Sayurbox Announces Series B Funding Led by Astra Digital

Sayurbox online grocery startup, today (28/4) announced its series B funding round with an undisclosed amount. PT Astra Digital International as a subsidiary of PT Astra International Tbk, was leading the investment round with participation of Syngenta Group Ventures, Global Brain Corporation, Ondine Capital, Strategic Year Holdings Ltd., and some others that did not specifically mentioned.

It is said that Sayurbox had closed its previous round of funding [series A] one year ago. However, the details were not implied, and based on our observation, the funding was not publicly announced.

Previously, one of Astra group’s executives mentioned that the company has poured around 72 billion Rupiah funding to Sayurbox this year. The hypothesis is that the startup founded by Amanda Susanti, Rama Notowidigdo, and Metha Trisnawati held an interesting “business case” that is relevant to today’s market needs.

This investment will help accelerate the growth of Sayurbox’s food supply chain infrastructure in the Greater Jakarta, Surabaya and Bali areas, as well as for expansion to new areas in Indonesia due to the strong demand for Sayurbox services.

Sayurbox Co-Founder & CEO Amanda Susanti said, “We are very pleased with the high demand for Sayurbox services in Java and other regions in Indonesia as well as consumer confidence in products from our farmer partners, producers and suppliers. With investors who share the same thoughts and vision, we can’t wait to take advantage of this great opportunity to continue to work for all; provide freshness in one box and comfort for Indonesian consumers.”

Since the launching in 2017, Sayurbox is currently serving online grocery product order. Products are including vegetables, fruits, various meats, seafood, and other products that are sourced directly from local farmers, producers and suppliers.

Through its vision, Sayurbox is committed to solving key problems such as the need for better logistics, aggregation and distribution for farmers. By creating a more efficient food supply chain using technology, Sayurbox is not only able to provide better prices for farmers and consumers, but also reduce agricultural waste caused by the complexity of the food supply chain.

Apart from Sayurbox, there are also other online grocery services operating in Indonesia. Some of those are Happyfresh, which also continues to expand its market, GetMyStore as an update of Kesupermarket, to the unicorns that present similar sub-features such as GoMart (Gojek), Tokomart (Tokopedia), to Bliblimart (Blibli). There are also new players with a hyperlocal approach, for example Segari, Dropezy, Chilimart, Tumbas, and many more platforms.

Investors are increasingly looking for startups in this field, Segari has recently received seed funding from Beenext, AC Ventures, Saison Capital, and several angel investors. Dropezy also secured funding from the Taurus Ventures and Kopi Kenangan Fund this March.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox Umumkan Pendanaan Seri B, Dipimpin Astra Digital

Startup online grocery Sayurbox hari ini (28/4) mengumumkan telah menutup putaran pendanaan seri B dengan nilai yang dirahasiakan. PT Astra Digital International selaku anak perusahaan PT Astra International Tbk., bertindak memimpin putaran investasi dengan dukungan Syngenta Group Ventures, Global Brain Corporation, Ondine Capital, Strategic Year Holdings Ltd., dan beberapa nama lain yang tidak disebut spesifik.

Disebutkan juga bahwa Sayurbox sebenarnya sudah menutup pendanaan putaran sebelumnya [seri A] satu tahun yang lalu. Namun tidak disebutkan detailnya, pun berdasarkan catatan kami pendanaan tersebut tidak diumumkan secara publik.

Sebelumnya diketahui, menurut pemaparan salah satu eksekutif grup Astra, perusahaannya menggelontorkan dana sekitar 72 miliar Rupiah ke Sayurbox tahun ini. Hipotesis mereka, startup yang didirikan Amanda Susanti, Rama Notowidigdo, dan Metha Trisnawati ini memiliki “business case” yang menarik dan relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Investasi ini akan membantu mempercepat pertumbuhan infrastruktur rantai pasokan pangan Sayurbox di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan Bali, serta untuk ekspansi ke wilayah baru di Indonesia karena permintaan yang kuat terhadap layanan Sayurbox.

Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti mengatakan, “Kami sangat senang dengan tingginya permintaan terhadap layanan Sayurbox di pulau Jawa, dan wilayah lainnya di Indonesia serta kepercayaan konsumen atas produk dari mitra petani, produsen, dan pemasok kami. Dengan para investor yang mempunyai pemikiran dan visi yang sama, kami tidak sabar memanfaatkan peluang besar ini untuk terus membawa kebaikan untuk semua; memberikan kesegaran dalam satu boks dan kenyamanan untuk konsumen Indonesia.”

Sejak diluncurkan tahun 2017, Sayurbox saat ini melayani pembelian produk segar secara online. Ragam produk yang dijajakan mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, aneka daging, boga bahari, dan produk lainnya yang bersumber langsung dari petani, produsen, dan pemasok lokal.

Melalui visinya, Sayurbox berkomitmen untuk menyelesaikan masalah utama seperti kebutuhan logistik, agregasi, dan distribusi yang lebih baik bagi petani. Dengan menciptakan rantai pasokan pangan yang lebih efisien menggunakan teknologi, Sayurbox tidak hanya mampu memberikan harga yang lebih baik bagi petani dan konsumen, tetapi juga mengurangi limbah pertanian yang disebabkan kompleksitas rantai pasokan pangan.

Selain Sayurbox, saat ini di Indonesia juga beroperasi layanan online grocery lainnya. Mulai dari Happyfresh yang juga terus lakukan ekspansi pasar, kemudian GetMyStore yang merupakan pembaruan dari pemain lama Kesupermarket, hingga para unicorn yang menghadirkan sub-fitur serupa seperti GoMart (Gojek), Tokomart (Tokopedia), hingga Bliblimart (Blibli). Pemain baru juga bermunculan dengan pendekatan hyperlocal, misalnya platform Segari, Dropezy, Chilimart, Tumbas, dan masih banyak lagi.

Investor juga makin melirik startup di bidang tersebut, terbaru Segari dapatkan pendanaan awal dari Beenext, AC Ventures, Saison Capital, dan beberapa angel investor. Dropezy juga bukukan pendanaan dari Taurus Ventures dan Kopi Kenangan Fund bulan Maret ini.

Application Information Will Show Up Here

Astra International Turut Berikan Pendanaan 72 Miliar Rupiah ke Sayurbox

Setelah berinvestasi di Gojek pada tahun 2018 lalu, Astra International kembali memberikan suntikan dana kepada startup lainnya. Selain turut andil dalam putaran seri C startup healthtech Halodoc, Astra turut memberikan pendanaan kepada startup online grocery Sayurbox.

Kepada Halodoc, mereka berpartisipasi memberikan dana $35 juta atau setara 508 miliar Rupiah (dari total 1,1 triliun Rupiah yang dibukukan). Sementara untuk Sayurbox mereka menggelontorkan $5 juta atau setara 72 miliar Rupiah. Tidak seperti Halodoc, Sayurbox belum secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan ini — kemungkinan proses fundraising masih berjalan.

Dalam acara konferensi pers virtual, seperti dikutip Antaranews.com, Presdir Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan alasan perusahaan berinvestasi ke dua startup tersebut karena melihat adanya business case yang baik dipadukan dengan visi yang jelas. Ini juga dilakukan sebagai strategi organik dalam upaya menemukan peluang-peluang baru dan digitalisasi.

Beberapa tahun ke belakang grup Astra memang cukup serius menggarap bisnis digital. Melalui unit Astra Digital, berbagai inovasi ditelurkan. Salah satunya dengan menghadirkan Gofleet bekerja sama dengan Gojek, menghadirkan solusi bagi mitra GoCar untuk menyewa kendaraan dengan biaya berlangganan.

Sebelumnya unit tersebut juga menghadirkan beberapa layanan digital lainnya, seperti Seva.id, CariParkir, dan Sejalan.

Perkembangan bisnis Sayurbox

Sepanjang pandemi, bisnis online grocery tumbuh subur karena berhasil memberikan alternatif pemenuhan kebutuhan pokok secara cepat dan aman kepada masyarakat. Geliat pertumbuhan juga ditunjukkan Sayurbox, di bawah kepemimpinan Amanda Susanti Cole (CEO), startup ini terus gencarkan ekspansi di seluruh wilayah Jawa. Terbaru pada September 2020 lalu, mereka baru resmikan kehadiran di Bali dan Surabaya.

Dalam webinar #SelasaStartup yang diadakan DailySocial, CFO Sayurbox Arif Zamani juga sempat mendiskusikan bagaimana platform online grocery turut memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Salah satunya yakni dengan turut membenahi isu-isu terkait rantai pasok — dalam hal ini dari hasil panen petani, sehingga dapat menyajikan produk berkualitas dan terjangkau dengan tetap memberikan nilai ekonomi maksimal kepada petani.

Terkait rantai pasok, Arif menjelaskan, di Sayurbox mereka membangun sebuah sistem terstruktur untuk melakukan forecasting. “Karena ada komitmen sistem jual-beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Kemudian terkait pendanaan, setelah putaran seed yang diterima dari Patamar Capital dan Insignia Partners, tahun 2019 lalu Sayurbox dikabarkan menerima pendanaan dari unicorn Tokopedia. Tahun lalu Sayurbox juga telah memulai kerja sama strategis dengan fintech pembiayaan Awan Tunai untuk memberikan akses permodalan kepada para mitra petani.

Dengan pasar yang semakin matang, bisnis online grocery juga terus diserbu para pemain digital. Pemain raksasa seperti Gojek, Blibli, Grab, dll juga terus melakukan penetrasi layanan belanja bahan makanan segar. Di sisi lain banyak startup di lanskap yang sama yang bermunculan, sebut saja Segari, Dropezy, Tumbasin, dan lain sebagainya dengan pendekatan hyperlocal.

Application Information Will Show Up Here

GoMart Matangkan Layanan dan Fitur untuk Akomodasi Belanja Mingguan

GoMart, layanan belanja online di aplikasi Gojek, terus memperkaya layanan dan fitur untuk mendominasi pasar di segmen belanja kebutuhan mingguan. Saat ini, jumlah merchant supermarket dan asisten belanja kian bertambah yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

Head of Groceries GoMart Tarun Agarwal menuturkan, sejak diluncurkan kembali pada 2019 lalu, GoMart pertama kali hadir dengan merchant perdana Alfa Group untuk membantu memenuhi kebutuhan harian. Kebutuhan terus meningkat, dipicu sejak pandemi, lantaran terjadi pergeseran perilaku masyarakat dalam belanja kebutuhan secara online menjadi lebih reguler.

“Dalam merespons perubahan tersebut, kami secara bertahap berevolusi mengembangkan layanan serta fitur, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan grocery mingguannya secara online,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (16/4).

Dalam perjalanannya sejak pandemi, GoMart terus menambah kehadiran di berbagai lokasi. Per April ini, GoMart sudah tersedia di 11 lokasi, selain Jabodetabek, juga ada di Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, Medan, Palembang, dan Makassar.

Lokasi tersebut mencerminkan persebaran 31 merchant, baik dari tradisional hingga modern, yang sudah bermitra dengan GoMart. Beberapa namanya adalah LOTTE Mart, Giant, Giant Express, Foodhall, Sayurbox, Perum Bulog, Pasar Jaya, Best Meat, dan lain-lain. Di merchant-merchant tersebut sudah ditempatkan asisten belanja (Emak Jago) untuk memastikan kesegaran dan kualitas terbaik dari bahan makanan.

Agarwal menjelaskan, saat ini Emak Jago yang sudah direkrut berjumlah ratusan. Mayoritas dari mereka berasal dari lingkungan mitra pengemudi yang sudah mengikuti pelatihan sebelum terjun ke lapangan. “Mereka sudah dilatih untuk melayani kebutuhan belanja, mulai dari menerima pesanan hingga memilih bahan segar di supermarket dan hypermarket yang menjadi merchant GoMart.”

Untuk mendukung permintaan di lapangan, sistem GoMart kini telah diperkaya dengan pembaruan stok harian hingga 4 kali secara otomatis di aplikasi pelanggan. Dengan demikian, pelanggan bisa langsung mengetahui saat produk yang ingin dibeli habis atau tidak tersedia di merchant yang dituju.

Fitur pendukung lainnya adalah berkirim pesan dengan Emak Jago untuk permudah proses belanja dan memberikan rekomendasi resep dalam aplikasi (in-app) untuk pengalaman pengguna yang lebih baik.

Seluruh strategi tersebut diharapkan dapat mendongkrak kinerja GoMart pada tahun ini. Dari gambaran pada tahun lalu saja, transaksi GoMart naik antara 7-8 kali lipat pada periode Februari sampai Desember 2020. Kemudian, jumlah barang per unit (SKU item) yang terjual di GoMart naik sebesar 19 kali lipat dan jumlah pengguna bulanan GoMart meningkat hingga 8 kali lipat.

General Manager Online Business LOTTE Mart Tony Suryadi menambahkan, pandemi mengubah kebiasaan belanja konsumen yang bergeser dari offline ke online. Agar lebih adaptif, dalam merespons itu, pihaknya membutuhkan mitra seperti GoMart. “Teknologi yang dihadirkan Gojek melalui GoMart ditambah dengan asisten belanja Emak Jago yang telah terlatih di outlet kami memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang ingin berbelanja di LOTTE Mart secara online,” ujarnya.

Dengan kebiasaan baru konsumen yang terbentuk akibat pandemi, layanan online grocery makin diminati. Dari pemain awal sampai pemain legasi terus perkuat kehadiran bisnisnya. Sepanjang tahun 2021, ada dua startup online grocery yang bukukan pendanaan tahap awal, yakni Segari dan Dropezy. Pemain lama tak mau kalah, Kesupermarket juga kencangkan strategi ditandai rebranding menjadi GetMyStore, untuk maskimalkan potensi penjualan secara online.

Application Information Will Show Up Here

Segari Receives Seed Funding, Focus on Providing Fresh Groceries

The online grocery platform Segari today (22/3) announced seed funding. This round was led by Beenext with the participation of AC Ventures and Saison Capital. Some angel investors involved are undisclosed.

Segari (PT Sayur Untuk Sudah) was founded by three, including Yosua Setiawan (CEO), Farand Anugerah (COO), and Farandy Ramadhana (CTO). Segari’s vision is to bring high-quality fresh products to households in Indonesia.

“Getting high quality and consistent [fresh produce] is difficult. Not everyone is capable, that is why we focus on it. While other players may focus on expanding SKUs, lowest prices, or expanding areas; we build infrastructure to focus on quality. This is what our customers love,” Setiawan said.

One of the approaches, Segari utilizes a micro warehouse network and thousands of agents in Jakarta for product distribution. Currently, ordering is available via the mobile website or released application.

Segari ensured that each product arrived at the customer’s house no more than 15 hours after harvesting. It is not by keeping stock of goods, but by making a strict prediction of customer demand by balancing the harvest schedules of the farmers.

“We are building an internally tailored end-to-end technology infrastructure to deal with this complex supply chain issue. This includes product receiving from farmers, to long-distance delivery to customers,” Ramadhana added.

Segari exists amid the growing online grocery industry. Even though this category only plays a small part in the whole e-commerce GMV, there is great potential for the Indonesian market. Case studies from abroad, as those conducted by Ding Dong Mai Chai (China), Big Basket (India), Ocado (Europe); shows the potential of online grocery services to hypergrowth and lead to unicorn-equivalent valuations.

Survey by Segari team shows that despite the social restrictions caused by the pandemic, people in Jakarta still went to supermarkets or markets to buy groceries. They do not fully believe in online transactions for fresh products, because they are worried about the quality and freshness of the product.

For AC Ventures’ Managing Partner, Adrian Li, “Segari’s value proposition in producing high-quality products through a data-driven and micro warehouse approach to set them apart from other platforms.” He also believes that fresh products have the potential to become the next opportunity for the e-commerce business, especially because they are driven by changing trends that occur due to Covid-19.

It is undeniable, the online grocery competition is getting tougher. Apart from the new arrivals, legacy players are continue to expand the scope of their products and businesses. For example, Happyfresh, which now covers the Java and Bali areas – besides, it has partnered with Grab and Bualapak.

In addition, there is Sayurbox which continues to expand its market coverage. Recently, they reportedly received an investment from Tokopedia – the consolidation allows them to connect with the ecosystem of the largest local marketplace customer in Indonesia. Also, there is a Kedai Sayur with a unique approach, collaborating with thousands of mobile vegetable seller partners.

On the other hand, the Decacorn Gojek also continues to explore the online grocery market through GoMart. Other big players like Blibli are also doing the same thing through their O2O strategy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Segari Dapatkan Pendanaan Awal, Fokus Hadirkan Produk Bahan Makanan Segar

Platform online grocery Segari hari ini (22/3) mengumumkan perolehan pendanaan awal. Putaran ini dipimpin oleh Beenext dengan keterlibatan AC Ventures dan Saison Capital. Beberapa angel investor yang tidak disebutkan namanya juga turut andil.

Segari (PT Sayur Untuk Semua) didirikan oleh tiga orang founder, meliputi Yosua Setiawan (CEO), Farand Anugerah (COO), dan Farandy Ramadhana (CTO). Visi Segari adalah menghadirkan produk segar kualitas tinggi untuk kalangan rumah tangga di Indonesia.

“Mendapatkan [produk segar] dengan kualitas tinggi dan konsistensi itu sulit. Tidak semua bisa melakukannya, tapi itulah mengapa kami menjadikannya sebagai fokus. Sementara pemain lain mungkin fokus pada memperbanyak SKU, harga termurah, atau perluasan area; kami membangun infrastruktur untuk fokus pada kualitas. Dan ini yang disukai oleh pelanggan kami,” kata Yosua.

Salah satu pendekatannya, Segari memanfaatkan jaringan gudang mikro dan ribuan agen di Jakarta untuk proses distribusi produk. Untuk saat ini proses pemesanan dapat dilakukan lewat situs mobile web atau aplikasi yang sudah dirilis.

Segari juga memastikan, setiap produk sampai ke rumah pelanggan tidak lebih dari 15 jam sejak dipanen. Yang dilakukan tidak dengan melakukan penyimpanan stok barang, melainkan membuat prediksi permintaan pelanggan secara ketat dengan menyeimbangkan jadwal panen petani mitra mereka.

“Kami membangun infrastruktur teknologi end-to-end secara internal disesuaikan untuk menangani masalah rantai pasokan yang kompleks ini. Termasuk mencakup penerimaan produk dari petani, hingga pengiriman jarak jauh ke pelanggan,” imbuh Farandy.

Platform Segari hadir di tengah pertumbuhan industri online grocery. Kendati kategori ini masih menyumbang sebagian kecil dari GMV produk e-commerce secara keseluruhan, namun ada potensi besar yang dapat dieksplorasi untuk pasar Indonesia. Studi kasus dari luar negeri, seperti yang dilakukan Ding Dong Mai Chai (China), Big Basket (India), Ocado (Europe); menunjukkan potensi layanan online grocery untuk melakukan hypergrowth dan menuju valuasi setara unicorn.

Dari survei yang disampaikan tim Segari, kendati ada pembatasan sosial akibat pandemi, masyarakat di Jakarta masih banyak pergi ke supermarket atau pasar untuk membeli bahan makanan. Mereka belum sepenuhnya percaya dengan transaksi online untuk produk segar, karena khawatir dengan kualitas dan kesegaran produk.

Menurut Managing Partner AC Ventures Adrian Li mengatakan, “Proposisi nilai Segari dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi melalui pendekatan berbasis data dan gudang mikro membedakan mereka dari platform lain.” Ia pun meyakini, bahwa produk segar berpotensi menjadi peluang berikutnya dari bisnis e-commerce, khususnya karena didorong oleh perubahan tren yang terjadi akibat Covid-19.

Tidak dimungkiri, persaingan di lanskap online grocery memang semakin ketat. Di luar pemain baru yang berdatangan, ada pemain legasi yang terus memperluas cakupan produk dan bisnisnya. Sebut saja Happyfresh yang kini sudah mencakup area Jawa dan Bali — selain itu telah bermitra dengan Grab dan Bualapak.

Kemudian ada juga Sayurbox yang terus memperluas cakupan pasarnya. Terakhir mereka dikabarkan mendapatkan investasi dari Tokopedia — konsolidasi tersebut memungkinkan mereka untuk terhubung dengan ekosistem pelanggan marketplace lokal terbesar di Indonesia tersebut. Selain itu ada Kedai Sayur dengan pendekatan yang unik, menggandeng ribuan mitra penjual sayur keliling.

Di sisi lain, decacorn Gojek juga terus mengeksplorasi pasar online grocery melalui GrabMart. Pemain besar lainnya seperti Blibli juga lakukan hal yang sama lewat strategi O2O miliknya.

Application Information Will Show Up Here

Menyelesaikan Isu Rantai Pasok, Agar Tak Sekadar Jadi Pemain E-grocery

Tidak dimungkiri pandemi membuat animo masyarakat terhadap platform digital meningkat, apalagi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Alhasil pada awal pandemi, terjadi panic buying yang mengakibatkan kosongnya persediaan pasokan barang-barang di supermarket, pasar, hingga aplikasi e-grocery selama beberapa waktu.

Ibarat “blessing in disguise” akhirnya pemain e-grocery punya momentum untuk mengakuisisi sebanyak-banyaknya pengguna beralih ke aplikasi dengan beragam kenyamanan yang ditawarkan. Pertanyaan berikutnya yang mencuat adalah bagaimana “end game” dari pemain e-grocery?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, #SelasaStartup mengundang CFO Sayurbox Arif Zamani sebagai pembicara. Sayurbox selama ini dikenal salah satu pionir pemain e-grocery di Indonesia sejak 2017.

Masih terfokus ke kota besar

Arif menuturkan, secara umum kendati animo masyarakat terhadap layanan e-grocery meningkat, tapi ini baru terjadi di kota lapis pertama saja. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan infrastruktur teknologi di kota tersebut yang sudah matang. Hal Ini tercermin dari kinerja Sayurbox yang saat ini masih terpusat di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali.

“Kalau setting up ke kota yang belum ready, itu akan jadi investasi yang mahal karena harus bangun infrastruktur dari awal. Tentunya kita juga ada keinginan masuk ke kota lapis dua atau tiga, tapi harus fleksibel strateginya untuk menyesuaikan diri dengan pasarnya,” katanya.

Ada tiga tipe konsumen yang saat ini dilayani Sayurbox. Pertama, kelompok konservatif, solusi yang disediakan adalah menghadirkan agen, dropshipper, dan virtual assistant Safira yang dapat dipesan melalui pesan singkat WhatsApp. Target pasar di kelompok ini adalah ibu-ibu yang tidak dipungkiri dari segi usia yang sudah lanjut dan pemahamannya terhadap teknologi memang kurang.

Kedua, kelompok minimalis yang tipikal telah merencanakan menu makanan selama beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, fasilitas yang ditawarkan Sayurbox adalah pengiriman overnight, barang akan sampai pada pagi hari setelah pemesanan.

Terakhir, untuk kelompok impulsif, disediakan pengiriman instan dan hadir di GrabMart,  pesanan akan sampai dalam kurun waktu 30 menit-90 menit. “Market di minimalis dan impulsif saja besar banget, jadi kita sebenarnya lebih fokus ke sana daripada konservatif.”

Perbaiki rantai pasok

Di balik kemudahan mengakses barang-barang segar, sebenarnya pangkal masalah yang ingin diselesaikan Sayurbox adalah mengenai rantai pasok yang masih menjadi isu di dunia pertanian. Arif menerangkan, Sayurbox saat ini memasok hasil tani langsung ke petani dengan sistem jual putus.

Untuk memastikan hukum supply dan demand terjaga, perusahaan secara periodik memantau tingkat pemesanan dengan menerapkan forecast untuk para petani. Juga, bekerja sama dengan pemain fintech lending AwanTunai untuk memberikan pembiayaan untuk para petani. Langkah tersebut sekaligus upaya meningkatkan kelas ekonomi petani menjadi bankable.

“Karena ada komitmen sistem jual beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Sebelum kapasitas tersebut sudah terbentuk dengan baik, saat ini Sayurbox memanfaatkan channel offline apabila terjadi oversupply, sekaligus mencegah sampah. Isu rantai pasok juga ini berkaitan dengan pengalaman konsumen saat berbelanja. Pencatatan stok dapat lebih aktual, sehingga semakin cepat notifikasi masuk, pengalaman berbelanja akan jauh lebih.

“Karena kami menangkap, konsumen yang sudah berbelanja lebih dari empat kali besar kemungkinan sudah masuk konsumen loyal, yang susah adalah memberikan pengalaman untuk konsumen pertama hingga pembelian ketiga,” tutupnya.

Foto header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Dropezy dan Misinya Permudah Belanja Harian dengan Kuantitas Kecil dan Berulang

Di tengah menjamurnya layanan online grocery yang hadir selama pandemi, masih memiliki celah yang luput dari perhatian. Salah satunya adalah ketidaknyamanan saat konsumen harus memesan produk dengan ketentuan minimum yang telah ditentukan.

Dropezy memainkan kesempatan tersebut dengan fokus pengantaran dalam jumlah mikro, sehingga memungkinkan konsumen untuk memesan mulai dari satu produk saja dengan ongkos kirim terjangkau. Mengutip dari berbagai temuan, misalnya yang dilakukan BPS, menemukan transaksi belanja untuk bahan-bahan makanan meningkat tajam hingga 51%.

Namun, karena masyarakat diimbau untuk menghindari tempat-tempat umum yang ramai – seperti pasar dan supermarket – mereka beralih ke platform digital. Karena itulah, sekitar 46% responden BPS mengaku membeli kebutuhan pokok melalui aplikasi belanja online.

Konsep mikro sengaja dipilih untuk menyesuaikan dengan preferensi belanja konsumen di Indonesia yang gemar dengan sistem langganan. Berdasarkan hasil riset Nielsen selama pandemi, sebanyak 71% masyarakat Indonesia berbelanja makanan segar secara harian.

Nitesh Chellaram dan Chandni Chainani memutuskan untuk menyeriusi Dropezy berbekal pengalaman dari berbagai pekerjaan sebelumnya. Nitesh sebelumnya  pernah memimpin startup online rekrutmen Talent Search Recruitment yang membantu perusahaan seperti Oyo Rooms, Gojek, dan Tokopedia dalam merekrut talenta terbaiknya. Ia juga turut membantu bisnis keluarga di bidang FMCG yang sudah berjalan puluhan tahun.

Sementara itu, Chandni kuat di bidang sales setelah bekerja untuk berbagai startup, seperti Zomato, Matahari Mall, dan Zilingo Indonesia. Menggabukan kekuatan dari keduanya, akhirnya Dropezy dirintis pada akhir 2019.

Kepada DailySocial, Nitesh menuturkan meski ada banyak platform online tetapi faktor ketidaknyamanan masih belum optimal karena konsumen tetap harus membeli kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang lebih sedikit. Aplikasi yang ada saat ini menetapkan batas minimum pemesanan yang tinggi, belum lagi ongkos kirimnya yang mahal.

“Selain itu, belum ada satu platform pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Padahal saat memesan secara online, namun ada barang tidak terpenuhi, akhirnya konsumen harus pergi ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kami memulai Dropezy untuk memperbaiki masalah ini,” terangnya.

Model bisnis Dropezy

Perusahaan menempatkan dirinya sebagai platform kebutuhan sehari-hari (daily needs platform), bukan grocery platform. Dengan konsep itu, konsumen dapat membeli dalam kuantitas lebih kecil secara beberapa kali dalam sebulan. “Kami percaya pada konsep ‘Buy small, eat fresh’ dan ‘Top up, don’t stock up’. Kami yakin bahwa orang Indonesia tidak suka melakukan pembelian massal di awal bulan, tetapi memilih membeli dalam jumlah kecil setiap hari atau pada hari yang berbeda.”

Ia melanjutkan, “Juga orang Indonesia lebih suka membeli segar dan tidak menyimpan di rumah mereka. Orang Indonesia juga suka pergi ke pasar dan membeli dari Langganan mereka setiap saat. Inilah yang coba kami tiru. Dengan menjadikan Dropezy sebagai langganan, di mana mereka bisa datang dan berbelanja setiap beberapa hari dalam jumlah yang lebih sedikit, fresh dan hanya membayar sedikit ongkos kirim tanpa minimum order.”

Perusahaan membeli produk sehari-hari dari brand prinsipal, distributor, agen, grosir, dan partner B2B untuk dijual kembali ke konsumen Dropezy. Alhasil seluruh produk yang dibeli dari Dropezy datang langsung dari gudang perusahaan dengan logistik sendiri. “Karena sumbernya langsung dari prinsipal, kami bisa membuat margin yang layak.”

Seluruh pemesanan akan dikirim pada hari berikutnya, tidak diberlakukan minimum order, ongkos kirim mulai dari Rp5 ribu (gratis jika belanja di atas Rp150 ribu), dan terdapat fitur baru, yakni pemesanan berulang (recurring) untuk mengakomodasi konsumen dapat memilih item sebelumnya dan merencanakan untuk terus memesannya secara rutin.

Sementara ini Dropezy baru melayani pengiriman khusus area Jakarta. Para penggunanya adalah para ibu-ibu dari generasi milenial dan belakangan ini semenjak pandemi, mulai bermunculan laki-laki yang malas atau takut berbelanja di luar rumah.

“Covid-19 telah menjadi berkah tersembunyi bagi kami. Sebelumnya sulit untuk meyakinkan seseorang untuk berbelanja bahan makanan secara online, tetapi Covid-19 telah melakukan pekerjaan itu untuk kami. Dan kami percaya bahkan ketika Covid-19 berakhir, orang-orang yang terbiasa berbelanja online akan tetap melanjutkan. Perilaku telah diubah.”

Dengan prospek yang cerah tersebut, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan pra-awal dengan nilai dirahasiakan dari Taurus Ventures dan Kopi Kenangan Fund. Dana segar ini akan digunakan untuk meningkatkan platform, merekrut talenta baru, menambah fitur baru, menyiapkan hub distribusi mikro untuk memastikan pengiriman yang cepat dan efisien.

Lalu, mengembangkan private-label untuk lebih banyak unit penyimpanan stok (SKU) dan memperkenalkan metode pembayaran “paylater”. “Kami akan luncurkan aplikasi Dropezy bulan depan (baca: April 2021), memperluas gudang & fokus pada pemasaran untuk menjangkau pelanggan baru,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Seriusi Bisnis “Online Grocery”, Gojek Fokuskan GoMart untuk Kebutuhan Belanja Mingguan

Pergeseran perilaku akibat pandemi membuat masyarakat mulai beralih ke platform online, salah satunya menggunakan aplikasi untuk belanja kebutuhan sehari-hari. GoMart sebagai salah satu layanan dari Gojek yang bermain di online grocery memanfaatkan momentum tersebut dengan merilis serangkaian fitur baru agar tetap relevan dengan kondisi.

Riset dari McKinsey & Company yang dipaparkan menunjukkan pergeseran perilaku masyarakat dalam berbelanja. Sembilan dari sepuluh orang Indonesia menyebut telah mencoba perilaku belanja baru dan sebagian besar berniat untuk melanjutkan berbelanja dengan metode baru tersebut setelah pandemi berlalu.

Laporan Asosiasi Pengusaha Ritel (APRINDO) menyatakan peningkatan 4 kali lipat transaksi dari aplikasi online dan metode pengiriman sejak menyebarnya Covid-19. Survei dari PWC “Indonesia Consumer Insights” juga menunjukkan 69% dari responden Indonesia menyatakan mereka membeli lebih banyak bahan baku makanan secara online setelah penerapan pembatasan jarak.

Dari ketiga riset di atas, memperkuat upaya GoMart untuk mendominasi pasar yang dibantu dengan armada pengemudi Gojek. Dalam wawancara terbatas bersama sejumlah media, Head of Groceries Gojek Tarun Agarwal menjelaskan GoMart pertama kali diinisiasi pada 2019 dengan menggaet Alfa Group sebagai mitra perdana.

Saat itu misinya adalah permudah konsumen membeli kebutuhan sehari-hari yang mendadak dan bisa dibeli di outlet Alfamart/Alfamidi. “Kemudian pada 2020 terjadi pandemi, fokus kita akhirnya semakin dipertajam untuk terus menambah merchant karena konsumen pasti mencari produk-produk rumah tangga yang biasa dibeli, seperti sayur mayur yang tidak bisa ditemukan di Alfamart,” katanya, Rabu (10/3).

Tepat saat terjadi pandemi, GoMart pertama kali fokus memenuhi kebutuhan belanja mingguan dengan menambah ragam pilihan merchant dan variasi produk yang bisa dipilih konsumen. Saat ini merchant GoMart adalah Lotte Mart, Foodhall, Sayurbox, Perum Bulog, dan Best Meat untuk menyediakan bahan makanan segar, serta Watson untuk menyediakan produk kecantikan dan kesehatan.

Seluruh merchant tersebut kini bisa dinikmati di 11 kota, termasuk Jabodetabek, Medan, Palembang, Makassar dan delapan kota besar di Jawa dan Bali.

Agarwal mengaku dengan penambahan merchant ini, di samping fitur-fitur baru lainnya, mampu mendongkrak kinerja GoMart. Disebutkan transaksinya naik antara 7-8  kali lipat pada periode Februari sampai Desember 2020. Penambahan merchant turut menambah jumlah barang per unit (SKU item) yang terjual di GoMart naik sebesar 19 kali lipat dan jumlah pengguna bulanan GoMart meningkat hingga 8 kali lipat.

“Kami turut membuat fitur Asisten Belanja EmakJago yang kita rekrut dari mitra Gojek untuk membantu mereka yang terdampak akibat pandemi. Mereka kami tempatkan di lokasi merchant, satu lokasi bisa ada tiga sampai enam orang tergantung tingkat demand.”

Fokus GoMart tahun ini

Agarwal menuturkan, pada tahap awal GoMart memang memfokuskan pada peningkatan pelayanan agar GoMart menjadi platform yang dapat diandalkan saat belanja kebutuhan mingguannya. Menurutnya, kata “dapat diandalkan” itu sangat menentukan pengalaman konsumen untuk kembali menggunakan jasa GoMart.

“Karena pakai GoMart untuk kebutuhan mingguan, jadi harus memberikan pengalaman yang bagus, sistem harus dapat diandalkan agar mereka mau kembali pakai. Sementara di sisi lain, belanja offline itu saat ini ada banyak pain point-nya.”

Oleh karena itu, sembari menambah lebih banyak pilihan merchant dan produk terutama yang menjual produk segar, dalam jangka panjang GoMart akan merambah merchant dari toko kelontong dan warung di sekitar rumah konsumen. Sebab, keduanya adalah bagian dari usaha mikro yang jumlahnya besar dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Harapannya akan semakin banyak pilihan merchant yang dapat dipilih konsumen.

Dalam tahun ini, di tengah persaingan yang ketat dari pemain online grocery lainnya, GoMart akan merekrut lebih banyak asisten belanja di lebih banyak supermarket, memperluas layanan ke kota-kota baru, dan menghadirkan fitur baru selain fitur pengiriman tanpa kontak yang sudah hadir. “Dalam beberapa minggu ke depan kami akan meluncurkan fitur baru yang menarik di GoMart,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Launches Tokomart, “Online Grocery” Service with “Geo-Tagging” Technology

Tokopedia launches Tokomart, a special page using geo-tagging technology to help people buy groceries in the nearest area. Meanwhile, Tokomart is currently available in Jabodetabek and Bandung.

Tokopedia’s Senior Lead Merchant Development, Hartawan Lesmana said that the F&B category has become one of the most popular categories in Tokopedia over the past year with a threefold increase in transactions compared to the pre-pandemic period. Fresh products such as eggs, fish, instant noodles, tea, honey, and local coffee are the most popular among the community.

“Community’s high enthusiasm has inspired us to present Tokomart. We also collaborate with various strategic partners, including business players in Indonesia – from Hypermart, LotteMart, Sayurbox, to a number of local MSMEs from various industries – to provide more than 200 thousand product options on Tokomart,” he explained in an official statement, Wednesday (3/3).

This service is also supported by geo-tagging technology, therefore, business owners can reach the community faster as this technology prioritizes the closest seller from the buyer’s position. Business owners who join Tokomart are those who sell the food & beverage and health & beauty categories.

In the first phase, the latest innovation is available for users in the Greater Jakarta and Bandung areas. “We will continue to add other areas, therefore, this innovation can reach all citizens.”

In order to drive transactions, the company is currently holding promotional programs in the form of cashback, discounts, and free shipping.

Before Tokopedia, the grocery segment had been seriously explored by other e-commerce companies, such as Blibli and JD.id. There are also Gojek and Grab. They are working with FMCG brands, supermarkets, convenience stores, and shop owners to expand their coverage. Even Tokopedia’s closest competitor, Shopee, has launched Shopee Mart.

Blibli, for example, has developed BlibliMart since 2018 to accommodate daily shopping needs, while at the same time anticipating shifting behavior to online. In Blibli, it’s the second most popular category, after electronics in order and GMV. Since last year, Blibli has released the Subscription feature on BlibliMart.

The feature was created based on the Kantar survey “Understanding Life and Trends in Indonesia” in August 2020, it was stated that 80% of respondents became increasingly economical in managing finances due to Covid-19. More in the survey also stated, in meeting their daily needs, more than 60% of respondents are willing to try new shopping methods in order to get the most affordable price.

This market trend is the background for companies to release the Subscription feature, therefore, consumers can save money when shopping for primary needs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here