Observing Gopay’s Current Progressive Steps

Gopay’s domination in Indonesia is nothing. Quoting from various surveys, one of which is from the latest iPrice report, in the second quarter of 2020, Gopay has the highest number of monthly active users and total downloads from its closest competitors, Ovo, Dana, and LinkAja.

It was also stated that Gopay was named the first e-wallet that new users (60%) would choose when making transactions for the first time. In addition, they have the highest number of organic users (54%), even though there are no promos or cashbacks offered, users will still use Gopay as their transaction tool.

The secret of the kitchen that causes this condition is the various partners that provide payment channels, both online and offline, which Gojek formed as the parent of Gopay. This ecosystem forms a new habit for consumers to use Gopay as a daily payment method from the first time they wake up, until they go to sleep again.

When that happens, loyalty is formed. Even if Gopay does not provide discounts, it will not affect user loyalty.

Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani explained that the total number of Gopay merchants currently has reached more than 500 thousand merchants, around 95% of which are micro and small merchants. This figure is not only merchants acquired directly by Gopay, including merchants who accept Gopay as a payment tool from GoFood and Midtrans.

“Once Gopay can be accepted outside the ecosystem, we invest a lot of resources, including field labor for the acquisition of small traders. From the start it wasn’t easy, from two years ago the struggle for their education was more difficult than the tech savvy merchants, “he explained to DailySocial.

He continued, “But we know they are the ones who need cashless payments the most because from there they can build credit history, clean books, and these transactions can lead them to grow, for example when applying for KUR.”

Even during this pandemic, since March until now there has been a rapid increase in offline merchants joining, reaching more than 120 thousand new merchants. The triggering factor was a shift in consumer shopping from offline to online, which eventually led merchants to follow this trend.

In accommodating the booming needs of these offline merchants, Gojek created a Gojek with Gojek landing page. There the company combines a variety of business start-up solutions that enter its ecosystem for merchants, from starting up to being established.

Gojek prepares GoFood and GoBiz partner registration solutions, digital payment arrangements for outlets, sites / applications, social commerce, and loan capital. All these solutions certainly involve Gopay as the main umbrella.

Merchants only need to answer short questions asked about the type of business and their monthly sales turnover. Later the survey will direct the right payment solution according to the business conditions.

“For example, for merchants selling on social commerce, you can use Selly. It is a keyboard application that can accommodate answer templates, can create invoices, and has been facilitated with digital payment methods and QRIS. Now people are aware that online stalls are now mandatory and are no longer nice to have. ”

Payment through digital app

One thing that makes Gopay something of a breakthrough is its presence on Google Play as a payment option for buying apps, games, and making in-app purchases since last year. Previously, payments on Google Play could only be made by credit or debit card, Google Play Credit, and through credit deduction.

“Basically, all applications on Google Play can use Gopay for payments. We know the credit card penetration here is very low. We always see consumer behavior when transacting online [in developing innovations]. Digital payments through applications are now much the same as gaming, “said Winny.

Winny did not specify how the current transaction contribution compared to transactions at merchants. However, looking at other sources, in March, GoPay Senior Vice President Product Marketing Timothius Martin said that Gopay’s transactions on Google Play have tripled since six months. Contribution is equal from game and non-game applications.

“This year, even though it has increased threefold, it has been balanced. The contribution is 50% in games, 50% in non-games. In non-games, Gopay has lifestyle and entertainment for streaming, ”said Timo.

From Gojek’s internal data throughout March-May 2020, it shows that Gopay is widely used to purchase game coupons with a 3x increase. The Free Fire, Mobile Legends, and PUBG Mobile applications are favorite games based on the number of top-up game payments with Gopay.

The latest development that the company has made is integrated payment for subscription packages on Spotify and YouTube (Premium and Music). A number of other well-known non-game applications that are now connected to Gopay are HBO Go, WeTV, Iqiyi, Viu, Imo, Inshot, Google Drive, VSCO, LINE, Kakaopage, VivaVideo, Joox, Tinder, Catchplay, Vidio, and many more.

Not only on Google Play, Gopay is also available as a payment method for digital products on the Galaxy Store, a digital app store for Samsung devices. Regarding the plan whether it will be coming to the App Store soon, Winny only said that the company always strives to meet every user’s need, whatever the form.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pemain Fintech Asal Inggris PPRO Masuk ke Indonesia Lewat Integrasi Ovo dan Doku

Platform pembayaran PaaS asal Inggris PPRO melebarkan sayapnya ke Indonesia lewat integrasinya dengan penyedia jasa pembayaran dari Indonesia Ovo dan Doku. Mereka melirik Indonesia karena dipandang aktivitas dari layanan e-commerce dan sistem pembayaran punya pertumbuhan yang pesat.

Dalam keterangan resminya, integrasi ini akan memungkinkan para pengguna PPRO yang terdiri dari pemain pembayaran global dan merchant-merchant yang tergabung di bawahnya dapat mendongkrak penjualan menarik konsumen dari Indonesia untuk berbelanja.

Baik Ovo dan Doku dalam suatu riset yang mereka kutip menyebutkan bahwa keduanya adalah pemain terdepan di Indonesia. Di negara ini, penetrasi kartu kredit kurang dari 5% terhadap populasi. Untuk mendukung keragaman preferensi opsi pembayaran di Indonesia, integrasi PPRO menampilkan empat jenis pembayaran: e-wallet, internet banking, transfer bank, dan uang tunai bagi konsumen yang lebih suka membayar di ATM dan toko swalayan.

“Indonesia adalah pasar strategis bagi konsumen tier teratas kami dan merchant-merchant mereka. Indonesia juga salah satu negara dengan peraturan yang sangat kompleks di regional terkait kepatuhan, peraturan, dan preferensi konsumen. Oleh karena itu, kami dengan senang hati sekarang menawarkan metode pembayaran lokal yang populer ini,” terang Global Head of Payment Networks Kelvin Phua.

Secara terpisah, saat ditanya lebih lanjut oleh DailySocial, Kelvin menjelaskan bahwa opsi pembayaran yang populer seperti Ovo dan Doku ini memiliki banyak opsi untuk melakukan top up saldo. Maka dari itu, kemitraan perusahaan dengan kedua pemain lokal ini memungkinkan perusahaan pembayaran global dan merchant mereka dapat menangkap peluang tambahan dari pembeli di Indonesia.

“Bagi konsumen, ini juga berarti bahwa mereka akan mendapat akses lebih banyak jenis barang dan jasa global yang telah berhasil mengintegrasikan Doku dan Ovo melalui PPRO. Pengalaman pembayaran akan sangat mirip dengan apa yang telah digunakan oleh pengguna di Indonesia karena kami memprioritaskan integrasi dengan kualitas terbaik dengan mitra kami.”

Kelvin melanjutkan, kehadiran PPRO di Indonesia menjadi pencapaian terbaru perusahaan untuk kawasan Asia Pasifik. Ke depannya perusahaan ingin membantu lebih banyak penyedia pembayaran lokal bergabung dengan PPRO dan terhubung dengan pedagang global.

Layanan PPRO

PPRO menempatkan diri sebagai PaaS (platform-as-a-service) yang menghubungkan pemain pembayaran lokal (payment service provider/PSP) di berbagai negara untuk melayani merchant yang tertarik memperluas peluang pasar lintas batasnya (cross-border). Melalui API dan platform PPRO, PSP dan merchant dapat menerima metode pembayaran lokal yang di tersebar di lebih dari 175 negara.

Sejumlah mitra PSP di Asia yang telah bermitra di antaranya AliPay, WeChat Pay, DragonPay, eNets, Konbini Pay, Pay-easy, dan GrabPay.

Perusahaan asal Inggris ini sudah berdiri sejak 2006 dan memiliki kantor yang tersebar sejumlah negara, seperti di Jerman, Singapura, dan Brazil untuk pengembangan produknya. Kelvin menuturkan, saat ini pihaknya belum memiliki tim lokal untuk menyeriusi bisnisnya di Indonesia. Kendati demikian, ia membuka kemungkinan tersebut bila perkembangan bisnis semakin signifikan.

“PPRO memiliki tim yang luas di seluruh APAC dan kantor di seluruh dunia. Saat ini, PPRO tidak memiliki tim yang bekerja di Indonesia, namun PPRO memiliki rencana ekspansi yang ambisius untuk masa depan,” tutupnya.

Midtrans and Supportive Moves for SME Players to Adopt Digital Business

As the pioneer of payment gateway services in Indonesia, Midtrans’ business journey is quite captivating. Especially now that they have become part of Gojek, sharpening the vision to help SMEs in improving digital services in their business.

In the #SelasaStartup session, Midtrans CEO Erwin Tanudjaja revealed Midtrans’ future business plans and focus. Here is the summary:

Positive growth with Gojek

It has been almost two years since Midtrans joined Gojek. This collaboration is acknowledged by the company as enough to increase Midtrans (formerly Veritrans) popularity. As a payment gateway platform, Midtrans has been in charge of supporting businesses in developing payment features on its platform. However, when a strategic collaboration occurs with Gojek, it will open up more opportunities for Midtrans to contribute to SMEs in Indonesia.

“In terms of Midtrans, we are proud to be part of the huge Gojek ecosystem. Not only increasing the number of SME partners but enabling us to accelerate the growth of SMEs in terms of digital payments,” Erwin said.

Midtrans, who have been working behind the scenes, adjusted Gojek’s plans and business, which is dominated by SMEs. One of those is to speed up and facilitate transactions for Gojek users as well as Gojek merchants themselves.

“In the past, SMEs only provided bank transfer and COD (cash on delivery) payment options, now with the technology we have implemented payments via credit card to virtual accounts can also be done,” said Erwin.

Not only for partners who are members of the Gojek ecosystem, but other SMEs who run businesses independently can also take advantage of the technology developed by Midtrans. Even though its position is still part of Gojek, Midtrans has the freedom to create innovations and can be used by everyone.

Pandemic and supportive moves for SME

The pandemic situation automatically changes consumer behavior in general. Previously, people are accustomed to making transactions in cash, now the non-cash payment is increasingly rising in Indonesia. As a payment gateway platform, this situation allows their business to grow faster to be used by all SMEs.

“Obviously, we keep our main target, as an enabler for all SMEs included in the Gojek ecosystem. By creating innovations to technology to accelerate and facilitate their transactions,” said Erwin.

Currently, there are around 20 services or products offered by Midtrans. This solution can of course be more comprehensive if it is integrated with Gojek and all the ecosystems that are included in it.

“One of which is launching the #MelajuBersamaGojek campaign which is a campaign launched during the pandemic. With the tools we offer to SMEs, one of which is the Selly application, it can be useful for around 120 thousand SME partners who join the Gojek ecosystem,” Erwin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Midtrans dan Dukungannya Bantu Pelaku UKM Adopsi Bisnis Digital

Sebagai pionir layanan payment gateway di Indonesia, perjalanan bisnis Midtrans sangat menarik untuk disimak. Terlebih saat ini mereka telah menjadi bagian dari Gojek, sehingga menajamkan visi untuk membantu UKM dalam meningkatkan layanan digital dalam bisnisnya.

Dalam sesi #SelasaStartup CEO Midtrans Erwin Tanudjaja mengungkapkan rencana serta fokus bisnis Midtrans ke depan. Berikut ini rangkumannya:

Pertumbuhan positif bersama Gojek

 

Sudah hampir dua tahun lebih Midtrans bergabung bersama dengan Gojek. Kolaborasi ini diakui oleh perusahaan cukup mempopulerkan nama Midtrans (sebelumnya Veritrans) lebih mainstream lagi. Sebagai platform payment gateway, selama ini Midtrans memang bertugas menjadi pendukung untuk pebisnis dalam mengembangkan fitur pembayaran di platformnya. Namun ketika kolaborasi strategis terjadi dengan Gojek, semakin membuka peluang Midtrans untuk berkontribusi kepada UKM di Indonesia.

“Dari sisi Midtrans tentunya kami bangga bisa menjadi bagian dari ekosistem Gojek yang sangat besar jumlahnya. Bukan hanya menambah jumlah mitra UKM namun memungkinkan kami untuk mempercepat akselerasi UKM dalam hal pembayaran digital,” kata Erwin.

Midtrans yang selama ini bekerja di belakang layar, menyesuaikan rencana serta bisnis dari Gojek yang didominasi oleh para pelaku UKM. Salah satunya adalah mempercepat serta memudahkan transaksi kepada pengguna Gojek juga merchant Gojek sendiri.

“Jika dulunya pelaku UKM hanya memberikan pilihan pembayaran bank transfer dan COD (cash on delivery) saja, kini dengan teknologi yang kami implementasikan pembayaran melalui kartu kredit hingga virtual account juga bisa dilakukan,” kata Erwin.

Bukan hanya untuk mitra yang tergabung dalam ekosistem Gojek saja, namun pelaku UKM lainnya yang menjalankan bisnis secara independen juga bisa memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh Midtrans. Meskipun posisinya masih menjadi bagian dari Gojek, namun Midtrans memiliki kebebasan untuk menciptakan inovasi dan dapat digunakan untuk semua.

Pandemi dan dukungan untuk UKM

Saat pandemi secara otomatis mengubah semua kebiasaan hingga perilaku konsumen secara umum. Yang sebelumnya hanya terbiasa melakukan transaksi secara tunai, kini penggunaan atau pembayaran non-tunai makin meluas digunakan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai platform payment gateway, tentunya saat seperti ini memungkinkan bisnis mereka untuk bisa lebih cepat berkembang dan digunakan untuk semua pelaku UKM.

“Tentunya kembali lagi kepada target utama kami yaitu sebagai enablement bagi semua UKM yang masuk dalam ekosistem Gojek. Dengan menciptakan inovasi hingga teknologi yang bisa mempercepat dan memudahkan mereka melakukan transaksi,” kata Erwin.

Saat ini terdapat sekitar 20 layanan atau produk yang telah ditawarkan oleh Midtrans. Solusi tersebut tentunya bisa lebih menyeluruh jika terintegrasi dengan Gojek dan semua ekosistem yang masuk di dalamnya.

“Salah satunya adalah melancarkan kampanye #MelajuBersamaGojek yang merupakan kampanye yang diluncurkan saat pandemi. Degan tools yang kami tawarkan kepada UKM salah satunya adalah aplikasi Selly, tentunya bisa bermanfaat untuk sekitar 120 ribu mitra UKM yang bergabung dalam ekosistem Gojek,” kata Erwin.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Gerak Progresif Gopay Saat Ini

Dominasi Gopay di Indonesia memang tidak perlu diragukan lagi. Mengutip dari berbagai survei, salah satunya dari laporan termutakhir iPrice, pada kuartal II 2020 menyebutkan Gopay memiliki jumlah pengguna aktif bulanan dan total unduhan terbanyak dari kompetitor terdekatnya, Ovo, Dana, dan LinkAja.

Disebutkan juga, Gopay dinobatkan sebagai e-wallet pertama yang akan dipilih pengguna baru (60%) saat pertama kali bertransaksi. Selain itu, mereka memiliki jumlah pengguna organik terbanyak (54%), walaupun sudah tidak ada promo atau cashback yang ditawarkan pengguna akan tetap menggunakan Gopay sebagai alat transaksi mereka.

Rahasia dapur yang menyebabkan kondisi demikian adalah beragam mitra yang menyediakan channel pembayaran, baik online dan offline, yang dibentuk Gojek sebagai induk dari Gopay. Ekosistem tersebut membentuk suatu kebiasaan baru bagi konsumen untuk menggunakan Gopay sebagai metode pembayaran sehari-hari dari awal mereka bangun tidur, sampai tidur lagi.

Ketika itu terjadi, maka loyalitas terbentuk. Sekalipun Gopay tidak memberikan diskon sama sekali tidak akan mempengaruhi loyalitas pengguna.

Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani menerangkan, total merchant Gopay saat ini telah mencapai lebih dari 500 ribu merchant, sekitar 95% di antaranya adalah merchant mikro dan kecil. Angka ini bukan merchant yang diakuisisi langsung oleh Gopay saja, termasuk juga merchant yang menerima Gopay sebagai alat pembayaran dari GoFood dan Midtrans.

“Begitu Gopay bisa diterima di luar ekosistem, kita banyak investasi resources termasuk tenaga kerja lapangan untuk akuisisi pedagang kecil. Dari awal itu enggak mudah, dari dua tahun lalu perjuangan untuk edukasi mereka lebih susah daripada merchant yang sudah tech savvy,” paparnya kepada DailySocial.

Dia melanjutkan, “Tapi kami tahu mereka itu yang paling butuh pembayaran cashless karena dari situ mereka bisa bangun kredit histori, pembukuan rapi, dan transaksi-transaksi ini bisa membawa mereka berkembang, misalnya saat mengajukan KUR.”

Pun selama pandemi ini sejak Maret hingga kini terjadi peningkatan pesat merchant offline yang bergabung mencapai lebih dari 120 ribu merchant baru. Faktor pemicunya karena ada pergeseran cara belanja konsumen dari offline ke online, yang akhirnya menggiring para merchant untuk mengikuti tren tersebut.

Dalam mengakomodasi membludaknya kebutuhan para merchant offline ini, Gojek membuat landing page Melaju Bersama Gojek. Di sana perusahaan menggabungkan beragam solusi memulai usaha yang masuk ke dalam ekosistemnya untuk merchant, dari skala baru memulai hingga sudah mapan.

Gojek menyiapkan solusi pendaftaran mitra GoFood dan GoBiz, pengaturan pembayaran digital untuk outlet, situs/aplikasi, social commerce, hingga modal pinjaman. Seluruh solusi tersebut tentunya melibatkan Gopay sebagai payung utamanya.

Merchant cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat yang diajukan, terkait jenis bisnis dan omzet penjualan bulanannya. Nanti survei tersebut akan mengarahkan solusi pembayaran yang tepat sesuai dengan kondisi bisnisnya.

“Misal untuk merchant yang berjualan di social commerce, bisa menggunakan Selly. Ia itu aplikasi keyboard yang bisa mengakomodasi template jawaban, bisa buat invoice, dan sudah difasilitasi dengan metode pembayan digital dan QRIS. Sekarang orang sudah sadar bahwa lapak online itu sekarang sudah wajib dan bukan nice to have lagi.”

Pembayaran di aplikasi digital

Satu hal yang membuat Gopay menjadi sesuatu yang breakthrough adalah kehadirannya di Google Play sebagai opsi pembayaran untuk membeli aplikasi, game, dan melakukan in-app purchase sejak tahun lalu. Pembayaran di Google Play sebelumnya hanya dapat dilakukan dengan kartu kredit atau debit, Google Play Credit, serta melalui pemotongan pulsa.

“Pada dasarnya semua aplikasi yang ada di Google Play sudah bisa menggunakan Gopay untuk pembayarannya. Kita tahu penetrasi kartu kredit di sini sangat rendah. Kita selalu melihat perilaku konsumen saat bertransaksi secara online [dalam mengembangkan inovasi]. Pembayaran digital lewat aplikasi kini memang jauh meningkat sama seperti gaming,” papar Winny.

Winny tidak merinci bagaimana kontribusi transaksinya saat ini dibandingkan transaksi di merchant. Namun melihat dari sumber lain, pada Maret kemarin Senior Vice President Product Marketing GoPay Timothius Martin menyebutkan transaksi Gopay di Google Play naik tiga kali lipat sejak enam bulan. Kontribusinya imbang dari aplikasi game dan non-game.

“Tahun ini walaupun sudah naik tiga kali lipat, itu sudah seimbang. Kontribusinya 50% di game, 50% lagi non-game. Non-game kan di Gopay ada lifestyle dan entertainment digunakan untuk streaming,” kata Timo.

Dari data internal Gojek sepanjang Maret-Mei 2020 memperlihatkan Gopay banyak dipakai untuk pembelian kupon games dengan kenaikan 3x lipat. Aplikasi Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile menjadi games favorit berdasarkan jumlah pembayaran top-up games dengan Gopay.

Perkembangan terbaru yang dilakukan perusahaan adalah terintegrasi untuk pembayaran paket berlangganan di Spotify dan YouTube (Premium dan Music). Sejumlah aplikasi terkenal non game lainnya yang kini sudah terhubung dengan Gopay adalah HBO Go, WeTV, Iqiyi, Viu, Imo, Inshot, Google Drive, VSCO, LINE, Kakaopage, VivaVideo, Joox, Tinder, Catchplay, Vidio, dan masih banyak lagi.

Tak hanya di Google Play, Gopay juga sudah hadir sebagai metode pembayaran produk digital yang ada di Galaxy Store, toko aplikasi digital untuk perangkat Samsung. Terkait rencana apakah akan segera hadir di App Store, Winny hanya menuturkan bahwa perusahaan selalu berupaya memenuhi setiap kebutuhan pengguna apa pun itu bentuknya.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Payment Gateway” Duitku Masih Jadikan UKM sebagai Pelanggan Utama

Co-founder & CEO Duitku Rheza Budiono menceritakan, sejak awal berdiri mereka menyasar UKM sebagai pangsa pasar utama dan konsisten hingga saat ini.

Dukungan Duitku terhadap UKM tercermin dari fokus mereka saat ini yang aktif menyediakan plugins untuk platform e-commerce yang memudahkan merchant dalam mengimplementasikan layanan Duitku dan mengintegrasikannya ke situs resmi mereka.

Untuk saat ini fokus Duitku dibedakan menjadi dua jenis. Pertama untuk payment gateway, dan yang kedua pengiriman dana atau disbursement. Duitku sendiri sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia sebagai Perusahaan Transfer Dana (PTD) sejak Agustus 2018 dan saat ini dalam tahap akhir menunggu terbitnya izin sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP).

“Dari sejak terbentuknya hingga saat ini, Duitku sudah memfasilitasi sistem pembayaran untuk lebih kurang 2000 merchant dari berbagai jenis dan skala usaha yang beragam. E-commerce, event, donasi, travel, hingga ke jenis usaha modern seperti platform iklan, layanan via aplikasi, maupun peer to  peer lending, dari UKM, hingga perusahaan multinasional,” terang Rheza.

Sebagai salah satu layanan payment gateway yang sudah lebih dari tiga tahun beroperasi di Indonesia, Duitku sejauh ini cukup percaya diri dengan posisinya di industri. Mereka cukup optimis dengan potensi yang ada di Indonesia. Rheza juga menyatakan tidak menutup peluang kerja sama dengan sistem pembayaran lain baik dari dalam maupun luar negeri.

“Kami menyadari dengan luasnya potensi pasar di Indonesia ini Duitku tetap dapat memberikan kontribusi terbaik sekaligus membesarkan industri sistem pembayaran online ini bersama-sama,”ujar Rheza.

Payment gateway di Indonesia

Saat ini UKM di Indonesia sudah memiliki banyak pilihan untuk menjalankan bisnisnya secara digital, termasuk pilihan pembayaran. E-commerce misalnya, memberikan sistem yang lebih utuh dalam proses jual beli barang. Belum lagi adanya aturan QRIS yang memungkinkan pedagang dari segala level bisa menerima pembayaran melalui e-money atau transfer bank dengan mudah.

Kondisi tersebut tidak menggoyahkan semangat Duitku untuk tetap menyasar UKM sebagai pelanggan potensial utamanya. Karena menurutnya industri payment gateway masih dalam tahap pertumbuhan dan mereka cukup yakin bisa berkontribusi dalam perkembangan ekonomi Indonesia secara makro di era digital.

Marketplace secara umum lebih dirancang untuk penjualan tangible goods, sementara masih banyak intangible goods atau produk digital lainnya yang membutuhkan tempat penjualan namun belum terfasilitasi secara memadai. Untuk jenis-jenis usaha tersebut, Duitku berharap dapat memberi dukungan agar mereka dapat berjualan di platform/situs mereka sendiri secara independen, karena sebuah produk yang berkualitas, pada akhirnya akan memiliki platformnya sendiri,” tutup Rheza.

Stripe Bersiap Masuk Indonesia di Tengah Persaingan Ketat Platform Pembayaran Digital Lokal

Tanda-tanda Stripe memasuki pasar Indonesia semakin kuat. Mereka sudah mengantongi status terdaftar dari Bank Indonesia sebagai penyelenggara teknologi finansial di bawah naungan PT Stripe Payment Indonesia. Tim lokal pun tampak sudah disiapkan — penulis sempat menemui seorang rekan yang terhubung dengan tim Stripe Indonesia melalui sambungan email.

Stripe menawarkan sistem pembayaran yang dapat diintegrasikan ke aplikasi digital melalui konektivitas API. Salah satu yang diunggulkan, platform tersebut dapat dengan mudah menerima pembayaran dari luar negeri.

Tidak hanya layanan pembayaran pada umumnya (payment gateway), Stripe juga memiliki produk yang memudahkan sistem berlangganan, pembuatan kartu pembayaran (virtual/fisik), hingga solusi fraud protection berbasis machine learning. Bisa dikatakan, Stripe adalah perwujudan payment service yang komplit untuk saat ini.

Sejauh pengamatan penulis di komunitas pengembang, Stripe juga cukup dikenal sebagai layanan yang “developer friendly”. Memiliki dokumentasi lengkap dan tergolong mudah diintegrasikan dengan sistem-sistem lainnya.

Salah satu tampilan dasbor Stripe untuk pengembang / Stripe
Salah satu tampilan dasbor Stripe untuk pengembang / Stripe

Peta platform pembayaran di Indonesia

Di Indonesia industri payment service sudah diramaikan nama-nama seperti Doku, Midtrans, Duitku, iPaymu, Duitku, dan lainnya. Diresmikannya QRIS juga menambah pilihan cara pembayaran baik bagi merchant maupun pengguna.

Midtrans misalnya, setelah diakuisisi oleh Gojek tidak mengendurkan inovasinya. Tercatat saat ini, selain layanan pembayaran, mereka memiliki IRIS sebuah solusi untuk layanan pengiriman dana ke banyak rekening bank.

Mereka juga memiliki Aegis, sebuah sistem yang mampu mendeteksi pembayaran yang dicurigai sebagai fraud. Tentunya berdasarkan analisis risiko yang dihasilkan dari data pengamatan pola penipuan yang ada. Sebuah solusi yang serupa dengan apa yang dihadirkan Stripe.

Inovasi juga terus dilakukan oleh Doku. Akhir 2019 silam mereka memperbarui Doku Merchant. Layanan yang identik dengan warna merah ini juga memiliki layanan remitansi yang memungkinkan melakukan transfer uang dari dalam maupun luar negeri. Doku juga memiliki layanan QRIS Doku yang diklaim memudahkan penggunanya mengimplementasi pembayaran menggunakan QRIS.

Jika akhirnya resmi masuk ke Indonesia Stripe akan meramaikan skema payment service di Indonesia. Persaingan yang cukup ketat dalam industri ini bisa jadi awal untuk lahirnya inovasi-inovasi terkini lainnya.

Stripe didirikan pada 2009 oleh John dan Patrick Collison bersaudara. Kini 11 tahun berjalan mereka berhasil mengamankan pendanaan hingga seri G+. Tercatat beberapa nama investor turut serta seperti Sequoia Capital, General Catalyst, dan beberapa nama lainnya. Setelah mengamankan pendanaan senilai pada putaran $600 juta Seri G+ pada April 2020 kini valuasi Stripe diperkirakan mencapai $36 miliar.

Cara Membuat Akun PayPal

PayPal merupakan alat pembayaran online yang umum digunakan dewasa ini. Salah satu pertimbangan orang memilih PayPal karena diklaim lebih aman ketimbang langsung menggunakan kartu kredit. Selain digunakan oleh pembeli personal, PayPal juga digunakan oleh penjual yang menjajakan produk atau jasanya via internet.

Continue reading Cara Membuat Akun PayPal

Dimo is Reportedly Acquired by Traveloka Group Last Year

Traveloka is reported to have acquired the payment system startup based on the QR code Dimo ​​Pay Indonesia (Dimo) early last year. A trusted source who avoid being published told DailySocial said the acquisition process was through a shell company (special purpose vehicle / SPV).

It is the same method when Traveloka acquired Pegipegi and two other OTA startups under the auspices of Recruit Holdings in early 2018. Unlike Gojek, Traveloka chose not to include its branding for each company acquired.

We absorbed the information from SEAcosystem.com – a collaborative worksheet that was initiated by a number of Southeast Asia’s venture capitalists to help related layoffs this year. All data included on the site is voluntary.

There are some of Dimo ​​employees affected by layoff linked their company name with the Traveloka Group. We also tried to contact Dimo, unfortunately, there is no feedback until the news release.

Dimo was founded in 2016 under the Sinar Mas Group, specifically SMDV. Currently, Dimo ​​is led by Grégory Soetrisnardi, while CTO Christoforus Yoga Haryanto comes from Traveloka.

In addition to Dimo, under the company’s legal entity there are two other operating products, Uangku and Cashbac. All products are engaged in fintech with different segments.

The acquisition by Traveloka answers the question of Uangku as an electronic money payment option in its application. However, we are yet to receive confirmation whether Cashbac has also been acquired by Traveloka.

Dimo runs payment services based on QR code system using Pay by QR jargon. They move agnostically aka QR codes contained in merchants can receive various sources of funds from affiliated electronic money applications.

The relationship between Traveloka and Sinarmas’ subsidiary also applied for PayLater services with Danamas. Danamas confirmed the affiliation between the two companies was limited to a business agreement. There is no stock investment by Traveloka.

In the Traveloka application, there is a QR code scan that is used at Traveloka Eats merchant partner locations, Traveloka booths at airports and shopping centers, and events held by Traveloka. There is also a privilege to enter tourist attractions without having to print physical tickets.

The pandemic has hit the tourism sector with the sharpest decline compared to other sectors. In addition to Dimo’s layoff scheme, Airy, which is often associated with Traveloka, has announced a business termination as of the end of May.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tahun Lalu Dimo Dikabarkan Telah Diakuisisi Traveloka Group

Traveloka dikabarkan telah mengakuisisi startup sistem pembayaran berbasis kode QR Dimo Pay Indonesia (Dimo) awal tahun lalu. Sumber terpercaya yang tak mau disebutkan namanya kepada DailySocial mengungkapkan, proses pembelian dilakukan melalui perusahaan cangkang (special purpose vehicle / SPV).

Traveloka menggunakan modus yang sama ketika mengakuisisi Pegipegi dan dua startup OTA lain di bawah naungan Recruit Holdings pada awal 2018. Berbeda dengan Gojek, Traveloka memilih tidak memasukkan branding-nya untuk setiap perusahaan hasil akuisisi.

Informasi awal ini kami dapat dari SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah modal ventura di Asia Tenggara untuk membantu talenta yang terdampak layoff tahun ini. Seluruh data yang dicantumkan di situs tersebut diisi secara sukarela.

Di sana sejumlah pegawai Dimo yang terdampak layoff mengkaitkan nama perusahaannya dengan Traveloka Group. Kami pun mencoba menghubungi pihak Dimo, namun hingga berita diturunkan tidak ada respons yang diberikan.

Dimo berdiri sejak 2016 di bawah naungan Sinar Mas Group, khususnya SMDV. Saat ini Dimo dipimpin Grégory Soetrisnardi, sementara CTO Christoforus Yoga Haryanto berasal dari Traveloka.

Selain Dimo, di bawah badan hukum perusahaan ini ada dua produk lain yang masih beroperasi, yakni Uangku dan Cashbac. Seluruh produk tersebut bergerak di bidang fintech dengan segmen yang berbeda.

Akuisisi oleh Traveloka menjawab pertanyaan mengapa Uangku menjadi opsi pembayaran uang elektronik yang terdapat di aplikasinya. Meskipun demikian kami belum memperoleh konfirmasi apakah Cashbac juga telah diambil alih pengelolaannya oleh Traveloka.

Dimo bergerak di layanan sistem pembayaran berbasis kode QR dengan jargonnya Pay by QR. Mereka bergerak secara agnostik alias kode QR yang terdapat di merchant dapat menerima berbagai sumber dana (source of funds) dari aplikasi uang elektronik yang sudah bekerja sama.

Hubungan Traveloka dan anak usaha Sinarmas juga dilakukan untuk layanan PayLater bersama Danamas. Pihak Danamas mengonfirmasi bahwa hubungan kedua perusahaan adalah sebatas kesepakatan bisnis. Tidak ada penanaman saham dilakukan oleh Traveloka.

Di dalam aplikasi Traveloka, terdapat pemindaian kode QR yang digunakan di lokasi partner merchant Traveloka Eats, stan Traveloka di bandara dan pusat perbelanjaan, dan acara-acara yang digelar Traveloka. Tersedia pula akses cepat untuk masuk ke tempat wisata tanpa perlu mencetak tiket fisik.

Dampak pandemi yang masih berlangsung memukul sektor pariwisata dengan penurunan tertajam dibandingkan sektor lainnya. Selain pemutusan hubungan kerja di Dimo, Airy yang sering diasosiasikan dengan Traveloka telah mengumumkan penutupan operasional per akhir Mei mendatang.