Asus Persenjatai Lineup ROG di Indonesia Dengan Intel Core Generasi ke-8

Berbeda dari console, tempo perkembangan hardware PC gaming berjalan jauh lebih cepat. Ketika platform game current-gen populer hingga kini masih mengusung arsitektur serupa saat mereka meluncur perdana, PC telah melangsungkan beberapa kali regenerasi. Beberapa pemicunya meliputi kelahiran prosesor serta kartu grafis baru. Dan di tahun ini, varian-varian refresh kembali bermunculan.

Selain memperkenalkan lineup laptop gaming kelas mainstream baru, konferensi pers bertajuk Finish The Fight yang Asus langsungkan kemarin di Jakarta juga digunakan sebagai tempat pengumuman kehadiran prosesor Intel Core generasi kedelapan ‘Coffee Lake’ di notebook Republic of Gamers dan Strix, baik di varian berukuran ‘monster’ hingga perangkat ultra-thin seperti Zephyrus.

ROG 12

Dalam presentasinya, product manager ROG Alistair Wu menjelaskan bahwa dukungan chip Intel Core mobile anyar pada laptop-laptop gaming mereka dapat meningkatkan performa sebesar 88 persen dan membuat proses kreasi konten lebih cepat 68 persen dibanding sistem berumur tiga tahun. Upgrade ke Core generasi ke-8 ini diterapkan mulai dari ROG G703, Zephyrus GX501, Zephyrus M GM501, Strix GL703 dan GL503, serta TUF Gaming.

ROG 3

ROG 7

Dua varian di sana mencuri perhatian saya: Zephyrus dan G703. Kedua perangkat ini mempunyai pendekatan desain yang sangat bertolak belakang. ROG G703 merupakan desktop replacement berlayar 17,3-inci, sedangkan Zephyrus adalah salah satu laptop gaming tertipis di dunia. Melalui langkah pembaruan ke Coffee Lake, Asus sepertinya mencoba menyaingi sang kompetitor senegaranya yang lebih dulu membawa perangkat sejenis ke Indonesia.

ROG 1

Seperti desktop replacement rival utamanya, ROG G703 turut dipersenjatai oleh Intel Core i9 ter-overclock (i9-8950HK) yang dipasangkan bersama kartu grafis top-end, GeForce GTX 1080. Selain itu, Anda akan menemukan RAM DDR4-2666 sebesar (maksimal) 64GB, serta penyimpanan berbasis SSD 2x256GB dan SSHD (solid state hybrid drive) sampai 2TB. Panel 17,3-incinya juga sangat istimewa karena dimempunyai refresh rate 144Hz 3ms.

ROG 8

Beralih ke Zephyrus, meski GX501 dan GM501 sama-sama menghidangkan layar 1080p 15,6-inci 144Hz, keduanya mempunyai perbedaan distingtif di sisi desain, terutama pada penempatan keyboard-nya. Ketika papan ketik GX501 menjorok ke depan, keyboard dan touchpad GM501 tersaji layaknya notebook tradisional. Namun efeknya, GM501 tidak setipis GX501, dengan ketebalan 1,99cm versus 1,79cm.

ROG 9

Zephyrus M GM501 juga tidak dilengkapi kartu grafis GeForce 1080 Max-Q. Ia memanfaatkan Nvidia GeForce GTX 1060 atau 1070 Max-P. Dari artikel yang saya baca, ‘Max-P’ hanyalah istilah kartu grafis kelas mobile reguler tanpa desain Max-Q.

ROG 10

ROG 11

Produk-produk refresh ini akan tersedia di Indonesia sebentar lagi, sudah dibundel bersama Microsoft Windows 10 original serta garansi global selama dua tahun. Detail harganya bisa Anda simak di bawah:

  • ROG G703 – Rp 70,3 juta
  • ROG Zephyrus GX501 – Rp 51,3 juta
  • ROG Zephyrus M GM501 GTX 1070 – Rp 40,3 juta
  • ROG Zephyrus M GM501 GTX 1060 – Rp 33,3 juta
  • ROG Strix GL703GM Scar Edition GTX 1060 144Hz – Rp 33,3 juta
  • ROG Strix GL703GE – mulai Rp 19,3 juta
  • ROG Srix Hero Edition GL503GE GTX 1050 Ti – Rp 18,8 juta
  • ROG Strix Original GL503GE GTX 1050 Ti – mulai Rp 17,3 juta

Untuk merayakan pelepasan besar-besaran ini, Asus melangsungkan satu kolaborasi istimewa bersama Casio. Dengan membeli model G703GI, G703GS, GX501GI, GM501GS, GM501GM, dan GL703GM di periode 7 Mei sampai 8 Juli 2018, Anda akan mendapatkan jam tangan G-Shock ROG Limited Edition.

ROG 2

ROG 5

 

Lewat Brand ROG, Asus Siapkan Lawan Seimbang untuk Xiaomi Black Shark?

Ke mana arah yang hendak dituju oleh pabrikan smartphone ke depan semakin terlihat jelas. Tak lama setelah Razer memulai debut smartphone gaming pertamanya, sejumlah pabrikan dilaporkan berkeinginan ikut terjun di kolam yang sama. Xiaomi bahkan sudah memastikan diri ikut berlomba di arena tersebut dengan secara resmi memperkenalkan smartphone gaming, Black Shark.

Di tempat berbeda, sub-brand ZTE, Nubia juga sudah mulai memperlihatkan brand gaming barunya, Red Magic. Dan sekarang, lintas balap di ranah gaming mobile diyakini bakal kedatangan satu pemain lagi. Asus yang telah sejak lama berkecimpung di ranah PC gaming lewat brand ROG-nya dilaporkan tengah berencana melakukan perluasan brand gaming-nya itu ke ranah mobile.

Dalam acara pembukaan toko Asus ke-100 di Filipina, CEO Jerry Shen mengakui bahwa smartphone gaming dari Asus bisa saja segera meluncur. Shen tidak menyebutkan kapan, namun pernyataan ini dikeluarkan di momen yang tepat. ASUS merebut cukup banyak pangsa pasar di ranah PC gaming melalui ROG (Republic of Gamers) dan lini produk Strix. Untuk saat ini, tak banyak informasi tentang spesifikasi yang akan dihadirkan. Namun, kemunculan smartphone gaming dari Asus akan menjadi penghubung yang tepat untuk brand ROG miliknya di ranah PC.

Tetapi jika boleh berspekulasi, Asus mungkin saja bakal mengikuti langkah yang ditempuh oleh Xiaomi di smartphone Black Shark. Di antaranya dengan mengadopsi chipset Snapdragon 845, RAM 6GB atau 8GB dan sangat mungkin fitur liquid cooling systemyang berfungsi untuk menurunkan suhu CPU saat digeber bermain game berat dalam waktu lama. Tapi sekali lagi, semua kembali pada keputusan Asus.

Sumber berita AndroidAuthority dan gambar header ilustrasi Asus ROG.

Asus ROG Zephyrus M Dibekali Prosesor 6-Core dan Performa GPU yang Tak Dibatasi

Intel baru saja memperkenalkan prosesor laptop terbarunya yang berbasis Coffee Lake. Selain Samsung Notebook Odyssey Z, salah satu laptop pertama yang menggunakan prosesor baru itu adalah Asus ROG Zephyrus M. Ya, ini merupakan penerus ROG Zephyrus yang sempat DailySocial bedah tahun lalu.

Pembaruan yang dibawa sudah langsung kelihatan dari luar. Zephyrus M sedikit lebih tebal ketimbang pendahulunya (19,9 mm dibanding 17,9 mm), dengan bobot 2,5 kilogram. Bodi yang lebih tebal ini memungkinkan Asus untuk menambatkan sistem pendingin yang lebih efektif, yang diklaim mampu meningkatkan sirkulasi udara di dalam perangkat hingga 32%, hingga akhirnya suhu komponen bisa ditekan 20% lebih rendah.

Asus ROG Zephyrus M

Saat dibuka, perubahan desainnya semakin kelihatan. Penempatan keyboard-nya tak lagi seperti dulu, kini lebih konvensional (di dekat layar, bukan di bawah), dan trackpad-nya pun diposisikan di bawah keyboard persis, bukan lagi di sebelah kanannya. Kemungkinan, Asus menerima feedback dari konsumen bahwa mayoritas lebih suka dengan desain yang konvensional.

Layarnya pun turut mendapat upgrade, meski ukuran dan resolusinya masih sama, yakni 15,6 inci 1080p. Panel IPS yang digunakan kini memiliki refresh rate maksimum 144 Hz, dengan response time 3 milidetik dan tentu saja dukungan G-Sync.

Asus ROG Zephyrus M

Untuk spesifikasi, Asus memercayakan prosesor Intel Core i7-8750H yang memiliki total 6-core dan 12-thread, dengan clock maksimum 3,9 GHz. Menemani prosesor itu adalah kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 dengan memory GDDR5 sebesar 8 GB. Asus tidak lupa bilang bahwa performa GPU Zephyrus M tak lagi dibatasi seperti pendahulunya yang mengadopsi konsep Max-Q.

Juga menarik adalah fitur power saving yang Asus terapkan. Saat aktif, laptop hanya akan menggunakan GPU terintegrasinya saja, yang pada akhirnya diyakini bisa menambah daya baterai sampai sekitar enam jam. Ini juga berarti GPU Nvidia-nya bisa digunakan hanya saat dibutuhkan saja.

Asus ROG Zephyrus M

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM DDR4 berkapasitas 16 GB, SSD tipe NVMe berkapasitas 256 GB dan HDD 1 TB. Konektivitasnya pun tergolong lengkap: total ada empat port USB standar, satu port USB-C sekaligus Thunderbolt 3, dan satu port HDMI 2.0.

Asus saat ini sudah menerima pre-order Zephyrus M di Amerika Serikat, dengan banderol harga $2.199. Kalau terlalu mahal, ada juga varian yang menggunakan GPU GTX 1060 6 GB seharga $1.899.

Sumber: Business Wire dan Asus.

Asus ROG Memulai Manuver di Awal Tahun Dengan Meluncurkan Laptop Gaming High-End Baru

Selain dari langkah agresif di ranah eSport dan kekuatan brand Republic of Gamers, mungkin salah satu alasan mengapa Asus berhasil mengusai lebih dari 64 persen pasar gaming di Indonesia ialah karena mereka menyediakan banyak pilihan perangkat buat tipe gamer berbeda. Sebagai contohnya, belum lama ini Asus memecah lagi sub-brand notebook ROG Strix jadi tiga varian.

Dan masih di momen awal 2018 ini, sang produsen hardware asal Taiwan itu melangsungkan peluncuran produk baru lebih dulu dibanding para kompetitor. Di momen ini, Asus memilih ROG G703 sebagai bintang panggungnya. Tapi seperti kebiasaan sang perusahaan, Asus tak mau laptop gaming ini mendarat sendirian. Mereka juga memeriahkan acara dengan melepas ROG Strix GL503 Hero Edition dan GL503 Scar Edition, serta menyingkap sebuah kejutan besar.

Rog 15

 

ROG G703

Dilihat dari aspek spesifikasi, ROG G703 adalah salah satu varian notebook gaming ‘non-eksperimental‘ paling premium racikan Asus. Di sana, sang produsen mengambil arahan desain tradisional, mengandalkan komposisi hardware high-end yang terpercaya, serta memberikan sentuhan khusus pada layarnya. Asus bilang bahwa G703 dirancang untuk mendobrak batas tertinggi, tapi tak perlu kaget jika ia juga ‘mendobrak’ isi dompet Anda.

Rog 10

Rog 6

Perangkat buat para gamer nomaden ini mengusung struktur clamshell khas ROG. Tubuhnya yang sedikit menyudut mengingatkan saya pada pesawat alien, apalagi ditambah heat sink ala nozzle jet tempur. Seperti biasa, beberapa elemen desain dibuat asimetris, misalnya pada penempatan logo ROG LED di lid serta material berbeda di area keyboard. Dan dengan layar 17-inci, dimensi 425x319x51mm, serta bobot 4,7kg, G703 sudah bisa masuk ke kelas desktop replacement.

Rog 5

Rog 13

Untuk mempermanis penampilannya, Asus  mencantumkan sistem pencahayaan LED RGB Per-Key Aura di keyboard, memungkinkan masing-masing tombol menampilkan warna secara mandiri. Tombol-tombol chiclet di sana turut dibekali fitur anti-ghosting N-key rollover, menyajikan key travel sejauh 2,5mm dan lekukan 0,3mm pada keycap buat meningkatkan akurasi serta kenyamanan.

Rog 8

Rog 16

Di dalam, Anda akan menemui susunan hardware yang mencengangkan. Asus membenamkan prosesor Intel Core i7 7700HQ atau 7820HK, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1080, serta RAM DDR4 2800 hingga 64GB. Untuk ruang penyimpanan, produsen memanfaatkan kombinasi SSD PCIE Gen3X4 sampai 512GB dan HDD hingga 2TB. Konektivitasnya sangat lengkap – ia memiliki chip Xbox Wireless built-in hingga port USB type-C ber-Thunderbolt.

 

Layar ROG G703

Seperti yang sempat saya singgung, bagian display ROG G703 mendapatkan perhatian istimewa. Panel LED backlit berteknologi Nvidia G-Sync seluas 17,3-inci di sana menghidangkan resolusi full-HD (1920x1080p). Sekilas terlihat standar, sampai Anda mengetahui bahwa layar tersebut ditopang refresh rate 144Hz – kabarnya pertama kali hadir di laptop gaming 17-inci.

Rog 11

Dengan begini, monitor bisa menyuguhkan frame rate sangat tinggi, membuat gerakan dalam permainan jadi lebih mulus dan juga mengurangi efek screen tearing. Dan semakin tinggi refresh rate-nya, maka input lag jadi lebih kecil. Hal ini sangat esensial bagi gamer hardcore.

 

ROG GL503 Scar Edition dan Hero Edition

Walaupun mereka mengusung nama model serta susunan hardware hampir serupa, kedua perangkat ini punya spesialisasi berbeda. Scar Edition dikhususkan bagi game-game first-person shooter, sedangkan Hero Edition disiapkan untuk menangani judul-judul MOBA. Yang membuatnya jadi rumit adalah, masing-masing varian terpecah ke beberapa tipe lagi, yakni GL503VD dan GL503VM. Dan buat Scar Edition, sepertinya ada opsi 15- dan 17-inci.

Rog 2

Rog 1

GL503 diotaki chip Intel Core i5-7300HQ atau i7-7700HQ, dipersenjatai GeForce GTX 1050 atau GTX 1060 serta RAM DDR4 2400 sampai 32GB. Lalu apa yang membedakan mereka?

Rog 4

Selain pola desain di belakang layar, perbedaan utama antara Scar Edition dan Hero Edition terletak pada layarnya. Dirancang agar optimal dalam menjalankan game-game shooter, Scar Edition dibekali panel FHD 120Hz dengan input 5ms; display 1080p di Hero Edition sendiri mampu menyajikan sRGB 100 persen sehingga gamer MOBA mudah mendeteksi posisi lawan.

 

Brand ambassador baru Asus ROG

Di acara ini, Asus turut mengumumkan brand ambassador barunya, yaitu Rex Regum Qeon. Sebelumnya, RRQ merupakan tim eSport yang disponsori oleh MSI. Namun di tengah-tengah kabar gembira untuk Asus dan RRQ itu, berita kurang baik terdengar buat para fans NXL. Tim eSport pimpinan Richard Permana itu tidak lagi memperpanjang kontraknya dengan Asus.

Rog 12

 

Harga

Harga dari masing-masing produk bisa Anda lihat di bawah:

  • Asus ROG G703 – Rp 60 juta
  • Asus ROG Strix GL503 Hero Edition – Rp 16,8 juta sampai Rp 27,3 juta
  • Asus ROG Strix GL503 Scar Edition – mulai Rp 19,3 juta

Headset Gaming 7.1 ROG Strix Fusion 500 Suguhkan Tarian RGB yang ‘Tersinkronisasi’

Mulai populer kira-kira empat lima tahun lalu, sistem pencahayaan RGB kini bisa mudah ditemukan di hampir seluruh aksesori dan komponen PC yang dispesialisasikan untuk gaming. RGB memang bukan lagi hal baru, namun para produsen hardware pelan-pelan menemukan pemanfaatan yang lebih esensial, kali ini difokuskan pada atlet eSport.

Selain dukungan hardware berperforma tinggi, kekompakan juga menjadi faktor penting bagi tim gamer profesional. Dua aspek inilah yang Asus coba mampatkan ke gaming gear anyar mereka. Disiapkan sebagai versi lebih canggih dari ROG Strix Fusion 300, sang produsen asal Taiwan memperkenalkan ROG Strix Fusion 500, yaitu headphone gaming 7.1 yang dibekali RGB ‘tersinkronisasi’.

Asus ROG Strix Fusion 500 1

Desain Strix Fusion 500 hampir identik seperti Fusion 300. Penampilannya terlihat futuristis berkat wujud housing speaker yang asimetris serta penggunaan pola ala obelisk alien di area engsel dan headband. Berdasarkan gambar, area luar housing mengusung tekstur glossy, dan menyimpan sensor sentuh sehingga Anda dapat mengendalikan volume serta mengakses fungsi previous/next dengan menyentuhkan jari di sana.

Asus ROG Strix Fusion 500 2

Dan seperti Fusion 300, faktor kenyamanan jadi perhatian utama Asus. Headphone ini memanfaatkan kombinasi bahan kulit ‘protein’ dan kain berongga untuk memastikan sirkulasi udara dan pembuangan panas yang maksimal tanpa mengorbankan kualitas suara. Ear cup ovalnya dipercaya mampu membuat audio lebih terisolasi, dan tetap nyaman bahkan ketika dikenakan dalam waktu lama.

Asus ROG Strix Fusion 500 5

Bagian paling unik di Strix Fusion 500 ialah fitur sinkronisasinya. Tak cuma bisa disamakan dengan hardware dan gaming gear ROG lain, kita dapat menyelaraskan pola dan warna cahaya headphone ke unit yang dikenakan oleh kawan satu tim. Hal ini akan membuat tim Anda terlihat kompak dan seragam saat bertanding di arena eSport. Kustomisasi bisa dilakukan via app Aura.

Asus ROG Strix Fusion 500 4

Driver Asus Essence 50mm di dalam memanfaatkan penutup logam untuk meminimalkan getaran dan distorsi, demi menghidangkan nada detail serta bass yang menendang. Namun sebelum menyentuh driver, suara tersebut diproduksi dan diperkuat oleh DAC ESS Sabre 9018 – kabarnya mendukung audio lossless hingga 24bit dan 96kHz. Sistem surround sound 7.1-nya juga tidak memerlukan software, segera aktif begitu tombol ditekan.

Bagian mic-juga memperoleh upgrade, kini memanfaatkan sistem canggih yang memproses dan menjernihkan input secara on-the-fly demi mengoptimalkan komunikasi.

Asus berencana untuk mulai memasarkan ROG Strix Fusion 500 di bulan Januari ini. Produk dibanderol seharga US$ 180.

Mungkin Anda masih ingat, driver Asus Essence juga merupakan jantung dari Strix Fusion 300. Itu berarti mutu suara kedua headset kemungkinan tidak terlalu berbeda. Yang membuat Fusion 500 istimewa adalah fitur Aura Sync-nya, tapi saya masih belum yakin hal ini akan betul-betul memengaruhi performa gaming penggunanya.

Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.

Asus ROG Strix Flare Adalah Keyboard Mekanis dengan Sejumlah Elemen Desain Cerdas

Sebelum Computex dihelat di pertengahan tahun nanti, Asus rupanya tidak mau melewatkan dan menyia-nyiakan ajang CES begitu saja. Dalam salah satu expo teknologi terbesar yang diadakan di Las Vegas itu, Asus mengumumkan sejumlah produk untuk kategori PC gaming.

Yang pertama dan yang paling menarik perhatian saya – karena saya setiap harinya selalu mengetik dan bermain game – adalah sebuah keyboard mekanis bernama ROG Strix Flare. Strix Flare bukanlah keyboard mekanis pertama Asus, tapi ia yang pertama berhasil mengundang ketertarikan lewat desainnya.

Bukan, bukan sistem pencahayaan RGB-nya yang tampak menggoda, melainkan sejumlah keputusan desain yang menurut saya sepele tapi berpengaruh signifikan. Ambil contoh peletakan tombol untuk mengontrol media. Di saat mayoritas pabrikan keyboard menempatkannya di sebelah kanan, Asus memindahnya ke sebelah kiri pada Strix Flare.

Menurut saya ini punya dampak yang cukup krusial. Pasalnya, mengatur volume di tengah-tengah sesi tembak-menembak CS:GO bisa dilakukan tanpa harus melepas mouse sama sekali, terkecuali Anda merupakan pengguna mouse kidal. Hal yang sama juga berlaku untuk mengontrol jalannya musik, menonaktifkan tombol Windows maupun menyetel tingkat kecerahan lampu RGB.

Asus ROG Strix Flare

Elemen desain cerdas yang kedua adalah cekungan kecil di bagian bawah keyboard yang bisa dimanfaatkan untuk menyembunyikan kabel headset (sayang tidak ada gambarnya), mencegah kabel yang tidak sengaja tertarik karena sedang asyik berkonsentrasi mencari headshot. Lebih lanjut, palm rest-nya tampak menipu karena dari depan kelihatan tidak ada celah di antaranya dan keyboard.

Selebihnya, Asus tentu saja tidak lupa akan performa keyboard itu sendiri. Masing-masing tombol Strix Flare mengemas switch Cherry MX RGB – bisa dalam varian Red yang linear, Brown yang tactile atau Blue yang clicky. Asus juga berencana menghadirkan varian MX Speed Silver ke depannya.

Lampu RGB yang ada di balik tiap-tiap tombol Strix Flare dapat dikontrol secara terpisah, atau dengan menerapkan satu dari 13 efek yang tersedia. Strix Flare juga menjadi keyboard pertama yang memanfaatkan software konfigurasi terbaru Asus, yang diklaim lebih optimal dan lebih komprehensif dalam mengakomodasi pengaturan profil, makro dan pencahayaan RGB itu tadi.

Asus menjadwalkan pemasaran ROG Strix Flare di kawasan Amerika Serikat mulai Februari mendatang seharga $180. Semoga saja mereka bisa dengan cepat membawanya ke tanah air.

Sumber: Asus.

Asus ROG Strix Fusion 300 Sajikan Audio 7.1 Berkelas Tanpa Menyebabkan Telinga Berkeringat

Sebelum diadopsi jadi bagian dari keluarga notebook Asus Republic of Gamers, konsumen mengenal Strix sebagai salah satu brand komponen dan aksesori gaming milik Asus – terdiri dari keyboard, mouse sampai kartu grafis dan sound card. Dan dalam meramu headphone high-end barunya, perusahaan hardware asal Taiwan itu mencoba merangkul lebih banyak segmen gamer.

Di akhir minggu lalu, Asus resmi mengumumkan ROG Strix Fusion 300, headphone spesialis gaming pertama dalam seri ROG Strix Fusion. Produsen membekalinya dengan bermacam-macam teknologi eksklusif, sistem surround 7.1, serta desain super-nyaman. Satu hal yang membuat ROG Strix Fusion 300 istimewa ialah kesiapannya menunjang platform game berbeda – dari mulai PC, console, Mac, hingga tablet dan smartphone.

ROG Strix Fusion 300 1

Dan berbicara desain, faktor kenyamanan menjadi perhatian utama di ROG Strix Fusion 300. Meski Anda mengenakannya di waktu lama, Asus berjanji headphone ini tidak akan menyebabkan telinga jadi berkeringat. Rahasianya terdapat pada pemanfaatkan kombinasi bahan ‘kulit-protein’ serta kain berongga untuk melapisi padding demi memaksimalkan sirkulasi udara. Bantalan tersebut dibubuhkan pada earcup over-ear oval, agar kompatibel dengan berbagai bentuk telinga.

ROG Strix Fusion 300 5

Dua unit earcup tersambung oleh sebuah headband. Bagian tersebut turut dilapisi bantalan empuk, lalu panjang-pendeknya bisa disesuaikan. Berdasarkan gambar yang Asus berikan, headphone turut dibekali engselputar  di antara headband dan earcup, sehingga ROG Strix Fusion 300 dapat mengikuti kontur kepala Anda. Bobot headphone ini juga diklaim cukup ringan untuk produk kelas gaming, hanya 360g. Ia tersambung ke perangkat gaming Anda via USB 2.0 atau jack audio 3,5mm.

ROG Strix Fusion 300 3

Produsen menyematkan driver Asus Essense 50mm sebagai jantung dari ROG Strix Fusion 300, mengombinasinya dengan sistem audio surround 7.1 – dapat diaktifkan dengan menekan satu tombol. Perbedaan antara driver Essense dan varian 50mm biasa terletak pada penggunaan cover logam. Kata Asus, bahan ini dipilih untuk meminimalkan distorsi agar output lebih presisi.

ROG Strix Fusion 300 2

Fitur unik lain di ROG Strix Fusion 300 ada pada ruang akustiknya. Headphone memanfaatkan desain audio chamber kedap udara, demi memastikan detail suara tidak hilang dan output terdengar lebih ‘penuh dan kaya’. Dengan begini, ROG Strix Fusion 300 tak hanya cocok dipakai buat menemani Anda ber-gaming, tapi juga untuk menikmati konten hiburan lain seperti film dan musik.

Asus rencananya akan mulai memasarkan ROG Strix Fusion 300 di akhir bulan September ini, dijajakan di harga £ 100 atau kisaran US$ 136.

Via Tech Powerup, Sumber: Asus.

Cuma $350, Monitor Gaming Terbaru Asus Andalkan Layar Curved dan Refresh Rate Tinggi

Asus bukanlah nama yang asing di ranah monitor gaming. Konsumen pun juga tahu kalau deretan monitor gaming besutan Asus kerap mengusung banderol harga yang cukup tinggi. Itulah mengapa sangat menarik ketika Asus memperkenalkan monitor gaming baru yang bisa menawarkan keseimbangan antara fitur, performa dan harga.

Pertama-tama, secara desain monitor bernama Asus ROG Strix XG27VQ ini sudah bisa diunggulkan karena mengusung layar yang curved alias melengkung, dengan kurvatur sebesar 1800R guna memberikan kesan yang lebih immersive. Layar curved dalam dimensi seringkas ini tergolong langka di pasaran.

Kedua, meskipun panel layar 27 incinya cuma mengemas resolusi 1920 x 1080 pixel, refresh rate maksimumnya bisa mencapai angka 144 Hz, dan ia pun telah mendukung teknologi FreeSync untuk mengakomodasi pengguna kartu grafis AMD serta dynamic refresh rate. Sebagai pemanis, Asus turut menyertakan fitur Extreme Low Motion Blur (ELMB) guna mempertajam tampilan aksi-aksi cepat.

Asus ROG Strix XG27VQ

Spesifikasi lainnya tergolong standar untuk kategori monitor gaming, meliputi tingkat kecerahan maksimum 300 nit, rasio kontras 3.000:1, viewing angle 178º dan response time 4 milidetik. Konektivitasnya bisa memanfaatkan HDMI 1.4, DIsplayPort 1.2 atau DVI-D.

Kembali lagi soal desain, dudukannya bisa diatur tinggi-rendahnya, dan layar juga bisa dibelokkan ke kiri atau kanan dengan mudah. Kalau itu belum cukup, monitor ini juga sanggup memproyeksikan logo ROG di bawah dudukannya, dan sistem pencahayaan RGB-nya pun kompatibel dengan sistem Aura besutan Asus.

Namun tetap saja bagian terbaik dari monitor ini adalah harganya. Dengan modal $350 saja, konsumen bisa mendapat monitor gaming berlayar curved dan yang memiliki refresh rate tinggi.

Sumber: AnandTech dan Asus.

Membedah Laptop Gaming Tertipis di Dunia, Asus ROG Zephyrus

Republic of Gamers Zephyrus GX501 ialah salah satu perangkat yang dihadirkan Asus ke Indonesia melalui acara The Edge of Beyond kemarin. Berkat konsep uniknya, ultrabook gaming ini segera mencuri perhatian orang: sebuah perangkat berketebalan kurang dari 1,8-sentimeter yang menyimpan salah satu kartu grafis terkuat racikan Nvidia, GeForce GTX 1080.

Zephyrus 14

 

Sejak pertama kali diperkenalkan, Zephyrus terus menjadi produk kebanggaan Asus dan bahkan secara tak resmi ditunjuk sebagai ‘duta’ dari gagasan desain Nvidia Max-Q. Kini, pertanyaan yang boleh jadi banyak diajukan orang adalah, bagaimana cara Asus menyematkan GPU monster itu dalam tubuh ramping Zephyrus, dan bagaimana efektivitas dari sistem pendinginnya?

Zephyrus 11

Dengan maksud mejelaskan aspek-aspek tersebut lebih jauh, Asus mengundang sejumlah media untuk membedah ROG Zephyrus GX501 lebih dalam – secara harfiah. Sesi seminar teknis singkat itu dipandu oleh global senior technical marketing manager Sascha Florian Krohn.

Zephyrus 8

Sebelum ‘operasi’ dilakukan, Sascha menjawab pertanyaan saya sekaligus menekankan bahwa memang benar Zephyrus merupakan laptop ROG yang tidak dibekali kapabilitas overclocking. Hal ini tentu saja terkait konsep dasar Max-Q, dengan sasaran utama pada optimalisasi kinerja hardware dan efisiensi dalam penggunaan daya, sembari memastikan device bekerja dengan hening.

Zephyrus 10

Zephyrus 5

Untuk memberikan gambaran mengenai pencapaian Asus di sisi desain, Sascha membandingkan wujud Zephyrus dengan unit kartu grafis discreet GeForce GTX 1080. Ultrabook Asus itu mempunyai bobot 2,24kg dan tebal 1,7cm ketika ditutup, sedangkan GeForce GTX 1080 sendiri memiliki berat 1,8kg dan berketebalan 4cm.

Zephyrus 6

Satu terobosan besar bisa kita temukan di sistem pendingin Zephyrus. Di laptop gaming ‘normal’, umumnya lubang ventilasi udara masuk dan keluar diposisikan sisi berbeda. Intake dan outtake udara di Zephyrus diimplementasikan di sisi belakang. Uniknya, hal tersebut tidak menyebabkan berkurangnya efektivitas sistem pendingin. Dan demi memastikannya bekerja maksimal, Asus memanfaatkan rangkaian heat pipe berkualitas tinggi dengan lapisan khusus serta kipas tipis yang memiliki 71 bilah.

Zephyrus 2

Zephyrus 3

Kipas tersebut terbuat dari plastik super-keras. Alasan Asus tidak menggunakan logam adalah karena bilah fan punya kriteria desain yang kompleks. Teknik CNC milling mungkin dapat digunakan, tapi prosesnya akan sangat menghabiskan sumber daya dan waktu.

Zephyrus 7

Zephyrus 1

Hasilnya luar biasa. Bahkan dalam keadaan full load sekalipun, suhu di keyboard Zephyrus tetap terjaga di 34,5 derajat Celcius dan temperatur bagian bawahnya tidak melewati 42,3 derajat Celcius. Berkat rancangan tersebut, Zephyrus juga tidak mengeluarkan suara bising sewaktu dipakai bermain game, maksimal hanya sekeras 38dbA.

Zephyrus 4

Zephyrus 9

Asus kabarnya memiliki rencana untuk menyediakan versi alternatif dari Zephyrus. Nantinya, mereka akan mengganti GTX 1070 dengan GeForce GTX 1070 demi membuka peluang buat mencantumkan fitur overclock di sana.

Zephyrus 13

Zephyrus 12