RedDoorz Seriusi Model B2B, Bidik Segmen Pelanggan Korporasi

RedDoorz mengumumkan telah membukukan pendapatan lebih dari Rp1 miliar dari segmen B2B pada semester pertama 2024. Prestasi ini mencerminkan pertumbuhan signifikan dalam permintaan dan kontribusi pendapatan dari pasar korporasi.

Head of Corporate Sales RedDoorz Indonesia Alif Aldila, menyatakan bahwa potensi di pasar korporasi sangat besar, dan perusahaan akan terus fokus menciptakan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan mitra dan pelanggan.

“Kami senang dengan peluang yang ada saat ini dan yakin akan mencapai hasil positif yang berkelanjutan,” ujarnya.

Selama dua tahun terakhir, pasar korporasi RedDoorz tumbuh sebesar 195%, dengan lebih dari 3.000 perusahaan bermitra. Mitra tersebut termasuk Badan Usaha Milik Negara, perusahaan migas, instansi pendidikan, fintech, dan perusahaan ekonomi kreatif seperti rumah produksi film.

Permintaan akomodasi dari segmen korporasi tersebar di berbagai daerah seperti Sumatra Utara (Medan), Yogyakarta, Jawa Timur (Malang), dan Kalimantan Timur (Samarinda dan Balikpapan). Rata-rata, korporasi memiliki tingkat okupansi 100 hingga 200 kamar per malam setiap bulannya.

“Pencapaian ini menjadi tonggak penting yang didukung oleh penerapan struktur tarif baru dan strategi kemitraan yang kuat di pasar korporasi RedDoorz. Meski demikian, kami tetap berdedikasi untuk hasil maksimal di semua lini bisnis,” tutup Alif.

Pasar korporasi memberikan berbagai manfaat bagi mitra properti dan korporasi. Bagi pemilik properti, tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga meningkatkan kualitas dan rating properti, serta pendapatan yang stabil. Sementara bagi korporasi, mereka mendapatkan harga spesial dengan potongan 30%, kamar gratis tambahan, komisi untuk pemesan pertama, serta jaminan properti berkualitas dengan harga terjangkau.

RedDoorz terus berinovasi di industri perhotelan dengan mengubah inventaris yang terfragmentasi menjadi akomodasi bermerek terstandar, menggunakan aplikasi seluler dan saluran digital untuk mendorong permintaan konsumen yang kuat. Didirikan pada 2015, RedDoorz telah berkembang di pasar regional. Kini beroperasi di Indonesia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand, dengan lebih dari 3.700 mitra properti secara global.

Di Indonesia, RedDoorz bersaing langsung dengan sejumlah penyedia layanan serupa. Beberapa di antaranya OYO, Singgahsini by Mamikos, dan Bobobox. OYO juga memiliki cakupan di pasar regional, baru-baru ini mereka mengumumkan pendanaan $50 juta atau setara Rp810 miliar dari jajaran investor yang difasilitasi InCred Wealth and Investment.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Grup RedDoorz Bidik Profitabilitas pada 2024

Penyedia jaringan penginapan budget online RedDoorz membidik profitabilitas secara penuh pada 2024 usai merealisasikan arus kas positif (secara grup) pada kuartal akhir 2023. Terlepas dengan situasi pasar yang tengah tidak menentu, RedDoorz mencatat pertumbuh pendapatan sebesar 30% pada 2023 dan menjaga momentum pertumbuhannya di kisaran 30%-50% pada tahun ini.

Sebagaimana terlihat pada data berikut, RedDoorz melaporkan telah mencapai titik impas (breakeven) pada kuartal terakhir 2023. Sejak 2019 hingga Q4 2023, Grup RedDoorz menyebut telah menekan bakar uang setiap tahunnya sehingga perusahaan dapat mencapai arus kas positif dalam dua kuartal terakhir di 2023.

Sumber: RedDoorz

Bahkan, di kuartal keempat, tingkat pemesanannya (booking rate) disebut jauh lebih baik dari yang diperkirakan. Pemulihan pasca-pandemi yang lebih baik di sepanjang 2023 ikut berkontribusi terhadap pencapaian arus kas positif ini.

Presiden Direktur RedDoorz Indonesia Mohit Gandas berujar, pencapaian tersebut terealisasi berkat strategi otomatisasi yang dilakukan di sepanjang tahun. Alhasil, RedDoorz memulai tahun 2024 dengan biaya operasional (opex) yang jauh lebih rendah dibandingkan 2023.

Sejak 2022 ke 2023, RedDoorz berupaya mendorong efisiensi biaya lewat otomatisasi pada kegiatan operasionalnya, sehingga ini membuat perusahaan jauh lebih efisien dibandingkan pada tahun 2021.

“Kami lebih fokus ke properti yang lebih besar dan berkualitas sehingga setiap unit properti kini menghasilkan [pendapatan] lebih besar. Kami ingin mereplikasi [strategi] ini di 2024. Jadi, jika ingin menjaga pertumbuhan 30% dengan realisasi pendapatan sekarang dengan opex serupa di 2023, kami cenderung lebih profitable,” jelas Mohit kepada DailySocial.id.

Faktor lainnya, RedDoorz tengah fokus pada strategi multibrand, di mana saat ini ada 8 brand properti yang dipegang antara lain RedDoorz, SANS Hotel, Koolkost, RedPartner, Sunerra, Urbanview, Red Living, dan The Lavana. RedDoorz kini telah bermitra dengan sebanyak 285 hotel di segmen premium.

Adapun, Mohit menyebut tingkat kapasitas penginapan yang dikelolanya di Jakarta mencapai 60%-70%. Sementara, rata-rata gabungan kapasitas penginapan dari semua brand mencapai 45%. RedDoorz masih menjadi produk utama yang berkontribusi besar terhadao pendapatan grup.

Sebesar 70% dari total pengguna tercatat memesan langsung lewat aplikasi RedDoorz, 70% tercatat sebagai repeat user, dan 50% di antaranya adalah pengguna dengan tingkat pemesanan lebih dari 4x.

“Pasca-pandemi, para traveler kini lebih mengandalkan penginapan yang berkualitas. Properti yang kualitasnya lebih baik dan penilaiannya lebih baik, cenderung lebih banyak dipesan sekarang,” tambahnya.

Di tahun ini, RedDoorz berencana untuk agresif memperluas jaringan dan digitasi propertinya di Indonesia dengan potensi total pasar tersedia (TAM) di Asia Tenggara lebih dari 400 ribu properti.

Pihaknya akan menggenjot dukungan teknologi agar operasional para mitra lebih efisien, termasuk memanfaatkan pricing engine berbasis teknologi untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Hal ini lantaran sebelumnya masih banyak pemilik properti yang menggunakan sistem manual dalam pencatatan pemesanan. Bahkan, jika memiliki sistem, tidak terkoneksi satu sama lain.

Terkait rencana IPO di 2027 maupun penggalangan dana baru pada tahun ini, Mohit enggan memberi komentar lebih lanjut. Rencana IPO pertama kali diungkap oleh Founder dan CEO RedDoorz Amit Saberwal tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Targetkan Capai Profitabilitas Tahun Ini, Rencanakan IPO di 2027

Melalui model bisnisnya yang unik, RedDoorz ingin mendukung lanskap hotel tradisional dan membuka peluang baru bagi para traveler yang mencari alternatif akomodasi yang terjangkau dan nyaman. Sejak meluncur tahun 2015, platform budget hotel ini telah mengalami transformasi dan mulai fokus ekspansif di pasar utamanya, yakni Indonesia dan Filipina.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal mengungkapkan rencana perusahaan yang ingin mencapai profitabilitas tahun ini dan mempercepat ekspansi.

Fokus sebagai multi-brand hospitality platform

RedDoorz mulai menempatkan posisi mereka sebagai multi-brand terbesar di kategori hospitality di Asia Tenggara. Fokus perusahaan juga kembali kepada core business, yaitu penyediaan kamar kepada turis lokal dengan pendekatan kepada harga dan kualitas menyesuaikan standardisasi perusahaan.

Indonesia sebagai pasar terbesar bagi RedDoorz, telah memberikan kontribusi paling signifikan untuk perusahaan. Hal tersebut dilihat dari makin banyaknya jumlah mitra hotel hingga potensi pasar yang semakin meningkat jumlahnya.

Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta masih termasuk dalam kategori lokasi yang memiliki mitra hotel paling besar jumlahnya, demikian juga dengan jumlah pengguna. Bali yang sejak tahun 2021 lalu mulai kembali membuka diri untuk turis lokal dan asing, dinilai juga mulai mengalami pertumbuhan positif.

“Pemulihan pandemi di Indonesia terbilang lambat prosesnya, berbeda dengan negara di barat seperti Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian saat ini mulai terlihat pertumbuhan yang positif. Di RedDoorz sendiri kami mendapatkan momentum tersebut tahun ini saat bulan suci ramadan,” kata Amit.

Ditambahkan olehnya, sebelum pandemi jumlah okupansi RedDoorz telah mencapai 60%, namun saat ini baru mencapai 44%; diperkirakan akan terus bertambah ke depannya.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saat perusahaan harus memberikan awareness kepada pengguna dan mitra terkait dengan layanan dan teknologi yang ditawarkan RedDoorz, saat ini masyarakat Indonesia mulai dewasa atau mature dan mengerti model bisnis dan layanan yang ditawarkan.

Kondisi ini ternyata mempengaruhi perusahaan untuk memberikan ragam layanan yang berbeda. Bukan hanya hotel bintang dua dengan harga miring, namun pilihan hotel lainnya yang masuk dalam kelas premium. Tercatat saat ini RedDoorz telah memiliki opsi penginapan yang berbeda. Mulai dari Sans Hotels, Koolkost, RedPartner, Sunerra Hotels, UrbanView Hotels, RedLiving dan The Lavana.

Pilihan hotel di RedDoorz / RedDoorz
Opsi hotel di RedDoorz / RedDoorz

Pilihan tersebut juga diklaim bisa memberikan peluang bagi mitra hotel RedDoorz untuk mengedepankan konsep staycation dan desain “Instagrammable”, yang saat ini mulai banyak dicari oleh masyarakat luas terkait dengan pilihan penginapan mereka.

Target capai profitabilitas

Hingga 2023, RedDoorz sudah memiliki 10 juta pengguna aplikasi dan bermitra dengan 3.200 mitra properti yang tersebar di 257 kota di Indonesia. Meskipun masih mengendalkan pihak ketiga untuk pemesanan, namun tercatat sebanyak 70% pemesanan atau booking berasal dari aplikasi RedDoorz.

“Fokus kami dalam 3-6 bulan ke depan adalah mencapai profitabilitas. Selain itu kami juga optimis dapat menambah revenue, menambah jumlah mitra hotel. Di sisi lain kita juga memangkas pengeluaran dengan menerapkan sistem otomisasi. Ke depannya kami ingin mencapai profitabilitas dan melancarkan rencana IPO tahun 2027 mendatang,” kata Amit.

Disinggung apakah RedDoorz masih berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana, menurut Amit jika memang ada investor yang menawarkan dan waktunya tepat, peluang tersebut tentunya tidak akan mereka lewatkan. Namun demikian perusahaan masih fokus kepada pengembangan bisnis.

Tahun 2019 lalu perusahaan telah memperoleh pendanaan seri C senilai $70 juta (mendekati 1 triliun Rupiah). Putaran pendanaan tersebut dipimpin Asia Partners dengan partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Investor sebelumnya, Qiming Venture Partners dan International Finance Corporation (IFC) juga kembali memberikan dukungannya dengan ikut berpartisipasi.

Potensi pasar dan kompetisi

Salah satu keunggulan yang diklaim hanya dimiliki oleh RedDoorz saat ini sebagai hospitality platform adalah, keberadaan mereka di Indonesia sejak tahun 2015. Sulitnya perusahaan untuk mempelajari pasar dan perilaku konsumen secara menyeluruh, saat ini ternyata telah menjadi kunci sukses RedDoorz masih bisa bertahan dibandingkan pemain lainnya.

Beberapa pemain yang sebelumnya sempat hadir di Indonesia di antaranya adalah AiryRooms (tutup layanan tahun 2020) dan ZenRooms (dikabarkan berubah menjadi Yanolja).

Sementara itu operator hotel bujet OYO yang sempat mengalami pasang-surut berbisnis, masih mampu bertahan dan mengestimasi total Gross Booking Value (GBV) pada tahun buku 2023 naik 23% menjadi $1,3 miliar dibandingkan tahun lalu di mana bisnis akomodasi memberikan kontribusi tertinggi.

Terkait dengan adanya potensi pemain baru asing dan lokal yang menghadirkan solusi serupa, Amit menyebutkan hal tersebut tidak menjadi masalah. Dilihat dari masih besarnya peluang bagi mereka untuk menjangkau lebih banyak pemilik hotel skala UMKM di Indonesia dan pengalaman mereka selama ini menyasar segmen budget hotel dengan mengedepankan teknologi di Indonesia.

“Kami memosisikan diri kita seperti Marriot untuk hotel bintang dua. Kami adalah perusahaan teknologi yang menyasar kepada industri yang masih belum tersentuh dengan teknologi,” kata Amit.

RedDoorz juga telah mengumumkan pencapaian BEP di 2022 dengan pertumbuhan pendapatan lima kali lipat. Selain Indonesia, RedDoorz juga beroperasi di Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Di bulan Oktober 2022, RedDoorz Indonesia dan Filipina disebut telah mencapai break even point (BEP) atau tidak lagi merugi. Fokus perusahaan saat ini adalah Indonesia dan Filipina yang ditargetkan menjadi dua pasar terbesar mereka di Asia Tenggara.

“Berbeda dengan Indonesia yang kebanyakan didominasi oleh turis lokal, di Filipina banyak warga negaranya yang bekerja di luar negeri kembali ke kampung halaman saat liburan natal. Kondisi tersebut menjadikan hotel kita menjadi pilihan untuk tempat tinggal dalam kurun waktu yang tidak lama. Mereka yang kemudian menjadi target pengguna kita di Filipina,” kata Amit.

Application Information Will Show Up Here

Imbas Pariwisata Lokal Meningkat, Bisnis Hotel Bujet Melesat

Genap tiga tahun terkena dampak pandemi, industri pariwisata tanah air diprediksi memasuki babak baru tahun ini. Pemulihan sudah terlihat dan industri ini perlahan mulai bangkit. Hal ini juga tercermin dari kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia serta peningkatan jumlah perjalanan domestik..

Berdasarkan data BPS, dari Januari hingga Oktober 2022, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,92 juta kunjungan, naik 215,16 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama di tahun 2021. Peningkatan juga terlihat dari angka perjalanan domestik di Indonesia.

Di akhir tahun 2022 lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan bahwa Indonesia telah memecahkan all time record dengan lebih dari 800 juta pergerakan wisatawan domestik sepanjang tahun. Angka ini melampaui jumlah perjalanan domestik sebelum pandemi sebanyak 722,16 juta pada 2019.

Jumlah perjalanan domestik di Indonesia selama 2012-2021 (dalam juta). Sumber: Statista

Bangkitnya industri pariwisata turut menghadirkan peluang dan tantangan baru bagi para pelaku industri. Pasalnya selama pandemi ada pergeseran kebiasaan berlibur pada masyarakat dan para pelaku usaha terkait yang ingin mengembangkan bisnisnya harus berusaha untuk tetap relevan dengan tren dan kebutuhan masyarakat saat ini.

Pergeseran tren pariwisata

Pada 2021, ketika pembatasan interaksi mulai longgar dan akses vaksin sudah merata, wisatawan domestik menjadi penggerak kinerja sektor ini. Mengingat risiko virus masih tinggi, alih-alih melakukan perjalanan internasional, wisatawan gencar mengeksplorasi wisata domestik. Menurut data Statista, terdapat lebih dari 603 juta perjalanan domestik terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data Pegipegi Travel Report 2022 , hasil survei secara online terhadap lebih dari 450 pelanggan menunjukkan bahwa 49 persen responden telah traveling lebih dari lima kali, dan 44 persen lainnya traveling sebanyak 2–4 kali sepanjang tahun. Sebagian besar dari mereka menyukai traveling di dalam kota maupun menuju destinasi-destinasi di luar kota.

Terkait perencanaan kegiatan liburan, mayoritas responden atau sekitar 82 persen, mengalokasikan budget secara rinci untuk kebutuhan traveling, mencakup biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dan kebutuhan lainnya. Adapun rentang alokasi budget yang dikeluarkan responden untuk satu kali perjalanan yaitu sekitar Rp1 juta–Rp3 juta (sebesar 36 persen) dan Rp3 juta–Rp5 juta (sebesar 25 persen).

Sumber: Pegipegi Travel Report 2022

Melihat data di atas, salah satu yang diproyeksi akan menjadi tren masa depan industri pariwisata adalah budget travel yang berarti bepergian dengan biaya minim. Dari sini, lahir beberapa konsep liburan baru. Salah satunya staycation, konsep ini mengedepankan sisi praktis liburan yang dilakukan di rumah atau area dalam kota.

Di samping itu, satu hal yang juga memengaruhi pariwisata lokal semakin meningkat adalah konsep kerja di beberapa perusahaan yang masih menerapkan WFA atau work from anywhere. Hal ini memungkinkan para pekerja untuk lebih fleksibel dan bisa bekerja dari mana saja, termasuk area wisata. Tren liburan sambil bekerja ini juga disebut workation.

Laporan dari Asia Travel Leaders Summit juga menyebutkan bahwa karakter wisatawan milenial Indonesia merupakan yang paling memperhatikan keterjangkauan harga jika dibandingkan dengan karakter wisatawan China, Singapura, dan India. Pertumbuhan tren budget travel ini tentunya mendorong bisnis hotel bujet yang sebagian besar dipilih karena keterjangkauan harga.

Industri hotel bujet mulai ekspansi

Di Indonesia sendiri, industri hotel bujet mulai ramai ketika pemain global masuk dan menyasar pasar Indonesia. RedDoorz menjadi salah satu pionir yang masuk ke Indonesia di tahun 2015. Perusahaan menganut model bisnis bekerja sama dengan properti yang bersifat kecil dan independen.

Pada dasarnya, model bisnis ini tidak jauh berbeda dengan pemain hotel bujet terbesar di India, OYO, yang akhirnya ikut masuk ke pasar Indonesia di tahun 2018. Kedua platform ini menawarkan renovasi, pengelolaan manajemen hotel, serta pemberdayaan bagi pegawai dalam mengelola akomodasi.

Selain mengakibatkan perubahan tren, kehadiran pandemi juga melahirkan fenomena baru yang tengah berlangsung di industri hotel bujet. Jika sebelumnya kebanyakan hotel berbintang memperluas jangkauan dengan membuka cabang hotel bujet, kini hotel bujet mulai memperluas jangkauan dengan menambahkan segmen pelanggan, termasuk premium.

RedDoorz mulai menerapkan strategi baru untuk menjadi perusahaan new age hospitality dengan membangun merk hotel baru “Sans Hotel” di akhir tahun 2020. Melalui brand ini, perusahaan menargetkan pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design inspired, dan warmth, memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

Perubahan strategi ini terbukti menghantarkan perusahaan mencapai break even point (BEP) atau tidak lagi merugi.

“Melalui implementasi strategi dan fundamental bisnis yang berfokus kepada property owners dan customers, kami berhasil memenuhi janji kami untuk mencapai BEP di tahun 2022,” ujar Regional VP Marketing RedDoorz Henry Manampiring.

Selain Sans Hotel, RedDoorz juga memiliki Urbanview Hotel untuk para urban traveler, Sunerra Hotel yang cocok bagi keluarga yang menginginkan layanan berkelas, KoolKost yang cocok untuk akomodasi jangka panjang, serta The Lavana yang akan segera diluncurkan. Selama tujuh tahun beroperasi, RedDoorz telah mengakomodasi sekitar 3 ribu properti di 257 kota di seluruh Indonesia.

Country Operation Head OYO Indonesia Hendro Tan mengungkapkan, “Tren perjalanan saat ini menunjukkan bahwa wisatawan mencari tempat menginap yang nyaman, sehingga permintaan pada akomodasi premium diperkirakan akan naik secara signifikan.”

OYO sendiri disebut tengah menggenjot akomodasi di segmen bisnis dan premium di Indonesia sebagai core market-nya di Asia Tenggara dan global. “Indonesia menjadi kunci dari rencana pertumbuhan bisnis dalam skala global, OYO telah membuktikan transformasinya, dan berfokus pada properti premium,” tegasnya.

Beberapa pilihan akomodasi segmen premium OYO, termasuk Townhouse OAK, Townhouse, Collection O, dan Capital O. “Kami juga ingin menjalin kemitraan yang kuat dengan pelanggan kami di kota-kota bisnis dan kota tujuan rekreasi, dengan penetrasi yang lebih kuat ini kami yakin untuk terus menambah portofolio kami untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, serta menerapkan lokalisasi produk dan layanan,” tutupnya.

Dengan konsep yang berbeda, bobobox menyasar pasar hotel bujet di Indonesia dengan menawarkan layanan hotel kapsul yang mengutamakan efisiensi ruang. Didirikan pada 2018, bisnis hotel kapsul Bobobox telah melejit dengan total okupansi sebanyak 922 kamar di 16 lokasi yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia.

Perusahaan juga memiliki cabang premium yang diberi nama bobocabin. Tahun ini, Bobocabin menjadi fokus ekspansi Bobobox dengan menjangkau lebih banyak daerah di Indonesia, diantaranya Padusan, Jawa Timur, dan Ubud, Bali. Harapannya, ekspansi yang dilakukan Bobobox dapat berkontribusi terhadap perekonomian serta pemberdayaan sosial daerah setempat.

Tantangan dan peluang

Industri pariwisata memang sempat mengalami titik terendah pada awal pandemi yang memicu pembatasan mobilitas masyarakat secara besar-besaran. Pada 2020, salah satu pelaku industri, Airy, memutuskan untuk menutup bisnis secara permanen setelah dilaporkan telah memberhentikan 70 persen jumlah karyawannya.

Hal ini juga menimpa pelaku industri lainnya seperti OYO yang mencatat tingkat okupansi mitra hotel anjlok sebanyak 60%. Tidak hanya kondisi fisik, mental pun juga terdampak. RedDoorz sendiri sempat meluncurkan program Hope Hotline untuk menyediakan layanan sesi penyuluhan kepada mitra secara online.

Di samping pandemi, CEO Bobobox Indra Gunawan juga mengungkapkan bahwa selama beberapa dekade, ada beberapa hal yang masih menjadi penghambat terbesar dari bisnis akomodasi, seperti modal yang tinggi, standar yang tidak konsisten, dan profitabilitas yang rendah. “Hal inilah yang ingin kami lawan di Bobobox,” tegasnya.

Selain skena jaringan hotel kapsul, bobobox juga menawarkan model bisnis kemitraan untuk investor yang berminat masuk ke bisnis bobobox. Mereka dapat terlibat pendanaan proyek, maupun bekerja sama terkait kepemilikan lahan.

Di tengah isu perlambatan ekonomi global, perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 yang tumbuh solid sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2022 bahkan mencapai 5,31% (ctc), kembali mencapai level sebelum pandemi.

Melihat hal ini, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi wisatawan domestik yang cukup besar untuk menyokong industri pariwisata tanah air. Tahun ini, pemerintah telah menargetkan sekitar 1,2-1,4 miliar pergerakan perjalanan wisatawan domestik serta 3,5-7,4 juta kunjungan wisata mancanegara.

Pada awal Februari 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengumumkan total 5,47 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2022 penuh. Angka ini memang masih jauh dari total kunjungan sebelum Covid-19 sebanyak 16,11 juta wisatawan pada 2019. Namun, krisis COVID-19 telah merusak jumlah wisatawan Indonesia secara struktural. Maka dari itu, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar dan proses yang tidak instan untuk bisa pulih secara menyeluruh.

Strategi “New-Age Hospitality” Mengantar RedDoorz Capai BEP di 2022

Startup jaringan perhotelan di Asia Tenggara, RedDoorz, berhasil membuktikan strategi mereka dalam bertahan di masa pandemi. Di tahun 2022, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 5x lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Sebelumnya, mereka sempat mengumumkan rencana perubahan strategi bisnisnya untuk menjadi perusahaan new-age hospitality. Salah satu strategi utama perusahaan adalah membangun merek hotel baru “Sans Hotel” di akhir tahun 2020.

Melalui ‘brand’ ini, RedDoorz membidik pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design-inspired, dan warmth dengan memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

Perubahan strategi ini terbukti mendorong pengembangan jumlah properti perusahaan mencapai 55 persen sejak tahun 2019. Hingga saat ini, RedDoorz telah mengakomodasi sekitar 3 ribu properti di 257 kota di seluruh Indonesia. Pencapaian ini menjadi sebuah pembuktian resiliensi bisnis RedDoorz di tengah masa pandemi.

Diluncurkan sejak tahun 2015, Indonesia menjadi pasar terbesar RedDoorz. Meskipun begitu, RedDoorz juga beroperasi  di Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Di bulan Oktober 2022, RedDoorz Indonesia dan Filipina disebut telah mencapai break even point (BEP) atau tidak lagi merugi.

Regional VP Marketing RedDoorz Henry Manampiring mengungkapkan, “Melalui implementasi strategi dan fundamental bisnis yang berfokus kepada property owners dan customers, kami berhasil memenuhi janji kami untuk mencapai BEP di tahun 2022.” Dengan pencapaian ini, setiap pemasukan yang didapatkan perusahaan ke depannya akan terhitung sebagai keuntungan.

Memasuki tahun 2023, RedDoorz membagikan beberapa strategi dan rencana untuk meningkatkan kinerja bisnis ke depannya. Salah satunya dengan memperbarui sistem loyalty program menjadi lebih sederhana untuk meningkatkan pengalaman pemesanan dan menginap. RedDoorz juga akan memperkuat jaringan offline seller dan memperluas jangkauan propertinya.

VP of Multibrands RedDoorz Adil Mubarak juga menambahkan, “Melalui berbagai strategi dan inisiatif, perusahaan menargetkan untuk meningkatkan jumlah properti hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai BEP untuk RedDoorz Southeast Asia di Q4 2023.”

Industri budget hotel di Indonesia

Berdasarkan data BPS, jumlah usaha penyedia akomodasi, termasuk hotel berbintang di Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar 24.1 ribu, menurun dari tahun sebelumnya di tengah tekanan dari pandemi Covid-19. Angka tersebut menurun 10,43% dari tahun sebelumnya. Walaupun tren penurunan terjadi di seluruh kategori, akomodasi seperti hotel melati dan vila terpukul lebih keras.

Memasuki tahun 2022, industri pariwisata mulai kembali bangkit. Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pergerakan wisatawan domestik di tahun 2022 sudah menunjukkan angka yang positif. Tercatat per November 2022 terdapat 800 juta pergerakan, di atas target yaitu 550 juta pergerakan.

Dari sisi online travel agent (OTA), kebangkitan juga tengah dirasakan beberapa pemain di tanah air. Salah satunya Tiket.com yang di masa pandemi telah meluncurkan beberapa inovasi baru dengan menawarkan pengalaman online. Dalam wawancara bersama DailySocial.id, CEO Tiket.com George Hendrata mengungkap bahwa di masa pandemi sekalipun, pasarnya masih bertumbuh.

Dalam pasar hotel budget Indonesia, OYO sebagai pesaing langsung RedDoorz tengah mengembangkan jumlah pilihan akomodasi segmen premiumnya. Perusahaan juga menargetkan untuk melengkapi properti dengan perangkat teknologi yang dapat membantu pelanggan merancang, dan menjalankan penawaran promosi mereka sendiri untuk meningkatkan okupansi dan mendukung pemaksimalan pendapatan.

Di Indonesia sendiri, selain RedDoorz dan OYO, beberapa perusahaan yang menawarkan fasilitas hotel budget adalah Bobobox dan ZenRooms. Startup sejenis lainnya, Airy, sudah lebih dulu gulung tikar. Platform tidak lagi menampilkan listing untuk pemesanan di atas tanggal 31 Mei 2020.

Application Information Will Show Up Here

Cara Booking Hotel RedDoorz, Rekomendasi Apik Budget Travelling

Memasuki akhir tahun, biasanya orang-orang mulai memikirkan rencana pergi berlibur sebelum pergantian tahun. Bagi sebagian orang, berlibur memerlukan pengaturan keuangan yang tepat. Maka munculah istilah budget travelling dimana seseorang akan dengan cermat memilih tempat berlibur, mobilitas hingga penginapan.

Tak bisa ditampik kini telah banyak muncul penginapan murah baik itu perhotelan yang dikelola lokal maupun berasal dari luar negeri. Salah satunya RedDoorz, pelayanan hotel dengan harga yang cukup terjangkau bahkan sudah ada hingga ke pelosok-pelosok wilayah yang punya potensi wisata.

Kamu mungkin salah satu yang sering melihat keberadaan RedDoorz sekalipun belum pernah menginap di dalamnya.

Sekilas Tentang RedDoorz

RedDoorz mengklaim sebagai jaringan penginapan budget online terbesar di Indonesia. Berfokus pada perkembangan penginapan dan distribusi penjualan secara online. RedDoorz akan memilih properti yang berpotensi untuk bekerja sama secara langsung dan terikat komitmen dengan brand RedDoorz.

Fasilitas minimum yang selalu ada di RedDoorz yaitu linen bersih, free WiFi, Mineral water, AC, clean toilet, towels, water heater, dan 24/7 service. Jadi, meskipun tarif yang ditawarkan cenderung terjangkau, tamu sudah dapat menikmati fasilitas yang nyaman.

RedDoorz didirikan pertama kali di Singapura dan masuk ke Indonesia sebagai market utama pada tahun 2015. Pada 2016 RedDoorz sudah tersebar ke 5 kota besar di Indonesia dan properti RedDoorz mengalami pertumbuhan 11x lipat.

Cara Booking Hotel RedDoorz

Nah, jika kamu ada rencana berlibur dengan pengaturan budget yang signifikan maka tidak ada salahnya mencoba RedDoorz sebagai sarana penginapan. Bila kamu belum tau cara booking kamarnya, simak penjelasan DailySocial.id di bawah ini!

  • Buka website RedDoorz, kamu tidak perlu log in ataupun register untuk mem-booking kamar.

  • Lalu, kamu bisa langsung memilih wilayah terdekat dengan klik pencarian yang ada. Langsung pilih wilayah dan kota sesuai yang kamu inginkan.

  • Atur tanggal check in dan check out, berapa jumlah kamar untuk memesan hotel.

  • Setelah menyesuaikan kota, tanggal, dan jumlah kamar, tampilan aplikasi RedDoorz akan menunjukan berbagai properti yang sesuai dengan pilihanmu. Dalam tahap ini, pilih kamar yang tersedia dengan sistem scroll, pilih salah satu hotel yang ingin dipesan sesuai kebutuhan

  • Untuk detail hotel, klik dua kali pada hotel yang diminati.
  • Jika sudah sesuai, klik Pesan Sekarang

  • Lalu kamu harus mengisi data lengkap sebagai tamu, agar tercatat di sistem RedDoorz. Jika kamu tidak log in akun RedDoorz, pilih Bayar sebagai Tamu, lalu klilk Bayar Sekarang.

  • Setelah data lengkap, kamu bisa masuk ke “Metode pembayaran”. Pilih metode pembayaranmu.

  • Pembayaran dengan sistem transfer, memiliki batas waktu 90 menit untuk melakukan pembayaran.

  • Setelah melakukan transfer, sistem RedDoorz akan secara otomatis memverifikasi pembayaran. Pada tahap ini, kamu cukup tunggu e-voucher dikirim ke email mu.

    Sebagai penginapan dengan harga kompetitif namun mengklaim siap memberikan pelayanan terbaik. RedDoorz mungkin akan cocok bagi kamu yang ingin melakukan liburan hingga menginap namun dengan budget yang tidak banyak.

Semoga artikel tutorial ini bisa membantumu!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

[VIDEO] Inovasi Platform Multi-Brand Perhotelan Selama Pandemi

DailySocial bersama Adil Mubarak dari RedDoorz membahas bagaimana adopsi tren baru dalam bisnis pariwisata, khususnya perhotelan. RedDoorz mengalami pertumbuhan bisnis, fokus di domestik, dan memanfaatkan perubahan tren saat pandemi.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

RedDoorz Umumkan Perubahan Strategi, Masuk ke Bisnis Properti Lewat “Sans Hotel”

Platform pemesanan hotel online RedDoorz mengumumkan rencana perubahan strategi bisnisnya untuk menjadi perusahaan new-age hospitality terbesar di Asia Tenggara. Salah satunya strategi utama perusahaan adalah membangun merek hotel baru “Sans Hotel” yang bakal hadir pertama kali pada November ini.

Sans Hotel membidik pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design-inspired, dan warmth dengan memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

Apalagi, data BPS mencatat populasi usia produktif (15-64 tahun) diestimasi mencapai 179,1 juta orang pada 2020, 63,5 juta berasal dari kalangan milenial. Ini menjadikan milenial sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor pariwisata.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, VP Operations RedDoorz Adil Mubarak mengatakan bahwa rencana untuk menjadi platform multibrand sudah dipertimbangkan sejak lama, bahkan sebelum terjadi Covid-19. Ini merupakan visi baru perusahaan untuk menjadi ekosistem produk yang mendukung kebutuhan dari setiap merek.

“Saat ini, finansial kami berada dalam posisi baik, terutama dalam mengeksekusi perubahan strategi kami dan meluncurkan Sans Hotel. Sejak hari pertama, kami fokus untuk membangun bisnis dengan fundamental keuangan yang kuat karena memungkinkan kami berpikir konkret terhadap fase pertumbuhan berikutnya,” jelasnya.

Adil menyadari bahwa industri pariwisata dan hospitality terpukul hebat akibat pandemi, tak terkecuali bisnis RedDoorz yang terdampak sejak Maret 2020. Kendati demikian, ia memastikan bahwa pihaknya tetap memperhitungkan secara matang segala hal termasuk biaya yang akan dikeluarkan meski masuk ke lini bisnis baru di masa pandemi ini.

“Di kuartal ketiga ini, kami mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Hal inilah yang memastikan kami bisa keluar dari badai pandemi ini dan muncul dengan langkah yang tepat. Kami menantikan fase pemulihan,” tambah Adil.

RedDoorz mencatat, di sepanjang Maret-Oktober 2020 layanan pemesanan kamar di platformnya naik sebesar 80 persen, sedangkan layanan hunian meningkat hingga 50 persen. Mengutip laporan STR Hotel Database, RedDoorz menyebut pencapaian di periode tersebut terbilang di atas rata-rata dari total okupansi nasional yang hanya 36 persen.

Menurut Adil, RedDoorz kini sedang mempersiapkan beberapa properti yang akan menjadi Sans Hotel. Untuk tahap awal, RedDoorz menargetkan pembangunan lima Sans Hotel di area Jabodetabek hingga akhir 2020.

“Kami ingin meng-cater semua kebutuhan travel semua kalangan. Bukan berarti mitra-mitra hotel kami belum cukup, tetapi kehadiran Sans Hotel akan memberikan nuansa berbeda bagi pasar milenial dan gen Z,” tuturnya.

Pihaknya optimistis industri pariwisata dan hospitality segera pulih meski masih di situasi pandemi. Alasannya, laporan terbaru McKinsey terkait industri pariwisata menyebutkan bahwa ada tren permintaan laten untuk traveling seiring dengan larangan berlibur dihapus. Bahkan masyarakat diprediksi bakal melakukannya sebelum vaksin Covid-19 tersedia.

Selain itu, mengutip riset dari Blackbox dan Dynata, Adil mengungkapkan bahwa sebanyak 44 persen dari responden saat ini lebih memilih melakukan perjalanan domestik ketimbang internasional karena faktor kesehatan dan keamanan. Artinya, pariwisata domestik diperkirakan bakal semakin diminati.

Peluncuran Sans Hotel diharapkan dapat memperkuat strategi RedDoorz menjadi platform multibrand hospitality. Terutama setelah perusahaan meluncurkan layanan co-living KoolKost di awal 2020, platform ini ditargetkan dapat menjadi one-stop platform untuk memenuhi kebutuhan akomodasi.

Application Information Will Show Up Here

HygienePass, Inovasi Industri Perhotelan untuk Hadapi Pandemi

Masa pandemi memberikan dampak yang cukup besar terhadap industri akomodasi dan pariwisata, salah satunya perhotelan. Kejayaan operator hotel yang terus berkembang beberapa tahun terakhir, terpaksa perlahan runtuh digerus menurunnya permintaan terhadap unit penginapan yang dimiliki.

Akan tetapi, meski terus menghadapi berbagai tantangan, para pelaku bisnis perhotelan harus terus menghadirkan inovasi yang dapat mempertahankan operasional bisnisnya. Mulai dari menghadirkan produk baru, hingga menerapkan protokol kesehatan yang dapat memberi rasa aman dan nyaman pada konsumen. Hal ini juga dapat didukung oleh tetap adanya permintaan dari konsumen yang masih melakukan kegiatan traveling domestik baik untuk kepentingan pekerjaan ataupun pribadi di tengah pandemi ini.

Peluang inovasi ini juga dilihat oleh RedDoorz Indonesia. Melalui sertifikasi HygienePass yang dihadirkan, RedDoorz kini dapat memberikan rasa aman untuk para pengguna hotel saat menginap di masa pandemi ini.

Menjamin Higienitas dan Kenyamanan bagi Pengguna Hotel

Sertifikasi HygienePass ini dapat menjadi inovasi terbaru yang efektif untuk meningkatkan jaminan kebersihan dan kenyamanan bagi pengguna hotel. Di sisi konsumen, sertifikasi ini dapat membuat mereka dapat lebih tenang untuk bepergian selama pandemi. Dari sisi pelaku bisnis, sertifikasi ini dapat membuat operasional bisnis mereka dapat terus berjalan di tengah pandemi.

Salah satu upaya RedDoorz untuk menjamin standarisasi higienitas dan kebersihan mitra perhotelan melalui sertifikasi HygienePass ini adalah dengan menggandeng Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI). Kolaborasi ini dilakukan untuk melakukan penilaian dan pemberian sertifikat untuk para mitra hotel.

Melalui sertifikasi HygienePass, ada beberapa poin yang akan disiapkan oleh pihak hotel untuk menjamin kenyamanan para penggunanya. Pertama, hotel akan melakukan pengukuran suhu di saat proses check-in. Pengecekan suhu tubuh ini tidak hanya berlaku untuk tamu, tetapi juga untuk staf hotel yang bertugas. Kedua, staf hotel dan juga tamu harus melaporkan kondisi kesehatan serta riwayat perjalanan mereka selama dua minggu terakhir.

Ketiga, hotel akan memastikan penggunaan masker oleh para staf serta menyediakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol 80% selalu disediakan di beberapa area umum pada hotel tersebut. Terakhir, hotel harus terus melakukan pembersihan dan penyemprotan desinfektan secara menyeluruh, teratur, dan berkala.

Selain untuk melakukan pencegahan penularan virus, sertifikasi HygienePass ini dapat menjadi salah satu inovasi penting yang dapat digunakan oleh industri perhotelan untuk terus bertahan. Bagi RedDoorz sendiri, sertifikasi ini merupakan hal wajib yang dimiliki oleh seluruh mitra perhotelannya. Indonesia sendiri merupakan pasar utama dari RedDoorz di Asia hingga akhir tahun 2019 dengan total unit yang mencapai angka 1200 unit. Sehingga hal inovasi ini juga dapat menjadi upaya utama RedDoorz untuk mempertahankan pasarnya di tengah pandemi ini.

Dengan memiliki sertifikasi HygienePass ini, para pelaku bisnis perhotelan dapat memberikan jaminan kesehatan dan kenyamanan para tamunya tanpa mengurangi pelayanan apapun. Bagi para pengguna yang tetap membutuhkan penginapan selama pandemi ini, dapat tetap menggunakan hotel murah, tanpa perlu rasa khawatir akan protokol kesehatan yang diterapkan.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh RedDoorz

Rambah Bisnis Indekos “KoolKost”, Strategi RedDoorz Menuju Profitabilitas

Startup hotel budget RedDoorz resmikan vertikal bisnis teranyarnya di bidang indekost KoolKost untuk melayani pengguna yang mencari hunian lebih dari satu bulan. Konsep bisnis ini diyakini bisa direplikasi untuk pasar RedDoorz di luar negeri, meski belum menjadi prioritas dalam jangka waktu dekat.

Kepada DailySocial, Business Head Coliving RedDoorz Ankit Lalwani menjelaskan, konsep KoolKost sebenarnya bisa direplikasi untuk negara lain. Namun, setidaknya sepanjang tahun ini, perusahaan ingin fokus pada perluasan KoolKost hingga 50 kota di Indonesia, dari posisi sekarang 14 kota dengan 100 properti.

“Cukup memungkinkan untuk ekspansi ke luar Indonesia, tapi di sini adalah negara dengan populasi tertinggi. Makanya, sekarang ini kami fokus ke Indonesia terlebih dulu, bukan ke pasar lain,” ujar Ankit, Kamis (23/1).

Menurutnya, KoolKost hadir karena kebutuhan teknologi dan solusi yang selama ini absen di industri indekos. Padahal, industri ini punya potensi yang besar, ada lebih dari 50 ribu properti indekos tersebar di Indonesia. Serta, belum ada operator yang dominan di industri ini.

Sasaran pengguna KoolKost adalah mahasiswa, first jobbe, dan middle level profesional. Mengutip dari data BPS, pada 2015 ada 9,3 juta orang yang memilih hidup migran untuk kerja dan menempuh pendidikan. Dari angka tersebut, sekitar 60% atau 5 juta orang memilih indekos sebagai tempat tinggal.

Sebelum diresmikan, Ankit menyebut KoolKost telah memasuki masa uji coba kurang lebih selama enam bulan sembari mempelajari masalah dan menyelesaikannya dengan pendekatan teknologi. Dari pembelajaran tersebut, pihaknya yakin dapat memberikan solusi nyata buat industri.

KoolKost memberikan jaminan layanan pelanggan 24 jam, koneksi internet berkecepatan tinggi, jasa pembersihan kamar dan air isi ulang. Semua kamar KoolKost dilengkapi dengan kamar mandi dalam, perabotan dan perlengkapan berkualitas, termasuk tempat tidur yang nyaman dan lemari pakaian dengan ruang penyimpanan cukup luas.

Di samping itu, sejumlah teknologi manajemen perhotelan dari RedDoorz juga disiapkan untuk menggaet lebih banyak mitra properti indekos. Misalnya, RedPartners yang dapat digunakan pemilik properti mengatur inventaris, melacak dan menggabungkan pesanan; mengelola dari awal sampai akhir; dan memberikan pengalaman tinggal jangka panjang yang baik untuk tamu.

Di dalam platform tersebut, mereka dapat mengikuti program uji coba KoolKost melihat lonjakan hunian ruangan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan lebih dari 30%. Berikutnya, RedFox sebuah platform untuk distribusi harga terkini secara langsung di seluruh OTA, memudahkan pemilik properti tanpa harus merekrut seorang revenue manager.

Perusahaan juga menjamin, hunian yang dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan dengan RedEagle. Ia adalah alat pendeteksi dan pengakuisisi properti, perusahaan dapat mengidentifikasi properti yang tepat untuk KoolKost sesuai dengan parameter pencarian yang spesifik.

Tidak ada tim khusus

Tidak seperti RedDoorz, sambung Ankit, KoolKost memiliki tiga jenis pilihan indekos yang dapat menjangkau semua pengguna. Yakni, hunian dengan konsep syariah, girls dan men only. Di samping itu, KoolKost termasuk dari bagian dari Coliving, unit bisnis dari RedDoorz untuk menyasar hunian jangka waktu lama.

“Kami membentuk kehidupan komunitas makanya kami membuat banyak jenis layanan KoolKost, agar menjangkau semua orang untuk saling berteman dalam satu komunitas yang sama.”

Selain KoolKost, ada Residences by RedDoorz yang menawarkan lebih banyak fasilitas dan standardisasi khusus, mencakup ruang game, Netflix ruang bersama, dapur, dan sarapan gratis tiap hari Minggu.

Terakhir, Residences by RedDoorz Apartment punya fasilitas paling atas dibandingkan layanan coliving lainnya. Disediakan kolam renang, area parkir, bebas biaya listrik dan area coworking.

Ankit memastikan seluruh properti yang berada di bawah payung KoolKost akan dikelola secara berkala. Ada tim yang khusus mendatangi setiap properti untuk menanyakan apakah ada keluhan, kerusakan atau sebagainya. Tim tersebut bekerja tidak hanya untuk KoolKost saja, tapi buat properti RedDoorz secara keseluruhan.

Sebelum bergabung pun, tim RedDoorz memastikan bagian apa saja dari properti tersebut yang harus ditingkatkan atau direnovasi. Paling lama dalam kurun waktu dua minggu, properti baru bisa masuk listing KoolKost.

“Sehingga semua listing properti yang ditampilkan, sudah melalui berbagai proses QC. Ada tim yang reguler cek kualitas properti, apakah propertinya di-manage dengan baik atau tidak, bagaimana kebersihan dan sebagainya.”

Di saat yang sama, dia juga menegaskan bahwa ke depannya KoolKost tidak akan mengelola properti apartemen karena ada perbedaan konsep pengelolaannya.

Sementara ini, KoolKost dapat dipesan melalui aplikasi dan situs RedDoorz. Aplikasi dan situs resmi untuk KoolKost sendiri sedang dalam tahap pengembangan, rencananya akan dirilis dua bulan dari sekarang.

Sebenarnya konsep serupa juga sudah ditawarkan beberapa startup lokal. Salah satunya dilakukan pengembang situs listing indekos MamiKos dengan meluncurkan MamiRooms.

Melaju ke arah profit

Vice President of Operations RedDoorz Adil Mubarak menjelaskan KoolKost adalah vertikal bisnis yang ditargetkan dapat membantu mewujudkan ambisi perusahaan menuju posisi profitabilitas.

“Kita fokus mau bawa negara di mana kita sudah ada, untuk profitable dan KoolKost ini sebagai segmen baru, untuk diferensiasi antara short dan long stay,” tuturnya.

Kantor RedDoorz di Bandung / RedDoorz
Kantor RedDoorz di Bandung / RedDoorz

Posisi perusahaan pada saat ini adalah mengambil jalur pertumbuhan perlahan dengan mengelola seluruh pengeluaran secara lebih sehat. Artinya, RedDoorz tetap mengambil strategi bakar duit namun lebih terkontrol, bukan sembrono karena ingin mengejar pertumbuhan.

Alhasil, dalam setiap negara di ASEAN yang dimasuki RedDoorz sudah melalui keputusan strategis yang matang. Selain Indonesia, terhitung saat ini RedDoorz hadir di empat negara, Singapura, Vietnam dan Filipina sejak pertama kali beroperasi di 2015.

“Kita selalu memastikan pasar [yang akan kita masuki] itu sudah bagus, pasarnya terbentuk, konsumennya sudah baik, tidak asal saja.”

Kondisi ini kontras dengan ekspansi Oyo yang berusaha untuk hadir di negara manapun. Dalam waktu tujuh tahun, unicorn ini beroperasi di 80 negara, termasuk A.S, Tiongkok, Eropa, Inggris, India, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Jepang.

Seiring dengan target tersebut, sambungnya, perusahaan fokus pada pengembangan teknologi untuk memuaskan semua pihak. RedPartners, RedEagle dan RedFox adalah beberapa di antaranya. Ambisi yang sedang disiapkan adalah menyiapkan aplikasi yang lebih intuitif agar konsumen dapat terlayani lebih maksimal.

“Kami ingin interaksi dengan konsumen jauh lebih baik. Jadi saat mereka check-in, aplikasi bisa lebih pintar memberi notifikasi apakah ada keluhan dengan kamar mereka. Itu plan kita,” pungkas Adil.

Tercatat RedDoorz telah memiliki lebih dari 1200 properti di seluruh Indonesia yang tersebar di lebih dari 100 kota.

Application Information Will Show Up Here