FitHappy Umumkan Pendanaan Pra-Awal Dipimpin East Ventures

Startup healthtech FitHappy hari ini (24/10) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan pra-awal dalam nominal yang dirahasiakan dari East Ventures, dengan partisipasi dari investor lain yang turut dirahasiakan pula.

FitHappy akan mengalokasikan dana yang diterima untuk meningkatkan kemampuan aplikasinya agar dapat terus menekankan pembangunan kebiasaan sebagai fitur inti, meningkatkan analitik kesehatan holistik, mengembangkan toko FitHappy, dan menemukan product-market fit.

“Pendanaan ini menjadi dukungan kuat bagi kami untuk terus membuat program-program kesehatan holistik untuk membantu masyarakat menjadi bugar dan bahagia. FitHappy memberikan solusi digital yang terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia dengan menanamkan kebiasaan dan kebahagiaan,” ucap Co-Founder & CEO FitHappy Imam Prabowo Karnohartomo dalam keterangan resmi.

Startup ini dirintis Imam Prabowo Karnohartomo dan Kuncoro Dwi Atmojo (CTO). Imam adalah seorang pengusaha teknologi dengan 10 tahun pengalaman di bidang teknologi kesehatan, konsultasi, dan manajemen risiko. Kuncoro memiliki 10 tahun pengalaman bekerja di Silicon Valley sebagai software engineer. Tim FitHappy terdiri dari ahli nutrisi klinis, neurologi, neuroscience, endokrin, forensik, psikologi perilaku, dan ilmu olahraga.

Produk FitHappy

Perusahaan hadir untuk membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik melalui pendekatan baru. Di Indonesia, pola makan dan kebiasaan yang tidak sehat mengancam kesehatan dan produktivitas penduduk secara keseluruhan, dengan 1 dari 5 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, dan lebih dari 60 juta penduduk menderita hipertensi dan/atau diabetes.

Obesitas meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi, yang merupakan dua prediktor kuat penyakit yang kronis dan mematikan. Kondisi kesehatan ini juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan ketidakseimbangan kehidupan kerja. Untuk mencegah dan mengelola hipertensi, diabetes, dan obesitas, salah satu upaya dapat dimulai adalah dengan mengubah gaya hidup, seperti mencapai berat badan ideal dan mempertahankan gaya hidup sehat.

Solusi FitHappy adalah program kesehatan holistik yang mudah diikuti, serta dipersonalisasi berdasarkan kesehatan dan psikologi masing-masing individu. FitHappy menyediakan aplikasi pembinaan kesehatan holistik memungkinkan setiap pengguna memiliki pelatih khusus untuk membantu mereka memperbaiki kebiasaan makan, kebiasaan latihan fisik, kebiasaan menerapkan mindfulness, dan kebiasaan produktivitas.

Dengan demikian, FitHappy dapat membantu penggunanya menjadi lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih produktif. Untuk perusahaan, FitHappy membantu meningkatkan kesehatan dan well being karyawan untuk meningkatkan produktivitas, kinerja, dan ROI.

FitHappy fokus membangun kebiasaan untuk mengadopsi gaya hidup sehat jangka panjang, mengintegrasikan program diet, olahraga, dan praktik mindfulness ke dalam satu aplikasi seluler. Metodologi FitHappy juga dapat meningkatkan keharmonisan kegiatan kerja karena memiliki kebiasaan sehat yang dapat mengurangi tingkat absensi dan meningkatkan produktivitas.

“Hal terpenting bagi kami adalah ketika para pengguna menikmati prosesnya. Metode FitHappy tidak mengharuskan pengguna untuk menghitung kalori atau mengikuti meal plan yang kaku, melainkan membantu para pengguna untuk mengikuti perubahan kebiasaan & gaya hidup selangkah demi selangkah. Kami juga merasa bersyukur menyaksikan perubahan di berbagai perusahaan yang mempercayakan produktivitas karyawannya dengan FitHappy, dan betapa kuatnya perubahan kebiasaan dalam memengaruhi kehidupan seseorang,” kata Co-founder & CTO FitHappy Kuncoro Dwi Atmojo.

FitHappy berupaya untuk mengambil peluang di pasar kebugaran dan kesejahteraan digital di Indonesia, yang diproyeksikan mencapai $2,23 miliar pada 2027, dengan menyediakan layanan kesehatan yang dipersonalisasi dengan biaya terjangkau dan mendorong masyarakat untuk membeli produk F&B yang sehat di toko FitHappy. Diklaim hingga saat ini, aplikasi FitHappy telah diunduh oleh ribuan pengguna, dengan tingkat keberhasilan penurunan berat badan dan lemak sebesar 90% dan tingkat retensi konsultasi sebesar 97%

Tak hanya mengembangkan produk, perusahaan juga akan menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, merek, dan komunitas dengan tujuan yang lebih besar untuk membantu lebih banyak orang mengubah hidup mereka jadi lebih baik.

“Kami percaya bahwa pendekatan FitHappy terhadap kesehatan dan kebugaran akan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia, dan pada akhirnya akan mendorong produktivitas secara keseluruhan. Kami senang menyambut FitHappy sebagai bagian dari ekosistem portofolio East Ventures dan berharap dapat melihat tim FitHappy dalam menemukan produk yang sesuai dengan pasar dan memberikan solusi yang meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup,” kata Principal East Ventures Devina Halim.

Application Information Will Show Up Here

Platform Manajemen Keuangan Keluarga “Pocket” Kantongi Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures

Platform manajemen keuangan keluarga “Pocket” yang telah hadir sejak tahun 2021 lalu telah menerima pendanaan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam rilis yang diterima, tidak disebutkan nilai investasi yang diperoleh startup fintech tersebut.

Perusahaan memiliki rencana untuk mengalokasikan dana ini dengan fokus pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.

“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini. Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Co-Founder dan CEO Pocket Markus Kevin.

Bersama dengan Co-Founder dan CTO Bravyto Takwa Pangukir, Pocket hadir dengan latar belakang masih adanya permasalahan yang sudah lama berlangsung dalam lanskap keuangan, khususnya terkait manajemen keuangan pribadi dan keluarga. Pocket terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.

Saat ini platform wealth management yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Finku, Sribuu, Moni, dan beberapa lainnya. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, beberapa layanan seperti PINA juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Luncurkan kartu virtual dan fisik prabayar

Kartu debit Pocket
Kartu debit Pocket

Pocket juga menghadirkan kartu virtual dan fisik prabayar dengan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital; pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.

Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia.

Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu. Hingga saat ini, Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.

Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia.

“Kami yakin bahwa Pocket memimpin inovasi di bidang ini untuk membuka peluang yang tak terhitung jumlahnya dengan memberdayakan orang tua di Indonesia untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda, dan pada akhirnya memungkinkan keluarga modern memiliki keuangan rumah tangga yang sehat dan praktik keuangan yang berkelanjutan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures dan Init-6 Suntik Pendanaan Pra-Awal Startup Penyewaan Alat Kantor “Bioma”

Inflasi yang semakin meningkat serta pengurangan subsidi bahan bakar telah membatasi daya beli sejumlah kalangan masyarakat. Hal ini telah menginspirasi beberapa pihak untuk menawarkan layanan atau produk yang mendukung efisiensi. Salah satunya adalah Bioma, sebuah startup Product-as-a-Service yang menawarkan akses kepada pelanggan bisnis untuk menyewa berbagai jenis aset fisik, seperti komputer, tv, meja kantor, dan lain sebagainya.

Hari ini (4/10) perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan tahap pra-awal (pre-seed) dengan nominal yang tidak diungkapkan. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dan Init-6.

Solusi yang ditawarkan oleh Bioma diharapkan bisa mengatasi berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi pelanggan terkait keterbatasan modal, jumlah pemakaian, dan tempat penyimpanan dalam mengelola aset.

Co-Founder & CEO Bioma Arlo Erdaka mengungkapkan, keyakinannya akan misi Bioma dalam memungkinkan dan mengubah bisnis di Indonesia menjadi ringan aset serta menghemat waktu, energi, dan modal untuk mengelola aset fisik. “Solusi kami memungkinkan bisnis untuk fokus pada aspek penting dalam mengalokasikan sumber daya, memberikan kenyamanan, serta harga yang terjangkau,” tambahnya.

Partner East Ventures Avina Sugiarto turut menambahkan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran perilaku pembelian, akses lebih penting dibandingkan kepemilikan. Bioma hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan antara pemilik aset dan pengguna sehingga membuka jalan untuk pemanfaatan barang yang lebih baik.

“Kami percaya adanya peluang besar di industri ini. Dengan kemauan serta pengalaman yang kuat dari tim Bioma baik di bidang teknologi, produk, dan operasi, kami bersemangat untuk tumbuh bersama Bioma dan mempercepat perpindahan ke pola konsumsi yang semakin sirkular,” ungkap Avina.

Perusahaan menegaskan bahwa akan mengalokasikan pendanaan yang diperoleh untuk memperluas layanan mereka, terutama untuk melayani berbagai jenis kebutuhan bisnis para pelanggan. Ke depannya, Bioma akan mengalokasikan dana tersebut untuk menambah sumber daya, terutama pada bidang operasional, produk, dan teknologi, guna memastikan pengalaman pengguna (user experience) yang lebih baik.

Layanan dan produk

Bioma didirikan pada tahun 2022 oleh Arlo Erdaka (CEO), Melvin Juwono (COO), Gideon Yuwono (CPO), Obed Tandadjaja (CTO), serta Marcel Christianis (CGO). Mereka adalah para pakar di industri investasi dan perusahaan teknologi dengan rekam jejak yang terbukti sebagai pendiri startup yang telah diakuisisi.

Ketika itu, mereka menyadari adanya permintaan terhadap cara konsumsi alternatif dalam menggunakan aset fisik. Solusi yang dihadirkan Bioma memberikan fleksibilitas, pilihan, dan kemudahan bagi para pemilik bisnis untuk menyewa dibandingkan untuk membeli barang yang akan dipakai. Di sisi lain, Bioma juga mengatasi kerumitan operasional bisnis dalam memenuhi dan memelihara barang yang mereka beli.

Selain menawarkan penghematan biaya yang ringan aset, solusi ini juga berperan sebagai alternatif ramah lingkungan terhadap pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan memberikan kemungkinan penggunaan kembali satu barang oleh banyak pelanggan. Bioma sendiri akan bertanggung jawab dalam pengelolaan siklus penggunaan barang dengan cara mendaur ulang atau mengubah fungsi suatu barang untuk meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan.

Beberapa contoh kasus dalam  masyarakat adalah, mereka secara terus-menerus membeli barang dengan biaya yang mahal hanya untuk digunakan dalam waktu singkat. Setelah barang dibeli, banyak pelanggan mengalami kesulitan dalam hal operasional yang terkadang rumit, seperti pemeliharaan dan perbaikan barang rusak, dan akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas dalam banyak kasus.

Dalam aspek operasional, Bioma juga memberikan kesempatan kepada para brand untuk menjadi sirkular. Dengan menerapkan visi yang sama untuk memungkinkan bisnis ringan aset, lebih dari 90% inventaris yang ditawarkan oleh Bioma dimiliki oleh pihak ketiga seperti brand dan individu melalui model bagi hasil, di mana Bioma bertanggung jawab dalam mengelola operasional secara end-to-end. Hal ini memungkinkan para brand untuk mengembangkan bisnis mereka ke pasar sewa tanpa perlu membangun sistem rantai pasok sewa sendiri.

Layanan Bioma digunakan oleh para pemilik bisnis di berbagai sektor, mulai dari properti hingga agrikultur, dengan berbagai ukuran bisnis, mulai dari startup hingga korporasi besar. Bioma menawarkan rental marketplace dari berbagai barang fisik yang dapat diakses melalui situs mereka. Bioma terus menemukan semakin banyak kebutuhan bisnis baru yang menunjukkan kemungkinan dan potensi pertumbuhan yang tinggi.

Bioma menawarkan akses penyewaan terhadap aset fisik yang berkualitas mulai dari perangkat elektronik, perabotan, peralatan dapur, serta perlengkapan ibu & bayi. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki beberapa mitra ternama seperti Informa, Pashouses, Mamikos, Transfez, Sekolah.mu, serta lebih dari 20 ribu pengguna.

Venture Partner Init-6 Rexi Christopher menyatakan kepercayaannya pada Bioma dalam memberikan layanan dan solusi penyewaan, tidak hanya untuk pelanggan ritel tetapi juga untuk bisnis. “Tren global secara bertahap bergerak dari arus utama, beli dan buang, ekonomi linier ke ekonomi sirkuler, serta peluang pasar dalam ekonomi sirkular cukup besar dan akan terus berkembang. Terlebih lagi dengan adanya potensi besar dari pemilik usaha yang saat ini berambisi mengubah model bisnis mereka menjadi ringan aset,” ungkapnya

Pendekatan Berbeda Startup HR-Tech Karun Tangani “Tech-Talent War”

Selama kesenjangan antara supply dan demand terus ada, talent war akan terus terjadi demi mendapatkan calon pekerja terbaik. Celah tersebut menjadi pekerjaan bersama seluruh stakeholder. Di saat yang sama, kesempatan buat para HR-tech masuk menawarkan berbagai solusi memudahkan kedua sisi, mulai dari rekrutmen, sortir, tes, hingga mendapatkan talenta yang dicari, dengan memanfaatkan teknologi digital.

Karun adalah pendatang baru di kalangan startup HR-tech. Startup yang dirintis William Jakfar ini punya ambisi turut serta menyelesaikan masalah “tech-talent war” ini dengan caranya sendiri. Meski William bukan berlatar belakang sebagai HR, ia punya semacam filosofi hidup yang ingin membantu orang lain dengan sesuai kemampuannya. Sebelumnya, ia punya pengalaman mendalam sebagai digital marketing dan bekerja di Bytedance dengan posisi SMB Partner Manager.

“Saya mendirikan Karun dan menjelajahi industri HR/recruitment untuk membantu talent yang merasa helplesss dengan semua keterbatasannya, namun punya daya juang yang tinggi,” ujarnya kepada DailySocial.id.

Karun sendiri diambil dari kata “karuna” dari Bahasa Sanskrit yang bermakna welas-asih (belas kasih/iba).

Platform ReviewKerja

Karun didirikan pada awal tahun ini, dengan menyediakan dua produk, yakni platform ReviewKerja dan services untuk employer branding. Platform ReviewKerja itu sendiri baru dirintis pada awal September ini, sebagai tempat untuk komparasi gaji, review, forum, dan lowongan pekerjaan, untuk talenta teknologi di Indonesia.

Perusahaan dapat memasukkan lowongan ke dalam platform dan maintain employer branding-nya melalui layanan agensi digital yang dikelola Karun. Bila mengenal platform Glassdoor, ReviewKerja punya konsep yang sama. “Layanan employer branding ini memastikan perusahaan tetap relevan dan menjadi pilihan utama para talent dengan strategi digital branding yang tepat.”

Inisiasi William dengan merilis ReviewKerja ingin menyelesaikan tiga hal, yakni “the great resignation”, tingginya turnover tech-talent dengan rata-rata global sebesar 21,35%, dan besarnya kebutuhan tech-talent untuk dukung ekonomi digital dalam satu dekade mendatang. Di industri sendiri, situs komparasi gaji dan review perusahaan secara umum sudah ada, namun ReviewKerja memosisikan diri khusus untuk talenta digital.

Platform ini dibuat khusus untuk mendukung karier di bidang teknologi, khususnya IT, data, dan product dengan mengakses gaji, review tempat kerja di startup dan korporat, sembari berjejaring lewat forum anonim secara aman. “Bayangkan Glassdor + Stack Overflow punya bayi di Indonesia” kata dia.

William melanjutkan, “Navigasi karier profesional IT yang baru maupun senior sangat tergantung dari informasi gaji dan review kerja, namun informasi ini terbatas dan hanya beredar dari mulut ke mulut saja.”

Dalam menjalankan monetisasinya, Karun memberlakukan fee untuk jasa pemasangan lowongan kerja, head-hunter tenaga IT, dan layanan custom employer branding services, termasuk digital branding agar perusahaan menjadi pilihan utama kandidat. Sementara, untuk forum komunitas di platform bersifat gratis untuk para profesional IT.

Perusahaan sudah didukung dengan pendanaan eksternal tahap pra-awal dengan nominal dirahasiakan pada April 2022. Dana tersebut datang dari VC asal Singapura bernama REAPRA. William menjelaskan dana tersebut digunakan untuk mendanai operasional perusahaan, sembari menemukan product-founder-market-fit. Dalam operasional Karun, William dibantu oleh tiga orang intern dan satu part timer.

Karun juga akan memfokuskan peningkatan jumlah pengguna dalam beberapa bulan ke depan, mengingat ReviewKerja baru dirilis bulan ini. “Kami telah menjajaki partnership untuk recruitment dan employer branding dengan beberapa perusahaan di Indonesia,” tutupnya.

Startup Skoring Kredit “SkorLife” Raih Dana Pra-Awal 32 Miliar Rupiah

Startup fintech penyedia skoring kredit SkorLife mengumumkan telah mengumpulkan dana tahap pra-awal senilai $2,2 juta (lebih dari 32,8 miliar Rupiah) dari sekelompok investor. AC Ventures bersama Saison Capital berpartisipasi dalam putaran ini, bersama jajaran angel investor di Asia.

Nama-nama angel investor yang berpartisipasi di antaranya, pendiri OneCard (FPL Technologies), Jefferson Chen (Advance.ai), Willy Arifin (KoinWorks), Krishnan Menon (Lummo), Arip Tirta (Evermos), Harshet Lunani (Qoala), Achmad Zaky (Init-6), dan beberapa eksekutif dari Northstar Group, Stripe, Google, Boston Consulting Group, Gojek, dan CreditKarma.

Modal segar akan dialokasikan untuk pengembangan produk, perekrutan karyawan baru, dan peningkatan awareness.

Startup ini didirikan oleh Ongki Kurniawan (CEO) dan Karan Khetan (COO). Keduanya merupakan veteran di dunia teknologi. Sejumlah posisi penting pernah diduduki Ongki, di antaranya Country Head Stripe Indonesia, Executive Director di Grab, Managing Director di LINE, dan menjabat berbagai posisi senior di XL Axiata, BCG, dan lainnya. Sementara itu, Khetan adalah salah satu pendiri di 5x, BookMyShow Southeast Asia, Lamudi, mantan MD di Rocket Internet, dan banyak lagi.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (5/9), Ongki menjelaskan SkorLife adalah pembuat kredit pertama di Indonesia yang masih berada dalam tahap awal. Dengan dukungan dari berbagai investor, dari hasil validasi yang telah dilakukan, ia meyakini bahwa SkorLife berada di posisi yang tepat untuk memimpin beban kredit konsumen di tanah air.

“Melalui layanan kami, individu akan dapat membangun dan meningkatkan profil kredit mereka dengan fitur-fitur seperti tip dan saran yang dipersonalisasi. Kami juga akan membantu membawa lebih banyak pengguna NTC (New to Credit),” kata Ongki.

Solusi SkorLife

SkorLife berada dalam posisi yang unik karena membangun apa yang disebut dengan pemangku kepentingan sebagai “pembangun kredit” di bidang kredit konsumer. Kelayakan kredit kurang dimanfaatkan di Indonesia, sampai sat ini bank dan lembaga keuangan lainnya bergantung pada “kelayakan pendapatan” ketika memutuskan apakah mereka dapat menawarkan kredit kepada peminjam atau tidak.

Untuk mengatasi hal ini, SkorLife bertujuan untuk memberikan kontrol kembali kepada konsumen dengan membuat mereka mengambil peran lebih aktif dalam membangun dan mempertahankan nilai kredit mereka.

SkorLife membuat aplikasi pembangun kredit bagi orang-orang untuk mengakses dan memantau skor kredit, laporan kredit, dan data relevan lainnya dari biro kredit – secara instan dan gratis. SkorLife juga menawarkan mekanisme untuk membantu konsumen membantah informasi yang tidak akurat pada laporan kredit mereka.

Untuk konsumen yang sudah memiliki riwayat kredit, SkorLife akan membantu mereka mengakses dan meningkatkan skor mereka. Bagi mereka yang belum memiliki riwayat kredit (lulusan baru, pekerja lepas, pembuat konten, dll), aplikasi akan membantu mereka mulai membangun skor mereka. Dalam kedua skenario ini, SkorLife menawarkan tip yang digerakkan oleh AI dan dipersonalisasi untuk membantu pengguna membuka akses kredit yang lebih luas.

Tanpa pesaing langsung di pasar, SkorLife beroperasi di ruang ‘ladang hijau’. Indonesia saat ini memiliki 92 juta catatan kredit di biro-bironya. Sementara itu, sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini tidak memiliki akses terhadap informasi tersebut. SkorLife mengharapkan sekitar 2,5 juta pengguna New to Credit (NTC) per tahun ke depan.

Khetan menambahkan, pihaknya memecahkan masalah yang sebenarnya dari ratusan feedback yang telah diterima, disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan yang jelas dalam siklus hidup kredit di Indonesia. SkorLife adalah satu-satunya layanan yang berfokus pada konsumen, gratis, dan instan.

“Saat ini, orang Indonesia tidak mengetahui pinjaman yang mereka miliki atau rencanakan terkait dengan kelayakan kredit mereka. Akses ke kredit ‘benar’ akan menjadi bagian besar dari percakapan selanjutnya. Kami percaya SkorLife akan berperan penting dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan di negara ini,” ucapnya.

Saat ini, SkorLife memiliki 19 orang dalam timnya, direncanakan akan ditambah menjadi 40 orang. Produk SkorLife versi alpha telah diunduh lebih dari 3 ribu kali dan berkembang oleh 50 hingga 60 pengguna baru per hari, secara organik. Statistik adopsi pribadi ini melampaui target internal SkorLife lebih dari 7 kali lipat. Perusahaan akan segera membuat aplikasinya tersedia untuk diunduh ke publik.

Founder dan Managing Partner AC Ventures, mengungkapkan keyakinannya terhadap SkorLife. Dia bilang, peluang di Indonesia ini sangat besar, meskipun ruang tersebut relatif belum dimanfaatkan. Ukuran pasar kredit konsumen sudah berada di angka $185 miliar. Karena itu, selalu menjadi tantangan di sini karena pemberi pinjaman tidak pernah dapat menarik kesimpulan yang benar-benar holistik tentang peminjam berdasarkan informasi yang terbatas dan terfragmentasi.

“Tetapi dengan kumpulan data ini hanya menunggu untuk dibuka dan digunakan secara bermakna dalam aplikasi konsumer. Kami sangat senang dengan visi dan misi SkorLife untuk mengembalikan orang-orang yang bertanggung jawab atas masa depan keuangan mereka,” kata Adrian.

Dia menambahkan, “Kami juga percaya dalam mendukung pendiri yang kuat sejak dini. Keuntungan tidak adil yang dibawa Ongki dan Karan ke meja adalah apa yang membuat AC Ventures begitu ingin berada di sudut SkorLife sejak awal.”

Application Information Will Show Up Here

Pengembang “Meta Human” GENEXYZ Umumkan Pendanaan Pra-Awal

Startup kreator meta human GENEXYZ mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal dengan nominal dirahasikan. Sejumlah investor berpartisipasi dalam putaran tersebut, yakni Future Creative Network (FCN), PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT) sebagai anak perusahaan BOLA (Bali United), Infia Group (media holding dari Dagelan, Volix, dan Folkative), dan Benz Budiman (Creative Gorilla Capital sebagai strategic investor).

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi agar semakin mutakhir dan merekrut lebih banyak talenta — tak hanya untuk teknologi juga seni, yang merupakan bagian terpenting dari GENEXYZ. Perusahaan akan melakukan berbagai kolaborasi menerbitkan IP (intellectual property) unik bersama jajaran investor, mengingat mayoritas investor GENEXYZ adalah pembuat konten.

Secara bersamaan, perusahaan juga mengumumkan kehadirannya ke publik. Startup ini mendeklarasikan diri sebagai pionir untuk agregator virtual influence/human IPs di Indonesia.

GENEXYZ didirikan oleh tiga orang, yakni Belinda Luis (CEO), Christian Melvin (CPO), dan Adrianka (Creative Director) pada pertengahan tahun ini. Mereka bertiga datang dari berbagai latar industri yang saling mendukung satu sama lain dalam meluncurkan GENEXYZ. Belinda lama berkecimpung di dunia teknologi. Sementara, Melvin merupakan pendiri agensi OU Creative, bagian dari FCN dan Anka berprofesi sebagai digital imaging artist.

Ketiganya bertemu pada tahun lalu dan membahas soal ruang lingkup konten, interaksi, dan fungsi pemengaruh yang tak luput dari keterbatasan akses dan skalabilitas. Keterbatasan tersebut, mereka menilai bahwa Indonesia memerlukan solusi berdasarkan teknologi untuk menghubungkan setiap orang secara optimal dan merepresentasikan kredibilitas perusahaan dalam jangka panjang.

Menghadirkan cara baru menjangkau target pengguna

Dalam konferensi pers yang digelar kemarin (30/8), Co-founder dan CEO GENEXYZ Belinda Luis menyampaikan pihaknya meluncurkan GENEXYZ sebagai solusi bagi setiap brand yang membutuhkan voice of market secara optimal di industri kreatif, periklanan, dan ekosistem Web3. Dengan demikian, brand dapat menemukan cara baru dalam menjangkau target konsumer secara tepat dan efisien lewat teknologi meta human.

Perusahaan telah diintegrasikan dengan fitur IP dan teknologi meta human dan memiliki kemampuan untuk dapat bekerja nonstop layaknya robot pintar. Di samping itu, perusahaan juga dilengkapi dengan sistem berbasis data yang memungkinkan pengguna dapat menentukan IP DNA mereka sendiri berdasarkan alur cerita hidup karakter masing-masing dari virtual influencer atau customer service yang ingin dibangun.

“Keunggulan lainnya adalah untuk mengetahui voice of market dan mengontrol narasi, serta keterlibatan komunitas di dalamnya,” kata Belinda.

Melvin melanjutkan, dalam pengembangan meta human, perusahaan memanfaatkan sejumlah teknologi mutakhir yang memungkinkan proses pembuatan lebih cepat. Di antaranya, Unreal Engine yang merupakan alat pembuatan 3D real-time untuk visual foto riil dan pengalaman imersif.

Selanjutnya, Rokoko yang menggunakan teknologi gerak dan sensor grafis 3D yang dapat dipakai untuk membuat adegan kompleks secara langsung, memungkinkan pembuat konten mengubah ruang apapun menjadi tahap penangkapan gerak profesional untuk merekam, memvisualisasikan, dan mengekspor momen.

“Dalam membangun meta human kami ingin hyper realistic, jadi kami mempelajari anatomi tubuh manusia asli dan mengekstraknya agar hasil lebih detail.”

Baru-baru ini, perusahaan merilis IP pertama, hasil berkolaborasi dengan salah satu platform digital musik terbaru, Ujung-ujungnya Dangdut (UUD) dengan menghadirkan penyanyi dangdut virtual pertama yaitu Laverda Salsabila, yang akrab dipanggil Lavcaca. Ke depannya, UUD dan GENEXYZ akan memperkenalkan kecanggihan teknologi ini di generasi muda melalui Mega Tour ke beberapa wilayah Indonesia.

Tidak hanya itu, GENEXYZ juga turut menghadirkan karakter IP lainnya lewat sederet virtual influencer terbaru, melalui kolaborasi epik bersama Infia dan Volix di tahun ini, serta beberapa rencana pipeline IP lainnya yang masih berlanjut dengan target market e-sport, lifestyle, film, entertainment, dan lainnya.

CEO dan Creative Chairman Future Creative Network Ivan Hadywibowo turut menambahkan, pihaknya sebagai jaringan ekosistem yang menjangkau para pelaku bisnis di bidang teknologi dan kreativitas, akan terus mendukung secara penuh langkah yang dilakukan oleh GENEXYZ dalam melakukan pembaruan-pembaruan fitur di dalam platformnya.

“Kami juga sangat optimis, prospek dalam mengembangkan teknologi meta human ini mampu meningkatkan performa pasar digital secara baik dan menyeluruh,” ucapnya.

Startup Femtech “Wilov” Hadirkan Aplikasi Kesehatan Khusus Wanita

Terminologi femtech sudah mulai ramai dibicarakan sejak beberapa tahun terakhir. Kini telah berkembang mencakup berbagai produk dan solusi berbasis konsumen yang didukung teknologi.

Femtech sendiri bisa diartikan sebagai bisnis yang didirikan oleh perempuan dan kebanyakan menyasar kebutuhan khusus untuk kalangan perempuan. Di Indonesia sendiri, perlahan tapi pasti, sudah mulai banyak startup yang memposisikan diri sebagai femtech, salah satunya adalah Wilov.

Inisiatif ini mulai dikembangkan sejak akhir tahun 2020 oleh Ivana Wiyono. Ketika itu, ia melihat bahwa masih banyak perempuan yang belum begitu mengenal tubuhnya, ditambah lagi beberapa hal yang kerap dianggap tabu terkait pemeliharaan kesehatan perempuan yang kemudian menimbulkan limitasi. Banyak perempuan yang pada akhirnya enggan untuk melakukan konsultasi karena takut dihakimi. Padahal, hal ini bisa berdampak signifikan pada kesehatan tubuh perempuan.

Dengan latar belakang keluarga yang bergerak di bidang healthcare, Ivana mencoba menciptakan solusi yang berfokus pada isu-isu terkait kesehatan tubuh perempuan. Dalam mengembangkan platform ini, Ivana juga dibantu oleh Co-Founder dan COO Fillian Witarsa. Pada bulan Maret 2021, mereka berhasil terpilih untuk mengikuti Demo Day yang menjadi bagian dari rangkaian acara 1000 Startup Digital.

Wilov memiliki misi yang cukup sederhana, yaitu untuk menciptakan sebuah ekosistem layanan kesehatan yang informatif, inklusif, nyaman, dan mudah diakses untuk perempuan Indonesia. Selain itu, Wilov ingin membantu wanita untuk mendapatkan layanan kesehatan lengkap dengan data yang dipersonalisasi, lingkungan yang transparan & aman, dan perawatan terstandardisasi, dimulai dari menstrual tracker atau pemantau siklus menstruasi.

Ekspansi layanan dan potensi pasar

Setelah resmi meluncur di bulan Juni 2021, Wilov terus bertumbuh dengan layanan mereka. Perusahaan mendapat profit dari setiap transaksi yang dilakukan melalui platform, mulai dari telekonsultasi, resep dan produk on the counter (OTC), juga tes laboratorium di rumah.

Perusahaan mengembangkan layanannya ke arah personalisasi program kesehatan secara holistik untuk mengatasi diabetes, PCOS, haid yang tidak teratur, dan penurunan berat badan.

Disinggung mengenai potensi pasar, Ivana juga melihat perkembangan yang cukup signifikan pada perempuan yang semakin menyadari pentingnya memelihara kesehatan tubuh dan area kewanitaan mereka. Di samping itu, semakin banyak perempuan yang sudah cukup mandiri dan memiliki alokasi dana untuk hal ini.

Belum lama ini Wilov resmi memperkenalkan model berlangganan untuk layanannya, mulai dari Rp7.300-18.300 per hari atau bisa per bulan. Layanan yang ditawarkan meliputi konseling one-on-one dengan ahli gizi, cek kondisi gizi, personalisasi menu makanan, materi gaya hidup sehat hingga panduan aktivitas fisik.

Berbicara mengenai femtech, ada berbagai solusi yang bisa ditawarkan terkait pemeliharaan kesehatan bagi wanita di sejumlah kondisi khusus, termasuk kesehatan ibu, kesehatan menstruasi, kesehatan panggul dan seksual, kesuburan, menopause, dan kontrasepsi, serta sejumlah kondisi kesehatan umum yang mempengaruhi wanita secara tidak proporsional atau berbeda (seperti osteoporosis atau penyakit kardiovaskular).

Berdasarkan data dari McKinsey & Company, perkiraan ukuran pasar femtech saat ini berkisar dari $500 juta hingga $1 miliar. Proyeksi peluang untuk pertumbuhan pendapatan telah mencapai dua digit. Di bidang healthtech, perusahaan femtech telah menerima 3% dari total pendanaan di industri. Tim mereka juga menemukan fokus dukungan pada kesehatan ibu, produk menstruasi, perangkat ginekologi, dan solusi fertilitas.

Per awal tahun 2022, Wilov sudah mendapatkan pendanaan pre-seed dari East Ventures dan Teja Ventures. Ivona juga mengungkapkan bahwa pendanaan tersebut telah dialokasikan untuk pengembangan tahap pertama (menstrual tracker) serta akuisisi pengguna. Saat ini, perusahaan tengah mengembangkan layanan healthcare, bekerja sama dengan beberapa klinik terpercaya.

Di Indonesia sendiri, Wilov belum memiliki kompetitor langsung dengan model bisnis serupa. Aplikasi serupa yang telah meluncur adalah Newfemme dan Nona.

Di luar itu, layanan healthtech seperti Halodoc dan Alodokter juga sudah memiliki segmen khusus yang fokus terhadap isu-isu terkait kesehatan perempuan. Di ranah global, layanan Wilov memiliki model yang serupa dengan aplikasi Flo yang fokus pada period tracker.

Application Information Will Show Up Here

Bolafy Hadirkan Platform NFT untuk Fans Sepak Bola di Indonesia

Perkembangan industri Web3 di Indonesia semakin terlihat dari banyaknya platform pendukung, menjadi realisasi tren yang disinyalir akan menjadi masa depan internet ini. Berbagai kegiatan dan komunitas juga dibentuk untuk mewadahi sosialisasi. Salah satu platform yang memiliki misi untuk mengintegrasi Web3 di sektor olahraga, khususnya sepak bola, adalah Bolafy.

Platform ini didirikan oleh Joseph Bima, seorang lulusan teknik dari Universitas of Massachusetts. Bima mengungkapkan bahwa ide awalnya muncul ketika ia masih mengampu pendidikan di negeri Paman Sam. Ketika itu, Web3 sudah berkembang cukup pesat di sana. Setelah melakukan riset dan menemukan model bisnis, ia menarik salah satu temannya yang masih berstatus mahasiswa ITB untuk mulai menjalankan bisnis ini.

Bima juga mengaku bahwa pengalamannya menyaksikan langsung perkembangan Web3 di AS membuatnya banyak belajar. “Di US, bubble-nya sudah lebih terlihat. Banyak firm Web3 yang akhirnya gagal. Dari situ juga saya analisis kesalahan seperti apa yang berpotensi terjadi jika diimplementasi di Indonesia,” lanjutnya.

Moflip adalah karya pertama Bima yang meluncur di publik, platform ini dibuat untuk mewadahi bisnis sport dan entertainment di ranah Web3. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa akan lebih baik jika memiliki platform yang berbeda untuk menaungi masing-masing industri. “Maka dari itu kita bikin Bolafy untuk sport, dan TiketNFT.com untuk entertainment,” jelas Bima.

Dari industri entertainment, melalui TiketNFT.com, pihaknya telah berhasil mengakomodasi tiket untuk konser ulang tahun ke-30 Dewa 19 di dua kota. Musisi kondang Indonesia ini meminta untuk semua tiket bisa dijadikan NFT, dengan begitu, semua yang hadir memiliki bukti konkret dan semuanya terintegrasi ke web3.

Proposisi nilai

Bolafy sendiri memosisikan diri sebagai “Digital Fans Engagement Platform” yang menawarkan koleksi digital resmi dari kolaborasinya dengan partner. Pihaknya menilai sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling berpotensi dengan basis penggemar yang besar dan cukup solid. Selain itu, masih ada peluang yang bisa dimanfaatkan dari turunannya, seperti sepak bola putri dan para legend.

Salah satu proposisi nilai yang juga ditawarkan oleh Bolafy adalah kemudahan dalam melakukan pembayaran. Selama ini, NFT dinilai terlalu eksklusif dan sulit diakses karena sistem pembayaran yang menggunakan kripto. Melalui Bolafy, para fans bola bisa menikmati eksklusifitas dan nilai NFT dengan membayar menggunakan Rupiah dan bisa melihat setiap karya yang mereka beli di OpenSea.

Selain itu, platform ini juga menawarkan program loyalty untuk setiap klub. Setiap pembelian NFT akan mendapat koin yang kemudian bisa ditukarkan dengan hadiah. Ada dua bentukan reward yang bisa ditukarkan, monetary (fisik) dan non-monetary (experience). Perusahaan menilai hal ini sebagai engagement yang dibutuhkan oleh fans.

Pihaknya mengaku bahwa banyak fans yang masih enggan untuk membeli NFT menggunakan kripto karena proses yang cukup panjang. Untuk bisa masuk ke pasar yang sangat besar ini, kita harus bisa menyesuaikan metode dengan permintaan. “Salah satu objektif awal kita adalah untuk memungkinkan penjualan NFT yang mudah dan meminimalisir entry barrier untuk masyarakat yang besar dan menyeluruh,” tambah Bima.

Ia juga mengungkapkan bahwa proses pembelian menggunakan rupiah tidak berbeda dengan menggunakan kripto. Pihaknya menggunakan polygon chain untuk memastikan mekanisme minting tetap terjangkau bagi pengguna. Biaya minting yang dibebankan ke pengguna untuk semua NFT dengan harga 15 ribu – 500 ribu Rupiah adalah sama, yaitu 2 ribu Rupiah. Ini adalah sebuah protokol yang sekaligus jadi nilai tambah platform.

Hingga saat ini, total pengguna Bolafy selama 3 bulan resmi beroperasi ada di angka 9.200 orang yang didominasi oleh fans sepak bola. Bolafy sendiri sudah berkolaborasi dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk memanfaatkan jaringan dari Liga 1 dan sudah merampungkan proyek untuk Piala Presiden.

Di bulan Juli lalu, perusahaan resmi berkolaborasi dengan Persija Jakarta untuk menghadirkan beragam koleksi digital yang special untuk The Jakmania (nama suporter Persija). Persija jadi klub bola pertama yang meluncurkan NFT yang bisa dibeli menggunakan Rupiah.

“Tujuan saya menyediakan layanan ini adalah agar para penggemar bisa mendapat benefit dan reward yang berkelanjutan. Sebagai penyelenggara lokal kita punya kelebihan. Kita tau permintaan klub dan fans bola tanah air. Ini akan jadi tahap pertama, bagaimana kita menawarkan konsep NFT yang terintegrasi web3 namun dengan metode yang relatif konvensional,” ungkap Bima.

Target ke depannya

Bima sendiri mengaku bahwa industri web3 di Indonesia masih di fase awal. Sebagai konsumen, masyarakat sudah difasilitasi berbagai kemudahan untuk masuk ke industri ini. Ketika ada satu terobosan yang bisa membuat orang merasakan dampak dan nilai nyata dari solusi Web3, maka itu akan membuka jalan bagi banyak bisnis lain, bukan hanya sekadar mengikuti tren.

Dari sisi monetisasi, Bolafy menerapkan sistem profit sharing dengan partner-nya. Di tahun ini, perusahaan menargetkan untuk bisa berkolaborasi dengan seluruh klub bola di Liga 1 dan membangun audiens yang sudah teredukasi dan mau berpartisipasi. Di lain sisi, ingin bersinergi dengan PSSI untuk solusi apa yang bisa ditawarkan bagi timnas.

“Sampai akhir tahun kita masih fokus di sepak bola. Setalah sudah tercapai semua turunannya, baru kita bisa memikirkan untuk ekspansi ke cabang olahraga lain yang punya audiens setara, seperti bulu tangkis, voli, atau esports,” jelas Bima.

Di bulan Maret lalu, perusahaan berhasil membukukan pendanaan pre-seed dari Starcamp, sebuah pemodal ventura yang juga mendukung startup dengan model serupa, Kolektibel. Bima mengungkapkan bahwa dana segar senilai SG$200 ribu tersebut telah digunakan untuk membangun platform, merekrut talenta, serta operasional. Saat ini Bolafy masih dalam proses rekrutmen untuk menambah tim yang saat ini berjumlah 12 orang.

Startup “Foodtech” Greens Terima Suntikan Dana Pra-Awal Dipimpin East Ventures

Startup foodtech Greens mengumumkan telah mengumpulkan pendanaan putaran pra-awal dengan nominal tidak diungkapkan. Putaran tersebut dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari AAG Ventures, perusahaan infrastruktur web3 dengan misi menghadirkan peluang ekonomi di global melalui ekonomi metaverse untuk pengguna mainstream.

Dalam keterangan resmi, CEO Greens Andi Sie menuturkan dukungan investasi ini menjadi bukti kuat terhadap solusi dan misi startupnya. Greens menghadirkan teknologi pangan terintegrasi untuk menciptakan ekosistem pangan baru, guna meningkatkan cara masyarakat menanam dan mendapatkan makanan.

“Makanan adalah kebutuhan pokok setiap orang dan kami yakin solusi Greens dapat meningkatkan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik melalui kebutuhan terdekat masyarakat,” ucap Andi, Selasa (2/8).

Greens didirikan oleh Andi Sie (CEO), Geraldi Tjoa (CPO), dan Erwin Gunawan (CBO). Keahlian yang beragam dari ketiga founder ini menyatukan visi dalam pendirian Greens. Andi sebelumnya berpengalaman sebagai ahli transformasi startup dengan lebih dari 15 tahun pengalaman di Amerika Serikat dan Indonesia dengan berbagai pengalaman exit. Erwin punya pengalaman lebih dari 15 tahun di bidang rantai pasok, F&B, distribusi, dan mengantongi sertifikat blockchain.

Adapun Geraldi kuat dalam produksi dan automasi makanan, dengan latar belakang robotika, lulusan Computer Science dari Universitas Pelita Harapan. Sementara itu, Andi dan Erwin merupakan lulusan Bachelor of Science dari The Ohio State University.

Latar belakang pendirian Greens ini berasal dari fakta bahwa di Indonesia ada sebanyak 48 juta metrik ton makanan terbuang secara percuma setiap tahunnya. Sebagian besar terbuang karena pemrosesan, penyimpanan, transportasi, dan penjualan hasil pangan yang tidak efisien. Sebagai negara dengan sumber daya pertanian yang melimpah, alhasil Indonesia memiliki risiko erosi tanah yang sangat tinggi.

Kondisi tersebut mengancam ketahanan pangan karena kurangnya kandungan organik dalam tanah, yang mana akan merusak hasil panen, dan berujung pada berbagai masalah terkait kekurangan gizi bahkan kelangkaan pangan.

Sumber lain yang dikutip perusahaan, berdasarkan skor kualitas dan keamanan sistem pengendalian pangan, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dari 9 negara ASEAN pada 2020. Masalah-masalah di atas akan terus berlanjut dan saling berkaitan dalam sistem pangan Indonesia. “Permasalahan yang berkelanjutan ini menjadi pendorong bagi para pendiri Greens untuk memajukan transformasi sistem pangan di Indonesia.”

Solusi Greens

Greens memiliki misi untuk menghadirkan kesetaraan pangan untuk semua masyarakat melalui meta farming. Solusi yang dihadirkan berupa ekosistem makanan hiperlokal baru, yang memungkinkan masyarakat dapat mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi (super food) yang ditanam dan dipanen di tempat, disebut microGREENS (yang mengandung hingga 40 kali lebih banyak vitamin, mineral dan tingkat antioksidan dibanding dengan sayuran biasa) dari mana pun mereka berada melalui meta farming. Serta, menggunakan 90% lebih sedikit air, 70% lebih sedikit lahan, dan tanpa proses perpindahan jarak dari tahap penanaman hingga menjadi makanan.

Dengan meta farming, Greens mendemokratisasikan makanan hiperlokal dengan web3 menggunakan inovasi teknologi pertanian berupa pod (Greens pod) yang memanfaatkan sistem budidaya dalam ruangan, Blockchain, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT) untuk membuat sumber makanan terdesentralisasi.

Greens menciptakan platform teknologi dengan jaringan blockchain yang akan digunakan secara paralel di dunia nyata maupun di metaverse. Perusahaan telah membangun teknologi CEA (Controlled Enviroment Agriculter) portabel pertama di blockhain dengan beberapa algoritma tanam.

“Platform Greens terdiri dari unit taman yang sepenuhnya otomatis, dinamakan Greens pod yang bersifat modular, portabel, dan plug-and-play. Platform Greens pod terintegrasi secara penuh untuk memproduksi makanan bernutrisi tinggi, mulai dari biji hingga menjadi hidangan salad dan berbagai hidangan lainnya, yang dapat diakses dari mana pun Anda berada,” tambah Co-founder dan CPO Greeens Geraldi Tjoa.

Perusahaan akan mengalokasikan dana segar ini untuk membangun ekosistem desentralisasi pangan dalam dua tahap. Tahap pertama akan berfokus untuk mengaktifkan ekosistem makanan hiperlokal dengan membuat jaringan cloud untuk outlet makanan hiperlokal yang terhubung dengan platform Greens. Kemudian pada tahap kedua, akan berfokus pada meta farming yang memungkinkan masyarakat untuk menanamkan makanan di metaverse, baik untuk dikonsumsi pribadi maupun dijual.

Saat ini, solusi GREENS telah berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB; dengan beberapa dampak utama termasuk: Tujuan No 1 & 2 dengan mendukung masyarakat dalam menanam makanan mereka sendiri melalui platform, No 3 dengan menyediakan mikronutrien esensial, No 6 dengan menggunakan 90% lebih sedikit air dan tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya untuk pertanian, dan lain-lainnya.

Partner East Ventures Melisa Irene turut memberikan pernyataannya, “Greens membantu mengurangi inefisiensi distribusi makanan dengan mendekatkan jarak antara tempat makanan ditanam dan dipanen sehingga Anda dapat menanam bahan makanan sendiri di tempat Anda. Kami senang menyambut GREENS sebagai bagian dari portofolio East Ventures dan mendukung penuh misi GREENS untuk melokalisasi produksi pangan guna meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan sistem pangan di Indonesia.”

Pada Oktober 2022 mendatang, Greens akan membuka outlet hiperlokal pertamanya di Plaza Indonesia, Jakarta.

Maxi Kantongi Pendanaan Pra-Awal, Hadirkan Layanan “Mental Wellbeing” untuk Pekerja Profesional

Startup penyedia employee asisstance platform Maxi mengantongi pendanaan pra-awal (pre-seed) dengan nominal yang dirahasiakan. Putaran ini disuntik oleh Co-founder Modalku Iwan Kurniawan, General Partner Javas Venture Alexander Sie To, Founder WeNetwork Antonia Mazza, dan Country Manager LingoAce Emili Nirmala.

Maxi didirikan oleh Julia Erica dan Hariadi Tjandra pada Maret 2022. Misinya mendemokratisasi layanan mental wellbeing dan produktivitas pekerja profesional melalui employee wellbeing program dengan target pasar di Asia Tenggara. Beberapa perusahaan yang telah menggunakan Maxi di antaranya adalah EVOS, Bank Sampoerna, Keyta, dan Amanco.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Co-founder Maxi Julia Erica meyakini bahwa penerimaan pasar di Asia Tenggara terhadap produk employee asisstance platform sudah siap karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Dihimpun dari situs resminya, Maxi mencatat sebanyak 35% karyawan yang tidak bahagia berpotensi tidak produktif dalam pekerjaannya dan 64% pekerja stres berpotensi mengambil cuti sakit. Selain itu, karyawan yang mengabaikan mental wellbeing bisa berdampak terhadap turnover perusahaan yang tinggi. Sebanyak 4 dari 10 karyawan resign karena stres.

Ia juga menambahkan bahwa pendanaan ini akan digunakan untuk pengembangan aplikasi dan customer acquisition sehingga dapat mencapai product-market fit. “Saat ini kami fokus di B2B, sedangkan B2C [akuisisi] secara organik,” tambahnya.

Meningkatkan mental wellbeing dan produktivitas karyawan lewat  “employee wellbeing program”

Maxi menggunakan pendekatan unik dengan menggunakan anonimitas bagi para penggunanya. Mereka dapat saling terhubung, memberikan feedback, dan berbagi aktivitas. “Artinya, user identity dan activities di aplikasi dibuat secara anonim dari publik dan perusahaan. Dengan begitu, pengguna merasa nyaman untuk berbagi di forum komunitas,” tutur Julia.

Lebih lanjut, Maxi menawarkan sejumlah fitur mulai dari mood tracker, forum diskusi, hingga self-assessment. Ada pula dashboard yang berfungsi untuk mengelola wellbeing program karyawan dan menghasilkan insight mendalam. Modelnya berbasis langganan (subscription), tetapi pengguna dapat menikmati layanan gratis di dua bulan pertama.

Platform wellness profesional

Sekadar informasi, ini kali kedua Co-founder Modalku terlibat dalam pendanaan awal pada platform mental wellness bagi pekerja. Sebelum ini, tiga Co-founder Modalku, yakni Reynold Wijaya, Kelvin Teo, Koh Meng Wong berpartisipasi dalam pendanaan startup Ami.

Ami memiliki misi untuk mempermudah akses perawatan kesehatan mental bagi karyawan yang mengalami stres dalam pekerjaannya. Ami menggunakan model pencocokan karyawan dengan coach untuk berkonsultasi via WhatsApp, tanpa perlu membuat janji. Strategi ini dinilai untuk mempermudah akses dan meningkatkan kenyamanan pengguna seperti berbicara dengan teman.

Co-founder Ami Justin Kim mengaku optimistis dengan kehadiran Ami di Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi yang cepat di Indonesia berpotensi memicu peningkatan stres di sebagian tempat kerja. Adapun, pekerja di Asia adalah pekerja paling stres di dunia dengan akses buruk terhadap sumber daya manajemen stres.

Di samping itu, muncul generasi baru karyawan yang lebih berorientasi pada nilai dibandingkan generasi pendahulu mereka. Generasi baru ini mencari lingkungan kehidupan kerja yang benar-benar holistik, otentik, dan seimbang.