Tips Trading Saham Perusahaan Amerika Serikat dengan Aplikasi Gotrade

Melek investasi sejak dini sangat penting untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Saat ini ada begitu banyak kendaraan investasi yang bisa dipilih, mulai dari reksa dana, saham, aset kripto, dan banyak lagi.

Sebelumnya mengenal saham, saya menganggap investasi saham itu ‘mengerikan’, namun setelah mencoba aplikasi Ajaib, ternyata proses membeli saham cukup mudah dan tidak membutuhkan modal awal yang besar. Selain saham Indonesia, saat ini kita juga punya akses untuk berinvestasi atau melakukan jual beli alias trading saham dari perusahaan Amerika Serikat menggunakan aplikasi Gotrade.

Pengalaman pengguna yang ditawarkan oleh aplikasi Gotrade bahkan jauh lebih mudah. Transaksi berlangsung secara seamless dan real-time, namun perdagangan tetap hanya dilakukan ketika pasar AS dibuka. Kita bisa membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari satu dolar saja.

Bila belum mendaftar, Anda bisa menggunakan kode referal Gotrade saya  (682516). Berikut beberapa tips dasar trading saham Amerika menggunakan aplikasi Gotrade:

Analisis Teknikal

Screenshot

Bila investor lebih fokus pada analisis fundamental suatu aset, seorang trader juga mengandalkan analisis teknikal sebagai salah satu cara untuk memprediksi pergerakan harga saham. Karena aplikasi Gotrade sangatlah simpel, kita butuh aplikasi tambahan untuk membaca candlestick seperti TradingView.

Sebagai contoh, saya akan menganalisa saham Google (GOOG). Lalu, kita lihat menggunakan time-frame yang lebih besar seperti satu hari untuk memastikan bahwa saham tersebut sedang bergerak dalam kondisi uptren.

Screenshot

Selanjutnya kita ubah time-frame lebih kecil, seperti satu jam untuk menentukan level support dan resistance. Kemudian cari tahu chart pattern apa yang sedang terbentuk, sehingga kita bisa menentukan kapan saatnya membuka posisi dan target profitnya. Pada saham Google saat ini, tampaknya sedang membentuk pola rising wedge. Di mana akan sedikit bergerak ke atas dan ada potensi pembalikan arah ke bawah cukup dalam.

Manajemen Resiko dan Keuangan

Tanpa manajemen resiko dan keuangan yang baik, profit yang telah Anda kumpulkan dan bahkan modal trading Anda bisa saja ludes. Setiap membuka posisi, jumlah kerugian yang seharusnya bisa Anda tanggung adalah 2% dari modal.

Sebagai contoh, Anda mengalokasikan modal sebesar US$500, artinya kerugian yang bisa Anda tanggung adalah US$10. Bila kita menggunakan rasio resiko dan keuntungan 1:2, kita bisa membuka posisi sebesar US$20 dan target keuntungannya sekitar US$40.

Selain itu, sebaiknya hindari melakukan average down dan sebaliknya diperbolehkan melakukan average up bila harga sudah bergerak sesuai prediksi. Jangan lupa juga melakukan diversifikasi pada perusahaan yang bergerak di bidang yang berbeda. Bila ternyata harga malah turun, selalu persiapkan titik stop-loss dan cut-loss bila saham sudah turun sebanyak 10%.

Ya, sebetulnya aplikasi Gotrade ini dengan kemudahan penggunaan memang lebih cocok untuk berinvestasi. Walaupun tetap dapat digunakan untuk trading dengan bantuan aplikasi TradingView untuk menganalisa dengan membaca candlestick dan memonitor pergerakan harga saham.

Gotrade sendiri adalah platform investasi saham berbasis di Singapura. Dengan Gotrade, kalangan milenial hingga gen Z memiliki kesempatan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Selalu lakukan riset kalian sendiri juga sebelum memutuskan bertransaksi.

Aplikasi Edukasi “Ternak Uang” Meluncur, Targetkan Calon Investor Milenial

Bertujuan untuk memberikan informasi lebih luas mengenai pendidikan di bidang keuangan khususnya terkait investasi, aplikasi “Ternak Uang” diluncurkan. Startup yang mengembangkan platform tersebut didirikan oleh tiga orang founder, meliputi: oleh Timothy Ronald (CMO), Raymond Chin (CEO), dan Felicia Tjiasaka (CPO).

Berbeda dengan platform serupa lainnya, Ternak Uang fokus kepada para generasi muda terutama kalangan milenial, dengan misi untuk mencetak 10 juta investor di Indonesia. Dengan alasan itulah, platform kemudian melakukan pendekatan melalui fitur-fitur yang didesain dan dikembangkan secara relevan dan modern untuk generasi muda dalam menghadapi isu finansial.

Materi pembelajaran yang disuguhkan cukup beragam, mulai dari perencanaan keuangan, investasi, hingga instrumen-insturumen spesifik seperti kripto. Selain itu mereka juga menyuguhkan layanan komunitas dan analisis saham, guna memudahkan pengguna dalam memutuskan investasinya.

“Ternak Uang sendiri diprakarsai oleh anak-anak muda di bawah 30 tahun. Hal ini menjadi sebuah keunggulan untuk jeli menangkap isu keuangan yang relevan dan menarik bagi anak muda lainnya. Kami juga menyadari adanya kebutuhan untuk menyajikan materi secara ringkas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar dapat menjangkau generasi muda secara luas,” kata Raymond.

Terdapat beberapa fitur yang bisa digunakan oleh pengguna di antaranya adalah Ternak Uang Academy, Kelas Interaktif, Watchlist Saham Pilihan, Ternak Uang Hotline, dan Insight. Sebagai platform edukasi, Ternak Uang ingin menjembatani antara calon investor ke manajemen investor. Misi mereka adalah mengedukasi para calon investor untuk memilih investasi yang benar sesuai dengan pemasukan yang mereka miliki saat ini.

Telah tersedia di Play Store dan App Store, layanan Ternak Uang dapat diakses secara premium dengan biaya berlangganan mulai dari Rp125.000/bulan. Seluruh materi yang disampaikan menggunakan bahasa Indonesia, agar mudah dipahami dan menjangkau generasi muda secara luas. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan awareness lebih luas kepada target pengguna, Ternak Uang juga membuka kolaborasi lebih luas dengan startup hingga institusi finansial terkait.

“Tentunya, kami mendukung startup atau institusi finansial lainnya untuk pertumbuhan bisnis di Indonesia dengan memberi masukan kepada para calon investor terhadap platform terbaik tentunya disesuaikan dengan performance institusi tersebut.” kata Raymond.

Sebelumnya sudah ada beberapa aplikasi digital lain yang juga fokus pada edukasi investasi, salah satunya Emtrade. Hanya saja mereka lebih fokus pada edukasi seputar instrumen saham, termasuk membantu penggunanya melakukan analisis dari pasar saham yang ada di Indonesia.

Pandemi dan perkembangan bisnis

Disinggung seperti apa pengaruh pandemi terhadap bisnis Ternak Uang, Raymond menegaskan, pandemi ini merupakan salah satu momentum penting bagi perusahaan. Banyak calon investor yang mulai paham dan melek literasi keuangan karena pandemi Covid-19 ini. Mereka juga sudah paham pentingnya memiliki manajemen keuangan khusus mulai dari dana darurat hingga investasi.

“Ternak Uang hadir sebagai platform aplikasi yang paling dekat dengan mereka karena dasar kami adalah digital. Pelatihan yang kami lakukan secara online dan tanpa melalui tatap muka. Terbukti, sejak kami luncurkan aplikasi Ternak Uang di PlayStore dan App Store pada bulan Februari 2021 ini kami menduduki peringkat tiga sebagai platform edukasi teknologi terbaik,” kata Raymond.

Untuk mengembangkan bisnis, perusahaan juga tengah mempertimbangkan untuk melancarkan kegiatan penggalangan dana tahun ini, setelah sebelumnya telah melakukan kegiatan penggalangan dana dalam skala yang kecil. Meskipun saat ini fokus Ternak Uang adalah sebagai platform edutech yang fokus kepada informasi finansial, tidak dapat menutup kemungkinan ke depannya bisa bertransformasi menjadi platform fintech.

“Namun untuk saat ini, fokus perusahaan adalah menjadi startup edutech yang ingin mendemokratisasi akses terhadap literasi keuangan bagi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda,” tutup Raymond.

Application Information Will Show Up Here

Pandemi, 50% Investor Baru Datang dari Generasi Muda, Telegram Jadi Pilihan Forum Diskusi

Ada yang menarik selama masa pandemi, di mana kesadaran dan juga minat investasi dua generasi, yaitu generasi millenial dan generasi Z menunjukkan peningkatan signifikan, khususnya trading saham.

Continue reading Pandemi, 50% Investor Baru Datang dari Generasi Muda, Telegram Jadi Pilihan Forum Diskusi

The Rise of Stock Investors, EMTrade to Transform into Robo Advisory

EMTrade is a digital portal with mission to help new investors learn about stocks. Founded by influencer and stock practitioner Ellen May, the platform is currently transforming from an edu-fintech based application to a robo-advisory platform.

As a Founder & CEO, Ellen said to DailySocial, in the latest EMTrade application update, some automation features have been implemented. For example, to speed up the work process of Q&A services. In addition to the Q&A service, the EMTrade application has other features, including share purchase/sale recommendations, stock analysis, and educational channels.

“We are now recruiting for technology team, both for the back-end and front-end positions. In the future, EMTrade will transform into an end-to-end application to accompany [retail] stock investors in Indonesia,” Ellen said.

He said, there is a fairly specific roadmap for this year development. In the second quarter, a premium content feature will be launched, as well as a virtual trading service in late June to help users do demo trading. Artificial intelligence and machine learning technology will be implemented for stock screening – providing analysis based on user behavior.

“Moreover, we will launch an online trading feature that allows users to transact shares in the application in the fourth quarter. The partners are still undisclosed because it’s still in the finalizing process while waiting for license from OJK,” Ellen added.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
EMTrade development team / EMTrade

Quoting from Indonesia Stock Exchange, there will be an additional 1.3 million SID (Single Investor Identification) for new capital markets and 590 thousand new SID shares in 2020, an increase of 61% and 134% from the previous year – the highest in the history of the capital market in Indonesia. As of the end of 2021, there were a total of 3.88 SID for the capital market and 1.65 million SID for shares. Ne SID users are usually within the ages of 18 and 40.

Ellen said, this happened due to various factors, including public considerations during a pandemic – interest rates tend to be low, making people look for other alternatives to develop money. The investment mindset is getting popular, people find it easier to compare various application instruments as the medium is everywhere.

In Indonesia, there are several startups working on platforms to facilitate the stock investment process. The two most significant ones are Stockbit and Ajaib. Most recently, Ajaib announced to secure 1.3 trillion Rupiah investment. Both have sub-services to facilitate users to invest in mutual funds.

“Compared to gold, returns in stocks are more attractive. Gold has only risen in the last 1-2 years, previously it was stagnant. Meanwhile, people say the risk is smaller in mutual funds because it has a person to manage the product. However, in the recent cases, there are many problematic mutual funds, it certainly increase the risks. The smallest investment risk is in our control. However, you must willing to learn,” Ellen explained.

However, the attractiveness in gold investment is quite high. There are many digital platforms to facilitate it, from Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, etc. – some of them have been integrated with e-commerce applications and popular digital wallets in Indonesia. Other alternatives are emerging with technology media, such as investing in crypto assets, equity crowdfunding, or p2p lending.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sambut Peningkatan Investor Saham, EMTrade Tengah Bertransformasi Menjadi “Robo Advisory”

EMTrade merupakan portal digital yang memiliki misi untuk membantu investor pemula mempelajari tentang saham. Didirikan oleh influencer sekaligus praktisi saham Ellen May, saat ini platform tersebut tengah bertransformasi dari aplikasi berbasis edu-fintech menuju platform robo-advisory. 

Kepada DailySocial, Ellen selaku Founder & CEO mengatakan, di pembaruan aplikasi EMTrade terkini beberapa fitur automasi sudah mulai ditanamkan. Misalnya untuk mempercepat proses kerja layanan Q&A. Selain layanan tanya-jawab, sejauh ini aplikasi EMTrade telah memiliki beberapa fitur lain, meliputi rekomendasi pembelian/penjualan saham, analisis saham, dan kanal edukasi.

“Sekarang kami sedang melakukan perekrutan untuk mengisi posisi penting tim teknologi, baik untuk back-end maupun front-end. Karena ke depannya EMTrade akan bertransformasi menjadi aplikasi end-to-end untuk menemani investor saham [ritel] di Indonesia,” ujar Ellen.

Bahkan ia mengatakan, tahun ini sudah ada roadmap yang cukup spesifik untuk pengembangan. Di kuartal kedua nanti, fitur konten premium akan diluncurkan, juga layanan virtual trading di akhir Juni agar dapat membantu pengguna melakukan demo trading. Penerapan teknologi kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin juga akan mulai diaplikasikan untuk stock screening — memberikan analisis berdasarkan behaviour pengguna.

“Kemudian di kuartal keempat kami akan meluncurkan fitur online trading memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Untuk mitranya belum bisa kami sebut karena masih dalam perampungan peresmian kerja sama sembari menunggu perolehan izin dari OJK,” imbuh Ellen.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade

Mengutip dari data yang disampaikan Bursa Efek Indonesia, di tahun 2020 ada penambahan 1,3 juta SID (Single Investor Identification) baru pasar modal dan 590 ribu SID baru saham, kenaikannya 61% dan 134% dari tahun sebelumnya — tertinggi sepanjang sejarah pasar modal di Indonesia. Per akhir 2021, secara total ada 3,88 SID pasar modal dan 1,65 juta SID saham. SID baru mayoritas digenggam oleh pengguna di rentang usia 18 s/d 40 tahun.

Menurut Ellen, hal ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk disebabkan oleh pertimbangan masyarakat saat pandemi — suku bunga cenderung rendah di masa tersebut, membuat orang mencari alternatif lain untuk memutarkan uangnya. Pola pikir untuk berinvestasi juga semakin terbuka, orang lebih mudah membandingkan berbagai instrumen aplikasi karena mediumnya sudah sangat terjangkau.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup yang menggarap platform untuk memudahkan proses investasi saham. Dua yang paling signifikan adalah Stockbit dan Ajaib. Terbaru, Ajaib mengumumkan perolehan pendanaan dari investor membukukan nilai 1,3 triliun Rupiah. Keduanya juga memiliki sub-layanan untuk memfasilitasi pengguna berinvestasi ke reksa dana.

“Jika dibandingkan emas, return di saham lebih menarik. Emas naik baru sekitar 1-2 tahun terakhir, sebelumnya stagnan. Sementara di reksa dana orang bilang risiko lebih kecil karena ada kokinya (orang yang mengelola). Tapi kalau lihat beberapa kasus terakhir banyak reksa dana bermasalah, bagi saya itu justru menjadikan risikonya tidak kecil. Risiko investasi paling kecil ada di kendali kita. Tapi harus disertai mau belajar,” terang Ellen.

Namun tidak dimungkiri bahwa minat ke investasi emas masih cukup tinggi. Platform digital yang memfasilitasi pun juga cukup banyak, mulai dari Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, dll – beberapa dari mereka juga telah terintegrasi dengan aplikasi e-commerce dan dompet digital populer di Indonesia. Alternatif lain juga terus bermunculan memanfaatkan medium teknologi, seperti berinvestasi di aset kripto, equity crowdfunding, atau p2p lending.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Receives Additional Series A Funding, Securing 1.3 Trillion Rupiah

Ajaib Group today (29/3) announced additional funding in Series A round worth $65 million, led by Ribbit Capital. Combined with the previously announced series A, Ajaib has managed to book a total of $90 million or equivalent to 1.3 trillion Rupiah in this round – and is said to be the largest Series A funding round in Southeast Asia.

This is Ribbit Capital’s debut in Southeast Asia. They previously invested in global players such as Coinbase, Affirm, Revolut and Robinhood. In addition, several investors involved in Ajaib’s funding, including Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, and Bangkok Bank PLC; as well as several angel investors from fintech founders such as David Velez from Nubank and SG Lee from Toss.

Previous investors such as Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures were also involved in this round. Previously, he said, the company will use the fresh funding to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings.

“We are witnessing an unprecedented revolution in retail investment. Ajaib is at the forefront and they are building the most trusted brand in Indonesia. Its commitment to providing transparency and serving Indonesian millennial investors with the best products matched the world class company ,” Ribbit Capital’s Managing Partner, Micky Malka said.

Was founded in 2018, Ajaib Group currently accommodates two investment arms on its digital platform, including Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – acquisition of Primasia Unggul Sekuritas) for shares and Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) for mutual fund products.

Even though there are several existing players in the retail investment segment, Ajaib considers the potential is remain large. To date, less than 1% of Indonesia’s total population has invested in stocks. Therefore, they intensified educational acts amidst various business expansion agendas.

Ajaib Sekuritas currently positioned in the 4th largest stock broker  based on trading quantity. In four months, Ajaib’s share investment platform has accommodated around 10 million transactions.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Ajaib Group Founder, Yada Piyajomkwan with Anderson Sumarli / Ajaib

“Our mission is to welcome new generation of investors to modern financial services. We believe in the power of young Indonesian retail investors. We also believe that the best products and education will win. Ajaib is growing rapidly organically and we will continue to invest in product development and our educational campaign,” Ajaib Group’s Co-Founder & CEO, Anderson Sumarli said.

Apart from Ajaib Group, there is also Stockbit as a stock investment application. It has secured series A funding led by East Ventures in 2019. Later in the same year they also acquired Bibit mutual fund investment platform to expand their business scope. Earlier this year, Bibit announced a $30 million funding led by Sequoia Capital India with the participation of East Ventures, EV Growth, and 500 Startups.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Dapat Tambahan Pendanaan Seri A, Bukukan Total Dana 1,3 Triliun Rupiah

Ajaib Group hari ini (29/3) mengumumkan perolehan tambahan investasi di putaran seri A senilai $65 juta, dipimpin oleh Ribbit Capital. Digabungkan dengan seri A yang diumumkan sebelumnya, secara total Ajaib berhasil membukukan $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah dalam putaran ini — diklaim menjadi pendanaan seri A terbesar di Asia Tenggara.

Ini merupakan debut Ribbit Capital di Asia Tenggara. Sebelumnya mereka telah berinvestasi pada pemain global seperti Coinbase, Affirm, Revolut,dan Robinhood. Selain itu beberapa investor yang terlibat di pendanaan Ajaib juga meliputi Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, dan Bangkok Bank PLC; juga beberapa angel investor dari kalangan fintech founder seperti David Velez dari Nubank dan SG Lee dari Toss.

Para investor sebelumnya seperti Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures juga terlibat dalam investasi di babak ini. Sebelumnya disampaikan, dana segar yang didapat akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk.

“Kita sedang menyaksikan revolusi investasi ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ajaib berada di garis paling depan dalam revolusi ini dan mereka sedang membangun brand paling terpercaya di Indonesia. Komitmen mereka untuk menyediakan transparansi dan melayani investor milenial Indonesia dengan produk terbaik dapat disandingkan dengan perusahaan kelas dunia,” sambut Managing Partner Ribbit Capital Micky Malka.

Sejak berdiri di tahun 2018, saat ini Ajaib Group mengakomodasi dua instrumen investasi di platform digitalnya, meliputi Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk saham dan Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) untuk produk reksa dana.

Kendati sudah ada beberapa pemain di segmen investasi ritel, Ajaib menilai potensinya masih sangat besar. Sejauh ini tercatat, baru ada kurang dari 1% dari total penduduk Indonesia yang berinvestasi saham. Untuk itu upaya edukasi juga terus digencarkan di tengah berbagai agenda perluasan bisnis.

Ajaib Sekuritas sendiri saat ini menduduki posisi ke-4 broker saham terbesar jika didasarkan pada kuantitas perdagangan. Sejak empat bulan diluncurkan, platform investasi saham milik Ajaib sudah mengakomodasi sekitar 10 juta transaksi.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib

“Misi kami adalah untuk menyambut investor generasi baru menuju layanan keuangan yang modern. Kami percaya pada kekuatan investor-investor muda ritel Indonesia. Kami juga percaya bahwa produk dan edukasi terbaiklah yang akan menang. Ajaib tumbuh dengan pesat secara organik dan kami akan terus berinvestasi pada pengembangan produk serta kampanye edukasi kami,” ujar Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Selain Ajaib Group, ada juga Stockbit sebagai aplikasi investasi saham. Mereka telah membukukan pendanaan seri A yang dipimpin East Ventures sejak tahun 2019 lalu. Kemudian di tahun yang sama mereka juga mengakuisisi platform investasi reksa dana Bibit untuk memperluas cakupan bisnisnya. Awal tahun ini, Bibit baru mengumumkan pendanaan $30 juta yang dipimpin Sequoia Capital India dengan partisipasi East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Closes Series A Funding Worth of 356 Billion Rupiah, Striving for Education and Acquisition of Millennial Users

The investment platform which recently acquired Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, announced Series A funding of $25 million or the equivalent of 356.3 billion Rupiah. This round was led by Horizons Ventures (Li Ka-shing) and Alpha JWC Ventures, followed by SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, and Y Combinator.

Previously, Ajaib had joined the Y Combinator program in 2018, as well as raised the seed round. Funding continued the following year, securing funds worth $2.1 million from Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures.

“I feel proud for Ajaib has become the best choice of most of the new stock investors in Indonesia. As a millennial, I know how difficult it is when I started investing. That’s why Ajaib is so focused on millennials and better education,” Ajaib Group’s Co-founder & CEO, Anderson Sumarli said.

The fresh money is to be used by the company to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings. In addition, this round will also be used to support the Ajaib’s educational campaign#MentorInvestasi which aims to assist the Indonesian government’s efforts in educating millennials about investment and financial planning.

“The investment sector in Indonesia is quite underserved and lack of accessibility is one of the reasons. Ajaib was able to provide a solution to this problem and revolutionized the stock brokerage industry in less than two years. We are very impressed with Ajaib’s growth speed and we are delighted to see Ajaib helping millions of young people in Indonesia towards better investment,” Jeffrey Joe, Managing Partner at Alpha JWC said.

In Indonesia, there are currently several digital services that accommodate user needs in investing; including mutual fund instruments, stocks, gold, and crypto-assets. In the Fintech Report 2020 released by DSResearch, surveying 329 respondents, the following results were obtained regarding application awareness for investment needs.

Aplikasi Investasi

Some of the applications above are providing similar services with Ajaib, including Bibit, Tanamduit, Bareksa for the mutual fund; and Stockbit for stock.

Ajaib Group growth

Founded in 2019, Ajaib has become one of the fastest-growing investment platforms in Indonesia, through Ajaib Sekuritas (online stock securities) and Ajaib Reksadana (online mutual funds). Within 7 months of the launch of Ajaib Sekuritas in June 2020, the company recorded more than 10 billion stock lots have been traded in Ajaib.

Ajaib also supports more than 1 million monthly users on their investment journey. In December 2020, Ajaib also announced that the company is partnering with Korean drama actor Kim Seon-ho who plays Han Ji-pyeong in the Start-Up series on Netflix as a Brand Ambassador.

Anderson told DailySocial some time ago that the current pandemic has not been able to dampen the enthusiasm of Indonesian individual investors to pour money in the capital market. In the first two months since the launch of the stock availability at Ajaib, the company has registered tens of thousands of new users, most of whom are millennials.

“Currently, the market position has not fully recovered, therefore, the opportunity for users to reap profits in the capital market is quite large,” he said.

In 2021, Ajaib will continue its mission to welcome a new generation of investors to the Indonesian capital market. As of December 2020, there were 1,592,698 stock investors in Indonesia, meaning that less than 1% of Indonesia’s population has a stock account. In order to increase the number of domestic retail investors, Ajaib plans to expand the scope of investment education and financial planning campaigns targeting millennials.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Rampungkan Pendanaan Seri A 356 Miliar Rupiah, Gencarkan Edukasi dan Akuisisi Pengguna Milenial

Platform investasi yang baru-baru ini telah mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas), Ajaib Group, mengumumkan pendanaan seri A sebesar $25 juta atau setara 356,3 miliar Rupiah. Putaran pendanaan tersebut dipimpin oleh Horizons Ventures (Li Ka-shing) dan Alpha JWC Ventures, serta diikuti oleh SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, dan Y Combinator.

Ajaib sebelumnya sempat tergabung ke dalam program Y Combinator tahun 2018, sekaligus membuka seed round-nya. Pendanaan berlanjut di tahun berikutnya, membukukan dana $2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures.

“Saya merasa bangga karena Ajaib menjadi pilihan bagi sebagian besar investor saham baru di Indonesia. Sebagai seorang milenial, saya tahu seberapa sulit pengalaman saya saat mulai berinvestasi. Itulah mengapa Ajaib sangat fokus pada kaum milenial dan edukasi yang lebih baik,” kata Co-founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Dana segar ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk. Selain itu dana tersebut juga akan digunakan untuk mendukung kampanye edukasi #MentorInvestasi Ajaib yang bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam mengedukasi milenial tentang investasi dan perencanaan keuangan.

“Sektor investasi di Indonesia masih kurang terlayani dan salah satu penyebabnya adalah kurangnya aksesibilitas. Ajaib mampu memberikan solusi untuk masalah tersebut dan merevolusi industri broker saham dalam waktu kurang dari dua tahun. Kami sangat terkesan dengan kecepatan pertumbuhan Ajaib dan kami sangat senang melihat Ajaib membantu jutaan anak muda di Indonesia untuk berinvestasi dengan lebih baik,” kata Managing Partner di Alpha JWC Jeffrey Joe.

Di Indonesia, saat ini memang sudah ada beberapa layanan digital yang mengakomodasi kebutuhan pengguna dalam melakukan investasi; termasuk untuk instrumen reksa dana, saham, emas, sampai aset kripto. Dalam Fintech Report 2020 yang dirilis DSResearch, menyurvei 329 responden, didapat hasil sebagai berikut terkait awareness aplikasi untuk kebutuhan investasi.

Aplikasi Investasi

Beberapa aplikasi di atas juga sajikan layanan serupa dengan Ajaib, misalnya Bibit, Tanamduit, Bareksa untuk reksa dana; dan Stockbit untuk saham.

Pertumbuhan Ajaib Group

Didirikan pada 2019, Ajaib telah menjadi salah salah platform investasi dengan pertumbuhan paling pesat di Indonesia, melalui Ajaib Sekuritas (sekuritas saham online) dan Ajaib Reksadana (reksa dana online). Dalam waktu 7 bulan sejak diluncurkan Ajaib Sekuritas pada Juni 2020 lalu, perusahaan mencatat lebih dari 10 miliar lot saham telah diperdagangkan di Ajaib.

Ajaib juga telah mendukung lebih dari 1 juta pengguna setiap bulannya dalam perjalanan investasi mereka. Pada bulan Desember 2020 lalu, Ajaib juga mengumumkan bahwa perusahaan menggandeng aktor drama Korea Kim Seon-ho pemeran Han Ji-pyeong dalam serial Start-Up di Netflix sebagai Brand Ambassador.

Kepada DailySocial beberapa waktu yang lalu Anderson mengungkapkan, pandemi yang terjadi saat ini ternyata tidak mampu memadamkan semangat investor individu Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, perusahaan sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial.

“Saat ini, posisi pasar juga belum pulih seutuhnya, sehingga peluang bagi pengguna untuk meraup keuntungan di pasar modal, masih besar,” ujarnya.

Tahun 2021 ini Ajaib akan melanjutkan misinya untuk menyambut investor generasi baru di pasar modal Indonesia. Per Desember 2020, terdapat 1.592.698 investor saham di Indonesia, artinya kurang dari 1% penduduk Indonesia memiliki rekening saham. Untuk meningkatkan jumlah investor ritel domestik, Ajaib berencana akan memperluas cakupan kampanye edukasi investasi dan perencanaan keuangan yang ditujukan bagi kaum milenial.

Application Information Will Show Up Here

MCAS Rilis DigiSaham, Platform Informasi Saham Berbasis WhatsApp

MCAS merilis platform saham DigiSaham berbasis WhatsApp sebagai alat edukasi kepada generasi muda ke pasar modal. Pengguna dapat mengakses informasi tersebut secara gratis dengan menyimpan nomor kontak DigiSaham 0811-4560-8888 dan mengirimkan pesan “MCAS” untuk melakukan fungsi pemantauan dasar pada berbagai saham favorit.

Direktur MCAS Mohammad Anis Yunianto menjelaskan, DigiSaham dibangun dengan arsitektur terkoneksi langsung ke WhatsApp yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi terkait pasar modal kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya jutaan investor ritel yang tercatat di Indonesia. Ini adalah salah satu inisiatif perseroan yang dibangun dalam Enterprise Communication Platform (WhatsApp Business Solution).

Dia mengaku bahwa preferensi umum para pengguna smartphone adalah tidak memiliki terlalu banyak aplikasi di dalam perangkat mereka. Inisiatif ini diharapkan mampu menyederhanakan dan memudahkan berbagai kalangan dalam mendapatkan informasi mengenai pasar modal melalui WhatsApp.

DigiSaham memiliki fitur-fitur yang ramah pengguna, seperti fitur personalisasi untuk multiple watchlist, push/pull alert, dan notifikasi yang intuitif dan berparameter. “Investor ritel tidak perlu lagi duduk terpaku di depan komputer mereka karena akan dengan mudah mendapatkan notifikasi harga saham melalui WhatsApp mereka,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (25/9).

DigiSaham dapat dinikmati semua orang tanpa biaya. Pengguna cukup memasukkan nomor kontak DigiSaham. Ada pula paket premium untuk pengguna yang membutuhkan analisis teknis yang lebih mendalam. Tersedia paket Gold seharga Rp20 ribu per bulan dan Diamond seharga Rp100 ribu.

Perbedaan mendasar dengan paket premium ini dengan versi gratis adalah banyaknya saham yang dapat masuk ke dalam watchlist dan chart pergerakan saham dan kinerja keuangan yang dapat ditarik datanya dalam seminggu belakangan hingga lima tahun.

“MCAS akan terus menghadirkan berbagai layanan inovatif baru yang dapat diakses pengguna dengan mudah melalui WhatsApp.”

Dalam peluncuran ini, perseroan bekerja sama dengan Telkomsel melalui program Telkomsel POIN. Pelanggan Telkomsel dapat menukarkan 5 poinnya untuk berlangganan satu bulan paket premium.

Inisiasi peluncuran layanan berbasis WhatsApp bukan menjadi barang baru buat MCAS. Melalui anak usahanya, DIVA, pada tahun 2018 lalu merilis platform Instant Messaging (IM) untuk pemesanan layanan akses internet untuk para pelancong yang ingin bepergian ke luar negeri.

Ada tiga produk yang dijual, yakni rental modem MiFi, SIM card roaming, dan paket roaming. Metode pemesanannya hanya melalui chat via WhatsApp dan akan dilayani oleh chatbot. Untuk pembayarannya akan diakomodasi melalui virtual account (VA).