Pemerintah Siapkan Regulasi Perangkat IoT, Penyamaan Harga Sertifikasi Jadi Isu

Kementerian Komunikasi dan Informatika segera menandatangani regulasi mengenai perangkat IoT, sebagai lanjutan dari Rancangan Peraturan Menteri (RPM) tentang penggunaan spektrum frekuensi radio berdasarkan izin kelas untuk teknologi 4G LTE Advance Pro yang telah terbit pada awal April 2019.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemkominfo Ismail menerangkan, dalam membuat aturan ini pemerintah berusaha untuk tetap generik, tidak menunjuk untuk salah satu teknologi saja, sehingga bisa diaplikasikan untuk teknologi apapun yang sudah mempersiapkan diri menuju IoT.

Dia merinci aturan ini akan mengatur soal sertifikasi perangkat, yang salah satunya memuat mengenai harga. Sensor dan gateway pun akan ikut masuk dalam komponen perangkat yang akan disertifikasi. Harga sertifikasi akan relatif tidak jauh berbeda dengan perangkat radio biasa.

“Aturan akan diteken dalam waktu dekat, mudah-mudahan enggak sampai tengah tahun karena sudah hampir final,” terangnya, Selasa (23/4).

Sebelumnya, RPM menetapkan alat-alat atau perangkat telekomunikasi yang beroperasi pada spektrum frekuensi radio berdasarkan izin kelas.

Mereka adalah Wireless Local Area Network (WLAN), peranti jarak dekat (Short Range Device), Low Power Wide Area Nonseluler (LPWA Nonseluler), Dedicated Short Range Communication (DSRC), LAA. Serta, alat-alat yang beroperasi pada pita frekuensi radio yang digunakan berdasarkan izin kelas yang sejenis sesuai tingkat teknologi dan karakteristiknya.

4G LTE Advance Pro, lebih dikenal 4.9G atau satu tingkat di bawah 5G, menggunakan jaringan License Assisted Access (LAA). Jaringan ini memanfaatkan frekuensi tak berizin di rentang 5.150-5.350 MHz dan 5.725-5.825 MHz. Sehingga berdampak pemain non operator seluler dapat segera mengimplementasikan IoT secara lebih masif.

Wacana penyamaan harga jadi isu

Menanggapi wacana harga sertifikasi, sebenarnya pemerintah ikut melibatkan Asosiasi IoT Indonesia untuk diskusi bersama sehingga belum ada putusan akhir. Wakil Ketua Asosiasi IoT Andri Yadi agak menyayangkan dan terbebani apabila pemerintah memutuskan untuk menyamakan harga sertifikasi perangkat dengan radio biasa.

Pihaknya pernah membuat simulasi singkat bahwa harga sertifikasi untuk satu startup bisa memakan biaya hingga Rp25 juta. Hitungan tersebut belum mengikuti harga pasar apabila dijual ke konsumen.

“Tidak bisa disamakan [harganya]. Ambil contoh untuk ponsel 4G itu jual batangannya bisa sampai Rp10 juta, tapi bicara perangkat IoT itu bisa sampai Rp400 juta. Sebab di dalamnya itu ada banyak teknologi, seperti short range pakai bluetooth dan WiFi,” katanya.

Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong menambahkan, meski perusahaan secara tidak langsung berdampak mengingat Qualcomm adalah penyedia teknologi, namun pada akhirnya ada dampak tidak langsung yang terasa apabila wacana tersebut terealisasi karena perusahaan termasuk dalam ekosistem.

“Kita ini bagian dari ekosistem sehingga harus kerja sama dengan industri dan asosiasi untuk memikirkan win win solution. Jangan sampai ada regulasi yang menghambat karena kita mau IoT ini bisa diakselerasi. Indonesia harus maju ke step berikutnya, ada solusi baru, komersialkan, dan konsumen bisa mendapatkan manfaatnya,” ujar Shannedy.

Menunggu putusan frekuensi 5G

Teknologi IoT ini sebenarnya bisa dijalankan lewat jaringan 4G, namun alangkah lebih sempurna apabila didukung oleh teknologi 5G. Pemerintah belum menetapkan frekuensi apa yang akan dipakai, lantaran menunggu World Radio Conference 2019 di Mesir yang akan berlangsung pada Oktober 2019 mendatang. Ini adalah konferensi empat tahunan yang digelar ITU (International Telecommunications Union).

Ismail menjelaskan, pada konferensi ini akan diputuskan frekuensi resmi yang digunakan untuk jaringan 5G secara global. Pemerintah akan berkiblat ke sana agar bersifat world wide platform, tidak khusus untuk Indonesia saja. Diharapkan hal ini akan membuat harga perangkat lebih murah dan memudahkan para pemain operator yang ingin berinvestasi ke 5G.

“WRC itu konferensi empat tahunan untuk menentukan pita frekuensi suatu teknologi baru. Jadi kita tunggu acara itu, kira-kira akan menentukan frekuensi 5G setelah acara tersebut,” terangnya.

Secara garis besar pemerintah sudah membuat perkiraaan ada tiga blok spektrum jaringan, yakni lower, middle, dan upper. Untuk upper, dia menjamin tidak ada masalah, karena frekuensinya tersedia dan belum digunakan untuk 26 GHz dan 28 GHz.

Sementara untuk middle, berjalan di frekuensi 3,5 GHz yang sudah dipakai oleh satelit. Sehingga pilihannya mau co-existing dengan satelit agar bisa digunakan bersama 5G. Belum ada perbincangan lebih lanjut soal ini karena pemerintah harus bicara lebih dalam para pemilik satelit, di antaranya Telkom dan Indosat Ooredoo.

Penentuan frekuensi 5G ini cukup genting untuk mendukung ekosistem IoT di Indonesia. Andri menambahkan frekuensi adalah basis awal bagi para pemain sebelum uji perangkat. Seberapa canggih perangkat yang sudah dibuat tapi apabila belum bisa terhubung karena ketiadaan frekuensi akan percuma.

Hal ini diamini Shannedy. Dia menerangkan antara IoT dan 5G memiliki hubungan yang erat. Ada beberapa use case yang bisa ditangani oleh IoT dengan bantuan jaringan 5G yang sangat berdampak untuk industri.

Operator telekomunikasi dan OEM (Original Equipment Manufacturer) skala global telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan teknologi untuk menciptakan banyak solusi baru, berbasiskan IoT dan 5G, di industri pertanian, kota pintar, dan transportasi.

Qualcomm Perkenalkan Chipset Baru, Snapdragon 665, 730 dan 730G

Qualcomm kembali meluncurkan chipset kreasi terbarunya yang secara khusus berfokus pada tiga hal, yaitu AI, fotografi dan game baik secara individu ataupun keseluruhan. Ketiganya adalah Snapdragon 665, Snapdragon 730, dan Snapdragon 730G di mana satu atau lebih dari mereka akan menghuni jeroan Samsung Galaxy A yang dijadwalkan menampakkan diri dalam waktu dekat.

Snapdragon 665 masih satu rumpun dengan chipset Snapdragon 675 di mana keduanya memiliki kemampuan untuk melahap konfigurasi tiga kamera dan diproduksi menggunakan proses 11nm. Bedanya, Snapdragon 665 menggunakan Kryo 260 core yang lebih rendah seperti yang digunakan oleh Snapdragon 660, kemudian grafis yang diturunkan berupa Adreno 610, ISP Spectra 165, dan Hexagon 686 DSP yang sedikit lebih baik. Selain itu, Snapdragon 665 hanya mendukung RAM DDR4.

Kedua, Snapdragon 730 merupakan chipset pertama yang diluncurkan oleh Qualcomm yang diproduksi menggunakan proses 8nm. Dipersiapkan untuk menahkodai smartphone kelas menengah atas, Snapdragon 730 dimotori inti Kryo 470, yang didasarkan pada arsitektur ARM Cortex-A76. Di sampingnya duduk pula beberapa ajudan pendukung seperti GPU Adreno 618, Hexagon 688 DSP, dan Spectra 350 DSP. Prosesor ini mendukung Wi-Fi 6, dan ada modem X15 untuk konektivitas seluler.

Sementara itu Snapdragon 730G menghadirkan fitur tambahan yang secara harfiah disebut dengan Jank Reducer yang secara signifikan mencegah lag sebesar 90%. Ia juga mendapatkan dukungan warna HDR yang lebih detail, punya dukungan Wi-Fi 6 dengan jaringan 802.11ax-ready untuk konektivitas nirkabel yang lebih baik.

Yang melegakan, Qualcomm mengonfirmasi bahwa ketiga chip barunya secara signifikan memiliki kemampuan untuk mengakomodasi sistem komputasi berbasis AI, di mana pemrosesan dua kali lebih cepat ketika sudah duduk manis di dalam jeroan perangkat. Tidak semata-mata di sektor fotografi, pemrosesan suara AI juga ditingkatkan secara signifikan guna mengoptimalkan kemampuan terbaik asisten virtual seperti Amazon Alexa dan Google Assistant.

Sumber berita Qualcomm.

Qualcomm Umumkan Chipset Khusus untuk Smart Speaker

Sebagai salah satu produsen chip terbesar di dunia, Qualcomm selalu melihat ada peluang untuk menyempurnakan suatu kategori perangkat lewat chipchip bikinannya, seperti misalnya chip Bluetooth khusus untuk true wireless earphone yang mereka umumkan tahun lalu.

Tahun ini, salah satu kategori yang menjadi target mereka adalah smart speaker, sejalan dengan terus naiknya tren integrasi artificial intelligence (AI). Mereka baru saja mengumumkan seri chipset baru dengan kode QSC400, yang didedikasikan untuk membenahi problem-problem yang dialami gelombang pertama smart speaker.

Yang paling menarik, chipset ini telah mendukung teknologi speech recognition berbasis AI yang bisa berjalan secara offline, kira-kira mirip seperti yang diumumkan Google baru-baru ini. Ini berarti voice assistant yang terintegrasi bisa merespon dengan lebih cepat.

Bukan cuma itu, Qualcomm mengklaim chipset bikinan mereka memungkinkan smart speaker untuk mengenali suara pengguna dengan lebih baik, bahkan di tempat yang ramai sekalipun. Contoh gampangnya, menggunakan smart speaker yang ditenagai chipset ini, Anda tak perlu berteriak untuk menginstruksikan voice assistant ketika musik sedang diputar.

Selain untuk smart speaker, QSC400 sejatinya juga bisa diaplikasikan ke perangkat audio lain, seperti soundbar atau AV receiver. Itulah mengapa Qualcomm merancangnya supaya mampu mengolah audio 32 channel dari teknologi Dolby Atmos maupun DTS:X.

Dari segi efisiensi, chipset seri QSC400 diyakini dapat menyajikan waktu standby 25 kali lebih lama. Ini tentunya bakal sangat berguna untuk smart speaker yang sifatnya portable dan bisa digunakan tanpa terus dicolokkan ke tembok.

Sayangnya Qualcomm sejauh ini belum mengungkap pabrikan mana saja yang tertarik mengaplikasikan chipset baru bikinannya. Terlepas dari itu, setidaknya kita bisa memprediksi pembaruan seperti apa yang bakal dihadirkan oleh smart speaker generasi berikutnya.

Sumber: Engadget dan Qualcomm.

Qualcomm Pamerkan Standalone VR Headset yang Dapat Menyambung ke PC Secara Wireless

Di ajang Game Developers Conference tahun lalu, Qualcomm memamerkan sebuah VR headset tipe standalone yang ditenagai oleh chipset Snapdragon 845, serta mengemas teknologi eye tracking yang terintegrasi. Seperti biasa, perangkat tersebut dimaksudkan untuk menjadi referensi desain bagi pabrikan yang tertarik menggarap produk serupa.

Pada event GDC tahun ini, Qualcomm masih membawa VR headset yang sama, namun yang tidak kita ketahui, mereka telah menambahkan chip wireless 802.11ad yang memungkinkan koneksi nirkabel dengan bandwith sebesar 60 GHz. Untuk apa komponen tersebut? Untuk berkomunikasi dengan PC secara lancar.

Sepintas kedengarannya sepele, namun penambahan chip ini memberikan ‘nyawa’ baru buat VR headset ini. Secara mendasar, ia memang merupakan sebuah standalone VR headset macam Oculus Quest, tapi di saat yang sama, ia juga bisa terhubung ke PC secara nirkabel, sehingga penggunanya dapat menikmati konten-konten di PC secara lebih immersive.

Qualcomm standalone VR headset reference design with Snapdragon 845

Qualcomm mengklaim latency-nya tidak lebih dari 16 milidetik, dan itu sebenarnya sudah bisa dibilang cukup mulus. Namun hal paling menarik dari inisiatif Qualcomm ini adalah bagaimana proses komputasi bakal dibagi antara PC dan VR headset. Ini berarti pengguna tak diwajibkan memiliki PC dengan spesifikasi kelewat perkasa, sebab ada Snapdragon 845 yang siap membantu.

Satu-satunya syarat adalah, PC yang digunakan harus mampu terhubung ke jaringan Wi-Fi 802.11ad. Qualcomm juga telah menyiapkan software khusus yang akan mengatur jalur komunikasi maupun pembagian porsi proses komputasi antara PC dan headset. Game yang dimainkan sendiri tak perlu diubah sama sekali oleh developer-nya masing-masing.

Kapan perangkat seperti ini bakal terwujud? Sejauh ini, satu yang sudah pasti bakal datang dari Pico, yaitu Pico Neo 2, yang dijadwalkan meluncur ke pasaran pada babak kedua tahun ini. Qualcomm tentunya masih punya sejumlah mitra lain, dan salah satunya rupanya adalah HTC, sehingga tidak menutup kemungkinan apabila penawaran dari mereka nantinya adalah Vive Cosmos.

Sumber: CNET dan Qualcomm.

Snapdragon 855 Ternyata Chipset ARM Terkencang Saat Ini

Sampai saat ini, Qualcomm Indonesia masih belum mau mengungkapkan seberapa kencang Snapdragon 855 dibandingkan dengan chipset pesaing atau milik mereka sendiri. Padahal, Snapdragon 855 diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan Snapdragon 845.

Snapdragon-855-reference-device-4-of-9-1280x720

Pada CES 2019 kemarin, Qualcomm pun memiliki sebuah perangkat yang disebut Qualcomm SD855 Reference Device (QRD). Perangkat tersebut merupakan sebuah smartphone dengan chipset Snapdragon 855 yang menggunakan sistem operasi Android 9.0 Pie. Perangkat ini memang digunakan untuk melakukan pengujian dan hasilnya akan dibagikan kepada para rekan Qualcomm.

Dikutip dari AndroidAuthority, ternyata kinerja dari Snapdragon 855 pada perangkat QRD lebih kencang dari semua chipset berbasis ARM yang ada saat ini. Padahal jika kita lihat dari sejarahnya, perangkat QRD kerap lebih rendah kinerjanya dari produk final yang beredar di pasaran.

Qualcomm-SD855-RD-Geekbench-1080p-1280x720

 

Snapdragon 855 ternyata mampu mendapatkan nilai Geekbench sebesar 3518 untuk kinerja single core. Selain itu, untuk kinerja multi-core, QRD SD 855 mampu mendapatkan nilai 11178. Kinerja seperti ini sudah mampu menyamai chipset buatan Apple, A12 Bionic. Kinerja seperti ini merupakan sebuah lompatan 46% dari Snapdragon 845!

Qualcomm-SD855-RD-AnTuTu-1080p-1280x720

Untuk nilai dari Antutu, QRD Snapdragon 855 ternyata mampu mendapatkan nilai 360444, sebuah nilai yang sangat fantastis untuk sebuah chipset yang menjalankan sistem operasi Android. Sebagai informasi, A12 Bionic mendapatkan nilai 352405. Sepertinya GPU Adreno 640 cukup berperan besar dalam penilaian Antutu. Perangkat Snapdragon 845 sendiri yang memiliki clock tinggi baru bisa mencapai sekitar 300 ribuan saja. Hal ini juga berarti Snapdragon 855 lebih cepat dari Kirin 980.

Pada GFXBench, Snapdragon 855 mampu mendapatkan angka 71 fps untuk Manhattan 3.1 offscreen dan 168 fps untuk T-Rex offscreen.

Qualcomm-SD855-RD-GFXBench-4.0-1080p-1280x720

Tentunya hal ini membuat Snapdragon 855 sangat baik untuk digunakan dalam bermain game. Semoga saja, perangkat Snapdragon 855 akan cepat muncul di tahun 2019 ini. Apalagi, beberapa vendor sudah berjanji untuk mengeluarkan smartphone dengan chipset Snapdragon 855 yang memiliki harga terjangkau.

Sumber dan Gambar: AndroidAuthority.

Smartfren Luncurkan MiFi LTE Advanced S1

Sudah lama Smartfren memiliki teknologi 4G LTE Advanced yang mampu melakukan transfer data lebih dari dua kali lipat dari 4G biasa. Hal tersebut dapat terbukti pada setiap perangkat smartphone yang mendukung jaringan Smartfren, mampu mendapatkan kecepatan di atas 20 Mbps! Akan tetapi, kecepatan seperti ini mungkin tidak bisa didapat saat menggunakan MiFi.

Oleh karena itu, Smartfren mengundang para jurnalis pada tanggal 17 Januari 2019 lalu, bertempat di CGV Blitz Megaplex Grand Indonesia untuk meluncurkan perangkat mobile Wifi atau MiFi terbaru mereka. MiFi yang satu ini diklaim mampu tersambung dengan jaringan 4G LTE Advanced mereka karena sudah memiliki teknologi Category 7.

Smartfren Andromax S1 - Launch

MiFi yang diluncurkan memiliki nama Smartfren Super Modem WiFi S1. Selain mendukung Cat 7, MiFi ini juga mampu mengudara dengan kanal 2,4 GHz dan 5 GHz yang lebih kencang. Dukungan pengguna pun sudah maksimal mencapai 32 pengguna. Terakhir, seperti kebanyakan MiFi Smartfren lainnya, Super Modem WiFi S1 mampu dijadikan powerbank.

Namun sebenarnya apakah kita masih harus menggunakan MiFi saat hampir semua smartphone yang ada sudah mendukung jaringan Smartfren? Pihak Smartfren pun mengklaim bahwa saat ini penggunaan baterai pada sebuah smartphone cukup kritis. Dengan menggunakan MiFi, baterai gadget pun akan menjadi lebih irit dan mampu terhubung dengan banyak perangkat sekaligus. Selain itu, smartphone yang digunakan untuk tethering juga akan cepat terkuras baterainya.

Smartfren juga menggandeng Qualcomm untuk membuat Super Modem Wifi S1 ini. Untuk produsennya, Smartfren menggandeng Haier yang selama ini juga menyediakan perangkat Andromax. Untuk penjualannya, modem ini bisa didapat pada setiap galeri Smartfren.

Smartfren Andromax S1

Modem MiFi ini dijual dengan harga Rp. 1.2 juta dengan bonus 120 GB kuota untuk 30 hari. Menurut saya, harga tersebut memang mahal untuk sebuah perangkat MiFi. Apalagi saat ini sudah banyak smartphone yang mendukung Cat 7 ke atas. Untuk mereka yang belum membutuhkan kuota dengan harga premium seperti ini, bisa jadi akan berpikir ulang untuk upgrade karena harganya masih tinggi.

Pengguna Bolt

Djoko Tata Ibrahim selaku Deputi CEO Smartfren juga mengingatkan kepada para pengguna Bolt untuk melakukan unlock jaringan pada gerai Bolt. Dengan bekerja sama, para pelanggan Bolt akan bisa pindah langsung ke jaringan Smartfren dengan menukarkan kartu lama mereka. Lalu bagaimana jika modem tersebut tidak bisa di-unlock?

Smartfren Andromax S1 -Djoko Tata Ibrahim

Modem yang ada bisa dibuka jaringannya dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Akan tetapi, jika benar-benar tidak bisa, Smartfren menawarkan penukaran modem Bolt lama dengan voucher pembelian modem Smartfren apa pun seharga Rp. 100.000.

Harga voucher tersebut memang cukup murah. Akan tetapi, daripada modem lama tidak dapat digunakan dan menjadi “pajangan” karena tidak dapat dibuka jaringannya, tentu hal ini bisa menjadi alternatif pilihan.

Louis Vuitton Tambour Horizon Edisi 2019 Usung Chipset Terbaru Qualcomm

Ketika Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon Wear 3100 bulan September lalu, mereka bilang bahwa ada tiga brand yang siap merilis smartwatch berbekal chipset itu: Montblanc, Fossil Group, dan Louis Vuitton. Montblanc dan Fossil Group sudah lebih dulu memenuhi klaim tersebut, dan kini giliran Louis Vuitton yang menyusul.

Menjelang pergantian tahun kemarin, brand fashion asal Perancis itu mengumumkan Louis Vuitton Tambour Horizon generasi baru. Wujudnya cukup mirip seperti versi pertamanya yang dirilis di tahun 2017, akan tetapi tentu saja yang menjadi sorotan adalah chipset anyar besutan Qualcomm itu tadi.

Secara teknis, Snapdragon Wear 3100 menjanjikan konsumsi daya yang jauh lebih efisien, sehingga Tambour Horizon generasi terbaru ini sekarang bisa beroperasi selama sehari penuh sebelum perlu diisi ulang baterainya. Kalau dipakai sebagai penunjuk waktu saja, baterainya malah bisa tahan sampai enam hari.

Lousi Vuitton Tambour Horizon 2019

Lebih lanjut, Snapdragon Wear 3100 juga memungkinkan perangkat untuk mengaktifkan mode ambient yang lebih kapabel ketimbang sebelumnya, dan ini diwujudkan oleh LV melalui bezel layar yang dilengkapi indikator 24 jam dan indikator siang/malam, yang semuanya dapat dilihat meski perangkat sedang dalam mode minim fitur tapi irit daya itu.

Dari segi kosmetik, LV tentunya sudah menyiapkan pilihan warna serta motif strap baru untuk Tambour Horizon edisi 2019. Mereka yang menginginkan kemewahan ekstra juga dapat memilih varian dengan bodi berbahan keramik. Selebihnya, pembaruan yang dibawa mencakup layar beresolusi lebih tinggi, meski seberapa tinggi tepatnya tidak dijabarkan.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai jadwal pemasaran maupun harganya. Sudah pasti mahal memang, apalagi mengingat versi pertamanya dulu dibanderol seharga $2.500.

Sumber: Engadget.

Snapdragon 8cx Diklaim Dua Kali Lebih Kencang dari Prosesor Laptop Qualcomm Sebelumnya

Sejak Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon 850 pada bulan Juni lalu, laptop dengan prosesor ARM sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai ide yang tabu. Kendati demikian, secara mendasar Snapdragon 850 merupakan Snapdragon 845 yang telah dioptimalkan untuk ekosistem PC. Lalu mana chipset laptop yang benar-benar Qualcomm rancang dari nol?

Pertanyaan tersebut baru saja terjawab dengan kehadiran Snapdragon 8cx, diumumkan pada event yang sama seperti Snapdragon 855. Angka “8” pada namanya mengindikasikan bahwa masih ada banyak kemiripan di antara 8cx dan 855, akan tetapi 8cx sudah pasti jauh lebih unggul soal performa mengingat ia ditujukan buat laptop.

Sebagai perbandingan, Snapdragon 8cx mengemas prosesor octa-core Kryo 495 dan GPU Adreno 680, sedangkan Snapdragon 855 ‘cuma’ Kryo 485 dan Adreno 640. Qualcomm dengan bangga menyebut 8cx sebagai Snapdragon yang paling ekstrem (mungkin itulah mengapa ada huruf “X” pada namanya), dan performanya diklaim dua kali lebih cepat daripada Snapdragon 850 yang ada pada laptop macam Samsung Galaxy Book 2.

Di saat yang sama, konsumsi baterai 8cx 60 persen lebih irit daripada 850. Itu dikarenakan 8cx telah memanfaatkan proses fabrikasi 7 nanometer, menjadikannya sebagai prosesor PC pertama yang berhasil meraih titel tersebut, mendahului Intel maupun AMD.

Qualcomm Snapdragon 8cx

Sebagai keluarga Snapdragon, konektivitas turut menjadi nilai jual utama 8cx. Utamanya adalah dukungan jaringan 4G LTE dengan kecepatan hingga 2 Gbps, dan ini turut dibarengi prinsip always connected, yang berarti perangkat masih akan terhubung ke internet meski sedang dalam kondisi ‘tidur’ (ditutup layarnya tanpa dimatikan).

Bluetooth 5.0, NFC, dan sejumlah port USB 3.1 (Type-C) beserta PCI-E generasi ketiga juga didukung. Quick Charge 4+ pun turut tersedia. Yang absen hanyalah dukungan Thunderbolt 3, namun sepertinya ini hanyalah masalah waktu, mengingat Qualcomm harus lebih dulu mendapatkan lisensinya dari Intel.

Menurut Qualcomm, laptop dengan chipset Snapdragon 8cx diperkirakan baru akan meluncur pada kuartal ketiga 2019.

Sumber: Gizmodo dan Qualcomm.

Snapdragon 855 Tawarkan Solusi Jaringan 5G, Engine AI dan Sederet Peningkatan Lain

Qualcomm akhirnya secara resmi mengumumkan chipset generasi baru, Snapdragon 855 yang menjadi saudara termuda Snapdragon 845, menawarkan solusi 5G untuk perangkat mobile masa depan dengan kemampuan paling kompleks yang pernah ada.

Diluncurkan di sebuah acara di Hawaii, Snapdragon 855 membawa beberapa fitur yang paling sidorot, meliputi kinerja yang meningkat tiga kali lipat lebih baik dari chip pendahulunya, kinerja dua kali yang lebih baik dari chip pesaing, hadirnya Gen AI Engine ke-4, computer vision ISP pertama di dunia dan tentunya 3D Sonic Sensor yang akan mendukung pemindaian sidik jari di bawah layar.

Snapdragon 855 dibangun dengan proses 7 nanometer yang membuatnya lebih kuat dan efisien dalam hal konsumsi baterai. Apple 12 Bionic dan Huawei Kirin 980 juga diproses dengan cara yang sama.

Bicara hal teknis, Snapdragon 855 dibekali prosesor octa-core Kryo 485 yang terdiri dari beberapa konfigurasi, antara lain 4x custom A76-based [email protected], [email protected], 4x custom A55-based @1.8GHz. Kryo 485 dikalim mampu berlari 45% lebih cepat dibandingkan Snapdragon 845 dan sedikit lebih efisien berkat proses 7nm. Sedangkan untuk bagian grafis, Qualcomm menggunakan generasi teranyar Adreno 640 “Snapdragon Elite Gaming Platform” yang memberikan peningkatan performa hingga 20%.

Meski sorotan Snapdragon 855 terletak pada kemampuan jaringan 5G, namun modem X50 sendiri tidak akan benar-benar ditanamkan di semua smartphone yang mengadopsi chipset utamanya. Modem 5G ini nantinya akan bersifat sebagai diskrit modul yang penyertaannya akan tergantung pada pabrikan. Dan kecepatannya pun akan tergantung pada ketersediaan dan dukungan jaringan. Tetapi di atas kertas, modem 5G di Snapdragon 855 menawarkan peningkatan kecepatan sampai dengan 50 kali jaringan 4G.

screenshot-www.qualcomm.com-2018-12-06-11-48-00

screenshot-www.qualcomm.com-2018-12-06-11-49-29

Tetapi jangan lekas kecewa dulu, karena di Snapdragon 855 ini Qualcomm juga membenamkan modem LTE baru bernama Snapdragon X24. Rincian performa modem baru ini sudah keluar sejak Februari lalu. Berdasarkan rincian tersebut, dikatakan bahwa Snapdragon X24 menawarkan kecepatan unduh maksimum 2Gbps. Ini adalah modem LTE tercepat dan paling efisien yang pernah dibuat oleh Qualcomm, tetapi ini benar-benar pembaruan yang sangat iteratif dibandingkan dengan X50, yang sekarang menjadi bintang di keluarga modem Qualcomm.

Snapdragon 855 yang baru juga hadir dengan Engine AI generasi keempat yang diklaim memiliki kinerja 3 kali lebih baik dibandingkan versi sebelumnya. Tak lupa, dijumpai pula Image Signal Processor (ISP) baru, yang disebut dengan Qualcomm Computer Vision (CV), ISP untuk mendukung fotografi dan fitur pengambilan video komputasi.

Snapdragon 855 jelas akan menghadirkan banyak kapabilitas baru bagi sederet flagship langganannya. Yang terdepan kemungkinan besar adalah Samsung Galaxy S10.

Sumber berita AndroidPolice dan Qualcomm, gambar header YouTube.

Seriusi Teknologi AI, Mobil Otonom dan Robotik, Qualcomm Siapkan Investasi Sebesar $100 Juta

Qualcomm Inc melalui sebuah inisiasi baru bernama Qualcomm Ventures telah menyiapkan dana sebesar $100 juta yang akan diinvestasikan ke perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bidang teknologi kecerdasan buatan, mobil otonom dan robotik.

Keseriusan Qualcomm dalam menemukan teknologi terapan yang tepat di ranah AI tidak sebatas pada pencitraan belaka. Sebagai langkah awal, Qualcomm Ventures menggelontorkan sejumlah dana dalam putaran pendanaan Seria A untuk Anyvision, sebuah startup asal Israel yang mengembangkan teknologi pengenalan objek, wajah dan tubuh.

Melalui inisiasi baru ini, Qualcomm menegaskan diri bersiap untuk menjadi salah satu perusahaan teknologi yang fokus pada teknologi otonom, robotik dan mesin pembelajaran. Arah ini agak berbeda dengan sejumlah perusahaan yang lebih tertuju pada pengembangan teknologi cloud.

“Melalui AI Fund, kami akan terus mencari startup yang fokus pada mobil otonom, robotik, computer vision dan IoT. Yang mengembangkan aplikasi AI baru, dan teknologi pembelajaran mesin canggih,” papar Quinn Li, wakil presiden senior Qualcomm Ventures.

Dengan langkah ini, Qualcomm menempatkan diri sebagai salah satu calon pemain dalam tiga industri yang terhubung oleh teknologi 5G yang semakin mendekati kenyataan. Kemampuan dan sumber daya yang tergabung dalam ekosistemnya memungkinkan Qualcomm untuk terlibat lebih banyak dan tentu saja menjual perangkat berbasis AI yang mencakup ranah mobil otonom sampai ke Internet of Things. Dengan kemampuan dan sumber daya di bidang chip yang dipunyai, Qualcomm punya jawaban untuk kebutuhan prosesor hemat daya yang dibutuhkan oleh hampir seluruh sektor di atas.

Pasalnya, Anyvision bukanlah yang pertama. Sebelumnya, Qualcomm sudah membeli dua startup yang juga bergerak di kisaran teknologi AI, yaitu SenseTime dan Cruise.

Pasca pengumuman ini, saham Qualcomm bergerak positif dengan peningkatan sebesar 0,6% hanya beberapa setelah kabarnya merebak di dunia maya.

Sumber berita Techcrunch.