Karikatour as Middleman App for Tourists and Professional Guides

Another tour and travel startup has arrived. It is Karikatour, created in order to facilitate tourists with the best guides.

Karikatour was founded since late 2018 by five Politeknik Bandung alumni. The CEO, Ryan Nurrochman told us, the idea comes up when they got lost in Sukabumi. Back home, he and his friends create a small research and the result is that no application related to tour and travel allows the users to get professional guides.

“We’ve done research and found no application such Gojek that in this case, looking for guides and destinations. The other app just offers recommendation without interaction,” he said.

Few times he mentioned that the app works similar to Gojek system. If what Gojek does is connecting drivers with passengers, Karikatour makes it happened between tourists and professional guides, also, they can provide transportation and photography service for its users.

However, the guides are limited. Ryan said there are only 5-10 professional guides providing services around Bandung. He finds the number is too small that he decided to add up by the end of this year.

Having a similar business model with Gojek, Karikatour applied the same profit-sharing system to gain revenue. They’ll take 10% of the transactions on the platform.

“This year’s target is to have full coverage in West Java, not only Bandung, and acquire up to 100 guides for the next year we can reach out to Yogyakarta and Malang,” he added.

To date, Karikatour still running bootstrap. They’re looking for funding somehow, by making it into incubator and accelerator program.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Karikatour, Aplikasi Penjodoh Wisatawan dengan Pemandu Profesional

Satu lagi startup perjalanan dan wisata muncul. Kali ini adalah Karikatour yang didirikan dengan fokus mempermudah wisatawan mendapatkan pemandu terbaik.

Karikatour didirikan sejak akhir 2018 oleh lima orang alumni Politeknik Bandung. CEO Karikatour Ryan Nurrochman bercerita, ide startup ini muncul setelah mereka tersasar saat berwisata di Sukabumi. Sepulang dari sana, mereka melakukan riset kecil dan menyimpulkan bahwa tak ada satu pun aplikasi di bidang pariwisata yang memungkinkan penggunanya mendapatkan jasa pemandu wisata profesional.

“Kita sudah riset belum ada aplikasi seperti Gojek yang dalam hal ini mencari guide dan destinasi. Kalau aplikasi lain cuma rekomendasi saja tapi tidak ada interaksi,” ujar Ryan.

Ryan berkali-kali menyebut sistem kerja aplikasinya serupa dengan Gojek. Jika Gojek mempertemukan pengemudi dengan penumpang, Karikatour menghubungkan pelancong dengan pemandu wisata profesional yang tak hanya memandu selama perjalanan, tapi juga menyediakan moda transportasi serta fotografi bagi pelanggannya.

Kendati demikian, jasa pemandu yang disediakan Karikatour masih terbatas. Ryan menyebut saat ini hanya ada 5-10 pemandu profesional dengan cakupan destinasi wisata di seputar Bandung. Ryan menyadari jumlah dan cakupan itu terlampau kecil sehingga menargetkan angka itu lebih besar di akhir tahun ini.

Mengikuti model bisnis Gojek, Karikatour juga menerapkan sistem bagi hasil untuk memperoleh cuan dalam bisnis ini. Mereka mengambil 10 persen dari nilai transaksi yang terjadi di platform mereka.

“Tahun ini target destinasi wisata di Jawa Barat full tidak hanya di Bandung, jumlah guide sampai 100 orang sehingga tahun depan bisa sampai Yogyakarta dan Malang,” imbuh Ryan.

Hingga saat ini, status pendanaan Karikatour masih bootstrap. Mereka masih berupaya mencari pendanaan dengan sejumlah cara, salah satunya seperti mengikuti program inkubator dan akselerator.

Application Information Will Show Up Here

Platform SaaS Finata Bantu UKM Benahi Laporan Keuangan

Berdasarkan data BPS, ada sekitar 62 juta UKM di Indonesia dengan laju pertumbuhan sekitar 100 ribu usaha per tahun. Sementara data dari Ditjen Pajak, hanya terdapat kurang dari 1 juta usaha yang sudah melakukan kewajiban pajak.

Masalahnya adalah kebanyakan UKM tidak memahami cara pembuatan pembukuan atau tidak mengerti manfaat dari kerapihan laporan keuangan, bahkan cara membaca laporan keuangan yang berstandar.

Melihat persoalan tersebut Yudi Sudarmadi selaku Founder & CEO Finata kemudian membuat solusi berupa perangkat lunak keuangan berbasis SaaS yang bisa menghasilkan laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Juga dilengkapi fitur pengelolaan pajak dan fitur untuk mendiagnosis kesehatan bisnis. Dibantu oleh Tantan Hilyatana yang berpengalaman dalam pengembangan produk digital, PT Reksa Finansial Tertata (Finata) didirikan.

Software keuangan UKM Finata merupakan web-based cloud computing yang bisa diakses oleh pengguna kapan saja di mana saja. Sehingga pengguna tidak perlu dipusingkan dengan proses instalasi dan penyimpanan data perusahaan. Dengan model bisnis SaaS freemium, setiap UKM bisa memilih dan membayar fitur sesuai kebutuhan.”

Sejak diluncurkan, Finata saat ini telah memiliki 280 pengguna. Berdasarkan feedback dan respons, Finata berupaya untuk melakukan perbaikan sistem agar bisa bermanfaat bagi pengguna. Dengan memiliki kemampuan dan alat yang tepat dalam pencatatan keuangan, pelaku UKM dapat meningkatkan skala bisnisnya secara komprehensif sekaligus mengetahui bagaimana cara tepat mendatangkan sumber permodalan yang terbaik bagi usahanya.

“Termasuk bila didatangi petugas pajak. Karena tidak mengerti keuangan apalagi perpajakan, akhirnya langsung menderita kesulitan keuangan, mendadak bangkrut, atau terkena pidana pajak,” ujar Yudi,

Sebagai bentuk dukungan kepada pemilik usaha, Finata bisa diakses secara gratis melalui situs yang saat  ini masih versi beta. Belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi, Finata mengklaim sebagai satu-satunya software akuntansi yang bisa menghitung setoran pajak dan dilengkapi dengan diagnosis kesehatan bisnis.

Target tahun 2019

Dengan target 200 ribu pengguna terdaftar dan 2000 pengguna aktif harian di tahun 2019, Finata berharap dapat menjadi bagian dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kewirausahaan di masyarakat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih mandiri. Secara khusus menyasar pelaku UKM yang berjualan secara online sebagai early adopter, dengan menggunakan Finata, diharapkan mereka dapat mendeteksi kesehatan usahanya sehingga mampu melakukan pengembangan bisnis.

Finata juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, yang nantinya bisa digunakan untuk kegiatan pemasaran. Rencana fundraising akan dilakukan setelah Finata memiliki jumlah pengguna yang ditargetkan. Saat ini Finata juga tengah menjajaki program IPO khusus untuk startup di kategori papan akselerasi.

“Kami akan terus berkolaborasi dengan komunitas UKM dan menjadikan pemerintah sebagai mitra untuk memperluas edukasi penataan keuangan UKM saat ini,” tutup Yudi.

Startup Edtech Pahamify Resmi Hadir, Tawarkan Konten Edukasi untuk Pelajar SMA

Startup edtech lokal kembali ramai dengan kehadiran Pahamify. Startup ini awalnya hadir dalam kanal YouTube dengan nama akun Hutan Tanda Tanya sejak 2016, berisi konten edukasi tentang sains dan teknologi.

Akun tersebut telah menjaring lebih dari 250 ribu subscriber dan mengantongi berbagai penghargaan dari YouTube maupun Siberkreasi. Sejumlah dana hibah yang diperoleh mendorong tim menyeriusinya menjadi Pahamify.

Rousyan Fikri mendirikan Pahamify bersama dua temannya, Mohammad Ikhsan dan Edria Albert, sejak 1,5 tahun lalu di Bogor. Ketiganya memiliki latar belakang yang kuat di bidang edukasi dan teknologi.

“Meskipun sudah banyak aplikasi belajar tersedia, konten berkualitas tetap menjadi barang langka. Membuat konten pembelajaran berkualitas adalah keahlian yang masih sangat jarang di temukan para konten kreator di Indonesia,” terang CEO dan Co-Founder Pahamify Rousyan Fikri, Jumat, (19/7).

Peluncuran ini turut dihadiri Direktur Ekonomi Digital Aptikom Kemkominfo I Nyoman Adhiarma. Ia mengapresiasi kehadiran Pahamify karena sektor pendidikan termasuk ke dalam satu dari tujuh prioritas yang didorong Kemkominfo. Pendidikan tergolong sektor yang paling mudah didigitalisasikan dan tidak serigid sektor kesehatan.

“Tapi tantangannya sangat besar karena rata-rata tingkat pendidikan di Indonesia hanya sebatas kelas 2 SMP. Ini jauh tertinggal dibanding negara tetangga,” terang I Nyoman.

Kompetitor terdekat Pahamify adalah Ruangguru dan Quipper.

Produk Pahamify

Sementara ini, Pahamify menyediakan konten edukasi untuk jenjang SMA jurusan IPA. Ada lebih dari 500 konten dalam bentuk video, dilengkapi dengan ribuan kuis dan ringkasan. Konsep yang diusung adalah fun learning dibalut gamification agar belajar seseru bermain game.

Di dalam aplikasi juga disediakan Career Center, berupa layanan konseling yang dikelola oleh psikolog dari Universitas Indonesia untuk bantu siswa mengenali minat dan bakat diri. Juga, membantu siswa yang memiliki masalah akademik maupun non akademik.

Rousyan melanjutkan, di dalam aplikasi sudah dilengkapi dengan profil dari berbagai universitas dan jurusan untuk permudah siswa memilih jurusan sebelum masuk perguruan tinggi.

“Dari riset yang kami lakukan sebelum resmi merilis Pahamify, selain butuh platform untuk belajar akademis, siswa juga menghadapi masalah non teknis di kehidupan sehari-harinya. Makanya kami buat konselingnya.”

Di samping itu, timnya juga menyediakan program intensif untuk pelajar SMA tingkat akhir sebelum mengikuti tes perguruan tinggi. Metode yang dipakai adalah flip based classroom. Rousyan mengaku metode tersebut dipakai saat ia sekolah di luar negeri dan setelah diteliti bisa diterapkan di Indonesia.

Sejak aplikasi resmi diperkenalkan di Oktober 2018, dia mengklaim telah menjaring puluhan ribu pengguna yang kebanyakan adalah pelajar SMA. Untuk program intensif, disebutkan pada batch pertama telah berhasil mengantarkan 88% pesertanya ke PTN impian.

Biaya berlangganan aplikasi ini dibanderol mulai dari Rp50 ribu sampai Rp260 ribu, tergantung rentang waktu yang diinginkan. Aplikasi sudah tersedia untuk versi Android dan iOS.

Rencana perusahaan

Hingga akhir tahun ini, Pahamify berencana untuk menambah konten edukasi IPS untuk jenjang SMA. Jenjang SMP juga akan segera disasar karena timnya mendapat banyak permintaan dari para siswa.

“Harapannya tahun ini bisa selesaikan konten buat IPS dan SMP. Kami berharap tahun depan bisa melakukan lebih banyak inovasi baru yang lebih seru.”

Sementara akun YouTube Hutan Tanda Tanya masih akan diteruskan keberlangsungannya oleh Pahamify. Akun ini akan mempopulerkan konten sains dan teknologi karena menyasar penonton dari semua kalangan umum. Harapannya dari strategi ini bisa mendorong orang-orang untuk mencoba Pahamify.

“Tim Hutata (kepanjangan dari Hutan Tanda Tanya) masuk ke dalam unit bisnis di Pahamify. Fokusnya beda dengan Pahamify karena mereka menyasar ke general audience.”

Status pendanaan Pahamify disebutkan sudah mendapat investasi dari angel investor dengan nilai dirahasiakan. Perusahaan juga telah mendapat dana hibah dari YouTube dan Siberkreasi. Tim Pahamify saat ini berjumlah 50 orang dan seluruh konten dibuat secara in house.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Komuter Sediakan Platform Jejaring Sosial Berbasis Transportasi Publik

Menjalin interaksi melalui media sosial/jejering digital mungkin sudah menjadi salah satu budaya masyarakat Indonesia. Peluang ini ditangkap Komuter dengan menghadirkan platform social network yang dibalut dengan pengalaman menggunakan transportasi commuter dan MRT. Di platform ini, pengguna bisa berinteraksi berdasarkan lokasi stasiun, mulai dari membahas kendala kereta, stasiun atau topik-topik lainnya.

Hadir pertama kali pada tahun 2013 Komuter terus mengalami perkembangan hingga pada akhirnya dikembangkan kembali pada tahun 2018 dan diresmikan tahun ini. Tim Komuter yang baru terdiri dari Gage Batubara sebagai CEO, Firnas Nadirman sebagai CTO, dan Dewi Kartika Rahmayanti sebagai Marketing & Community Development.

“Komuter dibangun untuk membuat aktivitas bertransportasi publik menjadi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi.  Kenyamanan bertransportasi publik di Jabodetabek didasarkan pada kesiapan sarana dan prasarana pendukung, antara lain adanya informasi yang bisa diakses oleh publik, terutama soal jadwal. Selain itu, dengan memperhatikan bahwa masyarakat Indonesia suka berkumpul untuk memberikan rasa aman dalam bertransportasi publik, maka ada fitur di mana pengguna bisa berinteraksi dengan pengguna lainnya,” jelas Dewi.

Saat ini aplikasi Komuter baru tersedia untuk pengguna iOS, sedangkan untuk platform Android masih dalam tahap pengembangan. Di versi terbarunya, Komuter menambahkan fitur Eksplor. Fitur ini memungkinkan pengguna mendengarkan podcast yang dikurasi tim editor. Topik yang dihadirkan  bervariasi, mulai dari transportasi publik, gaya hidup, hobi hingga self development.

“Penambahan fitur Eksplor akan terus dikembangkan. Pada saat ini Komuter baru mampu mengakomodir podcast, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan, Komuter akan berkolaborasi dengan pihak lain untuk mengakomodir kebutuhan lain seperti penambahan artikel atau informasi yang menarik dan bermanfaat bagi para pelaju atau para commuter,” jelas Gage Batubara.

Pada dasarnya Komuter dikembangkan untuk membuat aktivitas bertransportasi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi. Gage lebih lanjut berharap, dengan hadirnya fitur-fitur baru dari Komuter ini dharapkan para pengguna transportasi publik bisa lebih mudah menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.

Startup yang masih bersifat bootstrapping dan sedang menjajaki kemitraan dengan beberapa investor ini tengah berusaha untuk menambah pengguna dan juga berusaha menjalin kolaborasi dengan komunitas pengguna transportasi publik.

Layanan “Personal Homecare” MHomecare Jembatani Kebutuhan dan Suplai Tenaga Kesehatan

Besarnya lulusan perawat saat ini tidak dibarengi dengan peluang kerja dan kesejahteraan bagi mereka. Menurut data Kepala BNP2TKI, pertumbuhan lulusan perawat di Indonesia tiap tahunnya mencapai lebih dari 26 ribu orang, sebaliknya pertumbuhan lapangan kerjanya (dalam hal ini fasilitas layanan kesehatan) jauh di bawah itu.

Hal ini menyebabkan over supply tenaga kesehatan di Indonesia, padahal kebutuhannya sangat signifikan.

MHomecare didirikan untuk mencoba menjembatani permintaan publik ke jaringan perawat. Kepada DailySocial, CEO MHomecare Angga Pramana Jaya menyebutkan, MHomecare hadir untuk mengatasi permasalahan yang benar-benar terjadi di NTB saat itu.

“Kami melihat saat ini permintaan pasien (demand) dan tingginya jumlah tenaga kesehatan (supply) membuat MHomecare lahir agar dapat menjadi solusi yang menjembatani kedua hal tersebut. Jumlah kebutuhan layanan homecare sangatlah tinggi, baik pelayanan dari caregiver, perawat, hingga bidan.”

MHomecare adalah aplikasi kesehatan berbasis digital yang menghubungkan tenaga kesehatan yang berlisensi dan pasien. Tenaga kesehatan (perawat, bidan, dan caregiver) yang tergabung dalam layanan ini bisa mendapat pelatihan yang diberikan MHomecare Provider Academy untuk mengembangkan soft skill dan hard skill mereka, termasuk standarisasi pelayanan.

Saat ini total tenaga kesehatan yang telah lulus pelatihan mencapai 672 orang yang terdiri dari perawat, bidan dan caregiver.

MHomecare dapat dipesan melalui situs atau melalui aplikasi di platform Android. Platform ini memiliki layanan harian, mingguan, ataupun bulanan untuk pendampingan bayi, lansia, dan orang sakit.

Untuk strategi monetisasi, MHomecare mendapatkan fee sebesar 20%-30% dari tenaga kesehatan. Mitra tenaga kesehatan dapat bekerja dengan waktu yang fleksibel dan penghasilan tanpa batas. MHomecare disebut telah bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintah, produk nasional dan komunitas.

Pasca menjadi pemenang ajang Indonesia-Korea Startup Demo Day 2019 beberapa waktu lalu, MHomecare memiliki beberapa rencana dan target yang ingin dicapai, termasuk ingin menjadi platform layanan kesehatan yang profesional, mudah, dan memberikan harga yang transparan.

Selain MHomecare, sejumlah startup juga menyasar pasar yang sama, misalnya Homecare24, Insan Medika, RuangRawat, dan MyNurz.

“Tahun ini MHomecare memiliki target untuk memberdayakan lebih dari 5 ribu tenaga kesehatan yang tersebar di Jabodetabek. MHomecare tidak hanya memasarkan, tetapi juga ingin menstandarisasi layanan tenaga kesehatan, serta menanamkan jiwa entrepreneur dari seluruh tenaga kesehatannya agar dapat menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia,” tutup Angga.

Application Information Will Show Up Here

Hacktiv8 Kembangkan Kode.id, Platform Kursus Online dengan Beragam Materi Keterampilan

Hacktiv8 yang selama ini dikenal sebagai program pelatihan intensif menjadi developer mulai berinovasi menghadirkan platform pembelajaran online Kode.id (Kode). Ronald Ishak dan Riza Fahmi (co-founders) turut terlibat mengisi materi-materi video kursus.

Ketika dihubungi DailySocial Ronald menjelaskan, “visi Hacktiv8 menjadi jembatan antara supply dan demand atas developer di Indonesia. Selama menjalankan Coding Bootcamp, kami sadar bahwa tidak semua orang dapat menyiapkan 40 jam per minggu untuk mengikuti kelas secara penuh. Maka dibangunlah Kode.”

Kode awalnya lahir dengan tujuan untuk membantu masyarakat luas dalam belajar pemrograman. Namun seiring berjalannya waktu, kelas-kelas Kode juga diperkaya dengan konten-konten dari bidang ilmu lainnya seperti kepemimpinan, bisnis, pemasaran, hingga desain. Perjalanan Kode baru dimulai awal Juli 2019 ini, kendati demikian saat ini mereka tengah menghimpun pendanaan demi menjadikan Kode sebagai “online upskiling platform” terbesar di Indonesia.

“Melalui Kode kami berharap dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi setiap orang dalam mempelajari ilmu baru yang berguna bagi karier mereka ke depannya. Kami percaya, pendidikan yang berkualitas adalah hak semua orang dan kami yakin Kode dapat mewujudkan hal tersebut dan memaksimalkan perwujudan industri 4.0,” terang Ronald.

Mengenal lebih jauh tentang Kode

Jika Anda sudah familiar dengan platform pembelajaran online berbasis video on demand semacam Udemy, mungkin Anda tidak akan kesulitan mengikuti alur dan menu-menu yang disajikan oleh Kode. Kursus akan ditampilkan berdasarkan kategori dan di dalamnya video sudah disusun ke dalam sebuah playlist.

Ronald memperkenalkan Kode sebagai “subscription based online upskilling video platform“. Mereka menawarkan pendaftaran gratis lengkap dengan sejumlah course gratis yang tersedia. Selain itu juga tersedia akun premium dengan sistem berlangganan dengan biaya berlangganan Rp269.000 per bulan.

Meski video pembelajaran versi gratis cukup banyak, dengan berlangganan akun premium akan mendapatkan sejumlah fitur-fitur pelengkap pembelajaran, seperti akses ke kelas premium, akses video online, dan “learning path” yang memudahkan pengguna menentukan urutan-urutan pembelajaran.

Di Kode, juga disediakan fitur “Skill Assessment” di setiap tahapan pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman terhadap sebuah materi. Selain itu Kode juga memiliki fitur analitik yang hanya diperuntukkan untuk B2B, yang memungkinkan perusahaan memantau perkembangan proses belajar karyawan mereka.

“Skill Assessment atau bisa dibilang tes kompetensi, akan membantu pembelajar untuk mengetahui tingkat pemahaman atas keahlian tertentu. Learner (sebutan untuk pengguna Kode) akan diberikan sebuah kuis yang akan tersedia di awal penggunaan platform. Berdasarkan jawaban yang diberikan, kami akan menyarankan kelas yang cocok untuk Learner berdasarkan hasil dari kuis tersebut,” jelas Ronald.

Memperkaya perpustakaan kelas

Selain memungkinkan masyarakat mengakses video pembelajaran online, Kode juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang memiliki keterampilan untuk menjadi pengajar melalui fitur “Subject Matter Expert (SME)”. Di tahun pertamanya ini pihak Kode ingin memperkaya perpustakaan kelas sehingga untuk memberikan pilihan pelajaran yang beragam.

“Fokus kami adalah terus memperbesar perpustakaan kelas kami. Kami berkomitmen untuk dapat memberikan beragam kelas yang menarik, interaktif, dan relevan terhadap perkembangan industri sekarang. Melalui beragam kelas tersebut, kami berharap dapat meningkatkan taraf hidup para profesional di Indonesia,” terang Ronald.

Selain Kode.id, di Indonesia sudah ada beberapa layanan kursus online serupa misalnya DicodingIndonesiaX, Studilmu, dan lainnya.

Startup E-Book Ketix Resmi Hadir, Dorong Penulis Muda Terbitkan Buku Sendiri

Rendahnya minat baca dan susahnya penulis untuk menerbitkan buku menjadi beberapa alasan yang membuat tingkat literasi membaca di Indonesia cukup tertinggal dibandingkan negara lain. Di samping itu, kehadiran aplikasi e-book yang beredap dianggap cukup mengkhawatirkan karena tidak memuat norma yang berlaku.

Menanggapi isu di atas, Tendi Murti, King Bagus, dan Dewa Eka Prayoga mendirikan Ketix sejak April 2019. Semangat yang ingin diusung Ketix tidak hanya mewadahi penulis muda untuk berkarya, tetapi ingin meningkatkan literasi membaca di Indonesia.

Baik Tendi maupun Dewa merupakan penulis dengan beberapa karya yang sudah mereka terbitkan. Tendi sendiri adalah pendiri Komunitas Menulis Online.

Status pendanaan Ketix masih dalam menggunakan dana sendiri (bootstrap). Tendi mengaku pihaknya mencari investor dengan misi tidak hanya mencari untung, tapi juga punya misi sosial yakni mencerdaskan bangsa.

“Harapan kami dengan mempermudah proses menulis dan menerbitkan buku, Indonesia akan punya makin banyak penulis, makin banyak orang yang belajar menulis, dan akhirnya semakin tinggi minat membaca masyarakat kita,” kata Co-Founder dan CEO Ketix Tendi Murti, Selasa (9/7).

Aplikasi Ketix didesain untuk langsung mengakomodir penulis untuk menulis dari nol. Tersedia template untuk gambar cover buku, jikalau penulis tidak punya kemampuan mendesain. Hasil tulisan dapat disimpan dalam bentuk draft atau langsung dipublikasikan.

Karya mereka juga dapat dijual dalam bentuk e-book. Ada royalti yang bisa mereka dapatkan, komposisinya 80% untuk penulis dan sisanya untuk Ketix. Penulis dapat berinteraksi dengan para penggemarnya dalam ruang diskusi bernama TixRoom. Di situ, pembaca bisa memberikan tanggapan atas buku yang dipublikasikan oleh penulis tersebut.

“Inspirasi awal mendirikan TixRoom dari komunitas membaca yang orang-orangnya dikumpulkan lewat aplikasi chat. Tiap penulis nanti bisa punya ruang diskusi sendiri agar intimasi dengan pembaca semakin terasa.”

Buat pembaca, ada sejumlah fitur yang memudahkan seperti daftar rekomendasi koleksi buku gratis di menu Recommended Stories, Popular Stories. Bahkan bisa berdasarkan genre favorit, atau menurut penulis dengan jumlah follower teratas dalam menu TixStar.

Fitur lainnya, Ketix memberikan pilihan dalam membaca buku, mulai dari warna halaman, ukuran, hingga bentuk font yang bisa disesuaikan dengan kenyamanan pembaca. Pengaturan tersebut tetap tidak akan berubah, meski pembaca membaca buku lain.

Diferensiasi dengan pemain sejenis

Tampilan aplikasi Ketix / Ketix
Tampilan aplikasi Ketix / Ketix

Uniknya, Ketix tidak hanya menempatkan diri sebagai aplikasi e-book saja. Dilengkapi pula dengan fitur pendukung seperti e-commerce bekerja sama dengan penerbit buku dan entertainment berbentuk live streaming, yang mana hal tersebut meningkatkan utilitas aplikasi.

Founder Ketix King Bagus menerangkan, Ketix adalah kompilasi dari fitur Line, Medium, Ruangguru, dan T Series (India). Alhasil, pendekatan ini berbeda jauh dengan pemain sejenis seperti Wattpad, Webnovel, dan Baboo.

Disebut seperti Line karena ada fitur chat dan commerce. Begitupun Ruangguru karena disediakan kelas mentoring online dengan penulis. Sementara, Medium karena setiap orang diberi kemudahan untuk menulis.

“Kami sedang mempersiapkan film pendek tentang horor yang diangkat dari novel populer yang dipublikasi lewat Ketix. Tujuannya untuk mengapresiasi setiap hasil karya yang bagus, dan telah melalui proses kurasi,” terang King.

Untuk mencegah plagiarisme, Ketix telah menyiapkan setiap karya yang dipublikasi tidak bisa di-copy paste sama sekali oleh pengguna. Mengenai ketentuan tema tulisan, Ketix sejak awal memberikan disclaimer bahwa setiap karya yang ditulis tidak boleh mengandung unsur hoaks.

Oleh karena itu, Ketix juga melengkapi sistemnya dengan menambahkan kata kunci agar lebih cepat mendeteksinya. Ke depannya, sistem akan terus dimutakhirkan apabila jumlah tulisan yang masuk semakin banyak.

“Apabila ada yang melanggar ada tahapannya, sampai akhirnya kami cabut karyanya secara permanen. Kami cukup ketat untuk tema tulisan karena kami ada semangat moral dan sosialnya,” tambah Tendi.

Sejumlah platform e-book lokal sempat menghiasi percaturan industri, namun belum ada yang mampu menjadi pemimpin pasar. Wattpad bisa dibilang menjadi pemimpin pasar bagi penulis independen berbasis digital, meskipun konsepnya bukan berupa e-book.

Rencana Ketix

Aplikasi Ketix sementara ini baru tersedia untuk versi Android, telah diluncurkan sejak 23 Mei 2019. Dari peluncuran hingga sekarang, diklaim telah diunduh lebih dari 5 ribu kali. Pembaca aktifnya mencapai 3.500 orang.

Dari segi database, Ketix memiliki 2.400 buku yang sudah dipublikasi oleh lebih dari 1.000 penulis. Tendi menargetkan sampai 2021, pihaknya dapat menargetkan 1 juta penulis muda dengan 5 juta karya yang terpublikasi. Mayoritas kategori buku adalah fiksi.

“Kami juga ingin go Asia pada 2021, sebab saat ini Komunitas Membaca Online punya cabang di Hong Kong, Malaysia, dan Turki. Rencananya akan buat kantor di sana,” tutup Tendi.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Gerak Dorong Masyarakat Hidup Sehat dengan Berolahraga

Memanfaatkan teknologi, platform yang bertujuan memotivasi masyarakat Indonesia untuk bergerak, berlari dan berpartisipasi bersama dalam aksi positif resmi meluncur pada bulan Februari 2019. Didirikan oleh tiga orang dengan latar belakang freelance designer dan program developer yaitu Jesslin Sevelen, Septian Rahman, dan Michael; aplikasi “Gerak” saat ini sudah bisa diunduh di perangkat iOS dan Android.

Kepada DailySocial Connector Gerak Septian Rahman mengungkapkan, tujuan utama aplikasi Gerak diciptakan adalah mengajak, menantang dan memotivasi orang untuk berolahraga lari di mana saja dan kapan saja.

“Gerak sebenarnya bukan startup pertama yang kami miliki, sebelumnya founder juga pernah merintis startup lain selama 2 tahun dan gagal. Pelajaran dan pengalaman yang kami dapati adalah ide sangat gampang untuk ditemukan, namun komitmen dan eksekusinya yang terpenting. Dalam hanya waktu 2 bulan, kami berhasil merilis aplikasi Gerak di Android dan iOS, serta merilis acara virtual perdana bertajuk Gerak Ramadan Run 2019.”

Dalam perjalanannya, para pendiri Gerak melihat banyak antusias dan respons positif dari masyarakat yang telah memanfaatkan platformnya. Secara khusus Gerak mengedepankan tiga aspek, yaitu dari purpose/value, teknologi, dan brand.

Cara kerja Gerak

Cara kerja aplikasi mirip dengan aplikasi tracking lari Strava, namun Gerak memiliki perbedaan yang signifikan karena dikombinasikan dengan acara virtual run yang bisa diikuti oleh pengguna berbayar. Secara sederhana pengguna bisa ikut lomba lari atau maraton dari mana saja, tidak berfokus dalam satu titik lokasi.

“Setiap event atau tantangan yang berhasil diselesaikan akan mendapatkan rewards, selain hidup yang lebih sehat, setelah finish akan mendapatkan medali, jersey dan hadiah lainnya sesuai tema acara. Sekaligus ikut serta membantu berdonasi dan aktivitas sosial lainnya,” kata Septian.

Saat ini Gerak telah memiliki sekitar 2500 pengguna aktif. Berbagai kegiatan pun sudah dilancarkan. Dengan modal terbatas, Gerak berhasil mengajak 600 orang untuk mendaftar dan berlari selama bulan ramadan.

“Target kami tahun ini adalah mengejar angka 10 ribu masyarakat Indonesia untuk mulai ikut aktif berlari dan berhasil menyelenggarakan minimal 10 virtual run event dan challenge,” kata Septian.

Masih menjalankan bisnis secara bootstrapping, tahun ini juga Gerak memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Harapannya para pendiri Gerak bisa menemukan investor yang memiliki visi sama, yaitu mendukung cara hidup sehat untuk masyarakat. Jika nantinya berhasil diperoleh, tambahan kapital tersebut akan digunakan untuk menambah jumlah tim dan mempercepat pertumbuhan bisnis baik dari sisi produk hingga pasar.

“Semua kegiatan virtual run yang Gerak adakan lebih berfokus kepada membantu lingkungan sekitar dan membantu pengguna untuk membentuk kebiasaan bergerak dan berolahraga. Dari segi brand sendiri, Gerak berfokus untuk membangun good relationship dengan pengguna dan komunitas tentunya,” tutup Septian.

Application Information Will Show Up Here

KaryaOne dan Tren Produk SaaS Sumber Daya Manusia untuk UKM

Satu lagi layanan SaaS di bidang sumber daya manusia. Bernama KaryaOne, startup yang sudah diinisiasi sejak tahun 2016 ini digawangi oleh Protus Tanuhandaru. Ada dua paket produk yang ditawarkan, berbentuk Human Resources Information System (HRIS) dan Talent Management System (TMS). Masing-masing dijajakan secara berlangganan dengan perhitungan menyesuaikan jumlah karyawan yang dikelola dengan sistem tersebut.

“KaryaOne adalah software manajemen HR/SDM yang membantu menyederhanakan proses administrasi HRD seperti absensi, cuti, lembur, payroll, pajak, BPJS, pengelolaan kinerja, jenjang karier, suksesi, dan pengembangan SDM,” ujar Protus selaku CEO KaryaOne.

Salah satu fitur yang diunggulkan KaryaOne ialah kemampuan integrasi (plug and play) dengan perangkat presensi berbasis Fingerprint Scanner dan RFID. Selain itu, dasbor yang disajikan didesain agar tim HR di perusahaan dapat melakukan analisis kinerja SDM secara komprehensif – termasuk melayani berbagai pengajuan, seperti cuti dll.

Selain berbasis website, KaryaOne juga menyediakan aplikasi mobile di platform Android dan iOS. Memungkinkan pengguna mendapatkan fleksibilitas akses di mana saja dan kapan saja.

Ragam SaaS untuk HR di Indonesia

Alternatif layanan HR digital juga dihadirkan oleh Catapa. Startup bimbingan GDP Venture tersebut mencoba memanfaatkan kapabilitas kecerdasan buatan untuk membantu pengelolaan karyawan. Salah satu realisasinya melalui platform berbasis chatbot.

Ada juga inisiatif gabungan bernama Mekari, yakni bundel produk SaaS dari Talenta, Sleekr, Jurnal dan KlikPajak. Misinya menjadi kanal terintegrasi untuk digitalisasi sistem administrasi UKM di Indonesia. Selain itu masih ada layanan SaaS lain, sebut saja Benemica, GreatDay HR, Nusatalent dan sebagainya.

Terdapat alasan mendasar mengapa layanan SaaS masih memiliki pangsa pasar dan potensi yang besar. Tren perkembangan startup dan UKM di Indonesia terus meningkat. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini ada lebih dari 57 juta UMKM dari berbagai sektor di seluruh Indonesia. Unit bisnis tersebut berkontribusi pada 60% GDP nasional.

Salah satu ciri UKM atau startup –khususnya di tahap awal—adalah tim yang ramping. Untuk mengurus hal administrasi seperti kepegawaian atau perpajakan, kadang mereka memilih menggunakan jasa pihak ketiga, alih-alih merekrut staf di bagian tersebut. Kehadiran SaaS sangat menolong, karena berbagai aktivitas dapat disimplifikasi dan dilakukan oleh satu atau dua orang saja.

Sifat layanan berbasis komputasi awan yang cenderung fleksibel dalam penggunaan –biasanya dibayar sesuai pemakaian—turut membuat UKM tidak harus berinvestasi besar di awal, namun menyesuaikan dengan skala bisnis dan pertumbuhannya.

Pangsa pasar SaaS yang luas turut didukung perkembangan adopsi smartphone, internet dan alat-alat komputasi lainnya.

Application Information Will Show Up Here