun yang pasti aturan permodalan akan diatur sesuai jenis bisnisnya. Kepastian besarannya belum ditentukan, masih meminta tanggapan dari para pelaku. Yang pasti mereka minta syarat modal untuk P2P bakal jadi terbesar dari bisnis lainnya,” ujarnya, Rabu (9/11).

[Baca juga: Menilik Lima Poin “Policy Paper” yang Diajukan UangTeman ke OJK]

Dari catatan OJK, selama setahun ini pertumbuhan fintech di Tanah Air memang cukup signifikan. Dari 120 layanan fintech, total asetnya mencapai Rp 100 miliar, sekitar 51 perusahaan bermain di sistem pembayaran, 18 perusahaan P2P, dan sisanya di bidang lainnya.

“Besarnya perkembangan fintech, kami menilai perlu perbaikan dan sistem pengawasan untuk pengaturannya.”

OJK dapat 40 poin masukan

Saat dihubungi DailySocial, CEO dan Co-founder Modalku Reynold Wijaya mengatakan dari hasil rapat terakhir, OJK mendapat 40 poin masukan dari para pelaku. Adapun detilnya tidak bisa diungkapkan oleh Reynold sebab sifatnya yang rahasia dan tidak bisa diketahui publik.

Dia hanya menerangkan, setelah membaca Rancangan POJK (RPOJK) fintech pada umumnya seluruh pelaku usaha yang hadir menyatakan tidak ada isu sama sekali. Isinya rancangan tersebut dinilai sudah mewakili seluruh keinginan dari pelaku usaha.

Mendukung pernyataan dari Firdaus sebelumnya, Reynold menyatakan salah satu poin masukan yang didapat OJK adalah modal minimal untuk bisnis P2P memang harus dibedakan. Mengingat bisnis ini mengambil dana dari masyarakat, sehingga perlu menjaga aspek prudential.

“OJK cukup satu sepahaman dengan pelaku usaha, mereka juga terbuka dengan masukan. Apapun hasilnya kami dukung,” pungkasnya.

Modalku Gandeng Bank Sinarmas Jadi Bank Kustodian

Modalku salah satu startup yang yang bergerak di sektor teknologi finansial (fintech), khususnya untuk peer-to-peer lending, mengumumkan kerja sama dengan Bank Sinarmas. Kerja sama kali ini menjadikan Bank Sinarmas sebagai bank kustodian yang akan berwenang untuk menampung dana pemberi pinjaman pada untuk Modalku sehingga bisa meningkatkan keamanan dan transparansi dana.

Seperti banyak diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui OJK tengah menyiapkan regulasi yang akan mengatur industri fintech terutama masalah perlindungan konsumen. Salah satunya mengenai perlindungan data dan dana konsumen. Dengan kerja sama ini Modalku seolah mencuri start untuk memastikan pelanggan mereka merasakan keamanan berkat peran Bank Sinarmas yang berperan sebagai kustodian.

Seperti disampaikan Peneliti Eksekutif Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hendrikus Passagi, salah satu hal yang menjadi perhatian utama regulator pada platformpeer-to-peer lending adalah perlindungan dan keamanan dana konsumen. Menurut Hendrikus tanpa bank kustodian, pengelola platformpeer-to-peer lending dapat menyalahgunakan dana seperti pada kasus ponzi scheme yang mengeluarkan pinjaman palsu dan bentuk penipuan lainnya.

“Keberadaan bank kustodian dapat meminimalisir kekhawatiran ini karena dapat memastikan bahwa dana pemberi pinjaman tidak disalahgunakan oleh pengelola portal,” ungkapnya.

Disampaikan CEO Modalku Reynold Wijaya, kerja sama ini merupakan bagian dari inovasi layanan konsumen oleh Modalku. Inovasi ini juga diharapkan mampu menciptakan ekosistem fintech yang lebih sehat dan aman di Indonesia.

“Implementasi kustodian bukanlah hal yang mudah, namun akan memaksimalkan kegiatan peer-to-peer lending di Modalku karena dana pemberi pinjaman terjamin aman. Standar tinggi kami akan menciptakan dunia fintech yang lebih sehat di Indonesia,” ujar Reynold.

Di sisi lain Direktur Utama PT. Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) Freenyan Liwang menyampaikan bahwa perjanjian kustodian dengan Modalku akan memperluas kesempatan Bank Sinarmas di dunia finansial di tengah perkembangan industri keuangan digital.

“Ekosistem peer-to-peer lending sedang tumbuh pesat di Indonesia. Perjanjian kustodian ini akan membawa peer-to-peer lending di Indonesia ke tingkat selanjutnya, yaitu ke arah yang lebih ideal. Kami percaya bahwa dengan kerja sama ini, Bank Sinarmas akan menjadi salah satu bank terkemuka dalam keuangan digital,” tambahnya.

Sebelumnya hubungan baik antara Modalku dan Bank Sinarmas juga tertuang dalam bentuk kerja sama Bank Sinarmas sebagai escrow agent dan juga telah memberi pinjaman dana sebesar Rp10 miliar untuk membiayai pinjaman Modalku.