Strategi Investasi SoftBank di Startup Teknologi

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, tahun ini Softbank (melalui dana kelolaannya) menjanjikan menggelontorkan dana $2 miliar ke (startup-startup) Indonesia, kemudian akan menambahkan lagi $2-3 miliar di tahun-tahun mendatang.

“Jadi mungkin 5 miliar dollar AS dalam waktu tiga tahun ke depan,” terang Luhut.

Suatu nilai yang sangat besar dalam bentuk komitmen ke suatu negara.

Agenda investasi yang sudah pasti dari SoftBank adalah pengembangan Grab dan Tokopedia. Dielaborasi dengan misi pemerintah, penguatan bisnis tersebut dinilai dapat menunjang berbagai layanan penting dan proyek infrastruktur.

“Kami akan membuat kantor pusat Grab di Indonesia, dan juga berinvestasi $2 miliar melalui Grab. Tetapi kita akan berinvestasi lebih banyak ke Indonesia,” jelas Founder & CEO SoftBank Masayoshi Son sesaat sehabis bertemu Presiden Joko Widodo.

Dengan kantor pusat keduanya di Indonesia, Grab akan mengupayakan peningkatan produk. Di sini mereka akan fokus melakukan riset dan pengembangan. Produk seperti GrabFood, seperti disampaikan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata. akan menjadi perhatian utama.

Masih sebatas rumor, SoftBank juga akan berinvestasi ke sejumlah startup lain. Nama yang sudah dimunculkan adalah startup pendidikan Ruangguru dan startup di bidang kelautan Aruna.

Dimulai dari IPO Alibaba

Perjalanan kewirausahaan Son sudah dimulai sejak berstatus mahasiswa di University of California, Berkeley pada tahun 1970-an. Bersama rekannya ia menjual mesin penerjemah hingga alat permainan (game). Tahun 1981 ia kembali ke Jepang dan mendirikan SoftBank sebagai perusahaan distributor software komputer. IPO di tahun 1994 berhasil membuat modal usahanya meningkat tajam, lalu dilanjutkan ekspansi.

Keyakinan Son pada produk komputer semakin meningkat dan membawa SoftBank menjadi perusahaan telekomunikasi dan internet terkemuka di Jepang. Di era internet pada 1990an bisnisnya melejit. Pada tahun 2000 ia memutuskan untuk berinvestasi $20 juta ke Alibaba dengan kepemilikan 26% saham.

Alibaba Marketcap
Perkembangan terkini kapitalisasi pasar Alibaba Group

Alibaba adalah tonggak penting bagi Son. Termasuk meningkatkan kepercayaan para investor hingga pada tahun 2016 ia merilis Vision Fund. Kala itu bernilai $95 miliar, termasuk didukung dana investasi publik Arab Saudi dan Abu Dhabi. Fokus investasinya pada putaran pendanaan tahap akhir di perusahaan teknologi yang hampir IPO. Tentu semangat para pemberi dana ventura adalah mendapatkan kesempatan masuk di lantai bursa berikutnya, mengulang kesuksesan Alibaba.

Tahun ini punya dana investasi $180 miliar

Bulan Juli 2019 lalu, melalui inisiatif SoftBank Vision Fund 2, Masayoshi Son mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan dana sekitar US$180 miliar. Perusahaan multinasional seperti Apple, Foxconn, Microsoft hingga Standard Chartered Bank turut berpartisipasi sebagai investor. Sebagian besar dana akan diinvestasikan kepada startup dan/atau perusahaan dunia yang mendukung percepatan revolusi teknologi kecerdasan buatan.

SoftBank adalah investor awal di Yahoo Jepang dan Alibaba. Sejak saat itu mereka melanjutkan pertaruhan untuk berinvestasi pada perusahaan teknologi dan telekomunikasi di dunia. Klook, Oyo, Tokopedia, Slack, ARM, Nvidia, WeWork, Didi dan Grab adalah beberapa perusahaan yang sudah masuk dalam portofolionya.

SoftBank Group
Gambaran bisnis SoftBank Group

Sepanjang paruh pertama tahun 2019, perusahaan sudah membukukan revenue bisnis melebihi 1.169 miliar Yen. Sub-sektor konsumer yang memberikan sumbangsih terbanyak.

Menjelang akhir tahun 2018, jaringan hotel Oyo resmikan debut di Indonesia. Langkah yang diambil cukup agresif, melihat riuhnya persaingan yang ada. Platform budget hotel seperti Airy, RedDoorz, hingga Zen Rooms terus jadi sorotan, dinilai menghadirkan disrupsi di sektor hospitality. Oyo telah bermitra dengan lebih dari 500 pemilik properti, mengelola lebih dari 530 hotel dan 12 ribu kamar di 52 kota di Indonesia.

Selain di Indonesia, jaringan hotel Oyo juga sudah ada di India, Tiongkok, Ameria Serikat, Jepang, Arab Saudi dan 9 negara lainnya. Dengan dukungan penuh dari Vision Fund, perusahaan ditargetkan untuk menyaingi Marriott yang saat ini menjadi jaringan hotel terbesar di dunia.

SoftBank Vision Fund
Nilai dan partisipan Vision Fund yang digagas SoftBank / Cruchbase, CBInsights, DailySocial

September 2019 nanti, puluhan founder dan eksekutif startup/perusahaan di naungan portofolio SoftBank dikabarkan akan berkumpul di Los Angeles. Pertemuan privat ini akan membahas ambisi Son untuk membangun ekosistem bisnis yang memungkinkan antar perusahaan dapat saling bersinergi guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang lebih pesat.

Bagi perusahaan yang masuk dalam portofolio Vision Fund, dukungan ekspansi global menjadi yang diharapkan. Seperti yang diungkapkan CFO SoftBank Vision Fund Navneet Govil, dana yang dikucurkan memang selalu ditargetkan agar perusahaan terkait dapat meningkatkan skala bisnis, fokus Vision Fund adalah pada growth. Tak ayal perusahaan penerimanya melakukan berbagai cara untuk mencapai target tersebut, termasuk melalui akuisisi.

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.

Cara Booking Hotel di Aplikasi Oyo Android

Pernah dengar ada tarif hotel Rp 1000 perak per malam? Yang Anda dengar bukan hoax atau berita bohong, karena Oyo – sebuah aplikasi pencarian dan pemesanan hotel – memang menawarkan paket promo booking hotel seharga Rp 1000 untuk satu malam.

Hanya saja memang tidak semua hotel masuk dalam program promo ini. Jadi, jangan heran jika Anda tidak menemukan promo seharga itu di kota Anda.

Tapi jika Anda ingin mencoba layanan di Oyo, masih ada banyak pilihan promo yang bisa Anda manfaatkan.

  • Silahkan unduh aplikasi Oyo dari Play Store dan daftarkan akun.
  • Setelah terdaftar, tap kolom pencarian di menu utama.

Screenshot_20190617-112408_OYO

  • Ketikkan nama kota yang hendak dituju atau tempat di mana hotel yang diinginkan berada. Misalnya saya coba kota Bandung, maka keluarlah beberapa pilihan hotel.

Screenshot_20190617-112427_OYO

  • Pilih salah satu hotel, tentukan hari check in kemudian tap tombol Book Now.

Screenshot_20190617-112456_OYO

  • Berikutnya muncul rincian yang lebih lengkap termasuk kupon diskon yang secara otomatis diterapkan. Untuk lanjut, tap tombol Book Room.

Screenshot_20190617-112516_OYO

  • Anda kemudian akan menerima konfirmasi bahwa pemesanan kamar sudah berhasil dilakukan. Apabila Anda ingin melakukan pembayaran sekarang, tap tombol oranye di bagian bawah berlabel Pay now for quick and smooth check-in..

Screenshot_20190617-112536_OYO

  • Opsi yang tersedia dari pantauan saya baru dengan kartu kredit. Jika tak jadi soal, tap saja Credit Card.

Screenshot_20190617-112553_OYO

  • Masukkan nomor kartu dan CVC kartu Anda kemudian selesaikan pembayaran.

Screenshot_20190617-112559_OYO

Selanjutnya, Anda juga akan menerima notifikasi melalui email yang terdaftar sebelumnya. Di email tersebut, Anda juga akan memperoleh informasi kode booking yang dibutuhkan saat melakukan check-in.

Sumber gambar header nikkei.

Belum Tersedia di Indonesia, Oyo Luncurkan Aplikasi Oyo Lite

Bertujuan untuk memberikan pengalaman pengguna yang baik saat mengakses aplikasi, Oyo merilis Oyo Lite–versi ringan aplikasi konsumennya. Aplikasi Lite yang baru ini memiliki semua fitur dan fungsi aplikasi standar dan didesain untuk berfungsi di area dengan konektivitas rendah agar memaksimalkan pengalaman pengguna.

Dengan ukuran aplikasi kurang dari 800 KB, Oyo Lite menggunakan ruang memori lebih sedikit namun tetap memungkinkan interaksi pengguna yang optimal bagaimanapun kondisi konektivitasnya. Dari sisi teknologi, aplikasi Lite lebih ringan dengan ukuran lebih kecil, namun tetap memiliki semua fitur dan fungsi aplikasi standar.

Berbarengan dengan peluncuran versi Lite, Oyo menghadirkan penggunaan in-app tombol SOS–yang pertama diterapkan dalam industri ini. Ketika situasi darurat terjadi, fitur tersebut memungkinkan tamu hotel mengakses bantuan dari staf hotel dan Safety Response Team (SRT) Oyo yang terlatih dan berpengalaman dalam waktu 1×24 jam, termasuk dapat menghubungi pihak berwenang.

“Oyo Lite juga dirancang sebagai solusi permasalahan yang acap kali dihadapi pengguna, yaitu konektivitas internet dan terbatasnya ruang penyimpanan data pada ponsel. Kami percaya bahwa produk ini merupakan solusi tepat bagi wisatawan yang berada di area dengan koneksi internet terbatas, serta mereka yang memiliki ponsel dengan spesifikasi minimum,” kata CTO Oyo Hotels & Homes Anil Goel.

Belum tersedia di Indonesia

Meskipun sudah tersedia di beberapa negara dalam versi Android, namun aplikasi Lite ini belum tersedia di Indonesia. Menurut tim Oyo, setelah roadmap peluncuran fitur ini di Indonesia jelas, mereka akan membagikan detail lebih lanjut.

Indonesia seringkali menjadi pilot project implementasi aplikasi lite, misalnya mobile browser Firefox Lite (awalnya bernama Firefox Rocket), karena konektivitasnya tidak merata dan di beberapa area masih cukup rendah kecepatannya.

Di Indonesia jaringan Oyo Hotels & Homes telah resmi beroperasi sejak Oktober 2018. Kini, mereka telah bermitra dengan lebih dari 500 pemilik properti dan mengelola lebih dari 530 hotel dan 12.250 kamar eksklusif di 52 kota di Indonesia. Perusahaan menargetkan menjangkau 100 kota pada akhir 2019.

Application Information Will Show Up Here

Pengembangan Teknologi Jadi Strategi Oyo Agresif Akuisisi Properti

Pemanfaatan teknologi diklaim menjadi pembeda Oyo dengan pemain jaringan hotel konvensional. Diklaim kombinasi antara teknologi dan tim terbaik mampu membuat Oyo mentransformasi satu properti dalam satu hari.

Country Head Oyo Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, setidaknya ada lebih dari 20 inovasi teknologi yang sudah dikembangkan Oyo baik secara global, maupun spesifik untuk melayani Indonesia saja. Salah satu inovasi teranyar yang dikhususkan buat Indonesia adalah sistem back end untuk merekap laporan keuangan per bulan.

Di situ, Oyo membuat semua status pembayaran yang dilakukan konsumen dari berbagai kanal distribusi OTA di dalam satu berkas dokumen dikirim secara rutin ke email mereka. Pemilik properti dapat melihat dari mana saja booking dilakukan, metode pembayaran yang dipakai, hingga komisi yang diberikan untuk Oyo dan sebagainya.

“Indonesia punya metode pembayaran yang berbagai macam, sehingga kami perlu kustomisasi sendiri. Jadi semua kalkulasi sudah dilakukan Oyo lewat sistem, pemilik properti hanya cukup melihat rekapnya saja. Pendapatan dan keuntungan yang mereka dapat tiap bulannya dari Oyo,” terang Rishabh kepada DailySocial.

Kelebihan ini diberikan lantaran mayoritas pemilik properti yang “menitipkan” asetnya ke Oyo bukan menjadikan hotel sebagai bisnis utamanya, sehingga keahlian mereka bukan dalam hal manajemen hotel.

Dari sisi aplikasi, Oyo menawarkan solusi untuk pelanggan, pemilik hotel, dan karyawannya. Misalnya aplikasi untuk manajer properti yang berguna untuk mengelola operasional harian properti secara menyeluruh, termasuk pemesanan kamar, jalur penjualan, permintaan pelanggan, housekeeping, dan pengelolaan keuangan.

Berikutnya aplikasi Oyo Captain untuk mengaudit hotel Oyo dan manajer BD Oyo menggunakan input yang diaktifkan AI pada aplikasi Orbis untuk menampilkan properti dan hotel baru. Oyo Captain adalah sebutan manajer hotel yang ditempatkan Oyo untuk memantau operasional harian hotel secara langsung.

Pemilik properti juga dibekali aplikasi untuk mengontrol arus kas, kinerja bisnis, perkembangan harga, ulasan, dan rekomendasi pelanggan. Juga aplikasi khusus untuk sistem pricing berdasarkan permintaan dan timing waktu, pemilik dapat menyesuaikannya sesuai kondisi tersebut agar tetap kompetitif.

Aplikasi Oyo untuk konsumen dibekali dengan algoritma berbasis AI untuk menemukan properti yang paling sesuai di lokasi terbaik dengan harga tepat. Tersedia pula bot untuk melayani permintaan konsumen. Keseluruhan teknologi ini diberikan pasca properti sudah masuk listing.

Sebelum masuk ke listing, tim Oyo dibantu oleh teknologi lainnya seperti Oyo Optimus yang berbentuk aplikasi untuk memahami kebutuhan transformasi sebuah properti sembari menghitung estimasi biaya. Serta memungkinkan semua pihak termasuk pemilik aset untuk memonitor proses transformasi yang berlangsung.

Tersedia pula pendekatan desain berbasis AI untuk mengevaluasi kritik dan saran dari konsumen, sekaligus mengidentifikasi preferensi desain mereka. Di samping itu, memprediksi Oyo saat renovasi menyeluruh selagi melakukan peningkatan terhadap infrastruktur yang telah ada. Tujuannya untuk mengurangi biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.

Rishabh menambahkan, dengan dibantu teknologi di atas, tim Oyo yang bergerak di teknik sipil mampu menetapkan standar baru dalam mentransformasi dan merenovasi properti dalam 14 hari, berbanding jauh dengan industri hingga 90 hari. Berdasarkan standar tersebut, perusahaan mengklaim mampu mentransformasikan lebih dari 70 hotel ke dalam jaringan Oyo tiap bulannya.

“Oyo memiliki 300 Oyopreneurs (karyawan) kualitas dunia yang dibantu oleh teknologi untuk mengubah properti dalam waktu singkat.”

Indonesia menjadi satu dari tiga negara, bersama Tiongkok dan Malaysia, yang menjadi fokus Oyo untuk merealisasikan penambahan secara kumulatif lebih dari 64 ribu setiap bulannya.

Rencana Oyo untuk Indonesia

Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo
Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo

Per April 2019, sebanyak 530 properti dengan 12.250 kamar di 52 kota telah bergabung ke dalam jaringan Oyo. Angka ini tumbuh pesat dibandingkan dengan Maret 2019 saja, terdapat 360 hotel di 40 kota yang tergabung. Saat pertama kali hadir di Indonesia pada Oktober 2018, Oyo hadir dengan 30 hotel dan 1.000 kamar di 3 kota.

Ambisi Oyo untuk hadir di 100 kota tahun ini ditargetkan segera tercapai melihat perkembangan yang pesat tersebut.

Seluruh properti tersebut merupakan hasil kemitraan dengan lebih dari 500 pemilik aset. Mereka datang dari berbagai kalangan, seperti perusahaan properti Adhi Persada dan HK Realtindo, dan pemilik properti pribadi dengan lebih dari satu aset.

“Awalnya pemilik properti baru coba satu aset untuk kita kelola. Lalu setelah melihat hasilnya, akhirnya mereka memutuskan untuk menambah sehingga sekarang jadi repeat consumer kami.”

Sejauh ini Rishabh enggan menjelaskan rencana perusahaan bersama Grab yang menyuntik US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) ke perusahaan tahun lalu. “Belum ada update yang bisa saya bagikan terkait hal ini.”

Pun belum ada kabar lanjutan mengenai rencana Oyo menambah investasi khusus untuk Indonesia. Sebelumnya dikabarkan Oyo berinvestasi khusus untuk Indonesia, sebesar US$100 juta selama dua tahun, agar dapat hadir di 50 kota tahun ini.

Saat ini Oyo Indonesia telah merekrut 750 talenta lokal dari berbagai latar belakang yang ditempatkan ke seluruh Indonesia untuk mengelola properti. Perusahaan berkomitmen merekrut lebih banyak karyawan hingga 2020 mendatang demi memperkuat sektor perhotelan.

Tidak hanya menjual listing dari aplikasinya sendiri, Oyo memanfaatkan pemain OTA lain untuk memasarkan propertinya. Beberapa layanan OTA yang dimanfaatkan adalah Booking.com, Agoda, Tiket.com, Pegipegi, dan Traveloka.

Diklaim rerata tingkat hunian hotel mengalami kenaikan sampai 75% sejak pertama kali bergabung dengan jaringan Oyo.

 

Tahun Depan Oyo Targetkan Miliki Jaringan di Seratus Kota

Setelah meresmikan kehadirannya dua bulan yang lalu, Oyo sebagai jaringan hotel yang telah beroperasi di lebih dari 500 kota di 6 negara mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang signifikan di Indonesia. Saat ini di jaringan Oyo sudah ada lebih dari 150 hotel di 16 kota di Indonesia.

Tahun 2019 mendatang Oyo memiliki target ekspansi di lebih dari 100 kota. Selama ini Oyo juga telah memperkuat jaringan hotel di Indonesia dengan menambahkan lebih dari 70 hotel per bulan ke jaringannya. Sebelumnya perusahaan mengumumkan komitmen investasi lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjadi pemain terdepan di Indonesia.

“Dengan total investasi sebesar $100 juta, kami telah menyiapkan strategi pertumbuhan bisnis yang agresif untuk tahun 2019. Kami berencana akan memperluas jaringan di lebih dari 100 kota di Indonesia. Kami juga terus mengeksplorasi berbagai peluang pertumbuhan organik selagi membangun sinergi lewat berbagai kerja sama dengan entitas lokal,” kata Country Lead Oyo Hotels Indonesia Rishabh Gupta.

Besarnya permintaan dari masyarakat terkait dengan hotel di Indonesia menurut Oyo tidak diimbangi dengan penyediaan akomodasi berkualitas. Dalam hal ini Oyo dengan kapasitas yang dimiliki ingin mengakomodasi kebutuhan tersebut lewat model bisnis berbasis teknologi.

“Kota besar seperti Jakarta dan Surabaya menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan Oyo di Indonesia, namun kami melihat bahwa peluang bisnis yang tidak kalah besar justru datang dari kota-kota lain yang menjadi pusat bisnis regional maupun destinasi wisata baru. Berbagai program pengembangan destinasi wisata dari Kementerian Pariwisata Indonesia juga turut memiliki andil besar dalam mendukung pengembangan bisnis hospitality di Indonesia ke depannya,” tambah Rishabh.

Untuk pendanaan sendiri, Oyo sebelumnya telah mengantongi funding dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital senilai US$1 miliar. Ada pula tambahan $200 juta yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Baru-baru ini Oyo juga dikabarkan telah mendapatkan dana segar dari Grab senilai $103,4 juta (Rp1,5 triliun) dalam seri E. Rencananya investasi Grab ini akan digunakan untuk membantu mengembangkan layanan Oyo di Asia Tenggara, terutama di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Grab Backs Oyo with 1.5 Trillion Rupiah Funding

Grab is said to pour $103.4 million (Rp1.5 trillion) funding to Oyo as part of Series E fundraising for the India-based unicorn startup in hospitality. As planned, Grab investment is to be used for expansion in Southeast Asia, Indonesia in particular.

In Indonesia, Oyo has just introduced its service last October. They’re focused on helping the unbranded hotel owners by offering some technology-based solutions to improve management and service to meet the top-tier hotel standard.

Oyo’s brought some solutions, including Krypton App (audit-purposed mobile app), Oyo owner (hotel owners app for cash flow, business performance, customer reviews, and so on), and Oyo: Branded Hotels for consumers.

In its competition with Gojek, Grab positioned itself as a super app, to use Oyo’s credibility in providing added value to its services.

Oyo, on the other hand, collaborates with Grab for the company to reach the market faster. Take an example as HappyFresh collaboration with Grab in GrabFresh.

In its early age, Oyo partners with 30 property owners with 1000 rooms around Jakarta, Surabaya, and Palembang.

When first announcing its official business in Indonesia, Oyo has secured an investment worth of Rp1.5 trillion to win over the Indonesian market. The major investment will be used to build hotel network infrastructure and renovate the building to meet Oyo’s criteria. In addition, the company’s keep looking for talents, developing technology, and creating some marketing strategies to acquire new users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Suntik Dana 1,5 Triliun Rupiah ke Oyo

Grab disebutkan telah menyuntikkan dana senilai $103,4 juta (Rp1,5 triliun) ke Oyo sebagai bagian penggalangan Seri E untuk startup unicorn India yang bergerak di bisnis perhotelan dan hospitality ini. Rencananya investasi Grab ini  untuk membantu mengembangkan layanan Oyo di Asia Tenggara, terutama di Indonesia.

Di Indonesia Oyo baru saja mengumumkan kehadirannya pada Oktober silam. Pihak Oyo fokus membantu para pemilik unbranded hotel dengan menghadirkan sejumlah solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan manajerial dan membantu meningkatkan standar pelayanan hingga setara dengan jaringan hotel ternama.

Beberapa solusi yang diboyong Oyo ke Indonesia antara lain Krypton App (aplikasi mobile untuk keperluan audit), Oyo Owner (aplikasi bagi pemilik hotel untuk manajemen arus kas, performa bisnis, review pelanggan dan lain-lain), Co Oyo, Oyo OS (sistem operasi yang dikembangkan Oyo Hotels untuk manajemen hotel), dan Oyo : Branded Hotels untuk konsumen.

Grab yang memosisikan diri sebagai super app, dalam kompetisinya dengan Gojek, bisa memanfaatkan kekuatan Oyo untuk memberikan added value bagi layanannya.

Bagi Oyo, berkolaborasi Grab bisa membantu perusahaan untuk menjangkau pasar dengan lebih cepat. Contohnya seperti bagaimana HappyFresh berkolaborasi dengan Grab dalam bentuk GrabFresh.

Di awal kemunculannya, Oyo menggandeng 30 pemilik properti dengan 1000 kamar yang tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Palembang.

Ketika mengumumkan masuk secara resmi ke pasar Indonesia Oyo memastikan komitmen investasi lebih dari Rp1,5 triliun untuk memenangi pasar Indonesia. Mayoritas investasi tersebut akan digunakan membangun infrastruktur jaringan hotel dan merenovasi bangunan agar sesuai dengan kriteria Oyo. Selain itu perusahaan juga fokus merekrut talenta, mengembangkan teknologi, dan melakukan beberapa strategi pemasaran untuk menarik pengguna baru.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Oyo Resmi Hadir di Indonesia, Siapkan Investasi 1,5 Triliun Rupiah

Oyo, startup yang bergerak bisnis jaringan hotel, meresmikan kehadirannya di Indonesia setelah kontinu mempersiapkan operasionalnya sejak setahun lalu. Di saat yang bersamaan, perusahaan mengumumkan komitmen investasi lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjadi pemain terdepan di Indonesia.

Founder dan CEO Oyo Ritesh Agarwal menuturkan, komitmen investasi yang disiapkan ini diambil dari perolehan dana segar yang didapat perusahaan sebulan lalu sebesar US$1 miliar dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital. Ada pula tambahan US$200 juta yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Oyo akan menggunakan mayoritas dana tersebut untuk membangun infrastruktur jaringan hotel dan merenovasi bangunan agar sesuai dengan kriteria Oyo. Kemudian mereka melatih talenta agar dapat bekerja di industri hospitality, mengembangkan teknologi, dan melancarkan strategi pemasaran agar dapat menarik pengguna baru.

“Oyo membantu para pemilik unbranded hotel dengan teknologi yang kami miliki untuk meningkatkan standar pelayanannya setara dengan jaringan hotel sehingga pada akhirnya okupansi dapat meningkat. Komitmen kami sangat kuat untuk mengembangkan Indonesia dan ingin bertahan lama di sini,” ucapnya, Kamis (18/10).

Sebelum meresmikan kehadiran, pihaknya sudah melakukan berbagai riset kondisi pasar, sosial, hingga regulasinya. Secara perlahan-lahan, Oyo mulai merintis kiprahnya dengan badan hukum PT Oyo Rooms Indonesia. Operasional sendiri dimulai sejak pada Februari 2018.

Kini Oyo telah menggandeng lebih dari 30 pemilik properti yang telah terinventarisasi dan 1000 kamar tersebar di tiga kota, yakni Jakarta, Surabaya, dan Palembang. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp149 ribu. Salah satu mitra properti yang dikelola Oyo adalah Adhi Persada, anak usaha perusahaan pelat merah Adhi Karya.

Berikutnya Oyo siap memperluas kehadirannya di 35 kota di seluruh Indonesia, termasuk Yogyakarta, Bandung, dan Bali dalam 15 bulan ke depan. Pada tahun 2020 mendatang, Oyo berambisi dapat merekrut lebih dari 60 ribu karyawan di berbagai daerah untuk memperkuat sektor perhotelan, seperti pekerjaan untuk front office, jasa katering, dan house keeping.

“Prinsip kami tiga kamar hotel bisa mempekerjakan satu orang tenaga kerja. Semakin banyak kamar tentunya akan membuka semakin banyak lapangan pekerjaan untuk orang Indonesia,” tambah Country Lead Oyo Indonesia Rishabh Gupta.

Model bisnis Oyo

Ritesh menegaskan kehadirannya di Indonesia bukan menjadi kompetitor untuk para pemain OTA yang sudah lebih dahulu hadir, melainkan sebagai mitra distribusi. Justru yang dianggap sebagai kompetitor adalah jaringan hotel budget yang sudah memiliki reputasi besar, seperti Accor, Pop Hotels, Tauzia Hotel, Harris, dan masih banyak lagi.

“Justru OTA itu adalah mitra kami untuk distribusi kamar. Kami bermitra dengan mereka semua. Salah satu pemilik properti kami menyebut okupansi naik dari 28% jadi 92% setiap harinya setelah masuk ke jaringan Oyo. Hotelnya mendapat rating bintang empat, dari hanya satu, di Booking.com.”

Dalam model bisnisnya, dia menjelaskan pemilik properti yang bermitra dengan Oyo akan beroperasi mengadopsi model manchise (manajemen dan franchise). Kontrol dan manajemen hotel akan dipegang penuh Oyo. Model ini juga diterapkan di India dan Tiongkok.

Semua properti akan dioperasikan dalam perjanjian sewa atau mengizinkan pemilik properti menjalankan properti mereka dalam kesepakatan franchise. Oyo biasanya mengutip 20% dari total pendapatan hotel untuk skema perjanjian sewa.

Dalam pemilihan properti, Ritesh mengatakan pihaknya melihat segala jenis properti yang ada, lalu mengukurnya dari segi luas kamar tidur, kamar mandi, luas lobi, dan sebagainya. Yang terpenting adalah lokasinya yang harus strategis.

Semuanya dibutuhkan untuk melihat seberapa besar renovasi yang dibutuhkan agar dapat beroperasi sesuai kriteria manajemen Oyo dan mengatur kesepakatan harga kamarnya. Setelah semuanya terukur, pemilik properti akan merenovasi dengan biaya sendiri. Nanti Oyo akan bekerja sama dengan institusi keuangan lokal untuk membantu pemilik properti meringankan ongkos tersebut dengan cicilan yang terjangkau.

Seluruh manajemen hotel akan dipantau dari aplikasi. Oyo menyediakan lima jenis aplikasi untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Ada Krypton, Oyo Owner, Co Oyo, Oyo OS, dan Oyo : Branded Hotels untuk konsumen.

Sejak pertama kali berdiri di bulan Mei 2013, Oyo telah hadir di lebih dari 350 kota dengan menggandeng lebih dari 10 ribu mitra tersebar di enam negara, India, Tiongkok, Malaysia, Nepal, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

Oyo mengklaim sebagai pemimpin teknologi perhotelan dengan memiliki 211 ribu franchised kamar yang dapat disewa. Lebih dari 125 ribu kamar hotel terisi setiap harinya.

Di Indonesia, Oyo telah memiliki 155 karyawan. Kantor sementara masih berlokasi di coworking space WeWork Revenue Tower, Jakarta.

Application Information Will Show Up Here