Grab Gandeng OpenAI, Siap Optimalkan Layanannya dengan Teknologi Kecerdasan Buatan

Grab mengumumkan kemitraan strategis dengan OpenAI. Kerja sama ini bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi AI mutakhir ke dalam berbagai layanan Grab, meningkatkan pengalaman pengguna, serta memperkuat posisi perusahaan sebagai inovator di industri teknologi.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Singapura, CEO Grab Anthony Tan, menyatakan bahwa kemitraan ini akan membawa manfaat besar bagi pengguna dan mitra Grab di seluruh wilayah operasionalnya.

“Dengan memanfaatkan kemampuan AI dari OpenAI, kami dapat menawarkan layanan yang lebih cerdas, personal, dan efisien. Ini merupakan langkah penting dalam visi kami untuk menciptakan ekosistem yang mendukung mobilitas, pengiriman, dan keuangan digital yang lebih baik,” ujar Tan.

OpenAI, yang dikenal luas dengan model bahasa GPT (Generative Pre-trained Transformer), akan bekerja sama dengan tim teknologi Grab untuk mengembangkan solusi AI yang dapat diimplementasikan dalam berbagai fitur aplikasi Grab.

Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan berbagai aspek layanan Grab, mulai dari rekomendasi makanan yang lebih akurat di GrabFood, optimasi rute perjalanan di GrabTransport, hingga analisis data transaksi di GrabFinancial.

Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap kualitas layanan yang diterima pengguna. Salah satu contohnya adalah integrasi teknologi AI dalam layanan GrabFood, di mana sistem AI akan mampu memahami preferensi kuliner pengguna dan memberikan rekomendasi yang lebih tepat dan personal.

Selain itu, AI juga akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi operasional dengan mengoptimalkan rute pengiriman dan mengurangi waktu tunggu bagi pengguna.

Teknologi AI dari OpenAI juga akan diterapkan dalam sektor keuangan digital Grab. Melalui analisis data yang lebih mendalam, GrabFinancial akan dapat menawarkan produk keuangan yang lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Ini termasuk pengembangan layanan pinjaman dan asuransi yang didukung oleh AI, yang akan membantu meningkatkan inklusi keuangan di wilayah Asia Tenggara.

Kepala AI OpenAI Sam Altman, menambahkan bahwa kemitraan ini merupakan peluang besar untuk menunjukkan bagaimana AI dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami sangat antusias bekerja dengan Grab untuk menerapkan teknologi AI kami dalam skala besar dan melihat dampaknya yang nyata terhadap masyarakat,” kata Altman.

Dengan kerja sama ini, Grab dan OpenAI berkomitmen untuk terus berinovasi dan membawa solusi berbasis AI yang dapat memberikan manfaat nyata bagi pengguna. Langkah ini juga memperkuat posisi Grab sebagai pionir dalam memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan kualitas layanan dan kesejahteraan masyarakat di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kunjungi Indonesia, Simak Paparan Sam Altman Soal Kecerdasan Buatan

Untuk memperluas pemahaman masyarakat di Indonesia mengenai kecerdasan buatan (AI), KORIKA bersama GDP Venture mengundang Co-Founder dan CEO OpenAI Sam Altman, pengembang aplikasi revolusioner ChatGPT di Jakarta, Rabu (14/6).

Dalam sesi bertajuk “Conversation with Sam Altman” dengan para profesional, praktisi, dan media selama satu jam penuh, ia menyampaikan rencana OpenAI untuk mengembangkan ChatGPT yang menghadirkan informasi hingga riset untuk semua pengguna.

Inspirasi dari Y Combinator

Didirikan pada 2015, OpenAI adalah lembaga nirlaba di bidang riset dan pengembangan AI. Misi OpenAI adalah memastikan manfaat AGI (kecerdasan artifisial umum) bagi umat manusia. Teknologinya meliputi sistem bahasa alami GPT-4 dan ChatGPT, sistem generasi gambar DALL·E, dan sistem pengenalan ucapan sumber terbuka mereka, Whisper.

Praktisnya, ChatGPT memiliki beragam kegunaan, yakni dapat digunakan untuk memecahkan masalah kompleks, memberikan informasi atas pertanyaan dan permintaan, menginspirasi gagasan baru di bidang kreatif, serta membantu memahami konsep kompleks dengan menjelaskannya dengan kata-kata lebih sederhana, memberikan definisi, atau memberikan contoh yang berguna.

Altman mengungkap, pengalaman yang ia dapat selama ini sebagai Presiden sekaligus investor di Y Combinator, telah membantunya membangun OpenAI dan mengembangkan teknologi ChatGPT. Kinerja startup yang dinamis di Silicon Valley memungkinkan inovasi untuk tumbuh meski berisiko gagal. Menurutnya, kegagalan dapat melahirkan ide dan inovasi baru yang bakal sukses.

“Yang saya pelajari dari Y Combinator adalah tidak masalah jika gagal. Perlu diperhatikan, nantinya bukan cuma akses kepada modal dan pekerjaan saja yang penting, tetapi produk yang diluncurkan bisa diterima baik oleh lingkungan terdekat, seperti teman dan keluarga,” kata Altman.

Keterlibatan Altman dengan Y Cominator dimulai di 2011 saat Loopt, startup yang ia dirikan, diakuisisi oleh Green Dot Corporation. Ia kemudian menjadi angel investor dan penasihat startup sebelum diangkat menjadi Presiden Y Combinator di 2014.

Di bawah kepemimpinan Altman, Y Combinator memperluas cakupan dan pengaruhnya dalam ekosistem startup, menyediakan pendanaan, bimbingan, dan sumber daya bagi banyak perusahaan sukses, termasuk Airbnb, Dropbox, dan Reddit. Altman mengundurkan diri sebagai presiden pada 2019, tetapi tetap menjabat sebagai Chairman Y Combinator.

Pada Juli 2019, OpenAI mengumumkan kemitraan dengan Microsoft di mana Microsoft menjadi penyedia cloud OpenAI. Kemitraan ini menyediakan OpenAI dengan sumber daya komputasi yang dibutuhkan untuk riset dan pengembangan teknologi AGI. Microsoft juga berinvestasi di OpenAI sebesar $1 miliar untuk mendukung riset dan pengembangannya.

“Ini adalah teknologi yang memiliki impact. Untuk itu, semakin banyak orang berpartisipasi mengakses teknologi ini, semakin baik teknologi ini akan bekerja. Secara fundamental OpenAI adalah perusahaan riset, dan menurut saya negara yang menyambut baik teknologi ini dan secara cepat akan memberikan masa depan yang baik bersama,” kata Altman.

Memahami risiko AGI

Meskipun OpenAI awalnya didirikan sebagai organisasi nirlaba, pada 2019, mereka berubah menjadi entitas dengan tujuan mencari keuntungan yang disebut OpenAI LP. Perubahan ini dilakukan untuk mendapatkan sumber daya dan pendanaan yang diperlukan guna mencapai tujuan dalam riset dan pengembangan AGI .

“Kami ingin melakukan hal tersebut sebagai perusahaan nirlaba. Kami tidak mau mengorbankan misi kita, seperti akses dan pengambilan keputusan. Jadi, kami buat strukturisasi baru di mana kami akan berdiri sebagai organisasi nirlaba, tetapi ada subsidiary capital profit. Jadi, kami bisa memanfaatkan kapital, memberikan investor dan pegawai fix return, tapi lebih dari itu excess return akan diberikan kepada nirlaba,” kata Altman.

OpenAI juga menekankan pentingnya keselamatan jangka panjang dalam pengembangan AGI dan perlunya mempromosikan distribusi manfaatnya secara luas. Perusahaan ini telah menerbitkan riset, berkontribusi pada komunitas kecerdasan buatan, dan secara aktif berkolaborasi dengan organisasi lain untuk memajukan bidang ini dengan cara yang bertanggung jawab dan bermanfaat.

“Terkait dengan risiko AGI, menurut saya long term dan short term risk menjadi penting. Misi kami sebagai perusahaan adalah AGI-focused. Saat ini sudah banyak perusahaan yang memikirkan short term risk, tetapi penting untuk melihat risiko tersebut dari berbagai tahap,” kata Altman.

Memahami risiko-risiko ini membutuhkan riset proaktif, pengembangan kebijakan, dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengembang kecerdasan buatan (AI), pembuat kebijakan, ahli etika, dan masyarakat secara luas. Organisasi seperti OpenAI dan yang lainnya secara aktif terlibat dalam memahami dan mengurangi risiko-risiko tersebut untuk memastikan pengembangan AGI yang aman dan bermanfaat.

“Menurut saya GPT-4 adalah model paling sejalan yang kami buat dan tidak ada existential risk. Kami menghabiskan waktu sekitar delapan bulan melakukan pelatihan, sampai pada akhirnya kami meluncurkannya,” kata Altman.

Tingkat akurasi pertanyaan GPT-4 / OpenAI
Tingkat akurasi pertanyaan GPT-4 / Sumber: OpenAI

Disinggung peran OpenAI untuk edukasi, Altman menyebutkan, saat awal diluncurkan, banyak guru di Amerika Serikat melarang penggunaan ChatGPT untuk siswa mereka. Namun, saat ini sudah mulai banyak guru di sekolah yang menyambut baik teknologi ini untuk membantu siswa menyerap informasi.

Terkait dengan bias dalam model bahasa AI seperti ChatGPT, penting untuk diakui bahwa model-model tersebut dapat secara tidak sengaja mencerminkan bias yang ada dalam data yang digunakan untuk melatihnya. OpenAI berupaya secara aktif bekerja untuk mengatasi persoalan tersebut dengan meningkatkan proses pelatihan, meminimalkan bias, dan mencari masukan eksternal untuk audit dan evaluasi.

OpenAI juga mengundang kolaborasi strategis dengan berbagai negara termasuk Indonesia, untuk mencerdaskan teknologi yang mereka miliki dalam hal pemahaman bahasa hingga dialek secara khusus, agar bisa lebih mudah dan relevan digunakan oleh semua orang di berbagai negara.

DIA – Asisten Pintar untuk AI Email Marketing, Pertama di Indonesia

Dalam era teknologi yang semakin maju, Artificial Intelligence (AI) dan machine learning telah menjadi topik yang sering dibicarakan. Tidak terkecuali bagi para email marketer yang ingin memanfaatkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan kinerja kampanye email marketing mereka. Untuk itu, MTARGET, sebuah perusahaan penyedia layanan email marketing terkemuka di Indonesia meluncurkan Digital Intelligence Assistant (DIA) yang merupakan asisten penulisan email pintar bertenaga OpenAI pertama di Indonesia.

DIA adalah sebuah perwujudan dari Email with AI yang diterapkan pada sistem email composing, yang akan memudahkan pengguna dalam penulisan email marketing. Pengguna cukup menuliskan prompt (perintah), yang berisikan garis besar atau pokok pembahasan email, untuk kemudian selanjutnya DIA akan mulai menyusun kalimat demi kalimat sesuai dengan prompt tersebut menggunakan sistem kecerdasan buatan yang tertanam di dalamnya.

Dalam dashboard, pengguna dapat menemukan DIA pada kolom Subject dan Preheader dengan ikon yang bertuliskan “AI Assistant”. Tak hanya itu, DIA juga memiliki kemampuan untuk menulis isi email pada opsi Text Component. Pengguna dapat memilih berbagai contoh prompt email, atau melakukan kustomisasi prompt sesuai dengan kebutuhan. Tak perlu khawatir, jika hasil penulisannya belum sesuai harapan, pengguna juga dapat dengan mudah memerintahkan ulang, atau mengedit penulisan buatan sistem pintar ini.

Pemanfaatan teknologi AI email marketing seperti DIA menjadi semakin relevan di era ini. Kisah sukses seperti misalnya dari entitas Hotel Chocolat, yang telah memanfaatkan teknologi AI dalam email marketing mengklaim berhasil menurunkan tingkat unsubscribe hingga 40% dan peningkatan revenue hingga 25%. Hal itu mendorong keyakinan bahwa teknologi AI akan bernilai hingga US$118,6 miliar di tahun 2025 mendatang.

Dengan DIA, pengguna dapat menghemat banyak waktu dan tenaga dalam menyusun konten email marketing yang efektif. Tentu saja ini merupakan solusi terbaik ketika pengguna diharuskan untuk membangun sebuah konten email dengan waktu yang terbatas.

Ingin mengenal teknologi DIA lebih lanjut? Anda dapat kunjungi halaman request demo di sini.

Artikel ini didukung oleh MTARGET.

MTARGET Meluncurkan Asisten Penulis Email Berbasis AI “DIA”

Platform SaaS untuk otomasi pemasaran MTARGET resmi meluncurkan Digital Intelligence Assistant (DIA), sebuah asisten penulisan email berbasis artificial intelligence (AI). Fitur email berbasis AI yang disebut pertama di Indonesia ini didesain untuk mengatasi masalah writer’s block dan blank page syndrome yang sering dialami para penulis konten, termasuk email marketer.

Sebelumnya, pada Januari lalu, MTARGET terpilih sebagai salah satu startup Indonesia yang berpartisipasi dalam program Microsoft Founders Hub. Kemitraan ini turut berperan penting dalam mengembangkan DIA dengan dukungan dari tenaga OpenAI, perusahaan yang mengembangkan ChatGPT. Microsoft sendiri diketahui masuk sebagai jajaran investor OpenAI.

Fitur DIA sudah dapat dinikmati oleh semua pengguna MTARGET di halaman dashboard masing-masing. Asisten pintar berbasis AI ini bekerja layaknya manusia dengan menuliskan subject, preheader, dan body email sesuai perintah yang diterima. Solusi ini memungkinkan tim pemasaran untuk fokus pada strategi yang lebih besar dan menyediakan waktu untuk mengerjakan hal lain.

Dalam menggunakan fitur ini, pengguna dapat memulai dengan menuliskan prompt, kemudian sistem AI akan menampilkan kata-kata yang sesuai dengan arahan tersebut. Hasilnya pun dapat diedit dan disesuaikan kemudian. Alih-alih membuat orang jadi malas, DIA disebut akan membantu pekerja jadi lebih produktif dan menghemat waktu.

CEO MTARGET Yopie Suryadi meyakini bahwa teknologi ini dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam email pemasaran mereka. Selain itu, industri retail dan keuangan disebut sebagai dua sektor yang paling banyak merasakan manfaat solusi ini mengingat pengguna email marketing paling banyak datang dari dua sektor tersebut.

Yopie menilai produk ChatGPT dari OpenAI terbilang yang terbaik dengan hype masih mengular hingga saat ini. Meski begitu, model AI yang digunakan oleh DIA tidak bersifat conversational seperti ChatGPT. Hal ini yang membuatnya sangat cocok untuk digunakan dalam email marketing.

“Risiko tentu ada, mungkin error atau apapun. Namun, saya tidak melihat ini sebagai halangan utama karena memang diperuntukkan untuk membantu (assist) bukan untuk membuat sebuah tulisan. Tetap diperlukan skill dan kreativitas si penulis,” tambahnya.

Di global sendiri, platform email marketing pihak ketiga, Mailchimp sempat meluncurkan kampanye serupa di Super Bowl. Namun, saat ini fitur tersebut diketahui hanya untuk menulis subject, belum sampai ke tahap isi konten.

Fokus selanjutnya

Didirikan pada 2016, MTARGET merupakan rebranding dari platform SaaS pemasaran email MailTarget. Sebagai penyedia tools dan layanan email, perusahaan memahami kebutuhan industri di tiap perkembangan zaman. Saat ini MTARGET fokus pada visinya untuk menyediakan software kapabilitas email yang cepat, mudah, dan terjangkau untuk industri keuangan dan retail.

Melalui fitur email berbasis AI ini, MTARGET berupaya menunjukkan komitmennya dalam menyediakan solusi inovatif bagi bisnis di Indonesia. Dengan semakin banyak solusi yang memanfaatkan kemampuan teknologi, hal ini ditakutkan menjadi ancaman bagi eksistensi para pekerja di sektor terkait.

Seperti diketahui, Microsoft sempat mengumumkan PHK sekitar 10.000 karyawan sebagai langkah efisiensi setelah perusahaan memutuskan untuk menambah investasi ke perusahaan teknologi OpenAI. Terkait hal ini, Yopie mengakui bahwa kondisi MTARGET ketika pandemi tidak baik-baik saja. Meskipun begitu, perusahaan mempertahankan untuk tidak melakukan layoff.

Secara personal, Yopie memiliki prinsip untuk tidak diperbudak oleh teknologi, melainkan menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang. “Bukannya mengancam, teknologi menambah value dari pekerja itu sendiri. Banyak hal-hal yang bisa dipelajari dan diimplementasikan. Seperti punya mentor atau coach pribadi di dunia kerja. Itulah yang langka di zaman sekarang,” tegasnya.

Saat ini MTARGET fokus untuk menjadi the email company sebagai identitas utamanya, Produk yang akan diluncurkan di masa depan akan sangat bervariatif, dan semuanya berpusat di email.

“Di Q1 2023 ini, kami sudah meluncurkan dua produk baru, yakni SONAR-Email Tracker (Google Chrome Extension) dan Purify-Email Database Cleansing Tools.
Fokus utama adalah mendapatkan revenue dan mempertahankan profitability. We may not be the biggest yet, but we’re definitely the best for now,” tutupnya.

Datasaur Bukukan Dana 58 Miliar Rupiah dari Keikutsertaannya dalam Y Combinator

Startup pengembang platform pelabelan data Datasaur mengumumkan perolehan investasi senilai $3,9 juta atau setara 58 miliar Rupiah. Nilai total pendanaan tersebut mencakup pendanaan awal senilai $1.1 juta yang diterima tahun lalu dari GDP Venture dan $2.8 juta pendanaan tambahan yang didapat usai mengikuti demo day di program akselerator Y Combinator Maret lalu. Investor baru yang terlibat meliputi Initialized Capital, Y Combinator, dan CTO OpenAI Greg Brockman.

Kepada DailySocial Founder & CEO Datasaur Ivan Lee mengungkapkan, sebagian besar dana tersebut akan dimanfaatkan untuk merekrut talenta guna memperkuat tim. Perusahaan juga memiliki rencana untuk berinvestasi lebih lanjut pada pengembangan sistem cerdas, dengan tujuan meningkatkan kapabilitas “automasi” pelabelan data, sehingga bisa membuat proses pengerjaan data menjadi lebih efisien.

“Kami juga ingin melakukan ekspansi [produk] lebih luas lagi, [masukan datanya] bukan hanya dalam format teks, tapi juga gambar dan video,” kata Ivan.

Tren penggunaan dan pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) yang makin masif melatarbelakangi pengembangan Datasaur. Di balik setiap algoritma AI, ada ribuan pelatihan mesin yang umumnya masih berbasis “human-labeled training”. Mengelola dan memberi label data seperti itu adalah pekerjaan yang sangat membosankan, memakan waktu, dan mahal.

Datasaur mencoba membantu mengefisienkan proses tersebut melalui beberapa fitur. Misalnya fitur labeling interface intelligence component yang dapat mengenali data-data dasar sehingga pemberi label tidak perlu menandai data yang sama berulang-ulang. Ada juga team organizing component untuk mengelola proses pelabelan data yang umumnya dilakukan berkelompok.

Contoh tampilan aplikasi pelabelan data yang dikembangkan Datasaur
Contoh tampilan aplikasi pelabelan data yang dikembangkan Datasaur

Selain di Indonesia, Datasaur juga menjalankan bisnis di California, Amerika Serikat.

“Untuk fokus bisnis kami di Indonesia, ke depannya Datasaur memiliki rencana untuk membantu menyebarkan penggunaan dan adopsi NLP di Indonesia, dan menjadi standar industri utama untuk pelabelan data di Indonesia,” kata Ivan.

Sebagai salah satu startup asal Indonesia yang menjadi anggota program akselerasi Y Combinator batch Winter 2020, banyak pengalaman serta edukasi penting yang didapatkan oleh Ivan. Bukan hanya memvalidasi bisnis, Datasaur juga mendapatkan banyak masukan terkait membangun tim yang solid dan fokus bisnis yang lebih terukur.

Selain Datasaur, ada juga startup lain dari Indonesia yang turut mendapat peruntungan di batch tersebut. Ialah BukuWarung, aplikasi pencatatan arus keuangan untuk pengusaha mikro di Indonesia. Selepas demo day, mereka juga mendapatkan antusias investor untuk turut berpartisipasi memberikan dananya.

OpenAI Berhasil Kalahkan Tim Veteran Dota 2

OpenAI, sistem kecerdasan buatan yang skill bermain Dota-nya sanggup melampaui veteran macam Dendi dan SumaiL, baru saja menjalani pertandingan perdananya melawan manusia dalam format tim 5 lawan 5. Yang ditantang pun bukan tim sembarangan, melainkan yang terdiri dari Blitz, Cap, Fogged, Merlini, dan MoonMeander, di mana empat di antaranya sempat bertanding di turnamen Dota 2 bertaraf profesional.

Dari tiga pertandingan, tim OpenAI Five berhasil menang sebanyak dua kali. Sebelumnya, OpenAI sempat menjalani pertandingan pemanasan melawan tim dari penonton. Tanpa harus terkejut, OpenAI menang telak dalam waktu 14 menit saja. Durasi yang amat singkat untuk sebuah pertandingan Dota 2.

Lanjut ke pertandingan utamanya melawan tim veteran, OpenAI ternyata juga dapat menjalani proses drafting (memilih hero yang dapat dipakai oleh timnya, sekaligus yang tidak boleh dipakai oleh tim lawan). Uniknya, OpenAI dapat mengestimasikan persentase peluangnya untuk menang dengan formasi hero yang digunakan.

Penonton yang hadir langsung cukup banyak meski tim yang berada di lokasi secara fisik sebenarnya cuma satu / OpenAI
Penonton yang hadir langsung cukup banyak meski tim yang berada di lokasi secara fisik sebenarnya cuma satu / OpenAI

Pertandingan pertama dan kedua berhasil dimenangkan oleh OpenAI. Lalu pada pertandingan ketiga, OpenAI diberi tantangan yang sulit: yang memilih hero bukanlah mereka sendiri, melainkan para penonton. Penonton yang usil memilihkan formasi hero yang kurang ideal, terutama karena tidak ada yang berperan sebagai support sama sekali.

Alhasil, prediksi peluang menang OpenAI pun cuma berada di angka 2,9% menggunakan formasi tersebut. Benar saja, setelah sekitar 35 menit, tim manusia yang akhirnya menang. Untuk kondisi yang tidak ideal seperti ini, manusia jelas masih lebih mudah beradaptasi ketimbang mesin.

Perlu dicatat, semua pertandingan ini berlangsung dengan sejumlah batasan yang telah ditentukan sebelumnya, sebab OpenAI memang masih dalam tahap belajar. Terlepas dari itu, hasil pertandingan ini lagi-lagi membuktikan bahwa AI memang punya kemampuan belajar lebih cepat dari manusia, asalkan masih dalam skenario yang ideal.

Bagi yang tertarik menyaksikan rekaman pertandingannya, silakan tonton video di bawah.

Watch OpenAI Five Benchmark from OpenAI on www.twitch.tv

Sumber: OpenAI via CNET.

The International 2018 Bakal Dimeriahkan Pertandingan Tim AI Melawan Tim Profesional

Mengembangkan AI (artificial intelligence) yang dapat bermain catur mungkin sudah terdengar begitu kompleks, tapi itu terkesan tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan salah satu proyek yang dikerjakan OpenAI, organisasi nirlaba yang salah satu pendirinya adalah bos Tesla, Elon Musk.

Setahun lalu mereka menciptakan AI atau bot yang mampu mengalahkan sejumlah pemain Dota 2 profesional dalam pertandingan satu lawan satu, termasuk Dendi dan SumaiL. Menjelang perhelatan turnamen akbar The International tahun ini, OpenAI menyiapkan bot-nya untuk kembali menantang para pemain pro, kali ini dalam pertandingan tim.

Dota 2 adalah game yang sangat rumit, saya kira semuanya setuju soal itu. Tingkat kesulitan bermainnya bahkan semakin meningkat ketika kita harus berkoordinasi dengan empat pemain lain. Singkat cerita, mengajari AI untuk bermain Dota 2 sudah sulit, apalagi ditambah mengajari mereka untuk berkoordinasi satu sama lain.

OpenAI menerapkan metode trial-and-error untuk mengajari AI-nya, sehingga seiring berjalannya waktu sang AI bisa menyempurnakan sendiri gaya bermainnya. Tidak tanggung-tanggung, tim OpenAI menjalankan Dota 2 di lebih dari 100.000 CPU, dan setiap harinya sang AI dapat memainkan Dota 2 dengan durasi setara 180 tahun.

Jadi dalam kurun waktu beberapa jam saja, AI pada dasarnya bisa bermain jauh lebih sering ketimbang manusia di sepanjang hidupnya. Namun perlu diingat, cara belajar AI dan manusia sangatlah berbeda, jadi ini bukan berarti AI bisa langsung jadi lebih jago karena punya jam terbang yang jauh lebih lama.

Juga perlu diperhatikan adalah sejumlah batasan yang diterapkan OpenAI selama melatih AI-nya. Yang paling utama adalah penggunaan konfigurasi hero yang sama persis pada kedua tim. Selain itu, beberapa elemen penting seperti warding juga dihilangkan, dan beberapa keputusan, seperti misalnya memilih skill yang hendak dinaikkan levelnya, masih mengandalkan bantuan manusia.

Rencananya pertandingan antara OpenAI melawan tim profesional bakal dilangsungkan pada tanggal 28 Juli mendatang, dan akan disiarkan secara langsung melalui channel Twitch OpenAI.

Sumber: Engadget.