Nodeflux Jadi “Official Global Partner” Nvidia dalam Pengembangan Solusi AI

Tahun 2018 menjadi tahun cukup penting bagi perjalanan bisnis Nodeflux. Setelah berhasil membukukan beberapa pendanaan, Nodeflux mengumumkan telah berhasil menjadi bagian dari program NVIDIA-Metropolis Software Partner Program (Nvidia-MSPP).

Capaian Nodeflux ini tidak hanya memungkinkan mereka memanfaatkan teknologi Nvidia untuk pemrosesan komputasi cerdasnya, tetapi juga mengukuhkan posisi mereka sebagai startup AI berkualitas dan disejajarkan dengan penyedia lainnya dari seluruh dunia.

Nvidia-MSPP sendiri merupakan program pemanfaatan kecerdasan buatan dan deep-learning untuk memberikan solusi inovatif dalam inisiatif kota pintar. Nodeflux menjadi startup pertama asal Indonesia dan tergabung bersama dengan 24 startup AI lainnya dari seluruh dunia.

Menurut tim Nodeflux, teknologi komputasi Nvidia penting untuk sistem mereka, mengingat GPU menjadi komponen penting untuk melakukan inferencing atau analytics function bagi delivery pada layanan Intelligent Video Analytics yang dikembangkan.

“Menjadi official global partner Nvidia tentu sangat berarti bagi kami. Tidak banyak perusahaan yang diterima. Hal ini menunjukkan pengakuan terhadap solusi Nodeflux dari perusahaan global yang merupakan hardware leader di industri AI. Saya berharap agar konsumen Indonesia mengetahui sudah ada karya anak bangsa yang berkualitas global yang dapat mereka gunakan,” terang CEO Nodeflux Meidy Fitranto.

Pihak Nodeflux menjelaskan bahwa ada proses cukup panjang sebelum akhirnya bisa bergabung dalam program Nvidia-MSPP ini. Dimulai ketika Nodeflux tergabung dalam Inception Program (program inkubasi startup yang bergerak di bidang deep-learning) pada tahun 2017. Kemudian dilanjutkan dengan implementasi solusi di beberapa kota menggunakan produk Nvidia.

Di tahun 2018 Nodeflux sudah mengembangkan beberapa solusi inovatif seperti face recognition, license plate recognition, people counting, vehicle counting & classification, hingga solusi untuk smart city. Solusi-solusi tersebut sudah diimplementasikan di beberapa kota di Indonesia.

“Nodeflux sudah implementasi di beberapa Polda di Indonesia, di antaranya Jakarta, Palembang, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur dan akan menyusul belasan lainnya. Nodeflux melakukan implementasi integrasi pertama kali di Indonesia untuk face search sistem dengan menggunakan data Dukcapil dalam rangka kerja sama kepolisian dengan Dukcapil. Implementasi percobaan dengan beberapa pemerintah kota dalam mendukung penerapan smart city,” terang Marketing Communication Nodeflux Reny Ajeng ketika dihubungi DailySocial.

Dengan capaian yang mengesankan di tahun 2018, Nodeflux tampaknya akan lebih serius dan fokus di tahun 2019. Tidak banyak yang diceritakan Reny, ia hanya menjelaskan bahwa Nodeflux akan melakukan implementasi yang lebih menyeluruh di Indonesia sekaligus terus mengembangkan produk dan riset yang lebih jauh.

Strategi Pemerintah Melbourne Wujudkan Kota Pintar Lewat “Open Data”

Impian kota Melbourne menjadi smart city semakin mendekati kenyataan. Tidak hanya menggandeng penduduk dan startup, pemerintah juga perkuat hubungan dengan negara tetangga demi pertukaran keahlian. Pemerintah mencanangkan visi pada 2021 Melbourne menjadi kota yang berani, inspiratif, dan berkelanjutan.

Dalam kunjungan DailySocial bersama Kedutaan Besar Australia dalam rangka Digital Indonesia Media Visit, kami bertemu dengan beberapa perwakilan Pemerintah Melbourne (disebut City of Melbourne) dan menceritakan berbagai program yang sedang dijalani dan kolaborasi yang akan dilakukan dengan pemerintah Indonesia.

Business Development Officer International & Civil Services Branch, Megan Cockroft, menceritakan dalam mewujudkan visi pemerintah juga membangun koneksi dan kemitraan dengan antar kota internasional dengan fokus di Asia. Praktiknya dengan memfasilitasi pertukaran keahlian antara dua kota, baik dalam hal kelestarian kota, tata kota, biomedis, penelitian, dan ekonomi digital.

Jakarta menjadi salah satu kota yang sudah menjadi Business Partner Cities Network (PBC) buat Melbourne. Bandung pun turut bergabung dengan melibatkan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Sekarang kami dengan Bandung masih dalam tahap diskusi, proyek mana yang kemungkinan mau dikolaborasikan. Hubungan kami dengan Bandung cukup kuat, seiring Bandung kini juga sedang fokus untuk menjadi smart city,” kata Cockroft, Rabu (28/11).

Secara nasional, hubungan antara Melbourne dengan Indonesia juga cukup kuat di bidang pertukaran pelajar, startup, dan organisasi kepemimpinan.

Gelar kompetisi hackathon

Ilustrasi data untuk mencari ketersediaan lahan parkir / DailySocial
Ilustrasi data untuk mencari ketersediaan lahan parkir / DailySocial

Untuk mewujudkan konsep smart city yang menyeluruh, pemerintah Melbourne membangun divisi tersendiri. Sama halnya dengan penempatan Jakarta Smart City oleh Pemerintah Provinsi Jakarta.

Dalam Smart City, berisi 45 orang dan terbagi jadi enam tim yakni riset, citylab, sistem informasi geografis, strategi dan open data. Pendekatan open data sebenarnya sudah dimulai sejak November 2014 sebagai bagian dari dimulainya pemerintah mengadopsi kebijakan yang terbuka.

Pemerintah percaya bahwa menyelesaikan isu di lapangan itu bisa diselesaikan lewat komunitas dengan memanfaatkan data yang tersedia. Data bisa diakses oleh siapapun tanpa terkecuali, data tidak terbuka apabila mengenai privasi, keamanan, dan sensitivitas.

“Ada lebih dari 200 datasets tersedia dan bisa diakses lewat open data platform, 32 di antaranya sudah diotomasi dan bisa dibuka lewat API Socrata,” terang Innovation Officer Smart City Office, Emma Forster.

Bila dirinci datasets tersebut berbicara mengenai ketersediaan lahan parkir mobil dan rambu lalu lintas, data pejalan kaki langsung untuk identifikasi jalan setapak, perkembangan properti yang diusulkan atau dibangun, dan sebagainya.

Forster mengungkapkan sejak open data dibuka hingga kini, telah menghimpun lebih dari 30 ribu unique users, 240 ribu page views, 1 juta hits API per bulan, dan tumbuh hingga 86% pada tahun ini.

Agar pemanfaatan open data lebih masif dan relevan dengan kondisi di lapangan, Smart City mengundang komunitas startup atau pelajar untuk berpartisipasi dalam kompetisi hackathon. Ini baru pertama kalinya digelar, sejak menginisiasi konsep open data platform di 2014 lalu.

Dia bercerita, pada hackathon ini pihaknya menantang komunitas untuk menyelesaikan isu terkait disabilitas. Satu dari lima orang Australia termasuk golongan disabilitas, namun 80% di antaranya tidak terlihat seperti orang cacat.

Peserta dapat memanfaatkan seluruh open data platform yang tersedia dan menggabungkannya dengan teknologi yang ada. Di akhir periode kompetisi, pihaknya memutuskan menetapkan Melba (Melbourne’s Smart Asisstant) keluar sebagai pemenang pertama.

Melba menawarkan solusi berbasis AI membantu orang mencari parkir kosong, navigasi kemacetan pejalan kaki, gangguan konstruksi, dan jalan pintas.

Kemitraan dengan Alipay

Program lainnya yang sedang dikerjakan Pemerintah Melbourne adalah kemitraan dengan Alipay untuk opsi pembayaran sumbangan secara non tunai buat seniman jalanan. Proyek percobaan ini sudah dimulai sejak Juli 2018, pergerakannya masih ditinjau sejauh ini oleh tim.

Business Development Officer International & Civic Services Branch, Terry Wu, menerangkan proyek ini dilirik lantaran dari segi ekonomi ada 1,43 juta pengunjung Tiongkok ke Australia pada akhir September 2108. Sebanyak 621,6 ribu di antaranya mendatangi Melbourne.

Turis Tiongkok menghabiskan AUD 2,7 miliar di Victoria, sama dengan 35% dari market share. Selain itu Victoria menampung 34% atau 180 ribu pelajar Tiongkok yang menuntut ilmu di sana.

Mengutip dari riset Nielsen di 2017, disebutkan bahwa 76% turis Tiongkok cenderung memilih opsi pembayaran non tunai saat melancong ke luar negeri. Serta lebih dari 90% turis menggunakan opsi pembayaran dengan smartphone saat bertransaksi.

“Program ngamen ini kami pilih karena merupakan representasi dari Melbourne sebagai kota dengan budaya jalanan yang hidup. Lagi pula dengan semakin trennya budaya non-cash, dikhawatirkan akan berdampak pada pendapatan para seniman jalanan,” ucapnya.

Ada 10 seniman yang terpilih berhak mengikuti proyek trial ini, mereka dibekali kode barcode yang dapat dipindai oleh para pengguna Alipay. Bisa juga menerima opsi pembayaran dengan kartu yang didukung oleh Visa dan MasterCard.

Jika proyek ini sukses, kemungkinan besar menurut Terry akan dibawa ke kota lain seantero Australia. Setiap turis yang memberikan sumbangan akan menerima kode promosi menarik yang bisa ditukar.

“Bagi turis Tiongkok, tentunya ini sesuatu yang menarik. Tapi bagi warga lokal, menjadi hal yang sangat baru karena mereka bisa memberi sumbangan pakai kartu Visa atau MasterCard saja.

Terry menjelaskan pihaknya memilih Alipay sebagai mitra lantaran anak usaha fintech dari Alibaba ini sudah memiliki kantor perwakilan di Melbourne.

Dari segi jumlah merchant yang sudah menerima pembayaran dengan Alipay diprediksi sudah lebih dari 1000 unit.

“Alipay memiliki market share hampir 50% untuk pembayaran non tunai di Melbourne. Jadi itulah alasan kita kenapa lebih memilih Alipay.”

Selain dua program di atas, City of Melbourne memiliki program pelatihan entrepreneur selama enam bulan untuk pelajar dan startup dan digital engagement untuk penduduk Melbourne dalam memberikan masukan, keluhan, dan rencana buat pemerintah.

Digital engagement ini bisa dikatakan mirip seperti aplikasi Qlue yang dipakai Jakarta Smart City dalam menaungi semua feedback penduduk Jakarta.

Nodeflux Bergabung dengan Portofolio Investasi East Ventures

Bertujuan untuk mempercepat misi meningkatkan bisnis melalui penelitian serta pengembangan produk berbasis computer vision dan deep learning, hari ini (06/5) Nodeflux mengumumkan telah resmi bergabung dalam portofolio investasi East Ventures​. Tidak ada informasi spesifik yang disampaikan mengenai pendanaan yang diberikan. Sebelumnya Nodeflux juga telah mendapatkan pendanaan awal dari pengembang platform smart city Qlue.

East Ventures yang fokus kepada pendanaan tahap awal startup menyambut baik masuknya Nodeflux dalam portofolio mereka. Intelligent video analytics yang dapat diimplementasikan ke berbagai sumber, baik itu CCTV, webcam, telepon, kamera, dan lain sebagainya, ke depannya dinilai memiliki potensi yang besar.

“Populasi Internet Indonesia menghasilkan data yang sangat besar dan membutuhkan otak untuk mengelola informasi dan mengekstrak nilai mereka. Nodeflux berhasil melakukannya. Mereka mengatur dan mengekstrak informasi dari gambar dan video, kemudian melatih mesin untuk dapat menyelesaikan masalah lintas sektor. Kami sangat senang dapat mendukung Meidy dan timnya untuk menjadikan teknologi AI di Indonesia dapat berkembang dan diaplikasikan,” ujar Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca.

Menambah kemitraan dengan pemerintahan dan bisnis

Selanjutnya Nodeflux akan memperdalam teknologi sekaligus menambah kemitraan dengan bisnis hingga pemerintahan. Di antaranya adalah dengan pemerintah dari beberapa kota besar, yang menekankan konsep smart city, seperti Jakarta dan Bandung, untuk membuktikan teknologi mereka pada CCTV di seluruh kota. Selain itu, Nodeflux juga bekerja sama dengan Badan Kepolisian Indonesia untuk meningkatkan sistem operasional kepolisian.

“Sejak awal ketika kami membangun Nodeflux, kami melihat bahwa intelligent video analytics dapat menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat. Kami yakin pendekatan ini akan banyak mengubah cara klien dalam memantau, mengukur, dan memahami lingkungan sekitar mereka,” kata CEO Nodeflux Meidy Fitranto..

Nodeflux juga merupakan perusahaan Indonesia pertama yang bergabung dengan program Nvidia Inception Program dari Nvidia, produsen GPU terkemuka di dunia. Nodeflux memiliki keunggulan dengan mempelajari teknologi ini lebih awal, masuk ke pasar terlebih dahulu dan mendapat dukungan besar dari Nvidia dalam mengembangkan teknologi yang mampu memenuhi permintaan terbaru dari klien.

Saat ini Nvidia dan Nodeflux tengah dalam proses untuk meningkatkan kemitraan mereka lebih lanjut agar dapat memberikan fleksibilitas yang lebih banyak dan membantu Nodeflux dalam menjangkau pasar global.

“Kami bukan hanya merupakan pemain pertama dan satu-satunya yang menyediakan solusi intelligent video analytics di Indonesia. Lebih dari pada itu, kami dapat dengan bangga mengatakan bahwa Nodeflux, produk yang kami kembangkan sendiri, mampu bersaing secara hebat dengan perusahaan teknologi asing dari Jepang, Israel, Singapura, Tiongkok, dan lainnya di pasar Indonesia dari segi kemajuan teknologi,” kata Meidy.

 

Jakarta Smart City Terintegrasi dengan Aplikasi Jukir dan Lapakon untuk Kelola Parkir

Pemprov DKI Jakarta meresmikan kerja sama strategis bersama PT Nusantara Digital Investama selaku pengembang aplikasi Jukir (Juru Parkir) dan PT Wican Tirtayasa Bersama selaku pengembang aplikasi Lapakon. Kerja sama tersebut dilakukan untuk menghadirkan sistem pengelolaan lahan parkir di jalan, dikemas dalam program Smart City yang dimiliki Pemprov.

Ada dua tujuan utama dari pengembangan sistem tersebut. Pertama untuk memastikan retribusi uang parkir terserap secara optimal sebagai pendapatan daerah. Yang kedua untuk menyejahterakan para juru parkir dengan sistem dan pebagian yang lebih transparan.

Aplikasi yang masuk menjadi sub layanan Jakarta Smart City ini juga dilengkapi fitur pembayaran PPOB (Payment Point Online Bank) dan pembelian pulsa, diharapkan para juru parkir (sebagai mitra) bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari transaksi tersebut. Ke depan dijanjikan akan ada produk lain juga yang disematkan ke dalamnya.

Menurut Founder Jukir Budi Hartono, keberadaan aplikasi ini diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif terhadap parkir liar, sekaligus dapat meningkatkan martabat para juru parkir yang selama ini dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.

Dari sisi pengelola (pemerintah), adanya aplikasi memungkinkan mereka bisa dengan transparan melihat pendapatan parkir secara real time. Selain itu, juga membuka peluang kerja para juru parkir yang belum terlatih untuk menjadi juru parkir profesional. Menurut pemaparan Budi aplikasi ini pertama kali di dunia, pendapatan daerah dan keberadaan juru parkir liar dapat diintegrasikan ke dalam satu sistem yang transparan.

“Untuk saat ini aplikasi Lapakon resmi beroperasi di Jakarta dan dalam waktu dekat akan merambah ke daerah-daerah lain di Indonesia untuk membantu pemerintah daerah di seluruh Indonesia dalam mengelola perparkiran dan meningkatkan pendapatan daerah mereka,” ujar Co-Founder Lapakon Anggawira.

Qlue Semakin Agresif di Tahun 2018

Qlue sejauh ini dikenal sebagai penyedia layanan pelaporan warga. Dengan menawarkan fungsionalitas dan teknologi, Qlue menjelma menjadi sebuah solusi yang bisa dimanfaatkan pemerintah maupun pihak swasta. Qlue baru saja bermitra dengan Township Alam Sutera untuk meluncurkan aplikasi untuk pelaporan warga yang dinamai eTown.

Aplikasi tersebut disediakan untuk memudahkan komunikasi antara warga dan pihak Township Management Alam Sutera dengan mengadopsi layanan Qluster dari Qlue yang memang dirancang untuk warga yang tinggal di kluster dalam sebuah kawasan perkotaan.

Department Head Estate Management Township Alam Sutera Andri Tedjajana menyampaikan bahwa dengan adanya aplikasi eTown tersebut pihaknya dapat memenuhi kebutuhan warga di kawasan Alam Sutera secara efektif dan efisien. Melalui aplikasi eTown tersebut pihak manajemen Township Alam Sutera mengintegrasikan data dan memonitor setiap detail informasi dalam sebuah dashboard secara real time.

“Bahwa tujuan Qlue didirikan adalah untuk mentransformasi kota-kota di Indoneisa menjadi kota cerdas. Kami memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan kota-kota di Indonesia dengan menghadirkan kombinasi aplikasi warga dan platform bagi pemimpin kota yang akan semakin mempermudah kedua belah pihak untuk berkomunikasi dan mengolah data,” terang CEO Qlue Rama Raditya.

Lebih agresif tahun ini

Qlue mulai dikenal masyarakat luas sejak digunakan oleh pemerintah provinsi DKI. Kemampuannya memfasilitasi aduan warga dikombinasikan dengan pemerintah yang proaktif menjadi nilai yang positif. Sejauh ini dari data yang dipaparkan Rama pihaknya sudah bekerja sama dengan beberapa pemerintahan, seperti Jakarta, Sidoarjo, Probolinggo, Manado, Trenggalek, Bima dan lima kota lainnya. Tidak hanya dengan pemerintahan, Qlue juga bekerja sama dengan pengembang, beberapa di antaranya adalah Alam Sutera, Agung Sedayu, Intiland, Sentul, Metland, dan Ciputra.

Pencapaian positif Qlue ingin coba ditingkatkan di tahun ini. Salah satunya adalah mencoba lebih aktif menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait yang bisa memaksimalkan layanan Qlue.

“Kita going agresif [tahun ini]. Dan sudah masuk ke pemerintah pusat yang strategis,” terang Rama kepada DailySocial.

Selain dari segi layanan Qlue juga menjanjikan sejumlah inovasi di bidang teknologi. Di tahun ini Qlue memberi sinyal untuk berinovasi di bidang video analitik dan internet of things. Sebelumnya Qlue tercatat berinvestasi untuk startup yang memiliki keahlian di bidang big data dan machine learning, Nodeflux. Dengan inovasi ini, Qlue bisa menjadi pemimpin pasar di segmen pengelolaan media pelaporan warga.

Application Information Will Show Up Here

Matakota Sajikan Layanan Pelaporan Warga Berbasis Media Sosial

Matakota merupakan platform berbasis media sosial yang difungsikan untuk menampung informasi pelaporan warga. Konsepnya secara umum tidak jauh beda dengan solusi perkotaan pintar yang sudah ada sejauh ini. Pengguna dideteksi berdasarkan lokasi akses, kemudian dapat memberikan informasi pelaporan berdasarkan kategori yang sudah disediakan. Berbasis media sosial, Matakota diharapkan dapat menampung laporan warga secara instan dan mendapatkan follow up lebih lanjut dari pihak terkait.

“Setiap user Matakota bisa melaporkan kejadian dengan enam kategori, yaitu laporan lalu lintas, kebakaran, kriminal, bencana alam, kegiatan sosial, dan perlindungan anak. Dalam menangani perlindungan anak, kami juga sudah bekerja sama dengan Kak Seto, Ketua Umum LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia),” terang Co-Founder & CEO Matakota Henry Karya Nugraha.

Mengingat informasi tersebut bisa disampaikan oleh siapa saja, Matakota dibekali dengan fitur “Fake Report” di setiap posting yang dibuat penggunanya. Ini untuk meminimalkan adanya informasi hoax. Dalam sebuah laporan, jika ada yang menekan tombol Fake Report lebih dari lima kali, maka akan otomatis terhapus. Jadi informasi berasal dari warga, dan validasi informasi pun dari partisipasi warga.

Matakota juga dilengkapi dengan fitur Panic Button. Fitur tersebut hanya bisa digunakan untuk pengguna yang sudah memvalidasi profilnya dengan data e-KTP. Selain itu, Matakota juga dilengkapi dengan fitur News yang menyuguhkan berita lokal, nasional, maupun internasional untuk memberikan wawasan lebih luas kepada smart citizen.

Terintegrasi dengan layanan berbasis perangkat

Selain sebagai wadah untuk menampung dan memvalidasi informasi dari masyarakat, layanan Matakota didesain untuk bisa diintegrasikan dengan perangkat keras seperti Beacon, CCTV/IPTV, TMC, ATCS, dan sensor bencana. Sehingga harapannya pihak terkait dengan mudah bisa memantau kondisi kota dan memberikan peringatan dini ketika akan terjadi bencana.

“Jika saya lihat, saat ini beberapa instansi pemerintah seperti kepolisian, PMI, BPBD, dan PMK masih berjalan sendiri-sendiri. Belum terintegrasi menjadi satu. Jadi masyarakat harus menghafalkan nomor telepon penting itu masing-masing. Sedangkan jika dalam kondisi darurat bisa jadi masyarakat kesulitan mengingatnya. Jadi kami ingin mengintegrasikannya dan meningkatkan durasi quick response pemerintah dalam menangani laporan. Saat ini quick response instansi berwenang dalam menangani laporan yang membutuhkan respons cepat masih belum maksimal, rata-rata kasus ditangani setelah 30 menit kejadian berlangsung,” terang Henry.

Matakota didirikan oleh Henry (CEO) dan rekannya Gita Hanandika (CEO). Diawali dengan bootstrapping, saat ini Matakota sedang dalam tahap fundraising. Matakota belum lama ini juga menjadi pemenang pertama pada kompetisi ID.Connect di Surabaya yang diselenggarakan oleh D~NET bekerja sama dengan Express Wi-Fi by Facebook.

“Untuk pengembangan produk satu tahun ke depan Matakota akan mengembangkan fitur Lost & Found, pengembangan IoT Beacon private dan business, serta Early Warning System. Sedangkan dari segi bisnis kami ingin bekerja sama dengan lebih banyak kota di Indonesia,” lanjut Henry.

Di akhir perbincangan tim Matakota juga menyampaikan pendapatnya tentang sebuah kota pintar yang ideal. Menurutnya, kota pintar ideal adalah sebuah kota yang memiliki unsur smart government, smart economy, smart environment, smart mobility, dan smart living. Terdapat integrasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sehingga menghasilkan sebuah kinerja yang efektif dan efisien baik itu untuk pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Dapatkan Pendanaan dari GDP Venture

Startup pengembang paltform berbasis smart city “Qlue” hari ini diinformasikan baru saja mendapatkan pendanaan lanjutan dari GDP Venture dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan ini dikatakan menjadi yang terbesar didapat Qlue –dibandingkan putaran sebelumnya. Fokusnya akan digunakan untuk pengembangan produk, perekrutan talenta baru, dan menguatkan portofolio Qlue untuk smart city.

Berawal dari mengembangkan sistem pelaporan warga khusus di wilayah DKI Jakarta, sepak terjang Qlue kini semakin luas. Termasuk memfasilitasi beberapa inisiatif kota pintar di berbagai daerah lainnya. Sebagai fasilitator pengembang kota pintar, Qlue telah menjalin kemitraan dengan 10 pemerintah kota di Indonesia, memfasilitasi ragam kebutuhan seperti sistem pelaporan, keamanan dan sebagainya. Termasuk menjalin kerja sama khusus dengan berbagai institusi seperti Kepolisian.

Cakupan bisnis Qlue juga terpantau semakin berkembang. Tidak hanya menyasar kalangan pemerintahan, namun juga ke korporasi –khususnya yang menjalankan bisnis properti. Produk teranyar Qlue yang bernama QlueWork (dulu bernama Quack dan Qluster) dikhususkan untuk bisnis properti yang berminat mengimplementasikan konsep smart living berbasis teknologi dalam lingkungannya. Setidaknya sudah ada 8 pengembang properti di Indonesia yang telah menjalin kerja sama khusus untuk inisiatif tersebut.

Untuk menguatkan debutnya dari sisi produk teknologi, bulan Juni lalu Qlue menjalin kerja sama khusus dan berinvestasi ke startup Nodeflux, pengembangan sistem cerdas berbasis computer vision. Kerja sama ini turut menguatkan portofolio IoT (Internet of Things) yang dimiliki Qlue sehingga memiliki sistem analisis yang lebih mendalam.


Disclosure: DailySocial dan GDP Venture berada di bawah naungan investor yang sama.

Application Information Will Show Up Here

Qlue Berikan Investasi Tahap Awal kepada Nodeflux

Apa yang terbayang ketika mendengar istilah smart city? Ya, sebuah kemegahan dan kemudahan akses di sektor publik yang didukung oleh kemampuan teknologi. Untuk merealisasikan visi tersebut secara berkesinambungan, belum lama ini pengusung produk berbasis smart city Qlue menjalin kerja sama khusus bersama pengembang piranti cerdas Nodeflux.

Kerja sama strategis ini dimulai dengan seed investment (investasi tahap awal) yang diberikan oleh Qlue kepada Nodeflux. Terkait dengan jumlah investasi yang diberikan tidak diinformasikan, yang pasti proses ini menjadikan Qlue sebagai salah satu pemegang saham startup yang didirikan Meidy Fitranto dan Faris Rahman.

[Baca juga: Nodeflux Kombinasikan Komputasi Pintar untuk Ragam Kebutuhan Analisis]

Kepada DailySocial, Meidy menceritakan terkait dengan kolaborasi yang akan dijalin bersama Qlue. Ia memaparkan, “Banyak sekali untuk kolaborasi yang bisa dikembangkan. Dan memang dalam banyak cases kita jalan beriringan, karena pasar klien dari Qlue secara umum sudah memiliki banyak CCTV yang sudah ter-deployed, jadi bisa kita manfaatkan untuk dijadikan pintar dan akan dikombinasikan dengan dashboard analytics Qlue.”

Sudah mulai memaksimalkan kolaborasi kedua teknologi

Kami juga menghubungi CEO Qlue Rama Raditya untuk menanyakan seputar kolaborasi antar dua startup ini. Pasca investasi ini, yang dilakukan Qlue adalah mengadopsi teknologi yang dimiliki Nodeflux ke dalam sistem smart city miliknya.

Salah satu yang sedang dikerjakan adalah proyek bersama kepolisian. Yang dilakukan adalah banyak hal, yakni melakukan analisis terhadap sesuatu yang terdeteksi oleh kamera CCTV yang dipasang. Mulai untuk menganalisis obyek, kepadatan lalu lintas, pendeteksi wajah dan sebagainya. Harapannya terbangun sebuah sistem yang nantinya akan membantu di banyak hal, seperti menemukan buronan atau pengaturan lalu lintas berdasarkan analisis trafik lalu lintas.

Rama juga menceritakan saat ini sedang bekerja sama dengan salah satu perusahaan ojek online. Fungsinya untuk mendeteksi sebaran driver di suatu wilayah. Yang jelas adanya platform Nodeflux membuat apa yang disajikan Qlue menjadi lebih komprehensif dan lebih terukur.

[Baca juga: Qlue Tak Ingin Sekedar Jadi Layanan Pelaporan Warga]

“Jadi yang kita adopsi adalah sistem analisis big data dan machine learning ke dalam dashboard smart city yang kami miliki. Masih banyak inisiatif berbasis IoT yang bakal kita setup bersama Nodeflux ke depannya, untuk menguatkan platform smart city yang kami miliki,” ujar Rama dalam sebuah kesempatan wawancara.

Saat ini Nodeflux berkantor di tempat yang sama dengan Qlue. Meidy dan Rama sama-sama mengutarakan bahwa dengan menyatunya ruang kerja, keduanya dapat berkolaborasi lebih mendalam untuk mengembangkan solusi kota pintar bersama-sama.

“Awalnya saya lihat website-nya, tertarik dan langsung invest. Karena saya memang suka mereka [Nodeflux], banyak proyek kita saat ini juga dikerjakan oleh mereka, khususnya yang membutuhkan solusi analisis Nodeflux,” pungkas Rama.

Qlue Tak Ingin Sekedar Jadi Layanan Pelaporan Warga

Qlue selama ini banyak dikenal sebagai aplikasi pelaporan warga DKI Jakarta. Sistemnya digunakan Pemprov DKI Jakarta untuk mengakomodir keluhan dan pelaporan warga melalui sebuah dashborad terintergasi. Perlahan tapi pasti Qlue mulai melepaskan diri dari gambaran tersebut. Munculnya layanan baru dan kehadiran di kota-kota lain, Qlue berharap bisa dilihat sebagai sesuatu yang lebih besar, sebuah solusi yang lebih kompleks.

Diceritakan Rama Raditya, CEO Qlue, tahun ini pihaknya mulai mendekat ke pengembang-pengembang seperti Sinar Mas, Agung Sedayu, Intiland, dan beberapa lainnya, termasuk institusi dan komunitas yang mendukung smart city, seperti Kepolisian, Greenpeace, dan lainnya. Qlue mencoba membangun ekosistem smart city yang lebih dari sekedar pelaporan warga.

“Dengan membangun ekosistem seperti ini solusi smart city kami akan semakin komprehensif. Orang hanya tahu Qlue adalah laporan ke pemerintah. Namun core product kami sebenarnya yah big data visualisation dan anaytic yang di-generate dari data integration and machine learning kami Intinya itu sih  What people see is only the tip of the iceberg. Our mission and what we have is way bigger than that,” cerita Rama.

Qlue bisa dibilang cukup berhasil di DKI Jakarta dengan teknologi yang menjembatani masyarakat dan pemerintah. Namun Qlue tidak hanya tersedia Jakarta, ia mencoba hadir di kota-kota lain untuk membantu menyukseskan program smart city. Saat ini Qlue sudah membantu melakukan integrasi data kota pada dashborad untuk kota-kota di luar pulau Jawa, seperti Manado, Makassar, Pare-Pare dan Bima.

“Kami semakin fokus untuk menjadikan kota-kota di Indonesia semakin efektif dan efisien dengan program smart city. Kami diberikan opsi lain untuk mengejar kota-kota lain yang di mana tadinya kita sangat fokus dengan Jakarta. So its a good thing, what happened in the past was actually a blessing in disguise for us and now we are stronger than ever,” imbuh Rama.

Quack, Qluster, dan teknologi yang dikembangkan

Quack dan Qluster hadir untuk melengkapi bisnis Qlue. Qluster sendiri didesain untuk masyarakat yang tinggal di kluster atau kompleks, baik transaksi pembayaran, info mengenai tetangganya, atau kegiatan administratif lainnya. Mirip seperti Qlue tetapi lebih tertutup.

Sedangkan Quack seolah melengkapi keduanya. Dari penuturan Rama, Quack lebih banyak digunakan secara white label. Sejauh ini sudah digunakan di instansi kepolisian di 7 kota berbeda dan namanya digunakan disesuaikan.

“jadi Quack ini benar-benar menjadi supporting platform untuk Qluster dan Qlue, karena mereka sifatnya digunakan untuk tim di internal property. Contohnya pakai Quack untuk satpam, estate manager-nya melaporkan kondisi lapangan. jadi properti itu tahu pergerakan dari tim mereka, sehingga bisa dimaksimalkan,” terang Rama.

Kedua aplikasi tersebut hadir menegaskan produk inti Qlue, yakni big data, integrasi, dan machine learning. Sejauh ini teknologi-teknologi terkini terus diupayakan Qlue. Salah satunya adalah dengan mengadaptasi teknologi Nodeflux, salah satu startup yang mengkombinasikan komputasi pintar untuk berbagai macam kebutuhan analisis ke dashboard smart city milik Qlue.

“Kita baru invest ke Nodeflux kemarin. Jadi mereka melakukan big data analytic dan machine learning sistem mereka kita adopt ke dashboard smart city kami dan digunakan untuk memproses CCTV menggunakan video analytic ke depannya kita lagi setup berbagai macam IoT (Internet of Things) initiatives yang bisa men-support product kami sehingga semakin kuat dan fokus di smart city,” tutup Rama.

Aplikasi Gencil Dikembangkan untuk Bawa Pontianak sebagai Kota Pintar

Dikembangkan sejak bulan Agustus 2016, aplikasi bernama Gencil (dalam Bahasa Melayu Pontianak berarti mudah) dari PT Satu Hati berusaha memfasilitasi kebutuhan realisasi kota pintar di Pontianak. Aplikasi ini mengintegrasikan sistem informasi perkotaan dengan beberapa stakeholder, menghubungkan kebutuhan masyarakat dengan institusi pemerintah setempat.  Saat ini institusi yang sudah bergabung dengan Gencil mulai dari Pemerintah Kota Pontianak, Bank Indonesia Perwakilan Kalbar, BPJS Ketenagakerjaan, PDAM Kota Pontianak, Kepolisian Daerah, hingga TNI.

Selain berarti mudah, Gencil sendiri sebenarnya juga sebuah singkatan dari “Government & Smart City Landmark”, sesuai visinya yakni ingin menjadi suatu landmark di dunia maya bagi masyarakat yang sedang berada di Kota Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat (Kalbar) pada umumnya. Aplikasi Gencil saat ini sudah tersedia secara gratis untuk pengguna platform Android dan iOS.

Saat ini Gencil melayani beragam kebutuhan warga Pontianak seperti pencarian destinasi kuliner, informasi acara terbaru di Pontianak dan Kalbar, destinasi wisata yang ada di Kalbar dan Pontianak, hingga info pangan dan berita. Bahkan masyarakat dapat melaporkan keluhan terhadap pelayanan publik dan kondisi lingkungan, misalnya jalan berlubang, sampah bekas kulit durian yang menumpuk, parkir motor yang memenuhi badan jalan dan sebagainya kepada instansi terkait lewat aplikasi ini.

“Ini salah satu bentuk kontribusi kami kepada Kota Pontianak untuk mewujudkan sistem smart city. Ketika kota lain menghabiskan banyak anggaran APBD untuk membangun sistem, di Pontianak, kami bekerja sama dengan pemerintah dan stakeholder yang ada di Kota Pontianak sehingga pemerintah tidak mengeluarkan sepeser pun anggaran,” ujar Hermawan Sulaiman selaku Direktur Utama PT Satu Hati.

Kendati dikembangkan secara bootstraping, Hermawan optimis ke depan Gencil akan menjadi platform kota pintar yang dapat terintegrasi dengan stakeholder di seluruh Indonesia. Terkait model bisnis yang diterapkan berupa active advertising. Dengan menggratiskan layanan, pihak manajemen mendapat pemasukan dari iklan, tergantung jumlah permintaan. Bagi pengiklan dari pelaku UMKM, diberi harga khusus.

“Cakupan wilayah layanan Gencil saat ini masih di Kalimantan Barat, meski sudah ada permintaan dari Medan dan Maluku,” imbuh Hermawan.

Keunggulan Gencil dibanding layanan sejenis di Kalbar adalah layanan ini tidak hanya dapat diakses dari ponsel pintar semata, tapi juga mempunyai Gencil Kiosk di tempat ramai (ruang publik) yang dapat diakses siapa saja secara gratis.

Application Information Will Show Up Here