[Review] Xiaomi Redmi Note 10 5G: Smartphone 5G Dimensity 700 Murah

Dengan hadirnya teknologi 5G, banyak sekali anggapan bahwa nantinya smartphone yang beredar akan memiliki harga tinggi. Memang, banyak perangkat 5G yang dijual di atas harga 5 jutaan. Namun, beberapa produsen smartphone saat ini berlomba-lomba untuk mengeluarkan perangkat 5G yang lebih bisa dijangkau oleh konsumen. Salah satunya adalah Xiaomi Redmi Note 10 5G.

Seri yang satu ini mungkin memiliki keluarga yang paling banyak yang pernah hadir di Indonesia. Hal tersebut mulai dari Redmi Note 10 Pro, Redmi Note 10, Redmi Note 10S, dan yang terakhir adalah Redmi Note 10 5G. Melihat dari penempatan harganya, Redmi Note 10 5G ada pada posisi di antara Redmi Note 10 dan Redmi Note 10s.

Menggunakan nama 5G tentu saja mengartikan bahwa perangkat ini mampu terkoneksi dengan jaringan yang baru digelar di Indonesia tersebut. Jaringan ini sendiri mampu menyalurkan data hingga hitungan gigabit per detik. Dan dengan menggunakan chipset dari Mediatek, membuat Redmi Note 10 5G menjadi perangkat 5G yang memiliki harga terjangkau. Tentunya, harga yang terjangkau akan membuat teknologi terbaru ini bisa digunakan oleh lebih banyak orang.

Perangkat yang datang ke meja pengujian DailySocial merupakan varian yang tertinggi dari Redmi Note 10 5G, dengan menggunakan RAM 8 GB dan internal 128 GB. Xiaomi Redmi Note 10 5G sendiri memiliki varian yang lebih rendah dengan RAM 4 GB dan internal 128 GB. Harga dari perangkat ini tentu saja masih dalam rentang dua jutaan.

Sub-Brand dari Xiaomi, yaitu Poco, juga memiliki perangkat yang sama persis spesifikasinya. Hanya saja, Xiaomi membedakannya dengan bentuk desain pada sisi belakangnya. Selain itu, Poco juga memiliki konfigurasi RAM dan penyimpanan internal yang berbeda pula. Harganya juga sedikit lebih murah jika dibandingkan dengan Redmi Note 10 5G.

Spesifikasi dari Redmi Note 10 5G yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut ini

Redmi Note 10 5G
SoC Mediatek Dimensity 700
CPU 2× 2.2 GHz Cortex-A76+ 6× 2 GHz Cortex A-55
GPU Arm Mali-G57 MC2 950MHz
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.2
Layar 6,5 inci IPS 2400 x 1080 90Hz Gorilla Glass 3
Dimensi 161.8 x 75.3 x 8.9 mm
Bobot 190 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 2 MP Macro, 2 MP depth, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z, AIDA 64, dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Redmi Note 10 5G masih menggunakan pengisian daya dengan 18 watt. Selain itu, Xiaomi juga mencabut speaker stereo yang dihadirkan pada seri 10 ini. Kamera wideangle juga tidak dihadirkan pada perangkat 5G dengan harga yang terjangkau ini.

Unboxing

Inilah yang ada didalam paket penjualan smartphone Redmi Note 10 5G.

Desain

Kebanyakan smartphone yang masih masuk dalam satu keluarga akan memiliki desain badan yang sama. Namun, hal tersebut berbeda dengan Xiaomi Redmi Note 10 5G. Desain belakang dari perangkat yang satu ini berbeda dari Redmi Note 10 Pro, Redmi Note 10, dan Redmi Note 10s. Akan tetapi ada satu yang sepertinya akan lama dipakai oleh Xiaomi, yaitu logo Redmi yang dibuat kecil pada sisi kiri bawah.

Bobot dari Redmi Note 10 5G memang terasa cukup ringan, yaitu hanya 190 gram saja. Dimensinya juga dapat dibilang cukup ramping dengan ketebalan yang hanya 8,9 mm saja. Case belakangnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat. Untuk warna yang saya dapatkan adalah Graphite Gray.

Layar dari Redmi Note 10 5G menggunakan panel dengan tipe IPS. Layar ini menggunakan resolusi 2400×1080 dan memiliki refresh rate 90Hz yang nyaman untuk dipandang. Berbeda dengan pesaingnya, Xiaomi sudah memasangkan kaca yang lebih tahan terhadap goresan dari Corning, yaitu Gorilla Glass 3. Hal tersebut juga diperkuat lagi dengan lapisan anti gores yang sudah terpasang dari pabriknya.

Dengan harga yang terjangkau, Xiaomi ternyata tetap menghadirkan fitur NFC pada Redmi Note 10 5G. Hal ini akan membuat pengisian saldo kartu uang elektronik lebih nyaman saat terhubung dengan jaringan 5G dan tengah berada di jalan tol. Keamanannya juga cukup baik dengan menghadirkan sensor sidik jari yang berbarengan dengan tombol daya serta face unlock. Selain itu, perangkat ini juga memiliki emergency SOS yang bisa mengirimkan pesan langsung ke kontak yang sudah ditentukan dengan 5 kali menekan tombol daya.

Pada sisi sebelah kanan akan ditemukan tombol power yang tergabung dengan pemindai sidik jari serta tombol volume naik dan turun. Pada sisi kirinya terdapat sebuah slot nano SIM dengan microSD. Untuk bagian bawahnya, ditemukan microphoneslot USB-C, dan speaker. Di bagian atasnya terdapat port audio 3,5 mm, infra merah untuk remote, serta microphone kedua.

Xiaomi Redmi Note 10 5G menggunakan MIUI 12 (versi 12.0.3 pada saat saya uji) dengan basis sistem operasi Android 11. Pada sistem operasi yang satu ini, pengguna bisa memilih apakah menggunakan model app drawer atau tidak serta tombol navigasi dengan model tekan atau geser. Sayang memang, perangkat ini belum mendapatkan MIUI 12.5 yang memiliki tingkat responsivitas yang lebih baik lagi.

Jaringan LTE, 5G, dan WiFi

Menggunakan chipset Dimensity buatan Mediatek, menandakan bahwa perangkat ini mendukung jaringan data cepat 4G dan 5G. Pada Redmi Note 10 5G, jaringan 4G LTE yang didukung adalah band 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 20, 28, 32, 38, 40, 41, dan 66 yang sudah mencakup seluruh operator yang ada di Indonesia. Untuk jaringan 5G, yang didukung adalah band NR 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 40, 41, 66, 77, 78 SA/NSA.

Saya juga sudah mencoba terkoneksi dengan jaringan Telkomsel 5G yang menggunakan band N40 NSA. Hasilnya, perangkat ini bisa digunakan untuk melakukan download dengan kecepatan tinggi. Walaupun secara teoritis bisa mencapai kecepatan Gbps, namun yang saya dapatkan hanya sekitar 140-an Mbps dengan posisi pengujian tepat di belakang sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.

Dengan menggunakan Dimensity 700, menandakan bahwa Redmi Note 10 5G juga mendukung fungsi Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.

Xiaomi Redmi Note 10 5G juga sudah mendukung WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 AC. Hal ini menandakan bahwa perangkat ini mampu terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz.

Kamera: 48 MP Tanpa Wideangle

Xiaomi membenamkan empat buah kamera pada Redmi Note 10 5G, dengan tiga diantaranya yang dapat digunakan secara manual. Kamera utamanya menggunakan sensor 48 MP buatan OmniVision dengan OV48B 1/2″ dengan 0.8µm. Dengan menggunakan algoritma quad bayer, membuat hasilnya akan lebih baik pada resolusi 12 MP. Xiaomi tidak mengggunakan kamera ultrawide pada Redmi Note 10 5G.

Kamera utamanya ternyata menghasilkan gambar yang cukup baik. Saya bisa mendapatkan gambar yang tajam serta warna yang cukup baik hanya dengan sekali klik. Pada rentang harganya, tingkat noise yang dihasilkan cukup rendah dibandingkan dengan perangkat sekelasnya.

Kamera makro yang terpasang pada smartphone ini dibuat oleh Hynix dengan Hi-259. Hasilnya cukup lumayan dan cukup dapat diandalkan jika Anda menyukai pengambilan foto jarak dekat. Walaupun begitu, hasil fotonya tidak akan setajam kamera utamanya. Dan pengguna juga harus belajar yang cukup untuk mengetahui jarak pengambilan gambarnya.

Kamera depan dari Redmi Note 10 5G menggunakan sensor dengan resolusi 8 MP buatan OmniVision OV8856. Xiaomi tampaknya telah membuat sensor yang satu ini menjadi lebih tajam. Tingkat noise nya cukup kecil pada saat diluar ruangan, namun saat didalam akan cukup meningkat pada tempat yang gelap.

Pengujian

Redmi Note 10 5G menggunakan Meditek Dimensity 700. Dimensity 700 sendiri menggunakan dua core kencang Cortex A76 dengan kecepatan 2.2 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Mali-G57 MC2 buatan ARM dengan kecepatan 950 MHz.

Kinerja dari Dimensity 700 memang sudah tidak perlu lagi diragukan. Namun untuk membuktikannya, saya akan mengujinya dalam dua skenario. Menggunakan Cortex A76 menandakan bahwa perangkat ini bisa digunakan untuk bermain game. Selain itu, prosesor kencang juga akan nyaman dipakai untuk bekerja.

Bermain Game

Walaupun menggunakan Cortex A76, namun prosesor kencang tersebut hanya menggunakan dua core saja. Hal tersebutlah yang akan membatasi kinerjanya dalam bermain game yang ada. Namun, clock tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan Helio G95 yang masih 2 GHz saja.

Perangkat yang satu ini saya uji dengan menggunakan Genshin Impact. Sayangnya, PUBG pada Redmi Note 10 5G tidak terdeteksi untuk dapat berjalan pada 90 fps. Dengan kemampuan SoC Dimensity, tentu saja PUBG dapat dimainkan dengan kecepatan penuh. Dan sekali lagi, sayangnya, Apex Mobile belum dapat dijalankan pada platform Mediatek.

Genshin Impact saya jalankan pada profile lowest. Framerate juga saya pasang pada limit 60 fps. Hasilnya, perangkat ini berjalan dengan rata-rata 32 fps. Jika diperhatikan, memang hasilnya cukup rendah mengingat beberapa perangkat bisa berjalan di atas 40 fps. Jadi, mungkin ini adalah PR Xiaomi untuk meningkatkan kinerjanya.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari game Genshin Impact. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Untuk Bekerja

Kinerja dari Dimensity 700 memang sudah tidak perlu diragukan lagi dalam bekerja. Penggunaan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome yang menggunakan banyak tab akan berjalan tanpa lag. Xiaomi sudah menggunakan teknologi UFS 2.2 pada perangkat ini yang memastikan kinerja baca dan tulis pada penyimpanan internalnya berjalan dengan cepat.

Saya juga sempat menggunakan aplikasi office pada perangkat ini, yaitu WPS. Hal tersebut saya gunakan untuk melakukan editing teks serta gambar untuk kebutuhan sekolah anak. Tentunya, saya tidak menemukan masalah yang berarti sehingga cukup cocok digunakan untuk melakukan editing teks pada saat sedang berada di jalan.

Editing video dan gambar pada perangkat ini juga tidak menemukan masalah. Konversi serta rendering tidak membuat perangkat ini panas. Hasilnya pun juga bisa diandalkan saat ingin melakukan editing cepat dengan menggunakan aplikasi bawaan mau pun pihak ketiga yang ada pada Google Play.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan kembali beberapa SoC yang hadir pada rentang harga dua-tiga jutaan. Chipset yang saya hadirkan adalah Snapdragon 845, Snapdragon 732G, serta Mediatek Helio G95. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmarking dari perangkat Redmi Note 10 5G

Uji baterai: 5000 mAh

Menguji baterai, apalagi dengan kapasitas 5000 mAh, memang akan memakan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Redmi Note 10 5G dapat bertahan hingga 16 jam 10 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 18 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.

Verdict

Walaupun belum merata, jaringan 5G saat ini sudah hadir di Indonesia. Oleh karena itu, perangkat pendukung seperti smartphone pun juga sudah harus tersedia di pasaran. Tidak hanya harus tersedia, perangkat tersebut juga harus bisa dijangkau oleh daya beli masyarakat Indonesia. Seperti halnya Xiaomi Redmi Note 10 5G yang saat ini sudah ada di pasaran.

Dengan menggunakan Dimensity 700, kinerjanya memang dapat diandalkan. SoC yang satu ini dapat menjalankan semua aplikasi dan game yang tersedia pada Google Play. Oleh karenanya, perangkat ini nyaman digunakan untuk bermain serta bekerja. Hal tersebut juga didukung dengan daya tahan baterai yang cukup panjang.

Kamera yang terpasang juga ternyata menghasilkan gambar yang dapat diandalkan pula. Walaupun tidak memiliki kamera wideangle yang sepertinya sudah menjadi standar smartphone saat ini, hal tersebut tidak membuat perangkat ini menjadi tidak menarik. Redmi Note 10 5G juga sudah memiliki NFC yang bisa diandalkan untuk mengisi kartu uang elektronik. Penggunaan Gorilla Glass 3 pada rentang harganya juga membuat perangkat ini menjadi lebih aman.

Xiaomi Redmi Note 10 5G dengan konfigurasi 8/128 GB dijual dengan harga online Rp. 2.999.000 dan offline Rp. 3.099.000. Versi dengan RAM 4 GB dijual lebih murah pada harga Rp. 2.699.000. Harga tersebut membuat Redmi Note 10 5G menjadi salah satu smartphone 5G termurah di Indonesia. Semoga saja, implementasi jaringan 5G dapat merata dengan cepat di Indonesia.

Sparks

  • Mendukung jaringan 5G tanpa harus di unlock
  • Harga yang terjangkau untuk teknologi 5G
  • Layar dengan refresh rate 90 Hz
  • Hasil kamera utama yang dapat diandalkan
  • Daya tahan baterai yang panjang
  • Kinerja Dimensity yang mumpuni untuk bermain dan bekerja
  • Gorilla Glass 3

Slacks

  • Speaker mono
  • Tanpa kamera wideangle
  • Dukungan game yang kurang untuk framerate 90 fps

[Review] ASUS ROG Phone 5: Smartphone Gaming Snapdragon 888 dan Layar 144 Hz untuk Gamer Enthusiast

ASUS sepertinya tidak pernah absen setiap tahunnya dalam meluncurkan perangkat gaming smartphone-nya. Dengan lini RoG atau yang sering dikenal dengan Republic of Gaming, ASUS selalu menghadirkan perangkat smartphone dengan SoC terkencang yang ada pada masanya. Setelah meluncurkan RoG Phone II dan RoG Phone 3 di Indonesia, sekarang saatnya ASUS RoG Phone 5.

Pada perangkat terbarunya, tentu saja ASUS menanamkan SoC terkencang untuk Android saat ini dengan Snapdragon 888. ASUS juga tetap menggunakan layar 144 Hz serta baterai 6000 mAh pada RoG Phone 5 yang sudah terlebih dahulu hadir pada RoG Phone 3. Hal ini tentu saja membuat RoG Phone 5 bisa menjalankan sebuah game hingga 144 fps. ASUS juga sudah menggunakan panel AMOLED terbaru dari Samsung yang membuatnya memiliki warna yang lebih baik dari perangkat sebelumnya.

ASUS juga menanamkan desain baru pada RoG Phone 5. Kali ini, logo ROG pada bagian belakangnya sudah disesuaikan dengan standar laptop gaming mereka. Logo tersebut saat ini sudah mendukung warna RGB dengan desain titik-titik yang bisa diatur sendiri warna dan pola menyalanya. Hal ini tentu saja bisa membuat orang lain “iri” dengan desain yang ditawarkan oleh ASUS.

Spesifikasi dari ASUS RoG 5 yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut ini

ASUS ROG Phone 5 ASUS ROG Phone 3
SoC Snapdragon 888 Snapdragon 865+
CPU 1 x 2.84 GHz Kryo 680 + 3 x 2.42 GHz Kryo 680 & 4 x 1.80 GHz Kryo 680 1 x 3.1 GHz Kryo 585 + 3 x 2.42 GHz Kryo 585 + 4 x 1.8 GHz Kryo 585
GPU Adreno 680 Adreno 650
RAM

8 GB LPDDR5

Internal

128 GB UFS 3.1

Layar 6,78 AMOLED inci 2448×1080 Gorilla Glass Victus 6,59 inci 2340×1080 Gorilla Glass 6
Refresh Rate

144 Hz

Dimensi 172.8 x 77.3 x 10.3 mm 171 x 78 x 9.9 mm
Bobot 238 gram 240 gram
Baterai 6000 mAh dengan 65 watt charger 6000 mAh dengan 30 watt charger
Kamera

64 MP / 16 MP utama, 13 MP wide, 5 MP Macro, 24 MP selfie

Spesifikasi yang didapatkan dari CPU-Z, AIDA-64, serta SensorBox

Bisa dilihat pada tabel di atas bahwa spesifikasi ASUS ROG Phone 5 yang saya dapatkan mirip dengan ROG Phone 3. Konfigurasi kamera juga masih mirip dengan generasi sebelumnya. Selain itu, RAM serta kapasitas penyimpanan internal yang beredar di Indonesia juga masih sama dan menggunakan UFS 3.1. Kapasitas baterai masih sama, namun dengan daya pengisian yang berbeda.

Unboxing

ASUS RoG Phone 5 tadinya datang hanya dengan kotak paket penjualannya. Namun ternyata, pihak ASUS mengatakan bahwa perangkat ini akan datang dengan RoG Cetra II Core, sebuah earphone gaming yang khusus dibuat untuk lini RoG. Berikut adalah penampakannya.

Yang unik adalah komik dibalik paket penjualan dari ASUS RoG Phone 5. Dengan menggunakan aplikasi Armory Crate, Anda bisa melihat sebuah cerita AR yang nantinya menjadi sebuah misi bagi para pengguna ASUS RoG Phone 5.

Desain

Desain bagian depan dari ASUS RoG Phone 5 masih sama dengan dua perangkat sebelumnya, yaitu dengan menebalkan bezel pada bagian atas dan bawahnya. Hal tersebut ditempuh oleh ASUS yang tidak menggunakan layar berponi karena untuk kenyamanan saat bermain game. Kedua ibu jari pun akan lebih presisi saat menekan tombol yang ada pada layar. Selain itu, ASUS juga lebih leluasa menempatkan beberapa sensor dan kamera pada bezel tersebut.

Desain bagian belakang dari ASUS RoG Phone 5 juga sudah dibuat menjadi RGB dengan desain bintik-bintik seperti pada laptop ASUS Zephyrus G14. Tentunya hal ini membuat tampilah ASUS RoG Phone 5 jauh lebih keren dibandingkan dengan dua perangkat sebelumnya. Logo RGB tersebut juga bisa diganti warnanya serta cycle-nya. Semua itu bisa langsung dikontrol dengan membuka aplikasi Armory Crate.

Layar yang digunakan pada ASUS RoG Phone 5 menggunakan teknologi AMOLED buatan Samsung, yaitu E4 Panel. Dengan E4, membuat layar terbaru dari Samsung ini memiliki akurasi warna yang lebih tepat serta tingkat kontras dan kecerahan yang lebih baik. Resolusi yang digunakan pada perangkat ini adalah 2448 x 1080 dengan 144 Hz. Layar ini juga sudah menggunakan Corning Gorilla Glass Victus yang diklaim paling kuat saat ini.

Dengan menggunakan layar AMOLED, membuat sebuah perangkat bisa dipasangkan sensor sidik jari di bawah layar. ASUS memang dikenal memiliki sensor sidik jari bawah layar yang sangat responsif. Hal ini pula yang saya rasakan saat membuka kunci layar dari ASUS RoG Phone 5. Bahkan, hasilnya lebih responsif dibandingkan dengan ASUS RoG Phone II yang saya pegang saat ini.

Untuk bagian kirinya, bisa ditemukan slot SIM nano yang ditandai dengan warna merah dan juga side mounted port yang berisikan sebuah port USB-C dan proprietary yang cukup berbeda dengan generasi sebelumnya. Pada bagian kanannya terdapat tiga buah tombol, yaitu volume naik dan turun, serta tombol daya yang memiliki warna samping merah dan juga AirTrigger untuk bermain game pada bagian atas dan bawahnya. Pada bagian bawahnya terdapat sebuah port USB-C utama untuk mengisi baterai serta ASUS mengembalikan port audio 3.5mm pada smartphone yang satu ini.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan tiga buah kamera yang juga ditemani oleh sebuah LED flash. Pada bagian kamera hingga pas sebelum logo ROG, merupakan area yang cukup luas untuk membaca NFC. Jika dipasangkan dengan  Aero Case, ternyata tidak mengurangi sensitivitas dari NFC-nya. Sayangnya, belum ada sertifikasi IP untuk tahan air dan debu pada smartphone gaming yang satu ini.

ASUS ROG Phone 5 menggunakan antar muka buatan ASUS sendiri dengan ASUS Launcher versi 8. ASUS masih menghadirkan app drawer pada antarmukanya ini sehingga mirip dengan launcher bawaan Google. Sistem operasi yang digunakan adalah Android 11 saat perangkat ini datang ke meja pengujian Dailysocial. Entah apakah ASUS RoG Phone 5 akan mendapatkan 2 kali update atau tidak karena pengguna ROG Phone II saat ini masih sabar menunggu update ke Android 11.

Konektivitas

ASUS RoG Phone 5 menggunakan SoC Snapdragon 888 yang berarti sudah memiliki modem untuk terkoneksi ke 5G. Walaupun secara spesifikasi sudah mendukung, namun informasi terakhir yang saya dapatkan mengatakan bahwa ASUS RoG Phone 5 belum mendukung 5G dari Telkomsel. Sayangnya juga karena PPKM, saya tidak bisa menguji apakah perangkat ini bisa mendeteksi jaringan baru tersebut.

Untuk jaringan 4G LTE, ASUS RoG Phone 5 sudah mendukung semua band yang meliputi 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 18, 19, 20, 26, 28, 34, 38, 39, 40, 41, 42, dan 48. Band 5G nya sendiri juga sudah mendukung 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 41, 77, 78, dan 79 SA/NSA. Dapat dilihat memang bahwa perangkat ini tidak akan mendukung band N40 yang digunakan oleh Telkomsel. Akan tetapi, Indosat yang kini sedang melakukan uji coba 5G sudah didukung oleh ASUS ROG Phone 5.

ASUS RoG Phone 5 juga sudah memiliki NFC dan juga sudah memiliki bluetooth versi 5.1. Untuk pemindaian lokasi, ASUS RoG Phone 5 juga sudah mendukung GPS, BEIDOU, GALILEO, QZSS, dan GLONASS. ASUS RoG Phone 5 tentunya juga sudah memiliki konektivitas ke WiFi 5 GHz dengan nama WiFi 6 yang memiliki kecepatan transfer data lebih kencang dari WiFi 5.

Kamera: Kembali dengan IMX 686

ASUS mungkin merupakan salah satu loyalis pada sensor buatan Sony. Saat ini, ASUS RoG Phone 5 kembali dipasangkan sensor yang sama dengan ASUS RoG Phone 3, yaitu Sony IMX 686 yang memang hasil tangkapannya sudah tidak diragukan lagi. Bedanya, kali ini sensor tersebut dipadukan dengan Spectra 580 terbaru dari Qualcomm.

Seperti yang kita ketahui bahwa sensor IMX 686 menggunakan teknologi Quad Bayer. Teknologi ini sendiri akan menggabungkan 4 piksel sehingga akan mendapatkan gambar yang lebih baik. Walau bisa mengambil gambar pada resolusi 64 MP, hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat teknologi Quad Bayer tersebut diaktifkan dan menjadi resolusi 16 MP. ASUS juga tidak memasangkan OIS pada perangkat yang satu ini dan hanya menggunakan EIS.

Kamera yang satu ini menghasilkan gambar yang cukup mumpuni. Walaupun begitu, bakal cukup terlihat algoritma pengurangan noise pada bagian gelap. Tingkat ketajaman dari kamera utamanya ini memang cukup baik. Saya cukup menyarankan untuk menyalakan HDR Auto agar memperbaiki hasil tangkapannya.

Kamera kedua merupakan ultrawide yang menggunakan sensor OmniVision OV13B. Kamera yang satu ini juga bisa menangkap gambar yang cukup baik dan bisa diandalkan hasilnya. Namun sekali lagi, saya juga menyarankan untuk menayalakan HDR Auto pada kamera yang satu ini karena dapat membenahi dynamic range pada kamera ultrawide ASUS RoG Phone 5.

Kamera makro yang terpasang pada perangkat ini memiliki resolusi 5 MP, yang tentunya bakal lebih baik dibandingkan dengan perangkat dengan 2 MP yang ada di pasaran. Namun, hasilnya juga masih kurang memuaskan dan tidak memiliki fitur auto fokus.

Kamera swafoto pada perangkat ini memiliki resolusi 24 MP dengan sensor OmniVision OV24B1Q. Akan tetapi, secara default perangkat ini akan memasangkannya pada 6 MP, karena sensornya juga menggunakan teknologi quad bayer. Hasilnya ternyata juga cukup tajam dengan warna yang cukup baik pula. Hasilnya juga terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan para pendahulunya.

Pengujian Kinerja

ASUS RoG Phone 5 menggunakan cip terkencang dari Qualcomm saat ini, yaitu Snapdragon 888. SoC ini sendiri memiliki 3 buah cluster yaitu Prime, Performance, dan Efficiency. Cluster terkencang menggunakan Kryo 680 dengan basis Cortex X1 berkecepatan 2,84 GHz, diikuti dengan cluster kinerja yang menggunakan Kryo 680 Gold dengan basis Cortex A78 berkecepatan 2,42 GHz, dan terakhir adalah cluster efisiensi yang menggunakan Kryo 680 silver dengan basis Cortex A55 dengan clock 1,8 GHz. GPU yang digunakan pada SoC ini adalah Adreno 680.

Untuk membuktikan SoC yang satu ini tentu saja harus melalui beberapa pengujian. Hal yang paling utama dan memakan banyak sumber daya adalah dengan menggunakan game. Tentunya, perangkat ini juga bisa digunakan untuk bekerja. Saya juga menguji RoG Cetra II Core untuk bermain serta mendengarkan musik.

Bermain Game

Terus terang, dengan menggunakan nama gaming membuat saya harus mencari beberapa game yang bisa berjalan pada 144 fps. Untungnya, ASUS sudah menyediakan daftarnya langsung pada aplikasi Armoury Crate. Hal ini tentu saja membuat saya cukup mudah dalam mencari beberapa game yang bisa berjalan dan kompatibel dengan ASUS ROG Phone 5.

Game pertama yang saya jalankan pada perangkat yang satu ini adalah Genshin Impact. Tentunya, saya menggunakan setting paling tinggi dengan 60 fps untuk mengetahui apakah ada kendala atau tidak. Ternyata, perangkat ini mampu menjalankannya dengan sangat baik: tidak ada fps drop atau lag. Secara grafis, Anda akan mendapatkan pengalaman yang terbaik.

Sayangnya, saat menguji perangkat yang satu ini ASUS tidak menyertakan kipas Aero Cool 5. Hal tersebut dikarenakan GameCool 5 yang merupakan sistem pendingin dari ASUS RoG Phone 5 kurang bisa menghambar panas yang dihasilkan saat bermain Genshin. Saya mendapatkan suhu sampai dengan 52º celcius saat bermain game tersebut.

Saya juga menguji PUBG Mobile dua kali. Yang pertama menggunakan mode UHD dengan 40 fps dan yang kedua adalah mode Smooth 90 fps. Hasilnya, kedua mode bisa dijalankan tanpa adanya penurunan framerate. Mungkin karena cukup enteng, smartphone gaming ini tidak menghasilkan panas yang berarti dan membuatnya nyaman untuk bermain game tersebut.

Game lain yang saya gunakan adalah Real Racing 3 serta Bullet Echo yang sudah mendukung 144 fps. Kedua game juga terasa sangat ringan jika dijalankan dengan ASUS RoG Phone 5. Layarnya yang licin juga membuat saya cukup andal saat bermain. Memang cukup berbeda dengan ROG Phone II yang saya gunakan sebelumnya.

Untuk mengukur framerate, saya menggunakan dua aplikasi. Yang pertama adalah Game Genie dan yang kedua adalah menggunakan aplikasi GameBench yang mampu merekam framerate dari sebuah game. Akan tetapi sepertinya aplikasi ini masih memiliki kekurangan di mana belum mampu mendeteksi framerate hingga 144 fps.

Untuk Bekerja

Kalau sudah sangat mumpuni saat digunakan untuk bermain game, tentu saja tidak akan bermasalah saat dipakai untuk bekerja. Saya harus menggunakan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang selalu digunakan sehari-hari. Dan memang saya tidak menemukan masalah sama sekali.

Hal yang menyenangkan adalah pada saat melakukan rendering video. Walaupun membuat perangkat ini panas, namun hasilnya bisa dibilang paling cepat di antara semua perangkat yang pernah saya uji. Jadi, sepertinya mereka yang suka melakukan editing video bisa menggunakan perangkat ini agar bisa membantu pekerjaannya.

ROG Cetra II Core

ASUS mengatakan mereka menyertakan ROG Cetra II Core pada penjualan ASUS RoG Phone 5. Nama Core itu sendiri menandakan bahwa IEM yang satu ini menggunakan konektor 3,5 mm dan bukan USB-C. Dimensi driver dari IEM yang satu ini adalah 9,4 mm yang sudah lebih dari mumpuni untuk menghantarkan suara dengan baik.

Saya mencoba In-ear monitor ini dengan bermain game serta mendengarkan musik. Sepertinya memang ROG Cetra II Core memiliki profile bass yang cukup menggelegar, yang memang akan membuat suara ledakan serta tembakan menjadi lebih menggelegar. Menggunakan ROG Cetra II Core saat bermain game seperti PUBG Mobile membuat saya cukup mudah mengetahui langkah musuh yang ada di sekitar. Suaranya sangat detail sehingga saya juga sering menggunakannya untuk bermain game PC seperti CS:GO serta Valorant.

Untuk mendengarkan musik, IEM ini juga pasti sangat disukai oleh mereka yang lebih suka profile bass. Suara high dan mid juga terdengar cukup lembut sehingga tidak terlalu memekakkan telinga. Akan tetapi, suaranya sedikit terdengar seperti tercampur pada beberapa lagu. Suara petikan gitar pada beberapa lagu juga terdengar sedikit “mendem”.

Untuk volumenya, IEM ini bisa mengeluarkan suara dengan sangat keras. Saya pun harus menurunkan volume agar pas terdengar di telinga. Untuk bas dan trebble-nya sendiri, Anda bisa naikkan pada menu AudioWizard agar terdengar lebih baik lagi.

Benchmark

Rasanya tidak lengkap jika saya tidak menghadirkan kembali perangkat ROG sebelum yang satu ini. Oleh karena itu, ASUS RoG Phone 5 akan disandingkan dengan ASUS RoG Phone II dan 3. Saya juga menghadirkan SoC Snapdragon 845 yang digunakan pada RoG Phone pertama. Tentunya, Anda akan mendapatkan gambaran mengenai kinerja dari setiap perangkat RoG Phone.

Berikut adalah hasilnya

Uji Baterai 6000 mAh

Untuk menguji baterai 6000 mAh yang digunakan ASUS RoG Phone 5 saya menggunakan refresh rate 120 Hz yang terkunci oleh Armory Crate. Rencananya, saya ingin menggunakan refresh rate  60 Hz. Akan tetapi, saya baru mengetahuinya setelah pengujian berakhir. Toh, refresh rate tersebut juga sudah terpasang secara default saat perangkat ini diaktifkan untuk pertama kali.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, ASUS RoG Phone 5 bisa bertahan hingga 17 jam 51 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan dan berada pada mode HyperCharge 65 watt. Smartphone gaming ini dapat diisi hingga penuh dalam waktu lebih dari 1 jam.

Verdict

Pasar gaming memang selalu menjadi sesuatu yang menarik bagi banyak kalangan, terutama yang gemar bermain game. Dengan memiliki perangkat yang sudah ditujukan untuk bermain game, tentu saja memiliki kemampuan yang tinggi sehingga tidak lagi terasa lamban saat menggunakannya. Salah satunya adalah dengan memiliki smartphone gaming ASUS ROG Phone 5.

Kinerja dari smartphone ASUS ROG Phone 5 sudah menjadi salah satu yang tercepat saat ini. Dengan Snapdragon 888, tidak ada satu pun aplikasi dan game yang terasa pelan pada perangkat yang satu ini. Hal ini membuatnya cocok untuk mereka yang juga suka menggunakan smartphone sebagai alat untuk melakukan editing seperti video dan gambar, selain untuk bermain.

Kamera yang ada pada perangkat ini sudah menggunakan sensor dari Sony IMX 686 yang menghasilkan gambar yang bagus. Oleh karena itu, smartphone ini sudah cukup untuk mengambil momen selama seharian. Baterai 6000 mAh yang bisa diisi hanya dalam waktu 1 jam ini pun juga bisa membuat ASUS ROG Phone 5 bertahan lebih dari sehari.

ASUS menjual ROG Phone 5 dengan kapasitas 8/128 GB dengan harga Rp. 9.999.000. Tentunya dengan harga tersebut, pengguna sudah terjamin bahwa akan bisa bermain semua game yang dibuat untuk platform Android tanpa masalah. Selain untuk para gamer enthusiastsmartphone ini juga bisa digunakan untuk para editor video dan gambar, serta para pembuat konten. Hal tersebut membuatnya menjadi sebuah smartphone gaming yang bisa digunakan untuk semua kegiatan dan pekerjaan tanpa hambatan.

Sparks

  • Kinerja terkencang saat ini dengan Snapdragon 888
  • AirTrigger 5 sangat sensitif dan mampu membantu pengguna dalam bermain
  • Speaker dengan suara keras dan jelas
  • Daya tahan baterai yang baik, bahkan pada refresh rate 120Hz
  • Hasil kamera yang bagus
  • Pilihan aksesoris yang lengkap dan tersedia di Indonesia

Slacks

  • Sebagai smartphone gaming, 128 GB tanpa microSD terasa kurang besar kapasitasnya
  • Tidak kompatibel dengan aksesoris ROG Phone II dan 3
  • Tidak memiliki IP rating
  • Panas saat bermain game yang berat

[Review] Huawei MateBook X Pro 2021: Tipis, Cantik, dan Kencang

Huawei saat ini sangat dikenal dengan produk smartphone dan juga aksesorisnya. Namun saat ini, Huawei sudah mulai terlihat untuk menunjukkan giginya di Indonesia pada perangkat laptopnya. Tidak tanggung-tanggung, mereka pun telah meluncurkan laptop premium yang bernama Huawei MateBook X Pro yang memiliki desain cantik dan tipis.

Laptop MateBook X Pro yang saya dapatkan memilki warna yang dinamakan Emerald Green. Laptop yang satu ini juga sudah ditenagai dengan prosesor Intel Tiger Lake Generasi ke 11, yaitu Core i7 1165G7. Pada prosesor ini pula, sudah disematkan kartu grafis terintegrasi yang dinamakan Intel Iris Xe yang saat ini masih menjadi grafis bawaan Intel yang paling kencang. Kartu grafis ini akan memberikan tampilan melalui layar MateBook X Pro yang touchscreen.

Huawei juga memberikan kapasitas baterai yang cukup besar pada laptop tipis ini. Huawei menjanjikan baterai dengan daya hidup 10 jam pada kapasitas 56 Wh. Tentunya hal ini akan membuatnya bisa dipakai seharian untuk bekerja di kantor mau pun di rumah.

Spesifikasi lengkap dari Huawei MateBook X Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 1165G7 (4C8T) 2,8 GHz, Turbo 4,7 GHz
GPU Intel Iris Xe
RAM 16 GB LPDDR4 3733 MHz
Storage Toshiba M.2 NVMe PCI-e 1 TB
Layar LTPS 13,9 inci 3000×2000 touchscreen 3:2
WiFi 802.11 ax atau WiFi 6
Bobot 1,33 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 304 x 217 x 14,6 mm
Baterai 4 cell 56 Wh

Spesifikasi dari CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat dari gambar berikut ini:

Spesifikasi seperti ini tentu saja cocok untuk digunakan oleh para pebisnis dan juga pembuat konten. Dengan kinerja yang kencang, pelaku bisnis UMKM juga bisa menggunakannya untuk berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan kinerja usahanya. Lalu sekencang apa laptop yang satu ini?

Charger

Charger yang diberikan pada perangkat yang satu ini memang cukup menyenangkan. Perangkat ini menggunakan charger USB-C to USB-C dengan daya 65 watt. Uniknya, MateBook X Pro juga bisa diisi baterainya dengan menggunakan sebuah charger smartphone yang menggunakan USB-C.

Desain

Mungkin konsumen akan bosan dengan warna hitam atau perak saat membeli sebuah laptop. Hal tersebut mungkin berbeda dengan MateBook X Pro yang sudah menggunakan badan dari aluminium ini. Dengan warna hijau zamrud, laptop yang satu ini memang terasa kokoh. Selain itu, desainnya juga membuat perangkat ini tidak mudah kotor dari bekas sidik jari.

Layar yang digunakan pada Huawei MateBook X Pro adalah jenis LTPS dengan model glossy. Resolusinya adalah 3000×2000 dengan dimensi 13,9 inci dan rasio 3:2. Layarnya sendiri sangat nyaman digunakan untuk menonton video dengan resolusi full HD dan mudah dioperasikan karena mendukung sentuhan (touchscreen). Bingkai tipis pada bagian atas, kanan dan kirinya juga membuat laptop yang satu ini menjadi lebih cantik.

Berbicara mengenai bingkai tipis, maka akan berdampak pada penempatan webcam. Untungnya, Huawei cukup cerdas dengan menaruh kameranya di antara tombol F6 dan F7. Keyboard-nya sendiri juga cukup nyaman dengan respon sentuhan yang pendek. Desain antar tombol juga cukup dekat sehingga nyaman dipakai untuk mengetik.

Untuk touchpad, Huawei menggunakan bahan kaca yang kuat. Huawei menamakannya sebagai Free Touch, yang akan mengenali respon klik di mana pun pada area touchpad-nya. Sensitivitas klik pada Free Touch juga bisa diatur pada aplikasi bawaannya. Karena dimensinya yang cukup besar, kadang cukup mengganggu saat mengetik pada Huawei MateBook X Pro.

Dengan desain yang tipis, tidak banyak port yang disediakan oleh Huawei pada MateBook X Pro-nya. Pada sisi sebelah kiri hanya akan ditemukan audio 3.5 mm serta dua buah port USB-C. Untuk sisi sebelah kanannya hanya ditemukan sebuah port USB 3.2 saja. Jadi, pengguna harus membeli sebuah external reader jika ingin membaca kartu microSD atau SD.

Pengujian

Laptop tipis ini menggunakan prosesor Core i7-1165G7 atau sering dikenal dengan Tiger Lake dan memiliki kartu grafis terintegrasi yang bernama Iris Xe. Iris Xe yang digunakan pada Core i7-1165G7 ini sendiri memiliki 96 Execution Unit yang membuatnya kencang. Prosesornya sendiri memiliki 4 core dengan 8 threads dengan kecepatan 2,8 GHz yang beroperasi pada TDP 12 watt hingga 28 watt. Tiger Lake sendiri sudah menggunakan litografi 10 nm SuperFin.

Untuk membandingkan kinerjanya, saya memasangkan prosesor Intel Core i7 1185G7 dan juga AMD Ryzen 4700U. Semua itu untuk mengetahui seberapa kencang laptop Huawei MateBook X Pro 2021 ini. Benchmark-nya juga terbagi atas dua jenis, produktivitas dan juga grafis untuk gaming.

Berikut adalah benchmark grafis yang bisa dijadikan tolok ukur untuk bermain game serta beberapa aplikasi yang menggunakan hardware acceleration

Dengan nilai yang didapat, Intel Iris Xe akan bisa menjalankan hampir semua game dengan setting rendah sampai medium. Selain itu, kecepatan seperti ini juga bisa membuat beberapa aplikasi yang menggunakan hardware acceleration seperti Photoshop dan Office terbantu kinerjanya.

Untuk produktivitas sendiri, saya sudah mencobanya pada beberapa software benchmarking. Laptop seperti Huawei MateBook X Pro juga sering kali digunakan untuk melakukan editing video dan gambar. Tentunya, pembuatan konten tidak luput dari kebutuhan akan kinerja prosesor dan GPU. Berikut adalah hasilnya.

Kinerja dari laptop Huawei MateBook X Pro yang menggunakan Intel Core i7-1165G7 memang terbukti kencang.  Hal ini cukup membuktikan bahwa Huawei MateBook X Pro cocok untuk digunakan dalam bekerja menggunakan software Office mau pun membuat konten video. Para pelaku UMKM juga cocok untuk menggunakan perangkat yang satu ini dan akan terbantu pekerjaannya karena kinerja yang dihasilkan laptop ini.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 10 jam 11 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video dan bermain game, sepertinya akan lebih cepat habis.

Yang saya cukup suka dari laptop ini adalah kemampuannya untuk diisi ulang dengan sebuah charger smartphone. Asalkan memiliki kabel USB-C, laptop ini bisa diisi baterainya walaupun hanya dengan daya 10 watt saja. Jika terdesak, gunakan saja charger smartphone yang ada. Bahkan, laptop ini juga bisa diisi baterainya dengan menggunakan sebuah powerbank.

Verdict

Untuk memilih sebuah laptop yang dapat digunakan oleh para pebisnis, pelaku UMKM, dan pembuat konten memang cukup sulit karena terlalu banyak pilihan. Apalagi, saat ini sebagian laptop yang ditujukan pada pangsa pasar tersebut memiliki dimensi yang cukup ramping. Namun, laptop yang disajikan oleh Huawei dengan MateBook X Pro-nya patut dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan.

Dengan menggunakan Core i7 1165G7, kinerja dari laptop yang satu ini memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Saat menggunakannya, saya tidak menemukan masalah panas walaupun prosesornya masih menggunakan pabrikasi 10 nm. Oleh karena itu, penggunaan untuk pembuatan konten akan lebih nyaman karena akan selesai dengan cepat dan tanpa panas. Selain itu, laptop ini juga masih bisa digunakan untuk bermain game.

Laptop ini memiliki daya tahan baterai yang cukup baik dan dapat mencapai sekitar 10 jam pada pengujian yang saya lakukan. Namun jika ingin menggunakannya dan tidak membawa charger, gunakan saja charger smartphone. Jika charger smartphone tidak ada, sebuah powerbank juga mampu mengisi baterai laptop ini. Jadi, Anda tidak lagi perlu bersusah payah mencari sebuah stop kontak.

Huawei menjual MateBook X Pro dengan harga Rp. 30.999.000 melalui beberapa jalur distribusinya. Harga tersebut memang tergolong mahal untuk sebuah laptop yang menggunakan Core i7-1165G7 tanpa discrete GPU. Namun pada harga tersebut, Anda bisa mendapatkan laptop dengan rasio 3:2 yang akan sangat jarang ditemukan di pasaran.

Sparks

  • Kinerja kencang dengan Intel Core i7-1165G7
  • Daya tahan baterai yang mencapai 10 jam
  • Menggunakan layar sentuh dengan warna akurat
  • Pengisian baterai menggunakan USB-C dan bisa dengan berbagai macam charger
  • Badan yang ramping dan juga ringan

Slacks

  • Harga jualnya mahal, hampir 31 juta untuk Core i7-1165G7
  • Walaupun pintar, webcam pada bagian bawah akan terlihat aneh pada layar
  • Tanpa card reader dan Kensington Lock

[Review] OASE Horizon W1: Smartwatch Murah dengan Temperatur dan Tekanan Darah

Akhir-akhir ini, banyak produsen smartwatch berlomba untuk menghadirkan produknya di pasaran. Semuanya tentu memiliki fitur-fitur kesehatan yang sudah menjadi sebuah standar, seperti pengukuran detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Namun, anggota keluarga dari BBK asal Tiongkok yang satu ini mengeluarkan produk yang menawarkan fitur berbeda. Nama dari smartwatch tersebut adalah OASE Horizon W1.

OASE pada jam tangan pintar Horizon W1 menawarkan dua fitur yang saat ini belum tentu dapat ditemukan pada smartwatch merek lain. Yang pertama adalah fitur pendeteksi temperatur tubuh, di mana sangat dibutuhkan pada pandemi COVID saat ini. Yang kedua adalah fitur tekanan darah yang saat ini hanya ditemukan pada jam tangan dengan harga yang mahal. Untuk detak jantung serta SpO2, tentu saja sudah tersedia pada perangkat yang satu ini.

Spesifikasi dari OASE Horizon W1 adalah sebagai berikut

SoC RTL8762CK
CPU ARM Cortex M4
Layar 1.28 inci OLED 240×240 LCD Tempered Glass
Baterai 160 mAh
Konektivitas Bluetooth 5
Sertifikasi IP 67
Dimensi 44 x 44 x 12 mm
Bobot 25 gram
Bahan Strap Silicon TPU

Kapasitas baterai yang dibawa oleh smartwatch yang satu ini memang terlihat kecil, hanya 160mAh saja. Namun, smartwatch yang satu ini bisa bertahan selama 7 hari jika digunakan setiap hari. Saat standby, jam tangan ini bisa bertahan hingga 15 hari.

Charger

Pada paket penjualannya, akan didapatkan sebuah kabel pengisi daya. OASE menggunakan model magnetik, sehingga pengguna tidak akan terbalik saat mengisi daya.

Desain

OASE memilih untuk menggunakan desain bundar pada Horizon W1 smartwatch. Desain seperti ini memang menyerupai jam tangan pada umumnya. Untuk model yang satu ini, OASE hanya menyediakan dalam warna hitam, sesuai dengan yang saya dapatkan.

Jam tangan yang satu ini menggunakan layar dengan dimensi 1,28 inci dengan resolusi 240 x 240 piksel. Walaupun bukan terbuat dari Gorilla Glass atau Sapphire, layarnya sendiri sudah menggunakan kaca dengan bahan tempered glass. Namun, ada baiknya untuk menambah perlindungan tambahan karena tempered glass sendiri juga akan tergores pada saat terkena pasir dan debu.

Pada sisi sebelah kanan dari OASE Horizon W1, terdapat dua buah tombol. Yang bagian atas merupakan tombol daya serta untuk menyalakan dan mematikan layarnya dan juga sebagai tombol back. Tombol yang bawah dibuat khusus untuk fungsi-fungsi olah raga. Menu pada smartwatch ini dapat dilihat saat menggeser layarnya ke kanan atau ke kiri. Saat menggeser ke atas akan ditemukan layar notifikasi dan sebaliknya saat digeser ke bawah akan ditemukan layar quick setting.

Pada sisi bagian bawah, OASE menempatkan beberapa sensor untuk melakukan pemindaian kesehatan. Sensor-sensor tersebut seperti three axis acceleration untuk melakukan pemindaian terhadap detak jantung. Selain itu, OASE juga menaruh sensor thermometer di samping sensor pemindai detak jantung tersebut.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal menggeser pin yang berada pada ujungnya sampai terlepas. Pengguna juga bisa menggunakan strap standar yang dijual pada toko-toko jam tangan.

Untuk menyambungkan OASE Horizon W1 ke smartphone tentu memerlukan aplikasi khusus yang bernama Glory Fit. Aplikasi ini juga bakal melakukan update firmware saat ada pembaruan-pembaruan serta bug fix. Berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya juga akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini. Dan tentunya, semua data yang tertangkap pada jam tangan ini juga akan disimpan pada Glory Fit.

Pengalaman Menggunakan

Jam tangan yang satu ini menggunakan model bundar, yang kebetulan saya sukai. Oleh karena itu, selama 2-3 minggu ini, saya selalu menggunakan OASE Horizon W1 saat pergi berbelanja dan juga saat melakukan vaksinasi COVID-19. Hal tersebut tentu saja untuk memuaskan keinginan saya dalam menguji keakuratan dari setiap fiturnya.

Perangkat Horizon W1 saya nyalakan sekitar 3-4 minggu sebelum artikel review ini saya publish. Tentunya sesuai Standard Operating Procedure yang saya tetapkan, jam tangan ini saya isi sampai 100% terlebih dahulu agar bisa melakukan pengujian dengan baterai secara penuh. Satu hal yang cukup membuat saya was-was adalah kabel charger dari jam tangan pintar ini sepertinya cukup tipis. Jadi, berhati-hatilah menarik kabel ini saat tertancap ke USB ataupun tersangkut.

Saya juga langsung melakukan instalasi aplikasi yang bernama Glory Fit. Aplikasi yang satu ini bisa dengan mudah ditemukan pada toko aplikasi Google Play. Saat aplikasi ini dinyalakan, ternyata sudah terdeteksi firmware baru. Tentu saja saya langsung melakukan download dan memasang firmware yang paling baru tersebut.

Pada Glory Fit juga tersedia beberapa watch face yang bisa langsung dipasang pada jam tangan pintar Horizon W1. Selain itu, semua pengaturan seperti notifikasi juga bisa diatur langsung pada setting-nya. Namun ada sebuah fitur yang tersembunyi, yaitu kamera. Jam tangan ini bisa menjadi shutter dari kamera bawaan Glory Fit saja dan bukan kamera bawaan smartphone.

Pertama yang saya lakukan saat semua sudah terpasang adalah menguji notifikasinya. Terus terang, Glory Fit memang menjadi cukup rumit bagi pengguna awam untuk melakukan setting notifikasi dan permission. Selain itu, sayangnya tidak semua aplikasi bisa di push notifikasinya. Salah satu aplikasi messenger yang tidak bisa di push adalah Telegram.

Untuk Whatsapp sendiri, pengguna bisa langsung memilihnya pada daftar aplikasi yang sudah ada. Notifikasi termasuk pesan teks dan panggilan Whatsapp bisa diterima dengan baik pada jam tangan pintar tersebut. Sayang memang, karena saya juga pengguna Telegram, setiap kali ada panggilan suara dan video dari aplikasi tersebut tidak akan muncul notifikasinya pada Horizon W1.

Jam tangan pintar ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi detak jantung serta SpO2. Sepertinya dua fungsi ini sudah menjadi sebuah standar untuk jam tangan pintar yang dipasarkan. Saya mencoba membandingkan kedua fitur ini dengan jam tangan pintar lainnya, hasilnya sangat mirip. Tentu saja hal ini membuatnya menjadi bisa diandalkan.

Selanjutnya adalah fungsi pendeteksi temperatur serta tekanan darah. Sensor temperatur yang ada di bagian bawahnya dapat melakukan pendeteksian suhu dengan cukup akurat. Saat saya menggunakan thermometer anak, hasil dari suhunya hanya berbeda sekitar 0,2 derajat celcius saja. Tentunya rentang suhu seperti ini masih bisa ditolerir.

Sampai pada saat saya mencoba fungsi tekanan darahnya. Setiap kali melakukan pengujian, jam tangan ini sepertinya hanya mendeteksi tekanan sekitar 120/80 saja. Saya pun membandingkan tekanan darah saya dari perangkat yang satu ini beberapa kali dengan beberapa orang dan hasilnya memang cukup jauh. Jadi, satu-satunya hasil yang kurang bisa dijadikan ukuran pada jam tangan ini adalah pengukur tekanan darahnya.

Walaupun hasilnya ada yang akurat dan tidak, namun sudah umum bahwa alat pengukur yang ada tidak bisa dijadikan patokan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, sangat disarankan langsung mengunjungi fasilitas kesehatan. Apalagi, fitur tekanan darah yang ada pada jam tangan ini akan selalu menghasilkan nilai yang bagus, sekitar 120/80 sampai 127/84 pada setiap kali pengujian.

Jam tangan pintar ini juga sudah memiliki 24 mode olah raga. Jadi dengan menggunakan jam tangan pintar ini, banyak jenis olah raga yang sering dilakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik. Semuanya bakal tersinkronisasi pada aplikasi Glory Fit. Jam tangan ini juga bakal menghitung langkah dengan animasi tersendiri.

OASE mengklaim bahwa perangkat ini bisa bertahan hingga 7 hari pemakaian dengan 15 hari standby. Akan tetapi, berbeda dengan yang saya alami karena memang tidak digunakan setiap harinya. Setelah hampir sebulan menggunakan jam tangan pintar ini, saya baru mengisi baterainya selama dua kali untuk pemakaian sekitar 10-11 hari.

Menggunakan chipset buatan RealTek dengan RTL8762CK mungkin membuat jam tangan ini menggunakan daya yang rendah. Namun dengan prosesor Cortex M4 yang memiliki clock 40 MHz ini membuat beberapa kali animasi terasa lag. Walaupun begitu, hal tersebut tidak lah terlalu mengganggu.

Verdict

Saat ini, sebuah jam tangan pintar harus memiliki sebuah fitur yang membedakannya dengan merek lain. Setidaknya, itulah yang ditawarkan oleh smartwatch OASE Horizon W1 yang memiliki fitur berbeda dengan kebanyakan jam tangan pintar di pasar Indonesia. Dengan fitur yang lebih lengkap, OASE ternyata tidak menjualnya dengan harga yang kelewat mahal.

Jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang cukup baik selama saya gunakan. Walaupun sedikit menemukan lag pada animasi layarnya, namun semua fitur dapat dijalankan tanpa masalah sama sekali. Baterai yang digunakan juga membuatnya tidak harus diisi ulang setiap hari yang tentu saja membuat orang kesal saat lupa mengisinya.

Fitur yang ditawarkan juga membuat penggunanya bisa terbantu dengan data-data kesehatan. Di masa pandemi COVID seperti saat ini, pengukuran detak jantung dan SpO2 sudah pasti diperlukan. Apalagi ditambah dengan sensor temperatur yang bisa membuat penggunanya selalu terinformasikan apakah sedang demam atau tidak. Sayangnya, pengukur tekanan darah pada jam tangan pintar ini tidak akurat.

OASE Horizon W1 dijual dengan harga yang cukup murah, yaitu Rp. 699.000 saja. Dengan harga yang murah ini, konsumen tidak hanya mendapatkan alat penunjuk waktu saja tetapi juga mendapatkan alat-alat bantu kesehatan. Hal tersebut juga membuatnya cocok sebagai pengganti produk smartband yang saat ini dijual dengan harga yang kurang lebih sama.

Sparks

  • Cukup responsif
  • Fitur yang lengkap seperti temperatur suhu tubuh dan SpO2
  • Daya tahan baterai yang cukup baik, bisa semingguan
  • Strap bisa diganti dengan mudah
  • Harganya murah dengan fiturnya yang lengkap

Slacks

  • Masih terdapat lag animasi
  • Pengukur tekanan darah tidak akurat
  • Notifikasi terbatas pada aplikasi-aplikasi tertentu

Realme 8 5G: Smartphone 5G Terjangkau yang Bisa Jadi Pilihan

Era kecepatan internet mobile akhirnya dimulai di Indonesia, yaitu jaringan 5G yang mampu menembus hingga satuan kecepatan Gigabit per detik. Oleh karena itu pula, Indonesia kedatangan sebuah smartphone yang memiliki harga yang terjangkau dan sudah memiliki kemampuan untuk terkoneksi dengan jaringan 5G. Perangkat tersebut pun datang dari keluarga seri angka realme, yaitu realme 8. Dengan realme 8 5G, semua orang bakal bisa menikmati jaringan internet kencang terbaru tersebut.

Mengusung slogan “5G. Fast Speed to Infinity“, kali ini realme kembali bekerja sama dengan produsen cip Mediatek. Realme 8 5G menjadi smartphone 5G pertama di Indonesia yang menggunakan chipset MediaTek Dimensity 700. Ini adalah salah satu resep dari realme agar perangkat 5G terbarunya tersebut bisa dijangkau oleh semua orang.

Prosesor Dimensity 700 5G juga mendukung 5G Dual SIM Dual Standby, memungkinkan smartphone mendukung kartu SIM 5G online melalui jaringan 5G yang baru saja diluncurkan di Indonesia. Selain itu, prosesornya mendukung tipe SA / NSA (Stand Alone / Non Stand Alone) dan mencakup pita frekuensi 5G mainstream. Realme sendiri saat ini bekerja sama dengan Smartfren dalam menggelar uji coba jaringan 5G.

Spesifikasi lengkap dari realme 8 5G bisa dilihat pada tabel sebagai berikut

Realme 8 5G
SoC Mediatek Dimensity 700
CPU 2× 2.2 GHz Cortex-A76+ 6× 2 GHz Cortex A-55
GPU Arm Mali-G57 MC2 950MHz
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.1
Layar 6,5 inci IPS 2400 x 1080 90Hz
Dimensi 162.5 x 74.8 x 8.5 mm
Bobot 185 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 2 MP Macro, 2 MP B/W, 16 MP Selfie
OS Android 11 Realme UI 2

Untuk hasil dari CPU-Z, AIDA 64, dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Pada perangkat yang satu ini, terdapat baterai dengan kapasitas 5000 mAh. Meski kecepatan pengisian ulang yang hanya 18 watt saja namun realme menawarkan kelebihan lain, seperti harga terjangkau untuk smartphone support 5G, layar 90Hz dan berbagai kelebihan yang akan dibahas lebih lanjut. 

Unboxing

Perlengkapan inilah yang ada pada paket penjualan dari realme 8 5G

Desain

Tampaknya realme tidak mau untuk menggunakan satu model dalam satu seri smartphone-nya. Hal tersebut terlihat dari model bagian belakang dari realme 8, 8 Pro, dan 8 5G. Pada perangkat yang satu ini, Anda tidak akan melihat slogan Dare To Leap pada back case yang terbuat dari polikarbonat ini. Warna dari perangkat yang saya dapatkan adalah Supersonic Black.

Realme 8 5G juga memiliki bobot yang ringan, hanya 185 gram saja. Untuk resolusinya, realme 8 Pro menggunakan 2400×1080 pada layar berjenis IPS yang memiliki refresh rate 90 Hz. Tentunya hal ini akan membuat mata menjadi lebih nyaman karena animasinya akan menjadi lebih smoothTouch sampling pada realme 8 5G juga memiliki keepatan 180 Hz.

Menggunakan layar IPS membuat realme harus memasangkan pemindai sidik jari bersamaan dengan tombol power. Sensornya sendiri cukup responsif saat saya uji coba. Selain itu perangkat ini juga sudah menyediakan NFC, sehingga tidak perlu khawatir pada saat kekurangan saldo kartu uang elektronik ditengah jalan raya. Tinggal membuka aplikasi perbankan atau e-commerce, kartu uang elektronik pun bisa langsung terisi via NFC.

Pada sisi sebelah kanan akan ditemukan tombol power yang tergabung dengan pemindai sidik jari. Pada sisi kirinya terdapat tombol volume naik dan turun serta sebuah slot nano SIM dengan microSD. Untuk bagian bawahnya, ditemukan port audio 3,5 mm, microphoneslot USB-C, dan speaker. Dan di bagian belakang akan ditemukan tiga kamera dan sebuah LED flash yang tergabung pada satu kotak di bagian kiri atas.

Realme 8 5G sudah menggunakan antar muka realme UI 2.0 yang berbasiskan sistem operasi Android 11. Antar muka ini sendiri masih memiliki app drawer yang berisikan semua aplikasi yang terpasang. Realme juga sudah meningkatkan pengalaman bernavigasi serta privasi yang ada, sehingga saya juga merasa lebih nyaman saat menguji perangkat yang satu ini.

Jaringan LTE dan WiFi

Dengan menggunakan Mediatek Dimensity, juga berarti bahwa perangkat ini mendukung jaringan 4G LTE. Pada realme 8 5G, band yang didukung adalah  band 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 18, 19, 20, 26, 28, 38, 39, 40, 41, dan 66 yang diantaranya digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Untuk jaringan 5G, perangkat ini mendukung band 1, 3, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, 41, 77, dan 78 SA/NSA

Satu hal yang menarik adalah ternyata realme 8 5G mampu mendeteksi jaringan 5G yang baru digelar oleh Telkomsel. Saat menggunakan situs penghitung kecepatan internet, koneksi yang terdeteksi ternyata sudah 5G. Namun, kecepatan yang didapat memang belum maksimal. Bisa jadi karena BTS yang ada sudah diakses banyak orang.

Realme juga memiliki teknologi bawaan Mediatek dengan nama Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.

Untuk urusan WiFi, realme 8 5G sudah mendukung 802.11ac. Teknologi tersebut saat ini sudah dikenal dengan nama WiFi 5. Dengan standar ini, mengartikan pula bahwa realme 8 5G sudah bisa menggunakan WiFi pada band 5 GHz yang lebih kencang.

Kamera: Cukup dengan 48 Megapiksel

Untuk kamera, sepertinya realme 8 5G tidak selengkap saudara-saudaranya. Pada perangkat ini, realme memasangkan ISOCELL GM1 sebagai kamera utama untuk memastikan bahwa hasil kameranya masih prima, walaupun hanya memiliki resolusi 12 MP yang bisa diperbesar menjadi 48 MP. Realme juga tidak menghadirkan kamera Ultrawide pada smartphone yang satu ini.

Kamera utama yang terpasang ternyata memiliki hasil yang bagus. Warna yang dihasilkan juga cukup akurat dengan tingkat noise yang juga rendah. Walaupun begitu, ketajaman yang dihasilkan tidak sebaik kedua saudaranya. Hal tersebut juga akan menurun pada saat menggunakan mode malam dengan kondisi cahaya yang rendah.

Kamera makro yang terpasang memiliki resolusi 2 MP. Kamera ini masih bisa diandalkan untuk mengambil pada jarak yang lebih dekat. Selain itu, mereka yang butuh membaca tulisan-tulisan kecil bisa mengandalkan kamera makronya. Jika menginginkan hasil yang lebih tajam, saya sangat menyarankan Anda untuk menggunakan kamera utamanya dan melakukan crop.

Kamera depan pada realme 8 Pro menggunakan sensor Samsung  ISOCELL S5K3P9 dengan resolusi 16 MP. Kameranya juga bisa menangkap gambar yang cukup tajam. Warna yang ditampilkan juga cukup akurat serta tajam. Walaupun begitu, sepertinya kamera depan ini sedikit lambat dalam mengambil gambar sehingga saya sangat menyarankan untuk mengambil beberapa gambar agar mendapatkan hasil tajam.

Pengujian

Realme 8 5G menggunakan Meditek Dimensity 700. Dimensity 700 sendiri menggunakan dua core kencang Cortex A76 dengan kecepatan 2.2 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Mali-G57 MC2 buatan ARM dengan kecepatan 950 MHz.

Perangkat ini juga sudah memiliki feature bernama DRE (Dynamic RAM Expansion) Technology. Teknologi yang satu ini akan menambahkan RAM sebesar 3 GB dengan menggunakan ruang yang tidak terpakai pada penyimpanan internal yang memiliki total 128 GB ini. Teknologi ini sudah sering dijumpai pada PC dengan nama virtual memory. Realme juga sudah membekali AI untuk mengurus cache yang masuk ke virtual memory tersebut sehingga akan menjaga daya tahan penyimpanan internalnya.

Dengan menggunakan SoC tersebut, tentu saja Dimensity 700 memiliki kinerja yang sangat baik. Namun hal tersebut tentu harus dibuktikan dengan sejumlah pengujian. Saya menggunakan dua metode dalam menguji SoC dari realme 8 5G ini, yaitu dengan bermain game serta benchmark sintetis.

Bermain game

Dengan prosesor pada cluster kinerja yang digunakan, perangkat ini akan memiliki kinerja yang lebih baik dari SoC Mediatek Helio seri G. Walaupun begitu, dengan clock yang hanya 2.2 GHz dan inti sebanyak dua buah sepertinya akan membatasi kinerja perangkat ini dalam bermain game berat yang ada pada Google Play.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Dimensity 700, saya menggunakan setting lowest dengan frame rate yang paling tinggi (60 fps) yang bisa disajikan oleh game tersebut. Hasilnya, rata-rata framerate yang didapatkan adalah 45 fps.

Di lain pihak, PUBG Mobile belum mendeteksi refresh rate tinggi dari realme 8 5G. Hal tersebut membuat frame rate yang dapat dimainkan bisa mencapai 40 fps. Sayangnya, perangkat ini belum bisa digunakan untuk bermain PUBG Mobile dengan framerate tinggi, seperti 90 Hz.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Untuk bekerja

Dengan menggunakan SoC yang memiliki kinerja baik seperti Dimensity 700, sepertinya tidak perlu lagi diragukan saat menggunakannya untuk bekerja. Pasalnya, aplikasi-aplikasi untuk bekerja yang ada di perangkat Android tidak memerlukan resource yang sangat tinggi. Jadi, aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Apalagi, perangkat ini sudah menggunakan UFS 2.1 yang mempu menambah kinerja dalam pembacaan dan penulisan data ke penyimpanan internal.

Prosesor yang digunakan juga bisa diandalkan saat digunakan untuk melakukan editing video. Saya bisa dengan mudah menggunakan aplikasi SoLoop yang ada pada perangkat yang satu ini. Rendering videonya juga terasa lebih kencang, sehingga tugas sekolah anak-anak saya saat school from home bisa selesai dengan cepat.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan kembali beberapa SoC yang hadir pada rentang harga tiga jutaan. Chipset yang saya hadirkan adalah Snapdragon 720G, Snapdragon 732G, serta Mediatek Helio G95. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmarking dari perangkat realme 8 5G.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan realme 8 5G yang memiliki kapasitas sebesar 5000 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sudah pasti bakal memakan daya baterai. Ditambah lagi, refresh rate 90 Hz yang juga tidak ramah terhadap baterai

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, realme 8 5G bisa bertahan hingga 12 jam 16 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan. Hasilnya, baterai akan terisi secara penuh dalam waktu 2 jam 22 menit.

Verdict

Dengan hadirnya teknologi 5G di seluruh dunia membuat perangkat smartphone pun dibutuhkan. Namun, banyak sekali perangkat yang sudah mendukung 5G memiliki harga yang mahal. Selain itu, masih banyak pula yang belum mendukung kanal 5G yang digelar di Indonesia. Realme ternyata memiliki solusi perangkat 5G dengan harga terjangkau dengan smartphone realme 8 5G.

Kinerja yang ditawarkan pada perangkat yang satu ini sudah tidak perlu lagi diragukan. Dimensity 700 mampu menjalankan semua game yang ada pada toko aplikasi Google Play tanpa lag. Selain itu, semua aplikasi pekerjaan juga mampu berjalan tanpa cela. Baterainya pun masih bisa bertahan untuk dipakai seharian.

Kamera yang digunakan pada realme 8 5G ternyata juga dapat diandalkan. Kamera utama serta kamera depan yang paling banyak digunakan saat ini mampu menangkap momen dengan cukup baik. Perangkat ini juga memiliki NFC yang mampu mengisi kartu uang elektronik secara instan tanpa perlu ke ATM.

Realme 8 5G dijual pada rentang harga tiga jutaan yang saat ini menjadi sweet spot penjualan smartphone di Indonesia, yaitu pada Rp. 3.199.000. Tentunya, dengan harga tersebut menjadi lebih murah dibandingkan dengan perangkat 5G lainnya yang saat ini beredar di pasar Indonesia. Oleh karena itu, ternyata merasakan kencangnya teknologi baru internet mobile di Indonesia saat ini sudah tidak akan menguras isi dompet.

Untuk membeli realme 8 5G, Anda bisa langsung mengklik link ini http://bit.ly/realme-5G-Lazada. Pada saat flash sale, konsumen bahkan bisa mendapatkannya pada harga Rp. 2.999.000 saja.

Rangkuman keunggulan smartphone realme 8 5G

  • Kinerja kencang dengan Mediatek Dimensity 700
  • NFC sudah tersedia
  • Layar dengan refresh rate  90Hz
  • Harga terjangkau untuk perangkat 5G sehingga menjangkau semua orang
  • Hasil kamera utama yang bagus sehingga bisa diandalkan
  • Mendukung jaringan 4G dan 5G
  • Baterai 5000 mAh yang menjamin bisa digunakan selama seharian

Disclosure: Artikel ini didukung oleh realme. 

[Review] OPPO Enco Buds, TWS Terbaru OPPO yang Nyaman dan Bass Nendang

Tren perilisan TWS baru memang tidak terbentung, apalagi kebutuhan untuk produk yang satu ini memang lagi berada di posisi yang cukup strategis, WFH yang membutuhkan alat bantu meeting dari sisi audio, hiburan streaming yang semakin populer serta tentu saja pertumbuhan gamers di perangkat mobile

Untuk kali ini, saya dapat kesempatan untuk melakukan uji penggunaan TWS terbaru OPPO yaitu OPPO Enco Buds. TWS yang dijual seharga kurang lebih 600 ribuan ini hadir melengkapi TWS lain yang sudah dimiliki OPPO. 

Tanpa berpanjang lebar mari kita mulai bahas produk OPPO Enco Buds.

Paket penjualan dan desain

Paket penjualan dari perangkat ini cukup ‘minimalis’ kotaknya berisi perangkat, ear tips tambahan 2 buah, kertas-kertas panduan. Sudah itu saja, tidak ada kabel charger yang menyertainya. Bisa jadi ini adalah pemangkasan yang dilakukan OPPO agar harga lebih terjangkau. Di sisi lain penggunaan kabel Usb Type C sudah semakin umum, rata-rata mereka yang memiliki ponsel cukup baru akan memiliki kabel tipe ini, jadi bisa menggunakan kabel Usb Type C bawaan smartphone. Tetapi jika Anda tidak memilikinya maka Anda harus membeli kabel tambahan.

Untuk desain TWS bagian utama sendiri, case Enco Buds mengambil desain lonjong, desain ini digunakan oleh beberapa brand dan menjadi salah satu desain yang cukup umum digunakan untuk TWS. Eksekusi OPPO juga cukup aman dan nyaman. Secara fungsi juga baik, tidak mudah terbuka secara tidak sengaja ketika membalikkan TWS dan menggoyang-goyangnya. 

Dari sisi earpiece-nya sendiri juga tampil sederhana dan fokus pada fungsi. Bentuk earpiece tidak terlalu besar dan berbentuk oval, lagi-lagi cukup minimalis dan saat digunakan tidak akan tampil terlalu menonjol di bagian telinga Anda. 

Penguncian di telinga dari TWS mengandalkan eartips jadi jika Anda membeli TWS ini dan menggunakannya, pastikan gunakan eartips yang pas dan cocok untuk telinga Anda agar menempel sempurna. Selain itu penguncian juga dipengaruhi desain dari TWS karena ada lekukan dari desainnya yang akan mengunci ke bagian tertentu telinga Anda, jadi pastikan juga Anda menempatkan TWS ini pas di celah telinga. 

Untuk merasakan suara yang maksimal pastikan juga Anda menempatkan TWS ini di telinga Anda secara pas, dan mungkin harus geser secara perlahan untuk disesuaikan, karena pengunciannya hanya pada desain lekukan dan desain eartips jadi terkadang letak TWS bergeser ketika digunakan meski tidak sampai lepas. 

Tips dari saya adalah setelah menempatkan eartips pada telinga Anda, putar-putar perlahan agar pas. Bisa juga sambil mendengarkan audio agar anda tahu letak yang pas untuk memaksimalkan hasil audionya.

Casing sendiri dilengkapi indikator baterai di bagian depan dan di bagian belakang ada colokan USB Type-C untuk mengisi daya. Ada logo OPPO di bagian atas dan di bagian bawah keterangan detail kode produksi dan sertifikasi. 

Secara desain luar kurang lebih itu saja yang bisa diceritakan. Untuk kesan dari penggunaan atau kesan yang didapatkan dari desai luar, bagi saya ini adalah desain yang cukup aman, nyaman dan fokus pada fungsi penggunaan itu sendiri. Yaitu sebagai perangkat audio, jadi  langsung saja mari kita bahas saja pengalaman audio dari OPPO Enco Buds.

Pengalaman audio

Membahas spesifikasi di atas kertas sedikit, Enco Buds ini menampilkan beberapa keunggulan utama yaitu koneksi terbuka otomatis, mode game latensi rendah, pengurangan noise panggilan cerdas serta daya tangan baterai sampai dengan 24 jam secara total (6 jam dalam satu kali pengisian, dan 24 jam dengan case).

Salah satu spesifikasi yang cukup menenangkan sebagai fasilitas dari TWS ini adalah chip bluetooth 5.2 yang dijelaskan OPPO menjaga koneksi tetap stabil. Selain itu Enco Buds juga menggunakan transmisi binaural agar penggunaan audio lebih stabil dan bisa menggunakan kedua sisi earpiece tanpa kendala. 

Kalau berbicara koneksi, kemudahan koneksi dengan perangkat memang bisa diandalkan. Saya mencoba TWS ini menggunakan Find X2 Pro dan sama sekali tidak menemukan kendala, baik pada pertama kali penggunaan atau ketika menggunakannya secara rutin. Jika sudah pernah terkoneksi dan bluetooth Anda menyala, ketika membuka casing Enco Buds, maka hampir secara langsung notifikasi koneksi akan muncul di ponsel Anda.

Untuk koneksi bluetooth-nya selama beberapa hari pemakaian rutin, terutama untuk melakukan meeting tiap pagi dan sore, saya tidak menemukan kendala sama sekali seperti drop koneksi atau yang lain. Bahkan ada satu skenario yang cukup menyenangkan. Batas jarak maksimal di atas kertas untuk TWS ini adalah 10 m. Kebetulan studio saya ada dilantai dua, saat menggunakan TWS ini dengan ponsel dan saya harus ke bawah maka saya tak perlu khawatir. Koneksi memang sempat hilang saat saya di bawah (cukup dimaklumi karena ada layer tembok yang akan menghalangi) namun ketika saya kembali ke atas, koneksi bisa kembali dengan sempurna dan saya bisa melanjutkan call tanpa kendala. 

Enco Buds juga telah dilengkapi dengan IP54 yang menjadikannya tahan debu dan air (tentu bukan dicelup tetapi cipratan saja), cocok digunakan untuk Anda yang suka olahraga sambil mendengarkan audio. 

Dalam menggunakan TWS, bagi saya, salah satu  fitur penting yang menentukan baik tidaknya pengalaman adalah kemudahan akses menu. Enco Buds memiliki hal tersebut.  Setidaknya ada 3 pilihan gesture utama yang bisa digunakan. Ketuk sekali untuk menjeda musik, ketuk dua kali untuk mengganti  lagu atau menjawab/mengakhiri panggilan telepon, ketuk tiga kali untuk mengaktifkan mode game serta sentuh dan tahan untuk menyesuaikan volume (kanan untuk menaikan volume, kiri untuk menurunkan).

Fitur berguna sekali, terutama bagi Anda pengguna TWS yang mungkin seperti saya, malas untuk selalu membuka ponsel untuk melakukan pengaturan atau mengakses menu, termasuk menu di aplikasi pemutar musik – misalnya. Dengan cukup beragamnya pilihan gesture, pengguna tidak perlu ragi ribe dan melakukan pengaturan pilihan, semua bisa diakses secara mudah. 

Pengalaman penggunaan audio

Sebelum membahas audio secara lebih mendalam, saya cantumkan dulu keterangan pengujian yang saya lakukan yaitu menggunakan Spotify Premium dengan setelah audio semua dimaksimalkan (kualitas audio very high), menggunakan ponsel Find X2 Pro serta pengaturan di TWS menggunakan mode ‘Smart’.

Pengalaman audio secara makro

Suara yang dihasilkan oleh TWS ini cukup aman dan nyaman. Aman di sini berarti Anda bisa mendapatkan berbagai fasilitas audio dengan cukup baik, seperti bass, detail, lalu kedap yang cukup membantu mengisolasi suara sekitar, meski TWS ini tidak dilengkapi oleh ANC untuk mendengarkan musik.

Lalu suara high yang tidak terlalu menusuk menjadikan TWS ini memang aman dan nyaman untuk digunakan dalam waktu lama. Untuk mendengarkan lagu-lagu yang menonjolkan vokal, TWS ini cukup menonjol karena kita bisa menikmati detail vokal yang cukup baik. 

Urusan bass TWS ini perlu diberi catatan khusus. Bass di TWS ini bisa cukup dipuji kehadirannya karena cukup menonjol dan memberikan nuansa yang menjadikan mendengarkan lagu lebih terasa lengkap. Cocok juga untuk menonton film atau menikmati trailer-trailer film terbaru di YouTube selain untuk mendengarkan musik.

Kekurangan yang saya temui selama menggunakan TWS ini adalah dari sisi separasi, karena tidak terlalu terasa.                          

Audio testing

Beberapa lagu yang saya gunakan untuk mengetes ada di playlist khusus yang biasanya saya rutin gunakan untuk melakukan uji pada perangkat audio. Secara lengkap berikut hasil uji yang dilakukan.

GIGI – Nirwana 

Detail cymbal, petikan gitar Dewa Budjana serta alunan bass terasa baik, meski separasi biasa-biasa saja malah cenderung tidak terlalu terasa. Namun secara overall mendengarkan lagu dengan tipe pop rock seperti ini dengan Enco Buds cukup menyenangkan.

Queen – Bicycle Race 

Suara vokal terdengar cukup detail dan keseluruhan musik juga terdengar aman, dengan bass yang terasa cukup dominan.

Float – Song of Season

Lagu ini selain menonjolkan suara vokalis yang khas juga menampilkan detail gitar. Suara perpindahan kunci (fret) cukup detail terasa, menjadikan kita bisa menikmati lagu dengan cukup penuh.

Yuna – Langit

Enco Buds memungkan saya untuk bisa mendengarkan detail khas suara Yuna dengan suara rhytm dan bass yang saling melengkapi. Beberapa instrumen tambahan di beberapa part seperti alunan keyboard juga bisa dirasakan dengan detail.

Queen – Bohemian Rhapsody

Lagi-lagi untuk vokal, saya bisa menikmati dengan baik suara Freddie Mercury di lagu ini, bahkan detail khas yang hadir dari suaranya pun cukup terasa. Petikan gitar Brian May terdengar nyaman karena memang untuk urusan suara high, TWS ini cukup nyaman dan tidak membuat sakit telinga. Bass kembali menonjol jadi kita bisa menikmati permainan bass di lagu ini dengan cukup kentara.

L’Arc-en-Ciel – Mirai

Lagu ini memang tidak secepat beberapa lagu Laruku yang lain tapi bisa memberikan gambaran untuk lagu dengan petikan bass yang cepat, detail guitar yang bermain, vokal yang menonjol, drum yang melengkapi serta beberapa tambahan efek sound lain yang menjadikan lagu cukup terasa grande. Semua unsur bisa dinikmati dengan nyaman di TWS ini, termasuk bagian paling saya suka dari semua lagu Laruku yaitu alunan bass-nya yang terus berlari sepanjang lagu.

Ariana Grande  – Stuck with You

Salah satu alasan saya mencoba TWS dengan lagu ini adalah, selain ingin menguji bagian vokal serta bagian bass-nya, karena lagu ini bisa masuk genre pop RnB. Saya bisa menikmat suara Ariana yang khas dengan dentuman bass yang juga menonjol tapi tetap nyaman dan memberikan elemen suara lain di lagu untuk ikut andil menjadikan lagu sebagai bagian utuh. 

Pure Saturday –  Kosong

Saya memilih lagu ini untuk menguji TWS karena beberapa alasan, yang pertama karena di lagu ini ada dua gitar yang bermain dengan ‘jalur’ masing-masing, bass oleh mang Ade yang cukup menonjol, sentuhan drum yang manis serta tentunya ingin mendengarkan kualitas suara vokal Suar. Meski lagi-lagi harus merasakan separasi yang biasa saja, namun saya cukup menikmati menggunakan TWS ini karena bisa cukup detail mendengarkan berbagai part yang saya sebutkan tadi dengan jelas dan baik. Permainan dua gitar yang saling melengkapi, bass yang berlari dan vokal yang galau tapi tegas. 

Testing game

Seperti janji yang diberikan OPPO, Enco Buds memberikan pengalaman bermain game dengan TWS yang menyenangkan. Suara bass yang menggelegar akan seru untuk memainkan game perang, mode ketuk 3 kali memudahkan untuk mengakses mode game untuk pengaturan audio (tidak perlu lagi membuka pengaturan di ponsel) serta dan tanpa masalah berarti untuk konektivitas.

Testing pengalaman meeting

Untuk pengalaman menggunakan Enco Buds selama meeting, saya secara overall tidak menemukan kendala, bahkan saya bisa mendengar dengan baik suara tim, meski tanpa ANC, TWS ini cukup bisa mengurangi suara lingkungan sekitar meski tidak total hasil dari  desain eartips. Untuk suara saya sendiri, saya juga tidak mendapatkan keluhan dari tim atau lawan bicara saya baik dari kualitas suara atau detail lain. 

Enco Buds sendiri dijelaskan OPPO memiliki fitur Call Noise Cancellation cerdas untuk memberikan pengalaman call yang lebih baik karena suara pengguna akan diekstraksi dengan tepat dari kebisingan suara selama panggilan. Sayangnya selama pengujian saya WFH jadi tidak bisa melakukan test di tempat publik yang cukup banyak suara. 


Kesimpulan

OPPO Enco Buds menurut pengalaman pengujian saya adalah perangkat TWS yang nyaman untuk digunakan, dengan penekanan pada bass yang cukup menonjol. Memang desain ini tidak neko-neko dan cenderung ambil jalur aman, tetapi dari sisi fungsi bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan serta nyaman untuk digunakan terutama untuk waktu lama (meski tentu saja Anda harus memiliki jeda untuk menggunakan earphone, jangan digunakan sepanjang hari).

Akes menu sentuh juga cukup beragam serta fitur lain seperti IP54 adalah tambahan fitur yang melengkapi. Dari sisi harga memang cukup ada diposisi menengah, tidak murah (dikisaran harga 300rb) tetapi tidak mahal juga (kisaran harga di atas 1 juta). Untuk kualitas suara yang dihasilkan (bukan dari sisi desain), TWS ini cukup menarik untuk jadi pilihan. Di toko resmi e-commerce, produk ini dijual dengan harga normal 599 ribu rupiah.

Sparks

  • Bass cukup nendang
  • Overall experience nyaman di telinga
  • Harga cukup terjangkau untuk kualitas yang dihadirkan
  • Sudah IP54
  • Kontrol sentuh cukup banyak

Slacks

  • Separasi audio kurang
  • Unit penjualan tanpa kabel charger
  • Desain terlalu biasa (aman)

[Review] Kingston NV1 SSD NVMe 1 TB: SSD Entry Level untuk Semua Kebutuhan

Kingston saat ini dikenal dengan produknya yang menggunakan flash memory. Merek ini tidak asing lagi ditemukan di Indonesia untuk produk-produk seperti microSD, SDHC, flash disk, serta SSD. Mereka pun juga memproduksi beberapa jenis SSD seperti SATA SSD dan juga NVMe SSD. Kali ini, Dailysocial kedatangan SSD NVMe dengan nama Kingston NV1.

Tentunya dengan menggunakan interface NVMe (Non Volatile Memory Express), kinerja yang diusung oleh SSD ini bakal kencang. Form factor yang digunakan oleh NV1 tentu saja menggunakan M.2 2280 PCI-e 3.0 x4. Kingston sendiri menjanjikan kinerja hingga 2100 MB/s. Dan SSD yang satu ini sudah bisa dipasangkan pada laptop serta desktop masa kini.

Spesifikasi Kingston NV1 yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Kapasitas 1 TB
Interface NVMe PCIe Gen 3.0 x4
Tipe konektor M.2 2280
Controller Phison E13T
Jenis memori NAND TLC
Endurance 240 TBW
Dimensi 22 x 80 x 2.1 mm
Bobot 7 gram

Kingston juga memberikan garansi 3 tahun untuk SSD yang satu ini. Selain itu, garansi yang diberikan juga akan akan terpotong oleh TBW (TeraByte Written) yang ditentukan. Jadi, garansi akan berakhir jika sudah terpakai lebih dari 3 tahun atau melebihi penulisan 240 TB.

Kingston juga menjanjikan bahwa SSD ini akan memiliki kecepatan 35x lebih kencang dibandingkan dengan sebuah hard disk SATA. Jadi, sudah terbayang bagaimana kencangnya sebuah komputer jika mengganti dari HDD ke Kingston NV1. Namun, Anda harus mengecek terlebih dahulu apakah perangkat komputer yang digunakan memiliki dukungan terhadap NVMe atau tidak.

Paket Penjualan

Kingston tidak menyertakan apa pun pada paket penjualannya. Paket penjualan dari Kingston NV1 mirip dengan sebuah flash disk atau SD Card. Jadi, Anda tidak akan menemukan kotak paket penjualan.

Desain

Kingston NV1 NVMe SSD hanya menggunakan satu sisi untuk menaruh semua cip dan transistornya. Pada bagian atasnya, terdapat empat buah cip NAND FH25608UCN1-4D sebesar 256 GB per cip. Dengan menggunakan kontroler Phison E13T menandakan pula bahwa SSD ini tidak menggunakan DRAM sebagai cache-nya.

Dengan menggunakan desain DRAMless SSD, membuat NV1 ada pada kelas entry level. Hal tersebut juga terlihat dari sisi atas Kingston NV1 yang tidak memiliki heatsink. Namun, stiker yang berada di bagian atas tersebut janganlah diangkat karena akan menghilangkan garansi dari SSD ini.

Kingston NV1 SSD menggunakan slot M.2 NVMe. SSD ini sendiri memiliki dimensi 22 x 80 x 2.1 mm dengan bobot yang hanya 7 gram saja. Slot M.2 sendiri juga sudah tersedia pada motherboard serta laptop yang dijual saat ini.

Pengujian

Menggunakan SSD yang memakai interface NVMe memang membuatnya memiliki kinerja yang tinggi. Kingston menjanjikan kinerja dengan nilai yang cukup fantastis, yaitu 2100 MB/s. Walaupun begitu, angka tersebut belum tentu tercapai pada saat penggunaan sehari-hari.

Pada pengujian kali ini, saya akan menggunakan dua buah software benchmark, yaitu Crystal Disk Mark dan ATTO. Crystal Disk Mark sendiri saya gunakan dua versi, yaitu versi 6 dan 7, karena keduanya memiliki perhitungan yang berbeda. Berikut adalah hasilnya

Dengan kinerja yang didapatkan, tentu saja akan membuat pekerjaan apa pun yang dilakukan pada sebuah komputer menjadi lebih cepat. Angka tersebut tentu akan membuat editing gambar dan video menjadi lebih cepat. Tidak hanya itu, pekerjaan dengan software Office juga akan terbantu pada saat membuka file dengan kapasitas besar dan dengan tab yang banyak.

Selain untuk bekerja, tentu saja kinerja tersebut akan membuat game menjadi lebih cepat di-loading. Hal ini tentu saja membuat bottleneck dari sisi penyimpanan menjadi hilang. Tentunya, hal tersebut akan mengurangi lag dari sebuah game dari sisi baca tulis media penyimpanan.

Sayangnya tanpa sebuah heatspreader, panas yang dihasilkan tidak akan bisa diturunkan. Namun setelah pengujian, keping SSD yang satu ini ternyata tidak terasa panas saat dipegang. Walaupun begitu, saya belum melakukan tes jika SSD ini digunakan untuk melakukang rendering dalam waktu yang cukup lama.

Verdict

Saat ingin mengganti media penyimpanan pada sebuah komputer, tentu saja ada dua hal yang menjadi perhatian, yaitu kapasitas dan kinerja. HDD sudah pasti memiliki kapasitas yang besar, namun kinerja yang diberikan akan rendah. SSD akan membuat kinerja sebuah sistem menjadi jauh lebih baik. Akan tetapi, Kingston NV1 memiliki keduanya, yaitu kapasitas dan juga kinerja.

Kinerja yang diberikan oleh Kingston NV1 memang sangat baik. Hasil benchmark yang ada membuat SSD yang satu ini cocok untuk segala kegiatan, mulai dari bekerja hingga bermain game. Satu hal yang disayangkan adalah writing endurance yang terlihat cukup kecil, hanya 240 TBW saja.

Kingston menjual NV1 dengan kode SNVS/1000G berkapasitas 1 TB dengan harga Rp. 2.300.000. NV1 juga bisa ditemukan dengan kapasitas 500 GB dan 2 TB. Dibandingkan dengan beberapa merek, harga ini terbilang tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, tentu saja Kingston NV1 bisa menjangkau mereka yang membutuhkan kinerja tinggi untuk sebuah komputer.

Sparks

  • Kinerja kencang mencapai 2 GB/s
  • Kapasitas besar dengan 1 TB
  • Menyertakan lisensi Acronis True Image pada bagian dalam kemasan penjualannya

Slacks

  • Tanpa heatsink
  • Write endurance yang cukup rendah

[Review] Huawei Watch Fit Elegant: Supaya Berolah Raga Bisa Terlihat Elegan

Huawei sepertinya memiliki kebiasaan untuk menghadirkan sebuah perangkat yang kemudian diperbarui desain dan fiturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada smartwatch mereka yang pada tahun 2020 lalu diperkenalkan, yaitu Huawei Watch Fit. Pada tahun 2021, Huawei mengubah desain dan namanya menjadi Huawei Watch Fit Elegant.

Jam tangan pintar ini ditujukan untuk kegiatan berolah raga dan merupakan seri yang pertama dari Huawei yang memiliki layar persegi. Versi Elegant Edition dihadirkan untuk menampilkan sisi estetika yang berbeda dari pendahulunya. Jadi, bagi pengguna yang sudah memiliki Huawei Watch Fit sepertinya tidak perlu lagi membeli yang edisi elegan karena dari sisi fitur sama saja.

Huawei Watch Fit memiliki spesifikasi sebagai berikut ini

Layar AMOLED 1.64 inci 280 x 456 touch
Baterai Tahan hingga 10 hari, Li-Poly
Konektivitas Bluetooth 5.0 BLE
Dimensi 46 x 30 x 10.7 mm
Bobot 27 gram tanpa strap
Sensor Accelerometer, heart rate, SpO2, Gyroscope
OS LiteOS
Sertifikasi 5 ATM
Bahan strap Karet silikon

Sekali lagi, sangat disayangkan bahwa Huawei tidak memberikan informasi mengenai prosesor yang mereka gunakan. Informasi yang saya dapatkan adalah prosesor yang digunakan pada jam tangan pintar ini memang dikembangkan oleh Huawei sendiri. Walaupun begitu, pihak Huawei sendiri sepertinya tidak memberikan nama untuk prosesor yang mereka gunakan.

Charger

Perangkat ini datang dengan sebuah kabel pengisi daya pada paket penjualannya. Desainnya persis sama dengan yang digunakan pada Huawei Band 6 yang sudah saya ulas, yaitu menggunakan sistem magnet untuk menempelkan konektornya. Saya bahkan juga sudah mencoba mengisi daya dengan menggunakan kabel dari Huawei Band 6 dan Watch Fit, keduanya bisa mengisi daya dengan baik.

Desain

Jika Anda sudah melihat Huawei Band 6, maka desain dari Watch Fit sudah tidak akan asing lagi. Watch Fit merupakan sebuah jam tangan pintar pertama yang dibuat dengan desain persegi dari Huawei. Hal tersebut tentunya mengingat tren dimensi persegi yang sedang naik daun belakangan ini. Huawei menggunakan bahan polished stainless steel pada Watch Fit Elegant Edition.

Layar sentuh dari Huawei Watch Fit menggunakan tipe AMOLED (Active Matrix Organic Light Emitting Diode). Dimensi dari layar tersebut adalah 1,64 inci dengan resolusi 280 × 456 piksel. Walaupun bukan terbuat dari Gorilla Glass atau Sapphire, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores dan sebisa mungkin gunakan lapisan anti gores.

Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol yang memiliki multifungsi. Saat perangkat mati, tombol ini berguna untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Saat perangkat sedang menyala, tombol ini berfungsi sebagai tombol pembuka app drawer dan home. Di atas tombol tersebut terdapat sebuah lubang untuk sirkulasi udara dari dalam perangkatnya.

Di bagian bawah dari perangkat ini juga terdapat beberapa sensor. Hal tersebut seperti sensor pendeteksi detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Selain itu, terdapat dua konektor untuk mengisi ulang baterainya. Huawei Watch Fit juga memiliki sensor akselerometer dan juga gyroscope.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal mencongkel bagian ujung strap yang tersambung dengan band-nya. Setelah itu, geser strap tersebut ke atas dengan pelan dan akan segera terlepas. Strap ini memang dibuat khusus untuk Watch Fit, namun Anda sudah bisa menemukannya pada toko-toko online.

Huawei masih menggunakan aplikasi Health untuk melakukan sinkonisasi data. Aplikasi ini juga bakal melakukan update firmware saat ada pembaruan-pembaruan serta bug fix. Berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya juga akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman Menggunakan

Oleh karena jam tangan yang saya dapatkan ini memiliki warna putih, membuatnya cocok digunakan untuk tangan wanita. Oleh karena itu, saat pengujian berlangsung Huawei Watch Fit selalu digunakan oleh istri dan ibu saya. Jam tangan ini juga tidak terlalu sering digunakan karena saya masih lebih banyak di rumah saja dan belum mendapatkan vaksin COVID. Namun, fiturnya ternyata sama saja dengan Huawei Band 6.

Huawei Watch Fit saya nyalakan pertama kali sekitar dua minggu sebelum artikel ini diterbitkan. Saat memulai pengujian, saya terlebih dahulu mengisi baterainya hingga 100%. Oleh karena kabel charger-nya sama dengan bawaan Huawei Band 6 yang saya ulas sebelumnya, jam tangan pintar ini diisi baterainya dengan menggunakan kabel tersebut. Simpanlah kabel pengisi daya ini dengan benar, karena cukup pendek sehingga mudah terselip dan hilang.

Setelah baterai penuh, saya langsung menghubungkannya ke aplikasi Huawei Health. Sebagai informasi, aplikasi yang satu ini harus langsung di-download dari toko aplikasi selain Google Play agar mendapatkan versi yang paling baru, seperti Huawei App Gallery. Saat aplikasi ini dinyalakan, saya langsung mendapatkan notifikasi bahwa ada firmware terbaru yang bisa di-download.

Fitur yang dibawa oleh Huawei Watch Fit memang cukup baik untuk sebuah jam tangan pintar dengan dimensi yang mungil. Watch Fit memiliki fitur-fitur seperti pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, SpO2, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. SpO2 saat ini memang lagi menjadi fitur yang cukup dicari oleh beberapa orang karena dianggap mampu mendeteksi kadar oksigen yang berkurang akibat COVID. Walaupun begitu, Huawei sudah memberikan penjelasan bahwa fitur-fitur ini tidak boleh dijadikan patokan dalam hal kesehatan.

Watch face yang disediakan oleh Huawei pada perangkat Watch Fit-nya sendiri tersedia sekitar 14 buah. Namun, pengguna bisa langsung menambahkannya dari aplikasi Huawei Health. Pada aplikasi tersebut, pengguna bahkan bisa melakukan download untuk menambahkan koleksi watch face menjadi lebih banyak.

Notifikasi juga sudah didukung oleh Huawei Watch Fit. Semua pesan bisa langsung dilihat jika kita menggeser layarnya ke atas. Sama seperti Huawei Band 6, perangkat ini juga memiliki bug di mana sebuah notifikasi pesan Whatsapp bisa terkirim dua kali. Selain itu, pengiriman notifikasi juga sering kali telat muncul pada jam tangan pintar ini.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari Whatsapp dan Telegram? Semua notifikasi tersebut akan muncul di layar Huawei Watch Fit hanya pada saat smartwatch-nya terpasang di tangan. Hal ini tentu membuat baterai yang ada pada smartwatch tersebut akan menjadi lebih irit. Dan pengguna tidak akan melewatkan satu pun panggilan baik dari seluler mau pun dari aplikasi pihak ketiga.

Jam tangan ini mendukung 12 fitness course, dilengkapi demonstrasi dengan animasi latihan, dan 44 gerakan yang berbeda. Juga terdapat 96 mode latihan dan 11 mode profesional dan 85 mode custom.  Jadi dengan menggunakan gelang pintar ini, hampir semua olah raga yang kita lakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik. Semuanya bakal tersinkronisasi pada aplikasi Huawei Health.

Huawei mengklaim bahwa perangkat ini bisa bertahan hingga 10 hari pemakaian. Hal tersebut tentu jika digunakan setiap hari. Pada saat saya uji, setelah jam tangan menyala selama 9 hari dengan empat kali pemakaian, baterainya masih tersisa 45%. Hal ini cukup menggembirakan di mana kita tidak harus mengisi baterainya setiap hari seperti beberapa jam tangan pintar yang beredar di pasaran.

Verdict

Strategi 1+8+N dari Huawei saat ini sedang benar-benar gencar dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari upaya Huawei dalam mendorong “8” dari strategi tersebut. Salah satu perangkat AIoT yang sedang didorong penjualannya adalah smartwatch Huawei Watch Fit.

Jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang cukup baik saat saya uji selama dua minggu. Saya tidak merasakan adanya lag saat menggunakannya serta bernavigasi pada menu yang ada. Semua fungsi yang ada bisa diakses dan dijalankan tanpa adanya masalah. Hanya saja, sebuah bug serta pengiriman notifikasi yang cukup lambat agak sedikit mengganggu untuk mereka yang menyalakan bluetooth-nya.

Huawei Watch Fit Elegant Edition dijual pada harga resmi Rp. 1.699.000, lebih mahal sekitar Rp. 300.000 dari versi standarnya. Dengan menggunakan jam tangan ini, konsumen akan mendapatkan semua fungsi-fungsi canggih seperti perekaman olah raga, detak jantung, serta pengukuran SpO2 dengan desain yang lebih elegan. Smartwatch ini tentu saja akan terlihat lebih fashionable saat dipakai oleh wanita.

Sparks

  • Antarmuka yang responsif
  • Fitur yang cukup lengkap, seperti SpO2, detak jantung, dll
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • 5 ATM
  • Bahan stainless steel yang kokoh
  • 5 ATM

Slacks

  • Masih terdapat bug notifikasi ganda pada sebuah pesan teks
  • Harganya lebih tinggi dari versi standar dengan fitur yang sama saja

[Review] Poco X3 Pro: Smartphone Murah untuk Bermain Game

Saat ini banyak sekali smartphone yang diklaim mampu menjalankan game-game kelas berat. Padahal, perangkat tersebut menggunakan system on chip yang bisa dikatakan dibuat untuk smartphone mainstream dan bahkan entry level. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Poco. Saat ini, Poco X3 Pro merupakan smartphone mainstream yang menggunakan chipset flagship.

Smartphone mainstream mengindikasikan bahwa Poco X3 Pro diposisikan pada rentang harga tersebut. Akan tetapi, Poco menggunakan SoC baru rasa lama dari Qualcomm yang pernah memberikan tenaga untuk smartphone-smartphone flagship. Poco pertama kalinya menggunakan SoC Snapdragon 860 pada smartphone mereka pada X3 Pro.

Snapdragon 860 merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang pernah digunakan pada smartphone-smartphone gaming dengan harga 8 hingga 10 jutaan. Xiaomi sendiri menegaskan bahwa lini Poco memang dibuat khusus untuk memberikan performa tinggi pada harga yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan saudaranya, Poco X3 NFC, perangkat ini juga memiliki kemiripan dari segi desainnya. Akan tetapi jika melihat dari spesifikasinya, keduanya terlihat cukup berbeda. Ada beberapa bagian pada Poco X3 NFC, seperti kamera, yang lebih unggul dibandingkan dengan Poco X3 Pro. Namun dari segi kinerja, Poco X3 Pro memang lebih unggul.

Spesifikasi lengkap dari Poco X3 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Poco X3 Pro
SoC Snapdragon 860
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 165.3 x 76.8 x 9.4 mm
Bobot 215 gram
Baterai 5160 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 20 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini

Pada beberapa aplikasi, SoC yang digunakan pada Poco X3 Pro masih terdeteksi sebagai Snapdragon 855+. Keduanya memang sebenarnya kembar. Hal ini terjadi karena CPU-Z belum mengenali karakteristik dari Snapdragon 860. Sebaliknya, AIDA-64 sudah bisa mengenali SoC yang satu ini dengan akurat.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualan Poco X3 Pro memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, perangkat yang satu ini seperti saudara kembar dari Poco X3 NFC. Jika diletakkan bersebelahan, maka saya yakin kita tidak bisa membedakan antara keduanya karena desain kameranya sama persis, yaitu bundar berada di tengah. Logo Poco juga tertulis cukup besar pada bagian belakang bawahnya. Warna yang saya dapatkan adalah Metal Bronze.

 

Layar Poco X3 Pro memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 6 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal ini lah yang membedakannya dengan X3 NFC yang masih menggunakan Gorilla Glass 5.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang bundar dengan empat buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 48 MP berada pada sisi kanan atas dan LED berada pada kiri atas. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari bundaran ini. Kamera makro ada pada sebelah kiri bawah dan diseberangnya adalah depth sensor.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Karena kembar dengan Poco X3 NFC, X3 Pro juga memiliki masalah yang sama. Bagian belakang dari Poco X3 NFC dan X3 Pro akan bergetar cukup keras saat pengguna mendengarkan musik dengan kedua speaker-nya. Walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun beberapa orang akan merasa tidak suka. Menggunakan case bawaan akan sedikit meredam getaran tersebut.

Unit yang saya dapatkan sudah memakai MIUI untuk Poco versi 12.0.3. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Androi 11 R. Bagi pengguna Xiaomi, Anda tidak akan bingung saat menggunakannya karena MIUI untuk Xiaomi dan Poco hampir tidak ada bedanya, hanya pemilihan default untuk tema dan app drawer. Jadi, semua itu dapat diatur langsung dari setting-nya.

Jaringan

Poco X3 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas flagshipSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X24 yang sudah masuk dalam Catergory 20. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 7 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hingga 2000 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Perlu diingat bahwa perangkat ini belum bisa terkoneksi pada jaringan 5G. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 48 MP hasil trade-off SOC kencang

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia selalu mengatakan bahwa dalam meramu spesifikasi, selalu ada yang diunggulkan dan juga dikorbankan (trade off). Pada Poco X3 NFC, kamera yang digunakan memiliki sensor 64 MP dan pada X3 Pro sensornya “hanya” 48 MP. Namun pada Poco X3 Pro, sensor yang terpasang adalah buatan Sony dengan IMX 582 yang tidak mendukung perekaman 4K 60 fps.

Sony IMX 582 juga memiliki fitur quad bayer. Hal ini berarti bahwa saat fitur tersebut dinyalakan, hasil tangkapan kamera akan memiliki resolusi 12 MP. Saat dimatikan, semua piksel akan mengambil gambar, sehingga hasil foto akan memiliki resolusi 48 MP. Gambarnya akan menjadi lebih besar, namun hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat menggunakan 12 MP.

Kamera utamanya dapat menangkap gambar pada siang hari dengan apik. Warnanya cukup akurat, tingkat noise cukup rendah, dan ketajamannya yang cukup baik. Walaupun begitu, beberapa kali algoritma pengurang noise-nya sedikit menghilangkan detail gambar. Namun, trade off yang diambil Poco sepertinya tidak terlalu mengecewakan.

Kamera ultrawide pada Poco X3 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang cukup rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya. Walaupun begitu, dengan resolusi 8 MP belum tentu bisa memuaskan semua orang.

Kamera makro yang terpasang mungkin akan membuat pengguna (termasuk saya) kecewa. Dengan resolusi hanya 2 MP, mungkin hanya akan menjadi bagus pada saat ingin melihat tulisan-tulisan yang kecil. Hasil gambarnya tidak terlalu tajam dan sering melewatkan beberapa detail gambar.

 

Untuk penggemar swafoto, ternyata mengambil gambar sendiri pada Poco X3 Pro bisa cukup terpuaskan. Hal tersebut dikarenakan detail gambar yang diambil cukup baik. Akan tetapi, hasilnya terasa kurang kontras sehingga warnanya agak sedikit lebih pudar.

Pengujian

Poco X3 Pro menggunakan Snapdragon 860 yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terkencang. Snapdragon 860 sendiri merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang digunakan pada beberapa smartphone gaming. Perbedaan antara keduanya hanyalah penggunaan RAM maksimal, di mana 855+ hanya mendukung hingga 12 GB dan 860 hingga 16 GB. Kinerja yang diusung juga seharusnya sama aja, asal tidak ada tweak kinerja seperti pada smartphone gaming.

Snapdragon 860 menggunakan sebuah prime core dengan kecepatan 2,96 GHz ditambah tiga prosesor Kryo 485 Gold (Cortex A76) berkecepatan 2,42 GHz serta empat inti prosesor Kryo 485 Silver (Cortex A55) berkecepatan 1,8 GHz. Hal tersebut membuat Snapdragon 860 memiliki total delapan inti prosesor. SoC ini menggunakan Adreno 640 sebagai GPU-nya.

Menguji untuk bermain

Menguji bermain game dengan perangkat yang menggunakan Snapdragon 860? Sepertinya hal ini mudah dilakukan karena SoC yang satu ini sudah terbukti pada saat kembarannya digunakan pada perangkat gaming. Jadi, hal tersebut tidak akan berubah: game yang lancar pada setting tinggi.

Banyak game yang saya uji pada saat menggunakan Poco X3 Pro. Akan tetapi, mari kita kerucutkan pada tiga buah game, yaitu Genshin Impact, PUBG Mobile, dan LifeAfter. Genshin saya pasang pada mode High 60 fps, PUBG Mobile pada HDR Extreme, dan LifeAfter pada mode Movie. Saya tidak menemukan kendala yang berarti saat bermain ketiganya dengan setting tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari ketiga game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Rasa puas bermain pada sebuah perangkat yang memiliki harga hanya tiga jutaan, namun lancar. Jika ada beberapa kendala, coba turunkan setting ke satu level di bawahnya agar menjadi lebih lancar lagi. Sayangnya, belum banyak game yang bisa berjalan pada 120 Hz di perangkat ini.

Untuk Bekerja

Jika untuk bermain game saja sudah lancar, tentunya saat dipakai untuk bekerja juga akan lancar. Betul saja, tidak ada kendala sama sekali saat menggunakan perangkat ini untuk bekerja. Aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Hal tersebut juga dikarenakan oleh spesifikasi Poco X3 Pro yang tinggi.

Saat melakukan edit video, banyak resource yang digunakan pada smartphone ini. Akan tetapi, semuanya terasa cepat saat melakukan rendering video. Tugas-tugas sekolah di rumah anak-anak saya pun juga menjadi lebih cepat dikumpulkan. Rasanya seperti menggunakan perangkat flagship.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan Poco X3 NFC. Selain itu, saya juga menghadirkan Snapdragon 855+ dari salah satu smartphone gaming yang dinyalakan tweak-nya. Saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 sehingga akan cukup terukur bagaimana kinerja dari Poco X3 Pro ini.

Artikel ini juga membawa perdana benchmark PCMark versi 3.0 untuk Android. Dua benchmark pendahulunya juga saya ikut sertakan agar pengguna tidak bingung saat membandingkan dengan perangkat lamanya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Uji baterai: 5000 mAh lebih sedikit

Pengujian baterai dari Poco X3 Pro memang memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan pada saat saya akan tidur (he he he). Dengan SoC yang membutuhkan tenaga ekstra, refresh rate 120Hz,  dan layar FullHD+, tentunya perangkat ini akan sedikit lebih boros jika disandingkan dengan smartphone yang memiliki rentang harga yang sama.

Benar saja, saat saya mengujinya dengan menggunakan sebuah video MP4 yang diputar berulang-ulang, perangkat ini hanya bisa mencapai 11 jam 58 menit saja. Pengisian ulang pada perangkat ini menggunakan charger bawaan yang mampu mengisi 33 watt. Poco X3 Pro pun dapat diisi dalam waktu sekitar 70 menit dari 0% hingga 100%.

Verdict

Ada banyak tipe konsumen smartphone. Oleh karena itu, vendor smartphone harus benar-benar pintar dalam menyuguhkan perangkatnya kepada masing-masing pengguna. Salah satunya adalah Xiaomi yang menawarkan Poco X3 Pro kepada para gamer dan mereka yang membutuhkan sebuah smartphone yang mulus dalam bermain game namun murah.

Dengan menggunakan Snapdragon 860, membuat perangkat yang satu ini bisa melahap hampir semua game yang ada di Play Store dengan setting tertinggi. Kinerjanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan, apalagi untuk bekerja dan melakukan rendering video. Baterai yang terpasang juga besar sehingga bisa bertahan seharian.

Kamera yang memiliki resolusi 12 MP dan hingga 48 MP juga bisa diandalkan untuk momen sehari-hari. Perangkat ini juga sudah memiliki fitur-fitur yang lengkap seperti NFC, infra merah, speaker stereo, dan lain sebagainya. Layar 120 Hz juga akan menjadi satu hal yang membuat penggunanya merasa nyaman.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro dengan harga Rp. 3.499.000 untuk versi 6/128 GB dan Rp. 3.999.000 untuk versi yang saya dapatkan, yaitu 8/256. Harganya akan naik Rp. 100.000 jika Anda membelinya secara offline seperti pada Mi Store. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah smartphone gaming dengan harga paling murah.

Sparks

  • Kinerja tinggi pada harga 3 jutaan
  • Responsif
  • Layar 120 Hz membuat tampilan mulus
  • Speaker stereo
  • Kamera yang walaupun hanya 48 MP, tapi bisa mengambil gambar dengan baik
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • Area kamera yang terlalu menonjol
  • Desain yang sama dengan X3 NFC
  • Bagian belakang bergetar saat memainkan musik
  • Kamera makro 2 MP yang kurang tajam

[Review] ASUS ZenBook 14 (UX435EG), Laptop Serba Bisa Buat Kerja Di manapun

Pada akhir bulan Maret lalu, ASUS memperkenalkan tiga laptop ZenBook Classic terbaru yaitu ZenBook Duo 14 (UX482), ZenBook 14 (UX435EG), dan ZenBook 14 Ultralight (UX435EAL). Ketiganya merupakan laptop premium ASUS yang memiliki bodi ringkas, namun menawarkan performa powerful yang dirancang untuk menunjang produktivitas lewat multitasking.

DailySocial Gadget telah kedatangan ZenBook 14 (UX435EG) yang membawa keistimewaan berupa ScreenPad 2.0, touchpad sekaligus berfungsi sebagai monitor sekunder seukuran layar smartphone. Sebagai pengguna ZenBook 13 (UX334) yang merupakan pendahulunya, mari mulai dengan membahas peningkatan apa saja yang dibawa oleh penerusnya. Berikut review ASUS ZenBook 14 (UX435EG) selengkapnya.

Apa yang Baru?

Review-ASUS-ZenBook-14-3

Sebagai bagian dari lini ZenBook Classic, ZenBook 14 (UX435EG) merupakan base model dari jajaran laptop premium ASUS ZenBook dan masuk dalam kategori thin and light. Dirancang sebagai laptop serba bisa untuk semua kalangan, mulai dari pelajar hingga profesional.

Jadi, tak seperti trio laptop ZenBook yang dirilis pada bulan Februari lalu, meliputi ZenBook S (UX393), ZenBook Flip S (UX371), dan ZenBook Flip 13 (UX363). ZenBook 14 (UX435EG) tidak mengantongi sertifikasi Intel EVO Platform dan belum mengadopsi panel AMOLED. Ada tiga varian yang tersedia di Indonesia, detailnya sebagai berikut:

  • Intel Core i5-1135G7/MX450/8G/512GB PCIe/IPS FHD – Rp16.799.000
  • Intel Core i7-1165G7/MX450/16G/1T PCIe/IPS FHD – Rp20.299.000
  • Intel Core i7-1165G7/MX450/16G/1T PCIe/TOUCH IPS FHD – Rp22.999.000

Bila dibandingkan dengan ZenBook Classic 13/14/15 generasi sebelumnya, ZenBook 14 (UX435EG) tidak mengalami perubahan yang besar dan masih hadir dengan ScreenPad versi 2.0. Meski begitu, ASUS telah memperbarui ScreenPad dengan antarmuka yang lebih intuitif seperti smartphone sehingga lebih mudah digunakan.

Review-ASUS-ZenBook-14-4

ScreenPad 2.0 merupakan pusat kontrol untuk berbagai fitur di dalamnya dan telah terintegrasi dengan berbagai aplikasi seperti Microsoft Office. Layar kedua tersebut menggunakan panel IPS-level beresolusi FHD+ (2160×1080 piksel). Fitur-fiturnya meliputi task group, handwriting, quick key, slide xpert, doc expert, sheet xpert, dan lainnya.

Sementara, layar utamanya berukuran 14 inci dengan aspek rasio klasik 16:9. Menggunakan panel IPS dengan resolusi FHD (1920×1080 piksel) yang dikemas dalam desain NanoEdge Display dan memiliki screen-to-body ratio sekitar 91%.

Layarnya mampu menghasilkan warna hingga 100% pada color space sRGB, sehingga ideal untuk kegiatan content creation. Ditambah tingkat kecerahan maksimum 300 nits, mendukung fitur touchscreen untuk varian tertinggi, serta telah mengantongi sertifikasi Low Blue Light dan Anti-Flicker dari TÜV Rheinland dengan cahaya biru yang lebih rendah sehingga layar laptop yang tidak mudah membuat mata lelah.

Desain Elegan

Review-ASUS-ZenBook-14-5

Dari segi desain, ZenBook 14 (UX435EG) menganut gaya penampilan baru, tampil lebih simpel namun tetap elegan dalam warna Pine Grey. Cover depannya memiliki pola ikonik Concentric Circle dengan Spun Metal Finish, mirip seperti yang ditemukan pada ZenBook Flip 13 (UX363) dan ZenBook 14 (UX425) yang sudah pernah saya review.

Kunci dari pengalaman menyenangkan yang ditawarkan oleh ZenBook 14 (UX435EG) salah satunya berkat ukuran bodi yang ringkas. Dimensinya 319x199mm dengan ketebalan di angka 16,9mm dan bobotnya cukup ringan 1,29kg, sangat praktis saat dibawa bepergian.

Tak lupa, ZenBook 14 (UX435EG) memiliki engsel ErgoLift Design yang membuat bodi utama laptop terangkat saat dibuka sehingga memberi posisi mengetik yang lebih nyaman. Seperti rangkaian laptop ZenBook yang lain, perangkat ini juga telah mengantongi sertifikasi lolos uji ketahanan berstandar militer AS (MIL-STD 810H).

Sayangnya, keyboard yang digunakan belum mengadopsi desain edge-to-edge. Namun ASUS melindunginya dengan BacGuard, perawatan antibakteri baru yang membantu mengurangi penyebaran bakteri berbahaya melalui kontak. ASUS BacGuard diterapkan pada area keyboard model Lilac Mist dan telah terbukti secara ilmiah dapat menghambat pertumbuhan bakteri hingga lebih dari 99% selama 24 jam, membantu menjaga permukaan laptop tetap bersih.

Fitur WFH dan WFA

Review-ASUS-ZenBook-14-8

Sebagai laptop ZenBook model 2021, ASUS membekali ZenBook 14 (UX435EG) dengan fitur produktivitas untuk menunjang WFH maupun WFA. Termasuk peningkatan kualitas webcam dengan array microphone yang didukung oleh teknologi AI Noise-Cancelling untuk mikrofon dan speaker yang dapat mengurangi kebisingan latar belakang guna membantu memperlancar komunikasi saat meeting virtual.

Kamera infra merah depan (IR) tersebut memiliki lensa 4 elemen dan dapat mengenali wajah pengguna dalam hitungan detik, untuk login dengan praktis dengan Windows Hello bahkan di lingkungan yang gelap. Namun mengingat kondisi pandemi, saat bekerja di luar rumah maka sebaiknya jangan melepas masker menggunakan kata sandi atau PIN untuk masuk.

ZenBook 14 (UX435EG) dibekali dengan konektivitas yang sangat lengkap. Di samping port Thunderbolt 4 berkecepatan tinggi yang menggunakan USB Type-C, masih terdapat USB Type-A dan HDMI, dua port modern yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Bersama Intel WiFi 6 Gig+ (802.11ax) dan Bluetooth 5.0 (Dual band) untuk konektivitas nirkabelnya.

Review-ASUS-ZenBook-14-9

Pada bagian kanan terdapat satu port USB 3.2 Gen 1 Type-A, 3,5mm combo audio jack, dan microSD card reader. Sedangkan di sisi kirinya ada satu port HDMI 2.0b dan dua port Thunderbolt 4 yang mendukung display dan teknologi USB Power Delivery. Thunderbolt 4 memiliki kecepatan maksimum mencapai 40 Gbps dan mendukung dua monitor 4K atau satu monitor 8K. Pengisian dayanya pun melalui port USB Type-C dan memungkinkan menggunakan power bank.

Hardware & Performa

Laptop bersistem operasi Windows 10 Home dengan aplikasi Office Home & Student 2019 pre-installed ini telah ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-11 Tiger Lake. Unit ZenBook 14 (UX435EG) yang saya review merupakan varian tertinggi dengan Intel Core i7-1165G7 yang memiliki konfigurasi 4 core dan 8 thread, thermal design power 28 Watt, cache 12MB, dan memiliki boost clock dari 2,8GHz menjadi hingga 3,9GHz.

Kemampuan olah grafisnya juga lebih bertenaga, berkat integrated graphics Intel Iris Xe dan ditambah discrete graphics NVIDIA GeForce MX450. Selain itu, performanya disokong RAM sebesar 16GB LPDDR4X dan storage SSD berkapasitas 1TB M.2 NVMe PCIe 3.0.

Meski tidak mengantongi sertifikasi Intel EVO Platform, pengalaman pengguna premium yang gesit dan responsif tetap berhasil disodorkan dengan sangat baik oleh ZenBook 14 (UX435EG). Masa pakai baterainya juga panjang, dengan kapasitas 63W membuatnya dapat bertahan hingga 12 jam.

Berbagai aplikasi dapat dijalankan dengan lancar dan saya juga melakukan edit video review ZenBook 14 (UX435EG) menggunakan laptop ini. Pada resolusi 1080p, eksekusi footage 1080p berjalan dengan baik tetapi masih ada jeda yang mengganggu ketika memproses video 4K.

Verdict

Review-ASUS-ZenBook-14-22

Dari perspektif pengguna ZenBook 13 (UX334), ZenBook 14 (UX435EG) berfokus pada penyempurnaan pengalaman klasik dengan layar sekunder yang dirancang untuk multitasking. Kini dengan prosesor Intel Core generasi ke-11 Tiger Lake, konektivitas lebih cepat dengan Thunderbolt 4, dan juga dilengkapi beberapa fitur WFH baru.

Kebutuhan saya terhadap laptop cukup kompleks, termasuk pembuatan konten dan tuntutan kerja mobile. Di sisi lain, kondisi bekerja dari rumah juga penuh tantangan, terkadang ada acara keluarga dan urusan yang harus ditangani. Namun berkat ukuran portabel ZenBook 14 (UX435EG) dan performa yang mumpuni, saya dapat dengan mudah membawanya kemana-mana dan memungkinkan saya bekerja di manapun dan kapanpun.

Sparks

  • Layar sekunder ScreenPad 2.0
  • Prosesor Intel Core generasi ke-11
  • Dimensi ringkas, desain elegan, dan bodi tangguh

Slacks

  • Belum menggunakan panel OLED
  • Tanpa label Intel Evo Platfrom