Mengenali Dinamika Restrukturisasi Kredit di Pinjaman Online

Dalam menjalankan suatu usaha, para pelaku bisnis harus senantiasa siap menghadapi dinamika kompleks dunia bisnis, terutama dalam hal pengelolaan keuangan.

Pinjaman online telah menjadi jembatan penting bagi pelaku usaha yang memerlukan akses cepat dan fleksibel terhadap dana untuk mengembangkan bisnis mereka.

Meskipun demikian, dalam menghadapi tantangan keuangan yang tidak terduga atau perubahan ekonomi yang cepat, terkadang pembayaran pinjaman menjadi beban yang cukup besar. Untuk meringankan beban ini, Anda dapat mempertimbangkan tentang restrukturisasi.

Restrukturisasi kredit bukanlah suatu kegagalan, tetapi lebih sebagai solusi proaktif dalam mengelola risiko keuangan dan menjaga keberlanjutan bisnis. Sebagai proses yang melibatkan kolaborasi antara pelaku usaha dan pemberi pinjaman, restrukturisasi kredit memungkinkan penyesuaian yang memadai terhadap persyaratan pembayaran kredit, seperti suku bunga, jangka waktu, atau bahkan penjadwalan ulang pembayaran.

Apa Itu Restrukturisasi Kredit?

Restrukturisasi kredit adalah suatu mekanisme di mana peminjam dan pemberi pinjaman berdiskusi untuk memodifikasi persyaratan pembayaran kredit yang telah disepakati sebelumnya.

Tujuannya adalah memberikan kelonggaran finansial kepada peminjam yang sedang menghadapi kesulitan, dengan merinci perubahan suku bunga, jangka waktu, atau bahkan penjadwalan ulang pembayaran.

Apakah Bisa Mengajukan Restrukturisasi Kredit di Pinjaman Online?

Sebagaimana dilansir dari Hukum Online, dalam model pinjaman online, perusahaan pinjaman berfungsi sebagai perantara antara pemberi pinjaman (investor) dan peminjam. Hal itu dikarenakan perusahaan pinjaman online bukanlah pemilik modal pinjaman.

Modal pinjaman tersebut adalah milik investor. Karenanya, perusahaan pinjaman online tidak memiliki wewenang langsung untuk memutuskan restrukturisasi kredit.

Meskipun demikian, perusahaan dapat menjadi jembatan yang memfasilitasi restrukturisasi dengan melakukan penilaian dan analisis kelayakan. Namun, keputusan akhir apakah restrukturisasi dapat dilakukan atau tidak tergantung pada persetujuan dari pemberi pinjaman atau investor.

Bagaimana Anda Dapat Mengambil Manfaat dari Restrukturisasi Kredit?

Analisis Keuangan Mendalam

Anda perlu melakukan analisis keuangan mendalam untuk memahami akar penyebab kesulitan keuangan dan menentukan apakah restrukturisasi kredit merupakan solusi yang sesuai.

Konsultasi dengan Ahli Keuangan

Mendapatkan pandangan dari ahli keuangan atau konsultan bisnis dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih terinformasi mengenai restrukturisasi kredit.

Negosiasi Terbuka

Hubungi kontak perusahaan layanan pinjaman dan coba lakukan komunikasi terbuka sebelum Anda mencoba mengajukan restrukturisasi. Sampaikan dengan jelas tantangan yang dihadapi dan bahas opsi restrukturisasi yang dapat dijalankan bersama untuk diajukan kepada pemberi pinjaman.

Penting bagi peminjam untuk menyadari bahwa peran perusahaan pinjaman online adalah sebagai fasilitator. Meskipun perusahaan dapat memberikan evaluasi kelayakan, keputusan akhir restrukturisasi tetap berada di tangan pemberi pinjaman atau investor.

Karenanya, interaksi dan kerjasama yang baik dengan pemberi pinjaman menjadi kunci dalam menghadapi potensi restrukturisasi kredit dalam pinjaman online.

Hati-hati! Berikut Daftar Fintech Ilegal yang Harus Diwaspadai

Dalam era modern yang diwarnai oleh pesatnya perkembangan teknologi, fenomena pinjaman online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan finansial banyak orang.

Kemudahan akses, proses yang cepat, dan minimnya persyaratan membuat layanan ini diminati oleh banyak individu yang membutuhkan dana cepat. Namun, di tengah laju inovasi ini, muncul pula bahaya yang mengancam yaitu adanya pinjaman online ilegal.

Pentingnya keberlanjutan ekosistem finansial digital yang sehat tidak hanya melibatkan pemberi pinjaman online yang sah, tetapi juga kesadaran masyarakat terhadap risiko yang mungkin terkandung di dalamnya. Pinjaman online ilegal menjadi sorotan dalam konteks ini, sebagai entitas yang beroperasi di luar regulasi dan menghadirkan risiko serius bagi konsumen yang tidak waspada.

Apa Itu Pinjaman Online Ilegal dan Bagaimana Mereka Beroperasi?

Pinjaman online ilegal adalah layanan keuangan yang tidak memiliki izin atau regulasi dari otoritas keuangan yang berwenang. Pinjaman online ilegal tidak hanya sekadar merupakan penyimpangan dari norma regulasi keuangan, tetapi juga mencakup praktik-praktik yang dapat merugikan peminjam, seperti bunga yang tinggi, ketentuan kontrak yang tidak jelas, dan penagihan yang agresif.

Terkadang, entitas ini dengan sengaja menawarkan kemudahan yang seolah-olah menggiurkan, namun di balik itu, mereka beroperasi tanpa izin resmi dan membuka pintu terhadap penyalahgunaan data dan eksploitasi finansial.

Ciri-ciri Pinjaman Online Ilegal

Mengidentifikasi pinjaman online ilegal menjadi langkah awal untuk melindungi diri. Ciri-ciri dari pinjaman online ilegal termasuk tidak adanya izin resmi dari otoritas keuangan, suku bunga yang tidak masuk akal, menawarkan begitu banyak kemudahan, serta kurangnya transparansi dalam menyajikan syarat dan ketentuan pinjaman.

Ancaman Tersembunyi dari Pinjaman Online Ilegal

Pinjaman online ilegal dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi para peminjam, termasuk penyalahgunaan data dan risiko keuangan.

Pinjaman online ilegal sering kali mengumpulkan informasi pribadi peminjam tanpa keamanan yang memadai. Hal itu akan membuat peminjam rentan terhadap pembobolan data dan penyalahgunaan identitas. Selain itu, suku bunga yang tinggi dan biaya tersembunyi dapat membuat peminjam terjebak dalam lingkaran utang.

Daftar Pinjaman Online Ilegal yang Harus Diwaspadai

Beberapa entitas pinjaman online ilegal telah banyak merugikan masyarakat. Dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 168 entitas yang diduga sebagai kejahatan finansial online. Beberapa diantaranya adalah:

  • ALI Uang – Pinjaman Uang Tunai Mudah Flash Cepat
  • Ayo Cepat Cair – Pinjol Tronjal Tronjo
  • Ayo RupiahPinjaman uang tunai tanpa jaminan cepat
  • BayarHelper – Pinjaman Uang Cepat
  • Blue Kilat
  • Bos Tunai – pinjaman online cepat cair
  • Bursa Pinjaman – Pinjam Dana Rupiah Cepat
  • Cashbus – Pinjaman uang tunai online cepat
  • Dana Cepat Online
  • Cashe – Pinjam Uang Cepat & Dana KTA Kilat
  • Dana onlinePinjam Uang Cepat Mudah
  • Ccash uang- pinjaman tanpa jaminan pinjaman ponsel
  • cepatdompetyuk
  • Dana Cepat – Pinjaman Online Super Kilat
  • Dana SimpananPinjam Dana uang Cepat Tanpa Jaminan
  • DanaGO! – Pinjaman KTA Uang Online
  • Dompet TunaiPinjaman Uang Online Cepat
  • Dompet PinjamanKredit Pinjaman Online Dana Kilat
  • Easy Uang ProPinjaman Uang Online Tanpa Jaminan
  • Getcash

Anda dapat melihat daftar lengkanya di tautan ini.

Penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap pinjaman online ilegal yang dapat merugikan secara finansial dan merugikan secara pribadi. Edukasi diri tentang entitas pinjaman online yang resmi dan mematuhi regulasi dapat membantu melindungi diri dari bahaya yang timbul akibat pinjaman ilegal.

Jangan ragu untuk melaporkan praktik ilegal tersebut kepada otoritas yang berwenang agar tindakan yang tepat dapat diambil untuk melindungi konsumen dari risiko tersebut.

Tindakan Preventif Terhadap Penipuan atau Praktik Ilegal Pinjaman Online

Pada era digital ini, pinjaman online telah menjadi salah satu cara yang populer untuk memenuhi kebutuhan finansial. Meskipun demikian, maraknya praktik pinjaman online ilegal atau penipuan membuat pelaku bisnis dan masyarakat perlu mewaspadai risiko yang mungkin timbul.

Berikut beberapa tindakan preventif yang dapat diambil agar terhindar dari penipuan dan praktik pinjaman online ilegal.

Verifikasi Legalitas Pemberi Pinjaman

Sebelum mengajukan pinjaman online, penting untuk melakukan verifikasi penyedia pinjaman tersebut. Pastikan lembaga keuangan atau platform pinjaman online yang dipilih telah memiliki izin resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Periksa reputasi penyedia pinjaman melalui ulasan pelanggan, tanggapan di media sosial, dan platform ulasan terpercaya. Hindari pinjaman dari penyedia yang tidak transparan atau tidak memberikan informasi yang jelas terkait syarat dan ketentuan.

Anda bisa melihat daftar fintech ilegal di tautan ini.

Teliti Syarat dan Ketentuan Pinjaman

Sebelum menandatangani perjanjian pinjaman, baca dan pahami secara menyeluruh syarat dan ketentuan yang tercantum. Perhatikan dengan seksama suku bunga, biaya administrasi, dan klausul lainnya yang mungkin berdampak pada total pembayaran.

Jika ada ketidakjelasan atau hal yang tidak dipahami, segera konsultasikan dengan pihak penyedia pinjaman untuk mendapatkan penjelasan yang jelas.

Waspadai Penawaran yang Terlalu Bagus untuk Diterima

Hati-hati terhadap penawaran pinjaman yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Penawaran dengan suku bunga yang sangat rendah atau persyaratan yang terlalu mudah seringkali menjadi indikator potensi penipuan.

Sebelum menerima pinjaman, pastikan bahwa kondisi yang diajukan sesuai dengan praktik bisnis yang wajar dan tidak mengarah pada penipuan.

Hindari Pemberi Pinjaman yang Meminta Pembayaran Awal

Pemberi pinjaman yang meminta pembayaran awal atau biaya sebelum proses pinjaman selesai patut dicurigai. Ini bisa menjadi tanda penipuan. Pemberi pinjaman yang sah akan menagih biaya hanya setelah persetujuan pinjaman diberikan.

Lindungi Informasi Pribadi dengan Cermat

Hindari memberikan informasi pribadi yang tidak perlu atau tidak relevan kepada pihak yang tidak dapat dipercaya. Pastikan bahwa situs web pinjaman online yang digunakan memiliki sistem keamanan yang memadai.

Jangan pernah memberikan informasi sensitif seperti kata sandi akun bank atau nomor kartu kredit kepada pihak yang tidak dikenal atau tidak terverifikasi.

Cek Reputasi

Pilihlah platform pinjaman online yang telah terbukti terpercaya dan memiliki sejarah positif. Hindari menggunakan layanan dari pihak yang tidak memiliki reputasi yang baik atau tidak memiliki jejak digital yang dapat diverifikasi. Cek apakah platform tersebut memiliki sertifikasi keamanan dan perlindungan konsumen.

Berkonsultasi dengan Ahli Keuangan

Sebelum membuat keputusan, Anda juga bisa mengambil langkah untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan atau penasihat hukum. Mereka dapat memberikan pandangan objektif dan membantu Anda memahami konsekuensi finansial dari pinjaman yang akan Anda ambil.

Selagi pemerintah dan pihak terkait gencar melakukan pemberantasan praktik pinjaman online ilegal, tindakan preventif dari pihak pelaku bisnis atau individu yang ingin mengajukan pinjaman online menjadi sangat penting.

Dengan memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah preventif tersebut, diharapkan Anda tidak akan terjebak dalam pinjaman online ilegal. Selalu berhati-hati dan kritis dalam memilih penyedia pinjaman serta selalu memprioritaskan keamanan informasi pribadi.

Perbedaan Pinjaman Online dan Pinjaman Bank Konvensional: Mana yang Lebih Cocok untuk Pelaku Usaha?

Pelaku usaha seringkali dihadapkan pada kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha mereka. Dalam mencari sumber pendanaan, banyak yang mempertimbangkan antara pinjaman online dan pinjaman dari bank konvensional. Kedua opsi ini memiliki karakteristik yang berbeda.

Penting bagi pelaku usaha untuk memahami bahwa tiap jenis pinjaman memiliki karakteristik dan konsekuensi yang berbeda. Pengetahuan mendalam tentang perbedaan antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional bukan hanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan finansial, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk memitigasi risiko keuangan di kemudian hari.

Berikut beberapa perbedaan mendasar antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional.

Persyaratan dan Proses Aplikasi

Pinjaman Online

Pinjaman online sering kali memiliki persyaratan yang lebih fleksibel dan proses aplikasi yang lebih cepat karena semuanya dilakukan secara online.

Biasanya, pelaku usaha hanya perlu mengisi formulir online dan menyertakan dokumen-dokumen dasar seperti KTP dan laporan keuangan usaha. Keputusan mengenai persetujuan atau penolakan pinjaman dapat diterima dalam waktu singkat.

Pinjaman Bank Konvensional

Proses pengajuan untuk pinjaman bank konvensional cenderung lebih rumit dan memerlukan dokumen yang lebih banyak, seperti slip gaji, KTP, Surat izin usaha, laporan keuangan yang lebih rinci, hingga jaminan yang kuat.

Proses persetujuan pun biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pinjaman online.

Bunga dan Biaya

Pinjaman Online

Meskipun proses aplikasi lebih cepat, pinjaman online cenderung memiliki suku bunga yang lebih tinggi. Beberapa platform pinjaman online bahkan memberlakukan biaya tambahan, seperti biaya administrasi dan biaya keterlambatan pembayaran.

Pinjaman Bank Konvensional

Suku bunga pada pinjaman bank konvensional umumnya lebih rendah daripada pinjaman online, terutama jika pelaku usaha memiliki kredibilitas keuangan yang baik. Meskipun demikian, bank biasanya mengenakan biaya-biaya tambahan, seperti biaya administrasi dan biaya penalti.

Jaminan dan Keamanan

Pinjaman Online

Pinjaman online cenderung memiliki persyaratan jaminan yang lebih fleksibel atau bahkan tidak memerlukan jaminan sama sekali. Namun, memilih lembaga pinjaman online yang aman menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua lembaga terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan kata lain, Anda harus lebih waspada agar tidak terjebak dalam penipuan atau pinjaman online ilegal.

Pinjaman Bank Konvensional

Bank umumnya menuntut jaminan yang kuat, seperti aset atau kepemilikan bisnis, untuk memberikan pinjaman. Meskipun ini dapat memberikan keamanan yang lebih besar bagi pemberi pinjaman, namun bagi pelaku usaha, dapat menjadi tantangan jika tidak memiliki jaminan yang memadai.

Selain itu, dibanding dengan pinjaman online, keamanan di bank tidak perlu diragukan karena bank konvensional biasanya sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Fleksibilitas Pembayaran

Pinjaman Online

Pinjaman online seringkali menawarkan fleksibilitas pembayaran. Namun, tenor pembayaran cenderung lebih singkat dibanding bank konvensional.

Pinjaman Bank Konvensional

Meskipun umumnya memiliki jangka waktu pinjaman yang lebih panjang, pinjaman bank konvensional biasanya memiliki struktur pembayaran yang lebih kaku dan kurang fleksibel dibandingkan pinjaman online.

Dalam memilih antara pinjaman online dan pinjaman bank konvensional, pelaku usaha perlu mempertimbangkan kebutuhan spesifik mereka, kemampuan membayar, dan tingkat fleksibilitas yang diinginkan.

Pinjaman online mungkin lebih cocok untuk kebutuhan modal yang mendesak dan memiliki proses yang cepat, sementara pinjaman bank konvensional mungkin lebih sesuai untuk skala usaha yang lebih besar dengan persyaratan jaminan yang kuat.

Pemahaman mendalam mengenai perbedaan ini dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih cerdas dan sesuai dengan situasi keuangan dan kebutuhan bisnis.

Klaim Pertumbuhan Bisnis, GandengTangan Segera Rampungkan Penggalangan Dana Seri A

Platform peer-to-peer lending GandengTangan tahun 2021 lalu berhasil menyalurkan pinjaman hingga Rp40,5 miliar, meningkat 10x lipat dari tahun sebelumnya.

Di tahun yang sama, GandengTangan juga telah mengantongi status berizin dari OJK. Meskipun saat pandemi tahun 2020 lalu mengganggu pertumbuhan GandengTangan, namun 2021 mereka telah mencatatkan rekor angka penyaluran pinjaman sejak awal berdiri.

Perdalam kerja sama dengan bank

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO GandengTangan Jezzie Setiawan mengungkapkan, startupnya telah menambah kerja sama strategis dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan Bank Sulselbar. Kerja sama tersebut akan dilanjutkan ke tahap integrasi yang lebih mendalam; awal tahun ini platform GandengTangan akan digunakan di 32 cabang Bank Sulselbar.

“Kami telah melakukan sosialisasi untuk roll out di 32 cabang Bank Sulselbar. Harapannya dengan kerja sama strategis ini bisa memberikan kesempatan kepada UMKM untuk mendapatkan pinjaman dari bank,” kata Jezzie.

Meskipun cukup sulit proses yang harus dilalui oleh platform fintech seperti GandengTangan untuk bisa menjalin kerja sama strategis dengan bank daerah, namun peluang tersebut dinilai bisa menyasar pelaku UMKM secara langsung. Karena masih besarnya risiko bank untuk memberikan pinjaman kepada usaha mikro, menjadikan kolaborasi dengan platform fintech sangat relevan. GandengTangan juga telah berkolaborasi dengan BRI. Saat ini bersama BRI juga telah dilakukan piloting di Tasikmalaya.

GandengTangan telah memiliki 10 lender institusi termasuk bank dan perusahaan modal ventura; dan 20 ribu lender dari kalangan individu. Untuk lender individu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk lender institusi, kebanyakan masih di pulau Jawa dan Sulawesi Barat. GandengTangan juga saat ini telah memiliki kategori borrower dari pelaku UMKM kelas mikro hingga menegah.

“Untuk borrower tercatat saat ini sudah sekitar 25 ribu dan sudah di seluruh Indonesia. Kami berhasil menjaga NPL 3% dan TKB90 sekitar 97%,” jata Jezzie.

Komitmen menjadi platform yang aman dan terproteksi diwujudkan GandengTangan dengan memperkuat sistem manajemen risiko. Langkah yang dilakukan adalah penggunaan berbagai macam metode pengamanan pembayaran dan menerapkan model credit scoring yang lebih komprehensif.

Inovasi baru dan penggalangan dana

Secara khusus saat ini GandengTangan memiliki 3 produk unggulan. Di antaranya adalah untuk pelaku UMKM mikro yang memanfaatkan koperasi hingga platform digital sebagai mitra mereka, kemudian ada juga invoice financing, dan yang terakhir adalah menyalurkan pinjaman limit Rp250 juta dengan suku bunga 6% per tahun. Layanan ini bisa terwujud berkat dukungan PT Bahana Artha Ventura yang juga merupakan investor dari GandengTangan.

Sementara untuk skema invoice financing, UMKM dapat menjadikan invoice belum terbayar sebagai jaminan untuk mendapat pendanaan dengan limit Rp2 miliar. Usaha perorangan pun dapat mengajukan pendanaan dengan limit Rp25 juta melalui GandengTangan berkat kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro (LKM).

“Tahun ini kami fokus untuk mengembangkan sederet inovasi pendanaan agar memudahkan UMKM jalankan usahanya. Beberapa inovasi tersebut sudah kami mulai di awal tahun ini,” ucap Jezzie.

Rencana lain yang ingin dilancarkan adalah melakukan penggalangan dana untuk tahap seri A. Masih dalam proses finalisasi, GandengTangan menargetkan sudah bisa mengantongi dana segar tersebut di kuartal dua tahun ini. Nantinya pendanaan tersebut akan digunakan oleh GandengTangan untuk memperluas kolaborasi dengan mengembangkan teknologi API, agar bisa disematkan di berbagai platform.

Saat ini GandengTangan telah memiliki aplikasi khusus untuk lender. Sementara untuk borrower disediakan pilihan untuk akses melalui situs web atau melalui mitra koperasi hingga platform digital yang menjalin kerja sama strategis dengan GandengTangan.

“Jika 2021 adalah tahun bangkitnya UMKM, di tahun ini kami berharap UMKM bisa semakin berkembang. GandengTangan akan selalu siap mendampinginya mencapai kesuksesan,” tutup Jezzie.

Sepanjang tahun 2021 (hingga November), menurut statistik yang dihimpun OJK, platform fintech lending telah menyalurkan sekitar Rp77,5 triliun dananya ke sektor produktif di berbagai bidang. Layanan fintech lending memang diharapkan menjadi alternatif pembiayaan modal di tengah pertumbuhan pesat sektor UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Car Sharing” TREVO Ekspansi ke Indonesia, Telah Hadir di Tiga Kota

Setelah meluncur di Malaysia pada akhir tahun lalu, TREVO resmi hadir di Indonesia. TREVO adalah platform peer-to-peer berbagi yang membuat para pengguna mampu memesan mobil sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tujuan perjalanan melalui host terdekat dalam komunitas. Saat ini mereka telah memiliki sekitar 500 host yang telah mendaftarkan mobil mereka ke dalam platform.

Perusahaan juga telah mengalami pertumbuhan jumlah komunitas hingga 100 ribu orang. Setelah sebelumnya diluncurkan di Jakarta, TREVO juga telah hadir di Bandung dan Bali.

Kepada DailySocial.id, General Manager Trevo Brandon S. Curson mengungkapkan, TREVO memberdayakan host untuk mendapatkan uang melalui kendaraan mereka dengan mencocokkan sesama orang yang membutuhkan tumpangan pribadi. TREVO mengambil komisi untuk membayar iklan, customer support, dan pengiriman kendaraan host. Menjadikan proses tersebut ditangani dengan menyeluruh.

“Kami menawarkan opsi asuransi kepada pengguna untuk menanamkan kepercayaan pada TREVO, memungkinkan pengguna untuk menyewa kendaraan mengetahui bahwa mereka aman dari penggelapan, banjir, kecelakaan, dan jenis kerusakan lainnya.”

Melalui platform, pemilik mobil atau host memiliki pilihan untuk menentukan ketersediaan mobil dan harga, dan menghasilkan sumber pendapatan tambahan. Sedangkan penyewa mobil atau guest ditawarkan kesempatan untuk menyewa mobil dengan lebih mudah dan nyaman.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, TREVO dan perusahaan induk mereka, SoCar, saat ini tengah menjajaki penggalangan dana seri B. Dana segar tersebut rencananya dapat dikantongi oleh perusahaan pertengahan bulan ini. Putaran pendanaan terakhir SoCar tahun lalu sebesar $18 juta juga digunakan untuk membangun fitur guna meningkatkan penawaran TREVO.

“Kami juga sedang mengerjakan beberapa layanan seperti paket asuransi jangka panjang untuk melindungi mobil host saat digunakan untuk kebutuhan pribadi sehari-hari. Setelah ini, kami memiliki beberapa penawaran lain yang sedang dipersiapkan,” kata Brandon.

Di Indonesia sendiri konsep car sharing yang ditawarkan oleh TREVO juga telah disediakan oleh platform seperti Hipcar, Tripves dan Sharecar. Turunnya penjualan mobil baru dan mulai berkurangnya permintaan penyewaan mobil saat pandemi, menjadi peluang bagi platform P2P car sharing untuk tumbuh.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Selama pandemi TREVO mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan riset pasar internal menunjukkan, guest mengutamakan kenyamanan pribadi karena orang semakin enggan berbagi mobil dengan orang lain [yang tidak dieknal]. Ditambah dengan fakta bahwa para tamu dapat menyewa mobil bersih dengan perlengkapan sanitasi gratis dengan harga yang terjangkau.

“Karena alasan ini, TREVO telah mencari cara untuk mendukung masyarakat. Saat ini kami menawarkan layanan TREVO hanya dengan Rp 49.000 sehari kepada siapa saja yang perlu melakukan kunjungan medis, apakah itu untuk vaksinasi atau untuk jadwal pertemuan dengan dokter,” kata Brandon.

Mereka juga mendukung beberapa institusi medis yang menawarkan tumpangan kepada petugas kesehatan secara gratis, memastikan mereka bekerja dengan aman.

Sejak resmi meluncur di Indonesia, TREVO mencatat secara demografi para tamu mereka adalah ibu rumah tangga kelas menengah ke atas, profesional muda, dan pengusaha. Para tamu memiliki kebebasan untuk berhenti berkali-kali, mengobrol dengan teman dan keluarga tanpa canggung dengan kehadiran pengemudi. Opsi privasi ini diklaim sangat penting saat pandemi.

“Indonesia, seperti yang kita semua tahu, adalah rumah bagi kelas menengah yang terus tumbuh dengan daya beli yang meningkat,” kata Brandon.

Application Information Will Show Up Here

Adopsi Konsep Peer-to-Peer, Bookabuku Mudahkan Peminjaman Buku Secara Online

Konsep peer-to-peer (P2P) saat ini bukan hanya diaplikasikan oleh layanan fintech saja. Kemudahan yang ditawarkan juga bisa diterapkan di layanan lainnya, salah satunya untuk peminjaman buku. Seperti yang diakomodasi oleh platform Bookabuku.

Didirikan oleh Givari Rizky (CEO), Rayhan Yuzar (CTO), Thomas Djara (COO) dan Rani Siti Khodijah (CBDO), konsep dari Bookabuku memudahkan pengguna untuk meminjam buku dengan pilihan beragam dari sesama pengguna.

Kepada DailySocial, Givari Rizky mengungkapkan rendahnya kultur literasi di kalangan masyarakat menempatkan Indonesia pada peringkat dua terbawah. Menurut data UNESCO Secara keseluruhan hanya 1 dari 1000 orang Indonesia membaca.

“Kami melakukan riset mendalam selama satu tahun dan menemukan bahwa permasalahan tersebut dikarenakan harga buku berkualitas yang relatif mahal dan akses yang sulit. Kami juga menemukan bahwa terdapat 101 juta lebih buku tersebar tiap tahun sejak 2015,” kata Givary.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Bookabuku hadir memberikan solusi dengan menciptakan platform pinjam-meminjam buku fisik secara online pertama di Indonesia.

“Bookabuku memiliki visi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan misi untuk membuat sumber pengetahuan berkualitas menjadi lebih affordable dan accessible,” kata Givary.

Cara kerja Bookabuku

Bookabuku menyediakan pilihan biaya berlangganan. Setelah mendaftar, peminjam bisa melakukan peminjaman maksimal dua buku dalam dalam satu periode, yaitu 30 hari terhitung buku diterima. Namun buku tersebut juga bisa ditukar di periode waktu yang sama.

“Jadi misalnya peminjam melakukan pinjaman dua buku hari ini, seminggu ke depan dua buku tersebut bisa ditukar dengan judul lainnya. Peminjaman bisa dilakukan berkali-kali selama 30 hari periode peminjaman itu. Jika peminjam ingin mengembalikan buku nanti akan ada kurir rekanan kami yang datang menjemput buku tanpa biaya tambahan jadi tidak merepotkan,” kata Givary.

Sementara untuk pengguna yang ingin meminjamkan buku, bisa mendaftar dan langsung memasukkan ISBN buku dan mengunggah foto sampul buku melalui situs. Jika ada permintaan dari peminjam, mitra kurir dari Bookabuku akan mengambil buku tersebut langsung ke rumah pemilik buku. Pada akhir periode peminjaman, peminjam akan mendapatkan pendapatan pasif sebesar Rp10.000 per buku yang telah dipinjam.

Saat ini Bookabuku telah bermitra dengan logistik pihak ketiga seperti JetExpress, PopBox, dan Etobee. Bookabuku juga menjalin kerja sama dengan organisasi pemuda internasional terbesar yaitu AIESEC in Indonesia, lebih dari 30 komunitas dan kerap melakukan kegiatan bersama.

Rencana penggalangan dana Bookabuku

Saat ini Bookabuku mengklaim telah memiliki sekitar 3 ribu pengguna di Indonesia. Bookabuku juga sudah dapat melayani pembaca buku dari seluruh Indonesia dan menyedikan layanan free pick-up di 9 provinsi dan 25 kota. Sementara jumlah buku yang tersedia di platform saat ini sekitar 5 ribu koleksi.

Terkait dengan strategi monetasi Bookabuku datang dari subscription atau biaya berlangganan pengguna. Masih menjalankan bisnisnya secara bootstraping, Bookabuku juga berencana untuk melakukan penggalangan dana.

“Tahun 2018 ini akan menjadi tahun Bookabuku akan semakin berkembang dan rencananya akan merilis beberapa fitur lainnya untuk terus bekerja mencapai visi dan misi kami,” tutup Givary.

Investree Resmi Luncurkan Layanan “Employee Loan”

Bertempat di Midtown, Jakarta, hari ini (29/11) startup fintech penyedia layanan peertopeer lending Investree mengumumkan peluncuran layanan terbarunya, yakni Employee Loan atau Pembiayaan Karyawan. Melalui Employe Loan, Investree akan berperan sebagai mitra perusahaan untuk memberikan akses pembiayaan di luar gaji pokok bagi karyawan yang bekerja di perusahaan rekanan. Nominal pinjaman atau pembiayaan yang bisa diajukan dimulai dari Rp5 juta-Rp50 juta.

Chairman dan Co-Founder Investree Adrian Gunadi menjelaskan bahwa hadirnya layanan Investree dan juga Employee Loan dilatarbelakangi oleh rendahnya akses masyarakat Indonesia ke pembiayaan. Di sisi lain, ada banyak juga masyarakat yang memiliki kelebihan dana tetapi tidak tahu harus mengalirkan dana tersebut ke mana.

Berdasarkan survei internal Investree, ditemukan bahwa ada 57 persen masyarakat Indonesia yang mengajukan pinjaman dengan berbagai latar belakang dan dari berbagai sumber dalam 12 bulan ke belakang. Dari 57 persen tersebut, 42 persennya meminjam dari keluarga atau teman dekat. Sementara yang meminjam dari financial institution hanya mencapai 12 persen dan sisanya dari sumber lain seperti rentenir.

“[Employee Loan] Seperti halnya Kredit Tanpa Agunan [KTA]. Bantuan pembiayaan tersebut nantinya dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk berbagai keperluan. Mulai dari pendidiakn, kesehatan yang tidak tercakup asuransi, hingga renovasi rumah,” ujar Adrian.

Untuk memperoleh pinjaman, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh karyawan yang bersangkutan. Di antaranya, karyawan yang menjadi peminjam harus berusia minimal 21 tahun, terdaftar sebagai karyawan di perusahaan yang bekerja sama dengan Investree, berpenghasilan tetap dengan gaji minimal Rp 3,1 juta per bulan, dan memiliki kelengkapan dokumen seperti KTP, NPWP, Surat Keterangan Kerja, dan slip gaji.

Employee Loan dan Invoice Financing untuk UKM / DailySocial
Employee Loan dan Invoice Financing untuk UKM / DailySocial

Setelah pinjaman diajukan, prosedur verifikasi pinjaman akan dilakukan oleh Investree sedangkan verifikasi karyawan akan dilakukan oleh pihak HRD melalui dashboard khusus. Dari dashboard tersebut juga pihak perusahaan dapat memantau siapa saja  yang mengajukan pinjaman. Pengajuan pinjaman ini pun sifatnya terbuka untuk karyawan tetap atau kontrak dari perusahaan rekanan.

Adrian mengatakan, “Verifikasi dilakukan secara online. Peminjam kan nanti harus unggah slip gaji dan sebagainya, dari situ kami bisa verifikasi. Kami juga membukakan dashboard kepada HRD-nya, jadi nanti mereka juga ikut memverifikasi. […] Yang approved pinjaman Investree, HRD yang verified [status karyawan].”

Jumlah pinjaman yang dapat diajukan oleh karyawan adalah Rp 5 – 50 juta dengan jangka waktu mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan. Sementara pembayaran pinjaman sendiri akan dilakukan dengan metode potong gaji. Sedangkan dari sisi pemberi pinjaman, minimum pinjaman yang diberikan untuk layanan Employee Loan adalah satu juta Rupiah.

Terkait realisasi produk, Adrian mengklaim bahwa layanan Employee Loan yang telah berjalan sejak bulan Mei ini telah bekerja sama dengan kurang lebih 10 perusahaan besar dengan total 8000-an karyawan. Beberapa di antaranya adalah Qerja, Jatis Group, JuvisK, dan CAS Group. Ke depannya, Investree akan terus membuka kesempatan  bagi perusahaan terdaftar lainnya untuk bekerja sama.

Sejauh ini, sejak melucur, Investree sendiri mengklaim telah berhasil memberikan 172 pinjaman dengan total dana yang diberikan mencapai Rp34.5 miliar. Adrian berharap angkanya akan menjadi Rp40 miliar di akhir tahun dan menargetkan layanan Employee Loan untuk berkontribusi setidaknya 30 persen dari pinjaman yang diberikan yang saat ini masih didominasi oleh pinjaman untuk UKM.

Platform P2P Lending Crowdo Resmi Melenggang di Indonesia

Startup asal Singapura penyedia layanan pinjaman peer-to-peer (P2P), Crowdo, Sabtu kemarin (9/3) mengumumkan telah tersedia untuk di akses secara publik di Indonesia. Ini adalah tindak lanjut Crowdo setelah Juli 2015 silam masuk ke pasar Indonesia dan melakukan uji coba untuk kalangan tertentu saja (private beta). Di Indonesia, Crowdo terdaftar dengan nama PT Mediator Komunitas Indonesia.

Juli tahun lalu layanan peminjaman dana P2P Crowdo resmi melakukan perluasan wilayah operasional ke Indonesia, menindak lanjuti langkah perluasan sebelumnya ke Malaysia. Targetnya adalah untuk memberikan pinjaman modal kerja ke bisnis di Indonesia yang belum terlayani oleh sistem keungan tradisional (pinjaman bank).

Sebagai catatan, menurut International Finance Corporation yang merupakan bagian dari grup bank dunia, di Indonesia terdapat lebih dari 20 juta UKM dengan akses terbatas terhadap pendanaan dengan perkiraan celah kredit sebesar $27 miliar. Potensi inilah yang coba dimaksimalkan oleh Crowdo di Indonesia yang merupakan negara berkembang.

“Salah satu tantangan bagi usaha kecil menengah di Indonesia adalah dari segi pemodalan. Sejauh ini sumber dana UKM masih dari perbankan, tetapi perbankan sendiri terbiliang sulit masuk ke UKM karena bank cenderung menghindari resiko,” ujar Senior Advisor Crowdo Indonesia Ari Wibowo.

Co-Founder dan CEO Crowdo Leo Shimada mengatakan, “Misi kami adalah untuk menghubungkan perusahaan rintisan ‘kelas atas’ dan bisnis kecil menengah dengan penanam modal global. […] Indonesia adalah pasar penting bagi P2P kami. […] Kami hadir di sini untuk jangka panjang.”

CROWDO P2P Lending Page / Crowdo

Leo juga optimis bahwa pilihan layanan peminjaman P2P dapat menjadi alternatif yang menjanjikan dalam membantu usaha-usaha tahap awal berkembang. Pemilik usaha akan dibantu untuk mendapatkan dana dan pemodal dapat mengakses secara transparan aliran dana yang dikucurkan juga kesempatan baru untuk berinvestasi.

Para investor yang mengunakan layanna Crowdo ini, baik itu angel ataupun ventura capital, dapat mengucurkan investasi minimum sebesar Rp 500 ribu. Sedangkan pemilik usaha dapat memperoleh pinjaman hingga mencapai satu miliar rupiah. Pihak Crowdo akan melakukan uji kelayakan dari aplikasi pinjaman dahulu sebelum diteruskan kepada pemodal.

Bila peminjam tidak membayar dua kali cicilan berturut maka pinjaman akan dikatakan gagal bayar. Bila terdapat agunan, maka agunana akan dilikuidasi untuk membayar kembali investor. Namun, jika pinjaman tersebut tidak memiliki agunan maka Crowdo akan berkomunikasi dengan peminjam untuk mencari opsi lain.

Sebagai informasi, hingga saat ini OJK masih belum memiliki regulasi yang dapat menata layanan P2P lending. Pun begitu, Leo meyakinkan pihaknya telah berkonsultasi dengan pihak regulator dan memastikan telah memenuhi segala persyaratan yang sudah berlaku.

Dengan dibukanya akses publik, Crowdo saat ini akan fokus untuk melihat perilaku pengguna di Indonesia terlebih dahulu untuk setidaknya selama enam bulan ke depan. Dari sana, tak menutup kemungkinan akan diluncurkan sebuah aplikasi mobile demi memudahkan pengguna. Selain itu, fokus untuk segera menumbuhkan tim operasional di Indonesia juga menjadi perhatian Leo saat ini.

Google Wallet ‘Bereinkarnasi’ Jadi Layanan Peer-To-Peer Payment

Saat Google mengumumkan layanan Android Pay akhir bulan Mei kemarin, banyak yang bertanya-tanya tentang nasib Google Wallet. Layanan Android Pay sendiri sudah resmi beroperasi di Amerika Serikat per tanggal 10 September kemarin, lalu apa berarti Google Wallet benar-benar sudah dipensiunkan? Continue reading Google Wallet ‘Bereinkarnasi’ Jadi Layanan Peer-To-Peer Payment