EA Umumkan Kapan Kita Bisa Mencicipi Versi Demo Anthem

Fans mungkin masih sulit melupakan kekecewaan yang diakibatkan oleh Mass Effect: Andromeda, tapi bergabungnya kembali Casey Hudson ke BioWare untuk mengawasi pengembangan Anthem merupakan kabar gembira bagi gamer. Hudson adalah developer legendaris yang jadi sutradara Star Wars: Knights of the Old Republic dan trilogi orisinal Mass Effect.

Sejak diumumkan di E3 2017, Anthem pelan-pelan terlihat semakin menjanjikan. Di IP baru ini, BioWare mencoba memadukan gameplay action third-person, formula role-playing, dengan tema sci-fi yang mempersilakan gamer bermain sebagai operator unit exoskeleton high-tech ala Iron Man atau Titanfall. Anthem rencananya akan dirilis pada tanggal 22 Februari 2019. Dan sebelum momen itu tiba, EA memperkenankan kita untuk mencoba sebelum membeli.

Untuk mendapatkan akses ke Anthem lebih dulu dari gamer lain, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan pre-order, atau berlangganan EA/Origin Access di PC. Selanjutnya, tiket VIP Demo akan jadi hak Anda. Selain akses, mereka yang berpartisipasi dalam program tersebut juga akan memperoleh item eksklusif. VIP Demo dapat dinikmati oleh pemain di semua platform, baik di PC via Origin, PlayStation 4 ataupun Xbox One.

BioWare dan EA akan melangsungkan demo beberapa kali. VIP Demo, atau demo perdana, dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 25 sampai 27 Januari 2019. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 1 sampai 3 Februari, semua orang dipersilakan buat memainkan demo Anthem. Hal yang menarik di sini adalah, sang publisher memilih untuk menggunakan istilah demo dan bukan uji coba beta, menandai bahwa versi ini lebih diprioritaskan buat mengomersialkan permainan dan bukan uji coba.

Berbicara soal periode tes, sebetulnya BioWare baru saja merampungkan uji coba alpha pada tanggal 8 dan 9 Desember kemarin. Sesinya sangat terbatas. Gamer hanya diperkenankan bermain selama beberapa jam saja, dan kesempatan cuma terbuka bagi mereka yang berada di kawasan Amerika dan Eropa.

Jika Anda penasaran mengapa sampai kini belum ada tester yang menginformasikan konten dari tes alpha tersebut, alasannya adalah non-disclosure agreement dari EA yang melarang siapapun buat memublikasikannya. Seorang gamer sempat mencoba men-stream Anthem versi alpha, namun aksi tersebut malah membuat seluruh koleksi permainannya di Origin lenyap.

Sebagai bagian dari strategi EA mendorong lebih banyak orang bergabung ke layanan Origin/EA Access, pelanggan dijanjikan akses ke seluruh konten dan fitur Anthem tanpa dibatasi. Tanpa Origin atau EA Access, kita perlu membayarkan uang sebesar US$ US$ 110 demi membeli edisi Legion of Dawn.

Blizzard Akan Mengumumkan Beberapa Game Diablo Tahun Depan?

Blizzard mungkin tak menduga pengungkapan Diablo Immortal disambut dengan begitu negatif, tetapi melakukan pengumuman permainan mobile di acara berbayar yang didominasi oleh gamer PC memang bukanlah langkah pintar. Kekecewaan fans kian menjadi setelah sebelumnya beredar rumor yang menyatakan akan ada penyingkapan sekuel sejati Diablo di sana.

Developer sempat menampik desas-desus melalui blog resminya, namun mereka juga bilang bahwa beberapa tim berbeda memang tengah menggarap sejumlah proyek Diablo dan akan menginformasikannya ‘di waktu yang tepat’. Dengan begitu, yang bisa kita kerjakan sekarang adalah menunggu. Kali ini lewat forum Battle.net, Blizzard akhirnya memberikan petunjuk mengenai kapan mereka akan melangsungkan pengumuman game Diablo baru.

Tim menjelaskan bagaimana mereka terus-menerus mengumpulkan masukan dan melakukan diskusi internal. Khusus buat franchise Diablo, Blizzard sedang menggodok beberapa proyek sekaligus. Rencananya, sebagian atau mungkin seluruh kreasi baru tersebut akan diungkap di tahun depan. Blizzard bilang mereka tak mau ‘sekadar menyampaikan informasi, tapi ingin menunjukkannya’.

“Memang membutuhkan waktu agar pengerjaannya sesuai dengan standar kami, tapi saat ini, lebih dari sebelumnya, kami berkomitmen untuk menghidangkan pengalaman Diablo yang bisa dibanggakan pada seisi komunitas,” tulis tim pengembang.

Penuturan tersebut sekali lagi mengonfirmasi bahwa ada lebih dari satu proyek Diablo yang sedang jadi fokus Blizzard Entertainment. Dari kabar yang beradar, sudah ada dua pejelmaan purwarupa Diablo 4, dan pengerjaannya diarahkan oleh dua sutradara berbeda. Di inkarnasi awal, game punya kesamaan formula dengan seri Dark Souls, disajikan dalam perspektif orang ketiga ‘over-the-shoulder‘ (premisnya menarik, apalagi saya sangat menyukai Dark Souls), namun developer mengembalikannya lagi menjadi tampilan isometrik tradisional khas Diablo.

Untuk temanya sendiri, Diablo 4 katanya akan mengusung latar belakang yang lebih gelap dan menakutkan dibanding Diablo 3, lebih menyerupai Diablo II. Dari info yang beredar, tadinya Blizzard punya agenda untuk mengungkap permainan keempat seri Diablo itu di BlizzCon 2018, namun karena alasan tertentu, tim memutuskan buat menunda pengumuman ke lain waktu sehingga hanya menyisakan Diablo Immortal.

Untuk seri permainan berumur lebih dari dua dekade dengan jumlah fans sangat banyak, saya bisa membayangkan dilema yang dihadapi developer: Apakah sebaiknya mereka mempertahankan elemen gameplay tradisional yang berarti mempersempit ruang buat berinovasi, atau malah bereksperimen dengan formula baru, yang beresiko membuat para pemain veteran merasa terasingkan?

Via Digital Trends.

[Review] Assassin’s Creed Odyssey, Lembaran Baru Bagi Seri Action Berusia 11 Tahun

Assassin’s Creed Origins yang diramu menjadi pembuka saga ini merupakan game open world papan atas paling ambisius di 2017. Hasil kerja keras developer selama bertahun-tahun bisa kita lihat dari bagaimana detailnya tim Montreal menciptakan dunia Mesir Kuno di akhir era Ptolemaic sebagai medium untuk mengombinasikan kejadian bersejarah dan event fiksi.

Meluncur satu tahun kurang beberapa minggu dari Origins, Assassin’s Creed Odyssey mengusung konsep gameplay yang lebih berani dan mungkin bisa dikatakan sedikit radikal. Meski tetap mempertahankan sejumlah tradisi Assassin’s Creed, Odyssey dari awal sengaja diarahkan sebagai permainan action role-playing, untuk pertama kalinya membiarkan Anda memilih karakter utama dan menentukan dialog.

Langkah ini kemungkinan ialah cara buat menyegarkan kembali formula Assassin’s Creed. Tapi boleh jadi, transisi dari action-adventure ke formula role-playing belum bisa diterima semua fans dengan tangan terbuka. Kabar gembiranya, Ubisoft Quebec telah bersiap mengantisipasi hal tersebut melalui penambahan fitur baru dan penggunaan arahan unik.

AC Odyssey 13

 

Eagle-Bearer

Assassin’s Creed Odyssey menawarkan Anda untuk bermain menjadi salah satu dari cucu Raja Leonidas, antara Alexios atau Kassandra. Tidak ada perbedaan pada aspek gameplay dari keduanya kecuali pengisi suara dan siapa saudara tertuanya. Saya mencoba keduanya, dan secara pribadi lebih menyukai Kassandra karena perannya lebih natural dan sejauh ini hanya ada sedikit pilihan karakter utama wanita di seri utama Assassin’s Creed.

AC Odyssey 5

Meski demikian, Alexios sendiri bukanlah pilihan yang buruk dan mengingatkan saya pada Bayek of Siwa. Tentu saja, dua opsi tokoh utama mengharuskan Ubisoft melakukan prosedur pengisian suara sebanyak dua kali. Dan mengingat Odyssey merupakan game role-playing, jumlah dialognya tidaklah sedikit. Kesediaan developer buat melakukan hal tersebut perlu diapresiasi.

Diracik sebagai sebuah lembaran baru, hal positif lain dari Odyssey adalah ceritanya tidak membingungkan. Sesi Layla Hassan tetap ada, tapi porsinya telah dikurangi dan disederhanakan sehingga kita hanya cukup tahu siapa dia serta perannya di kisah ini. Dan tak seperti Origins, narasi Odyssey juga tidak lompat-lompat. Di sesi pembuka, Anda akan segera tahu siapa Alexios dan Kassandra, serta apa hubungan mereka dengan Leonidas.

AC Odyssey 7

Ketika Bayek of Siwa di Assassin’s Creed Origins merupakan seorang penegak hukum, Alexios atau Kassandra adalah Misthios, atau tentara bayaran. Ini artinya, sang tokoh tidak selalu berpihak dengan hukum. Beberapa kontrak yang diterima Kassandra sering kali mengharuskannya ‘membungkam’ individu tertentu, mencuri, atau membersihkan satu perkemahan berisi bandit. Dan demi menunjang desain gameplay seperti ini, Ubisoft Quebec mengimplementasikan sistem bounty.

 

Grand Theft Auto Greece

Assassin’s Creed Odyssey membawa pemain ke puncak Perang Peloponnesian, konflik militer yang dimulai di tahun 431 sebelum Masehi antara bangsa Sparta dan Athena. Di sana, Kassandra dan tim prajurit bayarannya tidak dituntut untuk mendukung salah satu faksi, bahkan dipersilakan bekerja buat keduanya. Ia bisa menghabiskan waktunya menyelesaikan kontrak, mengumpulkan kru, serta meng-upgrade peralatan dan perahu perangnya.

AC Odyssey 12

Satu Aspek menarik dari Odyssey adalah sensasai ala ‘GTA’. Memang tidak ada kendaraan ‘otomotif’ yang Anda bisa bajak, tapi Kassandra dapat mencuri kuda atau menyerbu perahu bajak laut, konvoi militer, serta kapal pedagang. Di dunia game, tersebar pula banyak benda-benda yang semestinya tidak boleh diambil (namun sayang buat dilewatkan).

AC Odyssey 10

Kekuatan Athena dan Sparta di satu daerah bersifat fluktuatif. Serangan yang Anda lakukan di lokasi tertentu akan melemahkan satu faksi, sehingga memungkinkan rivalnya mengambil alih. Menariknya lagi, kita bahkan bisa berpartisipasi dalam perang berskala besar, dan hasilnya akan memengaruhi siapa yang menguasai daerah tersebut.

Yunani masa perang Perang Peloponnesian versi Assassin’s Creed belum memiliki sistem penegakan hukum yang konkret. Aktivitas sosial di sana diawasi oleh pihak militer Sparta maupun Athena, namun jika tindakan kriminal Anda melewati batas, tentara bayaran lain akan mencoba menghentikan Anda. Semakin buruk perilaku Anda, maka level bounty jadi kian tinggi dan bertambah banyak pula individu-individu berbahaya yang datang mencari. Sebagai jalan keluarnya, Anda bisa bersembunyi atau membayar bounty.

AC Odyssey 6

Di sini, permainan mengadopsi pendekatan ala Nemesis System di Middle-earth: Shadow of Mordor walaupun tidak seekstensi game Warner Bros. itu. Odyssey hanya menunjukkan tentara-tentara bayaran yang sudah Anda kalahkan, peringkat Kassandra atau Alexios di sana, serta prajurit-prajurit berbahaya lain yang bisa jadi ancaman. Dan seiring keberhasilan Anda mengalahkan para kompetitor satu per satu, Anda dapat mendaki ranking Misthios terkuat.

 

Exploration Mode

Dengan begitu banyaknya game Assassin’s Creed serta sejumlah seri Ubisoft lain yang mengadopsi elemen gameplay permainan ini, gamer mungkin tidak kesulitan untuk menebak pola penyajian permainan. Umumnya, peta game Assassin’s Creed dipenuhi legenda dan lokasi menarik – penyuguhan yang informatif tapi menghilangkan misteri serta mengurangi serunya berjelajah.

AC Odyssey 9

Untuk mengubah status quo tersebut, Ubisoft Quebec menghadirkan fitur bernama Exploration Mode. Mode ini dirancang buat memandu pemain menemui hal-hal menarik sendiri tanpa memperlakukan kita seperti anak kecil. Dengan memilih Exploration Mode, kita perlu mengikuti petunjuk saat mengerjakan suatu quest. Contohnya, lokasi hewan buruan yang Anda cari berada di sebelah utara Sacred Lands of Apollo, biasanya terlihat di daerah dataran tinggi.

AC Odyssey 16

Setelah tiba di tempat tersebut, pencarian dapat dipermudah dengan memanggil Ikaros – burung elang peliharaan yang bisa membantu Anda mengunci posisi musuh dan menemukan objek, termasuk apapun yang Anda cari. Penyajian dan pengendaliannya sangat identik dengan Senu milik Bayek. Buat saya pribadi, kehadirannya masih terasa seperti metode curang yang memberikan pemain keunggulan tanpa efek samping; menghilangkan efek kejutan dan serunya ketidakpasian.

AC Odyssey 11

Banyak gamer mungkin menyukai kemudahan ini, namun buat saya, fitur Ikaros terasa mengganjal. Bagaimana bisa Kassandra mengetahui apa yang dilihat peliharaannya terus-menerus?

 

Action role-playing

Mengombinasikan tradisi Assassin’s Creed sebagai permainan action-adventure bertema stealth dengan prinsip role-playing memang tidak mudah. Ada banyak yang harus dikompromi oleh Ubisoft Quebec melalui penyingkiran beberapa elemen.

AC Odyssey 4

Bersembunyi di tempat tinggi atau di tengah-tengah lebatnya semak pepohonan, membuat pengalihan perhatian, dan menyerang tiba-tiba tetap menjadi gameplay inti Odyssey. Namun objek-objek ‘persembunyian instan’ seperti lemari atau tumpukan daun pohon tak lagi ada atau dapat dimanfaatkan, menuntut Anda buat mengendap-endap dan menghindari arah pandang lawan secara natural.

Pemain veteran juga segera merasakan kontrasnya sistem pertempuran antara seri Assassin’s Creed klasik dengan Odyssey. Ketika Ezio di Assassin’s Creed II bisa mudah mengungguli lawan yang mengepungnya, Kassandra harus mengalahkan musuh secara cermat dan sistematis. Anda perlu mengesksekusi gerakan dengan sigap, mengetahui kapan perlu menangkis dan menghindar, serta menentukan apakah fokus ke satu lawan merupakan strategi jitu atau tidak. Hal tersebut pada dasarnya tidak sulit, namun jadi sangat menantang jika kita menghadapi lebih dari dua lawan sekaligus.

AC Odyssey 14

Kassandra juga tak cuma berhadapan dengan manusia. Ada banyak fauna berbahaya yang menghadang dalam petualangan di Odyssey: kawanan serigala bisa menjatuhkan Anda dari kuda, lalu upaya mengendap-endap bisa berubah menjadi perjuangan bertahan hidup jika ternyata kita masuk ke wilayah kekuasaan beruang. Dan seperti menghadapi musuh lain di Odyssey, perlu strategi khusus buat mengalahkan hewan-hewan ini.

Selain musuh-musuh ‘biasa’, Anda juga akan bertemu dengan makhluk-makhluk mitos Yunani Kuno. Kehadiran mereka bertolak belakang dari game-game Assassin’s Creed lawas yang ‘berkomitmen’ pada keakuratan sejarah. Tapi kita tahu, arahan Assassin’s Creed mulai berubah sejak Origins.

AC Odyssey 2

Elemen role-playing yang paling menonjol di Odyssey tentu saja adalah opsi dialog. Dengannya, Anda bisa membangun karakter utamanya buat jadi individu yang terhormat atau brutal, serta memilih untuk menyelamatkan atau mengakhiri nyawa. Apapun keputusan Anda, efek dan konsekuensinya akan selalu menanti.

AC Odyssey 200

 

A bit desynchronized

Sebagai metode progres karakter, Odyssey memberikan kita pilihan untuk mengembangkan tiga aspek – terbagi dalam kategori hunter, warrior dan assassin. Hunter berkaitan dengan panah-memanah dan serangan jarak jauh; warrior memengaruhi kemampuan Kassandra/Alexios dalam bertempur; lalu assassin berperan dalam efektivitas serangan secara sembunyi-sembunyi.

AC Odyssey 3

Menariknya, apapun pilihannya, Anda tetap bisa mengubah dan memodifikasi ‘skill tree‘ kapan pun dengan mudah. Poin yang ditaruh di sana dapat di-reset, sehingga memberikan kita kesempatan untuk bereksperimen tanpa harus mengulang sesi permainan atau mengeluarkan credit dalam game. Beberapa pilihan Anda akan membuka ‘skill aktif’. Bagi pemain baru, proses pemakaiannya mungkin butuh adaptasi karena memerlukan kombinasi beberapa tombol.

AC Odyssey 15

Pemakaian skill aktif akan mengonsumsi poin adrenalin, yang akan bertambah secara otomatis ketika Anda bersembunyi atau sukses menumbangkan lawan tanpa ketahuan. Gamer casual juga mungkin akan mengapresiasi sistem regenerasi health otomatis, bisa bertambah sendiri jika Kassandra berada di luar konflik. Itu artinya, Assassin’s Creed Odyssey ialah RPG tanpa sistem consumable serta potion.

AC Odyssey 18

Layaknya permainan open world role-playing modern, Assassin’s Creed Odyssey mempersilakan Anda menjelajahi kepulauan Mediterania dan melupakan ceritanya setelah Kassandra atau Alexios mendapatkan perahu trireme-nya, Adrestia. Sebagaimana perlengkapan dan persenjataan yang dimiliki sang tokoh utama, pemain dipersilakan untuk meng-upgrade Adrestia serta menyewa kru yang lebih berpengalaman.

AC Odyssey 8

Bagi saya, satu hal mengganjal dari kombinasi antara open world dan penyajian narasi video game tradisional ialah tidak relevannya aspek urgensi di cerita. Misalnya: seorang anak diculik bandit dan Kassandra harus menyelamatkannya, tapi ia tetap bisa mengerjakan tugas lain serta berbelanja senjata tanpa beban. Di situasi lain, seorang pria meminta Kassandra membebaskan kakaknya yang ditangkap perampok, dan saya baru melakukannya berhari-hari sesudahnya tanpa efek samping.

Beberapa tugas yang bisa diterima Kassandra memang punya batasan waktu, namun dampak negatif yang Anda peroleh jika melewatinya hanyalah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan poin XP atau Orichalcum Ore – berguna buat membeli item-item langka/legendaris.

AC Odyssey 17

 

Verdict

Dijalankan dari sistem berprosesor Intel i7-6700HQ bersenjata kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, Assassin’s Creed Odyssey berjalan mulus di opsi ultra high 1080p, mampu mengamankan frame rate di atas 50 per detik. Odyssey merupakan salah satu game bergrafis paling cantik yang bisa Anda nikmati saat ini, dengan kualitas visual jauh di atas Red Dead Redemption 2 via PlayStation 4 Pro.

Berbicara soal desain game, Odyssey sesungguhnya tidak membutuhkan kepopuleran nama Assassin’s Creed untuk bersinar. Ia memang belum bisa disandingkan dengan RPG-RPG legendaris semisal The Witcher 3 atau Divinity Original Sin II, dan memang sejumlah elemen gameplay terasa sederhana. Tapi yang terpenting, Assassin’s Creed Odyssey sangat menyenangkan dan mudah dinikmati oleh siapa pun – baik mereka yang sudah lama mengikuti seri ini serta pendatang baru.

AC Odyssey 19

Permainan menyuguhkan konten yang begitu kaya, dan mungkin membuat pemula merasa kewalahan dan kehilangan fokus. Tapi saran saya, anggap saja semua hal di sana sebagai pilihan: Anda ingin menjelajahi daratan yang belum terjamah? Silakan. Mau jadi tentara bayaran paling disegani? Mengapa tidak. Berambisi menaklukkan lautan? Adrestia siap berlayar. Dan kapan pun Anda menghendakinya, cerita petualangan Kassandra dan Alexios siap dinikmati.

 

Sparks

  • Tidak rumit dan mudah dinikmati
  • Explorer Mode membuat gameplay Assassin’s Creed jadi lebih segar
  • Konten yang melimpah dipadu formula role-playing
  • Grafis sangat cantik

Slacks

  • Gameplay RPG-nya masih terasa sangat ringan dan kasual
  • Fans veteran mungkin tidak menyukai arahan baru ini
  • Ada microtransaction
  • Harga season pass sangat mahal

Bocoran Info Indikasikan Tengah Digarapnya Game Open World Harry Potter

Kesuksesan buku dan film Harry Potter mendorong ekspansi franchise ini ke bentuk hiburan lain, misalnya drama panggung lewat The Cursed Child, dibuatnya seri ‘prekuel’ Fantastic Beast, hingga dibukanya taman bermain The Wizarding World. Harry Potter juga berkali-kali diadopsi ke video game: ada delapan permainan tie-in film serta tak kurang dari enam judul spin-off.

Sebagai upaya untuk lebih mencurahkan perhatiannya pada ranah produksi game Harry Potter, Warner Bros. Interactive mendirikan Portkey Games di tahun 2017. Kiprah tim publisher ini dimulai beberapa bulan silam melalui peluncuran Harry Potter: Hogwarts Mystery di perangkat bergerak. Dan bersama Niantic, Portkey Games berencana untuk merilis permainan augmented reality mobile  Harry Potter: Wizards Unite.

Dalam pengumumannya tahun lalu, Warner Bros. juga menyingkap agenda untuk menggarap permainan Harry Potter di console. Perusahaan itu memang tak banyak membahasnya, tapi sebuah bocoran info baru mengindikasikan ke arah mana game tersebut dikembangkan dan siapa yang dipercayakan buat mengerjakannya. Laporan itu datang dari pengguna Reddit yang diperkuat oleh rekaman video.

Sang narasumber menjelaskan bahwa Warner Bros. menunjuk developer Avalanche Software untuk menciptakan permainan action-role playing berformula open world yang mengambil latar belakang dunia Harry Potter. Status video sudah dinonaktifkan atas permintaan Warner Bros., namun mereka yang telah menyaksikannya menyampaikan bagaimana game diisi oleh sejumlah hal familier: penyihir, tongkat sihir, troll dan goblin, serta lokasi-lokasi seperti Hogwarts dan Diagon Alley.

Game kabarnya di-setting pada abad ke-19, sebelum petualangan Harry Potter dimulai. Tokoh utamanya adalah seorang pemuda yang bergabung di sekolah sihir Hogwarts di tahun kelima berkat kekuatan unik yang dimilikinya. Game disuguhkan dalam perspektif orang ketiga dan berdasarkan videonya, juga mempersilakan kita menciptakan serta mengustomisasi penampilan karakter.

Selain itu, game turut menghidangkan pernak-pernik khas RPG, misalnya sistem crafting ramuan dan kesempatan mempelajari jenis sihir baru. Selanjunya, Anda dipersilakan memilih salah satu dari empat asrama di Hogwarts, membangun pertemanan, hingga menentukan baik-buruknya karakter. Sang tokoh utama bisa diarahkan menjadi jenis penyihir tertentu – developer sudah menyiapkan delapan opsi.

Perlu diketahui bahwa meski namanya mirip, Avalanche Software berbeda dari Avalanche Studios. Avalanche Software adalah tim yang bertanggung jawab dalam pembuatan seri Disney Infinity, sedangkan Avalanche Studios ialah developer dari Just Cause. Informasi dan bocoran video terkait game Harry Potter ini sendiri terlihat cukup autentik, namun eksistensinya sama sekali belum dikonfirmasi oleh Warner Bros. Interactive Entertainment.

Via Polygon. Header: Pottermore.

Trailer Baru Anthem Singkap Cara BioWare Menyulam Single-Player dan Multiplayer

Setelah banyak gamer dan fans kecewa pada kualitas Mass Effect: Andromeda, masa depan BioWare kini berada di pundak Anthem, franchise baru permainan action role-playing yang tengah digarap oleh studio asal Kanada itu. Proyek ini dikerjakan sejak tahun 2012 tepat sesudah pengembangan Mass Effect 3 berakhir, dan resmi diumumkan ke publik di E3 2017.

Melalui trailer dan video demonstrasi, terungkaplah detail-detail mengenai Anthem. Game ini menempatkan Anda sebagai Freelancer, yaitu anggota grup penjelajah yang melakukan eksplorasi dengan mengenakan exosuit ala jubah Iron-Man bernama Javelin. Game rencananya akan meluncur awal tahun depan, dan lewat trailer baru, BioWare menyingkap lebih banyak informasi soal fitur, penyampaian cerita, serta penyajian dunia permainan.

Anthem cukup berbeda dari game yang BioWare buat sebelumnya. Di sana, developer mencoba menggabungkan elemen multiplayer dengan single-player, mempersilakan Anda bermain bersama kawan sembari memastikan pengalamannya tetap personal. Caranya? BioWare membagi game menjadi dua porsi yang saling terhubung secara mulus.

Anthem 2

Saat berpetualang bersama, para pemain akan merasakan pengalaman serupa – misalnya menghadapi monster di siang atau malam hari, bertempur di tengah amukan badai, hingga saat mengikuti event berskala masif. Fitur ini sangat esensial karena sejumlah skenario hanya terjadi di saat-saat tertentu. Anda dan teman juga dapat saling membantu menyelesaikan misi melalui sistem party in-game. Tentu saja, eksplorasi dan pencarian artefak tetap dapat dilakukan seorang diri.

Jantung dari dunia Anthem adalah sebuah tempat bernama Fort Tarsis, di mana game menyuguhkan pengalaman single-player tulen. Di sana, Anda bisa mempererat hubungan dengan karakter-karakter NPC, serta melakukan pilihan sulit dan merasakan konsekuensinya – khas permainan role-playing. Semakin Anda akrab dengan tokoh-tokoh tersebut, maka mereka akan lebih terbuka dan mempercayai Anda.

Fort Tarsis dirancang sebagai tempat beristirahat setelah misi selesai. Anda dapat menjelajahi kota ini dan menguak rahasia-rahasianya, mempelajari detail tiap faksi, sembari mencari para agen yang membutuhkan bantuan Anda. Dan di sini pula-lah Anda dipersilakan mengustomisasi dan meng-upgrade Javelin. Seiring game berjalan, Fort Tarsis dan seluruh dunia permainan akan bertransformasi.

Anthem 4

BioWare punya Agenda buat merilis Anthem pada tanggal 22 Febuari 2019 di Windows via EA Origin, Xbox One dan PlayStation 4. Gerbang pre-order sudah dibuka, dan khusus bagi pelanggan Origin ataupun EA Access, permainan bisa dinikmati sejak tanggal 15 Februari. EA juga mempersilakan mereka yang telah melakukan pemesanan untuk mengakses versi demo, tersedia pada tanggal 1 Februari.

Sumber: EA.

CD Projekt Red Pamerkan Gameplay Perdana Cyberpunk 2077, Kontennya Luar Biasa

Jika diminta memilih satu permainan favorit yang dipamerkan di E3 2018, maka saya jelas akan menjagokan Cyberpunk 2077 ketimbang The Elder Scrolls VI, Ghost of Tsushima, ataupun remake Resident Evil 2. Pengembangan game telah dimulai sejak proyek The Witcher 3 berakhir, tapi prosesnya baru benar-benar melewati tahapan penting di akhir 2017, lalu disusul oleh pembukaan studio baru buat membantu produksi.

Dua bulan lebih setelah CD Projekt Red memublikasikan trailer promosi terbaru, developer Polandia itu akhirnya melepas video gameplay perdana Cyberpunk 2077 (pertama kali lewat stream di Twitch). Kontennya tidak tanggung-tanggung, video tersebut mempunyai durasi sepanjang 48 menit, dan menyingkap banyak aspek krusial dalam game. Lewat artikel ini, saya mencoba merangkum sejumlah detail penting terkait Cyberpunk 2077.

2077 1

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Cyberpunk 2077 adalah game role-playing yang menyuguhkan perspektif orang pertama dan mengedepankan elemen action serta baku tembak. Sekilas, konsep dan temanya menyerupai dua permainan Deus Ex teranyar, namun Cyberpunk 2077 mempersilakan pemain menciptakan karakter protagonis mereka sendiri serta mengustomisasi penampilannya.

Ada banyak hal yang CD Projekt pelajari dari pengembangan trilogi The Witcher dan mengimplementasikannya ke Cyberpunk 2077. Salah satu yang signifikan ialah bagaimana sebuah misi bisa tersaji dan dijalankan secara berbeda bergantung dari pilihan Anda, respons dialog, serta karakter-karakter yang sebelumnya telah Anda temui. Saya melihat sedikit kesamaan antara V – tokoh utama Cyberpunk 2077 – dan Geralt of Rivia: keduanya sering kali bertindak di luar hukum.

2077 2

Formula tembak-menembak di permainan merupakan perpaduan antara FPS dan RPG. Tiap senjata punya karakteristik berbeda (misalnya Smart Gun dengan amunisi yang bisa mengarah ke lawan atau pistol berpeluru memantul), lalu Anda juga bisa melihat status health bar lawan serta tingkat damage yang mereka terima berupa angka. Di sana, beberapa objek memiliki interaktivitas berbeda. Beberapa benda dapat menahan peluru, sedangkan material lain bisa hancur akibat tembakan.

CD Projekt Red meramu Night City (lokasi game ini di-setting) dengan begitu detail dan interaktif. Di sana, para penduduknya punya kesibukan sendiri, dan kota tersebut mempersilakan Anda melakukan beragam hal. Skalanya sangat besar. Anda bisa menjelajahinya menggunakan mobil ataupun motor. Saat berkendara, pemain bisa mengalihkan kamera ke perspektif orang ketiga. Selain itu, Anda juga dapat mengaktifkan sistem kemudi otomatis jika sedang terjadi aksi tukar peluru di atas kendaraan.

2077 4

Video gameplay 48 menit Cyberpunk 2077 bisa Anda simak di bawah. Sedikit peringatan: permainan ini disiapkan untuk gamer dewasa. Kontennya sama sekali tak layak dikonsumsi oleh mereka yang belum cukup umur.

Cyberpunk 2077 rencananya akan dirilis di PC, Xbox One dan PlayStation 4. Sayangnya hingga kini, belum diketahui kapan tepatnya game akan dilepas.

Transisi yang Dilalui Assassin’s Creed Odyssey Sebagai Action-RPG

Seri Assassin’s Creed akan selalu dikaitkan dengan tema sejarah, aksi parkour serta pertarungan jarak dekat, serta formula open world. Untuk membuat gameplay-nya lebih adiktif, Ubisoft pelan-pelan mengimplementasikan formula role-playing di judul-judul Assassin’s Creed baru, termasuk Origins. Kabarnya, elemen itu diadopsi Assassin’s Creed Odyssey secara lebih frontal lagi.

Diumumkan resmi di E3 2018, Odyssey merupakan permaian ‘utama’ ke-11 dalam seri Assassin’s Creed dan menjadi game pertama yang mengusung genre action-RPG sejati. Pendekatan ala RPG memang sudah dipakai di game Ubisoft lainnya – seperti Far Cry 5 – namun Assassin’s Creed Odyssey merangkulnya secara tak tanggung-tanggung dan membuatnya lebih terasa seperti Mass Effect atau Dragon Age.

Elemen role-playing akan segera pemain rasakan begitu Assassin’s Creed Odyssey dimulai: game menyodorkan Anda dua pilihan karakter utama, yaitu Alexios atau Kassandra. Walaupun kedua tokoh ini berbeda jenis kelamin, mereka memiliki kisah serta petualangan yang sama; dan Anda akan disuguhkan opsi dialog, quest yang bercabang, hingga ending berbeda – bergantung dari pilihan selama bermain.

Odyssey 1

Via IGN, creative director Jonathan Dumont menjelaskan bahwa dengan meneruskan transformasi Assassin’s Creed sebagai RPG, tim Ubisoft Quebec bermaksud memberikan pengalaman bermainan yang lebih kaya dan lebih personal. Lewat keleluasaan khas permainan role-playing, Anda bisa merasakan kehidupan di zaman Yunani Kuno benar-benar melalui perspektif Alexios atau Kassandra.

Bagian paling menantang dari pengembangan Odyssey adalah memadukan gameplay bebas ala RPG dengan penyajian narasi. Di permainan-permainan sebelumnya, hasil dari suatu cerita (baik quest utama ataupun sekunder) telah ditentukan. Di Odyssey, ada peluang aksi yang tengah Anda lakukan akan memicu opsi alternatif atau bahkan quest baru lagi. Itu berarti, narrative director Mel MacCoubrey dan timnya harus memikirkan solusi terbaik dalam menyajikan transisi antara cutscene, misi, kemudian cutscene lagi.

Odyssey 2

Hal menarik lain dari Assassin’s Creed Odyssey adalah konsekuensi terhadap perbuatan Anda. Di game terdahulu, tidak sengaja melukai (atau membunuh) warga hanya akan memunculkan peringatan bahwa ‘karakter Anda tidak membunuh orang tak berdosa’. Di Odyssey, Ubisoft Quebec menggantinya dengan sistem karma. Jika Alexios atau Kassandra melakukan tindakan kriminal pada penduduk, tokoh protagonis akan diburu oleh tentara bayaran.

Odyssey 4

Bagi penggemar RPG seperti saya, premis tersebut terdengar sangat menarik. Dan kabar gembiranya lagi, kita tak perlu menunggu terlalu lama buat menikmati Assassin’s Creed Odyssey. Permainan stealth action-RPG baru Ubisoft ini akan dirilis di PC, PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober 2018.

Odyssey 5
“This is Sparta!”

Absen 30 Tahun, Sekuel RPG Klasik The Bard’s Tale Akan Meluncur Tahun Ini

Sebelum industri game dipenuhi oleh franchise-franchise populer, The Bard’s Tale pernah menjadi kiblat para developer. Ia merupakan salah satu seri permainan role-playing tertua, dikembangkan lebih lanjut oleh desainer legendaris Brian Fargo. Seri ini telah membuahkan enam game, jika Anda menyertakan spin-off The Bard’s Tale (2004) dan The Mage’s Tale untuk VR.

Penerus sejati dari The Bard’s Tale baru terungkap di tahun 2015 silam, dikerjakan oleh studio baru Fargo, InXile Entertainment. Dalam mengembangkannya, developer memanfaatkan metode penggalangan dana serupa Wasteland 2 dan Torment: Tides of Numenera. Dan tiga tahun setelahnya, game berjudul The Bard’s Tale IV: Barrows Deep itu akhirnya siap diluncurkan.

Seperti karya-karya mereka sebelumnya, InXile mencoba memadukan gameplay RPG klasik dan modern. Belakangan, pendekatan ini terbukti efektif. Kesuksesan Divinity: Original Sin II dan Legend of Grimrock memperlihatkan masih ada banyak pemain veteran yang menginginkan permainan dengan gameplay kompleks. Berbeda dari spin-off The Bard’s Tale yang lebih menyerupai parodi, Barrows Deep didesain untuk jadi pewaris sejati seri ini.

The Bard's Tale IV Barrows Deep 1

Lewat The Bard’s Tale IV: Barrows Deep, InXile mengombinasikan konsep dungeon crawler dalam perspektif orang pertama dan kebebasan bereksplorasi. Ketika permainan seperti Legend of Grimrock membatasi gerakan pemain via grid/tile, Barrows Deep mempersilakan Anda menjelajahi dunia dan memecahkan teka-teki secara leluasa. Namun Anda tidak melakukannya sendirian. Layaknya dungeon crawler klasik, Anda mengendalikan satu grup petualang.

Formula dungeon crawler baru benar-benar terasa saat Anda memasuki pertempuran. Saat bahaya menghadang, sesi permainan berubah menjadi turn-based, lalu posisi musuh dan grup Anda dibagi per grid. Dalam satu turn, masing-masing karakter memiliki satu kesempatan menggunakan skill atau menyerang. Di sana, penempatan posisi sangat penting. Beberapa musuh baru bisa diserang sesudah Anda mengalahkan rekannya yang berdiri di depan terlebih dulu.

The Bard's Tale IV Barrows Deep 2

Berdasarkan versi beta yang sudah dicoba beberapa media game global, aspek unggulan di Barrows Deep juga terletak pada audionya. Dengan mengusung judul ‘The Bard’s Tale’, developer tidak mau mengecewakan. Alunan musik dapat Anda dengarkan di tiap tempat, lalu game juga ditunjang oleh dialog yang menarik dan meyakinkan. Anda sendiri dipersilakan menentukan dan mengustomisasi tokoh utamanya serta memilih suaranya.

Berdasarkan informasi di laman Steam, The Bard’s Tale IV: Barrows Deep rencananya akan dirilis pada tanggal 18 September 2018 di PC, kemudian akan menyusul di Xbox One dan PlayStation 4. Saat ini pre-order baru bisa dilakukan di website resminya.

Valthirian Arc: Hero School Story Akan Mendarat di PC, Switch dan PS4 Akhir Tahun Ini

Bulan Juli ini ialah momen menggembirakan sekaligus membanggakan buat para gamer Indonesia. IGX 2018 baru saja rampung kemarin dan minggu ini Game Prime 2018 akan dilangsungkan. Dan tepat pada tanggal 5 Juli 2018 silam, publisher Toge Productions dan Mojiken Studio asal Surabaya resmi melepas Ultra Space Battle Brawl untuk console Nintendo Switch.

Dan Anda mungkin sudah mendengar bahwa bukan hanya USBB saja yang disiapkan buat hadir di platform game populer. Beberapa hari lalu, tim Agate International turut mengumumkan rencana untuk melepas permainan yang telah lama mereka kerjakan di PC, Nintendo Switch dan PlayStation 4. Judul game tersebut boleh jadi juga cukup akrab di telinga kita semua, yaitu Valthirian Arc: Hero School Story.

Eksistensi dari Valthirian Arc: Hero School Story telah terdengar sejak tahun 2015. Digarap sebagai penerus Valthirian Arc 2, saat diperkenalkan, permainan tersebut mengusung sub-judul Red Covenant. Jika Anda mengikuti perjalanan Valthirian Arc: Red Covenant dari awal, maka Anda tahu seperti apa kerja keras yang Agate lakukan serta berbagai rintangan yang sudah developer lalui.

Dalam proses pengembangannya, developer sempat gagal mengumpulkan dana yang mereka butuhkan. Namun Agate tidak menyerah. Di bulan Februari 2017 mereka kembali melangsungkan kampanye di Kickstarter, dan akhirnya, Valthirian Arc: Red Covenant berhasil menggalang modal jauh di atas target minimal. Tak lama, developer  mengabarkan agenda buat meluncurkan game di bulan Agustus 2017.

Namun 2017 berlalu tanpa kemunculan Valthirian Arc: Red Covenant. Ternyata, penundaan itu dilakukan untuk mempersiapkan peluncuran permainan dalam skala lebih besar lagi. Agate tengah melakukan kolaborasi bersama publisher Inggris PQube sebagai upaya menghadirkan Valthirian Arc: Hero School Story ke lebih banyak gamer. Hal tersebut juga didukung oleh lokalisasi game ke enam bahasa lain, yakni Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Korea dan Mandarin.

Valthirian Arc Hero School Story 1

Agate belum mengungkap tanggal tepat peluncuran Valthirian Arc: Hero School Story, hanya bilang akan merilisnya di kuartal keempat 2018. Kabar gembiranya, status game saat ini sudah hampir rampung. Di IGX 2018 kemarin, Valthirian Arc: Hero School Story telah dapat dinikmati dari console Switch dan PS4 – baik bagian base-building serta sesi action-RPG-nya. Sisa waktu beberapa bulan ini kemungkinan besar dimanfaatkan developer buat memolesnya lebih jauh lagi.

Dugaan saya, alasan Agate mengubah sub-titel dari Red Covenant ke Hero School Story adalah agar permainan lebih mudah diterima bagi gamer yang belum familier atau sama sekali tidak pernah bermain seri Valthirian Arc. ‘Hero School Story’ secara garis besar menjelaskan tema yang diusung game tersebut.

Sumber: Agate.id.

Segala Hal yang Sudah Diketahui Mengenai Cyberpunk 2077, Mahakarya Baru dari Pencipta The Witcher

Meskipun terbilang sangat muda jika dibandingkan dengan nama-nama seperti Blizzard dan Bethesda, CD Projekt merupakan salah satu tim developer paling sukses. Komitmen dan kesungguhan mereka dalam mengarap karya membuat CD Projekt begitu disayang para gamer. Dan kini setelah trilogi The Witcher usai, pandangan fans tertuju pada Cyberpunk 2077.

Namun walaupun eksistensi dari Cyberpunk 2077 sudah tersingkap sejak enam tahun silam, informasi terkait permainan role-playing anyar ini masih belum banyak diketahui. Itu sebabnya para gamer begitu gembira saat mendengar bahwa CD Projekt Red akan berpartisipasi di E3 2018, karena kemungkinan developer akan memamerkan aspek gameplay dari Cyberpunk 2077 untuk pertama kalinya.

Dan dalam event streaming laporan finansial perusahaan di tanggal 22 Maret 2018 kemarin, CD Projekt kembali mengungkap sejumlah detail mengenai Cyberpunk 2017. Di sana, joint-CEO Adam Kiciński membahas arahan desain yang mereka ambil serta memberikan respons soal praktek microtransaction negatif yang menjadi sorotan belakangan ini.

Pertama-tama, Kiciński menanggapi keingintahuan khalayak soal eksistensi dari mode multiplayer di Cyberpunk 2077. Di tahun 2013, head of studio Adam Badowski pernah mengatakan bahwa kreasi baru mereka itu didesain sebagai RPG berbasis cerita dengan fokus pada single-player. Namun ia juga mengungkapkan rencana buat membubuhkan fitur-fitur multiplayer di sana. Menariknya, ada kemungkinan keputusan mereka telah berubah.

Kiciński lagi-lagi menegaskan bahwa proyek anyar tersebut dititikberatkan untuk menyuguhkan pengalaman role-playing single-player, tapi kali ini sang CEO turut mengomparasi Cyberpunk 2077 dengan The Witcher 3 yang murni merupakan game single-player. Ia sendiri tak mau mengatakan timnya sudah menghilangkan elemen multiplayer sepenuhnya. Kiciński kembali mengingatkan, CD Projekt Red tetap punya rencana untuk ‘membubuhkan komponen online‘ di permainan.

Dan menjawab pertanyaan soal apa tanggapan developer melihat begitu populernya genre battle royale, Kiciński bilang timnya ‘sudah mempertimbangkan segala hal’, dan tampak tetap berpegang pada konsep yang sejak awal jadi acuan pengembangan game. Ia juga menjamin, seperti The Witcher 3, Cyberpunk 2077 tidak akan mengusung microtransaction serta sistem in-app purchase tersembunyi.

Pertanyaan terbesarnya kini ialah: kapan kira-kira Cyberpunk 2077 akan meluncur? Jika benar permainan tersebut diumumkan di E3 2018, maka perkiraan waktu rilis paling optimisnya adalah di akhir tahun ini. Namun besar probabilitas Cyberpunk baru dilepas di ‘musim semi’ 2019 atau bahkan lebih terlambat lagi. Sebagai perbandingan, The Witcher 3 diluncurkan pada bulan Mei (tahun 2015).

Buat saya, tidak masalah kapan Cyberpunk 2077 akan dirilis, asalkan game tidak dibatalkan dan memiliki standar kualitas The Witcher 3 atau lebih baik lagi.

Via Eurogamer & Gamespot.