Startup P2P Lending Danain Tawarkan Pinjaman Berbasis Agunan Emas

Di tengah maraknya pemain p2p lending bertebaran di Indonesia, terdapat peluang yang tergarap dan menjadi pendekatan berbeda dibandingkan pemain lainnya. Hal inilah yang dimanfaatkan startup p2p lending Danain dengan menggunakan agunan sebagai syarat bagi peminjam.

“Sesuai dengan filosofi para founder kami, di mana kami selalu menomorsatukan rasa aman kepada para pendana kami, maka kami merintis usaha fintech kami ini dengan pendekatan yang berbeda. Kami selalu mensyaratkan agunan di dalam layanan Danain,” terang Co-Founder dan CEO Danain Budiardjo Rustanto kepada DailySocial.

Dia menerangkan, berbeda dengan pemain p2p lainnya, Danain mewajibkan peminjam memiliki agunan dan nilai pendanaannya maksimal 86% dari nilai agunan. Yang melakukan taksasi dan menyimpanan agunan adalah mitra gadai swasta Danain yang berkompeten. Adapun barang yang dapat dijadikan sebagai agunan bisa berupa emas yang berbentuk perhiasan atau logam mulia.

Proses kerjanya, peminjam menggadaikan barang agunan ke mitra gadai untuk melakukan taksasi nilai pinjaman dan mencairkan dana pinjaman tersebut ke peminjam. Selanjutnya atas persetujuan peminjam, data dan transaksi tersebut diambil oleh platform Danain untuk dipertemukan dengan pendana yang bersedia.

Saat pendana setuju dengan pendanaan, dana milik pendana disalurkan ke mitra yang telah melakukan pencairan pinjaman ke peminjam. Setelah peminjam melunasi pinjaman dan bunga ke mitra, selanjutnya mitra mengembalikan sejumlah pendanaan berikut bunganya ke pendana.

Maksimal dana yang bisa dipinjam tergantung dari nilai emas yang digadaikan oleh peminjam, dengan kisaran bunga 8% per tahun dan tenor maksimal 4 bulan.

“Setelah dipotong management fee yang menjadi hak mitra dan platfrom Danain, pendana akan mendapatkan bunga dari transaksi pendanaan ini minimal 8% per tahun.”

Budiardjo meyakini dengan metode ini dapat menekan risiko kredit macet. Diklaim rasio kredit macet Danain adalah 0%. Faktor lainnya adalah keberadaan mitra gadai yang berkompeten dalam menaksir barang gadai.

Mitra gadai Danain adalah PT Mas Agung Sejahtera (MAS), perusahaan gadai swasta yang sudah terdaftar dan diawasi OJK, yang tak lain adalah induk usaha Danain. Danain sendiri sudah mengantongi surat keterangan terdaftar sejak April 2018. Operasional bisnis dimulai sejak November 2017.

MAS adalah perusahaan gadai yang sudah memiliki lebih dari 50 cabang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan merupakan salah satu anak usaha dari Serba Mulia Grup yang sudah 40 tahun beroperasi dan memiliki berbagai lini bisnis dari otomotif dan keuangan.

Target bisnis

Budiardjo mengatakan, sejak beroperasi di tahun lalu, hingga kini Danain telah memiliki hampir 1.000 peminjam dengan total pendanaan yang telah disalurkan sebesar Rp5 miliar. Para peminjam tersebar di beberapa kantor cabang MAS di Jakarta, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Sementara pendana rata-rata berlokasi di Jakarta, Jawa Timur dan Kalimantan.

Sampai tahun depan, Danain menargetkan jumlah peminjam dapat mencapai 15 ribu orang. Adapun pinjaman yang disalurkan menjadi Rp120 miliar.

“Target penyaluran pendanaan tahun depan harus optimis 3 kali lipat dari tahun ini.”

Menurutnya, dengan latar belakang perusahaan yang terpercaya, dia meyakini Danain dapat berpartisipasi dalam edukasi dan sosialisasi perusahaan fintech, khususnya di p2p lending.

“Kami selalu menekankan bahwa Danain berkomitmen menjaga reputasi bisnis kami dan mengoperasikan bisnis dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Hal ini menjadi fondasi dalam setiap keputusan bisnis kami karena sejalan dengan reputasi holding kami,” pungkasnya.

Satu Tahun Kehadiran Layanan P2P Lending TunaiKita di Indonesia

TunaiKita, sebuah layanan peer to peer lending (P2P), sudah genap satu tahun beroperasi di Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut perusahaan mengklaim terus bertumbuh, baik dari segi pengguna maupun cakupan wilayah. Pencapaian ini tidak lepas dari perkembangan industri teknologi finansial Indonesia yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk keaktifan pemerintah mengawal dan meregulasi industri.

Pada kuartal pertama tahun 2018, TunaiKita berhasil mencairkan kredit lebih dari Rp700 miliar. Di sisa tahun ini mereka menargetkan pertumbuhan 25% hingga 30% setiap bulannya.

TunaiKita menandai satu tahun kehadirannya dengan ketersediaan layanan 27 kota di Indonesia, termasuk Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Pekanbaru, Batam hingga Padang. Perusahaan mengusung fitur andalan mereka, Lending Robot, yang diklaim mampu mengantisipasi penipuan, mengelola risiko kredit, dan memfasilitasi pinjaman dengan cara yang lebih transparan dan efisien.

Menurut tim Komunikasi TunaiKita Randy Halim, di tahun pertama ini mereka berhasil menurunkan kredit macet hingga 70% bagi kalangan UKM yang memiliki kapasitas untuk tumbuh lebih baik namun tidak terlayani oleh bank.

“Tanggapan para pengguna kami terhadap TunaiKita sangat luar biasa dalam tahun pertama operasi kami di Indonesia. Kami secara konsisten berada di peringkat 3 teratas untuk aplikasi keuangan gratis di Indonesia dengan cakupan layanan di 27 kota di seluruh provinsi. Saya mengaitkan keberhasilan awal kami tidak hanya dari kecanggihan Lending Robot kami yang mampu mengelola penipuan, risiko kedit dan memfasilitasi pinjaman dengan cara yang transparan dan efisien, tetapi juga berkat keringat dan kerja kertas tim kami yang terus berkembang di Jakarta dan Surabaya,” terang CEO WeCash Asia Pasifik dan TunaiKita James Chan.

Peluang P2P lending di Indonesia

Menurut penjelasan Randy, mereka melihat pasar Indonesia sangat menjanjikan karena pihaknya hadir sebagai satu-satunya pemain di industri teknologi finansial P2P lending yang membantu menyalurkan dana dari bank dan lembaga keuangan konvensional kepada mereka-mereka yang selama ini tidak terlayani oleh lembaga-lembaga tersebut.

Pihak TunaiKita meyakini masyarakat saat ini semakin mampu merangkul teknologi digital. Peningkatan penetrasi pengguna internet dan perangkat juga memicu pesatnya industri teknologi finansial di Indonesia.

Pihak TunaiKita merencanakan beberapa hal untuk terus berinovasi dan berkembang. Disebutkan dalam waktu dekat mereka akan mengombinasikan prinsip-prinsip finansial, teknologi mobile, big data dan machine learning untuk mengevaluasi kredit dan menyetujui pinjaman dengan lebih cepat dan akurat dengan memanfaatkan teknologi Lending Robot.

“Dengan Lending Robot ini, proses pengajuan kredit hingga proses persetujuan rata-rata bisa dituntaskan dalam hitungan detik saja, tergantung pada kelayakan kredit. Ke depannya, TunaiKita akan terus berinovasi untuk membuat proses persetujuan lebih cepat dan lebih efisien lagi. Kami sadar betul bahwa TunaiKita tidak bekerja sendirian. P2P lending itu bersifat gotong royong dan kami bekerja sama dengan berbagai bank dan lembaga keuangan di Indonesia supaya pelanggan dapat menikmati pinjaman yang dicairkan dalam waktu 24 jam,” tutup Randy.

Application Information Will Show Up Here

Tahun Ini Investree Terus Ekspansi ke Berbagai Daerah

Investree telah mengawali langkahnya masuk ke daerah-daerah di Indonesia dengan bekerja sama dengan Bank Sumut untuk penyaluran kredit dengan pemanfaatan teknologi informasi. Kerja sama ini pun diharapkan bisa terus berlanjut terutama kolaborasi dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) baik di dalam maupun luar pulau Jawa demi terciptanya pemerataan ekonomi sebenarnya.

Disampaikan CEO Investree Adrian Gunadi, rencana mereka untuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain selalu terbuka. Sebelum bekerja sama dengan Bank Sumut (Sumatera Utara), pihak Investree telah lebih dulu beerja sama dengan perbankan lainnya seperti Danamon, CIMB Niaga untuk Cash Management, dan Bank Woori Saudara dan Bank Ganesha untuk kemitraan penjualan bersama.

“Kemitraan ini merupakan kolaborasi kesekian yang dilakukan oleh Investree dengan sektor perbankan dan menjadi yang pertama kali dilakukan bersama BPD. Kali ini dengan Bank Sumut, kami melakukan kemitraan Penyaluran Kredit Berbasis Teknologi Informasi, di mana Bank Sumut akan berperan dalam memperkenalkan produk dan layaan Investree serta mengajak nasabahnya untuk mengajukan pinjaman atau melakukan pendanaan untuk pinjaman bisnis yang tersedia di platform Investree melalui kemudahan dan kenyamanan fintech peer to peer lending,” terang Adrian menganggapi kerja sama dengan Bank Sumut.

Di kesempatan berbeda, kepada DailySocial, Adrian menyampaikan bahwa setiap daerah memiliki karakteristik dan potensi masing-masing yang unik. namun ada satu kesamaan, yakni tingginya angka kebutuhan pembiayaan yang belum dapat difasilitasi oleh perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

Adrian mengutip data Bank Dunia yang menyebutkan masih ada potensi Rp1000 triliun pada pembiayaan di Indonesia yang belum juga terpenuhi. Di sanalah Investree berusaha untuk memperkecil jurang perekonomian individu dan UMKM di Indonesia dengan memberikan akses pembiayaan yang aman, mudah, dan cepat.

“Pada tahun ini kami konsentrasi di wilayah sekarang yang kami sudah ada perwakilan, yaitu di Jawa Tengah, Jawa Timur dan melalui kerja sama dengan Bank Woori Saudara  juga kami bisa menggaet potensi di Jawa Barat, selain itu dengan berkolaborasi bersama Bank Sumut untuk di luar Jawa kami juga bisa mencakup Sumatera Utara serta Bank Ganesha untuk Wilayah cakupan lainnya,” terang Adrian.

Tumbuh signifikan

Sebagai salah satu layanan peer to peer lending di Indonesia yang aktif dalam mengembangkan layanan dan akuisisi pengguna, Investree melihat animo masyarakat terhadap industri ini cukup baik. Terlebih setelah terbit aturan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 dan semakin banyaknya penyedia layanan P2P lending yang terdaftar di OJK.

Adrian menyebutkan Investree sendiri memiliki pertumbuhan cukup signifikan. Pada Desember 2016 jumlah pinjaman yang berhasil didanai mencapai Rp53 miliar. Sedangkan di awal bulan Mei 2018 jumlah pinjaman yang terdanai telah mencapai Rp773 miliar atau terdapat peningkatan 13 kali lipat.

Adrian mengatakan, “Di awal tahun, Investree juga telah meluncurkan produk baru Investree Syariah dan juga Pembiayaan Online Seller Syariah dengan e-commerce besar seperti Lazada dan Tokopedia sebagai yang pertama dan satu-satunya di Indonesia fintech peer-to-peer lending yang memiliki produk syariah.”

“Di bulan April kemarin pun kami etlah memulai kerja sama strategis dengan Bank Ganesha dan Bank Sumut. Salah satu yang membanggakan pula, di bulan Mei ini kami telah lolos tes seleksi ketat sejak September 2017 yang diadakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagaisatu-satunya fintech lending yang terpilih untuk menjadi Mitra Distribusi Penjualan Surat Utang Negara secara online untuk seri Saving Bond Ritel SBR003 bersama 9 mitra distribusi lain yang mayoritas perbankan besar,” lanjutnya.

Application Information Will Show Up Here

Layanan P2P Lending Esta Kapital Fintek Incar Kawasan Timur Indonesia

Layanan peer-to-peer lending mulai dilirik sebagai cara memperoleh pemodalan alternatif bagi pelaku UKM di Indonesia. Tidak hanya soal kecepatan dan kemudahan peminjaman, peraturan yang sangat fleksibel dan return (bagi pemberi pinjaman) yang menarik merupakan alasan mengapa layanan P2P semakin marak.

Didukung Esta Dana Ventura, layanan P2P lending Esta Kapital Fintek mengklaim memiliki perbedaan di sisi keuntungan untuk lender dan borrower, hingga target pasar yang diincar.

Menyasar kawasan Timur Indonesia

Direktur Esta Kapital Fintek Junjungan Rumapea mengungkapkan, Esta Kapital Fitek secara khusus akan menyasar kawasan Timur Indonesia yang saat ini masih minim memperoleh modal alternatif, terutama untuk pelaku UKM.

“Kami ingin mencoba menyasar pasar di Indonesia Timur yang saat ini belum secara optimal diincar oleh pemain P2P lending lainnya.”

Nantinya borrower yang sudah menjadi bagian Esta Dana Ventura menjadi prioritas Esta Kapital Fintek untuk didanai. Esta Dana Ventura sudah tersebar di 700 kelurahan dengan total konsumen lebih dari 60 ribu. Mereka memiliki 60 kantor cabang yang tersebar di Maluku Utara, Jawa Barat, Sulawesi, Banten dan DKI Jakarta.

Untuk memastikan para borrower menerima informasi yang tepat dan kesempatan untuk menjadi agen, Esta Kapital Fintek juga menurunkan konsultan bisnis langsung ke lokasi borrower yang diincar.

“Saat ini melalui Esta Dana Ventura kami sudah memiliki peminjam yang sudah terverifikasi dan telah melalui proses credit scoring yang ketat, sehingga menjamin kredibilitas peminjam tersebut,” kata Junjungan.

Peminjam yang saat ini telah terverifikasi kebanyakan adalah ibu-ibu yang memiliki usaha warung hingga toko kue di pelosok kota. Selain menjadi peminjam, mereka juga diberikan peluang menjadi agen Esta Digital Niaga. Masyarakat umum yang mendaftar menjadi agen selanjutnya bisa mendapatkan kesempatan menjadi peminjam di Esta Kapital Fintek.

Saat ini penjualan produk digital yang tersedia adalah pembelian pulsa. Ke depannya produk akan ditambah dengan membangun Kiosk Digital. Rencana tersebut akan diwujudkan sekitar pertengahan tahun 2018 ini.

Saat ini Esta Kapital Fintek telah membiayai 404 pengusaha mikro dengan nilai yang telah disalurkan mencapai Rp1,64 miliar dan mengklaim total pembayaran 100% tepat waktu.

Peminjam dapat mulai berinvestasi mulai dari Rp3.300.000 dengan bunga 8-15% flat per tahun dan pengembelian setiap minggunya. Esta Fintek Kapital disebut telah bermitra dengan Bank Sinarmas, BCA, Mandiri, dan KEB Hana Bank.

Target pemberi pinjaman

 

Untuk target lender sendiri, Esta Kapital Fintek mengincar pengguna yang berusia di atas 21 tahun. Perusahaan juga berencana meluncurkan program Goes To Campus yang bertujuan mengajak kalangan mahasiswa menabung dan berinvestasi di Esta Kapital Fintek.

Untuk memudahkan proses pembelian dan memonitor investasi yang ada, Esta Fintek Kapital berencana meluncurkan aplikasi mobile.

“Dengan ijin yang sudah kami kantongi dari OJK, Esta Kapital Fintek ingin menjadi platform P2P Lending yang bisa membantu kalangan UKM. Bukan hanya memberikan modal namun juga peluang memiliki usaha digital sendiri,” kata Advisor Esta Kapital Fintek Ronny Harianto.

Modalku’s Parent Company Received Series B Funding Worth of 344 Billion Rupiah

Funding Societies, a p2p (peer-to-peer) lending developer, known as Modalku’s parent company in Indonesia, announces the acquisition of Series B funding worth of US$25 million or 344 billion Rupiah. This round is led by Softbank Ventures Korea. Other investors involved are Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and LINE Ventures.

The round becomes the biggest one for p2p platform in Southeast Asia. Funds will be used to build up the vision of financial inclusion service in the region. Since it was founded in 2015, the p2p lending platform has made over 60,000 loans by this year.

“We work in a trust-based industry, and we’re glad that the customer, SMEs, partners, regulators, and investors put their trust in us. We’ll continue in supporting SMEs development for borrower’s market focus and improving profit for lenders. It is not only business for us, but a mission to create a positive impact in Southeast Asia,” Kelvin Teo, CEO & Co-Founder of Funding Societies, said.

In the same occasion, Teo said that the key development for Funding Societies is focus and consistency in technology and the design of its services. It takes Funding Societies into the leading platform that introduces some sophisticated features, such as E-Signing Contract or Auto Investment Algorithm. The capability has managed the company to make numerous achievements, one of which is Modalku winning the Global SME Excellence Award.

The startup that was founded by Kelvin Teo and Reynold Wijaya has accommodated loans for SMEs in Singapore, Indonesia, and Malaysia. SG$100 million has been facilitated by crowfunding mechanism. Since 2016, the growth rate has reached 300%.

Pieter Kemps, Sequoia India Principal, commented, “In the beginning, we recommend them to focus on the fundamentals: technology, product, risk management, and the maintenance of high-quality loan books. They execute all sectors with vision and integrity. We’re optimist that this character will help them build the bigger and sustainable company.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Amar Bank Partners with Mekar to Facilitate Funding for SMEs

Amar Bank set an agreement with PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) in running a p2p lending service to distribute credit facility for some MFI (Micro Financial Institution) in Indonesia. Amar Bank’s support supposes to help SMEs’ business development through Mekar’s partners in all regions throughout Indonesia.

In fintech industry, Amar Bank has Tunaiku as a leading product, while Mekar is a fintech company that facilitates borrowers with lenders known as peer-to-peer (p2p) lending. Furthermore, Mekar will partner up with positive and potential MFI in need for investors to provide loans for its SMEs. In this position, Mekar expects the partnership to help SMEs development.

“This time, Amar Bank pairs with Mekar in distributing funds into some MFIs. Funding will be distributed to thousands of SMEs in some cities in Indonesia. We’ll continue to evaluate the potential to provide banking access for customers in need.” Vishal Tulsian, Amar Bank’s Managing Director, said.

This funding will be distributed to its two partners, Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) and Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Both are said to acquire more than a hundred thousand borrowers of SMEs from all over Indonesia.

In the process, Mekar will take a role as a marketplace that also monitoring fund distribution for the selected borrowers.

“It’s an honor for a fintech company as Mekar to be partnered with Amar Bank, a bank with one of the leading technology in Indonesia,” Thierry Sanders, CEO of Mekar, said.

The partnership is Amar Bank’s attempt to increase access towards their lending service. Tulsian added, in 2018, Amar Bank will be focused on two products, conventional and digital lending. The team is also committed in supporting the financial institution, including MFI, as an effort to facilitate people in need for fast and on-point funding.

“It [fast and on-point distribution] is supported with administration process that accessible and convenient transaction in banking. With an objective to provide funding for SMEs, it means that we can also help to fasten the distribution for the right target,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Amar Bank Bermitra dengan Mekar, Mudahkan UMKM Mendapatkan Dana

Amar Bank dan PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) sepakat menjalin  kerja sama demi menjalankan layanan pinjaman peer-to-peer untuk menyalurkan fasilitas kredit kepada sejumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia. Dukungan realisasi penyaluran dana Amar Bank diharapkan dapat mendorong pengembangan usaha UMKM melalui Lembaga Keuangan Mikro mitra usaha Mekar di berbagai wilayah di Indonesia.

Di industri teknologi finansial, Amar Bank mempunyai produk unggulan yakni Tunaiku, sedangkan Mekar merupakan perusahaan teknologi finansial yang membantu mempertemukan peminjam dengan pemodal atau disebut juga peer-to-peer lending. Mekar selanjutnya akan menjalin kerja sama dengan LKM yang dipandang sehat, memiliki potensi untuk tumbuh dan membutuhkan investor untuk memberikan pinjaman atas UMKM yang dibina LKM tersebut. Dengan posisinya sekarang, Mekar berharap kerja sama seperti ini bisa mendukung pertumbuhan UMKM.

“Kali ini, Amar Bank menggandeng Mekar dalam menyalurkan dana kepada beberapa Lembaga Keuangan Mikro. Penyaluran dana ini nantinya akan diteruskan kepada ribuan UMKM yang berada di beberapa kota di Indonesia. Kami akan terus mengevaluasi peluang untuk menyediakan akses perbankan bagi nasabah yang membutuhkan,” ungkap Managing Director Amar Bank Vishal Tulsian.

Nantinya penyaluran dana dari Amar Bank ke Mekar akan diteruskan ke dua mitra usaha bisnisnya, yakni Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) dan Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Keduanya disebut telah membina lebih dari ratusan ribu peminjam UMKM dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam prosesnya, Mekar akan berperan sebagai marketplace yang juga akan melakukan proses pemantauan penyaluran dana kemitraan kepada para peminjam yang telah mendapatkan bantuan penyaluran dana.

“Adalah sebuah kehormatan bagi perusahaan fintech seperti Mekar untuk bekerja sama dengan Amar Bank, salah satu bank paling terdepan dalam bidang teknologi di Indonesia,” terang CEO Mekar Thierry Sanders.

Kerja sama ini merupakan salah satu cara Amar Bank meningkatkan akses terhadap layanan permodalan mereka. Vishal menambahkan, di tahun 2018 ini Amar Bank akan lebih fokus ke dua produk milik Amar Bank, yakni peminjaman konvensional dan digital. Pihaknya juga memiliki komitmen untuk melakukan dukungan ke institusi keuangan, termasuk LKM, sebagai upaya menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan cepat dan tepat sasaran.

“Hal tersebut [penyaluran yang cepat dan tepat sasaran] didukung dengan proses administrasi yang mudah diakses dan kenyamanan bertransaksi dengan pihak perbankan. Dengan tujuan pemberian dana kepada UMKM artinya kita dapat juga membantu percepatan penyaluran dana ke sasaran yang tepat,” tutup Vishal.

Startup P2P Lending Asal Pontianak “Abang Desa” Fokus Jangkau Bisnis Peternakan dan Pertanian

Abang Desa, singkatan dari “Ayo Bangun Desa”, adalah sebuah platform lending marketplace atau peer-to-peer (p2p) lending asal Pontianak yang mencoba menghubungkan investor dengan pelaku UMKM. Startup ini didirikan pada pertengahan tahun 2016 oleh Adiwarna dan Sutopo Widodo.

Latar belakang pengembangan bisnis tersebut lantaran co-founder Abang Desa melihat data bahwa 60-70% UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses atau pembiayaan dari perbankan. Sementara menurut data per tahun 2015, jumlah total pelaku UMKM di Indonesia berada pada angka 56,54 juta unit usaha.

Awalnya Adiwarna dan rekan berencana untuk mendirikan institusi berbasis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Pontianak, namun dengan tren fintech yang ada saat ini akhirnya mereka memilih pendekatan teknologi. Pendekatan tersebut dipilih dengan keyakinan dapat merangkum pasar yang lebih besar.

“Abang Desa menyediakan akses pembiayaan bagi nasabah yang memerlukan modal dan instrumen investasi alternatif yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja, serta dapat menjangkau mereka yang di desa hingga di batas negeri [perbatasan Kalimantan-Malaysia],” ujar Adiwarna.

Sejak diluncurkan sebagai versi percobaan pada Desember 2017 lalu, tercatat total pembiayaan yang telah disalurkan sebesar Rp150,9 juta, dengan jumlah investor aktif  21 orang dan mitra usaha yang dibiayai 12 unit. Pembiayaan tersebut berhasil menyediakan 10 ekor sapi untuk peternak dan penyediaan 2,5 hektar lahan pertanian.

Fokus di bidang peternakan, pertanian, dan bisnis kecil

Abang Desa fokus ke tiga produk utama, yakni Abang Ternak, Abang Tani, dan Abang Bisnis. Abang Ternak mengadopsi model equity crowdfunding dengan skema bagi hasil.

Abang Tani mengundang siapa saja untuk berinvestasi di sektor pertanian dengan skema peer-to-peer. Sementara itu produk Abang Bisnis merupakan instrumen pendanaan usaha di sektor pengolahan produk (industri). Semua pendekatan tersebut berusaha dikemas dengan kultur pedesaan yang kental dengan model bisnis berbasis kemitraan.

“Untuk produk Abang Ternak dan Abang Tani berusaha mendigitalkan model bisnis kemitraan yang telah lama berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat desa dikenal hubungan kemitraan saling menguntungkan khususnya pemeliharaan sapi. Sistem inilah yang mereka adopsi dalam layanan Abang Ternak,” jelas Adiwarna.

Dengan skema bisnis seperti ini, ketika sapi dinilai layak jual dan menguntungkan maka akan dijual. Abang Desa akan mengembalikan porsi modal investor (100%) dan membagikan keuntungan hasil penjualan sesuai porsi masing-masing yang telah disepakati. Abang Desa akan mendapatkan fee dari keuntungan yang diperoleh.

Sementara untuk produk pendanaan Abang Tani dan Abang Bisnis, mereka menggunakan skema pendanaan p2p lending, sehingga mitra akan mendapatkan pendanaan usaha dalam bentuk pinjaman. Untuk itu mitra berkewajiban untuk melakukan angsuran bulanan dengan imbal jasa yang telah disepakati.

Market di segmen ini [khususnya di Kalimantan Barat] masih sangat besar sehingga peluang untuk berkembang terbuka lebar. Selain itu, anggota tim kami sebagian besar punya pengalaman mumpuni di perbankan, khususnya pembiayaan mikro,” tutup Andiwarna.

KoinWorks’ RoboLending Automates Profit Estimation and Investment Process

P2P lending provider KoinWorks announces new features in its platform. It’s a feature designed for giving comprehensive information related to potential benefit for lenders that already being estimated within a certain period.

The feature automates every investment process and funding allocation of specified investment. RoboLending is developed using machine learning, studying the existing transaction model for the whole year (in 2017).

For KoinWorks, having an autorun service becomes a necessity in the midst of increasing number of enthusiasts. Currently, there are more than 40 thousand lenders in KoinWorks. There are 600 investors participate for all loan applications in average. Using RoboLending, KoinWorks side mission is to facilitate newcomer investors, especially those expecting quick results.

“RoboLending is a machine learning-based feature we create from our investment activities during 2017. We hope this feature can help to increase financial inclusion, for young investors wanting to invest, can allocate funds using this feature. RoboLending is one of KoinWorks innovation in technology because we believe that innovation is the base of economic development,” KoinWorks’ CEO & Co-Founder Benedicto Haryono responded.

He explains with lumpsum return method, all lenders using RoboLending feature will get a refund according to the interest of the terms approved. This feature also considered being a breakthrough in Indonesia’s p2p lending network, complementing KoinWorks commitment to present innovations within the framework of p2p lending service it provides.

Previously, KoinWorks has launched Dana Proteksi to minimize lender’s loss everytime the borrower fails to pay back. Other services such as KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, and KoinInvoice are presented to cover a variety of loan needs. In 2017, KoinWorks has launched Multi Auto Purchase that allows autorun funding distribution to all existing investment products based on investor’s preference.

So far, KoinWorks has managed to distribute funding to over 824 borrowers. This feature is expected to increase the amount of investment and recruit more lenders with the easy investment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

RoboLending dari KoinWorks Otomasi Proses Investasi dan Estimasi Keuntungan

Penyedia layanan p2p lending KoinWorks mengumumkan kehadiran fitur baru di platformnya. Bernama RoboLending, fitur tersebut didesain untuk mampu memberikan informasi komprehensif bagi pemberi dana seputar potensi keuntungan yang sudah diestimasi dalam jangka waktu tertentu.

Fitur ini membuat otomatis seluruh proses investasi dan alokasi dana investasi yang ditentukan.  RoboLending dikembangkan dengan memanfaatkan kapabilitas machine learning, mempelajari model transaksi yang telah berjalan sepanjang tahun 2017.

Bagi KoinWorks, memiliki layanan yang dapat berjalan secara otomatis menjadi kebutuhan tersendiri di tengah peminat layanan yang makin banyak. Diinformasikan saat ini sudah ada lebih dari 40 ribu pendana di KoinWorks. Rata-rata untuk setiap pengajuan pinjaman yang dilakukan pengguna, ada 600 pendana yang turut andil meminjamkan investasinya. Melalui fitur RoboLending, misi lain KoinWorks ialah untuk memudahkan pendana pemula, khususnya bagi mereka yang ingin cepat mengetahui hasil yang didapat.

“RoboLending ini sebagai fitur yang kami ciptakan berdasarkan machine learning yang belajar dari aktivitas pendana kami selama 2017. Kami berharap fitur ini dapat membantu meningkatkan inklusi finansial, jadi bagi para investor muda yang ingin mencoba berinvestasi, dapat mengalokasikan dananya menggunakan fitur ini. RoboLending merupakan salah satu inovasi KoinWorks dalam sisi teknologi, karena kami yakin bahwa inovasi merupakan landasan dari perkembangan ekonomi,” sambut Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono.

Benedicto turut menerangkan, dengan menggunakan metode pengembalian lumpsum, setiap pendana yang menggunakan fitur RoboLending akan mendapatkan pengembalian sesuai bunga yang tertera pada akhir jangka waktunya. Hadirnya fitur ini juga dinilai menjadi terobosan baru dalam dunia p2p lending tanah air juga melengkapi komitmen KoinWorks dalam menghadirkan inovasi demi inovasi dalam kerangka layanan p2p lending yang disediakannya.

[Baca juga: Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Startup Fintech]

Sebelumnya KoinWorks juga menghadirkan layanan Dana Proteksi untuk meminimalkan kerugian modal lender setiap kali peminjam gagal bayar. Layanan lain, seperti KoinBisnis, KoinPintar, KoinSehat, hingga KoinInvoice, dihadirkan demi mencakup beragam kebutuhan pinjaman. Terakhir di tahun 2017 KoinWorks meluncurkan Multi Auto Purchase, memungkinkan pendana untuk mengotomasi pendistribusian dana investasinya ke berbagai produk investasi yang tersedia sesuai preferensi.

Sejauh ini KoinWorks sudah berhasil menyalurkan dana ke lebih dari 824 peminjam. Hadirnya fitur ini diharapkan akan menambah jumlah penyaluran dana investasi dan merekrut lebih banyak pendana dengan kemudahan berinvestasi yang dimilikinya.

Application Information Will Show Up Here