Teknologi Qasir Bantu UMKM Mengelola Data Transaksi Secara Online

Manajemen transaksi berperan penting dalam kelancaran sebuah perusahaan. Beragam solusi dihadirkan untuk mempermudah serta mengoptimalkan pengelolaan data, salah satunya adalah Qasir.id, sebuah aplikasi kasir POS (Point of Sales) untuk membantu UMKM atau pedagang yang masih menggunakan metode konvensional.

Berdiri sejak tahun 2015, Qasir menawarkan berbagai fitur untuk UMKM yang bisa digunakan untuk mencatat penjualan, mengelola produk, mengawasi stok, dan memantau laporan transaksi. Sistem POS Qasir berbentuk aplikasi yang kemudian bisa di-install pada tablet atau ponsel, dan hingga saat ini tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Aplikasi ini juga sudah bisa digunakan secara offline sehingga tidak akan mengganggu operasional bisnis perusahaan.

Sampai saat ini, Qasir telah diunduh sebanyak 100.000 kali. Pihaknya mengakui dalam satu tahun, pertumbuhan pengguna bisa mencapai 20x lipat dari hanya sekitar 5000 di tahun 2018.

Selain itu, platform ini juga menyediakan layanan pesan barang yang memungkinkan pengguna memesan berbagai produk dari distributor yang sudah bekerja sama. Saat ini telah bergabung 12 partner di area Jabodetabek. Pelanggan mereka kebanyakan datang dari kalangan pengusaha toko kelontong dan F&B. Meskipun aplikasinya tidak berbayar, bukan berarti bisnis ini menjadi tidak menguntungkan.

“Dari 100.000 pengguna, 30% datang dari F&B, 30% dari toko kelontong. Selama ini telah terjadi 6.000 transaksi belanja grosir di aplikasi, dari sini saja sudah ada margin,” ungkap CEO Qasir Michael Liem.

Model bisnis ini sekilas mirip dengan Mitra Bukalapak atau Tokopedia, namun pihaknya mengakui terdapat perbedaan signifikan dari sisi pemasok. Michael mengungkapkan, alih-alih mengganti rantai pasok yang sudah ada, Qasir memilih bekerja sama dengan toko grosir tradisional serta memberdayakan mereka dengan teknologi untuk meningkatkan sistem manajemen.

“Kembali lagi ke misi utama kita untuk memberdayakan bukan hanya bisnis UMKM, namun semua yang terlibat dalam ekosistem ini,” tambahnya.

Strategi bisnis dan target ke depan

Seiring dengan ekosistem yang masih berkembang, perusahaan menyadari pentingnya edukasi pasar untuk model bisnis ini. Michael mengungkapkan empat strategi yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan. Pertama, Ia percaya jika sistem ini bisa mencatat transaksi untuk berbagai macam bisnis, maka semua bisnis di atasnya akan berhasil.

Kedua, Qasir mencoba masuk ke dalam behavior pengguna sehari-hari untuk mencatat transaksi, sekaligus sebagai validasi bisnis. Belum lama ini juga telah bekerjasama dengan Kominfo untuk menjangkau para nelayan yang berada di bagian timur Indonesia agar bisa lebih baik dalam mengelola data transaksi mereka. Hal ini berkaitan dengan validasi sekaligus memudahkan mereka dalam mendapatkan pembiayaan.

This is why we’re focusing so much on transaction recording, karena hal ini adalah kunci dari akses mereka menuju inklusi finansial,” ujar Michael.

Ketiga, berkolaborasi dengan berbagai macam katalis, seperti pemerintah, bisnis franchise dll. Hal ini sekaligus membantu penetrasi pasar, agar lebih banyak ekonomi yang bisa dijangkau.

Terakhir, sebagai ekosistem terbuka, selalu ada kemungkinan untuk integrasi fitur. “Kami percaya kalau bisa menjalani empat hal ini, dalam waktu dua tahun kami akan sampai di tempat yang kami mau.”

Distribusi produk Qasir kini telah sampai ke Jabodetabek, Malang, Yogyakarta, dan Denpasar. Rencananya tahun depan mereka akan menambah daftar ekspansi.

Dari sisi pendanaan, Qasir sudah berada di tahap seri A dan sedang merencanakan untuk menggalang seri B.

“Memasuki tahap Seri B berarti semakin ambisius. Target selanjutnya adalah untuk mencapai paling tidak 5 juta pengguna. Saat ini kami berada di 80 ribu. Karena itu harus agresif,” tutup Michael.

Application Information Will Show Up Here

Upaya Olsera Bersaing sebagai Penyedia “Point of Sales” di Indonesia

Olsera resmi memperkenalkan aplikasi mobile “Olsera Office”. Layanan ini dihadirkan untuk memberikan keluwesan kepada penggunanya untuk melakukan manajemen pada tokonya. Kehadiran aplikasi mobile ini juga sebagai bentuk inovasi selanjutnya dari layanan point of sales OlseraPOS.

Co-Founder Olsera Novendy Chen menceritakan, meski berasal dari Batam pihaknya tidak patah semangat untuk membawa produknya bisa digunakan secara masif oleh pengguna di Indonesia, terutama para UKM. Industri layanan POS di Indonesia yang semakin menjanjikan dan semakin ramai membuat inovasi adalah sebuah kebutuhan untuk bertahan.

“Kondisi ini menuntut inovasi dan pendekatan lebih kepada kebutuhan merchant, kemudian menjadikan challenge tersendiri bagi para pelaku industri POS untuk menghadirkan yang terbaik. Kami rasa ini adalah kompetisi yang sangat sehat, dan menguntungkan para pelaku UKM Indonesia yang pada akhirnya akan menentukan pilihan mereka terhadap layanan yang benar-benar solutif dan bersahabat, baik dari sisi biaya maupun pelayanan purnajual,” terang Novendy.

Kehadiran aplikasi Olsera Office diharapkan mampu menjawab kebutuhan para pengguna dalam melakukan monitoring penjualan dengan cara yang mudah. Kelebihan-kelebihan yang disematkan Olsera seperti, proses loading yang diklaim lebih cepat, navigasi menu yang lebih responsif, dan notifikasi pesanan online menjadi bagian penting dalam memberikan pengalaman bagi para penggunanya.

“Olsera Office hadir sebagai wujud komitmen tim Olsera untuk selalu memberikan value, dukungan, hingga kepuasan terbaik bagi para pengguna Olsera. Orientasi pengembangan kami adalah aspirasi dari para pelanggan, tepatnya para pelaku usaha UKM. Olsera ingin menjadi solusi aplikasi kasir yang dikembangkan dengan pendekatan dari dan untuk para merchant, bukan dari aspirasi perusahaan semata,” jelas Novendy.

Dalam tiga tahun terakhir, Olsera telah melakukan beberapa perubahan penting dari segi layanan. Selain memperbarui versi POS yang lebih aman fitur-fitur baru juga ditambahkan, seperti Self Order, Kiosk Order, Table Management, Kitchen Order Management, Multi Level Inventory Management, Loyalty Point, dan metode pembayaran menggunakan e-money Ovo dan Gopay.

“Kami bangga dengan kerja keras tim kami yang membawa Olsera terus bersaing di depan dan menjadi salah satu top of mind POS provider dengan tingkat kepuasan yang sangat baik,” lanjut Novendy.

Selanjutnya Novendy menceritakan, pihaknya akan lebih fokus untuk memberikan lebih banyak kemudahan kepada para merchant dari sisi pemasaran, pengelolaan operasional, rantai pasokan, pendanaan hingga pembukuan melalui kerja sama rekanan yang saling menguntungkan.

Application Information Will Show Up Here

DIVA Resmi Akuisisi 30 Persen Saham Pawoon

Rencana akuisisi 30% saham startup point-of-sales Pawoon (PT Alphanovation Digital Teknindo) oleh DIVA akhirnya terealisasi hari ini (02/8), setelah dikabarkan sejak akhir tahun 2018 lalu. Pasca aksi perusahaan ini, kedua platform akan bersinergi mengembangkan teknologi dan inovasi produk untuk membantu kegiatan penjualan dan pemasaran di sektor UKM.

“…kami bermaksud untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif dari Pawoon, yang memungkinkan perluasan pangsa pasar secara lebih cepat. Sebagai permulaan, DIVA dan Pawoon telah meluncurkan produk ‘Smart Outlet’, menyatukan platform outlet DIVA dan layanan POS milik Pawoon,” sambut Direktur DIVA Dian Kurniadi.

Sementara itu Founder Pawoon Ahmad Gadi mengungkapkan, dengan bergabung di eksosistem DIVA ia berharap untuk dapat mengakses pasar yang lebih luas sembari menyajikan penawaran fitur yang lebih lengkap, mulai dari integrasi dengan layanan pembayaran hingga logistik.

Gadi juga mengungkapkan saat ini Pawoon sudah digunakan oleh lebih dari 10 ribu UKM di lebih dari 200 kota di Indonesia. Ia juga menyampaikan ambisinya untuk menjadi “unicorn” Indonesia selanjutya.

Untuk layanan SaaS berbasis point-of-sales, Pawoon bersaing langsung dengan beberapa pemain seperti Moka, Sellfazz, NadiPOS, dan lain-lain.

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) merupakan anak usaha dari Kresna Graha Investama. DIVA bergerak di bidang digital business converter dan accelerator dengan model bisnis B2B2C. Melalui platform digitalnya, DIVA menyediakan dua produk untuk para UKM, yakni DIVA Smart Outlet (SO) dan DIVA Intelligent Instant Messaging (IIM).

Application Information Will Show Up Here

Mamang.id Sediakan Teknologi untuk Pedagang Makanan

Mamang.id (Mamang) dikembangkan dengan membawa semangat membuat online UKM, pedagang keliling dan warung kaki lima di bidang jajanan dan makanan. Digitalisasi yang dilakukan diharapkan bisa membuat mereka “mudah ditemukan” pelanggan dan merapikan catatan penghasilan mereka.

Platform ini dikembangkan oleh Taufik Hajami dan Hadid Mubarak. Keduanya merupakan alumni Politeknik Negeri Bandung yang memiliki misi yang sama, membantu UKM di Indonesia melalui teknologi. Setelah melewati serangkaian survei, lahirlah Mamang.

Mamang mulai terjun ke lapangan dan memberikan pengarahan dan edukasi mengenai manfaat teknologi kepada pelanggan pada bulan Oktober 2018. Hampir setengah tahun berjalan, kini mereka sudah mendapatkan lebih dari 750 pedagang terdaftar yang semuanya berada di kota Bandung.

“Karena respon dari pedagang positif ketika mereka akan dibantu oleh teknologi, hanya saja perlu edukasi untuk sebagian besar pedagang di Indonesia yang masih belum melek teknologi. Saat ini untuk meyakinkan pedagang kami mendatangi lagnsung dan menjelaskan langsung kepada mereka, karena masih cukup sulit jika melalui media digital. Kita juga akan mencoba untuk bekerja sama dengan komunitas-komunitas pedagang dan kuliner yang ada di setiap wilayah di Indonesia,” terang CEO Mamang Taufik Hajami.

Saat ini Mamang memiliki tiga layanan. Yang pertama adalah aplikasi pedagang. di dalamnya terdapat menu untuk memasang foto dagangan, deskripsi, dan juga lokasi berjualan. Di dalam aplikasi ini juga pedagang akan mendapat fitur untuk mengelola menu dan fitur POS (Point of Sales). Lengkap dengan laporan statistik, resep dan lainnya.

Mamang juga menyediakan aplikasi untuk pembeli. Tujuannya memudahkan masyarakat mencari jajanan atau makanan di sekitar pengguna sesuai dengan kategori atau kata kunci. Informasi yang akan didapatkan meliputi informasi jadwal, lokasi, dan menu pedagang dan event.

Layanan ketiga, yang baru saja diluncurkan, adalah layanan crowdfunding. Fitur ini memungkinkan masyarakat terlibat dalam pendanaan UKM di bidang jajanan atau makanan. Di dalamnya pengguna bisa mendanai, mendapatkan laporan penjualan, bagi hasil, dan informasi sejenis.

“Prosesnya kita melibatkan orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun untuk menjadi mentor UMKM, sehingga diharapkan masalah-masalah yang sering muncul dalam usaha bisa dicegah sebelumnya. Mentor ini yang akan membantu UMKM merencanakan pendanaan dan hitungan lainnya, termasuk komposisi bagi hasil. Sehingga setelah kami validasi kami masukkan ke daftar UMKM yang membutuhkan pendanaan, barulah para investor dapat mulai mendanai melalui halaman investor,” terang Taufik.

Selanjutnya, setelah terkumpul, dana akan diserahkan ke mentor dan pelaku usaha menjalankan rencananya. Mamang akan menyediakan aplikasi mencatat setiap aktivitas dan transaksi yang terjadi.

Sebagai layanan yang belum genap berusia satu tahun, Mamang terus berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan layanannya. Salah satunya adalah dengan memperkuat sektor pemasaran. Targetnya tahun ini Mamang menargetkan terbentuk 300 UKM baru.

“Fokus kami saat ini adalah terus meningkatkan jumlah UMKM yang terdaftar dan terdanai melalui layanan crowdfunding dan mencari pendanaan yang akan digunakan untuk biaya marketing,” jelas Taufik.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo dan Moka Hadirkan Platform Kredit Instan Offline

Kredivo, startup kartu kredit digital besutan FinAccel, berkolaborasi dengan Moka, penyedia aplikasi Point of Sales (PoS), memudahkan konsumen menggunakan platform kredit instan secara offline. Sebelumnya, produk serupa telah diterapkan Akulaku melalui Akulaku Pay Offline.

Co-Founder dan CEO FinAccel Akshay Garg mengungkapkan, “Kredivo membangun infrastruktur kredit ritel sedangkan Moka membangun infrastruktur penerimaan pembayaran digital. Kami memiliki visi yang sama untuk meningkatkan transaksi digital, baik diri sisi pedagang maupun pembeli.”

Program ini diharapkan bisa membantu perusahaan mencapai target pencapaian dua kali lipat tahun ini dibandingkan pencapaian selama tiga tahun terakhir.

Payment adalah salah satu pain point yang dihadapi para merchant di mana mereka hanya menerima cash. Dengan kerja sama ini, kita membantu merchant untuk bisa menambah opsi pembayaran, ujar Haryanto Tanjo, Co-Founder dan CEO Moka.

Haryanto memastikan, dari segi bisnis, Moka dan Kredivo memiliki visi yang sama, yaitu mendorong financial inclusion.

Di tahun 2018 Moka dan Kredivo sama-sama memperoleh pendanaan besar untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaannya. Kredivo memperoleh pendanaan 435 miliar Rupiah untuk aksi ekspansi regional, sementara Moka mendapatkan pendanaan 355 miliar Rupiah untuk masuk ke pasar korporasi.

Ini bukan kali pertama Kredivo meluncurkan program transaksi offline. Sebelumnya, bersama Okeshop, Kredivo sudah tersedia di 47 gerai di wilayah Jabodetabek. Kredivo menyebutkan layanannya telah hadir di 11 kota di Indonesia.

“Dengan kerja sama ini, kami juga ikut mendukung langkah pemerintah dalam gerakan nasional nontunai, membantu Kredivo menjangkau 14 ribu merchant dengan lebih cepat, membantu merchant untuk menerima opsi pembayaran yang berbeda, dan menyediakan banyak sekali promosi yang bisa dinikmati para penggunanya,” ujar VP Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan.

Mengenal MetaPos dan Mobey, Produk Fintech dari VisioNet (UPDATED)

PT VisioNet Data Internasional (VDI) memiliki dua layanan fintech yang siap dikembangkan di tahun 2019. Mereka adalah MetaPos dan Mobey. Aplikasi point of sales dan kanal pembayaran berbasis mobile.

MetaPos merupakan solusi point of sales berbasis mobile. Dikembangkan dengan tujuan untuk membantu merchant dalam manajemen opersional bisnis sehari-hari. Selain itu juga didesain agar memudahkan pemilik bisnis untuk memonitor seluruh aktivitas (finansial) secara mudah.

Business Development VisioNet Adrianus Ryan menjelaskan, MetaPos menghadirkan beragam fitur seperti pencatatan transaksi, manajemen inventory, hingga sistem loyalitas dan promosi. Sebagai pembeda dan nilai tambah, Metapos juga menghadirkan fitur split bill dan split payment yang dikombinasikan dengan berbagai macam pembayaran.

Produk fintech lainnya dari VisioNet adalah Mobey, yakni sebuah kanal pembayaran berbasis mobile yang sudah tersertifikasi NSICCS, Visa, Master, dan JCB. Mobey mampu menerima transaksi dengan kartu debit dan kartu kredit.

Mobey sendiri hadir guna memenuhi kebutuhan akan pembayaran non-tunai yang lebih luas. Ditujukan untuk pembayaran di tempat, seperti untuk kebutuhan cash on delivery dalam pengiriman barang belanja online dan lain sebagainya. Dengan kata lain solusi Mobey merupakan solusi on-the-spot payment.

Layanan MetaPos dan Mobey sendiri saat ini sudah terdaftar di Bank Indonesia di kategori ​Sistem Pembayaran per ​5 Desember 2018.

Integrasi MetaPos dan Mobey

Kedua produk tersebut juga didesain untuk dapat saling terintegrasi. Mobey hadir sebagai salah satu pilihan pembayaran di MetaPos. Dengan harapan lebih memudahkan penggunaan.

“Mobey merupakan salah satu channel pembayaran yang tersedia di MetaPos. Dengan adanya Mobey, proses pembayaran dilakukan secara terintegrasi, tanpa harus melakukan input ulang nominal pembayaran. Merchant dapat menerima pembayaran dari berbagai jenis kartu hanya dengan menggunakan satu device saja,” jelas Andrianus.

Saat ini MetaPos dan Mobey sama-sama mencoba untuk terus dikembangkan dan dibawa ke pangsa pasar yang lebih luas. MetaPos sendiri sebenarnya sudah mulai dikenalkan pada tahun 2017. Sementara Mobey baru satu tahun setelahnya.

“Tahun ini akan ada perombakan desain yang cukup signifikan agar semakin mempermudah pengoperasian MetaPos. Tidak lupa kami juga akan merilis versi iOS untuk memenuhi permintaan merchant. Kami punya tujuan besar untuk mengintegrasikan MetaPos dengan inovasi-inovasi digital lain dari VisioNet, seperti City Application dan Mall Application,” tutup Andrianus.

Update :  VisioNet merupakan perusahaan terpisah dengan PT Visionet Internasional (pengembang Ovo) dan berada di bawah naungan PT Visionet Data Internasional.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Moka Launches Payment Aggregator App Moka Pay

Moka enters the payment aggregator service by launching Moka Pay. The feature is designed to accommodate non-cash transaction for SME’s merchants using its POS (Point of Sales) service. On DailySocial observation, the beta version Moka Pay is now available to download in Google Play.

From the information provided, Moka Pay is not only acted as a payment aggregator but also has a simple POS feature to support entrepreneurs in scaling up the business.

There are employee management access, financial report, invoice making, maintaining progress for outlets in other locations, and many more. All transactions will be recorded in cloud and accessible anytime in real time.

Moka Pay
Moka Pay App

In addition, there’s a non-cash feature to accommodate transaction from various sources, such as e-wallet, credit card, and cash. Some fintech players have partnered up with Moka are Akulaku, Ovo, TCash, and Kredivo. Entrepreneurs no longer need to invest for additional tools for this payment option.

Take a closer look, Moka implements freemium business model for Moka Pay app. It means, users can work with all the available services, but there are some features available after the upgrade to Moka POS.

The strategy is considered as Moka’s initiative to acquire new user base without having to subscribe first, as usually applied for Moka POS. In terms of product segment, Moka Pay’s target is not only the micro-segments but also higher scale.

The product was mentioned briefly by Bayu Ramadhan, Moka’s VP of Brand & Marketing in #SelasaStartup session this week. He said, Moka is preparing a product for the micro-segments, it is to be released in the Q1 next year.

Moka POS is said to be used by more than 12 thousand businessmen in 200 locations all over Indonesia. Not only providing POS cashier solution, Moka has other unit includes Moka Capital for the capital loan to all businessmen of lending players. There is also Moka App Marketplace for other solutions for accounting.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Moka Rilis Aplikasi Agregator Pembayaran Moka Pay

Moka merambah layanan agregator pembayaran dengan peluncuran Moka Pay. Fitur ini didesain untuk mengakomodasi transaksi non-tunai merchant UKM yang memanfaatkan layanan point of sales (POS) besutannya. Menurut penelusuran DailySocial, aplikasi versi beta Moka Pay sudah hadir dan bisa diunduh di Google Play.

Dari penjelasan yang tertera, Moka Pay tidak hanya sebagai agregator pembayaran, tapi juga memiliki fitur POS sederhana yang dapat digunakan untuk membantu pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya.

Ada akses manajemen karyawan, laporan keuangan, pembuatan invoice, memantau laporan untuk outlet di lokasi lain, dan sebagainya. Semua transaksi akan tercatat dalam cloud dan bisa diakses kapan saja secara real time.

Aplikasi Moka Pay
Aplikasi Moka Pay

Di samping itu, ada fitur pembayaran non-tunai yang mengakomodasi transaksi dari berbagai sumber dana, baik dari e-wallet, kartu kredit, dan tunai. Adapun pemain fintech yang sudah bermitra dengan Moka di antaranya Akulaku, Ovo, TCash, dan Kredivo. Pengusaha tidak perlu berinvestasi tambahan perangkat untuk menerima opsi pembayaran ini.

Bila diperhatikan, Moka menerapkan model bisnis freemium untuk aplikasi Moka Pay. Artinya pengguna bisa menggunakan seluruh layanan yang ada sepuasnya, namun ada beberapa fitur yang baru bisa digunakan apabila upgrade layanan ke Moka POS.

Strategi ini bisa dikatakan menjadi cara Moka mendapatkan basis pengguna baru tanpa harus berlangganan di tahap awal, seperti yang selama ini diterapkan untuk Moka POS. Bahkan dari segmentasi produknya, Moka Pay tidak hanya menyasar segmen bisnis mikro saja, tapi juga yang sudah berskala besar.

Produk ini sebetulnya pernah disinggung secara singkat oleh VP of Brand & Marketing Moka POS Bayu Ramadhan dalam sesi #SelasaStartup pekan ini. Dia hanya mengatakan bahwa Moka tengah menyiapkan suatu produk untuk segmen mikro, yang rencananya bakal rilis pada awal tahun depan.

Disebutkan bahwa Moka POS telah digunakan oleh lebih dari 12 ribu pengusaha yang tersebar di 200 lokasi di seluruh Indonesia. Tidak hanya menyediakan solusi mesin kasir POS, Moka memiliki unit layanan lainnya seperti Moka Capital yang memberikan pinjaman modal kepada para pengusaha dari pemain lending. Ada juga Moka App Marketplace untuk tambahan solusi buat pembukuan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Mendalami Peran Teknologi dalam Membangun “Cashless Society”

Teknologi memiliki peran besar dalam membantu masyarakat ketika bertransaksi. Meski kepemilikan kartu kredit masih minim di kalangan masyarakat Indonesia, berkat teknologi opsi pembayaran non-tunai makin bervariasi, khususnya melalui mobile payment.

Dalam sesi #SelasaStartup edisi terakhir di 2018, hadir VP of Brand & Marketing Moka Bayu Ramadhan. Ia mengatakan adopsi non-tunai (cashless) ini sebenarnya belum sepenuhnya optimal di Indonesia, khususnya di sisi merchant. Kondisi saat ini membuat mereka harus menyediakan beragam mesin EDC untuk menerima kartu. Belum lagi mesin khusus untuk mencetak kode QR demi menerima pembayaran berbasis aplikasi.

Padahal dikutip dari berbagai sumber, secara potensi ada 59,2 juta pengusaha UKM di tahun ini, namun baru 3,79 juta di antaranya yang sudah go-online. Diprediksi jumlah UKM terus tumbuh hingga 5% pada tahun depan dan diharapkan sebanyak 8 juta UKM mulai memanfaatkan layanan pembayaran digital.

“Realisasinya masih jauh dengan target yang sudah dicanangkan pemerintah pada tahun depan. Untuk itu butuh solusi yang cepat dan efektif dalam mengadopsi cashless, salah satunya dengan edukasi tentang kebutuhan cashless kepada UKM, adakan training secara berkala soal digitalisasi UKM,” terang Bayu.

Pentingnya cashless bagi UKM

Menurut Bayu, pembayaran non-tunai pada dasarnya membantu UKM dalam mengurangi risiko fraud atau kehilangan. Semakin berkurangnya uang tunai yang dipegang, manajemen keuangan akan lebih rapi, mudah dikelola, dan mudah dilacak riwayatnya secara online.

Pengusaha UKM bisa menghemat waktu untuk mengatur keuangan tanpa proses manual sama sekali. Mereka bisa lebih fokus mengembangkan usahanya.

“Belum lagi para pemain mobile payment kini berlomba-lomba memberikan promo dan diskon, tidak hanya buat end-user tapi juga merchant itu sendiri. Merchant bisa mendapatkan tambahan pemasukan dari situ,” terang dia.

Manfaat bagi konsumen

Transaksi non-tunai mengedepankan unsur keamanan dan efisiensi. Bagi masyarakat, memasukkan kode PIN, memindai sidik jari, atau metode keamanan lainnya saat melakukan pembayaran dirasa lebih nyaman daripada harus membawa dompet kemana-mana.

Tak hanya buat bayar merchant offline, dengan layanan dan fitur yang disediakan mobile payment umumnya ada opsi pembayaran lainnya, termasuk PPOB. Ekosistem yang interconnected dan interoperable antar pihak ini sangat membantu, karena masyarakat cukup menampung dana di satu platform, tapi bisa untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan.

Tantangan dan solusi

Bayu berpendapat ketika berbicara soal adopsi non-tunai, proses edukasi end user lebih mudah daripada ke merchant. Terlebih kepada merchant yang sudah bertahun-tahun terbiasa dengan transaksi tunai dan pencatatan manual.

Di samping itu ada ketimpangan di lapangan. Jumlah mesin EDC yang beredar hanya sekitar 1 juta, sementara jumlah kartu yang beredar termasuk debit dan kredit mencapai 130 juta.

Mengatasi hal tersebut butuh kolaborasi antar pihak, misalnya dengan menyediakan teknologi yang mampu menerima berbagai opsi pembayaran mobile dalam satu perangkat saja. Hal ini akan mempermudah merchant dalam menerima pembayaran dan harus berinvestasi banyak perangkat di meja kasirnya.

Ia mencontohkan mesin kasir Moka kini bisa menerima berbagai opsi pembayaran non-tunai dari berbagai provider. Sebut saja dari Akulaku, T-Cash, OVO, Dana, dan Kredivo; termasuk menerima pembayaran kartu debit dan kredit. Merchant tidak perlu banyak berinvestasi tambahan perangkat agar bisa menerima berbagai opsi pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Startup POS Pawoon Segera Lepas 30% Sahamnya kepada DIVA

Startup pengembang layanan POS (Point of Sales) Pawoon mengumumkan segera melepas 30% sahamnya kepada Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), anak usaha dari Kresna Graha Investama, dengan nilai yang tidak disebutkan. Dana segar dari pencaplokan saham tersebut akan digunakan untuk akselerasi bisnis Pawoon di seluruh wilayah Indonesia.

Founder dan CEO Pawoon Ahmad Gadi mengatakan, suntikan dana ini akan diarahkan untuk pengembangan produk dan mempercepat akuisisi merchant.

“Kami melayani bisnis di semua ukuran, dari UKM dengan satu warung hingga franchise dengan ratusan gerai. Bisnis-bisnis tersebut [saat ini] cenderung mengandalkan pena, kertas, dan metode konvensional untuk mencatat penjualan,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Pawoon menyediakan segala kebutuhan merchant untuk memulai, menjalankan, dan mengembangkan bisnisnya dengan perangkat lunak, dilengkapi solusi pembayaran berbasis uang elektronik. Pawoon juga membuka akses terhadap pendanaan dan penyempurnaan supply chain bisnis.

“Pawoon memiliki tujuan utama membangun ekosistem yang lengkap bagi para pelaku bisnis, tidak hanya sekadar software yang lengkap. Inti dari seluruh aspek ini adalah data transaksional yang berjumlah besar, jika terorganisir akan memberikan nilai tambah untuk merchant.”

Produk Pawoon / Pawoon
Tampilan aplikasi Pawoon / Pawoon

Direktur DIVA Dian Kurniadi menambahkan, perseroan tertarik kepada Pawoon lantaran pertumbuhan eksponensialnya yang mencapai 28 kali lipat selama dua tahun terakhir. Bahkan pertumbuhan bulanannya dalam empat bulan terakhir diklaim mencapai 20%.

Ditambah solusi yang dikembangkan Pawoon memberikan potensi penumbuhan bisnis di luar tiga sektor yang saat ini digarap DIVA.

“Karena F&B dianggap salah satu yang paling menguntungkan dari 10 kelompok industri yang diprioritaskan pemerintah, kami ingin memasuki pasar tersebut, yang memiliki nilai perputaran transaksi tahunan hingga Rp27,5 triliun di Jakarta saja.”

Melalui investasi ini, DIVA akan membuka potensi UKM maupun perusahaan besar yang signifikan dalam industri F&B, mempercepat transformasi non-tunai dan memungkinkan sinergi bisnis unik yang sesuai dengan industrinya.

Sejak peluncuran Pawoon di tahun 2015, aplikasi POS Pawoon telah digunakan oleh lebih dari 10 ribu merchant yang tersebar di 200 kota di seluruh Indonesia.