Jaramba Kembangkan Solusi “Mobility as a Service”, Dukung Digitalisasi Transportasi Umum

Kebijakan transportasi di kota-kota besar di Indonesia umumnya mendukung inisiatif pembangunan jalan. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa membangun lebih banyak jalan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas. Padahal, ada isu yang lebih mendasar yaitu transportasi publik. Layanan yang kurang andal dan memadai menyebabkan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi, pada akhirnya menimbulkan kemacetan dan polusi.

Salah satu transportasi umum yang banyak digunakan untuk kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat di kota-kota di Indonesia adalah “angkot”. Angkot merupakan respons sosial dan informal terhadap masalah transportasi di Indonesia. Mereka tidak hanya menyediakan layanan transportasi di daerah padat penduduk, tetapi juga merupakan sumber mata pencaharian utama bagi pengemudi lokal dan keluarga mereka. Pemerintah kota menghadapi kesulitan dalam mengelola angkot karena tingginya tingkat informalitas dalam rute dan struktur tarif.

Jaramba hadirkan solusi untuk bisnis angkot

Salah satu pasar terbesar angkot adalah anak sekolah. Penerapan school from home (SFH) otomatis berdampak pada penghasilan yang menurun serta jumlah armada yang semakin berkurang. Namun, rencana pemerintah yang akan mulai menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) penuh di awal tahun 2022 dapat menjadi peluang bagi sektor angkutan umun (angkot) untuk kembali bangkit.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Jaramba Anugrah Nurrawa mengungkapkan, “Kami menawarkan solusi mobilitas yang menyediakan semua informasi yang diperlukan, memungkinkan transportasi antarmoda, dan membayar di muka untuk semua tiket yang dibutuhkan. Kami bertekad menjadi penyedia layanan mobilitas unggul di Indonesia, dimulai dengan digitalisasi angkot.”

Terinspirasi dari negara-negara maju yang sudah memiliki sistem transportasi umum yang baik, Jaramba ingin menghadirkan layanan yang bisa menjadikan perjalanan dengan transportasi umum (utamanya angkot) lebih mudah dan andal. Jaramba memberdayakan angkot melalui kerja sama kelembagaan dengan koperasi-koperasi angkot. Layanan ini hadir untuk memungkinkan distribusi penghasilan yang lebih adil antara sopir, juragan, dan koperasi.

Tantangan datang dari lingkungan yang masih sangat informal dan membutuhkan edukasi mendalam terkait solusi digital. Jaramba dengan rutin melakukan sosialisasi dan edukasi mendasar pada pihak-pihak terkait di lapangan. Perusahaan juga menggelar “Jaramba Week”, selama sepekan mereka membagikan voucher yang bisa digunakan untuk membayar angkot dengan cara memindai QR Code yang sudah disematkan pada angkot tertentu.

Jaramba week, yang kemudian diperpanjang menjadi 2 minggu menunjukkan adanya demand dari masyarakat setempat. Aksi ini menghasilkan total 307 registrasi serta 888 total voucher yang berhasil di redeem dengan 105 armada yang beroperasi di 3 jurusan. Saat ini Jaramba sudah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Bandung serta Kopamas, sebuah koperasi angkot yang menaungi 3 trayek di antaranya: Sederhana – Cimindi, St.Hall – Gunung Batu, dan St.Hall – Sarijadi.

QR Code untuk redeem voucher trip gratis dari Jaramba selama periode Jarambah Week

Melihat animo masyarakat serta aktivitas yang mulai kembali normal, Jaramba optimis bisa mendapat momentum di tahun 2022. Pada tanggal 7 Januari 2022, Jaramba berencana menggelar soft launching aplikasi mereka, mencakup empat trayek untuk angkot serta 1 trayek untuk Damri. Saat ini, perusahaan juga telah menandatangani MoU dengan Dishub Jawa Barat untuk pengembangan solusi digitalisasi angkot.

Untuk saat ini, monetisasi yang dilakukan Jaramba adalah dengan mengambil fee sebesar 8% dari total tarif pada setiap perjalanan yang terjadi di atas platformNamun, timnya juga mengungkapkan akan segera mengembangkan sumber revenue mereka melalui iklan setelah mendapat cukup traksi dalam aplikasinya.

Jaramba telah memulai penelitian serta pengembangan intensif untuk solusi ini sejak awal tahun 2021. Pada bulan Agustus lalu, perusahaan berhasil mendapatkan pendanaan pre-seed senilai $100 ribu atau setara 1,4 miliar Rupiah dari Antler, sebuah VC tahap awal sekaligus startup enabler. Jaramba menjadi satu-satunya startup Indonesia yang menerima pendanaan dalam kohort SG8 (Singapura).

Dalam diskusi singkat bersama tim DailySocial.id, Anugrah atau akbra disapa Aso juga mengungkapkan rencananya untuk menggalang dana di tahun 2022. “Setelah soft launching, rencananya akan mempersiapkan untuk seed round. Targetnya sekitar $1 juta untuk ekspansi ke 24 kota di pulau Jawa dalam waktu 18 bulan,” ujarnya. Penggalangan ini ditargetkan untuk rampung sebelum bulan April 2022.

Solusi mobility as a service

Konsep mobility as a service (MaaS) sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Gojek atau Grab. Solusi ini menawarkan layanan dengan kebutuhan transportasi pelanggan/pengguna/wisatawan sebagai fokus utamanya. Namun, MaaS melibatkan lebih dari sekadar berbagi tumpangan berbasis aplikasi. Solusi ini mewakili cara berpikir yang benar-benar baru tentang mobilitas dan transportasi, selaras dengan definisi smart city yang modern.

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini begitu berkomitmen untuk menyadarkan masyarakat dan mengedukasi bahwa penggunaan kendaraan umum adalah jauh lebih baik dari kendaraan pribadi. Salah satunya melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia mengenai pengurangan emisi melalui integrasi dan optimasi dalam transportasi umum di Indonesia. Hal ini terkait mereduksi penggunaan BBM dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk penggunaan kendaraan umum yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah.

Pandemi COVID-19 berdampak negatif pada mobilitas sebagai pasar jasa. Dengan diterapkannya aturan penguncian dan jarak sosial, di seluruh dunia, kebutuhan akan mobilitas telah berkurang kecuali untuk keperluan darurat. Selain itu, norma jarak sosial di berbagai negara memaksa orang untuk memilih transportasi pribadi daripada layanan ride-hailing biasa.

Mengutip laporan ResearchandMarket.com, pasar mobilitas sebagai layanan siap untuk tumbuh sebesar $ 235,00 miliar selama 2021-2025 berkembang pada CAGR 34% selama periode perkiraan. Hal ini didorong oleh peningkatan penggunaan perangkat terhubung pintar, peningkatan permintaan untuk efisiensi dalam operasi, dan pergeseran adopsi dari model CAPEX ke model OPEX.

Sektor transportasi disebut masih berada di awal periode disrupsi yang signifikan, dengan teknologi, produk, dan layanan baru yang secara fundamental mengubah harapan dan peluang pelanggan. Sebelumnya merupakan ranah yang didominasi oleh kendaraan pribadi yang disandingkan dengan angkutan umum, saat ini transportasi menjadi topik yang jauh lebih kompleks dengan berbagai tantangan baru namun juga peluang yang luas.

Mengenal Kalbu, Platform yang Menawarkan Berbagai Layanan Terkait Kesehatan Mental

Perlahan tapi pasti, isu kesehatan mental semakin mendapat perhatian dari masyarakat di Indonesia. Didukung dengan kehadiran platform teknologi yang fokus mengembangkan solusi terkait layanan kesehatan mental, salah satunya adalah Kalbu. Diluncurkan pada bulan Agustus 2021 lalu, Kalbu menyediakan platform yang menawarkan berbagai layanan untuk pemulihan serta pemeliharaan kesehatan mental.

Kalbu melihat adanya peningkatan isu kesehatan mental, terlebih sejak hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia yang menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan interaksi sosial, serta ketidakpastian Berdasarkan keterangan dari beberapa praktisi yang sudah terdaftar di Kalbu, satu psikolog biasanya menangani 1-2 pasien per hari, namun setelah pandemi meningkat jadi 8-10 pasien.

Hal ini pun diakui oleh Iman Hanggautomo, selaku Chief Visionary Officer (CVO) Kalbu. Ia sendiri sudah merasakan manfaat luar biasa dari konsultasi dengan praktisi kesehatan mental selama kurang lebih dua tahun. Meskipun tanpa background yang kuat di dunia psikologi, Iman berharap dengan pengalamannya di dunia startup serta antusiasmenya terhadap kesehatan mental, Kalbu bisa menghadirkan solusi menyeluruh yang memfasilitasi berbagai kebutuhan terkait kesehatan mental.

Layanan yang ditawarkan Kalbu cukup beragam seperti online counseling dan online workshop dengan psikolog yang terbiasa menangani beragam isu kesehatan mental, seperti anak & keluarga, pendidikan, institusi, dan olahraga. Selain itu, platform ini juga bisa digunakan untuk tes minat dan bakat, IQ, kesiapan sekolah, juga psychotherapy untuk adiksi obat-obatan tertentu.

Menjaga kesehatan mental tidak hanya dengan konseling serta pemulihan jiwa, namun juga diiringi dengan pemeliharaan raga. Dalam platformnya, Kalbu juga menyediakan kelas-kelas pemulihan diri (self-healing) seperti meditasi dan hypnotherapy, juga pengembangan diri (self-development) dengan praktisi yang bersertifikasi.

Saat ini, Kalbu juga menawarkan model bisnis B2B yang menyasar institusi dan komunitas. Salah satu yang ditawarkan adalah Employee Assistance Program untuk setiap karyawan dapat menikmati sesi konseling kesehatan mental. Dari sisi komunitas, perusahaan juga telah bekerja sama dengan beberapa komunitas, salah satunya di bidang olahraga untuk pemeliharaan kesehatan mental atlet. Sejauh ini, sudah ada 15 psikolog profesional yang terdaftar dalam platform Kalbu dengan pengalaman lebih dari 5 tahun.

Selain bisnis model B2B, Kalbu menerapkan sistem monetisasi dengan memotong fee dari biaya per konseling sesuai kesepakatan dengan praktisi.

Layaknya konsultasi ke dokter spesialis pada umumnya, tarif konseling kesehatan mental sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun, literasi yang masih kurang terkait pentingnya kesehatan mental membuat orang enggan merogoh kocek untuk konsultasi. Kalbu memasang tarif sekitar 300-350 ribu untuk satu sesi selama kurang lebih satu jam. Namun, timnya sedang mengusahakan untuk membuatnya lebih terjangkau di harga 150-200 ribu saja.

“Tantangannya adalah literasi kesehatan mental di masyarakat. Kami ingin membuat konsultasi dengan psikolog itu bisa jadi rutin seperti konsultasi ke dokter gigi. Kami mulai masuk dari penetrasi ke beberapa sekolah yang masif, juga perusahaan besar. Setiap bulan, kami juga mengadakan talkshow online membahas masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari,” jelas Iman.

Potensi pasar dan target ke depan

Iman juga mengungkapkan bahwa industri ini masih memiliki potensi yang sangat besar. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan adanya lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami masalah mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. Sementara Indonesia baru punya sekitar 2500 psikolog klinis dan 600-800 psikiater yang terdaftar. Dengan total lebih dari 30 juta masyarakat yang berpotensi membutuhkan penanganan mental, negara ini diharapkan bisa mengoptimalkan jasa praktisi yang ada.

Di Indonesia, beberapa platform yang juga menawarkan konsep serupa dengan Kalbu adalah Riliv, Kalm, dan Bicarakan.id. Beberapa platform tersebut memiliki satu visi yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental. Layanan yang ditawarkan juga beragam dengan konseling sebagai core nya.

Dari sisi pendanaan, Kalbu telah mendapatkan dukungan modal dari salah satu perusahaan ternama Indonesia yang bergerak di bidang tambang. Meskipun secara bisnis terlihat tidak terkait, namun peran kuat perusahaan diharapkan dapat membantu memberi pengaruh yang lebih besar dalam masyarakat.

Ke depannya, Kalbu berencana untuk menggunakan pendanaan ini untuk mengembangkan layanan kesehatan mental, memperkuat kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia dan internasional, menghadirkan kembali suicide hotline, serta mendorong peran pemerintah juga berpartisipasi dalam pengembangan solusi mental health di Indonesia.

“Kami juga berencana meluncurkan aplikasi sendiri di semester 2 tahun 2022. Namun, kami juga harus memastikan bahwa layanan yang kami tawarkan sudah cukup kuat. Targetnya tidak muluk, 450-500 pasien per bulan untuk individu dan perbanyak klien B2B,” ujar Iman.

Platform “Nona” Resmi Meluncur, Permudah Akses Informasi Seputar Femcare

Masih rendahnya pengetahuan di kalangan perempuan Indonesia tentang informasi dan akses untuk mendapatkan produk kebutuhan femcare yang relevan atau yang dikenal period poverty, menjadi alasan yang kuat platform Nona diluncurkan. Didirikan oleh Nicole Jizhar dan Monica Pranatajaya, salah satu tujuannya ingin menjadi aplikasi kalender siklus menstruasi atau period tracker pertama di Indonesia.

Aplikasi yang diberi nama “Nona Woman” sudah dapat diunduh oleh pengguna iOS dan Android. Melalui aplikasi ini, Nona ingin para penggunanya dapat kembali selaras dengan perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi dan mendengarkan apa yang tubuh mereka butuhkan. Pengguna dapat memantau siklus menstruasi, mengidentifikasi pola-pola yang terjadi dalam tubuh, memahami dan memelihara tubuh serta berbagi cerita juga pengalaman dengan sesama perempuan di Indonesia.

“Yang mengejutkan bagi kami adalah sebagian besar perempuan Indonesia dari kelas ekonomi yang berbeda belum memahami benar edukasi serta pentingnya menggunakan produk femcare yang tepat. Sejak dulu memang tidak ada informasi secara formal yang diajarkan kepada perempuan tentang menstruasi, Nona ingin menjembatani kebutuhan tersebut,” kata Nicole.

Nona ingin menjadi lifestyle app yang digunakan setiap harinya oleh pengguna. Dengan demikian fungsinya juga bisa menjadi femtech untuk perempuan Indonesia. Saat ini Nona telah menjalin kolaborasi dengan universitas hingga yayasan untuk kegiatan edukasi. Demikian juga dengan memanfaatkan influencer untuk kegiatan pemasaran di media sosial.

“Dengan memanfaatkan influencer yang memiliki pengikut dalam jumlah yang besar di media sosial, kami lihat cukup efektif untuk kegiatan pemasaran. Dengan demikian pengguna atau pengikut dari influencer tersebut bisa lebih mudah mengetahui tentang Nona,” imbuh Monica.

Ke depannya Nona sudah mempersiapkan inovasi dalam bentuk produk-produk femcare yang dibuat untuk mendukung visi dan misi mereka dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya edukasi dan informasi tentang kesehatan perempuan.

Rencana luncurkan produk

Aplikasi Nona Woman

Selain hadir sebagai aplikasi kalender siklus menstruasi, ke depannya Nona memiliki rencana untuk menjadi platform terpadu yang bisa membantu kebutuhan  perempuan Indonesia. Mulai dari info seputar menstruasi/kesehatan hingga menawarkan produk femcare. Salah satunya adalah meluncurkan produk femcare buatan sendiri. Menyasar segmen premium, nantinya produk tersebut akan memiliki kualitas terbaik untuk para pengguna.

“Untuk produk ke depannya akan premium karena kita ingin memberikan produk berkualitas tapi kita juga ingin social impact focus. Jadi kita ingin memastikan memiliki margin yang cukup untuk give back ke lingkungan,” kata Nicole.

Meskipun saat ini belum ada platform yang menawarkan layanan seperti Nona, namun brand besar yang saat ini mendominasi pasar merupakan kompetitor bagi mereka.

Namun demikian kebanyakan dari brand besar tersebut belum menawarkan solusi terbaik dari sisi kualitas dan layanan yang personal kepada pengguna. Pada akhirnya produk femcare tersebut banyak yang menimbulkan iritasi dan kurang nyaman untuk digunakan oleh perempuan. Nona mencatat dari sisi kualitas produk buatan luar negeri memiliki kualitas lebih baik.

“Kami memiliki fitur Nona Tries yang merupakan kanal ulasan produk femcare yang bisa dibagikan langsung oleh pengguna. Dengan demikian bisa memberikan rekomendasi dan feedback dari pengguna, terkait kualitas masing-masing produk femcare yang telah mereka gunakan,” kata Nicole.

Tahun 2022 mendatang ada beberapa target yang dimiliki oleh Nona, di antaranya adalah mengembangkan teknologi, menambah jumlah pengguna hingga melakukan penggalangan dana. Saat ini Nona masih menjalankan bisnis secara bootstrap.

Memanfaatkan hadiah berupa uang yang mereka terima saat mengikuti berbagai kompetisi, diklaim sudah cukup bisa menjalankan bisnis. Masih dijalankan oleh dua orang Co-founder dan belum memiliki tim, sebagian besar informasi yang dikelola dan teknologi yang dihadirkan merupakan inisiatif dari mereka berdua.

“Saat ini aplikasi kita sudah cukup sempurna, namun kami juga ingin mengembangkan produk dan fitur baru ke depannya untuk memberikan kemudahan pengguna. Namun untuk saat ini semua bisa diakses secara gratis,” kata Monica.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Seri A, Platform Kebersihan On-demand “OKHOME” Perluas Layanan

Diluncurkan sejak tahun 2017, OKHOME hadir sebagai layanan on-demand untuk jasa kebersihan rumah. Startup ini didirikan oleh dua warga negara Korea Selatan yaitu Kim Dae-hyun and Choi Jin-suk. Kedua co-founder tersebut sebelumnya bekerja dalam divisi strategi dan manajemen perusahaan hiburan terkemuka YG Entertainment.

Selama tinggal di Indonesia, keduanya melihat potensi untuk mengembangkan layanan kebersihan di Indonesia. Kepada media setempat mereka menyebutkan, menemukan bahwa paradigma jasa kebersihan berubah menjadi sebagian besar pekerjaan paruh waktu setelah upah minimum naik menjadi dua digit.

“Di Indonesia, keluarga kaya biasanya mempekerjakan pembantu rumah tangga di rumah dengan bayaran antara $80 hingga $250 per bulan,” kata Kim.

Layanan yang dihadirkan OKHOME mencakup general cleaning, desinfeksi, dan perawatan atau servis AC. Saat ini layanan mereka mencakup Jabodetabek dan Surabaya.

OKHOME secara aktif menargetkan pelanggan Indonesia dengan sistem manajemen kualitas layanan dan sistem reservasi otomatis berbasis aplikasi. Dengan populasi target masyarakat yang lebih sadar akan kebersihan dari sebelumnya setelah pandemi Covid-19, OKHOME mengklaim saat ini berkembang pesat sebagai platform operator layanan kebersihan rumah pilihan di Indonesia.

Pada Januari 2018 lalu, OKHome telah mendapatkan pendanaan awal sebesar $300 ribu atau setara 4,3 miliar Rupiah dari K-Cube Ventures dan Spring Camp yang didukung Daum Kakao. Pendanaan tersebut kemudian digunakan untuk branding dan pengembangan teknologi.

Sementara akhir tahun 2021 ini, OKHOME baru saja mengantongi pendanaan seri A senilai $3 juta atau sekitar Rp42,7 miliar. Dana segar tersebut diperoleh dari Posco Venture Capital, A Ventures, ES Investor, Enlight Ventures, Honest Ventures, dan beberapa investor lainnya.

Selanjutnya perusahaan akan akan menggunakan modal tersebut untuk meningkatkan pangsa pasarnya melalui pengembangan produk dan strategi pemasaran yang agresif, memanfaatkan efek penguncian pelanggan melalui peluncuran layanan tambahan selain pembersihan, dan memperluas posisinya sebagai pemain utama di layanan ini.

Selain itu, OKHOME juga berusaha membantu pelanggan untuk tidak menghabiskan waktu dan energi mereka untuk hal-hal seperti beberapa pekerjaan rumah tangga dengan menyediakan layanan yang dapat diandalkan.

Pertumbuhan layanan jasa kebersihan di Indonesia

Indonesia telah menjadi salah satu pasar terbesar untuk layanan kebersihan dan perawatan rumah. Dengan market size lebih dari $25 miliar, pasar ini didukung dengan populasi terbesar ke-4 dunia dan dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang cepat.

Meskipun memiliki permintaan yang cukup besar dari masyarakat, namun saat ini masih belum ada pemain layanan kebersihan berbasis aplikasi yang kemudian menjadi pemain unggulan. Masih belum menyebarnya area layanan ke semua lokasi, menjadi salah satu alasan mengapa layanan jasa kebersihan belum ada yang mendominasi di Indonesia.

Salah satu cara yang kemudian dilancarkan oleh pemain adalah melakukan kolaborasi dengan super app. Di antaranya adalah  Pinhome yang menggandeng Gojek; Sejasa melalui layanan Clean & Fix yang menggandeng Grab; dan KliknClean yang menggandeng Bukalapak. Platform layanan kebersihan lainnya yang sudah ada di Indonesia di antaranya adalah, Seekmi, Adain dan TukangBersih.

Application Information Will Show Up Here

Lakuuu Hadirkan Layanan Terpadu untuk Bantu UMKM Masuk ke Pasar Online

Menargetkan pelaku UMKM, Lakuuu menawarkan solusi all-in-one untuk pembuatan website bisnis dan pemasaran digital. Didirikan oleh Cynthia Tulus Makmud (CEO) bersama dengan dua rekannya yaitu Andry Tjiajadi dan Hendrawan Harjanto, mereka memiliki misi ingin mempermudah proses perpindahan UMKM ke platform digital dengan membangun situs promosi dan penjualan sendiri.

Setelah tahun 2020 perusahaan fokus untuk mengembangkan fitur hingga mengumpulkan pengguna tahap awal, bulan ini ini Lakuuu resmi melakukan grand launching kepada publik. Sejak meluncur, sudah ada lebih dari 4000 mitra UMKM dari seluruh Indonesia yang bergabung.

“Lakuuu didirikan di tengah pandemi. Selama ini efek pandemi yang kami rasakan adalah banyaknya bisnis UMKM offline yang ingin go-digital, sehingga target pasar kami juga meluas. Dari hanya menargetkan UMKM online, menjadi UMKM online dan offline. 30% dari seluruh pengguna kami berbasis offline dan belum pernah memiliki platform online sebelumnya,” kata Cynthia.

Meskipun saat ini sudah banyak platform yang menawarkan layanan serupa seperti Lakuuu, namun secara khusus mereka mengklaim memiliki perbedaan yang signifikan. Dengan menyediakan platform all-in-one, yang artinya pengguna tidak perlu melakukan integrasi atau menambahkan plugin lagi ke dalam situs mereka, karena semua layanan sudah disediakan secara holistik.

Plugin yang dimaksud di sini adalah untuk pengaturan produk, pengaturan konten, pembayaran, perhitungan ongkos kirim, bahkan layanan jemput paket. Platform lainnya biasanya menambahkan biaya/proses lanjutan yang memakan waktu apabila pengguna ingin memiliki fitur-fitur tersebut di dalam situs web mereka.

Melihat makin banyaknya pelaku UMKM yang menggunakan kanal marketplace seperti official store, Lakuuu juga menyediakan layanan konsultasi pemasaran digital untuk berbagai kanal penjualan.

“Kami percaya bahwa marketplace, media sosial, dan situs web memiliki fungsi dan nilai tambah yang berbeda bagi pengguna. Ketiganya perlu dikelola dengan maksimal untuk membantu perkembangan bisnis. Lakuuu selalu memberikan pemahaman ini kepada calon pengguna, agar manajemen semua platform dilakukan sesuai dengan fungsinya,” kata Cynthia.

Rencana Lakuuu tahun 2022

Setelah meresmikan kehadirannya, Lakuuu menghadirkan banyak fitur baru untuk menambah kualitas layanan dan memberi kemudahan para merchant. Di antaranya adalah desain dasbor baru yang lebih sederhana dan memudahkan operasional.

“Lakuuu memberikan masa coba gratis selama 2 bulan kepada setiap pengguna, kemudian diikuti dengan periode berlangganan apabila pengguna ingin terus mengaktifkan website mereka. Masa coba gratis selama 2 bulan kami rasa lebih dari cukup untuk pengguna dapat mengisi situs web mereka dan mencoba mengoperasikan atau berjualan lewat web,” kata Cynthia.

Tercatat pertumbuhan jumlah pengguna Lakuuu mencapai lebih dari 200% dalam 3 bulan terakhir. Tahun ini, mereka juga mencatat GMV hampir Rp1 miliar. Ke depannya, Lakuuu berencana untuk melakukan kerja sama dengan beberapa pihak yang memiliki misi yang sama untuk mendigitalisasi UMKM Indonesia untuk mencapai peningkatan GMV sebesar 8-10x lipat di tahun depan.

Perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan seri A tahun 2022 mendatang. Sebelumnya Lakuuu telah menerima pendanaan tahap awal dari sejumlah angel investor dan dana milik para pendirinya.

“Di tahun 2022 Lakuuu ingin memperkaya produk dan jasa yang ditawarkan, khususnya di bagian digital marketing. Lakuuu akan membentuk ekosistem dengan layanan fintech dan industri kreatif di Indonesia, sehingga para pengguna kami dapat terhubung dengan koneksi-koneksi yang tepat untuk mengembangkan bisnis mereka dari berbagai aspek, mulai dari finansial, pengadaan barang, sales, hingga pemasaran produk,” kata Cynthia.

Pertumbuhan e-commerce enabler di Indonesia

Startup e-commerce enabler menyediakan layanan strategi digital A-Z (end-to-end) ke unit bisnis lain yang ingin menjual produknya secara online. Ragam layanan yang ditawarkan meliputi produksi konten, pembuatan halaman di marketplace, pembuatan situs web, eksekusi pemasaran, integrasi kanal penjualan online, hingga pengiriman produk ke pelanggan.

Menurut data dari KemenkopUKM, jumlah UMKM yang ‘go digital’ di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 99% dibanding masa sebelum pandemi. UMKM yang beradaptasi secara digital naik mencapai 15,9 juta atau 24,9% dari total pelaku UMKM yang sekitar 65 juta. Sebelumnya, di Indonesia hanya terdapat sekitar 8 juta UMKM yang terhubung secara digital.

Untuk membantu pebisnis go-digital, saat ini sudah ada beberapa paltform yang terseida untuk pasar lokal, seperti aCommerce, SIRCLO, 8Commerce, JetCommerce dan Anchanto.

Permasalahan utama yang dihadapi pelaku UMKM / DSInnovate

Menurut laporan DSInnovate bertajuk “MSME Empowerment Report 2021“, dari hasil survei yang dilakukan, salah satu permasalahan paling signifikan ialah memasarkan dan menjual produknya. Kondisi ini menjadi relevan bagi para pemain e-commerce enabler, karena tujuan utama solusinya memecahkan pain point tersebut. Hadir ke ranah online juga akan memberikan perluasan pasar bagi pelaku UMKM itu sendiri.

Antler Indonesia and Its Mission to Foster Local Startup Communities

After officially announcing the Indonesia’s first cohort, a startup builder program Antler has plans to launch quality startups from local founders.

Antler Indonesia’s Partner & Country Head, Subir Lohani revealed to DailySocial, if the previous program provided opportunities for startup founders globally, this program is specifically made for Indonesian startup founders with aim to provide the best solutions in Indonesia.

Similar to the program in Singapore, all programs provided to the participans of Indonesian cohort programs are still the same. In order to adapt to market trends and conditions, the program is localized to suit the ecosystem and startup community in Indonesia.

Nevertheless, Subir emphasized, diversity remains Antler’s vision. Although the program will be held in Jakarta, it is possible for startups from other regions to join and participate in the program intensively. Likewise, the startup category is quite agnostic.

“Since the beginning, we have tried to always be hands-on to those who take part in the program. Whether it’s an existing team to startup founders who don’t have a team and co-founders. We are trying to find the right team and of course the relevant business model,” Subir said.

In the previous program held in Singapore, most of the chosen ones were startup founders with working background in unicorn to decacorn startups, for Indonesia’s special programs, all startup founders with different backgrounds have the same opportunities as startup founders with experience.

Base and Sampingan are the two startups that have participated in the Antler’s previous programs from Indonesia. Both founders are Gojek graduates.

“It is undeniable that those who have previously worked in well-known technology companies in Indonesia, mostly have experience and insight to quite sharp skills, when they finally decide to establish a startup,” Subir said.

The company plans to invest in at least 100 companies in Indonesia within the next 4 years, with the first investment in Indonesia to be made in early 2022.

Global expansion

Antler is currently available across 17 locations globally. Most recently, the program launched in Toronto and Ho Chi Minh City. There is a specific reason why Antler is expanding their presence in different countries. Especially in a country with warm and great potential for a startup community.

In terms of program, Antler considers this activity as enriching their knowledge about market conditions and startup communities in various countries. However, from an investment perspective, Antler also sees greater opportunities to invest in various countries.

“We can also help startups participating in the program to expand their business globally, if they have plans to expand in the future,” he said.

After obtaining $300 million funding last October, Antler plans to use the fresh funds to invest in advanced startups. In Southeast Asia, Antler has the South East Asia Fund, most of which is used for Antler’s operations in Southeast Asia.

“We see that there are many venture capital focused on advanced stage investments today. We have helped startup growth since the beginning, we want to continue to support startups to grow until they exit,” Subir said.

In terms of advanced funding, Antler creates opportunities for investors to partner with them, providing fresh capital to help startups grow their companies. Currently, Antler has partnered with various global venture capitalists. In Indonesia alone, Antler with its startup graduates, are attracting investors.

In this case, Subir emphasized that it is not surprising for investors to have an eye for Antler’s startup graduates. As it happens with Y Combinator graduates. He said, apart from quality startups, with global experience, the Antler team can see what trends and business models are relevant and certainly have the potential to grow. There are some of Antler’s startup graduates who then continued their program at Y Combinator.

“With my experience as a professional and in the tech industry, as well as the support of the team, I hope to be able to help Indonesian startup founders provide relevant insights and tips for their startup growth,” Subir said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Antler Indonesia dan Misinya Dukung Pertumbuhan Komunitas Startup Lokal

Setelah resmi mengumukan peluncuran cohort pertama Indonesia, program startup builder Antler memiliki rencana untuk meluncurkan startup berkualitas dari founder lokal.

Kepada DailySocial.id, Partner & Country Head Antler Indonesia Subir Lohani mengungkapkan, jika program sebelumnya memberikan kesempatan kepada pendiri startup secara global, di program ini khusus untuk pendiri startup Indonesia yang ingin memberikan solusi terbaik d Indonesia.

Tidak berbeda dengan program di Singapura, di cohort Indonesia semua program yang diberikan kepada peserta masih sama. Untuk menyesuaikan tren dan kondisi pasar, program tersebut dilokalisasi menyesuaikan dengan ekosistem dan komunitas startup di Indonesia.

Meskipun demikian, Subir menegaskan, keragaman tetap menjadi visi dari Antler. Meskipun nantinya program akan berlangsung di Jakarta, namun tidak menutup kemungkinan bagi startup asal daerah lain untuk bisa bergabung dan mengikuti program secara intensif. Demikian juga dengan kategori startup yang diusung yaitu agnostik.

“Sejak awal kami berupaya untuk selalu hands on kepada mereka yang mengikuti program. Apakah itu tim yang sudah ada hingga pendiri startup yang belum memiliki tim dan co-founder. Kami berupaya untuk menemukan tim yang tepat dan tentunya bisnis model yang relevan,” kata Subir.

Jika pada program sebelumnya yang masih digelar di Singapura kebanyakan yang dipilih adalah pendiri startup yang pernah bekerja di startup unicorn hingga decacorn, untuk program khusus di Indonesia semua pendiri startup dengan latar belakang berbeda memiliki kesempatan yang sama dengan pendiri startup yang telah memiliki pengalaman.

Startup yang pernah mengikuti program Antler sebelumnya asal Indonesia adalah Base dan Sampingan. Kedua pendiri startup tersebut merupakan lulusan Gojek.

“Tidak dimungkiri mereka yang sebelumnya sudah pernah bekerja di perusahaan teknologi yang sudah ternama di Indonesia, kebanyakan memiliki pengalaman dan wawasan hingga skill yang cukup tajam, ketika akhirnya memutuskan untuk mendirikan startup,” kata Subir.

Perusahaan berencana untuk berinvestasi di setidaknya 100 perusahaan di Indonesia selama 4 tahun ke depan, dengan investasi pertama di Indonesia akan dilakukan pada awal 2022.

Perluas lokasi secara global

Saat ini Antler telah tersebar di 17 lokasi secara global. Yang terbaru adalah diluncurkannya program di Toronto and Ho Chi Minh City. Ada alasan khusus mengapa Antler memperluas kehadiran mereka di berbagai negara. Terutama di negara yang memiliki komunitas startup yang sedang hangat dan memiliki potensi.

Dari sisi program Antler melihat kegiatan ini bisa memperkaya pengetahuan mereka tentang kondisi pasar dan komunitas startup di berbagai negara. Namun dari sisi investasi Antler juga melihat peluang lebih besar untuk berinvestasi di berbagai negara.

“Kami juga bisa membantu startup yang mengikuti program untuk memperluas bisnis secara global, jika mereka memiliki rencana untuk melakukan ekspansi ke depannya,” kata Subir.

Setelah mengantongi pendanaan senilai $300 juta bulan Oktober lalu, Antler berencana untuk memanfaatkan dana segar tersebut untuk memberikan investasi kepada startup tahapan lanjutan. Di Asia Tenggara sendiri, Antler memiliki South East Asia Fund, yang sebagian besar dana tersebut digunakan untuk operasional Antler di Asia Tenggara.

“Kita melihat saat ini sudah banyak venture capital yang fokus kepada investasi tahapan lanjutan. Kami telah membantu pertumbuhan startup sejak awal, kami ingin terus mendukung startup untuk berkembang hingga exit,” kata Subir.

Untuk pendanaan tahapan lanjutan, Antler membuka kesempatan bagi investor untuk bermitra dengan mereka, memberikan modal segar untuk membantu startup mengembangkan perusahaan. Saat ini Antler sudah banyak bermitra dengan berbagai venture capital secara global. Di Indonesia sendiri kehadiran Antler dengan startup lulusannya, banyak yang kemudian dilirik oleh investor untuk berinvestasi.

Melihat hal tersebut Subir menegaskan tidak heran ketika startup lulusan program Antler menjadi pilihan investor. Demikian juga dengan startup lulusan Y Combinator. Menurutnya selain startup berkualitas, dengan pengalaman yang dimiliki secara global, tim Antler bisa melihat tren dan model bisnis apa yang relevan dan tentunya memiliki potensi untuk berkembang. Sudah banyak startup lulusan program Antler yang kemudian melanjutkan program di Y Combinator.

“Dengan pengalaman yang saya miliki sebagai profesional dan di dunia teknologi, serta dukungan tim, saya berharap bisa membantu pendiri startup Indonesia memberikan insight dan tips yang relevan untuk pertumbuhan startup mereka,” kata Subir.

East Ventures Leads Seed Funding for Kasual, a Fashion Startup Combining Technology and D2C Approach

The direct-to-consumer (D2C) startup Kasual has secured seed funding led by East Ventures. They developed products for everyday wear, with an initial focus on men’s trousers. The fresh funds will be used to strengthen the team, technology and factory capabilities, and to expand the company’s operational to Solo, Central Java.

In order to facilitate consumers to access its products, Kasual has developed its own website. In addition to the sales platform, it also provides several features. The first is called “Build Your Own Product”, allowing customers to choose the type of cut and size tailored to their preferences. There is also a “Virtual Fitting” service, providing direct consultation services with the Kasual team via video calls regarding sizes, personalized fittings, and product recommendations.

With more efficient ordering process and in-house garment production, products can be delivered to customers in less than 5 days. The personalization and technological approach is said to put Kasual the first fashion-tech and instant commerce in Indonesia.

“We realize that the e-commerce trend has rapidly mushroomed and helped customers shop comfortably from home, therefore, they demand manufacturers or sellers who can provide daily necessities, especially pants, more quickly and reliably. However, local brands are currently ignores technology which can actually be a vital aspect in fashion production. This means that customers still don’t have a reliable platform to get personalized fashion products instantly,” Kasual’s Founder & CEO, Alam Akbar said.

It is said that Kasual has experienced a 3x growth when the first pandemic entered Indonesia in 2020 compared to 2019 (YoY). To date, they have served around 80 thousand users and have produced more than 3 thousand products per month.

D2C Trend

Based on data compiled in the “Driving Growth with D2C” report by Ogilvy, Commercetolls, and Verticurl, current brand owners must have a D2C digital strategy to win the market. The main goal is to build a more personal relationship with customers, thereby creating a more effective and engaging brand experience as a value proposition. D2C provides invaluable ownership of customer data.

One case study that is widely told is the success of Perfect Diary, a cosmetic brand from China. Was founded in 2016, the startup achieved impressive growth throughout its 2 years of business. In 2019, they became one of the mos selling of three brands. Eventually, they decided to IPO in 2020 with $7 billion valuation. Its main strategy is solely D2C.

There are three main pillars that brand owners ideally have in its D2C strategy. First, it allows them to find product differentiation, this unique value is considered to invite more customers. Second, the ability to empower customer data to better understand their needs and characteristics. Third, to encourage brand leadership with more agility approach, including on the operational side.

With the same opportunities, some local players try their luck in the sector. East Ventures alone has also invested in another D2C startup in the skin care field named Base and a plant-based beverage called Mohjo. There is also Hypefast to help brand owners sharpen their D2C strategies — including to provide capital, network, access, and operational support.

On the investor side, apart from East Ventures, several other local venture capitalists have also started to enter the sector. From Alpha JWC Ventures, AC Ventures, and BRI Ventures through Sembrani. Recently, Kinesys has collaborated with The-Wolfpack specifically to strengthen the D2C ecosystem in its portfolio.

In terms of fashion business, sales is currently dominated by online shopping in global. Innovation is required to maintain this growth, along with changing trends that occur among consumers.

The most popular product categories in global online shopping throughout 2021 / Statista

Kasual’s further development

Various personalization features will be developed to support Kasual’s fashion commerce system. One of which is body measurement with 3D technology to strengthen custom personalization to be introduced by Kasual at its annual event “Custom Week 2021” on 17-19 December 2021 in Jakarta. By using an electronic body scanner, visitors can place custom orders instantly and accurately.

“We are delighted to welcome East Ventures and other investors to the Kasual family. With this funding, we will build a new team, improve the digital experience for customers and manufacturing processes, launch more product categories and marketing initiatives, and use new technologies such as AR measurement to create Indonesia’s first 3D body measurement. Going forward, we want to increase and process daily orders by 10x and process more than 5 thousand products every day,” Alam said.

Meanwhile, East Ventures’ Co-Founder & Managing Partner, Willson Cuaca said, “Indonesia has one of the most robust digital infrastructures in the region that allows small, custom-made companies like Kasual to thrive. We want to see how far they can go and support them along the company’s growth journey.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

East Ventures Pimpin Pendanaan Awal Kasual, Startup Fesyen yang Memadukan Teknologi dan Strategi D2C

Startup direct to consumer (D2C) Kasual mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal yang dipimpin East Ventures. Produk yang mereka kembangkan adalah pakaian sehari-hari, dengan fokus awal pada celana pria. Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperkuat tim, kapabilitas teknologi dan pabrik, serta memperluas ekspansi operasional perusahaan ke Solo, Jawa Tengah.

Untuk memudahkan konsumen mengakses produknya, saat ini Kasual memiliki situs sendiri. Selain platform penjualan, di dalamnya turut disediakan beberapa fitur. Pertama disebut dengan “Build Your Own Product”, memungkinkan pelanggan dapat memilih jenis potongan dan ukuran yang disesuaikan dengan preferensi mereka. Ada juga layanan “Virtual Fitting”, menyediakan layanan konsultasi langsung dengan tim Kasual melalui panggilan video terkait ukuran, fitting yang dipersonalisasi, dan rekomendasi produk.

Dengan proses pemesanan yang lebih sederhana dan produksi garmen internal, produk dapat dikirim ke pelanggan dalam waktu kurang dari 5 hari. Personalisasi dan pendekatan teknologi yang disuguhkan diklaim menjadikan Kasual sebagai fashion-tech dan instant commerce pertama di Indonesia.

“Kami menyadari bahwa tren e-commerce telah menjamur dengan sangat cepat dan membantu pelanggan belanja dengan nyaman dari rumah, sehingga mereka menuntut produsen atau penjual yang bisa menyediakan barang kebutuhan sehari-hari, khususnya celana, lebih cepat dan terpercaya. Namun, brand lokal saat ini masih mengabaikan teknologi yang sebenarnya bisa menjadi aspek vital dalam produksi fashion. Artinya, saat ini pelanggan masih belum memiliki platform yang dapat diandalkan untuk mendapatkan produk fashion yang dipersonalisasi secara instan,” kata Founder & CEO Kasual Alam Akbar.

Turut disampaikan, kasual telah mengalami pertumbuhan 3x lipat sewaktu pandemi pertama masuk ke Indonesia di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019 (YoY). Hingga kini, mereka telah melayani sekitar 80 ribu pengguna dan telah memproduksi lebih dari 3 ribu produk per bulan.

Tren D2C

Menurut data yang dihimpun dalam laporan “Driving Growth with D2C” oleh Ogilvy, Commercetolls, dan Verticurl, pemilik brand saat ini dinilai harus memiliki strategi digital D2C untuk dapat memenangkan pasar. Tujuan utamanya untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan, sehingga bisa menciptakan pengalaman brand yang lebih efektif dan menarik sebagai proposisi nilai. D2C memberikan kepemilikan data pelanggan yang tak ternilai.

Salah satu studi kasus yang banyak diceritakan adalah kesuksesan Perfect Diary, sebuah brand kosmetik asal Tiongkok. Didirikan sejak tahun 2016, startup tersebut mencapai pertumbuhan yang mengesankan sepanjang 2 tahun bisnis berjalan. Bahkan di 2019, mereka menjadi salah satu dari tiga brand dengan penjualan terbanyak. Hingga akhirnya pada tahun 2020 memutuskan IPO dengan valuasi $7 miliar. Strategi utama mereka tidak lain dengan D2C.

Ada tiga pilar utama yang idealnya didapat pemilik brand dalam strategi D2C mereka. Pertama, memungkinkan mereka menemukan diferensiasi produk, nilai unik tersebut dinilai akan mengundang lebih banyak pelanggan. Kedua, kemampuan memberdayakan data pelanggan untuk lebih memahami kebutuhan dan karakteristiknya. Dan ketiga, mendorong kepemimpinan brand dengan tingkat ketangkasan lebih secara menyeluruh, termasuk di sisi operasional.

Melihat peluang yang sama, beberapa pemain lokal mencoba keberuntungan di sektor tersebut. East Ventures sendiri turut berinvestasi ke startup D2C lainnya di bidang perawatan kulit bernama Base dan minuman nabati bernama Mohjo. Ada juga Hypefast yang hadir membantu pemilik brand untuk menajamkan strategi D2C mereka — termasuk dengan memberikan dukungan permodalan, jaringan, akses, dan operasional.

Di sisi investor, selain East Ventures beberapa pemodal ventura lokal lainnya juga mulai masuk ke sana. Mulai Alpha JWC Ventures, AC Ventures, hingga BRI Ventures melalui Sembrani. Terbaru ada Kinesys yang menjalin kerja sama dengan The-Wolfpack khusus untuk memperkuat ekosistem D2C di portofolionya.

Untuk bisnis fesyen sendiri, hingga saat ini masih mendominasi penjualan di online shopping secara global. Inovasi diperlukan untuk menjaga pertumbuhan tersebut, seiring dengan perubahan tren yang terjadi di kalangan konsumen.

Kategori produk paling populer di online shopping global sepanjang 2021 / Statista

Pengembangan Kasual selanjutnya

Berbagai fitur personalisasi juga akan terus dikembangkan untuk menunjang sistem fashion commerce yang dimiliki Kasual. Salah satunya pengukuran tubuh dengan teknologi 3D untuk menguatkan personalisasi kustom yang akan diperkenalkan Kasual pada acara tahunan mereka “Custom Week 2021” pada 17-19 Desember 2021 mendatang di Jakarta. Dengan menggunakan pemindai tubuh elektronik, pengunjung dapat melakukan pesanan custom secara instan dan akurat.

“Kami senang menyambut East Ventures dan investor lainnya dalam keluarga Kasual. Dengan dana ini, kami akan membangun tim baru, meningkatkan pengalaman digital bagi pelanggan dan proses manufaktur, mengeluarkan lebih banyak kategori produk dan inisiatif marketing, serta menggunakan teknologi baru seperti pengukuran AR untuk membuat pengukuran tubuh 3D pertama di Indonesia. Ke depannya, kami ingin meningkatkan dan memproses pesanan harian sebesar 10x lipat dan memproses lebih dari 5 ribu produk setiap harinya,” jelas Alam.

Sementara itu Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, berkata, “Indonesia memiliki salah satu infrastruktur digital paling kuat di kawasan ini yang memungkinkan perusahaan kecil penjual barang custom seperti Kasual berkembang. Kami ingin melihat seberapa jauh mereka bisa melangkah dan mendukung mereka di sepanjang perjalanan pertumbuhan perusahaan.”

Paras Digital NFT Marketplace Platform Secures 71.8 Billion Rupiah Funding

Paras Digital’s NFT marketplace platform received of $5 million or around 71.8 billion Rupiah seed funding. It was obtained through an Initial Dex Offering (IDO) and investments by a number of investors.

As stated in the website, some of the investors involved in this round include Black Dragon Capital, Dragonfly Capital, Moonwhale Capital, Digital Renaissance, GFS Ventures, Global Coin Research, OKEx Blocdream Ventures, as well as several other venture capital and angel investors.

The Co-founder, Rahmat Albariqi said this funding will be used to scale up its business, including to expand NFT assets vertical on the NEAR Protocol, such as comics, games, and toys.

“The NFT popularity is increasing this year, and there are many opportunities we haven’t discovered. We believe [market] research and expansion into new verticals can maintain the NFT value. By adding value to digital assets, we can create a big change for NFT in the future,” says the man familiarly called Riqi.

Paras was founded in late December 2020 by Rahmat Albariqi and Afiq Shofy Ramadhan, and was fully developed by a team from Indonesia. Prior to funding, Riqi claimed to have worked on several projects with creators to create and release their IP on the NEAR Protocol.

It wants to open up opportunities for anyone with passion to develop their IP in the crypto world. Currently, Riqi and his team are pushing for the development of crypto-natives IP to be built on Paras.

“We aim to be a pioneer in the transformation of games, comics, toys, and works through smart contract capabilities and blockchain technology. Therefore, we want to open up a lot of access by offering content through various media,” he said.

Several local platforms have started to initiate a marketplace-based NFT platform. Two of them are Tokomall by Tokocrypto and Kolektibel.

Digital comic project and target market

In separate occasion, Riqi revealed that his team is currently working on three digital comic projects using NFT. The first Paras Comic project has just launched and the content is created by in-house creators.

Meanwhile, the majority of Paras users come from crypto-native and tech savvy level. However, Riqi said that the platform has started to be used by early adopters not new to blockchain and cryptocurrency technology.

Paras Digital will expand NFT assets to multiple verticals, such as comics and games

“We are targeting the pop-culture enthusiast market, such as fandom and gamers with a focus on China and Southeast Asia. To date, our total sales volume has reached $550 thousand from a total of 400 thousand transactions,” he said. Since Paras is built on the NEAR Protocol, this transaction is only available using NEAR cryptocurrency.

Riqi said that crypto volatility remains a different challenge. Especially when the crypto market declines, transactions and sales will automatically follow. However, he admits that he is passionate about pursuing the crypto world considering that there is always something new in the blockchain ecosystem.

“This requires us to be constantly learning and innovating. Even though most of Paras’ core team are from Indonesia, we still have to update about innovations happening in other parts of the world. Not to mention about the time difference between Indonesia and several countries as ‘blockchain epicenters’ like Lisbon and the United States,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian