Hot Wheels ID Ialah ‘Versi Pintar’ Dari Mobil Mini Favorit Anda, Dibekali NFC dan Smart Track

Awalnya dibuat untuk anak-anak, kini banyak dari kita (termasuk saya) yang menolak untuk menyebut mobil miniatur die-cast sebagai sekadar mainan. Bagi kita, mereka adalah ‘barang koleksi’, dan masing-masing brand mempunyai penggemarnya sendiri. Di antara nama-nama familier, Hot Wheels merupakan salah satu yang paling terkenal dilihat dari ketersediaan dan persebarannya.

Selama beberapa tahun terakhir, Mattel sebagai pemilik Hot Wheels mencoba mengintegerasikan teknologi digital ke produk mobil minatur mereka. Mungkin Anda sudah pernah mendengar soal upaya penggabungan mainan fisik dengan augmented reality lewat Hot Wheels Augmoto, lalu mobil-mobil Hot Wheels juga hadir di permainan video, misalnya Forza Horizon 3 dan Rocket League.

Hot Wheels ID 2

Kali ini, implementasi teknologi di mobil miniatur Hot Wheels dilakukan melalui penambahan fitur NFC dan kesiapan mendukung lintasan pintar. Dinamai Hot Wheels ID, chip near-field communication yang dimiliki mobil-mobil mungil ini memungkinkannya melacak waktu tempuh dan kecepatan. Pengecekan dapat dilakukan via aplikasi smartphone, jadi tak ada lagi perdebatan soal siapa yang memenangkan pertandingan karena semuanya didukung oleh data akurat.

Hot Wheels ID punya penampilan seperti mobil miniatur yang biasa Anda lihat di toko, mengusung skala 1 banding 64, plus chip NFC di sisi bawah. Cara bermainnya sama mirip sepupu konvensionalnya: letakkan mobil di launcher  lalu tekan tombol secara berulang-ulang untuk membuatnya melaju tanpa menyebabkan mobil terbang ke luar lintasan. Menariknya, bukan cuma mobil Hot Wheels ID saja yang menyimpan teknologi.

Hot Wheels ID 1

Mattel juga membubuhkan sistem pintar di bagian lintasan. Komponen terpenting di sana adalah NFC reader Race Portal untuk menghitung status-status krusial, misalnya jumlah putaran, kecepatan maksimal dan total jarak tempuh – pada dasarnya dihitung dari seberapa gesit masing-masing mobil melewati ‘portal’. Lalu data-data tersebut segera dikirim ke app mobile lewat sambungan Bluetooth LE.

Sebelum mulai bermain, kita perlu mendaftarkan mobil di aplikasi melalui NFC. Jika perangkat Anda tidak mempunyai konektivitas ini, Race Portal bisa membantu proses registrasi. Bahkan tiap-tiap bagian track bekerja secara pintar, berkomunikasi antar sesamanya lewat USB sehingga aplikasi dapat mengetahui potongan lintasan yang digunakan dan seperti apa wujudnya. Alternatifnya, kita bisa menggunakan track non-pintar dari set standar Hot Wheels, walaupun data tak dapat di-ekspor ke app.

Hot Wheels ID 3

Aplikasi akan memunculkan sejumlah tantangan untuk Anda selesaikan, misalnya menyelesaikan putaran sebanyak X kali atau melampaui batasan kecepatan tertentu. Selain ‘bermain di dunia nyata’, kita juga dapat menikmati game balap virtual di app, lengkap dengan beragam hadiah dan konten eksklusif.

Hot Wheels ID sudah mulai dijual, tapi baru bisa diperoleh dari Apple Store. Masing-masing mobil mini ber-NFC dijajakan seharga US$ 7, lalu Race Portal dibanderol US$ 40 (termasuk bonus dua mobil). Anda tentu saja dipersilakan membeli satu paket komplit, termasuk set Smart Track, namun harus mau mengeluarkan uang sebesar US$ 140. App akan tersedia pertama kali di iOS, kemudian disusul versi Android bulan depan.

Hot Wheels ID 4

Via Engadget.

Wifi Porter Dirancang Agar Tak Ada Lagi Tamu yang Menanyakan Password Wi-Fi

Dewasa ini, kita mungkin lebih sering menanyakan password Wi-Fi ketimbang lokasi kamar mandi saat berkunjung ke rumah seseorang. Oke, mungkin imajinasi saya yang terlalu berlebihan, tapi setidaknya Anda sendiri punya gambaran mengenai pentingnya Wi-Fi dalam keseharian manusia modern.

Itulah mengapa perangkat seperti Wifi Porter ini punya alasan untuk eksis. Dikembangkan oleh firma desain Ten One Design, Wifi Porter berfungsi untuk memudahkan para tamu terhubung ke jaringan Wi-Fi saat bertandang ke rumah seseorang. Caranya cukup dengan mendekatkan ponsel ke Wifi Porter.

Ya, di balik rangka kayu minimalisnya, tersimpan chip NFC yang memungkinkan mayoritas perangkat Android maupun iPhone generasi terbaru (XS, XS Max dan XR) untuk tersambung secara instan. Seandainya ponsel milik sang tamu tidak dilengkapi NFC, cara lainnya bisa dengan memindai kode QR yang terpampang di sisi belakang Wifi Porter.

Wifi Porter

Selain di rumah atau apartemen, Wifi Porter juga sangat ideal ditempatkan di ruang rapat sebuah kantor maupun lokasi-lokasi lain di mana para pengunjungnya kerap menyambungkan perangkatnya ke jaringan Wi-Fi. NFC atau kode QR jelas merupakan solusi yang lebih praktis dan efisien ketimbang harus mengetikkan kata sandi yang rumit dan panjang.

Saat ini Wifi Porter dapat dipesan langsung melalui situs Ten One Design seharga $40 per unit, atau berupa bundel isi dua seharga $75, dan bundel isi empat seharga $129. Anda punya rumah atau apartemen yang sering disewakan via AirBnB? Saya kira Wifi Porter merupakan salah satu barang yang wajib untuk dimiliki.

Sumber: Digital Trends.

[Review] ASUS Zenfone 5Q: Smartphone Android untuk Selfie dengan NFC

Pada saat ASUS mengeluarkan smartphone Android Zenfone 4 Max Pro, beberapa wartawan diajak untuk melakukan wawancara eksklusif. Di sana, DailySocial menanyakan kenapa pada saat itu ASUS tidak melakukan integrasi Near Field Communication (NFC) di perangkatnya yang dijual di Indonesia.

Pertanyaan ini menjadi cukup valid karenakan gerakan pembayaran non tunai di Indonesia mulai digalakkan. Dengan begitu, menggunakan kartu uang elektronik sudah harus menjadi kebutuhan sehari-hari. NFC dapat membantu orang untuk melakukan isi ulang kartu tersebut.

ASUS Zenfone 5Q

NFC terakhir ada pada perangkat Zenfone 2. Dan ASUS pun menjawab pertanyaan ini dengan mengeluarkan Zenfone 5Q, yang merupakan perangkat mereka di tahun 2018 yang paling murah yang memiliki NFC. Di Indonesia, Zenfone 5Q merupakan smartphone pertama yang menggunakan Snapdragon 630, sang penerus Snapdragon 625.

Zenfone 5Q pertama kali diperkenalkan di Barcelona pada MWC 2018 dengan nama Zenfone 5 Lite. Kabarnya, 5Q sendiri sempat dicanangkan sebagai penerus Zenfone 4 Selfie dengan nama Zenfone 5 Selfie. Kehadiran smartphone ini juga sempat telat hadir di pasaran Indonesia terkait dengan penamaannya.

ASUS Zenfone 5Q merupakan smartphone pertama dari ASUS yang menggunakan empat buah kamera. Dua pada bagian depan untuk melakukan selfie dan wefie dan dua pada bagian belakang sebagai kamera utama. Kamera kedua pada setiap sisi bisa digunakan untuk mengambil dengan angle lebih lebar.

Berikut adalah spesifikasi lengkap dari Zenfone 5Q:

SoC Qualcomm Snapdragon 630
CPU 8x Cortex A53 2,2 GHz
GPU Adreno 508
RAM/Storage Internal 4 GB / 64 GB
Layar IPS 6” 18:9 2160 x 1080
Kamera utama / depan Dual 16 MP f/2.2 / Dual 20 MP f/2.0
Baterai 3300 mAh
Sistem Operasi Android Nougat 7.1 ZenUI 5
Dimensi 160.6 x 76.2 x 7.8 mm
Bobot 168 gram

Untuk hasil pindaian CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut:

Jika dilihat dari spesifikasi di atas, penggunaan Android Nougat 7.1 memang merupakan sebuah kekurangan pada smartphone ini. ASUS memang berencana untuk melakukan upgrade ke Android Oreo, namun hal tersebut mungkin dianggap terlambat.

Paket Penjualan

Paket penjualan yang kami terima memiliki warna putih. Di dalam paket penjualan itu ditemukan:

 

ASUS Zenfone 5Q - Paket penjualan

Charger, kabel microUSB, earphone, earbud, rubber back case, dan quick guide.

Desain

Menyandang nama Zenfone 5Q, membuatnya memiliki desain yang kurang lebih mirip dengan Zenfone 5. ASUS menggunakan bahan aluminium untuk rangka pada bagian sampingnya. Smartphone ini menggunakan kaca pada bagian belakangnya. Sayang memang, kaca seringkali menangkap banyak sidik jari sehingga akan terlihat kotor.

Untuk kaca layarnya sendiri sudah menggunakan desain 2,5D, sehingga akan cukup sulit menggunakan tempered glass tanpa terangkat dibagian pinggirnya. Dimensi layarnya sendiri adalah 6 inci dengan rasio 18:9, sehingga tidak semua aplikasi bisa dihadirkan dengan layar penuh. ASUS tidak memberikan informasi apakah layar depannya menggunakan kaca keras atau tidak, sehingga sebaiknya gunakan lapisan pelindung layar saat menggunakan.

Untuk bagian belakangnya, dapat ditemukan sensor sidik jari, dua kamera, dan sebuah lampu led flash. Kameranya sendiri sedikit menonjol sehingga cukup mengganggu saat ditaruh di atas meja. Untungnya, soft case bawaan dari paket penjualannya membuat kamera menjadi sama rata, sehingga dapat terhindar dari baretnya kaca kamera tersebut.

Pada bagian atas, ditemukan sebuah port audio 3.5 mm. Sedangkan tombol power dan volume berada di sebelah kanan. SIM Tray yang berisi dua slot nano SIM dan satu untuk microSD ini berada pada sisi sebelah kiri. Bagian bawahnya terdapat sebuah microphone, port microUSB, dan speaker.

ZenUI 5.0

ASUS Zenfone 5Q menggunakan sistem operasi Android Nougat 7.1.1 dengan antarmuka buatan ASUS bernama ZenUI yang memiliki versi 5.0. ZenUI 5.0 sendiri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pure Android seperti sistem penghematan baterai, gesture, dan lain sebagainya. ZenUI 5.0 juga sudah mengakomodir Z-RAM sebesar 1 GB sehingga cache akan langsung ditaruh pada RAM dengan sistem kompresi.

Jaringan 4G LTE

Tidak semua smartphone memiliki pilihan kanal 4G yang sama. Akan tetapi, Zenfone 5Q sepertinya sudah dikondisikan untuk menerima semua operator di Indonesia. Smartphone ini mendukung Band 1(2100 MHz), 3(1800 MHz), 5(850 MHz), 7(2600 MHz), 8(900 MHz), 20(800 MHz), dan 40(2300 MHz). Akan tetapi sayangnya, Zenfone 5Q belum mendukung VoLTE secara native.

Kamera: Megapiksel Besar dan Banyaknya Kamera Bukan Jaminan

ASUS Zenfone 5Q membawa kamera depan dengan resolusi 20 MP. Hal ini membuat 5Q secara otomatis menjadi smartphone selfie dalam lini produk ASUS. Dengan menggunakan sensor Sony IMX 376, seharusnya membuat hasil kameranya menjadi prima. Nyatanya? Tidak.

Hasil kamera depan lebih sering menangkap gambar dengan kurang tajam. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggunakan self timer dengan menggeser tombol shutter ke tengah. Hasil gambarnya juga masih terlihat noise. Sepertinya ASUS masih harus melakukan tuning terhadap kamera smartphone ini.

Kamera belakang dari smartphone ini mungkin mirip dengan ASUS Zenfone Max Pro M1. Hasilnya memang terlihat cukup banyak noise pada gambar, namun gambar yang dihasilkan masih cukup tajam. Akan tetapi sayang memang, hasilnya masih belum bisa menyamai Zenfone 3.

Untuk hasil dari kamera wide, mending tidak usah ditanya, karena gambarnya tidak tajam dan banyak noise. Oleh karena itu, gunakan saja kamera ini hanya untuk bokeh.

Pengujian

ASUS Zenfone 5Q menggunakan SoC baru dari Qualcomm, Snapdragon 630. SoC ini menggantikan Snapdragon 625 yang sebelumnya banyak dipakai oleh para vendor smartphone. Snapdragon 630 saat ini memiliki clock CPU 2,2 GHz pada delapan inti prosesornya. GPU yang tertanam pun ternyata lebih baik dari sebelumnya dengan Adreno 508.

ASUS sendiri tidak menggunakan AI Boost pada Zenfone 5Q. Mereka beralasan bahwa desain Zenfone 5Q tidak dibuat untuk menahan panas saat AI Boost diaktifkan. Selain itu, ASUS memiliki beberapa pertimbangan lain mengapa AI Boost tidak diimplementasikan pada smartphone yang satu ini. Padahal, jika AI Boost dipasang pada smartphone ini, tentu saja kinerjanya akan menjadi lebih baik.

Game

Smartphone ASUS Zenfone 5Q kami uji dengan game yang sedang terkenal saat ini, PUBG. PUBG sendiri memang dikenal butuh GPU processing yang cukup kuat untuk mendapatkan grafis yang bagus. Secara default, smartphone ini hanya akan terpasang pada mode Smooth saja. Namun, saat dipakai dengan setting Balanced, game dapat berjalan dengan baik walaupun ada sedikit lag saat bertemu banyak musuh.

Sintetis

Pengujian kami lakukan dengan menggunakan beberapa benchmark sintetis. Untuk membandingkan, kami hadirkan sebuah smartphone yang memiliki SoC Snapdragon 625, yaitu Zenfone 4 Selfie Pro. Hal tersebut hanya untuk membandingkan seberapa besar kenaikan kinerja antar kedua SoC. Selfie Pro sendiri memiliki AI Boost yang meningkatkan kinerja CPU.

Uji dengan BatteryXPRT

Kali ini DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

Zenfone 5Q - BatteryXPRT.a76ef047d8d24c03823acdf41c4ee7c8

 

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 3300 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 22.2 jam. Hal ini tentu membuat ASUS Zenfone 5Q juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.

Verdict

Smartphone dengan NFC pada harga terjangkau saat ini mungkin bisa dihitung dengan jari. Akan tetapi, smartphone dengan NFC, kinerja yang baik serta  memiliki harga yang cukup terjangkau, mungkin hanya ASUS yang baru punya. Perangkat smartphone dengan NFC sendiri bisa ikut mendukung program pemerintah yang sedang menggalakkan penggunaan uang non tunai, seperti kartu uang elektronik.

Kinerja yang ditawarkan oleh smartphone ini berada di atas rata-rata smartphone tiga jutaan yang menggunakan SoC Snapdragon 625 ke bawah. Oleh karenanya, smartphone ini juga cocok digunakan untuk bermain game walaupun pengaturannya tidak yang paling tinggi. Untuk bekerja dan melakukan editing, smartphone ini juga cukup baik.

Kamera mungkin menjadi nilai jual dan sekaligus kekurangan pada smartphone ini. Menduduki kelas Zenfone 5, seharusnya kameranya lebih baik dari para pendahulunya yang memiliki rentang harga yang sama, yaitu Rp. 3.499.000. ASUS masih bisa memperbaiki hasil kameranya, seperti yang mereka lakukan pada Max Pro M1. Namun, hal tersebut harus menunggu beberapa lama lagi.

ASUS saat ini memang harus membentuk divisi khusus yang dapat menilai hasil kamera yang mereka buat. Jika ingin bersaing pada pasar yang sama yang diisi oleh Huawei, OPPO, Vivo, dan Xiaomi, kamera adalah hal pertama yang harus diperbaiki.

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup baik
  • Kinerja cukup kencang
  • Feature lengkap
  • Harga tidak terlalu mahal
  • NFC!!
  • Desain apik

Slacks

  • Hasil kamera kurang baik
  • Tidak ada AI Boost

Startup Ini Kembangkan Sistem Berbasis NFC untuk Memeriksa Keaslian Suatu Produk

Bertambah banyak dan populernya situs e-commerce tentu sangat memudahkan aktivitas berbelanja para konsumen. Namun di sisi lain, hal ini juga berdampak pada kemudahan distribusi produk palsu, atau yang sering kita sebut dengan istilah “KW” di tanah air. Pada kenyataannya, di tahun 2016 diestimasikan total transaksi produk palsu dalam skala global mencapai angka nyaris setengah triliun dolar.

Sebuah startup asal Amerika Serikat bernama Blue Bite melihat adanya peluang pemanfaatan teknologi guna membantu mengatasi permasalahan seperti ini. Mereka merancang sistem berbasis NFC (near-field communication) yang dapat dipakai untuk memeriksa keaslian suatu produk.

Jadi semisal Anda hendak membeli bola Adidas Telstar 18 yang merupakan bola resmi Piala Dunia 2018, Anda hanya perlu menempelkan ponsel ke bola tersebut, mengklik tombol di aplikasi, dan membiarkan proses otentikasinya berlangsung. Semuanya selesai dalam hitungan detik, tanpa ada bagian produk yang perlu dibuka dan diteliti.

Blue Bite NFC authentication system

Itu dikarenakan di dalam bola Telstar 18 telah tertanam chip NFC, yang sebenarnya berfungsi untuk membuka portal konten ekstra bagi konsumen. Blue Bite pada dasarnya hanya menyisipkan elemen ekstra di mana kode identifikasi unik yang dimiliki setiap bola pada akhirnya bisa dijadikan metode otentikasi.

Industri retail sendiri sebenarnya sudah cukup lama memanfaatkan NFC, meski bukan untuk keperluan otentikasi, melainkan untuk memudahkan proses inventaris maupun pembayaran. Blue Bite tentu tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Mereka butuh dukungan penuh dari brand yang tertarik mengadopsi sistemnya.

Sejauh ini mereka sudah punya setidaknya 15 klien dari berbagai industri, mulai dari Bulgari sampai brand fashion Pinko. Harapan ke depannya, sistem semacam ini bisa membantu menekan angka penjualan produk palsu, yang sejatinya tidak memberikan efek positif terkecuali bagi para produsen dan penjualnya saja.

Sumber: Engadget.

Lewat Project Zanzibar, Microsoft Memanfaatkan Karpet Pintar Sebagai Perangkat Kendali Interaktif

Satu aspek yang membuat keberadaan mainan tetap tidak bisa digantikan oleh video game adalah kehadiran objek fisiknya dan sensasi menyentuhnya. Sudah banyak upaya dilakukan untuk memadukan keduanya, seperti contohnya yang disuguhkan Lego lewat AR-Studio. Namun para peneliti Microsoft punya pendekatan super-unik dalam mengombinasikan kedua hal ini: melalui karpet.

Tim yang terdiri dari ilmuwan asal Cambridge dan Redmond itu memperkenalkan Project Zanzibar, sebuah platformsensing‘ berwujud karpet fleksibel yang mampu mendeteksi, menemukan, dan berkomunikasi dengan objek serta sentuhan pengguna. Berbekal ‘karpet pintar’ ini, kita bisa menggunakan benda-benda fisik untuk memanipulasi serta mengendalikan konten digital.

Portabilitas merupakan salah satu faktor andalan Project Zanzibar. Alat ini bisa memanfaatkan unit layar yang ada buat menampilkan konten (misalnya tablet). Selanjutnya, Anda dapat memakainya di mana pun – di ruangan berbeda dalam rumah hingga dibawa piknik atau berlibur. Saat tidak digunakan, Anda bisa menggulung Zanzibar layaknya karpet biasa.

Di fungsi hiburan, Project Zanzibar memungkinkan kita ‘mendigitalisasi’ mainan-mainan fisik serta memberikan efek suara pada tiap adegan di atasnya (misalnya mengeluarkan suara letupan ketika peluru dilepas dari meriam mainan), berinteraksi dengan konten digital menggunakan objek fisik (misalnya kartu atau jenis permainan tabletop), hingga mempersilakan anak-anak menciptakan film stop-motion berbekal action figure, kamera dan mainan-mainan ala prop film.

Project Zanzibar 1

Kecanggihan Zanzibar bukan hanya tertelak pada kesanggupannya merasakan sentuhan di permukaan, tapi juga kemampuan mendeteksi objek yang melayang di atasnya. Selain itu, ia sanggup membaca gerakan, mengidentifikasi tipe benda berbeda, orientasi arah, dapat mengetahui eksistensi dari objek sekunder di atas benda utama, hingga bisa mentenagai perangkat berbeda via metode wireless charging.

Project Zanzibar 2

Di dalam, Microsoft memanfaatkan kombinasi dari sensor kapasitif dan NFC, lalu Zanzibar tersambung ke unit display melalui kabel USB ataupun Bluetooth.

Tentu saja karpet pintar ini tak hanya berguna sebagai mainan, tapi juga dapat dimanfaatkan jadi alat edukasi. Misalnya untuk belajar mengenal alfabet: app akan memunculkan satu huruf, dan anak-anak diminta menemukan huruf tersebut dan menggosoknya di permukaan Zanzibar. Alternatif lainnya, app dapat mengeja alfabet stiker yang Anda taruh di atas karpet.

Project Zanzibar membuka peluang baru penyajian konten hiburan dan edukasi. Namun ada banyak proyek eksperimen Microsoft yang akhirnya tidak direalisasikan jadi produk konsumen. Semoga Zanzibar bukan salah satu di antara mereka.

Daftar Smartphone Android yang Diperkaya Fitur NFC

NFC atau Near Field Communication kian lumrah dibenamkan di perangkat smartphone, terutama keluaran terbaru. Fungsinya yang serba guna dan lebih reliabel mendorong pabrikan untuk tak melupakannya ketika meluncurkan produk baru. Salah satu manfaat dari NFC adalah untuk melakukan pembayaran dari smartphone, seperti yang didukung oleh Apple Pay dan Mi Pay.

Kegunaan NFC tidak sebatas sebagai media pembayaran. Dalam kehidupan sehari-hari NFC pun dapat dipilih sebagai pengganti Bluetooth dan WiFi. Misalnya untuk mencetak foto menggunakan printer, mengunduh data foto dan video, dan bahkan sebagai alat bermain di game-game tertentu.

Sudah jelas ya apa itu NFC dan apa saja manfaatnya. Kalau begitu, mulai sekarang jika Anda bermaksud membeli smartphone baru, pastikan ada NFC di dalamnya. Beberapa model smartphone yang sudah dilengkapi NFC, antara lain:

Samsung Galaxy A3 dan A3 (2016)

galaxy a3

Seri Samsung Galaxy A3 dan A3 (2016) merupakan smartphone yang sudah mendapatkan dukungan fitur NFC. Secara spesifikasi, Galaxy A3 mengemas laayr 4,7 inci dan jeroan prosesor quadcore 1,5GHz bersama RAM sebesar 1,5GB.

Sony Xperia C5 Ultra

Cara Mengganti Lock Screen Android

Xperia C5 Ultra memang memiliki tubuh yang bongsor dengan layar 6 inci Full HD, sementara di dalam mengemas chipset dari MediaTek octa–core berkecepatan 1,7GHz yang dipadukan dengan RAM 2GB, grafis ARM Mali760 MP2 dan memori internal 16GB.

Asus ZenFone 2

asus zenfone 2_featured_2

Asus ZenFone 2 hadir dalam banyak varian, dan tidak semua varian sudah mengadopsi teknologi ini. Adapun yang sudah adalah semua varian Asus ZenFone 2 yang menggunakan layar 5,5 inci. Sementara untuk varian Laser 5 inci non 4G LTE masih minus NFC.

Huawei Mate 8

huawei mate 8_1

Seperti pendahulunya, Huawei Mate 8 masih membawa layar seluas 6 inci dengan jeroan bermodalkan chipset Kirin 950 yang merupakan buatan mereka sendiri. Huawei Mate 8 mengemas kamera utama 16MP, sementara di depan, Huawei menyematkan kamera 8MP. Sejumlah fitur fotografih mutakhir pun ditanamkan.

LG G4 dan LG G5

Smartphone LG G5

Dua bersaudara beda usia ini masih terbilang muda untuk urusan umur, jadi membeli salah satunya adalah pilihan yang tepat terlebih keduanya punya desain dan bekal premium. Spesifikasi lengkap LG G4 dapat Anda baca di sini, dan LG G5 di sini.

Sumber gambar header Techradar.

Langkah Telkomsel Seriusi Bisnis T-Cash

Penetrasi penggunaan smartphone dengan teknologi canggih di kalangan masyarakat Indonesia kian meningkat. Berbagai layanan yang berkembang makin membuat masyarakat nyaman melakukan berbagai hal dari sentuhan layar ponselnya. Potensi ini pula yang membuat Telkomsel makin mantap untuk meneruskan pengembangan dan pemasaran layanan mobile payment yang dimilikinya T-Cash. Namun apakah pangsa pasar di Indonesia secara umum sudah siap dengan teknologi ini, dan bagaimana Telkomsel harus menginisiasi persebaran layanan ini?

Dalam sebuah kesempatan jumpa pers Minggu lalu membahas khusus tentang T-Cash, GM Digital Payment and Banking Product Development Telkomsel Herman Suharto memperlihatkan optimisme perusahaan terhadap layanan ini. Dibubuhkannya fitur Near Field Communications (NFC) pada T-Cash (diberi nama T-cash Tap) membuat Telkomsel optimis untuk menggarap pasar yang lebih luas. Setelah saat ini beroperasi di Jabodetabek, tahun ini ditargetkan 4 kota lain (Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar) akan segera disinggahi.

Keuntungan T-Cash untuk Telkomsel masih belum seberapa

Dari pemaparan Herman dalam presentasinya disebutkan Average Revenue Per User (ARPU) T-Cash berada di kisaran Rp 66.000,- per bulan. Jika saat ini sudah ada 300.000 pengguna, artinya pemasukannya sekitar Rp 19,8 miliar. Dan untuk trafik per tahun artinya Telkomsel mendapat Rp 237,6 miliar. Belum terlihat signifikan bagi bisnis Telkomsel jika keuntungan sepanjang 2014 (laporan yang sudah diterbitkan) sebanyak Rp 66,25 triliun.

Artinya Telkomsel benar-benar harus bertaruh jika memang memutuskan untuk berinvestasi lebih dalam menyebarkan bisnis tersebut. Jika dibandingkan dengan operator pesaing, Indosat Ooredoo dengan layanannya Dompetku, penetrasinya masih cukup jauh. Dompetku sendiri berhasil membukukan pemasukan Rp 2,5 triliun sepanjang 2015. Ada yang perlu dibenahi tentang edukasi pengguna dan persebaran layanan, mengingat pengguna Telkomsel masih diklaim menjadi yang terbanyak di Indonesia.

T-Cash menjadi entitas terpisah dari bisnis operator Telkomsel

Setelah sebelumnya santer terdengar isu spin-off T-Cash dari Telkomsel, Herman turut menyinggung hal tersebut dalam pemaparannya. Dari pihak T-Cash menyatakan bahwa telah siap untuk menjadi entitas bisnis tersendiri. Berbagai hal bahkan sudah disiapkan, termasuk struktur organisasi yang akan menjadi pionir penggerak bisnis T-Cash. Dengan fitur utama yang telah dimiliki T-Cash saat ini, yakni e-money, purchase online dan pay-on-mobile dinilai telah mampu untuk menjadi revenue generation terpisah bagi perusahaan.

Selain itu T-cash Tap yang sudah mengantongi lisensi dari Bank indonesia sebagai layanan uang elentronik turut meyakinkan tim T-Cash untuk mulai merintis bisnis secara mandiri. Rekanan merchant yang telah menggunakan T-Cash yang semakin luas juga menjadi indikator kematangan bisnis oleh perusahaan.

Dengan keuntungan yang dihasilkan yang belum signifikan, akan sangat riskan bagi T-Cash untuk perkembangan layanan mobile payment Telkomsel. Karena masih banyak hal yang harus dielaborasi antara layanan Telkomsel dengan T-Cash untuk mencapai target pengguna. Tahun ini saja ditargetkan 5-6 juta pengguna baru menggunakan T-Cash.

Ingin bermitra dengan Apple Pay dan Samsung Pay jika resmi masuk ke Indonesia

Teknologi serupa sudah diterapkan pemain besar smartphone dunia dalam handset-nya, oleh Apple dan Samsung. Telkomsel sendiri (khususnya divisi T-Cash) juga siap untuk melakukan kemitraan dengan Samsung Pay ataupun Apple Pay ketika mereka sudah masuk pasar Indonesia. Samsung sendiri tengah menginisiasi kehadirannya di Asia Tenggara, namun belum ada kabar pasti apakah Indonesia akan masuk ke daftar ekspansi mereka atau tidak.

Menggandeng Apple Pay atau Samsung Pay artinya akan menjadi kombinasi dua arah. Pihak Apple/Samsung akan mempersiapkan teknologi melalui handset-nya, sedangkan T-Cash harus mempersiapkan operasional lainnya untuk transaksi. Bisa menjadi sebuah simbiosis mutualisme, karena pemain luar yang masuk ke Indonesia setidaknya harus menggandeng pemain lokal yang memiliki izin untuk mengelola transaksi keuangan, dalam hal ini Telkomsel sudah mengantongi izin dari BI.

Teknologi yang digunakan oleh Apple dan Samsung tak jauh beda, yakni menggunakan NFC. Namun jika melihat dari sisi Apple atau Samsung, mereka pasti menginginkan sebuah pendekatan yang lebih umum, artinya tidak membatasi penggunaan operator seluler tertentu, karena kemitraan dengan pihak lokal bisa saja dijalin dengan instansi perbankan. Namun tak menutup kemungkinan juga dengan basis pengguna Telkomsel yang sudah sangat besar. Yang jelas ujung-ujungnya saat kerja sama ini terjadi, maka teknologi yang dikembangkan T-Cash mungkin akan mangkrak.

T-Cash harus fokus pada persebaran akses dan pengguna

Memiliki ekosistem pengguna smartphone yang tinggi bukan berarti penggunanya siap terap dengan pembaruan teknologi canggih yang dibubuhkan. Untuk saat ini, bagi siapapun pemain di mobile/electronic payment via smartphone tantangan utamanya adalah memperluas basis pengguna dan melakukan edukasi pasar. Jika mengambil khasus T-Cash, memperluas pangsa pasar dan memfokuskan kepada pengguna dapat menjadi strategi andal ketimbang harus melakukan spin-off ataupun jalinan kerja sama dengan pemain baru.

Terlalu menguras energi jika entitas bisnis harus dibangun dari awal. Potensi T-Cash tak lain hadir dari kekayaan pengguna operator seluler yang dimiliki Telkomsel. Basis pengguna Telkomsel yang luas cenderung memberikan nilai positif bagi T-Cash untuk melebarkan kerja sama dengan mitra merchant di daerah.

Application Information Will Show Up Here

Tahun 2015 Transaksi TCASH Mengalami Kenaikan 150 Persen

Penggunaan TCASH, salah satu produk layanan mobile money dari Telkomsel, selama tahun 2015 mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Dari data internal Telkomsel disebutkan bahwa selama tahun 2015 transaksi penggunaan TCASH meningkat hingga 150 persen, puncaknya saat perayaan liburan Natal dan tahun baru kemarin.

Executive Vice President Telkomsel Area Jabotabek dan Jabar Venusiana Papasi saat menanggapi hal tersebut menyampaikan:

“Sambutan positif dari masyarakat dalam penggunaan layanan mobile money yang di tawarkan Telkomsel mendorong kenaikan trafik transaksi TCASH secara nasional yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.”

Lebih lanjut Venusiana menjelaskan bahwa transaksi TCASH sejauh ini paling banyak digunakan untuk pembayaran di handphone dan layanan bayar cepat menggunakan TAP, sebuah teknologi Near Field Communication (NFC) yang digunakan TCASH. Layanan ini didesain untuk memberikan kemudahan dan pengalaman tersendiri bagi pelanggan dalam melakukan transaksi. Uniknya layanan ini bisa digunakan di semua jenis handphone baik itu feature phone maupun smartphone.

Ke depannya Telkomsel berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem TCASH untuk transaksi pembayaran lain seperti transaksi pembayaran taksi, parkir, dan layanan finansial lainnya, serta berkomitmen untuk terus menambah jumlah merchant. Hal tersebut diharapkan mampu turut mendorong percepatan implementasi smart city di setiap kota di Indonesia.

Seperti diketahui bersama saat ini TCASH sudah bekerja sama dengan beberapa merchant seperti Coffee Bean, Baskin Robbins, Wendy’s, McDonald’s, Bakmi GM, 7Eleven, Indomaret, Cinema XXI dan lainnya. Saat ini TCASH TAP dapat diunakan di lebih dari 2000 merchant yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

Pelanggan hanya butuh menempelkan sticker NFC ke ponselnya untuk selanjutnya mengaktifkan layanan, dan pelanggan dapat melakukan tap di mesin NFC yang tersedia di merchant. Untuk keamanan, TCASH dibekali sistem keamanan berbasis pin 6 digit.

“Kami berharap dengan variasi inovasi produk dan nilai yang ditawarkan TCASH dapat memberikan berbagai manfaat kepada pelanggan untuk bisa bertransaksi dengan mudah, cepat dan aman. Di setiap event Telkomsel di Area Jabotabek dan Jabar saat ini, kami selalu menyediakan layanan TCASH TAP sebagai alat transaksi di sejumlah merchant yang bergabung di event tersebut, seperti food truck, dengan harapan dapat lebih mendekatkan dan mengenalkan layanan tersebut dalam keseharian gaya hidup pelanggan”, pungkas Venusiana.

Tak Usah Beli, 3 Aksesori Gadget Ini Bisa Anda Buat Sendiri

Sebuah gadget tak akan lengkap tanpa aksesorinya. Entah itu berbagai macam kabel, casing, stylus maupun lainnya, kita sudah terbiasa membeli produk-produk ini guna melengkapi smartphone atau tablet kesayangan.

Bagi yang gemar mengutak-atik sesuatu, bisa jadi mereka tertarik untuk membuat aksesori versinya sendiri. Kalau Anda termasuk salah satunya, berikut 3 aksesori gadget yang bisa Anda buat sendiri. Modalnya tidak banyak, hanya butuh sedikit waktu luang dan ketekunan.

1. Kabel USB OTG (On-The-Go)

Kabel USB OTG

USB OTG, seperti yang kita tahu, sudah cukup umum didapati mayoritas smartphone terkini. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk menyambungkan bermacam perangkat ke smartphone, seperti misalnya card reader atau flashdisk sekalipun.

Tapi untuk bisa menikmati fitur USB OTG, dibutuhkan kabel khusus. Kalau Anda punya sepasang kabel USB bekas, Anda bisa membuatnya sendiri. Yang diperlukan adalah satu kabel USB ‘cewek’ (yang biasanya dipakai sebagai kabel extension) dan kabel micro-USB ‘cowok’.

Kabel USB OTG

Langkah-langkah maupun persiapannya bisa Anda lihat selengkapnya di situs Makezine. Pada dasarnya Anda diminta untuk menyambungkan kedua kabel tersebut, lalu melakukan sedikit modifikasi pada colokan micro-USB sehingga fitur USB OTG bisa diaktifkan.

Harga kabel USB OTG sendiri memang tidak mahal dan mudah sekali ditemui di pusat perbelanjaan. Namun tidak ada salahnya mencoba membuat sendiri, hitung-hitung kabel-kabel lama yang tidak terpakai bisa digunakan kembali dalam wujud yang baru.

2. Stylus Kapasitif

Macam-macam objek yang bisa dijadikan stylus kapasitif

Tidak terhitung macam stylus yang ada di pasaran, mulai dari yang murah sampai yang mahal macam Apple Pencil. Tapi di saat mendadak dan Anda benar-benar membutuhkan stylus, Anda bisa memanfaatkan berbagai objek sehari-hari untuk dijadikan stylus smartphone atau tablet.

Untuk memulai, silakan kunjungi panduan yang ada di situs Makezine. Di situ dijelaskan berbagai material yang bisa dijadikan sebagai stylus, beberapa bahkan sama sekali tidak perlu dimodifikasi, seperti misalnya menggunakan ujung negatif sebuah baterai AA.

Bahan lain yang cukup menarik adalah spons. Tapi berhubung spons sifatnya amat elastis, Anda perlu menambatkannya ke semacam bolpen atau objek lain yang ujungnya bisa dijejali spons. Cara lain yang tak kalah simpel dan menarik adalah membungkus ujung bawah pensil dengan aluminium foil.

3. Kartu Nama NFC

Kartu Nama NFC

Ini memang tidak termasuk aksesori gadget, tapi masih ada hubungannya dengan penggunaan smartphone sehari-hari. Bayangkan skenario dimana Anda hanya perlu mengusapkan kartu nama ke smartphone seorang kenalan baru, lalu data kontak Anda akan langsung tersimpan di sana. Itulah tujuan dari proyek ini.

Persiapan dan panduan langkah demi langkahnya bisa langsung Anda lihat di situs Instructables. Bahan utama yang dibutuhkan tentu saja adalah chip NFC, yang bisa dibeli dari situs macam Kaskus, Tokopedia atau Bukalapak.

Selanjutnya, Anda perlu menyambungkan chip tersebut ke smartphone. Menggunakan aplikasi bernama NFC Tools atau sejenisnya, Anda bisa mengisi informasi kontak Anda ke dalam chip tersebut.

Langkah terakhir adalah melekatkan chip NFC ke kartu nama Anda. Prosesnya memang terdengar simpel, tapi sangat bermanfaat. Karena data kontak Anda langsung tersimpan di smartphone, Anda pun tak perlu khawatir sang kenalan baru lupa menyimpan nomor Anda dan peluang kerja sama bisnis sirna begitu saja.

Gambar header: DIY via Shutterstock.

Arloji Swatch Bellamy Diciptakan Khusus Buat Pembayaran Elektronik

Di saat produsen jam tangan asal Swiss berlomba-lomba memberikan penawaran smartwatch Android Wear-nya masing-masing, Swatch malah tenang-tenang saja. Kita sebenarnya tidak perlu terlalu heran karena Swatch memang sudah sangat berbeda dari akarnya. Lihat saja desain jam tangannya.

Namun hal itu bukan berarti Swatch benar-benar mengabaikan pasar smartwatch begitu saja. Bulan Februari kemarin, mereka sempat merilis Swatch Touch Zero One yang ditujukan secara khusus buat penggemar voli pantai. Kini mereka kembali memperkenalkan smartwatch dengan ide yang jauh lebih sederhana lagi, yaitu pembayaran elektronik.

Dinamai Swatch Bellamy, smartwatch ini cuma punya satu fungsi, yaitu melangsungkan pembayaran elektronik. Karena fungsinya terbatas pada itu saja, saya pun agak ragu menyebutnya sebagai sebuah smartwatch. Terlepas dari itu, sampai sekarang memang belum ada arloji tradisional yang dibekali fitur serupa.

Seperti yang kita tahu, pembayaran elektronik memerlukan mitra yang berpengalaman di bidangnya. Dalam kasus ini, Swatch memilih untuk bermitra langsung dengan Visa, yang berarti semua pemilik kartu Visa bisa melangsungkan pembayaran dengan menempelkan arlojinya ke mesin khusus. Bellamy bisa digunakan di negara mana saja asalkan mesin yang mendukung tersedia.

NFC sudah pasti menjadi komponen utama Bellamy. Tapi uniknya, ia sama sekali tak dibekali Wi-Fi maupun Bluetooth. Hal ini ternyata berkaitan dengan faktor keamanan; Swatch rupanya tidak mau ada celah berbahaya sedikitpun pada Bellamy yang disebabkan oleh koneksi dengan jaringan cloud.

Swatch juga memastikan bahwa komponen NFC ini sama sekali tak mengonsumsi energi untuk bekerja. Dengan demikian, daya tahan baterai Bellamy pun tidak berbeda dari jam tangan Swatch pada umumnya.

Swatch pertama kali mengumumkan Bellamy di Tiongkok pada bulan Oktober kemarin. Pada saat itu harga yang diumumkan adalah ¥580 atau sekitar Rp 1,25 juta. Swatch Bellamy rencananya juga bakal dipasarkan di AS, Swiss dan Brasil mulai awal tahun depan. Belum ada keterangan apakah ia bakal menyusul ke kawasan lainnya.

Nama Bellamy sendiri dipilih sebagai bentuk apresiasi terhadap seorang novelis bernama Edward Bellamy yang pernah mengisahkan dunia utopia dimana uang tunai telah digantikan oleh kartu kredit/debit. Entah dari mana beliau mendapat idenya, mengingat novel tersebut dirilis di tahun 1888.

Sumber: Swatch dan Wareable.