Induk Atome Raih Pendanaan 1,1 Triliun Rupiah dari Warburg Pincus dan Northstar

Induk Atome dan Kredit Pintar, Advance Intelligence Group, mengumumkan perolehan pendanan senilai $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah). Putaran yang masuk dalam seri D ini dipimpin oleh investor terdahulu, yakni Warburg Pincus dan Northstar Group.

Penggalangan dana tersebut menyusul putaran seri D grup sebelumnya sebesar lebih dari $400 juta pada 2021. Secara total, grup ini telah mengumpulkan lebih dari $700 juta. Jajaran investornya berasal dari SoftBank Vision Fund 2, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, EDBI, dan masih banyak lagi.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder, Group Chairman dan CEO Advance Intelligence Group Jefferson Chen menyampaikan, sejak penggalangan terakhir di 2021, pihaknya telah mengambil pendekatan yang disiplin dan membuat kemajuan yang baik dalam memenuhi visi dalam memajukan ekosistem digital masa depan di seluruh wilayah.

“Investasi baru ini akan membantu mempercepat program kami dalam menggunakan teknologi AI untuk merampingkan transaksi konsumen dan memungkinkan akses yang lebih besar dan lebih adil ke produk dan layanan kredit dan keuangan. Kami menghargai keyakinan dan kepercayaan investor kami yang berkelanjutan kepada kami,” terang Chen.

Partner dan Managing Director Warburg Pincus Saurabh Agarwal menyampaikan tanggapannya. Dia bilang, “[..] kami berharap dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Jefferson dan membantu perusahaan mewujudkan komitmennya kepada jutaan pelanggan di seluruh wilayah.”

Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo menambahkan, pihaknya sangat antusias melanjutkan kemitraannya dengan Jefferson. Menurutnya, sejak 2016, ia telah menyaksikan pertumbuhan dan evolusi yang luar biasa dari ekosistem grup tersebut dan bangga memilikinya sebagai salah satu perusahaan portofolio.

“Kami senang dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Jefferson dan timnya untuk mengembangkan Advance Intelligence Group menjadi perusahaan layanan keuangan digital bertenaga AI terkemuka di Asia,” kata Patrick.

Advance Intelligence Group yang berbasis di Singapura dan beroperasi di seluruh Asia ini memiliki tiga jenis produk, yaitu Atome Financial, platform SaaS untuk identitas digital perusahaan Advance.AI, dan omnichannel e-commerce Ginee.

Adapun, Atome Financial memiliki tiga produk di bawahnya, yakni Atome (paylater), Kredit Pintar, dan ND Finance, yang menawarkan layanan pinjaman online. Ketiganya diklaim telah memiliki lebih dari 20 juta konsumen tersebar di 10 negara Asia dengan pemakaian tersebar di kategori fesyen, kecantikan, gaya hidup, elektronik, perjalanan, dan peralatan rumah tangga.

Sementara itu, Ginee adalah platform omnichannel yang menggunakan sistem all-in-one untuk e-commerce dan dapat membantu pelaku usaha dalam mengelola toko online mereka, mulai dari atur stok, produk, pemesanan, hingga berkomunikasi dengan pelanggan dari setiap marketplace atau e-commerce yang sudah dimiliki melalui satu platform Ginee.

Menurut situsnya, Ginee telah mengumpulkan lebih dari $6,1 miliar dalam GMV dan memproses lebih dari 685 juta pesanan dari 200 ribu merchant aktif yang memiliki 269 ribu toko aktif. Para penggunanya tersebar di Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Tiongkok.

Adapun, Advance.ai baru masuk Indonesia sejak 2020, bersamaan dengan sejumlah negara lainnya, seperti Singapura, Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina. Salah satu produknya, e-KYC memungkinkan proses onboarding pelanggan dapat selesai dengan cepat dan aman hanya dalam waktu 60 detik.

Para penggunanya mayoritas dari institusi keuangan dan teknologi. Di Indonesia saja, beberapa di antaranya adalah Bank Jago, Bank BTPN, Tokopedia, MNC Bank, Bank Mega, Standard Chartered, Gojek, Nanovest, dan Allo Bank.

Industri paylater

Sebelumnya mengutip dari Detik, data dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menunjukkan angka pembiayaan dari paylater di industri multifinance mencapai Rp4,2 triliun hingga September 2022. Angka ini hampir menyentuh pencapaian pembiayana paylater di 2020 sebesar Rp4,47 triliun.

Peningkatan tersebut diperkuat oleh sejumlah perusahaan pembiayaan yang menghadirkan layanan paylater sebagai opsi pembayaran. Salah satunya adalah Atome. Diklaim sepanjang tahun lalu, Atome mencetak pertumbuhan transaksi hingga 360 kali dengan penghasilan GMV lebih banyak 420 kali dibandingkan 2020.

“Angka ini kami dapatkan dari total pembiayaan yang telah diberikan kepada pengguna Atome di mana 70% dari mereka mayoritas berasal dari Jawa dan Bali. Angka ini menjadi pendorong bagi kami untuk dapat memperluas layanan paylater agar bisa dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas lagi,” ungkap General Manager Atome Indonesia Winardi Wijaya.

Pencapaian lainnya, diklaim Atome berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 9.600% dengan lebih dari 5 juta pengunduh aplikasi di Indonesia. Sebanyak 54% dari pengguna datang dari usia muda dengan persentase perempuan sebanyak 70%. Kemudian, ditemukan bahwa lebih dari 95% pengguna mengambil opsi tenor cicilan pembayaran untuk 3 dan 6 bulan.

“Hingga saat ini, kami telah bermitra dengan setidaknya 700 merchant dan lebih dari 10.000 toko offline di Indonesia. Beberapa brand besar yang sudah bergabung dengan ekosistem Atome seperti MAP Group, H&M, Matahari Department Store, Giordano Group, Sociolla, Gold Gym, Kanmo Group dan masih banyak lagi. Ekosistem ini masih terus kami perluas sehingga ke depannya, pengguna dapat dengan mudah mengakses seluruh kebutuhan mereka dengan opsi pembayaran paylater Atome,” kata Winardi.

Mengutip dari data internal Xendit, tren pembayaran digital di Indonesia untuk menggambarkan frekuensi penggunaan layanan Xendit Group oleh merchant. Salah satu temuannya adalah paylater catatkan pertumbuhan sepuluh kali lipat sepanjang 2022.

Penggunaan fasilitas pembayaran paylater semakin diminati konsumen, terbukti dari volume pembayaran yang meningkat hingga 10 kali lipat, diikuti dengan kartu kredit (6 kali lipat), uang elektronik (5 kali lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.

Investree Galang Pendanaan Seri D Dipimpin JTA Holdings, Segera Ekspansi ke Qatar

Startup fintech lending Investree mengumumkan pendanaan Seri D yang dipimpin oleh JTA International Holdings, perusahaan investasi berbasis di Qatar. Putaran ini masih berlangsung dan ditargetkan dapat rampung pada Januari 2023 mendatang.

Pengumuman ini sekaligus menandai debut perdana JTA International Holdings untuk startup fintech di Indonesia. Tidak disebutkan target dana yang diincar Investree dalam penggalangan ini. Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan seri C sebesar $24 juta dari BRI Ventures, MUFG Innovation Partners pada April 2020.

Dalam acara yang digelar Investree pada hari ini (14/12), Co-founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi mengungkapkan ada banyak rencana strategis yang bakal dilakukan perusahaan bersama dengan lead investornya kali ini. Salah satunya, ekspansi ke Qatar dengan membentuk perusahaan patungan. Produk lending tersebut nantinya difokuskan pada pembiayaan supply chain untuk UMKM.

Menurut dia, UMKM di Qatar punya masalah yang sama seperti di Asia Tenggara, yakni sulit mendapat akses kredit dari lembaga keuangan resmi. “Pendanaan ini sangat signifikan mempertebal modal Investree untuk merealisasikan ekspansi bisnis ke depannya. Potensi bisnis financing ini tidak hanya besar di ASEAN, tapi juga Middle East Asia karena UMKM di sana juga punya tantangan yang sama,” ucap dia.

Selama ini dari sisi hubungan bilateral antar negara, diskusi yang berada di level antar pemerintah (G2G) sudah banyak dilakukan, namun kesepakatan investasi untuk Investree menandai pertama kalinya perusahaan investasi Qatar mendanai startup digital lokal.

“Diskusi sebenarnya sudah berjalan sekitar tujuh bulan lalu. Kami juga sudah bertemu langsung dengan JTA di Qatar. Mereka menunjukkan komitmen yang serius dalam mendukung potensi industri finance dan banking di Indonesia.”

Sebelumnya, Investree sudah hadir di dua negara di Asia Tenggara, yakni Filipina dan Thailand sejak 2021. Di kedua negara tersebut, perusahaan membentuk perusahaan patungan dengan mitra lokal dan memproses lisensi dari otoritas terkait sebelum beroperasi penuh.

Di Thailand, Investree menghadirkan dua produk, yaitu Bullet Payment Security dan Installment Payment Security. Keduanya punya kesamaan dengan Invoice Financing dan Working Capital Term Loan yang ditawarkan di Indonesia dan Filipina. Perusahaan menawarkan nilai tambah bagi UMKM untuk produk tersebut, di antaranya model credit scoring yang modern, pendanaan cepat, dan ketentuan dan biaya yang transparan.

Lebih dari sekadar fintech lending

Memasuki tahun ke-7, Investree kini tidak hanya sekadar menjadi perusahaan fintech lending, telah menjadi sebuah grup usaha. Baru-baru ini perusahaan memperkenalkan Sahabat Bisnis dan AIForesee untuk perkuat penilaian kredit (credit scoring) dalam mendukung penyaluran pinjaman bagi UMKM.

AIForesee dan Sahabat Bisnis berada di bawah naungan Investree Singapore Pte Ltd yang memiliki fokus berbeda dengan induk usaha.

AIForesee menyediakan platform penilaian kredit alternatif untuk mendukung penyaluran pinjaman produktif ke UMKM. Platform hadir untuk mendorong pelaku UMKM memahami skor kredit mereka sebelum mengajukan pinjaman ke lembaga jasa keuangan, termasuk platform pembiayaan. Layanan ini sudah tercatat di OJK sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Figital (IKD).

Platform ini menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan data alternatif yang dimiliki oleh ekosistem. Beberapa variabel yang dinilai, antara lain kesehatan finansial yang dapat diproyeksikan dari rata-rata pendapatan dan keseluruhan omzet, perilaku pembayaran yang diindikasikan dan perilaku ketepatan pembayaran tagihan, serta hubungan bisnis dengan pelanggan, jumlah supplier, dan tren media sosial.

Sementara, Sahabat Bisnis (SABI) merupakan platform lending-as-a-service (LaaS) yang menyediakan akses pinjaman terintegrasi ke Usaha Mikro dan Kecil (UMK). SABI ingin menjembatani ekosistem UMK yang membutuhkan dukungan modal dengan lembaga pembiayaan.

SABI juga memfasilitasi business health check untuk memeriksa ‘kesehatan’ bisnis pelaku UMK dan penilaian kredit. Kolaborasinya dengan AIForesee dalam ekosistem Investree Grup menjadi bentuk penguatan inisiatif dalam memberikan solusi bisnis terpadu bagi UMKM.

Adapun dari bisnis utamanya sebagai fintech lending, dipaparkan hingga Oktober 2022, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp15,6 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp12,14 triliun dengan rata-rata tingkat imbal hasil rata-rata 16.3% per tahun.

Adapun portofolio pinjaman ini ada yang datang dari sektor kreatif dengan persentase Rp1,29 triliun. Pertumbuhan di sektor ini disebutkan cukup menjanjikan, bila diakumulasi dari 2015, total angka pinjaman tersalurkan mencapai Rp1,63 triliun untuk 327 peminjam. Bidang usahanya bermacam-macam, mulai dari agensi periklanan dan digital, rumah produksi, konsultan kreatif, mode, hingga makanan dan minuman.

Application Information Will Show Up Here

Ralali Confirms Series D Funding of 155 Billion Rupiah Led by SBI Group and Bee Accelerate

The B2B marketplace startup, Ralali, confirmed the Series D funding of $10.9 million (over 155 billion Rupiah) led by the previous leading investor in its Series B round, SBI Group, and Bee Accelerate. This round also participated by other investors, such as Beenos Asia, ICMG Partners, and Arbor Venture.

With the additional funds, Ralali has managed to raise a total $33.4 million (more than 476 billion Rupiah) since its establishment. The company announced the series C round in July 2019 worth of $13 million. The leading investors in this round including Arbor Ventures, TNB Aura, and ZIGExN Co., Ltd. founder, Jo Hirao.

Ralali’s Founder and CEO Ralali Joseph confirmed the news to DailySocial. “This [funding] has been finalized a few months ago,” he said.

Ralali’s nine years operation

Ralali started its business as a B2B marketplace in 2013 and is now engaging in various lines outside the marketplace to become a group. Ralali Group aims to be a one stop solution for business ecosystem. Moreover, the company focused on providing for the business players, therefore, all channels are focused on user suppliers and business players.

Along with the growing market demand and business opportunities, Ralali Group develops business solutions to help business people build reputations and develop networks in the digital era. Today’s marketplace platform is equipped with various business solutions, from financial (paylater), logistics, MSME support, and enablers, the result of partner collaborations.

Ralali Connect is one of them, a platform aimed to provide MSME players with digital storefront and to connect with various communities with related business interests. There is also Ralali Agent as an on-demand business platform, a solution to find additional income for the community in order to help businesses grow by providing collaboration between digital technology and the workforce in conducting O2O (offline-to-online) processes.

Next, the Ralali Solution Center as a forum for business players still doing the offline appproach to join as a Ralali.com seller, therefore, they can market the products online. Ralali Solution Center is a bridge between sellers and corporations or clients of Ralali.com. Clients or buyers can make purchases via RFQ (Request For Quotation), one of the superior features of Ralali.com.

The next newly released innovation is the Ralali Business Collection to create opportunities for people who are planning to start a business, offering business packages and wholesale prices. This opportunity is open for all kinds of businesses, including coffee, basic necessities, contemporary drinks, and automotive.

Apart from that, the company has penetrated the health segment by producing Primero masks and presenting a tech-based clinic called Neoclinic. It provides antigen swab services, rapid tests, drive thru or home services, and releases vitamin products. The company has also entered the Indonesian porang (konyaku) processing industry with FITMEE, a low-calorie healthy instant noodle. Ralali acquired FITMEE from The Fit Company and already make an announcement on the company website.

In the latest data, Ralali.com is said to have more than 1.3 million registered users, more than 20,000 vendors, 360 thousand products, and more than 6 million monthly visits from all over Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Ralali Konfirmasi Raih Pendanaan Seri D 155 Miliar Rupiah Dipimpin SBI Group dan Bee Accelerate [UPDATED]

Startup B2B marketplace Ralali mengonfirmasi perolehan pendanaan Seri D senilai $10,9 juta (lebih dari 155 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh SBI Group, investor sebelumnya yang memimpin putaran Seri B, dan Bee Accelerate. Kemudian diikuti oleh jajaran investor lainnya, seperti Beenos Asia, ICMG Partners, dan Arbor Venture.

Dengan penambahan dana tersebut, sejak Ralali dirintis hingga kini berhasil mengumpulkan perolehan dana lebih dari $33,4 juta (lebih dari 476 miliar Rupiah). Putaran seri C diumumkan oleh perusahaan pada Juli 2019 sebesar $13 juta. Investor yang memimpin dalam putaran tersebut adalah Arbor Ventures, TNB Aura, dan founder ZIGExN Co., Ltd., Jo Hirao.

Kepada DailySocial.id, Founder dan CEO Ralali Joseph memberikan konfirmasi atas kabar tersebut. “[Pendanaan] ini sudah dari beberapa bulan lalu,” ucapnya.

Perkembangan sembilan tahun Ralali

Ralali mengawali bisnisnya sebagai B2B marketplace sejak 2013 dan kini menggurita ke berbagai lini di luar marketplace menjelma menjadi sebuah grup. Ralali Group bertujuan menjadi one stop solution bagi pelaku bisnis. Selain itu mereka berfokus untuk memenuhi kebutuhan usaha para pelaku bisnis, sehingga semua kanal berfokus pada user supplier dan pelaku bisnis.

Seiring dengan permintaan pasar dan peluang usaha yang terus berkembang, Ralali Group mengembangkan solusi usaha untuk membantu pelaku bisnis membangun reputasi serta mengembangkan jaringan di era digital. Platform marketplace yang dimiliki kini sudah dilengkapi dengan berbagai solusi bisnis, mulai dari finansial (paylater), logistik, dukungan UMKM, dan enabler, hasil kerja sama dengan para mitra.

Salah satunya Ralali Connect, yaitu berupa platform yang ditujukan kepada para pelaku UMKM untuk dapat memiliki digital storefront serta terhubung dengan berbagai komunitas yang memiliki minat usaha sesuai dengan pengguna. Kemudian, Ralali Agent sebagai on-demand business platform menjadi solusi untuk mencari penghasilan tambahan bagi masyarakat sehingga membantu bisnis tumbuh dengan memberikan kolaborasi antara teknologi digital dan tenaga kerja dalam melakukan proses O2O (offline-to-online).

Berikutnya, Ralali Solution Center sebagai wadah bagi para pelaku usaha yang masih berjualan secara offline dapat bergabung menjadi seller Ralali.com, sehingga dapat memasarkan produknya secara online. Ralali Solution Center menjembatani antara seller dengan korporasi atau klien dari Ralali.com. Klien ataupun pembeli dapat membuat permintaan barang melalui RFQ (Request For Quotation), salah satu fitur unggulan dari Ralali.com.

Inovasi yang baru dirilis berikutnya adalah Ralali Business Collection untuk membuka kesempatan bagi masyarakat yang sedang berencana memulai bisnis dengan tawaran paket usaha dan harga grosir terbaik. Peluang ini terbuka untuk bisnis kopi, sembako, minuman kekinian, dan otomotif.

Di luar itu, perusahaan merambah segmen kesehatan dengan memproduksi masker Primero dan menghadirkan Neoclinic, klinik berbasis teknologi. Klinik tersebut menyediakan layanan swab antigen, rapid test, drive thru, hingga home service, juga merilis produk vitamin. Juga, masuk ke industri pengolahan porang (konyaku) Indonesia dengan perkenalkan FITMEE, mie instan sehat berkalori rendah. FITMEE diakuisisi oleh Ralali dari The Fit Company dan diumumkan dalam situs perusahaan.

Dalam data terakhir, diklaim Ralali.com telah memiliki lebih dari 1,3 juta pengguna terdaftar, lebih dari 20.000 vendor, 360 ribu produk, dan lebih dari 6 juta kunjungan setiap bulannya dari seluruh Indonesia.

*) Kami menambahkan konfirmasi langsung dari manajemen Ralali terkait pendanaan Seri D

Mekari Receives Series D Funding, Considering to Acquire Other SaaS Starutps

Mekari SaaS startup raises series D funding worth $18 million (more than 250 billion Rupiah) led by Money Forward, Inc. PT Mitratama Grahaguna, EV Growth, PT Supra Primatama Nusantara, PT Karang Mas Investama, PT Mitra Dutamas, PT Perkom Indah Murni, and Alto Partners are some investors participated in this round. Except for EV Growth and Alto Partners, these investors entered MidPlaza Holdings.

Money Forward was previously participated in the series C round in December 2019, which was led by EV Growth.

Mekari’s Co-Founder and CEO, Suwandi Soh, said to DailySocial that the majority of the fresh funds will be used for the development of Mekari’s main products, HR, Accounting, and Tax. The company recently released new innovations, Mekari Chat (integrated communication with HR) and Mekari Flex (modern employee benefit solution).

“Apart from product development, we are also actively looking at merger and acquisition (M&A) opportunities for Indonesian SaaS companies, in line with the company’s vision to become a platform for modern companies in Indonesia,” he explained, Monday (17/8).

Suwandi’s statement is quite interesting, because Mekari (previously known as Sleekr) also fully acquired three SaaS startups, Talenta, Jurnal, and KlikPajak in April 2019. Then each service is consolidated into one platform, enabling Mekari to attract target users of various scales. effort.

In Indonesia, SaaS startup users is growing rapidly, it’s also due to the Covid-19 pandemic. In terms of the supply side also, the number of players is increasingly diverse, offering its respective services.

Suwandi said, without further details, Mekari’s business always grows positively every month. The fastest growing business sectors are services, trading and manufacturing. In terms of business sector, it is manjorly held by SMEs as Mekari’s current products are very suitable for this sector.

“We have micro consumers, but not many. However, enterprise (large business) is also part of our segment that has grown very much in the last half of the year.”

Mekari noted, users with more than 500 employees grew significantly. They use cloud HR products which are very helpful when adapting to the Covid-19 situation and compliance with new regulations such as PPh 21 by the government (DTP).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Mekari Dapatkan Pendanaan Seri D, Buka Peluang Akuisisi Startup SaaS Lain

Startup SaaS Mekari memperoleh pendanaan seri D senilai $18 juta (lebih dari 250 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Money Forward, Inc. PT Mitratama Grahaguna, EV Growth, PT Supra Primatama Nusantara, PT Karang Mas Investama, PT Mitra Dutamas, PT Perkom Indah Murni, dan Alto Partners adalah jajaran investor yang masuk dalam putaran ini. Kecuali EV Growth dan Alto Partners, investor tersebut masuk ke dalam MidPlaza Holdings.

Money Forward sebelumnya masuk dalam putaran seri C pada Desember 2019 yang kala itu dipimpin oleh EV Growth.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Mekari Suwandi Soh menuturkan mayoritas dana segar ini akan dimanfaatkan pengembangan produk utama Mekari, yakni HR, Accounting, dan Tax. Perusahaan juga baru merilis inovasi baru terkait produk utama tersebut, yakni Mekari Chat (komunikasi terintegrasi dengan HR) dan Mekari Flex (modern employee benefit solution).

“Selain untuk pengembangan produk, juga secara aktif melihat peluang merger dan akuisisi (M&A) untuk perusahaan SaaS Indonesia yang sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi platform bagi perusahaan modern di Indonesia,” terangnya, Senin (17/8).

Pernyataan Suwandi cukup menarik, lantaran Mekari (sebelumnya bernama Sleekr) juga mengakuisisi penuh tiga startup SaaS, yakni Talenta, Jurnal, dan KlikPajak pada April 2019. Lalu masing-masing layanan dikonsolidasikan ke dalam satu platform, menjadikan Mekari dapat menggaet target pengguna dari berbagai skala usaha.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan pengguna startup SaaS semakin pesat didukung oleh faktor pandemi Covid-19. Dari sisi suplai pun, jumlah pemainnya juga semakin beragam menawarkan layanannya masing-masing.

Suwandi menuturkan, meski tidak dirinci lebih jauh, bisnis Mekari selalu tumbuh positif setiap bulannya. Sektor bisnis yang tumbuh paling pesat adalah jasa, trading, dan manufaktur. Bila dilihat berdasarkan sektor bisnisnya, masih dipegang oleh UKM karena produk Mekari saat ini sangat cocok untuk sektor tersebut.

“Kita ada konsumen di mikro, tapi jumlahnya tidak banyak. Tetapi enterprise (large business) juga termasuk segmen kami yang sangat berkembang pada setengah tahun terakhir ini.”

Mekari mencatat, pengguna dengan jumlah karyawan di atas 500 orang tumbuh signifikan. Mereka menggunakan produk cloud HR yang sangat membantu saat adaptasi dengan situasi Covid-19 dan compliance dengan aturan-aturan baru seperti PPh 21 yang ditanggung pemerintah (DTP).

Application Information Will Show Up Here