Aplikasi Storie Suguhkan Ulasan Jujur tentang Produk Kecantikan, Berambisi Jadi “Social Commerce”

Pemanfaatan media sosial untuk kepentingan penjualan sebenarnya sudah menjadi hal yang lazim. Ada istilah yang lebih sering digunakan untuk menyebut konsep ini, yakni social commerce. Dalam setahun terakhir, platform yang mengusung konsep tersebut mulai banyak bermunculan, sebut saja Woobiz dan Chilibeli.

Hal tersebut dilihat oleh beberapa alumni UCWeb Alibaba Group yang terdiri dari Liu Feida, Rizky Maulana, dan HE Yaoming sebagai sebuah kesempatan, untuk bisa berkontribusi dalam menjawab tantangan dunia kecantikan Indonesia melalui platform social commerce Storie.

Mengenai potensi social commerce Rizky menyampaikan, “Kami melihat media sosial telah menjadi alat penggerak tren termasuk dunia kecantikan. Oleh karena itu Storie kami dirikan, dengan mengombinasikan antara media sosial dengan e-commerce.”

Pihaknya mengungkapkan bahwa ide dasar Storie adalah untuk mengajak perempuan Indonesia lebih percaya diri dalam menilai diri mereka masing-masing. Dari situ, lalu diluncurkan sebuah aplikasi kecantikan yang menjunjung tinggi kejujuran membahas makeup, skincare, dan lifestyle kekinian.

Dalam aplikasi ini, pengguna ditawarkan review jujur dari para beauty vlogger dan atau masyarakat pada umumnya tentang tren makeup dan skincare tanpa harus takut mendapatkan “bully” atau cemooh oleh audiens. Storie ingin menyediakan tempat yang aman untuk pengguna mengekspresikan diri dan passionnya di dunia kecantikan.

Beautytech di Indonesia

Dengan jumlah populasi perempuan lebih dari 130 juta, industri kecantikan di Indonesia adalah sebuah market yang menjanjikan banyak kesempatan sekaligus membutuhkan cara yang tepat sasaran untuk bisa masuk serta bertahan dalam bisnis ini. Sebelumnya, salah satu platform beautytech Indonesia juga baru saja mendapatkan pendanaan. Hal ini menunjukkan adanya harapan pada penetrasi teknologi di dunia kecantikan.

“Indonesia is a blue ocean market for beauty industry, kami melihat dengan semakin mudahnya akses informasi melalui media dan kanal digital. Semakin mudahnya produk lokal dan juga internasional memasuki pasar Indonesia membentuk suatu pasar yang sangat dinamis dimana kualitas dan mutu dari sebuah produk akan sangat menentukan tapi tidak menjadi satu satunya faktor keberhasilan sebuah produk,” jelas Rizky.

Dari sisi strategi, Storie mencoba menangkap keinginan dan pain point yang di hadapi masyarakat saat ini. Salah satunya adalah informasi yang kurang akurat serta kurangnya komunitas yang membawa vibe positif. Perusahaan yang genap berusia satu tahun pada bulan Mei kemarin ini juga telah meluncurkan aplikasi untuk pengguna Android dengan total unduhan melebihi 500 ribu serta pengguna aktif sekitar 100 ribu per hari.

Dari sisi kurasi konten, pihaknya menyebutkan telah mendedikasikan dua tim khusus, yaitu tim QC (Quality Control) serta tim standardisasi konten untuk menetapkan benchmark dan menyaring konten-konten yang ada dalam platform. Selama pandemi ini, diakui ada banyak perubahan yang terjadi dalam rencana bisnis dan strategi monetisasi, namun perusahaan mencoba melihat hal ini sebagai sebuah momentum untuk bisa berinovasi lebih baik.

Rencana bisnis

Dalam monetisasi bisnis, Rizky menyimpulkan bahwa selama ini revenue datang dari brand deals yang ingin meluncurkan campaign maupun launching produk. “Ke depannya kami akan berkerja sama dengan semua brand agar produknya dapat di jual di Storie,” Rizky menambahkan.

Dalam waktu dekat, Storie juga akan meluncurkan inisiatif terbaru dalam platformnya untuk mempermudah transaksi dalam aplikasi serta menyempurnakan konsep social commerce miliknya.

Di akhir tahun 2019 lalu, perusahaan ini terpilih menjadi salah satu dari tiga startup Indonesia untuk mengikuti program akselerator Sequoia Capital, Surge batch kedua. Alpha JWC Ventures juga turut berpartisipasi dalam seed round bersama melalui program Surge ini.

Memasuki tatanan new normal perusahaan melihat adanya harapan” Sebagai perusahaan yang dinamis, serta masyarakat yang semakin bergerak ke arah digital, pihaknya meyakini adanya kesempatan untuk bisa semakin berkembang.

“Tidak dapat dimungkiri Covid-19 telah mengubah tatanan dunia dan bisnis serta teknologi, dan semua akan mengarah ke platform digital, digitalisasi semua lini kehidupan. Dan kami adalah perusahaan yang siap bertransformasi menjawab tantangan itu,” tutup Rizky.

Application Information Will Show Up Here

Program Akselerator Sequoia “Surge” Masuki Batch Ketiga, Incar Lebih Banyak Startup Indonesia

Surge, program akselerator Sequoia Capital India, kembali dibuka untuk batch ketiga. Menargetkan lebih banyak startup Indonesia untuk bergabung ke dalam ekosistem Sequoia dalam mengembangkan perusahaannya.

Komitmen Sequoia untuk startup Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi. Mereka masuk ke ASEAN dan Indonesia pada 2014, ditandai lewat pendanaan untuk Tokopedia bersama SoftBank. Berlanjut untuk Gojek dan Traveloka, hingga kini disebutkan ada 15 startup lokal masuk ke dalam portofolionya.

“Tiap tahunnya perkembangan Indonesia selalu pesat, makanya selalu punya daya tarik kuat buat para investor. Kami berharap dapat menggaet lebih banyak startup lokal bisa bergabung dalam Surge,” ujar Managing Director Surge Rajan Anandan, kemarin (18/12).

Dari batch pertama dan kedua, startup lokal yang terpilih jumlahnya bertambah dari dua (Bobobox dan Qoala) menjadi tiga (Storie BP, Chilibeli, dan Rukita). Rajan berharap angka itu dapat bertambah, malah dia berharap Indonesia bisa mendominasi dari setiap kuota startup yang dibuka per batch-nya.

Surge membuka dua batch dalam setahun dengan kuota sekitar 15-20 startup untuk dibina selama 16 minggu per batch. Startup yang bergabung bisa masih berupa ide atau konsep, asal founder tersebut berkomitmen full time untuk mengembangkannya jadi bisnis nyata.

Startup tahap awal yang sudah punya bisnis diwajibkan mencantumkan kinerja bisnisnya, seperti traksi untuk mengukur seberapa besar potensi industrinya. Surge juga tidak membatasi segmen startup apa yang bisa bergabung, yang penting bergerak di teknologi.

“Langkah pertama adalah mengisi seluruh informasi soal startup mereka secara online. Dalam 30 hari akan ada follow up dari tim Surge apakah lanjut ke tahap meeting untuk tahapan beberapa seleksi berikutnya.”

Pendaftaran batch ketiga sudah dibuka pada awal Oktober hingga 15 Januari 2020. Program akan berlangsung mulai Maret sampai Juli 2020. Berjalan secara paralel, Surge membuka batch keempat setelah pendaftaran batch tiga ditutup. Begitupun seterusnya untuk batch ke depannya.

Setiap startup yang bergabung akan mendapat pendanaan awal dengan nilai sekitar $1 juta-$2 juta (sekitar Rp14 miliar-Rp28 miliar). Dana tersebut dapat digunakan membangun tim yang solid dengan memanfaatkan jaringan program Sequoia lainnya, yakni 10x Engineer dalam mendapatkan talenta terbaik.

Dana juga dapat digunakan mematangkan produk agar siap dikomersialkan dan membangun perusahaan agar lebih sustain. Rajan menjelaskan selama ini pendanaan tahap awal untuk startup banyak yang berada di bawah kapital yang dibutuhkan.

Dari hasil riset internalnya, pendanaan tahap awal di India, menurut 78% founder, senilai di bawah $800 ribu (sekitar 11 miliar Rupiah). Sedangkan di ASEAN lebih rendah, mencapai $500 ribu (hampir 7 miliar Rupiah) menurut 59% founder.

Di samping itu, perjalanan menuju pendanaan Seri A harus melalui banyak putaran kecil. Baik di India maupun ASEAN harus melewati setidaknya lebih dari dua kali untuk mendapatkan pendanaan Seri A. Alhasil mengakibatkan saham founder cepat terdilusi sejak dini dan menghabiskan terlalu banyak waktu.

“Padahal tahap awal adalah saatnya perusahaan untuk fokus membangun tim yang solid agar bisa menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen. Founder harus paham secara mendalam tentang calon konsumen mereka saat membuat model bisnis nantinya.”

Di luar Surge, Sequoia juga berinvestasi untuk startup tahap awal. Misalnya, Kargo dan Online Pajak. Terkait komitmennya untuk berinvestasi di luar Surge untuk tahap awal, Rajan enggan mengungkap lebih jauh.

Rajan mengaku setiap tahunnya perusahaan selalu mengalokasikan dana untuk follow on funding portofolio Surge. Salah satunya, pendanaan untuk startup SaaS asal India Seekify sebesar $1,5 juta dan startup agritech Bijak sebesar $2,5 juta, bersama investor lokal lainnya yang fokus pada pendanaan tahap awal.

Startup Logistik Kargo Technologies Peroleh Dana Segar dari Sequoia India dan Pendiri Uber Travis Kalanick Senilai 107 Miliar Rupiah

Kargo Technologies, marketplace logistik yang menghubungkan perusahaan dan layanan penyedia truk, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $7,6 juta (lebih dari 107 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan 10100 Fund — yang terakhir ini didirikan oleh Co-Founder Uber Travis Kalanick. Ini merupakan investasi pertama Travis di Asia Tenggara.

Pertama kali di-cover oleh DealStreetAsia, turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah investor, yaitu Pandu Sjahrir dari Agaeti Ventures, Co-Founder Northstar Group Patrick Walujo, Intudo Ventures, Zhenfund, ATM Capital, dan Innoven Capital. Dana disebutkan akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur dan tim teknologi perusahaan.

Didirikan oleh mantan Country Manager Uber Indonesia Tiger Fang (CEO) dan Yodi Aditya (CTO), Kargo Technologies melihat permasalahan selama ini truk pulang tanpa muatan setelah pengantaran di sentra-sentra produksi. Kargo Technologies berharap bisa meminimalisir hal ini sambil memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan e-commerce dan FMCG.

Berkembangnya industri e-commerce di Indonesia, diperkirakan mencapai $53 miliar di tahun 2025 menurut studi Google dan Temasek, turut mendukung berkembangnya industri logistik yang lebih efisien dan pintar.

Kargo Technologies menawarkan platform berbasis mobile, saat ini dalam beta dan akan diluncurkan dalam waktu dekat, di platform Android untuk memudahkan perusahaan pengguna dan pengirim berinterasi dan memantau pergerakan kiriman secara real time.

Cikal bakal Kargo yang sekarang adalah Kargo yang didirikan Yodi Aditya tahun 2016 dan sempat didukung oleh East Ventures. Kami mendapatkan informasi bahwa East Ventures telah full exit dan perusahaan dijual ke Tiger Fang yang menjadi CEO baru. Di segmen logistik dan pergudangan kini East Ventures mendukung Waresix.

Dalam pernyataannya, Tiger menyebutkan, “Kargo didesain untuk mengoreksi masalah ketersediaan, transparansi harga dan kurangnya kepercayaan dalam proses pembayaran melalui satu aplikasi yang gampang dipakai.”

DycodeX Wakili Indonesia di Acara Google Demo Day Asia

Bertempat di Shanghai bulan September 2018 mendatang, gelaran Demo Day Asia yang diinisiasi oleh Google, telah memilih 10 startup dari seluruh Asia Pacific untuk bisa memberikan presentasi dan pitching di hadapan investor secara global.

Di antara 10 startup terpilih, DycodeX yang merupakan anak perusahaan pengembang software asal Bandung DyCode, menjadi satu-satunya wakil Indonesia di gelaran tersebut.

Dycode X, yang kini fokus ke produk SmarTernak, solusi manajemen ternak berbasis Internet of Things (IoT), akan bersaing dengan 9 startup lainnya.

Mereka adalah FreightExchange (Australia), GITAI (Jepang), Marham (Pakistan), Miotech (Tiongkok), Origami Labs (Hong Kong), SigTuple (India), SkyMagic (Singapore), Swingvy (Korea)

Terpilihnya DycodeX dalam gelaran Demo Day Asia, setelah Open Call dilakukan Google dan pendaftaran yang masuk diklaim mencapai hingga ribuan dari startup di Asia Pacific. Google kemudian melakukan penyaringan hingga 305 startup yang masih dalam tahap kualifikasi, dan 10 startup terpilih yang kemudian berhasil masuk ke babak final, berhak tampil dalam panggung Demo Day Asia.

Startup yang berhasil menarik perhatian para investor di babak final, akan mendapatkan kesempatan mengantongi pendanaan dari investor senilai $100,000 dalam bentuk Google Cloud Platform credits. Venture capital yang akan memberikan penilaian dan hadir di acara Demo Day tersebut di antaranya adalah Sequoia Capital Tiongkok, Venturra Capital, dan para pimpinan yang tergabung dalam Google for Entrepreneurs.

Kembangkan IoT untuk peternakan

Didukung Kementerian Pertanian, DycodeX mulai mengembangkan SmarTernak yang merupakan perangkat precision livestock farming (PLF). Fitur-fitur yang ditawarkan mencakup fitur pelacakan hewan ternak, mendeteksi aktivitas hewan ternak, estimasi kesehatan hewan ternak, hingga membaca kondisi lingkungan hewan ternak. Data-data tersebut dipancarkan secara real time dan bisa dibantu melalui aplikasi yang ada di perangkat mobile.

Dalam pengembangannya, DycodeX berperan penuh dalam pengembangan sistem dan alat-alat yang digunakan, sementara pemerintah mendukung dalam penyediaan lahan untuk uji coba.

Solusi DycodeX menjadi salah satu solusi berbasis teknologi yang bermanfaat untuk mengoptimalkan peternakan dan menggali lebih jauh potensi dan masalah yang ada di peternakan.

Rumour: Go-Jek Acquires India-Based Tech Company and Recruits Indonesian Descendants in Silicon Valley

In response to technical problems it often faces, Go-Jek has reportedly acquire an Indian-based tech company which will act as the startup’s tech division. After partnering with the Indian tech company for a while, Go-Jek finally decided to fully own the company. According to the info we received, this tech company is a portfolio of Sequoia Capital India, Go-Jek’s investor. Continue reading Rumour: Go-Jek Acquires India-Based Tech Company and Recruits Indonesian Descendants in Silicon Valley

Go-Jek to Enter Four New Cities Real Soon

Go-Jek, one of most popular startups in Indonesia, have currently operated in five big cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Bali, Surabyaa, and Makassar. However, it seems that Go-Jek isn’t stopping there, as the company posted vacancies for drivers in Semarang, Yogyakarta, Medan, and Palembang on Instagram couple of days ago, indicating that it will soon enter those four cities. Continue reading Go-Jek to Enter Four New Cities Real Soon

Yang Kami Ketahui Sejauh Ini tentang Pendanaan Sequoia Capital untuk Go-Jek

Kantor pusat Sequoia Capital di Silicon Valley / Isriya Paireepairit [Flickr]

Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim, dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia, mengakui bahwa Go-Jek baru saja menerima pendanaan dari Sequoia Capital sekitar tiga bulan yang lalu. Sequoia adalah satu salah satu investor ternama Silicon Valley, telah berinvestasi di berbagai perusahaan teknologi sukses, seperti Apple, Oracle, Google, WhatsApp, Instagram, dan lain sebagainya. Meskipun kami belum memperoleh konfirmasi tentang ukuran investasinya, berikut ini adalah hal-hal yang kami tahu tentang pendanaan ini.

Continue reading Yang Kami Ketahui Sejauh Ini tentang Pendanaan Sequoia Capital untuk Go-Jek

What We Know So Far About Sequoia Capital’s Investment on Go-Jek

Sequoia Capital's Office in Silicon Valley / Isriya Paireepairit [Flickr]

Go-Jek’s Co-Founder and CEO Nadiem Makarim, in his interview with CNN Indonesia, has admitted that Go-Jek just received investment from Sequoia Capital about three months ago. Sequoia is one of big shot investor in Silicon Valley, invested at tons of successful tech companies, like Apple, Oracle, Google, WhatsApp, Instagram, LinkedIn, and so on. While we we haven’t get further confirmation about the size of investment, here’s what we know so far about the funding.

Continue reading What We Know So Far About Sequoia Capital’s Investment on Go-Jek

Segway Kini Resmi Jadi Milik Ninebot dan Xiaomi

Segway yang berlalu-lalang di pusat perbelanjaan modern mungkin bukan lagi merupakan pemandangan aneh. Kombinasi motor, gyroscope dan komputer menjaganya tetap berdiri. Segway PT dibuat oleh inventor Dean Kamen dan diperkenalkan tahun 2001. Menariknya, baru-baru ini ada peralihan kepemilikan perusahaan pencipta kendaraan unik elektrik ini. Continue reading Segway Kini Resmi Jadi Milik Ninebot dan Xiaomi

Pendanaan Masif yang Diperoleh Tokopedia Menepis Semua Keraguan terhadap Investasi di Bidang Teknologi Indonesia

Ketika saya mendengar kabar mengenai Tokopedia yang memperoleh pendanaan sebesar $100 juta dari Softbank dan Sequoia Capital, saya tidak dapat menyembunyikan kegembiraan saya. Rekan-rekan saya sesama pendiri startup dan investor, apa yang selalu kita impikan selama ini telah menjadi kenyataan. Marilah kita jaga momentum ini sebaik-baiknya, oke? Continue reading Pendanaan Masif yang Diperoleh Tokopedia Menepis Semua Keraguan terhadap Investasi di Bidang Teknologi Indonesia