Tokopedia Announces 16 Trillion Rupiah Funding Led by Softbank and Alibaba

Today (12/12) Tokopedia officially announces the latest funding worth of $1.1 billion (around 16 trillion rupiah). This round was led by SoftBank Vision Fund and Alibaba Group, participated also Softbank Ventures Korea and Tokopedia’s existing investors. The news has been rumored since last November.

Tokopedia plans to use the additional capital to boost technology and infrastructure development in empowering millions of customers to provide the best service.

“In the first nine years, Tokopedia focused on building the biggest marketplace in Indonesia providing the physical and digital product. Entering the tenth year, Tokopedia will turn our ecosystem into infrastructure-as-a-service (IaaS) where logistics, fulfillment, payment, and our financial service will enable trading, both online and offline. It’ll expand Tokopedia’s scale and network while increasing operational efficiency for millions of business and partners,” William Tanuwijaya, Tokopedia’s Co-founder and CEO, said.

To date, Tokopedia has reached 93% sub-district in more than 17,000 islands all over Indonesia. This year, Tokopedia’s gross merchandise value (GMV) increased by four times. Currently, Tokopedia also provides same-day delivery for 25% of the transactions occurred in its platform.

“Tokopedia provides access to more than 100 million products to all Indonesians. We support and trust the power of local entrepreneurs, and see the potential of Tokopedia’s growth increasing,” Lyda Jett said as SoftBank Investment Advisers’ Senior Investor and Tokopedia’s Board Member.

It was said earlier about the current condition of shareholders in Tokopedia. William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison are said to hold less than 8% of its company shares. Softbank in total (including its affiliates) owns more than 38% of the company shares. Alibaba, through Taobao, is the second largest investor with 25% shares.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Umumkan Perolehan Pendanaan 16 Triliun Rupiah yang Dipimpin oleh Softbank dan Alibaba

Hari ini (12/12) Tokopedia resmi mengumumkan perolehan pendanaan terbaru senilai $1,1 miliar (setara dengan 16 triliun Rupiah). Putaran pendanaan kali ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya. Kabar tentang pendanaan ini sudah tersiar sejak akhir November lalu.

Tokopedia berencana menggunakan tambahan modal tersebut untuk mendorong pembangunan teknologi dan infrastruktur yang akan memberdayakan jutaan bisnis lokal untuk tumbuh dan memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan.

“Dalam sembilan tahun pertama kami, Tokopedia fokus untuk membangun marketplace terbesar di Indonesia yang menyediakan barang fisik serta digital. Memasuki tahun kesepuluh, Tokopedia akan mengembangkan ekosistem kami menjadi infrastructure-as-a-service (IaaS) di mana teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan kami akan memberdayakan perdagangan, baik online maupun offline. Ini akan memperluas skala dan jangkauan Tokopedia, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional bagi jutaan bisnis dan mitra,” ujar Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya.

Sejauh ini Tokopedia sudah menjangkau 93% kecamatan di Indonesia di lebih dari 17.000 pulau. Pada tahun ini gross merchandise value (GMV) Tokopedia meningkat hingga empat kali lipat. Saat ini Tokopedia juga telah melakukan pengiriman di hari yang sama (same-day delivery) untuk 25% transaksi yang terjadi dalam platformnya.

“Tokopedia telah menyediakan akses ke lebih dari 100 juta jenis produk kepada masyarakat Indonesia. Kami mendukung dan percaya kepada kekuatan entrepreneur lokal, dan melihat potensi pertumbuhan Tokopedia akan terus berkelanjutan,” sambut Lydia Jett, Senior Investor SoftBank Investment Advisers sekaligus Anggota Dewan Tokopedia.

Pada pemberitaan sebelumnya tersiar kabar mengenai kondisi kepemilikan saham saat ini di Tokopedia. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison disebut memegang kurang dari 8% saham perusahaan. Softbank secara total (termasuk melalui afiliasinya) memiliki lebih dari 38% saham perusahaan. Alibaba, melalui Taobao, menjadi investor terbesar kedua dengan kepemilikan 25%.

Application Information Will Show Up Here

EV Hive Secures $20 Million Series A Funding

EV Hive co-working space has scored a Series A funding worth of $20 million (277 billion Rupiah) led by Softbank Ventures Korea, H&CK Partners, and Tigris Investment. All three are based in Korea. Several new investors involved in this round are Naver, LINE Ventures, and STIC Investment. Also participated are the previous investors, such as East Ventures, SMDV, Sinar Mas Land, Insignia Venture Partners, Intude Ventures, and angel investors (Michael Widjaya and Chris Angkasa).

The company plans to use the funding for expansion, including regional opportunities, to a 100 new locations. They’re claimed to have more than 3000 active members.

Previously, EV Hive has received Pre-Series A Funding worth of $3.5 million or around 46 billion Rupiah in September 2017.

EV Hive was established in June 2015 by East Venture as a “pet project” and in May 2017 has become a separate company. Currently, the co-working space company already has 21 locations in Jabodetabek and Medan. In total, the area has reached 30 thousand sqm.

Carlson Lau, EV Hive’s CEO told DailySocial, “The co-working space business has a huge potential in Indonesia because of the sheer numbers of SMEs in the country, many of whom require affordable access to workspaces and businesses services. Co-working is a powerful platform to effectively help lower these small businesses and startups’ cost of doing business. Besides, co-working currently only occupies less than 1% of the total commercial real estate space, and we think that in the future co-working will a mainstream business where more than 20% of all commercial real estates are fitted out as co-working spaces.”

In Indonesia, co-working space still considered as a new business and tend not to gain profit. However, the big players are marking their territory. US giant co-working space, WeWork, has confirmed its presence in Indonesia, while Chinese co-working space UrWork investing in local service Go-Rework.

Although it’s still focused in Jabodetabek area, Lau assured to expand to other big cities in Indonesia. He said, “Outside of Jabodetabek, we are already in Medan, and we are planning to open co-working spaces in all the major cities in Indonesia. Our expansion decision is largely to cities with strong entrepreneurial communities who require access to services, and with whom we think there are great cross city collaboration opportunities with our existing members.”

Regarding the regional expansion, Lau ensures that his team will focus on Indonesia this year but still opens opportunities for neighbor countries.

“We have already received a number of enquiries from landlords and business partners to expand into their cities in SEA countries. We see great potential in Philippines, Vietnam, Thailand and Malaysia where we witness a lot of startup activity. In fact, some of our existing members are already making plans to expand into these countries, and we plan to follow our customers in their regional expansion plans,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Hive Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A 277 Miliar Rupiah

Layanan co-working space EV Hive mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $20 juta (277 miliar Rupiah) yang dipimpin Softbank Ventures Korea, H&CK Partners, dan Tigris Investment. Ketiganya berbasis di Korea. Investor baru yang juga masuk dalam pendanaan ini adalah Naver, LINE Ventures, dan STIC Investment. Juga berpartisipasi adalah investor terdahulu, yaitu East Ventures, SMDV, Sinar Mas Land, Insignia Venture Partners, Intudo Ventures, dan angel investor Michael Widjaya dan Chris Angkasa.

Perusahaan berencana menggunakan dana tersebut untuk berekspansi, termasuk membuka peluang secara regional, ke 100 lokasi baru. Disebutkan mereka saat ini memiliki lebih dari 3000 anggota aktif.

Sebelumnya EV Hive memperoleh pendanaan Pra-Seri A sebesar $3,5 juta atau sekitar 46 miliar Rupiah di bulan September 2017.

EV Hive awalnya didirikan di bulan Juni 2015 oleh East Ventures sebagai sebuah “proyek kecil-kecilan” dan di bulan Mei 2017 menjadi sebuah perusahaan tersendiri. Perusahaa saat ini memiliki 21 lokasi co-working space di Jabodetabek dan Medan. Secara total, luasan tempat kerja EV Hive saat ini mencapai 30 ribu meter persegi.

Kepada DailySocial, CEO EV Hive Carlson Lau mengatakan, “Bisnis co-working memiliki potensi besar di Indonesia karena jumlah UKM yang banyak. Co-working adalah platform yang hebat untuk secara efektif menurunkan biaya berbisnis bagi startup dan UKM. Co-working saat ini hanya kurang dari 1% dari total segmen real estate komersial dan kami pikir di masa depan co-working akan menjadi bisnis mainstream dengan lebih dari 20% segmen real estate komersial akan ditempati co-working space.”

Di Indonesia co-working space masih merupakan bisnis yang relatif baru dan cenderung belum memperoleh keuntungan. Meskipun demikian para pemain raksasa sudah menancapkan kukunya di sini. Raksasa co-working space Amerika Serikat WeWork telah memastikan kehadirannya di Indonesia, sementara raksasa co-working space Tiongkok UrWork berinvestasi di layanan lokal Go-Rework.

Meskipun fokus layanannya masih di kawasan Jabodetabek, Carlson memastikan  akan merambah kota-kota besar lainnya di Indonesia. Carlson mengatakan, “Di luar Jabodetabek, kami telah tersedia di Medan dan kami berencana membuka co-working space di semua kota-kota besar di Indonesia. Kami berekspansi ke kota-kota dengan komunitas kewirausahaan yang kuat yang membutuhkan akses ke layanan [co-working space] ini dan tempat yang mendukung peluang kolaborasi antar kota dengan anggota-anggota kami.”

Tentang rencana ekspansi regional, Carlson memastikan pihaknya masih akan fokus ke Indonesia tahun ini, tetapi tetap membuka peluang ekspansi ke negara-negara tetangga.

“Kami telah mendapatkan permintaan dari sejumlah pemilik lahan dan mitra bisnis untuk berekspansi ke kota-kotanya di kawasan Asia Tenggara. Kami melihat potensi besar di Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia ketika kami menyaksikan sendiri banyaknya aktivitas startup. Bahkan sejumlah anggota kami telah memiliki rencana berekspansi ke negara-negara tersebut dan kami berencana mengikuti konsumen kami dalam rencana ekspansi regional mereka,” tutup Carlson.

Modalku’s Parent Company Received Series B Funding Worth of 344 Billion Rupiah

Funding Societies, a p2p (peer-to-peer) lending developer, known as Modalku’s parent company in Indonesia, announces the acquisition of Series B funding worth of US$25 million or 344 billion Rupiah. This round is led by Softbank Ventures Korea. Other investors involved are Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro, and LINE Ventures.

The round becomes the biggest one for p2p platform in Southeast Asia. Funds will be used to build up the vision of financial inclusion service in the region. Since it was founded in 2015, the p2p lending platform has made over 60,000 loans by this year.

“We work in a trust-based industry, and we’re glad that the customer, SMEs, partners, regulators, and investors put their trust in us. We’ll continue in supporting SMEs development for borrower’s market focus and improving profit for lenders. It is not only business for us, but a mission to create a positive impact in Southeast Asia,” Kelvin Teo, CEO & Co-Founder of Funding Societies, said.

In the same occasion, Teo said that the key development for Funding Societies is focus and consistency in technology and the design of its services. It takes Funding Societies into the leading platform that introduces some sophisticated features, such as E-Signing Contract or Auto Investment Algorithm. The capability has managed the company to make numerous achievements, one of which is Modalku winning the Global SME Excellence Award.

The startup that was founded by Kelvin Teo and Reynold Wijaya has accommodated loans for SMEs in Singapore, Indonesia, and Malaysia. SG$100 million has been facilitated by crowfunding mechanism. Since 2016, the growth rate has reached 300%.

Pieter Kemps, Sequoia India Principal, commented, “In the beginning, we recommend them to focus on the fundamentals: technology, product, risk management, and the maintenance of high-quality loan books. They execute all sectors with vision and integrity. We’re optimist that this character will help them build the bigger and sustainable company.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan Penyedia Diskon dan “Cashback” ShopBack Raih Pendanaan Rp338 Miliar yang Dipimpin Credit Saison

ShopBack, startup penyedia jasa diskon dan cashback dari Singapura, meraih pendanaan segar sebesar US$25 juta (sekitar Rp338 miliar) yang dipimpin oleh Credit Saison, perusahaan kartu kredit dan ritel keuangan dari Jepang.

10 investor institusional lainnya yang turut berpartisipasi, termasuk investor baru Blue Sky dan Intouch Holdings, serta investor yang sudah ada, di antaranya SoftBank Ventures Korea, Singtel Innov8, Qualgro, East Ventures, dan AppWorks.

Perolehan dana segar di putaran terbaru ini akan digunakan untuk menggerakkan tiga area pengembangan utama, yaitu memperoleh sumber daya manusia tingkat dunia, meluncurkan fitur produk terbaru, dan membangun kepemimpinan pasar.

Secara total, ShopBack telah mendapat penggalangan senilai hampir mendekati US$40 juta (sekitar Rp540 miliar).

“Model bisnis ShopBack dibangun di atas meledaknya pertumbuhan e-commerce di Asia Pasifik, untuk mendorong nilai nyata bagi para penggunanya dan juga penjualan yang hemat biaya bagi para mitra pedagangnya. Model ini memungkinkan ShopBack memanfaatkan wawasan pengguna dalam kategori belanja untuk mengembangkan solusi belanja cermat, seperti rekomendasi dari kategori belanja lainnya,” ujar Partner Softbank Ventures Korea Sean Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

ShopBack beroperasi di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Thailand.

ShopBack mengklaim sejauh ini telah ada 1.000 transaksi setiap jamnya dan lebih dari 740 ribu transaksi per bulan. Angka penjualan lebih dari 300 juta dolar dengan lebih dari 1.300 mitra yang bergerak di penjualan online, perjalanan, dan gaya hidup.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 3,5 juta pelanggan tersebar di enam negara di Asia Pasifik sejak pertama kali didirikan pada 2014. Sekitar 1,5 juta d iantaranya berasal dari Indonesia.

Dari segi web traffic, secara regional mencapai 5 juta kunjungan (desktop dan mobile) per bulannya hingga Oktober 2017. Sekitar 2 juta kunjungan berasal dari Indonesia. Besarnya kontribusi dari Indonesia menjadikan negara ini pasar utama ShopBack. Total cashback yang diberikan perusahaan untuk pengguna Indonesia mencapai Rp35 miliar.

Country General Manager ShopBack Indonesia Indra Yonathan menambahkan agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna, perusahaan baru-baru ini menambahkan beberapa fitur layanan perbandingan harga, mulai dari perbandingan harga transportasi online, agregasi kupon diskon, dan harga pulsa termurah. Fitur tersebut diharapkan dapat mempermudah pengguna dalam membuat keputusan untuk membeli sesuatu.

Pihaknya percaya bahwa pelokalan yang cepat dan efektif sangat penting bagi pihak yang beroperasi di wilayah yang sudah terbagi seperti Asia Pasifik. Meskipun penawaran layanan intinya tetap sama di berbagai negara, perusahaan tetap mengadopsi strategi produk dan pemasaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar dengan lebih baik.

“Kami berusaha keras untuk dapat menjadi satu-satunya portal atau alat bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka dengan lebih cermat,” terang Indra.