Daftar Fitur dan Layanan HiToko yang Manjakan Pelaku Usaha

HiToko merupakan software omnichannel yang membantu para pelaku bisnis meningkatkan efisiensi pengelolaan toko online mereka. Dengan HiToko, pengguna bisa mengintegrasikan berbagai toko online di marketplace dengan akun HiToko sehingga pengelolaan menjadi terpusat dan lebih mudah.

Bagi Anda yang belum mengenal HiToko, tentu saja perlu mengenal berbagai fitur dan layanannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mulai menggunakan HiToko.

Artikel ini akan memperkenalkan Anda dengan berbagai fitur dan layanan HiToko yang dapat digunakan untuk mengelola toko dari bisnis Anda. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, ya!

Fitur dan Layanan HiToko

  • Dashboard berisi ringkasan

Melalui dashboard ini, pengguna bisa melihat ringkasan pesanan, analisis area pelanggan, ringkasan proses transaksi pelanggan, pemberitahuan terbaru HiToko, serta peringkat toko.

  • Integrasi dengan Marketplace

Fitur ini memudahkan pengguna untuk mengintegrasikan marketplace yang mereka miliki dengan akun HiToko. Tujuannya adalah agar memudahkan pengguna dalam melakukan berbagai pengelolaan di marketplace hanya dengan satu aplikasi, yaitu HiToko.

  • Manajemen Pesanan

Pengguna bisa membuat daftar pesanan secara manual dan memperbarui status dari tiap pesanan. Dengan begitu, data menjadi lebih tertata dan mudah dibaca, mulai dari status transaksi, harga, hingga pengiriman. Pengguna juga bisa mengatur template label sesuai kebutuhan.

  • Menambahkan Promo

Pengguna bisa dengan mudah mengelola promo, baik mengakses laporan promo yang telah berakhir, menambahkan promo yang akan dijalankan, hingga memantau promo yang sedang berjalan di semua marketplace yang terintegrasi.

  • Manajemen Produk dan Stok

Fitur ini membantu pengguna untuk mengelola stok dan harga, baik harga grosir maupun harga satuan. Adanya integrasi dengan berbagai marketplace akan memudahkan pengguna untuk memantau dan menyamakan stok di berbagai marketplace yang terhubung. Pengguna juga bisa menambah dan memperbarui info produk di berbagai marketplace secara bersamaan dan real time melalui HiToko.

  • Manajemen Pelanggan

Mengintegrasikan akun marketplace dengan HiToko tidak hanya membantu pengguna dalam mengelola produk dan transaksi, tetapi juga yang terpenting adalah menghubungkan dan mengelola semua chat pelanggan di berbagai marketplace yang diintegrasikan melalui HiToko. Dengan begitu, pelaku bisnis tidak perlu khawatir dan tetap bisa terhubung dengan semua chat pelanggan di berbagai marketplace melalui HiToko.

  • Laporan Analisa

HiToko menyediakan fitur laporan yang dapat diakses oleh pengguna sesuai periode yang diinginkan. Analisis yang disediakan merupakan analisis statistik dari semua marketplace yang terintegrasi. Dua jenis laporan yang disediakan yaitu laporan penjualan dan laporan produk.

  • Pengaturan Informasi Pelanggan

Pengguna bisa mengelola informasi pelanggannya secara detail termasuk dari marketplace mana pelanggan berasal, nama pelanggan, nomor telepon, email, total pesanan dan pembelanjaan pelanggan, intensitas transaksi, hingga menambahkan catatan detail dari tiap pelanggan.

Kenapa harus Menggunakan Omnichannel?

  • Meminimalisir kesalahan dalam pengelolaan produk, stok, dan pesanan
  • Sinkronisasi secara real-time
  • Meningkatkan efisiensi kerja
  • Manajemen pekerjaan menjadi lebih terpadu, terpusat, dan terpantau
  • Lebih mudah mengambil keputusan bisnis dengan fitur laporan analisa yang disediakan HiToko

Jadi, apakah kamu tertarik untuk mulai menggunakan dan menjelajah berbagai fitur dan layanan HiToko diatas? HiToko merupakan aplikasi omnichannel berbayar. Namun, jika tertarik, kamu bisa mencoba menggunakan masa trial secara gratis terlebih dahulu. Selamat mencoba!

Platform PowerCommerce Bantu Pebisnis Optimalkan Penjualan Online

Eksplorasi peluang melalui kanal digital terus diupayakan oleh pebisnis di berbagai skala. Pasar e-commerce yang terbuka semakin lebar memberikan kesempatan perluasan dan distribusi produk, tak terkecuali bagi pemilik brand besar yang telah mengedarkan produknya selama bertahun-tahun. Tapi terkadang perubahan digital yang kencang tanpa dibarengi transformasi digital menyeluruh membuat proses adaptasi ke online menjadi lamban. Melihat permasalahan tersebut, berbagai startup hadir menyajikan platform enabler.

Salah satunya adalah PowerCommerce, digagas oleh Hadi Kuncoro dan tiga co-founder lainnya, mereka menghadirkan platform e-commerce omni-channel dan supply chain management. Di dalamnya ada beberapa fitur, salah satunya untuk mengintegrasikan semua kanal penjualan, baik online maupun offline. Kanal online tidak hanya mencakup C2C/B2C marketplace, tapi juga B2B marketplace dan layanan on-demand.

Founder PowerCommerce: Hadi Kuncoro (CEO), Andik Duana (CCO), Mohammad Subhan (CTO/CFO), Harry Syarif (COO)
Founder PowerCommerce: Hadi Kuncoro (CEO), Andik Duana (CCO), Mohammad Subhan (CTO/CFO), Harry Syarif (COO)

“Kami tidak hanya membantu brand principal masuk ke marketplace populer seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dll; tapi juga ke B2B marketplace seperti Ralali, Mbiz, sampai Bhinneka. Selain itu, teknologi kami juga memudahkan beberapa brand untuk masuk ke layanan on-demand, contohnya ada perusahaan farmasi kami hubungkan dengan Halodoc,” ujar Hadi.

PowerCommerce turut sajikan fitur yang memungkinkan pemilik brand untuk membuat situs jualannya. Mereka mengembangkan framework sendiri, nilai uniknya menghubungkan proses bisnis secara O2O (online-to-offline). Situs tersebut dapat terhubung dengan sistem stok di toko offline melalui koneksi ke layanan POS via API, ke distributor, hingga fulfillment center. Pinnacle House Indonesia jadi salah satu yang menggunakan layanan tersebut.

“Beberapa waktu lalu, Pinnacle melakukan peluncuran situsnya, sepenuhnya didukung PowerCommerce. Mereka menjual makanan segar dan beku, memanfaatkan 13 hub kami yang tersebar di Jabodetabek. Sehingga ketika ada orang Jakarta Barat memesan, maka akan diambilkan dari gudang terdekat. Selain lebih cepat, memungkinkan brand untuk memberikan flat rate untuk biaya pengirimannya,” terang Hadi.

Lalu layanan pamungkasnya adalah PowerBiz, pusat integrasi dari seluruh kanal penjualan. Fitur ini memudahkan pebisnis mengelola katalog produk dan pemesanan. Di sini, pebisnis juga bisa menghubungkan beberapa fulfillment sekaligus, ke distributor, gudang (milik sendiri atau sewa), sampai toko offline.

Solusi tersebut sudah dimanfaatkan oleh perusahaan besar seperti Unilever, Mustika Ratu, Soho, hingga Wardah yang saat ini menjadi klien PowerCommerce. Mereka mencoba menghadirkan pengalaman paling efisien untuk mendistribusikan produk kepada konsumen online mereka. “Kalau ada konsumen di Makassar, ya kita bisa bantu kirimkan barang dari gudang atau kantor distribusi terdekat di sana, bukan di kirim ke Jakarta. Sehingga lebih cepat dan murah. Sekarang penjual semen dan material bangunan lainnya juga jadi bisa memanfaatkan kanal penjualan online,” kata Hadi.

Dengan solusi yang unik, di Indonesia sudah ada beberapa platform yang coba membantu pebisnis memaksimalkan potensi e-commerce, baik di sisi pengelolaan kanal online seperti Sirclo atau aCommerce, pergudangan seperti Crewdible, logistik seperti Shipper atau Waresix.

Upaya membantu UKM

Hadi Kuncoro pernah menjabat jadi CEO aCommerce Indonesia
Hadi Kuncoro pernah menjabat jadi CEO aCommerce Indonesia

Hadi bukan orang baru di lanskap industri ini. Sebelumnya ia sempat memimpin aCommerce, juga mendirikan layanan serupa bernama Feedr. “Saya dan founder lain bersepakat untuk tidak melanjutkan Feedr, karena masing-masing sedang punya agenda sendiri. Budi Handoko sekarang fokus di Shipper, Subiakto Priosoedarsono sibuk dengan bisnis branding-nya, dan Riyeke Ustadiyanto di iPaymu,” terangnya.

Pengalaman tersebut turut mengantarkan Hadi bersentuhan dengan banyak pelaku bisnis sekala kecil dan menengah. Ia pun mengatakan, sejauh ini ada enam permasalahan mendasar yang masih banyak dihadapi pelaku UKM di Indonesia. Yakni terkait dengan permodalan, akses pasar, pengetahuan bisnis, administrasi, gagap teknologi, dan kurang jaringan.

“Selama ini kalau tanya pelaku UKM masalahnya selalu permodalan. Tapi kalau pemerintah yang ngomong, selalu arahnya mengajak UKM untuk go online agar membuka pasar. Dari sini saja sudah tidak match,” ujar Hadi.

Merasa punya tanggung jawab untuk turut merangkul kalangan UKM, PowerCommerce turut hadirkan sejumlah fitur, misalnya Social Commerce dan Chat Commerce. Mereka juga membantu produsen produk lokal untuk berjualan secara online dengan menghadirkan portal seperti HalalPlaza. Saat ini portal marketplace tersebut sudah mengakomodasi sekitar 600 brand, segera hadir 5 ribu brand lagi yang tengah dalam tahap pematangan.

“Total ada 15 ribu UKM yang mendaftar, tapi kami ada seleksi dan kriteria tersendiri. Yang kami targetkan mereka yang benar-benar memproduksi jualannya, bukan menjual ulang barang misalnya dari Tiongkok. Kami bantu mereka, mulai dari memfoto produknya dengan baik sampai memasarkan. Selain di Indonesia, HalalPlaza juga sudah menjangkau negara tetangga, bekerja sama degan pemain lokal di sana,” imbuh Hadi.

Bangun big data

Salah satu tampilan dasbor di layanan penjualan PowerCommerce
Salah satu tampilan dasbor di layanan penjualan PowerCommerce

Bermain dengan teknologi yang memfasilitasi proses bisnis dari hulu ke hilir memungkinkan PowerCommerce untuk mengelola berbagai jenis data. Dari sini, tim tengah menyempurnakan solusibig data closed-loop ecosystem”, direpresentasikan dalam dasbor data visual untuk membantu pebisnis memahami secara detail perilaku konsumennya.

“Setiap konsumen akan memiliki ID unik yang bisa di-track kebiasaan belanjanya. Kita sendiri kan kadang sering belanja di Shopee, kalau pas ada free ongkir Tokopedia belanja di sana, dan kalau pas ada diskon gede bisa juga belanja di situs brand langsung. Yang kayak gitu bakal ditangkap, termasuk sampai ke perilaku pemilihan logistik. Harapannya bisa mendasari strategi bisnis pemilik toko,” jelas Hadi.

Ia cukup yakin bahwa semua solusi yang dihadirkan PowerCommerce akan menjadi tren di masa mendatang. Karena bisa dilihat, sekarang semua pemain e-commerce besar makin minat bangun fulfillment center sendiri, karena mereka sadar bahwa Indonesia membutuhkan model pelayanan yang unik.

“Saat ini kita sudah ada strategic investment dari SAP, memungkinkan PowerCommerce menggunakan fasilitas gudang mereka di 154 kota di Indonesia,” katanya.

PowerCommerce sendiri baru dilahirkan tahun 2019 lalu. Hadi menegaskan perusahaannya ini sejak awal didesain sebagai profitable company. Tahun ini masih ada pipeline untuk menggenapi jumlah klien, dari 33 jadi 100 perusahaan. Untuk melakukan perluasan kanal profit, pihaknya juga tengah melakukan penggalangan dana ke investor, ditargetkan putaran tersebut akan final di akhir tahun.

“Di tengah pandemi seperti ini, penjualan kami naik 15 kali lipat. Jika dibandingkan tahun lalu naiknya sampai 5-6 kali lipat. Salah satunya karena kami turut menjualkan produk kesehatan dan imun tubuh. PowerCommerce sudah live, bukan beta lagi. Tinggal kita gencarkan scale-nya,” tutup Hadi.

iSeller Announced Series A+ Funding Led by Mandiri Capital Indonesia

iSeller as an omnichannel based point of sales developer startup, today (29/9) announced the acquisition of extended funding in series A+. This strategic round was led by Mandiri Capital Indonesia with the participation of several investors who weren’t further mentioned.

The fresh funds will be used to streamline domestic expansion plans and accelerate merchant acquisitions. Product development and innovation will also be a priority, particularly to improve the capabilities of inclusive financial services on the platform.

Founded in 2017, iSeller provides an integrated digital cashier application, online store, and payment aggregator. The goal is to combine all aspects of offline to online business in one central dashboard. This concept is its value proposition compared to other POS platforms.

In his remarks, iSeller Founder & CEO Jimmy Petrus said, “By combining offline and online sales channels on one platform, all aspects of the business can be holistically centralized from transactions, inventory, customers to bookkeeping; thus making business management and development easier. effective and efficient. ”

The omnichannel based solution is quite relevant. The research entitled “2020 Ecommerce Fulfillment Trends Report” revealed 86% of respondents, who are e-commerce merchants, sell their merchandise on more than one channel. Not a few also sell through social media. In the future, 69% of merchants plan to continue increasing their online sales channels.

Apart from iSeller, in Indonesia so far there have been several startups that have tried to offer similar solutions, two of which are Clodeo and Jubelio.

iSeller business growth

With a SaaS concept, users can subscribe to their services according to their business scale. iSeller received initial funding at the end of 2018. Jimmy claims, his business managed to achieve growth of up to 300% YoY from the number of merchant acquisitions or annual revenue. They target various types of businesses, from retail, F&B, lifestyle, to services.

The investment by MCI will also open up opportunities for strategic cooperation between Bank Mandiri and iSeller, including related to product and service integration to facilitate the 200 thousand merchants who have joined the Mandiri network throughout Indonesia.

“We are very pleased to be able to join iSeller in funding this time, we practically see a value proposition from iSeller that can synergize with Mandiri’s vision, strategy, and digital financial initiatives in the future. Apart from financial support, we believe in strategic collaboration with merchant ecosystems and groups. Mandiri business can further support iSeller growth to achieve profitability,” Mandiri Capital Indonesia’s CEO, Eddi Danusaputro said.

In the midst of a pandemic, the iSeller business is said to keep growing. One of the triggering factors is the increasing need for businesses to go online. Currently the platform has also been integrated with popular payment systems such as Gopay and Ovo; also an integrated delivery system with JNE, GoSend, and GrabExpress options.

“Since the start of the PSBB in March, we have received a 3x increase in demand, especially for online channel needs, including online retail stores and some of our latest innovations such as F&B online ordering and eMenu for contactless dining,” said iSeller CCO Kevin Venturra.

According to the latest research report conducted by DSResearch with Mandiri Capital Indonesia, there are three main problems that are often faced by SMEs in Indonesia, namely those related to Financial, Operational, and Expansion. SaaS service models such as those released by iSeller have proven to be contributing to business growth, resolving these issues agile.

Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Indonesia’s SaaS startups in Indonesia for business


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

iSeller Umumkan Pendanaan Seri A+ Dipimpin Mandiri Capital Indonesia

iSeller selaku startup pengembang point of sales berbasis omni-channel, hari ini (29/9) mengumumkan perolehan pendanaan perpanjangan dalam seri A+. Putaran strategis tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia dengan partisipasi beberapa investor yang tidak disebutkan detailnya.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperlancar rencana ekspansi domestik dan akselerasi akuisisi merchant. Pengembangan dan inovasi produk juga akan menjadi prioritas, khususnya untuk meningkatkan kapabilitas layanan finansial inklusif di dalam platform.

Didirikan sejak tahun 2017, iSeller menyediakan aplikasi kasir digital, toko online, dan agregator pembayaran yang terintegrasi. Tujuannya untuk menggabungkan seluruh aspek bisnis offline to online di dalam satu dasbor sentral. Konsep ini yang menjadi value proposition mereka dibanding dengan platform POS lainnya.

Dalam sambutannya, Founder & CEO iSeller Jimmy Petrus mengatakan, “Dengan menggabungkan sales channel offline dan online di dalam satu platform, seluruh aspek bisnis bisa tersentralisasi secara holistik mulai dari transaksi, inventory, pelanggan hingga pembukuan; sehingga pengelolaan dan pengembangan bisnis menjadi lebih mudah, efektif dan efisien.”

Solusi berbasis omni-channel ini saat ini memang cukup relevan. Riset bertajuk “2020 Ecommerce Fulfillment Trends Report” mengemukakan 86% respondennya, yang merupakan merchant e-commerce, menjual dagangannya di lebih dari satu kanal. Tidak sedikit juga yang menjual melalui media sosial. Di waktu mendatang, 69% merchant berencana terus meningkatkan kanal-kanal penjualan online.

Selain iSeller, di Indonesia sejauh ini sudah ada beberapa startup yang coba jajakan solusi serupa, dua di antaranya Clodeo dan Jubelio.

Pertumbuhan bisnis iSeller

Berkonsep SaaS, pengguna bisa berlangganan layanan mereka sesuai dengan skala bisnisnya. iSeller mendapatkan pendanaan awal di akhir tahun 2018. Klaim Jimmy, bisnisnya berhasil mencapai pertumbuhan hingga 300% yoy dari jumlah akuisisi merchant ataupun revenue tahunan. Mereka menargetkan berbagai jenis bisnis, mulai dari ritel, F&B, gaya hidup, hingga jasa.

Investasi oleh MCI juga akan membuka peluang kerja sama strategis antara Bank Mandiri dan iSeller, termasuk terkait integrasi produk dan layanan untuk memfasilitasi 200 ribu merchant yang telah tergabung di jaringan Mandiri di seluruh Indonesia.

“Kami sangat senang bisa bergabung dengan iSeller di pendanaan kali ini, tentunya kami melihat value proposition dari iSeller yang dapat bersinergi dengan visi, strategi, dan inisiasi finansial digital dari Mandiri ke depannya. Selain dukungan dana, kami yakin kolaborasi strategis dengan ekosistem merchant dan grup bisnis Mandiri dapat mendukung pertumbuhan iSeller lebih maksimal untuk mencapai profitabilitas,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro.

Di tengah pandemi, bisnis iSeller dikatakan tetap pertumbuh. Salah satu faktor pemicunya, meningkatnya kebutuhan bisnis untuk go online. Saat ini platform tersebut juga sudah terintegrasi dengan sistem pembayaran populer seperti Gopay dan Ovo; juga sistem pengiriman terintegrasi dengan opsi JNE, GoSend, hingga GrabExpress.

“Sejak mulainya PSBB di Maret lalu, kami mendapat peningkatan permintaan 3x lebih banyak terutama untuk kebutuhan channel online, termasuk di antaranya ritel online store dan beberapa inovasi terbaru kami seperti F&B online ordering dan eMenu untuk contactless dining,” ujar CCO iSeller Kevin Venturra.

Menurut laporan riset terbaru yang dilakukan DSResearch bersama Mandiri Capital Indonesia, disampaikan ada tiga permasalahan utama yang kerap dihadapi UKM di Indonesia, yakni terkait Financial, Operational, dan Expansion. Model layanan SaaS seperti yang dirilis iSeller telah terbukti memberikan sumbangsih pada peningkatan bisnis, menyelesaikan isu-isu tersebut secara gesit.

Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Layanan SaaS Startup Indonesia untuk Bisnis
Application Information Will Show Up Here

Mengenal TapTalk.io, Mudahkan UKM Kelola Pesan dari Berbagai Aplikasi

TapTalk.io mulai peruntungan di industri SaaS di Indonesia dengan mengusung dua produk andalan mereka, yakni PowerTalk sebagai sebuah Chat SDK dan OneTalk sebagai platform OmniChannel Customer Engagement. Mereka secara spesifik menyasar para bisnis dan UKM yang membutuhkan sebuah alat untuk meningkatkan pengalaman pengguna, terutama dalam hal layanan pelanggan.

TapTalk.io sendiri mulai dikembangkan sejak tahun 2017 oleh Ritchie Nathaniel, salah satu developer yang sudah 10 tahun berkecimpung di dunia startup. Ia juga pernah bergabung dengan Traveloka, Weekend Inc, Moselo, dan pada akhirnya memutuskan untuk mengembangkan TapTalk.io.

Kepada DailySocial Founder & CEO TapTalk.io Ritchie Nathaniel menceritakan bahwa sejauh ini platform OneTalk sudah bisa mengintegrasikan beberapa aplikasi chat seperti WhatsApp, Telegram, LINE, Facebook Massenger, dan Twitter DM ke dalam dasbor terpusat.

Tak hanya it, dasbor OneTalk juga memiliki beberapa fitur untuk mengelola agen customer service, lengkap dengan fitur rating bagi pengguna yang ingin memberikan penilaian terhadap kinerja customer service yang melayani mereka.

“TapTalk.io berkomitmen untuk membangun platform omni-channel terbaik yang terhubung dengan berbagai kanal sosial dan memiliki fitur integrasi dengan third party seperti CRM, chatbot, dan internet automation; juga mengembangkan Inbox yang sangat powerful untuk membantu bisnis dalam melayani customer,” terang Ritchie.

Solusi chat di Indonesia dan ambisi TapTalk.io

Di Indonesia saat ini sosial media menjadi salah satu tulang punggung kanal penjualan bagi social commerce, termasuk juga aplikasi pesan instan atau chat. Tak hanya untuk media promosi layanan, pesan instan juga mulai lazim digunakan sebagai kanal pelayanan pelanggan.

Inovasinya pun sudah semakin beragam. Ada yang mengombinasikan layanan pesan instan dengan teknologi NLP dan AI sehingga hadir chatbot. Ada juga yang membangun sebuah platform integrasi sehingga memudahkan pengelolaan seperti yang dilakukan TapTalk.io dengan OneTalk. Beberapa nama yang melakukan inovasi terkait dengan layanan pesan instan antara lain Kata.ai, Vutura, Botika, Qisqus, Halosis, Balesin, TokoTalk, dan lain-lainnya.

Sirclo Luncurkan Connexi, Mudahkan Brand Kelola Penjualan secara Terpusat

Bertujuan untuk membantu brand menjalankan operasional bisnis online, Sirclo meluncurkan produk terbarunya. Bernama Connexi, platform tersebut berbentuk SaaS dengan fitur manajemen e-commerce multi-channel.

Sirclo mengklaim Connexi sudah banyak digunakan oleh brand FMCG untuk mengelola penjualan online di Sirclo Commerce. Secara internal, platform tersebut diklaim berhasil membantu meningkatkan performa penjualan di e-commerce.

Menurut CEO Sirclo Brian Marshal, Connexi dapat memudahkan pemilik bisnis mengelola penjualan mereka di berbagai kanal e-commerce dalam satu dasbor. Platform telah diintegrasikan ke berbagai marketplace ternama seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, Blibli.com, Elevenia, Zalora dan Zilingo.

Connexi juga memungkinkan sinkronisasi penjualan terpadu ke seluruh marketplace melalui Sirclo Store.

“Melihat besarnya potensi Connexi dalam melayani lebih banyak brand dan pemilik bisnis, kami akhirnya memutuskan untuk meluncurkan ke publik. Kini siapa saja bisa menggunakan Connexi dan mengelola penjualan online dengan lebih efisien,” ungkap Brian.

Fitur pilihan Connexi

Connexi memiliki beberapa fitur. Mulai dari pengelolaan pesanan, integrasi ke kanal penjualan, hingga proses administrasi pengiriman. Brand juga bisa mengunggah produk dalam jumlah banyak ke marketplace, lalu informasi stok barang akan diperbarui secara otomatis.

Hingga kini, Sirclo Store telah membantu hampir 1000 pengguna aktif berbayar membangun brand dan mengembangkan bisnisnya secara online.

“Kini pihak brand tidak lagi kewalahan dan membatasi diri hanya pada marketplace tertentu saja karena limitasi sumber daya dan waktu, karena semuanya sudah bisa diurus melalui satu pintu,” kata Brian.

Brian menambahkan, nantinya brand juga dapat menerima dan mengatur semua pesanan yang masuk dari berbagai marketplace secara mendetail melalui fitur pesanan, tanpa perlu khawatir akan pesanan yang tertukar atau terlewat. Mengelola setiap penjualan marketplace secara manual umumnya bisa menyita waktu dan sumber daya yang banyak.

Proses pengiriman juga bisa dilakukan sekaligus menggunakan sistem nomor resi atau air waybill otomatis yang terintegrasi. Brand bisa memantau penjualan melalui laporan penjualan terkini tanpa perlu mengakses kanal penjualan online satu persatu.

“Kami melihat penjualan marketplace sebagai salah satu pilar utama perkembangan ekonomi digital. Hal tersebut yang selalu mendorong kami untuk terus berinovasi. Teknologi dari Sirclo dirancang untuk memfasilitasi lebih banyak pemilik bisnis dan brand berjualan online dengan mudah dan efisien,” jelas Brian.

Clodeo Tawarkan Platform Omni-Channel, Tahun Ini Fokus Selesaikan Integrasi dengan Marketplace

Maraknya bisnis jual-beli online dilihat sebagai peluang oleh Clodeo. Dengan masih banyaknya penjual online yang mengelola pesanan secara konvensional, Clodeo menghadirkan solusi berbasis aplikasi untuk memudahkan pencatatan dan manajemen produk. Mereka juga tengah dalam proses integrasi untuk sediakan solusi omni-channel, menghubungkan lapak penjual ke berbagai platform cara terpadu.

Saat ini, layanan startup asal Bandung ini menawarkan fitur untuk mengelola berbagai aktivitas seperti mengatur pesanan, mencatat pembelian barang, mengelola produk, mencetak label pengiriman, hingga pengecekan biaya pengiriman dari berbagai macam jasa ekspedisi di Indonesia.

Solusi Clodeo dari awal dikembangkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah  aktivitas jual beli online yang dihadapi oleh penjual online, terutama mereka yang masih menggunakan sistem manual seperti Excel atau buku untuk mencatat kegiatan bisnisnya.

“Fitur unggulan Clodeo di antaranya adalah fitur akuntansi, pengelolaan order, cash on delivery (COD) , integrasi dengan  WooCommerce dan Shopify, inventori, dan tersedianya versi aplikasi mobile yang bisa diunduh di App Store maupun Google Play,” ujar Co-founder Clodeo Reynaldi.

Untuk bisa menggunakan layanan dari Clodeo, pengguna bisa mendaftarkan diri dan memilih paket berlangganan, ada yang gratis ada juga yang berbayar. Masing-masing memiliki keunggulan fiturnya masing-masing.

Clodeo mulai beroperasi pada tahun 2018, mereka menjalankan operasionalnya berbekal pendanaan tahap awal yang didapat dari salah satu angel investor asal Singapura. Saat ini mereka sudah menjalin kerja sama dengan SiCepat untuk metode pengiriman COD, yang hingga saat ini sudah melayani 27 ribu paket diantarkan.

Perjalanan Clodeo saat ini bisa dibilang baru, masih ada beberapa fitur yang tengah diupayakan, salah satunya integrasi dengan marketplace untuk menjadi solusi omni-channel. Reynaldi sendiri mengaku, mereka tahun ini tengah menyempurnakan integrasi dengan beberapa marketplace yang ada di Indonesia sambil terus memperkenalkan Clodeo ke khalayak ramai.

Clodeo
Integrasi yang ditawarkan aplikasi Clodeo

“Pada sisi produk, saat ini Clodeo sedang fokus untuk menambahkan fitur integerasi dengan marketplace yang ada di Indonesia. Selain itu pada sisi marketing fokus Clodeo sedang berusaha untuk mengajak influencer bekerja sama sebagai pelaku digital marketing untuk membantu memasarkan aplikasi Clodeo,” terang Reynaldi.

Di segmen omni-channel Clodeo bukanlah yang pertama, ada beberapa layanan yang sudah lebih dulu hadir, salah satunya adalah Jubelio. Sakoo, iSeller, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Pomona Receives Over 41 Billion Rupiah Series A Funding

The platform developer for omnichannel and marketing solution “Pomona”, today announced Series A funding. It touches $3 million or equivalent to 41.8 billion Rupiah, led by Vynn Capital supported by Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, and Central Capital Ventura. It consists of two stages, the first one closed last year.

“This round we called series A-2 because it consists of two rounds. We already closed for the first round last year (undisclosed), then the next round this year. We closed a new round due to the acceleration of new product development,” Pomona’s Founder & CEO, Budiman to DailySocial.

The funding is to be allocated to the penetration of its new service, including to accelerate product development and new staff recruitment. As previously known, the company has shifted focus before on solution to help FMCG (fast-moving consumer goods) business and CPG (consumer packaged goods) to improve sales conversion for the product campaign through the end-to-end solution.

In terms of users, Pomona is currently offered cashback for various products consumer’s bought from minimarket or supermarket. Users just have to upload the bills to the platform. Whether any related products having promos, cashback will directly be sent into their account.

“By offering cashback and intensive discount, we can get the consumers to connect with brands while making an equal financial benefit to the people,” Benz said.

Developing a consumer analysis service

In helping the brand to maximize product penetration, Pomona provides a series of services. One is the analytics tools for measuring consumer’s involvement level, offline sales conversion, and marketing campaign effectivity.

They also develop a solution based on “white label”. It allows certain brands to deliver presents directly to consumers, as part of the loyalty program. They also gain revenue from analytics tools subscription and fee from the verified transactions.

Since it was founded by Benz Budiman (CEO) and Ari Suwendi (CTO) on May 2016, Pomona runs a B2B2C model. Some FMCG and CPG companies are currently using its services, such as Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, and others.

We have plans to improve the analysis capability to help brands measuring effectivity for market penetration. It includes improving the connection of the company with producers and distributors, for more transparent business.

“For most of the customer’s interaction with the product happened offline, brands have difficulty in measuring the coverage and engagement in the market. FMCG and CPG companies can get related insights on consumer behavior and adjust their strategy through our solution,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pomona Dapatkan Pendanaan Seri A Lebih dari 41 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform omni-channel dan solusi pemasaran “Pomona” hari ini (24/7) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A. Nilainya mencapai $3 juta atau setara 41,8 miliar Rupiah, dipimpin oleh Vynn Capital dengan dukungan Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, dan Central Capital Ventura. Pendanaan ini terbagi ke dalam dua tahapan, fase pertama diselesaikan pada tahun lalu.

“Pendanaan ini kami sebut series A-2, karena kami dapatkan dalam dua putaran. Kami menutup putaran seri A pertama tahun lalu (undisclosed), lalu putaran berikutnya di tahun ini. Kita closed round baru karena kebutuhan untuk mengakselerasi pengembangan produk baru,” ujar Founder & CEO Pomona Benz Budiman kepada DailySocial.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk peningkatan penetrasi layanan baru Pomona, termasuk mengakselerasi pengembangan produk dan perekrutan staf baru. Seperti diketahui sebelumnya, perusahaan sempat melakukan perubahan fokus bisnis pada solusi yang membantu bisnis FMCG (fast moving consumer goods) dan CPG (consumer packaged goods) meningkatkan sales conversion pada kampanye produk mereka melalui solusi end-to-end.

Sejauh ini, dari sisi pengguna, layanan Pomona memungkinkan pengguna mendapatkan cashback untuk berbagai produk yang dibeli konsumen dari minimarket atau sueprmarket. Caranya pengguna hanya perlu mengunggah struk belanja ke platform. Nantinya jika ada produk terkait yang tengah melakukan promo, saldo cashback akan dimasukkan ke akun pengguna di aplikasi Pomona.

“Dengan menawarkan cashback dan intensif potongan harga, kami dapat mendorong konsumen untuk terhubung dengan brand, sembari memberikan manfaat finansial yang nyata pada masyarakat,” terang Benz.

Kembangkan layanan analisis konsumen

Untuk membantu brand memaksimalkan penetrasi produk, Pomona hadirkan serangkaian layanan. Salah satunya berupa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan konsumen, konversi penjualan offline, dan efektivitas kampanye pemasaran.

Mereka juga kembangkan solusi berbasis “white label”. Mungkinkan brand tertentu berikan hadiah keanggotaan secara langsung kepada konsumen, sebagai bagian dari program loyalitas. Pomona sendiri dapatkan pendapatan melalui sistem berlangganan alat analisis dan komisi dari transaksi yang telah diverifikasi.

Sejak didirikan pada tahun Mei 2016 oleh Benz Budiman (CEO) dan Ari Suwendi (CTO), Pomona menjalankan model B2B2C. Saat ini beberapa perusahaan pengusung produk FMCG dan CPG sudah memanfaatkan layanannya, di antaranya Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, dan lainnya.

Rencana ke depan, mereka akan tingkatkan kapabilitas analisis untuk dapat membantu brand bisa mengukur efektivitas strategi penetrasi pasar. Termasuk untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan pemasok dan pengecer, demi proses bisnis yang lebih transparan.

“Karena sebagian besar interaksi konsumen dengan produk terjadi di ruang offline, brand merasa sangat sulit untuk mengukur efektivitas jangkauan dan keterlibatan di pasar. Melalui solusi kami, perusahaan FMCG dan CPG dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi mereka,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

Jubelio Berencana Ekspansi Bisnis ke Singapura dan Vietnam Tahun Ini

Startup penyedia platform omni-channel Jubelio tengah menjajaki peluang bisnis di luar negeri. Startup yang berdiri di 2016 tersebut berencana untuk ekspansi ke Singapura dan Vietnam pada tahun ini.

Co-founder Jubelio Andra Yusuf mengatakan rencana ekspansi ini sejalan dengan adanya kebutuhan omni-channel di kedua negara tersebut. Ia mengungkap sudah ada mitra lokal di negara setempat yang mengajak kerja sama ekspansi.

“Ke depannya kami ingin Jubelio ada di setiap negara [yang butuh solusi omni-channel]. Kami ingin menjadi salah satu pemain besar di Asia Tenggara,” tutur Andra kepada DailySocial.

Untuk saat ini Jubelio belum bisa menyebutkan nama perusahaan yang akan menjadi mitra resminya di negara-negara tersebut. “Kami belum tahu kapan resmi masuk, yang pasti kami akan ekpansi di salah satu negara itu tahun ini,” ucapnya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah merchant dan pelaku usaha ritel di Indonesia sudah mulai mengadopsi omni channel. Konsep ini sendiri diprediksi menjadi masa depan e-commerce dan ritel karena memiliki banyak kanal penjualan terintegrasi.

Jubelio merupakan salah satu pemain di Indonesia dalam penyediaan platform yang memudahkan pelaku usaha mengelola produk dan transaksi dari berbagai marketplace dalam satu dasbor.

Saat ini, Jubelio memiliki bisnis utama Software Omni-channel Management berbasis cloud yang mengintegrasikan Sales Channel (offline atau online), Inventory Management, Order Management (WMS), Point of Sale (POS), penyedia logistik, Loyalty Reward System, dan Sistem Akunting Terpadu dalam satu platform.

Masuk ke bisnis analisis data

Selain bisnis di atas, perusahaan juga menjajaki peluang bisnis baru, yaitu analisis data. Ini merupakan salah satu strategi “hard selling” perusahaan setelah fokus melakukan pengembangan produk sejak awal berdiri hingga pertengahan tahun lalu.

Andra menjelaskan fitur analisis data akan memudahkan para pebisnis retail untuk mengetahui segala informasi terkait produknya, mulai dari kapan produk harus diperbanyak, jenis produk terjual, dan perencanaan marketing sesuai kategori (berdasarkan bulan, minggu, kota, gender).

“Fitur analisis data ini akan diolah berdasarkan data penjualan mereka sendiri di Jubelio. Kami akan mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam pengolahan data,” ujarnya.

Hingga per Februari 2019, Jubelio telah mengantongi 2000 pendaftar, dengan pengguna aktif mencapai 700. Tahun ini, Jubelio membidik 10.000 pengguna aktif. Jubelio juga akan ekspansif menambah jumlah SDM, terutama dari divisi teknologi produk.