Cerita Startup Indonesia yang Ikut Program Akselerasi Y Combinator

Menjelang akhir tahun 2017, Y Combinator (YC) sebagai program akselerasi startup kenamaan asal Mountain View menyambangi Jakarta untuk memperkenalkan diri. Di acara tersebut hadir Partner YC Gustaf Alströmer menyampaikan beberapa informasi, mendorong startup yang hadir untuk mendaftarkan diri ke program.

Nama-nama seperti PayFazz, Xendit, Nusantara Technology, Shipper sampai yang terbaru Eden Farm akhirnya bergabung ke YC. Kami turut mengamati perkembangannya pasca akselerasi. Sejauh ini yang bisa disimpulkan, para startup berhasil memikat investor (minimal) untuk meningkatkan seed round mereka. Lantas kami tertarik untuk mendalami, sebenarnya apa yang didapat para startup dari pendidikan di Silicon Valley tersebut?

Terlebih dulu kami menghubungi pihak YC untuk menanyakan dasar-dasar program mereka. Director of Communications Lindsay Amos secara singkat menjelaskan bahwa program tersebut memberikan dukungan kepada menyeluruh. Misalnya melalui “Startup School“, para founder diajarkan tentang cara mengembangkan bisnis yang relevan di era digital seperti saat ini. Mereka juga mengarahkan kepada startup untuk memanfaatkan kanal YC Network guna menemukan pengguna produk mereka.

Proses pendaftaran akselerasi

Steven Wongsoredjo adalah Founder & CEO Nusantara Technology, melalui produknya SuperApp.id ia bergabung pada program YC di periode Winter 2018. Ada juga Co-Founder & CEO Eden Farm David Gunawan yang berpartisipasi dalam YC periode Summer 2019. Mereka bercerita kepada DailySocial tentang mekanisme teknis yang harus dilalui untuk bergabung.

Eden Farm
Para founder Eden Farm saat mengikuti rangkaian acara Y Combinator di Mountain View / Dok. Pribadi David

Pada dasarnya, ketika startup dinyatakan lolos seleksi awal –melalui formulir online—mereka akan diwawancara daring melalui sambungan video call. Jika lolos, akan diadakan wawancara yang lebih intensif di Silicon Valley –di tahap ini YC akan membantu akomodasi perjalanan. Wawancara kadang dilakukan secara paralel oleh mentor/pakar dari berbagai bidang untuk memastikan penilaian menjadi lebih objektif.

Setelah tahap tersebut dilalui dan startup lolos, mereka akan bersiap untuk melanjutkan program akselerasi selama 3 bulan di Silicon Valley. Bagi startup tahap awal, mereka diwajibkan untuk mendirikan badan usaha di Amerika Serikan (US INC) dan Indonesia (PT), sehingga perlu mencari pengacara atau firma hukum yang dapat membantu mematuhi aturan hukum tersebut.

Jaringan bisnis yang luar biasa

Turut bergabung dalam wawancara Co-Founder Shipper Budi Handoko yang tergabung di YC periode Winter 2019. Ketiga founder memaparkan bahwa salah satu hal signifikan yang mereka dapat dari YC adalah tergabung ke jaringan bisnis global yang kuat dan partisipatif. David menceritakan, setiap alumni dididik untuk dapat saling mendukung, berbagi kepada startup lainnya dalam berbagai hal –termasuk pengalaman penanganan isu bisnis ataupun teknis.

“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal mitra, investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar cara presentasi bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” ujar Budi menambahkan.

Budi Handoko
Budi Handoko saat singgah di Silicon Valley untuk mengikuti pelatihan selama 3 bulan / Dok. Pribadi Budi

Terkait jaringan bisnis Steven turut berujar, “Para alumni YC sangat membantu. Kami saling menjaga dan berbagi sumber daya untuk tumbuh bersama. Selain itu, para mitra memberikan dukungan besar setelah kami mencapai tonggak bisnis, khususnya saat melakukan penggalangan dana.”

Setiap startup yang sudah melalui tahap pendidikan akan melakukan presentasi di acara Demo Day. Menariknya, hampir setiap startup selalu mendapatkan pendanaan awal dari sana. Panggung tersebut memang difokuskan untuk menghubungkan para peserta dengan investor potensial di jaringan YC. Sekarang mereka juga mengadakan program khusus “YC Series A”, “YC Growth”, dan “YC Continuity” untuk para lulusannya, guna meningkatkan bisnis mereka ke tahap lanjutan.

Pelatihan intensif pengembangan produk

Selama tiga bulan program akselerasi, banyak pelatihan yang diberikan oleh mentor-mentor bisnis kenamaan. Mulai dari materi bisnis, kepemimpinan, hingga teknis pengembangan produk disampaikan.

“Slogan YC dari Paul Graham adalah ‘membuat sesuatu yang diinginkan orang’. Dalam 3 bulan pelatihan, mereka mendidik kami tentang cara membangun versi produk yang sangat sederhana tetapi dapat dengan cepat mendapatkan penilaian tentang kecocokan pasar,” terang Steven.

Para mentor selalu menegaskan, perusahaan besar seperti AirBnB atau Drobox juga dimulai dari kecil. Sehingga untuk fase awal tidak perlu membuat produk menjadi rumit, karena justru akan membuat pengguna sulit memahami tujuannya.

“Selama agenda YC, kami punya 2 jam kantor dengan mitra yang ditugaskan untuk mengawasi kami setiap minggu. Setelah itu kami bisa juga memesan kepada mitra yang dipilih untuk memberikan umpan balik. Para mitra hadir dari perusahaan papan atas, misalnya ada Creator Gmail dan Google AdSense [Paul] Buchheit atau ex-CEO Twitch Michael Seibel,” lanjut Steven.

Steven Wongsoredjo
Steven Wongsoredjo bersama mentornya yang juga merupakan CEO AirBnB Brian Chesky / Dok. Pribadi Steven

Pembentukan mental founder juga menjadi hal yang dirasakan betul manfaatnya, tak terkecuali oleh David. Pelatihan di Silicon Valley benar-benar membuat setiap partisipan selalu berorientasi dengan produk dengan pengukuran berbasis data.

Direkomendasikan, bagi startup tahap awal yang mau tumbuh besar

Shipper adalah startup asal Singkawang Kalimantan Barat, keterlibatannya di YC memberikan dampak yang sangat signifikan. Menurut Budi, pasca program ia memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan. Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat startup lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga global.

Steven juga merekomendasikan bagi startup –khususnya di tahap awal untuk bergabung di program ini. Sebelum bergabung, ia mengaku seorang pendiri yang idealis, sangat perfeksionis terhadap pengembangan produk. Sebelum diluncurkan, ia harus selalu memastikan semua berjalan sempurna. Namun padahal tidak demikian prosesnya, validasi pasar justru perlu dilakukan sedini mungkin. Pengajaran YC memberikan perspektif baru yang diterapkan pada SuperApp.id.

“Pengalaman YC benar-benar mengubah pola pikir saya. Mereka mengajarkan untuk membuat versi paling sederhana dari produk dan meluncurkan secepat mungkin. Tujuannya untuk menguji apakah tesis kami memiliki kecocokan di pasar. Waktu adalah komoditas paling berharga, jadi kita harus secepat mungkin memastikan itu semua, bukan sekadar berasumsi,” tutup Steven.

Shipper Bags 70 Billion Rupiah, Tightening Its Position as the Logistics Aggregator

The logistics aggregator platform, Shipper, today announced seed funding worth of $5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. The investors include Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures and Y Combinator. It tops up the previous round for $150 thousand after participated in the Y Combinator accelerator program.

The fund is to focus on talent and user acquisition. After its launching in 2017, Shipper is now serving more than 25 thousand online sellers. The increasing e-commerce traction and sales through social media has boosted the logistics business initiated by Phil Opamuratawongse and Budi Handoko.

Indonesia has a unique order in terms of geographic. It consists of many islands and has its own challenge for logistics business. They believe the condition cannot be solved by a single company. Based on Shipper’s internal data, there are about 2,500 registered logistics working on various segments in Indonesia.

Many of the logistics cover the small areas, but they didn’t really understand the location – related to the access reliability, for some locations are hard to reach. Shipper allows sellers to have relevant logistics services, that can accommodate efficient delivery to each destination.

They also provide pick-up courier and to include pick-up point for the package. In addition to track, the technology is also designed to help logistics in managing the package. It includes to calculate the best route. A special API also created for business consumer, to connect Shipper solution to partner’s platform.

Shipper is to target 1,000 micro hubs for pick up and 20 logistics center. They also have ambition for regional expansion, targeting Thailand, Vietnam, and the Philippines for the next years.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Bukukan Pendanaan Awal 70 Miliar Rupiah, Perkuat Posisinya sebagai Agregator Layanan Logistik

Startup pengembang platform agregator layanan logistik Shipper hari ini mengumumkan telah membukukan putaran pendanaan awal senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures dan Y Combinator. Investasi ini meningkatkan perolehan sebelumnya senilai $150 ribu pasca keterlibatannya di program akselerasi Y Combinator.

Modal yang didapat akan difokuskan untuk perekrutan dan akuisisi pelanggan. Sejak diluncurkan tahun 2017, Shipper kini telah melayani lebih dari 25 ribu pedagang online. Peningkatan traksi e-commerce dan jual beli via media sosial turut membuat bisnis logistik yang diusung Phil Opamuratawongse dan Budi Handoko ini melejit di pasar.

Secara geografis Indonesia memiliki tatanan yang unik. Wilayah yang terbagi menjadi banyak pulau memberikan tantangan tersendiri bagi bisnis logistik. Pihak Shipper meyakini, kondisi tersebut tidak mungkin untuk diselesaikan oleh satu pemain saja. Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis.

Banyak bisnis logistik yang hanya mencakup wilayah kecil, namun mereka tahu betul mengenai lokasi tersebut — termasuk terkait keandalan akses, karena beberapa lokasi juga sulit dijamah. Platform Shipper memungkinkan para pedagang untuk mendapatkan layanan logistik yang relevan, yang mampu mengakomodasi pengiriman secara efisien ke daerah-daerah yang dituju.

Shipper juga menghadirkan layanan kurir penjemputan paket ke lokasi pengguna, pun mulai menyediakan lokasi penjemputan atau pengambilan paket. Selain untuk pelacakan, teknologi yang dikembangkan turut didesain membantu penyedia logistik untuk mengelola pengiriman. Termasuk mengalkulasi rute pengiriman terbaik. API khusus juga disediakan untuk konsumen bisnis, menghubungkan solusi Shipper ke platform yang dikembangkan mitra.

Hingga tahun depan Shipper targetkan miliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina di tahun-tahun mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agregator Perusahaan Logistik Shipper Resmi Meluncur

Logistik menjadi salah satu komponen krusial dalam mendukung bisnis yang ada saat ini. Keberadaannya sangat mendukung roda ekonomi dan menghidupkan berbagai usaha kecil maupun menengah, khususnya yang berjualan secara online melalui platform e-commerce dan marketplace.

Untuk mengatasi berbagai kesenjangan terkait layanan logistik, startup agregator perusahaan logistik Shipper resmi meluncur di Indonesia. Shipper bertindak sebagai agregator yang menghubungkan penjual dengan perusahaan logistik dalam wadah online.

Setelah menerima pesanan dari pembeli, penjual dapat membuat booking dengan memasukkan alamat pengambilan barang. Penjual bisa memilih dari berbagai macam jasa logistik sesuai kebutuhan, mau yang paling murah atau yang paling cepat.

Berikutnya kurir Shipper akan datang menjemput barang dan mengantarkannya ke hub Shipper terdekat. Dari sana, kurir dari perusahaan logistik yang dimaksud akan datang mengambil barang dan mengantarkan ke pembeli.

“Penjual online atau perusahaan akan memiliki lebih banyak waktu untuk hal yang lebih penting dan banyak kurir yang akan mendapatkan pekerjaan yang bisa bantu kehidupan mereka. Kami juga memonitor setiap pergerakan barang kiriman setiap hari dengan tracking ke perusahaan logistik tanpa diminta penerima barang,” terang Founder dan CEO Shipper Budi Handoko, Rabu (4/9).

Terhitung, Shipper telah bermitra dengan 19 jasa logistik seperti POS Indonesia, JNE, J&T, Tiki, RPX, REX, hingga logistik untuk pengiriman ke luar negeri yakni Fedex, DHL, dan Aramex. Adapun wilayah operasional Shipper telah tersebar di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Kediri, dan Solo.

Rencana Shipper

Sampai akhir tahun ini, Budi menargetkan Shipper dapat ekspansi ke 20 kota lainnya di seluruh Indonesia dengan membuka hub di sana. Tak hanya itu, perusahaan berencana untuk menambah fitur produk baru, di antaranya WordPress Plugin untuk memudahkan integrasi dengan sistem e-commerce dan chatbot dalam platform LINE dan Facebook Messenger untuk tracking order dan cek ongkos kirim.

Produk Shipper yang tersedia sementara ini situs yang dapat diakses untuk cek tarif dan melacak barang. Kemudian, ada web app dinamai Bos Portal dikhususkan untuk pedagang yang ingin melacak barang kiriman mereka, dan host to host API.

“Kami juga ingin meluncurkan Warehouse Management System (WMS) yang mengintegrasikan perusahaan logistik dengan hub Shipper dan menghadirkan aplikasi Shipper. Seluruh rencana ini ditargetkan akan meluncur tahun depan.”

Terkait monetisasi bisnis, Shipper tidak membebankan biaya tambah baik untuk pembeli maupun pedagang. Melainkan ke perusahaan logistik itu sendiri. Besaran komisi tergantung volume pengiriman, kisarannya antara 5% sampai 40% dari total biaya pengiriman.

Untuk operasional bisnis, sejauh ini Shipper masih menggunakan dana dari kantong sendiri. Budi menerangkan, pihaknya berencana untuk melakukan penggalangan dana dari investor agar bisnis dapat lebih ekspansif.

“Masih dalam tahap diskusi dengan beberapa investor lokal. Kami masih pakai dana sendiri untuk operasionalnya,” pungkas Budi.

Shipper baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari berbagai kompetisi, di antaranya Juara 2 Amvesindo Demo Day, Juara 2 Seedstars World Jakarta, Juara 3 G-Startup World Jakarta, dan Finalis Creative Business Cup 2017.

Amvesindo Selenggarakan “Demo Day 2017” (UPDATED)

Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) menyelenggarakan Amvesindo Demo Day 2017 pada Kamis (3/8) di Jakarta. Acara tersebut berhasil menghimpun berbagai komponen bisnis digital, seperti kementerian terkait, investor, inkubator, regulator, akademis, hingga media untuk berkenalan dengan pelaku startup.

Dalam konferensi persnya, Ketua Amvesindo Jefri R Sirait menyampaikan bahwa acara ini merupakan bentuk komitmen asosiasi untuk membangun industri modal ventura yang kuat, serta mendukung terciptanya ekosistem yang kondusif bagi startup di Indonesia.

Dia menambahkan kegiatan ini juga dapat menjadi ajang bagi startup pemula untuk mendapatkan panggung berkenalan dengan berbagai pihak, sekaligus memperluas aksesnya ke dunia luar.

“Melalui Amvesindo Demo Day 2017, kami ingin berkontribusi penuh dalam mengembangkan startup demi membangun perekonomian Indonesia. Kami berupaya agar dapat menyelenggarakan Demo Day secara berkesinambungan tiap tahunnya agar startup dapat membangun komunikasi dan kami jadi wadah kerjasama yang saling menguntungkan untuk semua stakeholder,” kata Jefri.

Acara ini memiliki serangkaian kegiatan yang sebelumnya telah didahului oleh Amvesindo Pitch Day 2017 pada 27 Juli 2017 di Mandiri Inkubator Bisnis, Jakarta. Dalam proses seleksi, sekitar 100 startup melakukan pitch presentation di depan juri sebagai perwakilan dari modal ventura anggota asosiasi. Salah satu syarat yang harus dipenuhi startup ialah sudah memiliki minimum viable product (MVP).

Sebelum 100 startup tersebut terpilih, pihak juri mengaku telah menerima sekitar 5 ribu leads dari seluruh Indonesia. Lalu startup yang berhasil melakukan registrasi hingga ke proses seleksi online sekitar 100 perusahaan. Adapun lokasinya berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Medan, Aceh, Surabaya, dan Bandung.

Setelah pitch presentation, akhirnya terpilih delapan startup yang berhak mengikuti public pitch untuk memenangkan bantuan fasilitas inkubator, pendanaan, bertemu dengan startup berpengalaman, dan benefit lainnya.

Untuk delapan startup terpilih, bergerak di berbagai sektor diantaranya layanan e-commerce, fintech, logistik, hingga SaaS. Berikut nama-namanya:

1. Shipper : merupakan marketplace logistik yang menghubungkan penjual online dengan berbagai perusahaan logistik. Tim Shipper nantinya akan membantu penjual mengantarkan barang ke jasa pengiriman terdekat sesuai pilihan penjual.

2. Excellence.Asia : merupakan platform marketplace yang diperuntukkan untuk mencari pelatih profesional di seluruh Indonesia, sesuai dengan kebutuhan konsumen baik dari individu ataupun korporat.

3. HomeGood : merupakan marketpkace berbasis web yang bergerak di bidang properti. Yang berbeda, HomeGood menyediakan layanan virtual reality (VR) 360 derajat saat pengunjung berkeinginan untuk mengintip isi properti secara aktual dari ponsel mereka.

4. Billie : merupakan aplikasi fintech yang bergerak di bidang sistem pembayaran. Billie menyediakan layanan pembayaran tagihan secara satu pintu dan bersamaan. Saat ini aplikasi Billie belum dirilis di Android maupun iOS.

5. Medis Online Indonesia : merupakan aplikasi yang menyediakan jasa tenaga medis untuk home care secara online dan memberikan layanan yang baik sesuai prosedur kesehatan.

6. EVA : merupakan startup yang menyediakan layanan chatbot untuk mendukung penjualan bisnis online, berinteraksi dengan fans, mengelola komunitas, menyimpan dokumen dan lainnya. EVA dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat ini dalam penjajakan kerja sama untuk mencari info mengenai fatwa atau hukum, cek produk hahal, pendaftaran sertifikat, cari masjid terdekat, dan lainnya.

7. Rumah Sinau : merupakan platform yang membantu penggunanya dalam mencari jasa kursus non-formal yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Lima jasa yang tersedia, diantaranya ruang belajar, venue, bimbel, les hobi, dan workshop.

8. GoCampus : merupakan portal edukasi mengenai dunia perkuliahan di Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Amvesindo Demo Day 2017