Bos Xbox: Semua Karya Xbox Game Studios Akan Tersedia di PC

November ini, perang console next-gen akan resmi dimulai dengan diluncurkannya PlayStation 5 dan Xbox Series X. Terakhir peristiwa serupa terjadi adalah di bulan November 2013, tepatnya ketika PlayStation 4 dan Xbox One juga dirilis hampir bersamaan.

Definisi “perang console” sendiri menurut saya sudah bergeser menjadi “perang game eksklusif”. Pasalnya, kalau kita lihat dari sisi teknis, PlayStation 5 dan Xbox Series X punya spesifikasi yang tidak begitu jauh berbeda, dan keduanya pun sama-sama menjanjikan kualitas grafik next-gen yang kurang lebih sama, dengan dukungan resolusi maksimum 8K atau 4K 120 fps.

Buat saya, memilih console next-gen apa yang harus saya beli sama saja dengan memilih game apa yang ingin saya mainkan. Kalau saya suka game balapan, berarti saya tinggal memilih apakah saya lebih tertarik memainkan Gran Turismo 7 (PS5) atau Forza Motorsport (Xbox Series X). Kira-kira begitu pola pertimbangan paling sederhananya.

Di kubu Sony, definisi eksklusif sendiri sangat jelas: sebagian besar game yang dibuat oleh studio internal mereka (yang berada di bawah naungan PlayStation Studios) hanya bisa dimainkan di PlayStation 5. Namun di kubu Microsoft, definisinya terbilang abu-abu, sebab seperti yang kita tahu, mayoritas game bikinan anak-anak perusahaan Xbox Game Studios dalam beberapa tahun terakhir ini juga tersedia di PC.

Microsoft xCloud (Xbox Game Pass)

Ke depannya, Phil Spencer selaku petinggi Xbox malah memastikan bahwa semua karya studio internal mereka juga akan hadir di PC. Pernyataan ini disampaikan dalam wawancaranya bersama Gamereactor, dan beliau turut mengonfirmasi bahwa ketersediaan di PC ini bukan cuma melalui Microsoft Store, melainkan juga Steam.

Bagi Microsoft, eksklusif bukan berarti mereka harus memaksa konsumen untuk membeli sebuah console Xbox. Di titik ini, Xbox sendiri bisa kita anggap sebagai sebuah ekosistem, dan kebetulan ekosistem tersebut dapat diakses dari berbagai macam perangkat; dari PC atau dari perangkat Android dengan bantuan layanan xCloud (Xbox Game Pass).

Merujuk kembali pada logika “membeli console berdasarkan katalog game eksklusifnya” saya tadi, mudah sekali muncul pertanyaan: “Mengapa saya harus membeli Xbox Series X kalau memang koleksi game-nya bakal bisa dimainkan lewat PC atau perangkat Android?”

Jawabannya adalah timing. Phil memang tidak menjelaskan secara merinci, akan tetapi beliau ada menyinggung soal timing dalam wawancaranya, dan yang saya tangkap, bisa jadi beberapa game eksklusifnya akan hadir lebih dulu di Xbox Series X sebelum akhirnya menyusul ke PC dan xCloud. Kalau ditambah dengan faktor lain seperti kepraktisan atau harga, seharusnya bakal semakin jelas mengapa masih ada orang yang mau membeli console Xbox ketimbang PC.

Via: PC Gamer.

Tren SSD Super-Cepat di Console Next-Gen dan Implikasinya di PC Gaming

Tidak bisa dipungkiri, kartu grafis dan prosesor merupakan dua komponen terpenting dari sebuah gaming PC secara keseluruhan. Namun kalau melihat tren yang bakal segera dipopulerkan oleh console next-gen, ke depannya media penyimpanan dengan kecepatan transfer data yang sangat cepat juga bakal punya peran yang tak kalah krusial.

Seperti yang kita tahu, baik PlayStation 5 maupun Xbox Series X sama-sama mengunggulkan SSD tipe NVMe dengan kecepatan baca yang fenomenal – PS5 hingga 5,5 GB/s, Series X hingga 2,4 GB/s. Semua itu dimungkinkan berkat penggunaan interface PCIe 4.0. Imbas positifnya sudah sangat jelas: waktu loading game dapat dipersingkat secara drastis.

Namun ternyata manfaatnya bisa lebih dari itu. Seperti yang sudah didemonstrasikan oleh Unreal Engine 5, SSD super-ngebut milik PS5 juga membuka peluang bagi developer game untuk menciptakan dunia yang lebih ekspansif, khususnya pada game dengan setting open-world, sebab aset tekstur yang diperlukan jadi bisa diakses secara real-time mengikuti ke mana gerakan kameranya.

Singkat cerita, eksistensi PS5 dan Xbox Series X bakal mengubah mindset para developer game. Ke depannya, mereka tidak akan lagi merasa terbatasi saat hendak merancang dunia dalam game yang begitu luas dan kompleks, dan sudah pasti tren yang sama juga bakal berlaku di PC.

Sebagai bukti, Microsoft baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka bakal menghadirkan API DirectStorage di PC. API ini dibangun di atas arsitektur Velocity yang Microsoft gunakan pada Xbox Series X, dan ini berarti developer bisa memanfaatkannya dalam pengembangan game dengan dunia yang lebih mendetail daripada sebelumnya.

Sabrent Rocket 4 Plus, salah satu dari segelintir SSD PCIe 4.0 berkecepatan ekstrem yang bakal hadir di pasaran / Sabrent
Sabrent Rocket 4 Plus, salah satu dari segelintir SSD PCIe 4.0 berkecepatan ekstrem yang bakal hadir di pasaran / Sabrent

Bukti lainnya, satu demi satu SSD PCIe 4.0 dengan performa ekstrem untuk PC mulai menyapa publik, dimulai dari bocoran spesifikasi Samsung 980 Pro beberapa waktu lalu, yang tercatat memiliki kecepatan baca hingga 7.000 MB/s dan tulis hingga 5.000 MB/s, alias dua kali lebih kencang daripada Samsung 970 Pro yang masih menggunakan interface PCIe 3.0.

Tidak lama setelahnya, giliran Sabrent yang memperkenalkan SSD PCIe 4.0 besutannya, Rocket 4 Plus. Kecepatan baca maksimumnya sama seperti milik Samsung (7.000 MB/s), akan tetapi kecepatan tulisnya diklaim sanggup menembus angka 6.850 MB/s.

Belum satu bulan berselang, Adata rupanya juga tidak mau ketinggalan. Mereka baru-baru ini menyingkap XPG Gammix S70, SSD PCIe 4.0 tercepat mereka yang menawarkan kecepatan baca paling tinggi – sampai 7.400 MB/s – dan kecepatan tulis sampai 6.400 MB/s.

Sayang sekali tiga SSD dari tiga pabrikan yang berbeda ini masih belum punya jadwal rilis, dan harganya pun juga belum diketahui hingga sekarang. Hal ini sebenarnya tidak mengagetkan, sebab sejauh ini memang belum ada game yang bisa benar-benar memaksimalkan kecepatan baca seekstrem itu, sehingga membelinya sekarang mungkin bakal terkesan sia-sia.

Lebih lanjut, konsumen juga tidak bisa segampang itu membeli SSD PCIe 4.0 lalu mengganti SSD lamanya, sebab motherboard dan prosesor yang dipunyainya belum tentu kompatibel. Sejauh ini, hanya motherboard AMD dengan chipset X570 atau B550 saja yang mendukung interface PCIe 4.0. Di kubu Intel, motherboard PCIe 4.0 malah belum eksis karena memang belum ada prosesor desktop Intel yang mendukung interface tersebut.

Trio kartu grafis Nvidia Ampere ini mendukung teknologi RTX IO, yang dirancang untuk melengkapi SSD berkecepatan tinggi / Nvidia
Trio kartu grafis Nvidia Ampere ini mendukung teknologi RTX IO, yang dirancang untuk melengkapi SSD berkecepatan tinggi / Nvidia

Kembali ke gagasan awal, ke depannya SSD NVMe PCIe 4.0 dengan kecepatan tinggi bakal menjadi syarat ekstra di samping kartu grafis kelas high-end jika kita mengincar kualitas grafik terbaik dari gamegame modern – bahkan Nvidia pun juga sudah mengamininya saat mengumumkan teknologi RTX IO. Yang harus dijadikan pertimbangan bukanlah soal seberapa singkat waktu loading yang dibutuhkan, tetapi seberapa mendetail tiap-tiap adegan dalam game bisa tersaji di hadapan pengguna.

Kita boleh saja masih menggunakan SSD SATA nantinya, tapi kita tidak boleh protes kalau ternyata grafik suatu game baru kelihatan lebih memukau di PC milik teman meski spesifikasi prosesor, kartu grafis, maupun RAM-nya sama persis, dan yang membedakan hanyalah SSD NVMe PCIe 4.0 yang dipakai oleh teman kita tersebut. Mungkin tidak dalam waktu dekat, melainkan satu atau dua tahun dari sekarang.

Tidak Perlu PC Mahal untuk Bisa Memainkan Cyberpunk 2077

Perilisan Cyberpunk 2077 sudah semakin dekat (19 November 2020), dan developer CD Projekt Red (CDPR) belum lama ini telah menekankan bahwa mereka tidak akan lagi menunda peluncuran RPG terbarunya tersebut.

Sejauh ini, kita sudah bisa mendapat gambaran yang cukup jelas mengenai seperti apa game ini nantinya dari beberapa video preview yang CDPR unggah ke channel YouTube resmi Cyberpunk 2077. Tentunya masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab, dan salah satu yang mungkin paling banyak ditanyakan – terutama di kalangan gamer PC – adalah seberat apa game ini bakalannya?

Kenyataannya tidak seberat yang selama ini kita bayangkan. Tidak percaya? Lihat saja daftar spesifikasi PC yang CDPR sarankan di bawah ini:

Minimum

  • OS: Windows 7 64-bit atau Windows 10 64-bit
  • Graphics API: DirectX 12
  • Prosesor: Intel Core i5-3570K atau AMD FX-8310
  • RAM: 8 GB
  • GPU: Nvidia GTX 780 3 GB atau AMD Radeon RX 470
  • Storage: HDD 70 GB

Recommended

  • OS: Windows 10 64-bit
  • Graphics API: DirectX 12
  • Prosesor: Intel Core i7-4790 atau AMD Ryzen 3 3200G
  • RAM: 12 GB
  • GPU: Nvidia GTX 1060 6 GB atau AMD Radeon R9 Fury
  • Storage: SSD 70 GB

GTX 1060 adalah kartu grafis yang sama seperti yang disarankan oleh game seperti Death Stranding, yang terbukti cukup mudah untuk dijalankan di 60 fps pada resolusi 1080p. Tentu saja semua juga banyak bergantung pada optimasi masing-masing game, sebab Horizon Zero Dawn terbukti cukup berat dan banyak mengalami kendala terkait performa terlepas dari fakta bahwa engine yang dipakai untuk mengembangkannya sama persis seperti Death Stranding.

CDPR tidak menjelaskan definisi “recommended” buat mereka itu seperti apa, tapi kalau boleh menebak, kemungkinan besar yang mereka maksud adalah 60 fps di resolusi 1080p dan preset Medium pada pengaturan grafiknya. Kalau yang Anda incar adalah performa mulus di resolusi 1440p dan preset Ultra, lengkap dengan ray tracing, jelas saja spesifikasi yang dibutuhkan jauh lebih tinggi lagi.

Singkat cerita, Anda tidak butuh PC mahal untuk bisa bertualang sebagai V di Night City pada bulan November mendatang. Satu catatan terakhir yang tidak kalah menarik adalah, terlepas dari betapa masifnya dunia sekaligus konten dalam Cyberpunk 2077 (kalau berdasarkan penjelasan CDPR sendiri, plus rekam jejak mereka sebagai pengembang The Witcher 3), game-nya tidak perlu memakan ruang lebih dari 70 GB. Bandingkan dengan Call of Duty: Modern Warfare yang butuh lebih dari 200 GB.

Via: PC Gamer.

Lenovo Indonesia Luncurkan Seri Laptop dan Pre-Built Desktop Legion Terbaru

Setelah memperkenalkan seri Legion 5 dan IdeaPad Gaming, kini Lenovo Indonesia kembali memperkenalkan lini laptop performa tinggi terbaru mereka. Laptop tersebut adalah Lenovo Legion 7i, Lenovo Y740 Si, dan Lenovo 5 Pi. Selain itu, mereka juga memperkenalkan 2 pre-built desktop yaitu Legion Tower 5, 5i, dan 7i, serta IdeaCentre Gaming 5 dan 5i.

Masih seperti seri Legion 5 dan IdeaPad Gaming, penambahan kode huruf “i” menandakan prosesor Intel yang digunakan dalam laptop-laptop tersebut. Legion 7i merupakan laptop gaming premium yang ditawarkan untuk para avid gamers. Dengan harga mulai dari Rp29.999.000, Legion 7i menggunakan CPU Intel Core i7 generasi ke-10 H-Series, GPU GeForce RTX 2070 SUPER Max-Q Design, layar IPS 15 inci, Full-HD, 144Hz dengan display color accurate 85,6 AAR.

Sumber: StraitsTimes
Sumber: StraitsTimes

Legion Y740Si bisa dibilang sebagai laptop ultrabook karena memiliki desain tipis, namun tetap powerful. Lenovo Legion Y740Si ditenagai oleh prosesor mobile hingga Intel Core i9 generasi ke-10 H-Series. Y740Si memiliki layar panel IPS sebesar 15 inci dengan resolusi 4K, dan memiliki VESA DisplayHDR400, Dolby Vision, dan 100 persen RGB color gamut. Dijual seharga Rp36.999.000, penjualan Legion Y740Si disertai dengan Lenovo Legion BoostStation yang bisa dilengkapi dengan GPU maupun SSD eksternal.

Selanjutnya Legion 5Pi merupakan laptop gaming yang didesain untuk menyeimbangkan antara style dengan performa. Untuk mencapai level performa tersebut, laptop ini dilengkapi dengan Intel Core generasi ke-10 H-Series dan RTX 2060. Dibanderol seharga Rp27.999.000, Legion 5Pi memiliki layar 15 inci dengan 100% sRGB color-accurate.

Lini produk berikutnya yang dirilis oleh Lenovo adalah pre-built desktop Legion Tower 5, 5i, dan 7i. Seri Legion Tower ini dibuat untuk avid gamer yang membutuhkan battle station dengan performa tinggi. Maka dari itu Legion Tower 5 dan 5i menggunakan Intel Core i7 dan GeForce RTX 2070, dan dibanderol dengan harga mulai dari Rp24.999.000, Sementara itu Legion Tower 7i menggunakan Intel Core i9 dan RTX 2080 SUPER dan dibanderol mulai dari Rp40.999.000.

Sumber: geekculture
Sumber: geekculture

Terakhir, yaitu IdeaCentre Gaming 5 dan 5i, merupakan pre-built desktop dengan banderol harga yang lebih ekonomis, yaitu mulai dari Rp13.249.000. Namun, IdeaCentre Gaming 5 dan 5i tetap ditenagai oleh CPU dan GPU yang cukup tangguh, yaitu Intel Core i7 atau AMD Ryzen 7, dengan GPU GeForce RTX 2060.

Selain spesifikasinya yang cukup tangguh, jajaran laptop tersebut juga sudah dilengkapi dengan beberapa fitur khas laptop gaming Lenovo terbaru. Beberapa fitur tersebut yaitu TrueStrike Keyboard (yang memang terbukti nyaman digunakan) pada Legion 7i dan Legion 5Pi. Selain itu ada juga teknologi ColdFront 2.0 yang tersedia untuk laptop Lenovo Legion 7i dan Legion 5Pi, serta seri desktop Legion Tower.

Konami Sekarang Juga Jualan Gaming PC

Atas, atas, bawah, bawah, kiri, kanan, kiri, kanan, B, A. Gamer lawas sudah pasti familier dengan kombinasi tombol yang dunia kenal dengan nama Konami Code tersebut. Beberapa game modern seperti BioShock Infinite masih menggunakan Konami Code untuk mengaktifkan fitur tersembunyi, dan rasanya bakal sangat lucu seandainya Konami Code dipakai untuk hal lain yang tak ada hubungannya sama sekali dengan video game, seperti misalnya untuk masuk ke menu BIOS komputer.

Kemungkinan itu terjadi jelas kecil sekali. Yang lebih memungkinkan, atau lebih tepatnya yang sudah terjadi, adalah jika Konami ikut terjun ke bisnis gaming PC. Bukan bisnis video game-nya, melainkan bisnis hardware-nya. Perkenalkan Arespear C300, C700 dan C700+, tiga gaming PC perdana besutan Konami.

Arespear C300 / Konami Amusement
Arespear C300 / Konami Amusement

Namanya tentu merupakan hasil permainan kata “Ares” (dewa perang Yunani, seperti yang bisa dilihat dari lambangnya) dan “Spear”. Namun “Are” sebenarnya juga merupakan singkatan dari “Advanced Revolution of Esports”. Tiga perangkat ini dibuat oleh Konami Amusement, divisi yang secara khusus menangani pengembangan berbagai mesin arcade sekaligus keterlibatan Konami di ranah esport.

Ketiganya mengadopsi desain yang cukup minimalis, dengan lubang-lubang yang membentuk motif honeycomb di bagian depan dan belakang. C300 duduk di kelas mainstream, sedangkan C700 dan C700+ diposisikan untuk segmen high-end.

Secara teknis, C300 datang membawa prosesor Intel Core i5-9400F (salah satu prosesor terpopuler di kelas 2 jutaan rupiah), RAM DDR4-2666 8 GB, GPU GeForce GTX 1650, dan SSD tipe M.2 NVMe 512 GB. Harganya dipatok 184.800 yen, cukup mahal kalau dikurskan ke rupiah (± Rp 25,8 juta), padahal harga GPU-nya di sini cuma 2,5 jutaan rupiah.

Arespear C700 / Konami Amusement
Arespear C700 / Konami Amusement

C700 dan C700+ di sisi lain mengusung prosesor Core i7-9700 plus watercooling, RAM DDR4-2666 16 GB, GPU GeForce RTX 2070 Super, SSD M.2 NVMe 512 GB, dan HDD 1 TB. Perbedaan di antara keduanya cuma sebatas kosmetik; C700+ punya panel samping berlapis akrilik serta dihiasi pencahayaan RGB, sedangkan C700 tidak.

Harganya? 316.800 yen untuk C700, dan 338.800 yen untuk C700+. Sekali lagi sangat mahal kalau dikonversikan ke rupiah, sebab harga prosesor dan GPU-nya saja sebenarnya hanya sekitar 15 jutaan rupiah kalau kita beli secara terpisah di sini.

Sebagai pelengkap, Konami tak lupa menyematkan sound card Asus Xonar AE pada ketiga model Arespear. Tidak diketahui apakah Konami punya niatan untuk memasarkannya di luar Jepang. Kalau iya, tentu saja mereka perlu melakukan penyesuaian harga. Selain gaming PC, Konami Amusement sebenarnya juga memproduksi periferal seperti keyboard dan headset gaming kalau berdasarkan informasi di situs Arespear.

Sumber: Tom’s Hardware.

Analis: Penjualan Hardware PC Gaming Meningkat Pesat Karena Pandemi

Pandemi COVID-19 menciptakan jutaan gamer PC baru. Itu bukan pendapat saya yang sejak kecil memang punya bias berlebih terhadap PC gaming, melainkan berdasarkan hasil riset ekstensif yang dilakukan Jon Peddie Research (JPR) baru-baru ini.

Dibandingkan tahun lalu, penjualan hardware PC gaming secara global diprediksi bakal naik hingga 10,3%. Alasannya sederhana: lockdown mendorong konsumen untuk membeli PC baru atau meng-upgrade milik mereka agar bisa digunakan untuk bermain game dengan lancar.

“Pasar hardware PC gaming sedang berada dalam skenario langka di mana semua segmennya mengalami peningkatan,” ujar Ted Pollak selaku analis senior JPR yang menuliskan laporan risetnya. “Kami melihat banyak orang membeli dan meng-upgrade komputer pribadi serta pemberian perusahaannya dengan komponen yang lebih baik, dengan tujuan untuk bermain video game,” tambahnya.

Di segmen entry-level, JPR memperkirakan penjualannya bakal naik sebesar 21,7%, dan sebagian besar angka pertumbuhan itu berasal dari gamer baru. Untuk segmen mid-range, grafik penjualannya akhirnya naik dan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Lanjut ke segmen high-end, penjualan monitor beresolusi 1440p+ memicu konsumen untuk meng-upgrade komponen lainnya demi mengejar pengalaman gaming di 60+ fps.

Bahkan penjualan perangkat simulasi balap juga ikut naik berkat sejumlah ajang balapan bergengsi seperti Formula 1 atau Le Mans yang mengambil jalur virtual. Di kategori ini, perangkatnya mencakup PC berspesifikasi tinggi dengan setup audio premium, peripheral balap lengkap seperti setir, tuas persneling dan pedal gas/rem, dan terkadang juga kursi balap. Para penggemar baru sim racing ini disebut tidak segan mengucurkan dana hingga sebesar $2.000 – $5.000.

Ilustrasi memainkan game di PC / Pexels
Ilustrasi memainkan game di PC / Pixabay

Menurut saya pribadi, fenomena ini cukup bisa dipahami mengingat industri hiburan memang sedang terpukul. Jumlah film blockbuster yang dirilis dalam empat bulan terakhir ini menurun drastis, dan di saat orang-orang kehabisan tontonan, sebagian dari mereka akhirnya beralih ke gaming.

Pertanyaan berikutnya, kenapa PC? Kenapa tidak console saja? Saya setidaknya punya dua jawaban. Alasan yang pertama berkaitan dengan karakteristik multi-fungsi dari PC itu sendiri. PC bisa dipakai untuk bekerja sekaligus bermain, sehingga meng-upgrade PC bisa dilihat juga sebagai salah satu cara untuk menjalani tren WFH.

Yang kedua, ada kemungkinan konsumen menahan diri untuk membeli console dikarenakan semakin dekatnya perilisan next-gen console (PlayStation 5 dan Xbox Series X). Sebagian yang mengincar console current-gen mungkin juga berpikir mereka bisa mendapatkan potongan harga jika mereka menunggu sampai PS5 dan Xbox Series X dirilis, meski tentu saja ini berarti mereka melewatkan momen emas untuk bermain game di kala pandemi.

Saya sendiri termasuk salah satu konsumen yang meng-upgrade PC-nya di saat pandemi, meski saya punya alasan yang berbeda: slot PCIe motherboard saya rusak, hingga akhirnya saya harus mengganti motherboard, CPU dan RAM sekaligus, dan tidak lama setelahnya pun GPU saya ikut rusak. Berhubung PC merupakan sarana utama yang saya perlukan untuk bekerja, rencana upgrade PC ini pun langsung mendapat lampu hijau dari pasangan saya. Bonusnya, saya bisa memainkan lagi The Outer Worlds di setting grafik tertinggi 🙂

Menariknya, peningkatan penjualan hardware ini sudah mulai terjadi bahkan sebelum Nvidia dan AMD mengumumkan GPU generasi terbarunya masing-masing, yang rumornya tidak lama lagi. Di saat GPU Nvidia Ampere dan AMD RDNA 2 sudah diluncurkan nanti, bukan tidak mungkin penjualannya malah semakin meningkat lagi, meski memang ada kemungkinan juga pemasarannya baru dimulai tahun depan akibat proses produksi yang terhambat selama pandemi.

Via: PC Gamer. Gambar header: Artiom Vallat via Unsplash.

Horizon Zero Dawn Versi PC Meluncur 7 Agustus 2020

Kabar bahwa Horizon Zero Dawn bakal dirilis di PC sempat mencuri perhatian Maret lalu. Bagaimana tidak, game open-world karya Guerrilla Games itu sebelumnya merupakan judul eksklusif buat PlayStation 4, dan selama tiga tahun sejak perilisannya, ia sudah tercatat sebagai salah satu game PS4 terlaris.

Sekarang, jadwal rilis pastinya sudah ada: 7 Agustus 2020, bisa melalui Steam atau Epic Games Store. Yang menarik, harganya tergolong cukup terjangkau untuk sebuah judul AAA, terlepas dari umurnya yang sudah sekitar tiga tahun. Di Steam, gamer PC sudah bisa melakukan pre-order dengan membayar Rp 210 ribu saja. Bandingkan dengan game AAA lain yang harga awalnya kerap dipatok antara Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu.

Banderolnya bahkan lebih murah sekitar Rp 100 ribu ketimbang di PlayStation Store. Padahal versi yang didapatkan sama persis, yakni Horizon Zero Dawn Complete Edition yang mencakup sejumlah konten ekstra, termasuk halnya expansion pack The Frozen Wilds.

Selain mengungkap tanggal peluncurannya, Guerrilla turut memamerkan trailer baru untuk Horizon Zero Dawn versi PC, dan dari video tersebut kita bisa melihat sejumlah penyempurnaan teknis yang developer berikan untuk versi PC-nya. Yang paling utama tentu saja adalah dukungan terhadap monitor ultra-wide serta frame rate tanpa batas, memungkinkan pemain untuk menikmatinya di 144 fps atau lebih pada PC berspesifikasi sultan.

Pengaturan grafisnya mungkin tidak seekstensif game lain yang bukan hasil porting, tapi setidaknya pemain masih bisa mengatur kualitas dari parameter-parameter seperti tekstur, bayangan, bahkan tampilan awannya. Guerrilla bahkan juga melengkapinya dengan benchmark tool bawaan sehingga pemain bisa lebih mudah mendapatkan pengalaman yang seimbang antara performa dan kualitas grafik.

Cuplikan benchmark tool-nya di trailer menunjukkan bahwa game ini tidak menuntut spesifikasi PC yang terlalu tinggi. Berbekal prosesor quad-core AMD Ryzen 5 1500x dan GPU Radeon RX 580 8 GB saja, average FPS yang tercatat sudah mencapai 60 fps di resolusi 1080p. Spesifikasi itu sama persis seperti yang direkomendasikan di laman Steam-nya.

Sekali lagi ini tidak mengejutkan mengingat game-nya merupakan hasil porting dari PS4. Tebakan saya bahwa spesifikasi yang dianjurkan bakal mirip seperti Death Stranding juga benar, sebab keduanya digarap menggunakan engine yang sama (Decima), yang di titik ini bisa kita simpulkan cukup efisien.

Via: Rock Paper Shotgun.

Syn Adalah Game Open-World FPS Bertema Cyberpunk Garapan Tencent

Cyberpunk 2077 adalah salah satu game AAA yang paling dinanti-nanti tahun ini. Jadi jangan heran melihat animo yang begitu besar terhadap karya CD Projekt Red tersebut, dan saya juga tidak akan terkejut seandainya ada developer lain yang tertarik untuk ikut mengembangkan game dengan tema cyberpunk yang futuristis.

Developer yang saya maksud adalah Lightspeed & Quantum Studio, divisi internal di bawah naungan Tencent Games yang membangun reputasinya lewat popularitas PUBG Mobile. Mereka tengah mengerjakan sebuah game berjudul Syn, yang dideskripsikan sebagai open-world FPS untuk PC dan console.

Andai ada kata “RPG” yang disisipkan, maka deskripsinya bakal sama persis seperti Cyberpunk 2077. Namun sepertinya kedua game ini bakal cukup berbeda. Kalau melihat video tech demo-nya di bawah, satu pembeda yang cukup signifikan menurut saya adalah bagaimana setiap karakter dalam Syn akan ditemani oleh seekor hewan peliharaan yang sudah menjalani sejumlah modifikasi cybernetic.

Sayangnya demonstrasi singkat tersebut belum bisa menggambarkan game ini secara detail. Tencent juga belum menunjukkan sama sekali gameplay-nya seperti apa, dan yang dipamerkan sejauh ini hanya sebatas opsi kustomisasi karakter yang cukup lengkap. Bahkan binatang peliharaannya itu tadi pun juga dapat dikustomisasi, demikian pula kendaraan yang ditunggangi.

Tencent bilang Syn digarap menggunakan Unreal Engine (kemungkinan besar Unreal Engine 4), dan mereka juga berkolaborasi langsung dengan Epic Games untuk mengembangkan sejumlah teknologi inovatif macam “strand-based hair system“, yang pada video demonya mampu menampilkan animasi rambut yang sangat realistis.

Secara lore, Syn mengambil setting tahun 2035, dan jalan ceritanya sepertinya bakal melibatkan konflik antara tiga faksi: Anarchy, Enforcer, dan Motorheads. Pemain tampaknya juga bakal dibebaskan memilih faksi untuk karakter buatannya.

Juga belum jelas adalah apakah game ini hanya bisa dimainkan secara online, atau ada juga mode campaign singleplayer-nya. Kalau melihat latar belakang developer-nya, saya cenderung menebak Syn sebagai permainan online multiplayer. Tencent sendiri belum membahas apa-apa soal ini. Mereka bahkan belum punya estimasi jadwal rilis sama sekali buat Syn.

Pun begitu, bukan tidak mungkin Syn nantinya bakal disajikan sebagai permainan singleplayer. Salah satu alasan pendukungnya adalah Lightspeed LA, sebuah studio game yang baru saja Tencent umumkan bakal mereka buka di Amerika Serikat, serta yang bakal menjadi bagian dari Lightspeed & Quantum.

Tencent bilang bahwa Lightspeed LA bakal fokus mengembangkan game AAA untuk console next-gen, dan mereka juga telah merekrut sosok veteran di bidang game development untuk memimpin Lightspeed LA, yaitu Steve Martin yang dicomot dari Rockstar. Pengalaman Steve selama pembuatan GTA V maupun Red Dead Redemption 2 tentu dapat membantu realisasi Syn menjadi permainan open-world kelas wahid.

Via: PC Gamer.

10 Game Paling Menarik yang Diumumkan di PC Gaming Show 2020

Pandemi ataupun tidak, bulan Juni selalu menjadi bulan yang menggembirakan buat para gamer. Setelah kemarin kita dimanjakan oleh pengumuman PlayStation 5 beserta lusinan game yang akan mendampinginya, kali ini giliran kalangan gamer PC yang menyambut meriah sederet pengumuman di acara PC Gaming Show.

Total ada lebih dari 50 game yang diumumkan, meski beberapa ada yang cuma sekadar update, DLC, atau yang dirilis ulang untuk platform PC. Dalam artikel ini, saya bermaksud memilih 10 game yang paling menarik yang sempat diumumkan, dan sebisa mungkin saya pastikan semua game-nya adalah game yang benar-benar baru.

Perlu dicatat juga bahwa daftar ini sifatnya sangat subjektif, sebab selera saya jelas berbeda dari Anda sekalian. Namun setidaknya 10 game ini patut mendapat perhatian ekstra dari Anda walaupun genre-nya mungkin kurang cocok.

Torchlight 3

Sebagai penggemar berat Torchlight dan Torchlight 2 (plus seri Diablo dan genre action RPG secara keseluruhan), sudah pasti saya sangat menantikan pengumuman dari game ini. Developer Echtra Games pun tidak mau mengecewakan para fansnya; Torchlight 3 langsung dirilis di Steam, meski sejauh ini statusnya masih Early Access.

Sayangnya sebagian besar review pengguna di Steam cenderung negatif. Kebanyakan menilai Torchlight 3 seperti game free-to-play, tidak seperti yang Echtra Games janjikan sebelumnya saat mereka mengumumkan penggantian judul game ketiga Torchlight ini. Semoga saja ini bakal dibenahi sebelum perilisan finalnya.

Airborne Kingdom

Usai menonton trailer-nya, game ini langsung mengingatkan saya pada film Mortal Engines. Film tersebut memang tidak sukses secara komersial, tapi saya pribadi menyukai lore dan konsepnya: kota-kota di masa depan telah bertransformasi menjadi kendaraan, dan teknologi lawas jadi sangat berharga.

Airborne Kingdom juga demikian, hanya saja kotanya dilengkapi baling-baling ketimbang roda, alias melayang. Game ini menggabungkan elemen-elemen permainan city building dan eksplorasi, dan di sepanjang permainan, kita akan menemukan beragam artefak peninggalan generasi sebelumnya, baik sendiri ataupun dengan bekerja sama dengan kota lainnya.

Pengembangnya juga menjanjikan setting dunia yang selalu berubah di setiap playthrough, mengindikasikan potensinya untuk dimainkan berkali-kali. Airborne Kingdom belum memiliki jadwal rilis pasti selain “di musim semi”, namun game-nya sudah tersedia untuk pre-order di Epic Games Store.

Carto

Ada banyak sekali judul indie yang diumumkan di PC Gaming Show tahun ini, namun Carto sepertinya adalah yang paling saya favoritkan. Kesan pertama menonton trailer-nya di atas adalah, game ini terasa seperti buku cerita anak-anak yang interaktif, dan saya juga sangat tertarik dengan mekanisme puzzle yang ditawarkan: kita bisa mengubah posisi peta dunianya, dan setelahnya, kondisi di sekitar lakonnya pun juga akan ikut berubah.

Bagaimana mekanisme puzzle ini akan berpengaruh pada aspek narasi menjadi intrik tersendiri buat Carto. Game akan dirilis di Steam tahun ini juga, sayang belum ada tanggal pastinya.

Among Trees

Kalau Anda pernah memainkan Firewatch, trailer di atas otomatis bakal mengingatkan Anda padanya. Sulit mengabaikan pengaruh besar Firewatch pada game ini, terutama dari sisi grafik, namun ketimbang sekadar mempersilakan pemain untuk bereksplorasi, Among Trees juga menyisipkan sejumlah elemen survival sekaligus sandbox yang cukup lengkap.

Kalau jalan ceritanya juga menarik, Among Trees punya peluang untuk menjadi penerus spiritual Firewatch. Versi Early Access-nya kini sudah bisa dibeli lewat Epic Games Store.

Cris Tales

Gaya visual game ini sudah langsung mengundang perhatian, belum lagi ditambah sederet elemen JRPG yang dibawanya. Tidak kalah menarik adalah karakter protagonisnya, Crisbell, yang digambarkan sebagai seorang Time Mage, dan manipulasi waktu rupanya merupakan bagian penting dalam game ini.

Belajar dari masa lalu, mengambil tindakan di masa sekarang, lalu mengubah takdir masa depan, demikian deskripsi yang diberikan oleh developer-nya. Namun yang lebih menarik lagi adalah, mekanisme manipulasi waktu ini rupanya juga bisa diterapkan pada sesi turn-based combat-nya.

Cris Tales siap dirilis di Steam pada tanggal 17 November 2020 mendatang, akan tetapi versi demo-nya sudah bisa kita mainkan sekarang juga (sampai 24 Juni).

Haven

RPG open-world dengan lakon sepasang kekasih (dan dukungan co-op multiplayer tentu saja), game ini mungkin tidak cocok buat Anda yang jomblo, meski untungnya developer-nya tetap merancang Haven agar bisa dimainkan sendirian. Gaya visualnya cukup unik, dan musiknya juga membantu membuat kita jadi semakin terhanyut di dalam dunianya.

Juga memikat dari game ini adalah ceritanya. Dikisahkan bahwa si pasangan tengah melarikan diri ke suatu planet, dan tujuan mereka adalah mengubah planet tersebut agar bisa menjadi tempat tinggal permanennya. Sekali lagi seperti yang saya bilang, mungkin kurang cocok bagi pemain yang sedang sibuk mencari cinta.

Belum diketahui kapan Haven bakal dirilis, akan tetapi laman Steam-nya mencantumkan “2020”.

Icarus

Diciptakan oleh kreator DayZ, Icarus menerapkan formula open-world survival yang serupa, akan tetapi dengan tema eksplorasi luar angkasa. Juga berbeda adalah bagaimana Icarus dapat dinikmati secara bertahap, tidak melulu secara berkesinambungan seperti tipikal game survival lainnya.

Misi dalam Icarus sangat bervariasi, ada yang bisa diselesaikan dalam waktu 30 menit saja, ada pula yang memerlukan beberapa sesi bermain sekaligus dengan durasi total 48 jam. Seperti halnya GTA Online, Icarus sepertinya akan jauh lebih menyenangkan dimainkan bersama teman ketimbang sendirian.

Hal menarik lain adalah bagaimana beberapa hal terlihat kontras dalam game ini. Di satu sisi, karakternya menebang kayu dengan kapak yang seperti berasal dari zaman batu serta berburu menggunakan panah. Di sisi lain, ia mengenakan kostum astronot lengkap, dan mobil yang dikendarai juga kelewat canggih untuk peralatan primitif yang dibawanya.

Ketika diwawancarai PC Gamer, pengembang Icarus juga mengaku mengambil banyak inspirasi dari game di luar kategori survival, seperti misalnya Skyrim untuk mekanisme memanahnya, Snowrunner untuk mekanisme mengemudinya, Kerbal Space Program untuk mekanisme modifikasi roketnya, atau Deep Rock Galactic untuk mekanisme menambangnya.

Belum ada kepastian kapan Icarus bakal dirilis, akan tetapi pengembangnya menargetkan tahun depan.

Potionomics

Hampir di semua game RPG kita pasti bertemu dengan NPC yang berjualan potion. Pernahkah terbayang di benak Anda bagaimana seandainya Anda yang harus menjalankan si pedagang potion? Itulah yang hendak disuguhkan Potionomics.

Permainan mengisahkan Sylvia, seorang penyihir (witch) yang terlilit utang dan harus membuka lapak potion. Potionomics merupakan gabungan genre simulasi dan RPG; simulasi karena Anda harus meracik potion-nya sendiri dan menerapkan sejumlah upgrade pada toko Anda, RPG karena dialog dengan para pelanggan toko disajikan seperti turn-based combat (menggunakan sistem kartu).

Potionomics kabarnya akan meluncur dalam waktu dekat, meski belum ada kepastian kapan dan di platform apa ia bakal ditawarkan.

Metal: Hellsinger

Kalau bukan karena Doom, kita mungkin tidak akan mengasosiasikan musik metal dengan game tembak-menembak melawan iblis. Kalau Anda suka Doom dan Anda sangat suka musik metal, game berjudul Metal: Hellsinger ini sudah pasti bakal mencuri perhatian Anda.

Bayangkan saja game ini seperti Doom, tapi selain membasmi iblis di neraka, Anda juga mencocokkan setiap tembakan Anda dengan irama musik yang diputar. Jujur setelah menonton trailer-nya, saya otomatis teringat pada channel YouTube Gun Drummer yang sejatinya mengangkat konsep serupa.

“Rhythm FPS”, demikianlah pengembangnya mengklasifikasikan Metal: Hellsinger. Anda boleh saja memainkannya seperti first-person shooter biasa, tapi kalau Anda bisa menyesuaikan dengan ritme musiknya, maka serangan demi serangan Anda akan jadi semakin intens. Dan itulah tujuan utama dari game ini; membiarkan Anda terhanyut dalam musiknya sembari melenyapkan semua makhluk yang menghalangi Anda.

Metal: Hellsinger rencananya akan dirilis di Steam tahun depan.

The Dungeon of Naheulbeuk: The Amulet of Chaos

Tactical RPG dengan tema fantasi, kekuatan utama Dungeon of Naheulbeuk menurut saya terletak pada karakter-karakternya. Pengembangnya mendeskripsikan karakter-karakternya sebagai gerombolan pecundang, tapi saat bersama, setidaknya petualangan mereka bisa berbuah kebaikan.

Trailer-nya menunjukkan nuansa humor yang amat kental, tapi di saat yang sama sistem combat-nya yang terkesan kompleks juga memikat perhatian saya. Pengembangnya tak lupa menyinggung soal banyaknya variasi musuh dalam game ini (lebih dari 100), dan itu bakal menuntut pemain untuk selalu berpikir strategis dalam setiap sesi pertarungan.

Beragam objek yang dapat dihancurkan mengingatkan saya pada XCOM: Chimera Squad, dan itu semestinya bakal memberikan dinamika ekstra pada gameplay-nya. Dungeon of Naheulbeuk awalnya bermula sebagai audiobook berbahasa Perancis yang populer di kalangan penggemar tabletop RPG.

Game akan dirilis lewat Steam di musim panas ini juga.

SuperMash Adalah Game yang Dapat Menciptakan Banyak Game Lain Hasil Leburan Beragam Genre

Gaming merupakan salah satu industri kreatif. Developer tidak harus terpaku pada satu genre tertentu untuk menciptakan sebuah game yang berkesan. Dua contoh populernya adalah seri Mass Effect yang menggabungkan genre shooter dengan RPG, atau Overwatch yang menambatkan elemen-elemen MOBA pada gameplay shooter.

Sekarang, ada game berjudul SuperMash yang mempersilakan kita untuk berkreasi sendiri. SuperMash dideskripsikan sebagai game yang menciptakan banyak game lain, dan proses penciptaannya ini cukup unik, sebab pemain dipersilakan memilih dua genre untuk dikombinasikan.

Platformer dengan karakter tipikal genre stealth, atau JRPG dengan tokoh utama sebuah pesawat antariksa, variasi yang didapat benar-benar beragam. Di awal peluncurannya, SuperMash menawarkan enam genre yang berbeda: Shoot ’em Up, Stealth, Platformer, JRPG, Action-Adventure, dan Metrovania.

SuperMash

Ke depannya, developer Digital Continue berjanji untuk menambahkan lebih banyak genre yang bisa dilebur. Untuk sekarang, variasinya bisa ditambah lagi dengan menggunakan Dev Cards (didapat dengan menyelesaikan tantangan-tantangan pada game yang diciptakan), yang dapat memodifikasi sejumlah elemen dalam game lebih lanjut.

Pengembangnya mengklaim pemain tidak akan pernah memainkan game yang sama pada SuperMash. Jadi meskipun kita memilih genre Platformer dan JRPG sekarang, lalu memanfaatkan kombinasi yang sama besoknya, game yang tercipta tetap akan berbeda, mulai dari karakter-karakternya, mekanik sampai narasinya.

Lalu bagaimana seandainya kita tidak sengaja menciptakan game yang pantas untuk dimainkan lagi di SuperMash? Jangan khawatir, sebab setiap game yang tercipta memiliki kode unik (Mash Code) yang bisa kita simpan, atau kita bagikan ke orang lain supaya mereka bisa ikut menikmatinya.

Juga menarik adalah story mission SuperMash itu sendiri. Ceritanya pemain dipercaya untuk menyelamatkan sebuah toko video game dari kebangkrutan, dan caranya adalah dengan menyediakan deretan game yang unik sekaligus menarik kepada konsumen. Game yang dimaksud adalah hasil kombinasi genregenre itu tadi, dan kebetulan semuanya juga dapat kita mainkan sendiri.

SuperMash saat ini sudah bisa dibeli melalui Epic Games Store seharga $10. Selain di PC, ia juga akan tersedia di platform lain seperti PS4, Xbox One, Switch, dan bahkan macOS mulai tahun depan.

Sumber: Game Informer.