Kuatkan Teknologi Logistik, Telefast Berinvestasi ke Platform SaaS “Clodeo”

Telefast (IDX: TFAS), yang merupakan anak usaha dari M Cash (IDX: MCAS), mengumumkan investasinya terhadap Clodeo. Yakni sebuah pengembang SaaS yang membantu pebisnis online melakukan tata kelola, mulai dari pemesanan hingga logistik. Tidak disebutkan nominal investasi yang digelontorkan, hanya saja diinformasikan TFAS mengakuisisi 15% saham Clodeo.

Melalui investasi ini, TFAS berencana untuk meningkatkan performa teknologi logistiknya dengan melakukan integrasi sistem Clodeo.

Presiden Direktur Telefast Jody Hedrian berujar, “Dengan investasi ini, kami berharap mendapatkan konektivitas dan jangkauan layanan yang lebih bersinergi untuk platform teknologi logistik grup kami. Selain itu, kerja sama dengan Clodeo akan menambahkan arah untuk TFAS dalam memunculkan inisiatif-inisiatif baru, terlebih dalam development kerja sama dengan third party logistic (3PL) di dalam platform kami.”

Berbentuk perangkat lunak berbasis cloud, Clodeo menghadirkan serangkaian fitur meliputi sistem pengelolaan pesanan, pengiriman, persediaan, integrasi dengan marketplace/webstore, dan dasbor pelaporan. Di dalamnya termasuk layanan point of sales, pengelolaan COD, hingga cek resi/ongkir. Dari berbagai fitur yang disuguhkan, opsi terkait pengelolaan logistik memang jauh lebih dominan di sini.

Disuguhkan untuk UMKM, varian layanan Clodeo dapat dilanggan mulai dari paket gratis hingga 199 ribu Rupiah per bulan.

“Kami berharap dengan teknologi yang kami miliki ini dapat berintegrasi dengan baik bersama platform yang dimiliki oleh TFAS dan menyediakan peningkatan performa terhadap layanan-layanan yang ditawarkan […] Clodeo akan tetap mempertahankan akar bisnis bersamaan bekerja sama dengan TFAS,” kata Founder & CEO Clodeo Reynaldi Oeoen.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak startup lain yang memberikan layanan logistik untuk pebisnis online dengan bentuk yang unik. Misalnya Shipper yang hadir sebagai platform agregator layanan logistik untuk UKM, ada juga yang fokus dalam pengelolaan armada seperti Logisly, Webtrace, dan Lacak.io. Beberapa pemain juga menyuguhkan fitur serupa yang dibungkus secara end-to-end dalam layanan omni-channel.

Di TFAS, bisnis logistik bernaung dalam unit Logitek Digital Nusantara (LDN). Belum lama ini unit tersebut baru mendapatkan suntikan dana dari Onstar Express Pte. Ltd., atau dikenal sebagai induk perusahaan logistik SiCepat Ekspres. LDN sejauh ini memang banyak membantu mengembangkan sub-unit layanan SiCepat, seperti aplikasi pelanggan berbasis WhatsApp bernama SiCepat Klik dan layanan titik pengantaran SiCepat Point.

Bisnis logistik memang tengah menjadi sorotan, sepanjang Q1 2021 saja beberapa startup logistik telah bukukan pendanaan. Dimulai dari putaran seri A Andalin oleh BRI Ventures, pendanaan seri B SiCepat yang bukukan 2,4 triliun Rupiah, dan Shipper merampungkan pendanaan seri B senilai 923 miliar Rupiah. Semua fokusnya sama, memaksimalkan momentum pertumbuhan di tengah bisnis yang terakselerasi kencang akibat perubahan tren konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Startup SaaS ERP “Rantai” Hubungkan Distributor, Dropshipper, dan Reseller dalam Sistem Terintegrasi

Kondisi pandemi memaksa banyak usaha beralih ke platform e-commerce untuk kegiatan pemasarannya. Hal tersebut berdampak pada dibutuhkannya cara mengelola bisnis berbasis teknologi, mengingat cara lama tidak lagi dapat diandalkan karena kurang efisien. Dalam memanfaatkan kesempatan tersebut, “Rantai” hadir sebagai startup SaaS yang fokus pada layanan smart enterprise resource planning (ERP).

Inisiasi Rantai pertama kali dimulai pada awal 2019 di bawah naungan PT Cyberindo Sinergi Sistem. Proyek ini dipimpin oleh dua co-founder Steven Dharmawan dan Thomas Wilson. Steven yang berlatar belakang di bidang IT dan Thomas sebagai auditor dan pernah menjadi CFO di suatu perusahaan properti ini merintis Rantai karena terinspirasi dari perkembangan dunia e-commerce yang melahirkan konsep dropship dan reseller sebagai suatu tren bisnis baru.

Kepada DailySocial, Thomas menuturkan bisnis model ini menjadi suatu terobosan yang dapat menguntungkan, baik dari sisi distributor sebagai pemilik barang maupun dropship dan reseller sebagai penjual ke konsumen secara langsung. Akan tetapi, model bisnis ini muncul masalah mengenai keterbatasan kecepatan maupun ketepatan informasi.

“Masalah ini menjadikan suatu tantangan bagi kami untuk menginisiasi adanya suatu sistem digital yang dapat memecahkan permasalahan tersebut,” terangnya.

Berbeda dengan kebanyakan startup SaaS ERP lainnya yang kebanyakan bersifat eksklusif, sehingga tidak memungkinkan perusahaan yang berbeda dapat saling bertukar informasi. Rantai melakukan pendekatan sistem B2B yang mempertemukan dua pihak di dalam rantai perdagangan (distributor dengan dropship/reseller) dalam satu sistem sehingga tercipta suatu efisiensi informasi dan produktivitas.

Rantai menciptakan ekosistem antara penyuplai dengan distributor, distributor dengan toko, dan toko dengan konsumen. Kemudian, memfasilitasi manajemen dengan meningkatkan efisiensi perusahaan distribusi, mulai dari pembelian, penjualan, inventaris manajemen, piutang, dan point of sales (POS) untuk manajemen perusahaan.

Dengan demikian, pebisnis kini tidak perlu buang-buang waktu untuk berkomunikasi dengan penyuplai mengenai update stok barang karena penyuplai hanya perlu meng-update stok barang dan secara otomatis semua stok akan diperbarui secara real-time.

Karena berbeda dengan sistem ERP lainnya, Rantai secara otomatis menangkap dan mengekstrak data pesanan penjualan, seperti pembelian masa lalu pelanggan dan perusahaan, serta data tidak terstruktur seperti komunikasi tertulis dan menyimpannya ke dalam arsip elektronik.

Sistem tersebut dapat menjadi solusi bagi pebisnis UKM untuk memangkas biaya operasional, serta mengatur proses penjualan dengan baik. “Rantai membantu mengatur dan mengelola bisnis dengan mudah melalui satu platform terintegrasi bernama Rantai Link. Platform ini membuat Anda selalu terhubung dengan konsumen dan rekan bisnis.”

Rencana berikutnya

Thomas menerangkan, Rantai baru meluncurkan kehadirannya pada awal tahun 2021 dan berhasil menarik 10 perusahaan distribusi barang sebagai penggunanya. Perusahaan tersebut bergerak di bisnis distributor barang kebutuhan rumah tangga, alat kebutuhan industri garmen, sanitasi, fesyen, dan lain-lain.

Pihaknya akan terus menyempurnakan dan mengembangkan fitur-fitur yang lebih inovatif agar dapat menjangkau seluruh rantai distribusi, mulai dari prinsipal, distributor, hingga ritel. “Rencana kami pada kuartal II tahun 2022 akan menjangkau negara tetangga, seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam,” pungkasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa Rantai dibangun secara bootstrap dan belum menerima pendanaan dari pihak ketiga. Namun Thomas cukup optimis, dengan penyempurnaan produk yang terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar, lambat laun akan menarik minat para investor untuk berinvestasi ke Rantai.

Application Information Will Show Up Here

VariousDigital Solutions for SME Players

Recently, digitization for SME is getting intense to create competitiveness amidst the economic challenges caused by the pandemic. Startups are using this huge business cake by presenting various digital solutions through all aspects, fintech, supply chain, logistics, e-commerce, marketing, and others.

In order to present the bigger picture, DailySocial describes the players in each segment. Here’s the summary:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
SaaS services for SMEs / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

        The existence of a brand on an online platform is quite an obligation to be recognized by many people nowadays. These e-commerce enabler players usually present various solutions according to their business stages to facilitate the overall migration process, starting from online store creation services and synchronizing sales to various marketplaces and online shop sites in one dashboard.

The larger the business scale, the more complex the e-commerce solution. For example, when you want to implement an omnichannel strategy or need a supply chain system to help the logistics process, you need experts and the right solution. Some of the players are:

      • Omnichannel:
        – Sirclo
        – Jet Commerce
        – PowerCommerce
        – iSeller
      • Commerce site builder:
        – Sirclo
        – aCommerce
        – ForStok
        – Egogo Hub
        – Intrepid22. On demand services: online delivery, online order

This on-demand service is generally dominated by the culinary sector, which is fully supported by GrabFood and GoFood. By combining the strength of the driver’s fleet and some culinary business, the food delivery service is increasingly booming in Indonesia.

Apart from offering easy access and delivery, there are many digital solutions for MSMEs, such as marketing solutions, payments, inventory, financial records, and so on. We divided these solutions into two parts, as follows:

      • Online delivery:
        – GoBiz
        – GrabMerchant
      • Online order:
        – DigiResto
        – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, partnership

The presence of the e-commerce platform creates an impact as it’s easier for MSMEs to reach many new users. With the whole ecosystem prepared for the e-commerce players, it is expected that more MSMEs will take advantage of this opportunity to expand their business. Here are the players:

      • B2B:
        – Ralali
        – Bhinneka
      • B2C:
        – Shopee
        – Tokopedia
        – Bukalapak
      • Partnership:
        – Mitra Tokopedia
        – Mitra Bukalapak
        – Mitra Shopee
        – Blibli Mitra
        – GrabKios

4. Social commerce

Amid the efforts of e-commerce players to encourage more MSMEs to enter their platforms, MSMEs are keen to sell through social media platforms such as Instagram and Facebook. This application is considered more personal as it can directly interact with consumers.

The enthusiasm of MSMEs to join social media does not immediately subside, in fact, it is getting increased. The social commerce players are using the big opportunity by offering easy sales via short message applications and social media. The players are quite diverse:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Financial

1. Loan: working capital, supply chain

In order for MSMEs to grow continuously, they need capital loans from conventional financial institutions. However, as their business is unbankable, there are difficulties in accessing loans. Fintech lending players are trying to solve this issue, not only providing working capital, another form of which is being provided is supply chain loans. The players include:

        • Working capital
          – Amartha
          – Modalku
          – Investree
          – KoinWorks
          – Akseleran
          – Modal Rakyat
        • Supply Chain:
          – AwanTunai
          – Crowdo
        • Crowdfunding:
          – Santara
          – Bizhare
          -CrowdDana
          – LandX

2. Payment : e-money, payment gateway, POS

Payment players are paying attention to the sustainability of MSMEs to be connected to various payment methods, adjusting to the latest conditions. The presence of the POS application is also considered very helpful for MSMEs as this all-in-one application does not only function to record finances. There are many players in this segment:

  • E-money:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Tax

Although it still in the MSME stage, taxation should not be taken lightly. There are several players in this sector trying to invite business owners to comply as taxpayers as soon as possible. The services provided start from the payment process, reporting, and tax management. Some of the players are:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

When businesses have rapidly grow, the digital solutions needed will continue to follow the needs. API enabler players are here to answer these needs, especially in the financial-related field. They provide integrated solutions in one API, for payment, financial and banking services, therefore, businesses can add value to their customers. Here are some of the players:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Marketing: email marketing, influencer marketing

SMEs should also pay attention to marketing strategies to acquire consumers with existing budgets. Simple marketing via social media platforms or short messages is not necessarily enough. Therefore, there are players in this sector who specifically help MSMEs to market their products:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operational

1. Accounting: micro-small, medium-large

The biggest reason why MSMEs are unbankable is due to poor financial management, they still use manual recording, making it difficult to see how the business is progressing or is it actually experiencing loss. Therefore, the existence of special software is clearly required. Here’s a list of startup players who present financial management solutions:

  • Micro-Small:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Medium-Large:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. HR Management: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

As MSMEs grow, it will face advanced challenges. One that is often highlighted is the human resources management, from payroll, attendance, annual leave, reimbursement, and so on. It takes the presence of a software to help make it quick and efficient. Here are some startups that focus on providing HR management:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Business Growth: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

In order for the company to continue to survive, it requires a business development strategy that does not only focus on product expansion, but how the company can maintain relationships with customers. It has to do with CRM. Another thing is the ERP solution when the business starts become real.

ERP solutions are not only for the enterprise level, it’s also gaining popularity at the SME level because of the benefits. For example, purchasing raw materials, maintaining network with other companies, and managing job descriptions for workers.

The objectives of CRM and ERP are interrelated for the development of the company’s business, there are also other supporting elements that startups should take seriously. Here are the players who focus on business development services:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistics: Transportation management, warehouse, warehouse management system (WMS), 3PL aggregator, last mile logistics

Logistics is essential for the MSME business as it’s going digital related to service to consumers. Moreover, Indonesia’s logistics issues are still a handful. Various logistics players who are specialists in their respective fields offer solutions for MSMEs:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

As the MSMEs getting more developed, it requires preparation for legality in order to become a legal entity. However, as the legal language is difficult for common people to understand, the existence of startups in this field to provide assistance is needed. The startups in this segment are:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Software/IOT

MSMEs are not always about businesses engaged in services or trade, but also fisheries, livestock, and others that need digital solutions to help develop their businesses. Generally, the solutions presented for this sector are in the form of smart devices powered by IoT. This tool operates many tasks, one of which is to provide automatic feed for a successful harvest in the future. The players in this sector are:

– eFishery
– Jala.ai


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Foto header: Depositphotos.com

Nimbly Raih Pendanaan Pra-Seri A 67 Miliar Rupiah, Pasar Indonesia Tengah Jadi Prioritas

Perusahaan pengembang layanan automasi operasional bisnis berbasis di Singapura “Nimbly” raih pendanaan pra-seri A senilai $4,6 juta atau setara 67 milyar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Insignia Ventures Partners, dengan partisipasi Sovereign’s Capital dan Saison Capital. Dana segar akan difokuskan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Daniel Hazman selaku Founder & CEO Nimbly Technologies dalam wawancara bersama DailySocial menyebutkan bahwa perusahaan sedang berada dalam fase pertumbuhan eksplosif dan ingin memperluas bisnis lebih jauh di luar Indonesia.

Selama kurang lebih tiga tahun beroperasi, Nimbly telah tersedia di tujuh negara termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, hingga Amerika Serika. Sebagian besar klien mereka datang dari industri ritel dan F&B, seperti KFC, Kopi Kenangan, 7-Eleven dan Under Armour.

Perusahaan yang juga dikenal dengan nama HelloNimbly ini menawarkan layanan yang bisa membantu perusahaan dalam automasi operasional bisnisnya seperti mengintegrasikan platform spreadsheet, email, dan pesan singkat dengan menggabungkan fungsinya ke dalam satu aplikasi. Termasuk daftar periksa, audit, dan live video untuk memastikan bahwa prosedur operasi standar diikuti di semua lokasi.

Terkait targetnya melalui pendanaan ini, Daniel turut mengungkapkan, “Kami masih menargetkan perusahaan di industri F&B, pertanian, ritel, manufaktur, manajemen fasilitas, dan FMCG yang berbasis di Asia Tenggara. Kami fokus pada Indonesia terlebih dulu karena ini adalah pasar terbesar di kawasan ini; saat kami ingin memperluas ke seluruh Asia Tenggara, Singapura adalah tempat yang tepat untuk itu.”

Daniel sempat menyebutkan rencananya untuk mulai masuk ke industri perbankan. Namun, ketika disinggung kembali terkait rencana tersebut, pihaknya mengatakan masih akan fokus pada industri yang selama ini sudah digarap.

Mengutip Insignia Ventures Partners, mitra pengelola pendiri Yinglan Tan, “Perusahaan SaaS saat ini menjadi vertikal yang sedang berkembang di Asia Tenggara dengan lebih banyak bisnis yang datang dari berbagai ukuran dan seluruh industri yang ingin melakukan transformasi serta mengembangkan kemampuan masuk ke area perangkat lunak.”

“Kami berharap dapat menjadi salah satu mitra pilihan utama organisasi kelas dunia dalam perjalanan transformasi digital mereka,” tutup Daniel.

Ragam Solusi Digital untuk UMKM

Digitalisasi bisnis UMKM belakangan semakin gencar agar mereka punya daya saing di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi. Kue bisnis yang begitu besarnya ini dimanfaatkan startup untuk menyajikan berbagai solusi digital di seluruh aspek, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain.

Agar mendapat gambaran yang lebih rinci, DailySocial menjabarkan para pemain di tiap segmennya. Berikut rangkumannya:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

Kehadiran suatu brand di platform online, saat ini menjadi suatu kewajiban agar semakin dikenal banyak orang. Para pemain e-commerce enabler ini biasanya menyajikan berbagai solusi sesuai tahapan bisnisnya untuk permudah proses migrasi secara menyeluruh, mulai jasa pembuatan toko online dan sinkronisasi penjualan ke berbagai marketplace dan situs toko online dalam satu dashboard.

Semakin besar skala bisnis suatu usaha, maka semakin kompleks solusi e-commerce yang dibutuhkan. Misalnya, saat ingin menerapkan strategi omnichannel atau butuh sistem rantai pasok untuk bantu proses logistik, dibutuhkan pakar dan solusi yang tepat. Sejumlah pemainnya adalah:

  • Omnichannel:
    – Sirclo
    – Jet Commerce
    – PowerCommerce
    – iSeller
  • Commerce site builder:
    – Sirclo
    – aCommerce
    – ForStok
    – Egogo Hub
    – Intrepid

2. On demand services: online delivery, online order

Jasa on demand ini umumnya didominasi oleh sektor kuliner yang didukung penuh oleh GrabFood dan GoFood. Dengan menggabungkan kekuatan armada pengemudi dan jumlah pemain kuliner, bisnis jasa pengantaran makanan ini semakin menggurita di Indonesia.

Selain menawarkan kemudahan akses dan pengantaran, lebih dari itu ada banyak solusi digital yang dibutuhkan para UMKM, seperti solusi pemasaran, pembayaran, inventaris, pencatatan keuangan, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut kami bagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:

  • Online delivery:
    – GoBiz
    – GrabMerchant
  • Online order:
    – DigiResto
    – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, kemitraan

Kehadiran platform e-commerce begitu terasa dampaknya karena mempermudah UMKM untuk menjangkau banyak pengguna di luar jangkauannya. Dengan kelengkapan ekosistem yang sudah disiapkan para pemain e-commerce, diharapkan semakin banyak UMKM memanfaatkan kesempatan tersebut untuk perlebar bisnis. Berikut para pemainnya:

  • B2B:
    – Ralali
    – Bhinneka
  • B2C:
    – Shopee
    – Tokopedia
    – Bukalapak
  • Kemitraan:
    – Mitra Tokopedia
    – Mitra Bukalapak
    – Mitra Shopee
    – Blibli Mitra
    – GrabKios

4. Social commerce

Di tengah upaya para pemain e-commerce untuk mendorong lebih banyak UMKM masuk ke platform-nya, menariknya UMKM masih tertarik untuk berjualan lewat platform media sosial seperti Instagram dan Facebook. Lantaran aplikasi ini dianggap lebih personal karena bisa langsung berinteraksi dengan konsumen.

Antusiasme UMKM untuk terjun ke media sosial tidak serta merta surut, melainkan sebaliknya. Kue bisnis yang besar ini akhirnya dicoba dimanfaatkan oleh para pemain social commerce dengan menawarkan kemudahan penjualan lewat aplikasi pesan singkat dan media sosial. Para pemainnya juga cukup beragam:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Finansial

1. Pinjaman: modal kerja, rantai pasok
Agar UMKM dapat terus berkembang, mereka membutuhkan pinjaman modal dari lembaga keuangan konvensional. Akan tetapi, karena bisnis mereka unbankable terjadi kesulitan dalam mengakses pinjaman. Isu tersebut dicoba diselesaikan oleh pemain fintech lending, tidak sekadar memberikan modal kerja, bentuk lainnya yang diberikan adalah pinjaman supply chain. Para pemain tersebut diantaranya:

  • Modal kerja:
    – Amartha
    – Modalku
    – Investree
    – KoinWorks
    – Akseleran
    – Modal Rakyat
    – Danamas, dan lain-lain di segmen produktif
  • Rantai pasok:
    – AwanTunai
    – Crowdo
  • Crowdfunding:
    – Santara
    – Bizhare
    – CrowdDana
    – LandX

2. Pembayaran: uang elektronik, payment gateway, POS

Para pemain pembayaran juga turut menaruh perhatiannya terhadap keberlangsungan UMKM agar mereka dapat terhubung dengan berbagai metode pembayaran, menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Kehadiran aplikasi POS juga dianggap sangat membantu UMKM karena aplikasi serba bisa ini tidak hanya berfungsi mencatat keuangan saja. Tak mau kalah pemain di segmen ini juga ada banyak, nama-namanya adalah:

  • Uang elektronik:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Perpajakan

Meski status usaha masih UMKM, soal perpajakan tidak boleh dianggap sepele. Ada sejumlah pemain di sektor ini yang berusaha untuk mengajak para pemilik usaha untuk taat sebagai wajib pajak sejak dini. Layanan yang disediakan mulai dari proses bayar, lapor, hingga pengelolaan pajak. Beberapa nama pemainnya adalah:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

Ketika bisnis sudah mulai berkembang pesat, tentu solusi digital yang dibutuhkan juga terus mengikuti kebutuhan. Para pemain API enabler hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, apalagi yang berbau finansial. Mereka menyediakan solusi integrasi dalam satu API, untuk kebutuhan pembayaran, layanan finansial dan perbankan, dengan demikian bisnis dapat memberi nilai tambah kepada konsumennya. Berikut nama-nama pemainnya:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Pemasaran: email marketing, influencer marketing

Strategi pemasaran juga perlu diperhatikan UMKM agar mereka tetap dapat mengakuisisi konsumen dengan budget yang ada. Sekadar memasarkan lewat platform media sosial atau pesan singkat saja belum tentu cukup. Oleh karena itu, ada pemain di sektor ini yang khusus membantu UMKM memasarkan produknya. Mereka adalah:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operasional

1. Akuntansi: mikro-kecil, menengah-besar
Alasan terbesar mengapa UMKM unbankable karena pengelolaan keuangan yang buruk, masih menggunakan pencatatan manual, sehingga sulit untuk melihat bagaimana progres bisnis apakah bertumbuh atau justru mencatatkan rugi. Oleh karenanya, keberadaan software khusus jelas sangat dibutuhkan. Berikut daftar pemain startup yang menghadirkan solusi pengelolaan keuangan:

  • Mikro-Kecil:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Menengah-Besar:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. Pengelolaan SDM: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

Saat UMKM semakin berkembang, tantangan yang mereka hadapi juga turut bertambah. Salah satu yang sering disoroti adalah pengelolaan SDM, mulai dari penggajian, absensi, pengajuan cuti, reimburse, dan sebagainya. Dibutuhkan kehadiran sebuah software untuk membantunya agar dapat ditangani dengan cepat dan efisien. Berikut beberapa nama startup yang fokus menyediakan pengelolaan SDM:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Pengembangan Bisnis: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

Agar perusahaan terus bertahan, maka perlu strategi pengembangan bisnis yang tidak hanya berfokus pada ekspansi produk saja, tapi bagaimana perusahaan bisa menjaga hubungan dengan pelanggan. Itu berkaitan dengan CRM. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah solusi ERP ketika bisnis sudah mulai menggurita.

Solusi ERP tidak hanya dibutuhkan oleh level enterprise saja, tapi level UKM sudah sudah mulai populer karena banyak manfaat yang dirasakan. Seperti, melakukan pembelian bahan baku, hubungan dengan perusahaan lain, hingga mengelola job desc pekerja.

Objektif dari CRM dan ERP saling berkaitan bagi pengembangan bisnis perusahaan, tidak hanya itu ada unsur pendukung lainnya yang diseriusi oleh startup. Berikut nama-nama pemain yang fokus ke layanan pengembangan bisnis:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistik: Manajemen transportasi, pergudangan, warehouse management system (WMS), 3PL agregator, last mile logistics

Keberadaan logistik begitu esensial dalam bisnis UMKM saat go digital karena berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen. Terlebih lagi, isu logistik di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Berbagai pemain logistik yang spesialis di bidangnya masing-masing menawarkan solusi untuk UMKM, mereka adalah:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

Semakin berkembangnya bisnis dari level UMKM ke tahap lebih lanjut, tentunya memerlukan persiapan legalitas agar menjadi badan hukum. Namun karena bahasa hukum sulit dicerna oleh orang biasa, maka keberadaan startup di bidang ini untuk memberikan pendampingan begitu dibutuhkan. Nama-nama startup yang bermain di segmen ini adalah:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Perangkat/IOT

UMKM itu tidak hanya bicara mengenai bisnis yang bergerak di jasa atau perdagangan saja, tapi juga ada perikanan, peternakan, dan lainnya yang membutukan solusi digital untuk bantu pengembangan bisnisnya. Umumnya solusi yang dihadirkan untuk sektor ini berbentuk perangkat pintar bertenaga IOT. Alat tersebut punya banyak tugas, salah satunya adalah memberi pakan otomatis demi kesuksesan panen di masa mendatang. Adapun pemain di sektor ini ada:

– eFishery
– Jala.ai


Foto header: Depositphotos.com

Esensi Solusi Buana Secures Series A Funding Worth 43.5 Billion Rupiah

Esensi Solusi Buana (ESB) today (15/3) announced series A funding worth $3 million or 43.2 billion Rupiah. The investment was led by Beenext with the participation of Skystar Capital, Selera Kapital, Innovation Partners, and a previous round investor, AC Ventures.

The fresh funding will be focused on developing features and technology, including extensive partnerships with restaurants to create a more inclusive ecosystem. ESB alone provides a SaaS platform for digitizing the culinary business, which includes ordering systems, POS (Point of Sales), KDS (Kitchen Display System), CDS (Customer Display System), loyalty platforms, and ERP.

Regarding market size, based on research, the F&B business in Indonesia contributes around $57 billion in annual revenue. The trend continues to grow along with the increasing number of middle-class consumers. Unfortunately, the pandemic is on its way to drop the culinary business order, impacting 80% of business players.

“We built ESB in 2018 to introduce automation and reduce costs for F&B outlets […] Today we are also helping clients improve their operations and build more resilient businesses during the pandemic,” ESB’s Co-Founder & CEO, Gunawan Woen said.

One of its popular features allows culinary outlets to provide delivery. ESB also released the EZ Order application for both merchant and driver-partners.

“Previously invested in Moka (acquired by Gojek), we are very excited about a platform with the potential to revolutionize the way merchants and vendors operate. ESB’s data-driven and hardware-agnostic approach enables the platform to solve pressing problems for today’s sellers […] This current round will allow ESB to accelerate their growth and seize closer opportunities in the F&B market,” AC Ventures’ Managing Partner, Adrian Li said.

In an earlier interview with DailySocial, Gunawan said that restaurants will lose income starting from 10% (even more) due to inefficiency. Therefore, three aspects need to be improved, including order & outlet management, HQ & operations management, and purchase & vendor management. These solutions can be resolved by technology.

In addition, there are several other digital platforms that also serve a similar market share. For example, DigiResto, developed by MCAS, was recently received investment from the logistics company SiCepat. With a concept that is more integrated with cloud kitchens, the “decacorn” Gojek and Grab also have special services to democratize culinary merchants’ business processes, through the GoBiz and GrabMerchant applications.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Esensi Solusi Buana Umumkan Pendanaan Seri A 43,2 Miliar Rupiah

Esensi Solusi Buana (ESB) hari ini (15/3) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $3 juta atau 43,2 miliar Rupiah. Investasi dipimpin oleh Beenext dengan partisipasi Skystar Capital, Selera Kapital, Inovasi Partners, dan investor di putaran sebelumnya yakni AC Ventures.

Dana yang didapat akan difokuskan untuk pengembangan fitur dan teknologi, termasuk memperdalam kemitraan dengan restoran guna menciptakan ekosistem yang lebih inklusif. ESB sendiri menyediakan platform SaaS untuk digitalisasi bisnis kuliner, di dalamnya termasuk sistem ordering, POS (Point of Sales), KDS (Kitchen Display System), CDS (Customer Display System), platform loyalitas, dan ERP.

Terkait ukuran pasar, merujuk pada hasil riset yang disampaikan, bisnis F&B di Indonesia menyumbang sekitar $57 miliar dalam pendapatan tahunan. Trennya terus bertumbuh seiring dengan peningkatan jumlah konsumen kelas menengah. Sayangnya pandemi cukup membuat tatanan bisnis kuliner bergejolak kencang, berimbas pada 80% pebisnis.

“Kami membangun ESB pada tahun 2018 untuk memperkenalkan otomatisasi dan mengurangi biaya untuk di gerai F&B […] Saat ini kami juga membantu klien meningkatkan operasional mereka dan membangun bisnis yang lebih tangguh selama masa pandemi,” ujar Co-Founder & CEO ESB Gunawan Woen.

Salah satu fitur populer digunakan adalah memungkinkan gerai kuliner untuk melayani pesan-antar. ESB juga merilis aplikasi pemesanan EZ Order baik untuk mitra merchant maupun pengemudi.

“Setelah sebelumnya berinvestasi di Moka (diakuisisi oleh Gojek), kami sangat senang dengan platform yang berpotensi merevolusi cara pedagang dan vendor beroperasi. Pendekatan agnostik berbasis data dan perangkat keras ESB memungkinkan platform untuk memecahkan masalah yang mendesak bagi pedagang saat ini […] Putaran saat ini akan memungkinkan ESB untuk mempercepat pertumbuhan mereka dan menangkap peluang yang lebih berdekatan di pasar F&B,” sambut Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial, Gunawan menceritakan, restoran akan kehilangan pendapatan mulai dari 10% (bahkan lebih) akibat dari inefisiensi. Oleh karenanya, ada tiga aspek yang perlu ditingkatkan, yakni manajemen order & outlet, manajemen HQ & operasional, dan manajemen purchase & vendor. Solusi tersebut dapat terselesaikan apabila memanfaatkan teknologi.

Selain ESB, ada beberapa platform digital lain yang juga melayani pangsa pasar serupa. Misanya DigiResto yang dikembangkan MCAS, baru-baru ini juga dapatkan investasi dari perusahaan logistik SiCepat. Dengan konsep yang lebih terintegrasi dengan cloud kitchen, decacorn Gojek dan Grab juga memiliki layanan khusus untuk mendemokratisasi proses bisnis merchant kuliner, yakni lewat aplikasi GoBiz dan GrabMerchant.

Application Information Will Show Up Here

Supply Chain SaaS Startup Advotics Obtains Funding from East Ventures

Advotics as a SaaS supply chain startup for brands and SMEs, today (02/3) announced $2.75 million (nearly 40 billion Rupiah) funding led by East Ventures, the previous investor that also lead the seed round in May 2019. The fresh money will be used to expand the solutions to the SME market and added more sales teams.

Advotics provides SaaS solutions to support brands to understand, monitor, and manage their supply chain systems by providing an integrated platform across all distribution points.

Advotics’ Co-Founder & CEO, Boris Sanjaya said, Indonesia is a large market for technology solution businesses for corporations. The software market value in the country is estimated at $3 billion and this number will continue to grow as more companies move towards digitization.

“There are millions of manufacturing and distribution companies in Indonesia, from small companies to giant companies. We believe that the software market for corporations in Indonesia will continue to grow as more companies join the digital transformation trend,” he said in an official statement, Tuesday (2/3).

On the one hand, the current restrictions as an impact of the pandemic pose various challenges for companies that still depend entirely on officers on-site to monitor and manage distribution. These constraints made them realize the urgent need for a retail and distribution management system, a solution offered by Advotics.

Boris revealed that the company has collaborated with more than 70 companies engaged in various industrial sectors, such as FMCG, automotive, and construction materials. They come from the SME level to multinational corporations, including Exxonmobil, Danone, Reckitt Benckiser, Sampoerna, Kalbe, and Mulia Group.

Advotics has nine SaaS products that provide various solutions to be implemented for production, warehousing, and distribution stages. By using QR codes printed on product packaging, they assist brands in tracking the movement of goods at each distribution point, including information about sales team activity and stock vacancies. The company has also developed its system to include solutions for inventory, routing, and collection.

“Advotics is also able to provide solutions to supply chain problems that have long tortured the company in terms of warehouse operations, efficient delivery, and sales team delivery by utilizing advanced technology,” Jeffry Tani, Co-Founder & CPO Advotics added.

As previously mentioned, fresh funds will be used to expand the solutions to the SME market, by providing an integrated online-to-offline system. In addition, part of the remaining portion will be used to expand the company’s sales team.

Advotics Co-Founder & CTO Hendi Chandi said, the company is currently building a platform that connects brands with supply chain points that are outside the modern ecosystem. “Armed with our experience in providing practical solutions using the latest technology, we are confident that Advotics’ solutions are ready to use, easy to use, and always connected to help SMEs be more competitive.”

In his remarks, East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca, also gave his comments. “The Advotics team is not only able to survive amid the pandemic but is getting stronger. We are confident that this funding will accelerate the achievement of Advotics’ mission, to digitize Indonesia’s supply chain and distribution ecosystem.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup “SaaS Supply Chain” Advotics Kembali Terima Pendanaan dari East Ventures [UPDATED]

Advotics selaku startup SaaS supply chain untuk brand dan UKM, hari ini (02/3) mengumumkan perolehan pendanaan senilai $2,75 juta (hampir 40 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures, investor sebelumnya yang memimpin saat putaran tahap awal pada Mei 2019. Dana segar akan dimanfaatkan untuk perluas cakupan solusi ke pasar UKM dan ekspansi tim sales.

Advotics menyediakan solusi SaaS yang membantu brand untuk memahami, memonitor, dan mengelola sistem rantai pasok mereka dengan menyediakan platform yang terintegrasi di seluruh titik distribusi.

Co-Founder & CEO Advotics Boris Sanjaya menuturkan, Indonesia adalah pasar yang besar bagi bisnis solusi teknologi untuk korporasi. Diestimasi nilai pasar peranti lunak di negara ini mencapai $3 miliar dan angka ini akan terus membesar seiring makin banyaknya perusahaan yang bergerak ke arah digitalisasi.

“Ada jutaan perusahaan manufaktur dan distribusi di Indonesia, dari perusahaan kecil hingga perusahaan raksasa. Kami percaya, pasar peranti lunak untuk korporasi di Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan makin banyaknya perusahaan yang bergabung dalam tren transformasi digital,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (2/3).

Di satu sisi, saat ini  pembatasan mobilitas sebagai dampak dari pandemi menimbulkan beragam tantangan bagi perusahaan yang masih bergantung sepenuhnya kepada petugas di lapangan untuk memantau dan mengelola distribusi. Kendala tersebut membuat mereka menyadari kebutuhan yang mendesak atas sistem manajemen distribusi dan pengecer, solusi yang ditawarkan oleh Advotics.

Boris mengungkapkan, saat ini perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 70 perusahaan yang bergerak di berbagai sektor industri, seperti FMCG, otomotif, dan material konstruksi. Mereka datang dari level UKM hingga korporasi multinasional, di antaranya Exxonmobil, Danone, Reckitt Benckiser, Sampoerna, Kalbe, dan Mulia Group.

Advotics memiliki sembilan produk SaaS yang menyediakan beragam solusi yang bisa diterapkan di tahapan produksi, pergudangan, dan distribusi. Dengan menggunakan kode QR yang dicetak dalam kemasan produk, mereka membantu brand dalam melacak pergerakan barang di tiap titik distribusi, termasuk informasi mengenai aktivitas tim sales dan kekosongan stok. Perusahaan juga telah mengembangkan sistemnya dengan menyertakan solusi untuk inventory, routing, dan collection.

“Advotics juga mampu memberikan solusi atas permasalahan rantai pasok yang telah lama menyulitkan perusahaan dalam hal operasi di gudang, efisiensi jalur pengiriman barang, dan pengiriman tim sales dengan memanfaatkan teknologi canggih,” tambah Co-Founder & CPO Advotics Jeffry Tani.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dana segar akan digunakan untuk memperluas cakupan solusi ke pasar UKM, yakni dengan menyediakan sistem online-to-offline yang terintegrasi. Selain itu, sebagian porsi sisanya akan digunakan untuk ekspansi tim sales perusahaan.

Co-Founder & CTO Advotics Hendi Chandi menyampaikan, perusahaan saat ini sedang membangun platform yang menghubungkan brand dengan titik rantai pasok yang berada di luar ekosistem modern. “Berbekal pengalaman kami dalam menyediakan solusi praktis menggunakan teknologi mutakhir, kami percaya diri bahwa solusi Advotics siap guna, mudah digunakan, dan selalu terkoneksi membantu UKM lebih kompetitif.”

Dalam sambutannya, Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca turut memberikan tanggapannya. “Tim Advotics tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi makin kuat. Kami percaya diri pendanaan ini akan mempercepat pencapaian misi Advotics, yakni digitalisasi ekosistem rantai pasok dan distribusi Indonesia.”

*Kami menambahkan informasi terkait nominal pendanaan.

Payfazz Launches New Feature to Support Online Sellers

The Covid-19 pandemic has shifted MSME sales channels which originally offline to online to minimize physical contact and mobility restrictions. Payfazz uses this opportunity to innovate by launching the “Warung Online” feature.

In addition, Payfazz is quite confident with the potential target market. According to BPS, around 11.7 million out of 64 million MSMEs have penetrated the digital ecosystem per May 2020. Therefore, there are currently more than 55.8 million or 87% MSMEs that are yet to digitize. This is an opportunity for startups to work on segments that is lack digital penetration.

Payfazz Brand Manager Safina Saleh explained, Warung Online is a development of a feature that was previously launched in August 2020, namely the Menu Alat Warung. In this feature, later orders from customers can be recorded directly in the Payfazz application.

“With the Warung Online feature, it is expected that Payfazz agents can reduce physical contact as well to expand the scope of their customers, therefore, the business can continue to grow and improve,” Safina said in an official statement, Friday (26/2).

Further explained, Warung Online allows agents to sell their merchandise online via a profile link on the Payfazz application. Agents can register their business for free through Payfazz and listed items to be sold, such as grocery, wholesale, clothing, food, beverages, and others that will be offered to customers.

Next, agents can share the link with their customers via social media platforms or text messages. Buyers can open the link to see the products from the agent’s shop and immediately order them online.

Sumber: Payfazz
Source: Payfazz

Separately contacted by DailySocial, Safina explained that the delivery and payment flow in the Warung Online feature can be adjusted according to the agreement of each buyer and seller. “This process takes place outside the Payfazz platform and the Warung Online features.”

Warung Online is expected to expand the reach of the business and increase the number of customers. She also ensures that agents do not have to worry about additional operational costs as the feature can be used by all agents for free.

Safira said that the number of agents using the Warung Tools Menu has reached more than 100 thousand and most of them come from Java & Sumatra Islands.

During 2020, the number of agents who have joined Payfazz has reached more than 1 million users. The most widely used features are PPOB Transactions, Warung Cashier Recording & Debt Logging.

The MSME digitization has been increasingly driven throughout the pandemic. Therefore, various initiatives have been created by various startups not only Payfazz, Grab, for example, is working with startups such as Warung Pintar to list agents into GrabMart, therefore, it’ll expand the business reach.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here