Hay Trans Ramaikan Persaingan Startup Transportasi On-Demand di Pontianak

Awal tahun ini menjadi babak baru bagi Ari Sandy dan dua orang rekannya, sebagai co-founder aplikasi pemesan layanan transportasi Hay Trans. Dirancang sejak awal tahun 2016, layanan Hay Trans didesain untuk menjadi “GO-JEK”-nya kota Pontianak. Menurut pemaparan Ari kepada DailySocial, tingginya angka kebutuhan transportasi publik oleh masyarakat menjadi salah satu hal yang melatar belakangi pembentukan Hay Trans. Di bawah bendera PT Hay Trans Pratama, 7 sub-layanan siap dijajakan kepada masyarakat Pontianak.

Layanan Hay Trans meliputi pemesanan mobil transportasi (Hay Taksi), pemesanan ojek (Hay Ojek), pemesanan travel menuju bandara (Hay Bandara), pemesanan kuliner (Hay Kuliner), pemesanan mobil sewa (Hay Carter), pemesanan jasa kurir antar (Hay Kurir) dan pemesanan ambulan gratis (Hay Ambulance). Berbagai layanan tersebut kini bisa diakses melalui situs resmi Hay Trans, aplikasi maupun melalui nomor telepon.

“Cakupan wilayah kami untuk saat ini hanya melayani seputar kota Pontianak, serta rute dari Pontianak ke Kabupaten Kubu Raya. Dalam operasionalnya kami menggunakan server Taxistartup yang sudah digunakan di 49 negara,” jelas Ari.

Memulai sebagai startup mandiri, saat ini Hay Trans memiliki 5 orang admin operasional, dengan jumlah armada dan sopir baru 40 unit. Sistem bagi hasil digunakan dalam proses bisnis, dengan pembagian 80% untuk pengemudi/pemilik kendaraan dan 20% untuk pihak Hay Trans. Namun demikian, Hay Trans berkomitmen untuk memberikan layanan real-time selama 24 jam.

Sebelumnya ada Tripy, MrJek dan beberapa pemain niche lain, sebagai startup asal Pontianak yang menyajikan layanan serupa. Ada juga Bujang Kurir, sebagai layanan on-demand yang memfokuskan pada pengantaran barang. Rata-rata motivasinya sama, mencoba memaksimalkan momentum dari kejayaan layanan on-demand, sementara pemain besar seperti GO-JEK belum mulai mengudara di area tersebut.

“Membuka layanan on-demand adalah sebuah peluang, ditambah mulai banyak masyarakat Pontianak yang melek teknologi. Hay Trans berkomitmen untuk transparan dari segi harga yang relatif lebih murah dibanding pesaing,” pungkas Ari.

Application Information Will Show Up Here

Startup Asal Makassar KotakArsip Sajikan Layanan Arsip Digital untuk Instansi Pemerintah

KotakArsip adalah startup asal Makassar yang mengembangkan sistem arsip digital untuk instansi pemerintahan. Didirikan sejak tanggal 10 November 2016, startup ini dipimpin oleh Gifa Eriyanto. Latar belakang pendiriannya tak lain karena mendesaknya kebutuhan berbagai instansi untuk memiliki salinan digital dari dokumen dan surat-surat yang dirilis selama kegiatan operasionalnya. Kondisinya saat ini kebanyakan arsip disimpan dalam bentuk hard-copy, sehingga ketika melakukan pencarian menjadi tidak efisien, terlebih jika berkas tersebut akhirnya rusak lantaran dimakan usia atau dilalap bencana.

“Dalam kondisi yang buruk, ada klien kami sebelumnya yang arsipnya sampai rusak seluruhnya karena banjir yang masuk ke kantor arsip. Dari sinilah kami berpikir, betapa arsip digital sangat dibutuhkan,” cerita Gifa menceritakan latar belakang pendirian KotakArsip.

Permasalahan tersebut diketahui setelah sebelumnya Gifa –melalui CV Media Sakti yang didirikan—mendapatkan pesanan sistem arsip digital dari dua instansi sekaligus. Dari situ, Gifa memutuskan untuk mengembangkan produk sistem arsip digital secara lebih matang yang dapat digunakan oleh instansi yang membutuhkan. KotakArsip dapat digunakan dalam mode trial dengan batasan kapasitas, dan mode berlangganan menyesuaikan kebutuhan kapasitas penyimpanan.

“…jika setiap perusahaan membuat sistem arsip digitalnya sendiri-sendiri yang membutuhkan dana yang lumayan tinggi, berapa banyak anggaran yang akan dihabiskan untuk fungsi yang sama. Karena itulah kami hadir dengan layanan langganan sehingga instansi tersebut…” ujar Gifa.

Salah satu tampilan aplikasi KotakArsip
Salah satu tampilan aplikasi KotakArsip

Memulai dengan kesederhanaan fitur

KotakArsip mengawali debutnya dengan menghadirkan fitur arsip persuratan, mengelola surat masuk dan surat keluar. Sistem didesain untuk mampu menyelesaikan permasalahan distribusi surat dengan cepat termasuk notifikasi pencatatan penyampaian surat dan proses disposisi. Notifikasi sistem dihadirkan melalui email dan aplikasi smartphone. Saat ini aplikasi juga masih dalam tahap closed-beta, baik untuk Android ataupun iOS, masih dalam pengujian terbatas.

Layanan keseluruhan untuk KotakArsip sendiri juga sebenarnya belum sepenuhnya resmi meluncur, Februari ini direncanakan dihadirkan ke publik dalam versi beta.

“Segmen pasar yang ditargetkan utamanya adalah instansi-instansi pemerintah di Makassar. Untuk revenue, kami memberikan layanan langganan sehingga pengguna membayar bulanan yang direkap dalam 6 bulan atau 1 tahun. Nantinya untuk pelanggan yang ingin KotakArsip dipasang di server sendiri, kami juga menghadirkan layanan lisensi (on-premise),” lanjut Gifa.

Berawal di Makassar, bercita-cita merangkul instansi di seluruh Indonesia

Sementara ini KotakArsip akan berfokus merangkul pangsa pasar instansi pemerintahan di Makassar, sembari mendapatkan feedback penambahan layanan untuk pemenuhan kebutuhan. Namun targetnya, KotakArisp tidak hanya tinggal di Makassar, tapi juga akan dipasarkan di seluruh lembaga pemerintahan di Indonesia.

“Target ke depan, kami ingin menjadi provider layanan pengarsipan digital profesional yang akan menangani masalah-masalah arsip pada perusahaan-perusahaan. Akan banyak fitur-fitur tambahan nantinya sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi pada perusahaan,” ujar Gifa.

Untuk memperkuat proses bisnis pada startup yang didirikannya, Gifa juga sedang dalam proses mengikuti program BEKUP (Bekraf for Pre-Startup) yang dikelola oleh Badan Ekonomi Kreatif. Keterlibatan Gifa dalam program tersebut, lantaran salah satu kendala yang dihadapi di Makassar saat ini adalah sulit menemukan talenta engineer untuk membantu akselerasi pengembangan fitur KotakArsip.

Aruna Kembangkan Solusi Digital Terpadu untuk Industri Perikanan dan Kelautan

Inovasi digital di sektor riil sangat diperlukan, terutama di sub-sektor kritikal yang menopang kebutuhan hidup orang banyak. Baru-baru ini salah satu startup bimbingan Indigo Creative Nation mulai unjuk gigi. Aruna, startup yang memfokuskan pada pengembangan platform untuk industri perikanan dan kelautan (maritim). Produk yang dikembangkan mencakup tiga layanan, yaitu digital management, data intelligent dan online trading.

Dikembangkan oleh Farid Naufal Aslam (CEO) dan beberapa rekannya, latar belakang ide pengembangan Aruna ialah adanya gap yang cukup signifikan dalam kondisi industri kelautan saat ini. Potensinya besar, namun nyatanya belum mengucurkan hasil yang maksimal bagi para pelakunya. Aruna menilai bahwa keahlian di bidang teknologi informasi dapat menjembatan salah satu permasalahan pada industri ini, yakni dis-efisiensi.

Revolusi digital di bidang kelautan dan perikanan

Sistem yang dikembangkan oleh Aruna didesain untuk saling terintegrasi, menciptakan sebuah tatanan yang lebih terstruktur untuk pemrosesan ekonomi kelautan dari hulu ke hilir. Startup yang bernaung dalam PT Aruna Jaya Nuswantara, saat ini telah memiliki 3 portofolio produk, yakni Integrated Fishery Management, Fishery Data Intelligent dan Online Fishery Trading.

Layanan manajemen memberikan sistem aplikasi untuk pengelolaan bisnis perikanan. Seperti mengelola transaksi, sistem point of sales, pembukuan, pencatatan persediaan, hingga pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan pada sistem data intelligent Aruna menyediakan sistem monitoring real-time dan data analisis yang didesain untuk memberikan berbagai insight (termasuk kondisi persediaan dan pasar) bagi para pelaku industri. Di dalamnya juga ada Fishery Data Crowdsourcing sebagai upaya menyatu-padukan data dalam industri perikanan Indonesia.

Dan yang ketika ada layanan penjualan online, yang didesain sebagai sebuah online marketplace and trading untuk memberikan keleluasaan kepada nelayan dalam menjual komoditas hasil tangkapannya. Saat ini layanan marketplace tersebut sudah direpresentasikan dengan portal PasarLaut.com.

Selain menyediakan produk terpadu yang siap terap, Aruna juga berkomitmen memberikan ruang bagi para inovator dan unsur penggerak dalam industri kelautan dan perikanan untuk berkreasi bersama memajukan ekonomi di sub-sektor kelautan. Melalui Aruna Institute upaya tersebut digalakkan. Aruna Institute sendiri didesain sebagai sebuah komunitas terbuka, sehingga memberikan peluang bagi siapa saja yang tertarik untuk bergabung.

Marketplace Mise.id Hadirkan Konsep Berbeda dengan Strategi MLM dan Afiliasi Langsung

Satu lagi model layanan e-commerce dihadirkan, kali ini menyatukan antara kapabilitas online marketplace, affiliate, media sosial dan multi-level marketing (MLM). Bernama Mise.id,  bisnis ini merupakan joint venture antara perusahaan MicroAd di Indonesia dan Jepang. Strategi dan konsep baru yang coba dihadirkan ditargetkan mampu menjembatani efisiensi waktu peralihan antara transaksi bisnis ritel dan digital, pun sebaliknya, atau dikenal dengan online-to-offline (O2O).

“Mise.id menggabungkan penjualan tradisional, konvensional dan konsep digital yang memanfaatkan e-commerce dan media sosial,” ujar co-founder Mise.id Harry Karundeng.

Menurut Harry, pihaknya begitu percaya diri dengan peluncuran Mise.id, karena saat ini belum ada teknologi dan platform dengan konsep seperti yang ditawarkan. Ditambah dengan opsi penjualan tunai dan non tunai, sehingga potensi untuk menguasai pasar menjadi sangat besar. Mise.id akan banyak menjual produk konsumer, seperti gadget, peralatan elektronik dan berbagai hal lainnya, layaknya layanan e-commerce yang sudah ada saat ini.

Penjualan kredit dan affiliate langsung ke pengguna

Mise.id tekanan penjualan kredit untuk setiap item di SKU
Mise.id tekanan penjualan kredit untuk setiap item di SKU

Tampilan produk yang disajikan dalam laman e-commerce Mise.id menawarkan berbagai item untuk dijual dalam bentuk kredit, dengan dibubuhi sistem kredit tanpa kartu kredit. Tak seperti layanan e-commerce lain yang gencar memberikan keuntungan kredit tanpa bunga, sistem bunga tetap berlaku di sini, hanya saja pihak Mise.id menilai bunga yang diberikan lebih kompetitif jika dibanding ritel offline. Konsep MLM yang diterapkan, memberikan kebebasan kepada para Shogun (istilah untuk agen rekanan Mise.id) untuk melakukan strategi pemasaran terhadap suatu toko yang dikelola atau produk yang dijual menggunakan sistem voucher.

Konsep MLM tersebut juga memberikan keleluasaan kepada pemilik toko untuk tidak harus memiliki produknya sendiri. Dengan produk yang sudah ada, Shogun dapat mendesain ulang lapak pemasaran (membuat e-catalog) di Mise.id dan membantu melakukan penjualan, dengan sistem komisi layaknya bisnis MLM pada umumnya.

Sistem komisi turut diterapkan pada pemilik akun pembeli. Setiap produk memiliki tautan affiliate yang dapat dipublikasikan melalui kanal media sosial dan akan menghasilkan poin untuk konversi transaksi dari setiap tautan yang dibagikan. Menargetkan 1 juta pengusaha toko online yang dapat bergabung tahun ini di skala nasional, Mise.id tidak membatasi positioning layanannya untuk B2B atau B2C.

Sejauh ini, sejak dua bulan dikenalkan di wilayah Jakarta, Mise.id baru menampung 1 vendor besar yang menyumbangkan 600 SKU produk. Total pengguna terdaftar sudah mencapai 7000 akun, dan tercatat lebih dari 5000 Shogun yang mulai meramaikan sistem e-commerce di dalamnya.

Debut Versi Beta kumparan dengan Strategi “People Power”

Media baru, kumparan, mencoba menyajikan sebuah platform hybrid yang menyatukan antara konten berbasis editorial dan konten komunitas (user generated content). Dengan visinya mendefinisikan ulang industri media tanah air, melalui “people power” yang dimiliki kumparan memulai perjalanan untuk menemukan pendekatan baru dan pola baru dalam jurnalistik modern. Konsep media sosial secara garis besar diadopsi dalam user experience kumparan.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan Direktur Pemasaran kumparan Andrias Ekoyuono mengatakan apa yang ingin dicapai platform yang digawanginya bukan hanya sekedar pergantian, yang lama digantikan yang baru, namun berusaha menyesuaikan berbagai unsur media dengan pendekatan yang lebih sesuai. kumparan menekankan pada kekuatan tokoh-tokoh senior di bidang media yang telah bergabung.

Beberapa tokoh media, seperti Budiono Darsono, Abdul Rahman, Calvin Lukmantara, Hugo Diba, Arifin Asydhad, Ine Yordenaya, Heru Tjatur dan Yusuf Arifin. menjadi bagian komisaris, investor, dan manajemen kumparan. Dengan pengalamannya di bidang jurnalistik dan media digital, para tokoh tersebut diharapkan mampu melahirkan sebuah terobosan baru dalam sebuah kanal pemberitaan online.

Tampilan platform kumparan dalam laman web
Tampilan platform kumparan dalam laman web

Menyempurnakan ide lama yang sudah dipraktikkan

Beberapa netizen yang kami tanya secara personal mengaku ketika membuka kumparan first impression mereka tertuju pada versi lain dari Kompasiana, Blogdetik atau Medium. Hanya saja mereka menyatukan antara pemberitaan editorial dan tulisan yang dapat dibuat pengguna umum.

Terkait publikasi tulisan yang dapat dilakukan siapa saja, Andrias menjelaskan mekanisme pemantauan dan pelaporan:

“…kualitas tulisan menjadi bagian yang sangat kami tekankan. Di luar tulisan editor, kami memiliki tim yang bertugas untuk memantau semua tulisan yang masuk, termasuk memberikan opsi pelaporan jika ada konten yang perlu ditindak lebih lanjut. Pendekatan akun pengguna, seperti verifikasi akun juga akan menjadi upaya membuat kumparan terisi konten berkualitas.”

Saat ini tim pengembang juga tengah mempersiapkan sebuah sistem back end untuk meminimalisir kontan yang kurang bermutu, dengan menanamkan sistem cerdas. Hal ini menjadi konsentrasi khusus, mengingat Indonesia juga masih disibukkan untuk memerangi pemberitaan hoax. Menurut Andrias, penanganan terhadap pemberitaan hoax juga menjadi salah satu tujuan khusus yang akan direalisasikan bersama kumparan.

Sejak diluncurkan dalam versi beta di awal tahun ini, beberapa nama penulis non-editor, mulai dari menteri, mantan pejabat, artis hingga netizen populer mulai meramaikan konten di kumparan. Hal ini serupa dengan komposisi tim internal yang dimiliki, nama-nama besar terus digaungkan sebagai bagian dari penggerak bisnis. Budiono Darsono sebagai Presiden Komisaris kumparan merupakan salah satu pelopor media siber di Indonesia.

Sebagai awalan, hadirnya high-profile user tentu menjadi salah satu faktor yang menarik minat banyak pembaca. Dari rilis yang kami terima saat ini telah ada lebih dari 100 tokoh nasional yang tergabung.

Strategi bisnis dan investasi tahap awal

Mengawali peluncuran betanya, kumparan mengaku telah mendapatkan suntikan dana investasi dari sumber dan jumlah yang tidak diutarakan. Kepercayaan investor ini juga dianggap menjadi salah satu hal yang membuat tim percaya diri, bahwa apa yang sedang diupayakan berada di jalan yang tepat. Dan untuk model bisnis dan cara monetasi, kumparan akan mengandalkan iklan, yang masih merupakan tulang punggung industri media online Indonesia

Tentang model monetisasi, Andrias menjelaskan bahwa iklan masih sangat relevan dengan bisnis media, hanya saja yang akan menjadi bagian dari revolusi kumparan bentukan yang ditawarkan. Model banner dirasa sudah kurang relevan, sehingga iklan pun akan disajikan dengan cara lain, di antaranya native-ads

Application Information Will Show Up Here

Pelajaran Penghentian Operasional Agate Jogja

Kabar berhentinya operasional Agate Jogja sempat menjadi perhatian di kalangan pengembang game. Di Yogyakarta sendiri, startup yang fokus pada produk game cukup diminati, dengan komunitas aktif bernama Bengkel Gamelan secara rutin mengadakan pertemuan dan pelatihan bersama. Sosok Co-Founder Agate Jogja Frida Dwi (atau biasa disapa Ube) memang sangat akrab di kalangan komunitas tersebut. Kemampuannya tak diragukan lagi. Beberapa waktu lalu tim yang dipimpinnya juga menyabet juara dalam perlombaan Indonesia Next Apps 3.0 yang diinisiasi Samsung dan DailySocial.

Agate Jogja tidak sepenuhnya tutup. Ube menjelaskan Agate Jogja terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) brand Agate Jogja, (2) Co-Founder dan timnya di Yogyakarta, dan (3) kegiatan operasionalnya. Saat ini poin( 2) sudah dibubarkan dan poin (3) dihentikan. Brand sendiri masih dipegang Agate Studio, sehingga ada kemungkinan jika brand Agate Jogja akan digalakkan kembali dengan komposisi yang berbeda.

Kami mencoba menggali apa yang bisa dipelajari dari perjalanan Ube bersama Agate Jogja, termasuk permasalahan yang melatarbelakangi keputusannya meninggalkan Agate Jogja.

Komposisi sebuah tim startup

Produk menjadi komponen penting dalam sebuah bisnis, namun bukan satu-satunya karena ada aspek lain yang harus sama-sama kuat bersinergi untuk membantu bisnis berakselerasi. Seringkali kita menemui sebuah produk yang sangat sederhana tapi mampu dikemas secara apik sehingga menarik banyak peminat, karena ditempatkan pada pangsa pasar spesifik sesuai dengan target.

Dalam startup digital umumnya pengembang akan fokus bagaimana produk tersebut dilahirkan, lalu di luar itu ada divisi lain seperti pemasaran dan riset yang mampu membungkus produk tersebut dengan branding yang tepat dalam waktu peluncuran yang tepat dan target pasar yang pas.

Hal ini disebut sebagai alasan paling mendasar penghentian operasional Agate Jogja. Kepada DailySocial, Ube mengatakan:

“Kendala terbesar saya adalah skill management kurang mumpuni, kebetulan selama 5 tahun ini saya multihat, memegang manajemen dan produksi. Ini yang membuat perkembangan Agate Jogja stagnan, membuat kami (bersama Estu Galih) selaku Co-Founder Agate Jogja merasa tidak memiliki kemampuan membantu tim berkembang dengan baik.”

Pengelolaan manajemen dalam sebuah bisnis sendiri mencakup banyak hal. Mulai dari kebutuhan operasional internal, kebutuhan pengelolaan bisnis, hingga mengakomodasi sumber daya manusia dan finansial di dalam kegiatan bisnis. Dalam kasus Agate Jogja, dua Co-Founder memiliki backgroud mendalam seputar pengembangan aplikasi. Kepiawaian keduanya dalam coding dan mendesain game sudah tidak diragukan lagi.

Pangsa pasar game di Indonesia besar, namun masih sangat dinamis

Angka pengguna ponsel pintar dan internet yang terus bertumbuh secara signifikan memang membuka banyak kesempatan baru bagi industri kreatif untuk mendulang untung, tak terkecuali di segmentasi game mobile. Beberapa survei merilis bahwa game masih mendominasi tangga atas aplikasi yang paling sering digunakan oleh pengguna ponsel pintar, beriringan dengan media sosial.

Hal yang ama dirasakan pengembang game lokal. Potensinya terasa besar, namun masih banyak yang perlu dipahami lebih dalam.

“Potensi game mobile di Indonesia besar. Hampir di setiap acara startup maupun seminar digital kreatif pasti menyajikan data dan angka yang sangat menarik. Tapi yang saya pribadi rasakan adalah user mobile game Indonesia ini unik sekali, susah ditebak. Butuh banyak hal yang perlu dipelajari dari user mobile game kita […] Soal segmentasi game mobile di Indonesia, user-nya banyak sekali dan unik butuh banyak penyesuaian yang kadang di luar cara berpikir kita sebagai developer.”

Hal tersebut mungkin senada dengan apa yang pernah DailySocial temukan dalam survei tentang pengembang game mobile lokal. Dari survei tersebut diungkapkan bahwa 49,61% dari total responden kurang aware dengan keberadaan pengembang game lokal. Kadang mereka tidak menyadari bahwa permainan yang dimainkan adalah karya anak bangsa.

Meskipun demikian, ada strategi unik yang sangat jitu dilakukan oleh para pengembang lokal, yakni mendompleng tren terkini untuk dijadikan konten berbasis game. Jika ingat game Tahu Bulat atau Dimas Kanjeng Gandakan Uang, para pengembang sangat cekatan membaca apa yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat, sehingga dijadikan media untuk berkreasi yang berimplikasi pada proses promosi yang sangat cepat. Di balik tantangan tersebut selalu ada jalan bagi kreator untuk memaksimalkan potensi yang ada.

“Suka duka sangat umum, sukanya saat game menjadi feature di Google Play, jumlah unduhan meningkat tajam, income turut naik. Termasuk memenangkan beberapa kompetisi, ketemu banyak rekanan yang membantu. Dukanya pun ada, seperti piutang yang terbayar dan baca komentar bintang satu dulu kalau sudah bagus baru ditambah. Overall perjalanan bersama Agate Jogja menyenangkan karena banyak kreasi yang bisa bebas saya lakukan.”

Selalu siap dan menyiapkan dalam segala kemungkinan

Tim Agate Jogja sendiri resmi dibubarkan pada Juni 2016 awal sebelum puasa. Hingga hanya menyisakan dua Co-Founder saja untuk melanjutkan aktivitas operasional dan mengikuti beberapa kompetisi. Bulan Oktober, Ube dan Estu sempat ke Bandung sementara bergabung dengan Agate Studio, tujuannya transfer pengetahuan dan diskusi soal rencana setup tim Agate baru lagi di Jogja.

Setelah berdiskusi panjang lebar akhirnya diputuskan Agate fokus produksi di Bandung saja dan kedua co-founder memutuskan kembali ke Yogyakarta dengan alasan masing-masing tidak berminat relokasi ke Bandung.

Per bulan Desember 2016 semua game Agate Jogja di Google Play sudah dipindahkan ke akun Agate Studio. Kemudian Ube dan Estu menyampaikan pengunduran diri dari Agate. Sekarang (Januari 2017) operasional Agate Jogja yang dikomandoi Ube dihentikan.

Startup tak jarang dihadapkan pada liku-liku dan dinamika bisnis yang menantang. Seperti cerita Ube di atas, banyak hal besar yang harus diputuskan, termasuk keputusan untuk mengakhiri sebuah bisnis. Risiko harus selalu menjadi salah satu pertimbangan pelaku bisnis, dan semua perlu disiasati dengan matang untuk menciptakan ketenangan.

Setidaknya ketika bisnis berhenti, para anggota tim yang ada di dalamnya tidak “kaget” karena sudah disiapkan sejak awal. Mungkin hal tersebut yang ada di benak Ube saat itu.

“Demi kebaikan semua anggota tim pula akhirnya Co-Founder Agate Jogja sepakat membubarkan tim disertai pesangon beberapa kali gaji sebagai tanda terima kasih kami atas pengabdian mereka selama ini. Pemberitahuannya juga tidak mendadak, kita sampaikan keputusan itu ke tim sebulan sebelum benar-benar berpisah jadi mereka bisa mempersiapkan rencana mereka ke depan seperti apa.”

Mati satu, tumbuh seribu

Setiap orang berhak memiliki pilihan, karena ia sendirilah yang akan menjalani dan menanggung pilihan tersebut. Melanjutkan ceritanya, Ube menerangkan bahwa setelah co-founder mundur dan operasional dihentikan, brand Agate Jogja telah dikembalikan kepada Agate Studio. Keputusan selanjutnya tentang Agate cabang Jogja ataupun Agate Jogja sudah diserahkan sepenuhnya pada tim di Bandung.

Ube dan Estu masih akan tetap bernaung dalam pengembangan game. Saat ini keduanya tengah menyelesaikan proyek pengembangan game terbarunya.

“Untuk saya sendiri saat ini tetap di game development, bersama co-founder saya kita mulai setup lagi tim kecil mulai dari awal lagi, hanya dua orang saja. Harapannya jauh lebih mudah mengelolanya. Nama kita sudah ada tapi mungkin baru kita umumkan saat game pertama yang sedang kita garap sekarang selesai dan rilis, mohon doanya.”

Layanan Email Marketing Lokal MailTarget Fokus Jangkau Kalangan UKM

Email bisa menjadi kanal paling efektif untuk kegiatan pemasaran. Alat-alat email otomatis khusus pemasaran pun bermunculan dan mulai banyak digunakan. Melihat peluang ini Yopie Suryadi, seorang founder yang sebelumnya berada di balik Gnews (akhir tahun 2016 Gnews mengumumkan penutupan layanannya) menggagas sebuah layanan otomatisasi email marketing yang diharapkan bisa menyediakan kualitas maksimal dengan harga lebih terjangkau, diberi nama MailTarget.

MailTarget secara spesifik bisa disebut dengan Software as a Services (SaaS), yang berarti dapat digunakan secara instan (siap terap) dengan model berlangganan. Yopie kepada Dailysocial menjelaskan bahwa dirinya mengembangkan MailTarget ini untuk membantu UKM menjangkau lebih banyak audiens dengan teknologi behavioural analytics yang dimiliki oleh MailTarget.

“Saya percaya bahwa email, terutama email marketing, sedang bergerak kembali menuju ke jaman keemasannya lagi, dikarenakan dunia internet sudah terlalu penuh. Data-data membuktikan bahwa email merupakan salah satu elemen terpenting dalam bisnis sekarang ini,” terang Yopie.

Yoipe melanjutkan, “Rata-rata kita membaca email 6 jam sehari. Ini merupakan peluang tersendiri bagi dunia marketing. Email marketing juga menjadi channel yang paling efektif dan tertua dalam dunia marketing. Kami membangun MailTarget karena produk dan bisnisnya sendiri sudah matang. Terutama juga karena pemain lokal di bidang marketing automation masih sedikit,” terang Yopie.

Untuk bersaing dengan produk-produk luar negeri ada sejumlah keunggulan yang coba dihadirkan dalam platform MailTarget. Selain harga yang dipastikan lebih murah, contact management dan email automation dengan sistem labeling akan memudahkan pengguna MailTarget dalam melakukan segmentasi pengguna. Ditambah lagi dengan kapabilitas analisis dan fitur laporan kampanye yang mendalam. Dengan ragam fitur tersebut MailTarget percaya diri bisa menjadi salah satu layanan email marketing lokal yang terpercaya.

“Fitur khusus kami adalah label system (contact management), fitur lokasi dan fitur email automation. Kami masih mengembangkan terus fitur-fitur unggulan yang berguna dan akan membantu banyak UKM di Indonesia, yang pasti koridornya ada di dunia marketing dan semua serba automation,” ujar Yopie menjelaskan lebih jauh.

Di tahun pertamanya beroperasi, MailTarget telah menyusun beberapa target yang ingin dikejar, salah satunya adalah mencoba mencari model bisnis lain untuk membantu lebih banyak pihak dan berharap bisa mencapai profit di akhir tahun 2017.

Mengundang.co Hadirkan Layanan Digital Pembuatan Undangan Pernikahan

Besarnya peluang bisnis pernikahan di Indonesia kemudian dicoba untuk dimanfaatkan oleh Mohamad Havid, Founder sekaligus CEO dari platform pembuatan undangan pernikahan secara digital, Mengundang.co. Situs yang telah diluncurkan sejak tahun 2016 ini masih dalam versi beta, namun sudah bisa diakses oleh vendor dan calon pengantin (bride) untuk memanfaatkan layanan digital pembuatan undangan.

“Ide awal sebenarnya sudah lama saya miliki sejak lama, namun fokus untuk promosi dan akuisisi klien hingga pengguna baru tahun 2017 ini kami lancarkan secara agresif,” kata Havid kepada DailySocial.

Kesuksesan Bridestory sebagai marketplace wedding vendor lokal merupakan inspirasi dari Havid untuk kemudian meluncurkan Mengundang.co. Meskipun memiliki sistem dan layanan yang berbeda, namun pasar yang ditargetkan adalah sama dan hal tersebut merupakan keuntungan lebih dari Mengundang.co.

“Untuk ke depannya Mengundang.co juga membuka kesempatan untuk Bridestory dan layanan serupa lainnya untuk bekerja sama dengan Mengundang.co, tentunya dengan menyasar klien dan target pengguna yang sama,” kata Havid.

Saat ini Mengundang.co masih mendapatkan konsultasi dalam hal teknologi dan digital dari Dengansenanghati, bisnis yang dijalankan juga masih menggunakan modal sendiri atau bootstrap. Meskipun berpusat di Bandung, namun Mengundang.co menargetkan Jakarta sebagai pasar setelah kota Bandung tentunya.

“Jumlah pengguna dan vendor Mengundang.co saat ini masih sedikit namun kami harapkan tahun 2017 ini akan semakin meningkat sesuai dengan rencana dari kami untuk lebih agresif melancarkan promosi,” ujar Havid.

Mengikuti bootcamp Festival #Ambisiku Tri

Untuk mematangkan ide dan produk yang ada, Havid saat ini masih mengikuti program bootcamp Festival #Ambisiku yang diadakan oleh operator telekomunikasi Tri. Sejak bulan November 2016 lalu, Havid secara intensif mendapatkan mentoring dan berkesempatan berkenalan dengan angel investor serta network dari Tri untuk memaksimalkan produk Mengundang.co.

“Mengundang.co cukup beruntung masuk sebagai salah satu peserta dari Festival #Ambisiku Tri, diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini bisa memperkenalkan Mengundang.co lebih luas lagi sekaligus berkenalan dengan investor yang tepat,” kata Havid.

Selain promosi dan akuisisi vendor lebih banyak, Mengundang.co nantinya juga akan menghadirkan tools atau layanan digital lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh vendor pernikahan, seperti wedding photographer, dekorasi pelaminan dan lainnya untuk mempromosikan masing-masing jasa yang ditawarkan. Dengan pilihan harga hemat hingga premium, diharapkan Mengundang.co bisa menjadi platform mandiri untuk penyedia jasa pernikahan di Bandung dan Jakarta.

“Meskipun masih dalam versi Beta namun situs Mengundang.co sudah banyak dikunjungi oleh pengguna dan vendor, melihat besarnya peluang yang ada kami cukup optimis Mengundang.co memiliki peluang yang cukup menjanjikan,” tutup Havid.

Perjalanan Layanan Transfer Dana Flip di Tahun 2016 (UPDATED)

Pasar Indonesia untuk pembayaran dan uang virtual masih terus diusahakan pertumbuhan dan potensinya. Banyak layanan yang berusaha menginovasi produk dan solusi mereka agar bisa lebih diterima masyarakat. Di samping itu pemerintah melalui OJK dan beberapa lembaga terkait keuangan terus menerima masukan untuk bisa merumuskan kebijakan terbaik dalam penggunaan layanan teknologi finansial di Indonesia. Salah satu yang masih berusaha mencari inovasi terbaik dan bertahan memberikan layanan teknologi finansial ini adalah Flip.

Setahun yang lalu Flip masih dalam tahap awal dan pengembangan. Kini Flip memasuki babak baru setelah mendapat lisensi dari Bank Indonesia sebagai perusahaan transfer dana.

Proses pendaftaran lisensi ke Bank Indonesia mengharuskan Flip melakukan penyesuaian terutama dalam hal pendaftaran. Berkat penyesuaian tersebut, Flip sekarang menjadi salah satu layanan pemegang lisensi untuk layanan transfer dana.

“Bulan Oktober kemarin, alhamdulillah Flip sudah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Hal ini berdampak pada beberapa penyesuaian dari segi pendaftaran Flip. Sehingga setelah mendapatkan lisensi BI, Flip jadi seperti ‘reset’, karena harus melengkapi syarat pendaftaran dari BI ke 30.000 pengguna yang sudah terdaftar. Namun dari segi transaksi alhamdulillah terus bertambah tiap bulannya, dengan nilai transaksi yang kembali mencapai ratusan juta rupiah per harinya,” papar Co-founder Flip Rafi Putra Arriyan (Ari).

Perjalanan di tahun 2016

Tahun 2016 merupakan tahun yang sibuk bagi Flip. Posisinya sebagai layanan teknologi finansial yang masih baru mengharuskan mereka berjuang untuk setidaknya mendapatkan pengguna dan bisa diakui. Di Februari 2016 Flip resmi meluncurkan versi full layanan mereka, pada titik ini pendaftaran sudah tidak melalui waiting list seperti sebelumnya.

Di Bulan Maret, menurut Ari, Flip langsung sudah mencatatkan total 10.000 transaksi. Capaian ini langsung dilanjutkan dengan kerja sama dengan beberapa bank (Muamalat, CIMB, dan CIMB Niaga) pengurusan lisensi ke Bank Indonesia.

Dua bulan setelah pengajuan lisensi, Flip resmi mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia dan mereka mulai mengerjakan aplikasi Android dan dan fitur multitransfer untuk perusahaan.

Pihak Flip belum mau bercerita banyak mengenai rencana Flip di tahun 2017, hanya saja Ari mengungkapkan pihaknya akan menjalin beberapa kerja sama untuk memudahkan penggunaan Flip di luar kota besar.

“Untuk rencana tahun depan mohon maaf belum bisa di-share. Namun kita sedang dalam proses kerja sama dengan beberapa perusahaan, agar Flip dapat lebih mudah digunakan oleh para pengguna yang berada di luar kota besar,” ujar Ari.

Tantangan sepanjang tahun

Sebagai perusahaan rintisan yang bergerak di sektor sensitif (terkait masalah transfer dana) Flip bukan tanpa hambatan di tahun 2016 ini. Ari menjelaskan salah satu tantangan utama yang dirasakan adalah bagaimana menyesuaikan dengan peraturan yang ada. Salah satunya sistem pendataan dan verifikasi untuk penduduk.

“Tantangan utama yang kami rasakan saat ini adalah bagaimana regulator menyesuaikan peraturan yang ada dan yang akan dibuat dengan keadaan masyarakat Indonesia saat ini, di mana penduduknya sangat banyak dan tersebar, namun sistem pendataan dan verifikasi untuk tiap penduduk belum ada yang dapat diandalkan. Karena jika sistem pendataan dan verifikasi ke depannya masih seperti sekarang, startup2 fintech saya rasa akan sangat kesulitan untuk menyesuaikan bisnisnya dengan persyaratan APU PPT dari regulator,” cerita Ari.

Selanjutnya Ari juga berharap bahwa regulasi-regulasi yang dikeluarkan bisa memudahkan layanan teknologi finansial seperti Flip untuk dapat lebih berkembang. Salah satu yang diharapkan bisa membantu adalah inisiatif Sivion (Sistem Verifikasi Identitas Online Nasional) dari Kominfo. Sebuah inisiatif tanda tangan digital yang mampu memvalidasi dan memverifikasi data seseorang.

Update: Pengubahan judul artikel

Pasca Startup Weekend South Tangerang, Learnly Ingin Hadirkan Laporan Digital Siswa untuk Orang Tua dan Guru

Hal menarik yang didapatkan dari kegiatan Startup Weekend South Tangerang 2016 adalah munculnya usaha baru yang mencoba untuk men-disrupt dunia pendidikan di Indonesia. Learnly keluar sebagai juara pertama di ajang Startup Weekend South Tangerang 2016 dengan platform edukasi report card digital. Didirkan oleh Priscilla Mannuel sebagai Founder dan Team Leader, Learnly ingin mengimplementasikan sistem terpadu yang selama ini masih kurang dimanfaatkan di tanah air.

“Saat ini teknologi telah memudahkan semua orang untuk menciptakan beragam inovasi, dengan alasan itulah kemudian saya dan tim tertarik untuk mengembangkan buku rapor anak murid secara digital khusus untuk guru dan orang tua murid,” kata Priscilla kepada DailySocial.

Dari pantauan dan survei yang telah dilakukan oleh Priscilla dan tim selama ini banyak guru yang melakukan komunikasi langsung dengan orang tua murid melalui Whatsapp atau chat message lainnya. Nantinya Learnly akan berusaha menjembatani komunikasi tersebut dengan memberikan platform yang terpadu khusus untuk orang tua.

Platform Learning Management System

ll22

Cara kerja Learnly sepenuhnya mengedepankan teknologi dengan memanfaatkan info-graphic untuk penjabaran secara menyeluruh terkait dengan kemajuan dan kemampuan dari murid kepada orang tua. Platform ini jauh berbeda dengan startup lain yang mencoba bermain di sektor edukasi dengan mengedepankan layanan tutoring dan lainnya.

“Kami memiliki infographic yang nantinya akan berfungsi sebagai buku rapor dan dikemas dengan warna-warni dan desain yang menarik, diharapkan rapor digital tersebut bisa membantu orang tua memahami dengan mudah kemajuan yang dialami oleh sang anak hanya dalam waktu 5 menit,” kata Priscilla.

Ditambahkan Priscilla, hal ini jauh lebih mudah dicerna dan dipahami, dibandingkan dengan melihat rangkaian angka yang menjabarkan perkembangan edukasi dari sang anak. Semua infographic tersebut selanjutnya akan dirangkum secara khusus oleh Learnly.

“Kami juga melihat selama ini sekolah mengandalkan anak murid yang menceritakan kepada orang tua mereka terkait dengan pendidikan dan pengajaran yang telah diterima di sekolah, namun faktanya anak murid sendiri tidak memiliki kapabilitas yang baik untuk menyampaikan perihal tersebut, mereka juga kerap menyembunyikan adanya pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, Learnly akan mengatasi kendala ini dengan menciptakan komunikasi langsung antara orang tua dan guru,” kata Priscilla.

Nantinya teknologi Learnly bisa digunakan di platform aplikasi mobile untuk orang tua sementara untuk guru akan disematkan dalam desktop, yang bisa digunakan untuk mendokumentasikan semua nilai dari murid atau informasi penting dari sekolah kepada orang tua murid.

“Platform khusus untuk guru nantinya bisa dimanfaatkan untuk mendokumentasikan nilai murid sama dengan learning management system lainnya. Secara otomatis aplikasi nantinya akan melakukan transformasi dalam bentuk digital berupa buku rapor secara real time dan buku komunikasi,” kata Priscilla.

Di aplikasi juga akan disebutkan berapa banyak pekerjaan rumah yang diberikan dan kemungkinan tidak dikerjakan oleh anak murid. Semua terangkum dalam buku raport dalam aplikasi mobile.

Validasi dan uji coba produk

Para pemenang kegiatan Startup Weekend South Tangerang 2016

Salah satu alasan mengapa Priscilla dan tim akhirnya tertarik untuk mengikuti Startup Weekend South Tangerang adalah memvalidasikan ide dan melakukan uji coba langsung kepada para mentor. Dalam kegiatan tersebut, Priscilla dan tim banyak menerima pujian untuk Learnly, namun juga banyak mendapatkan kriitkan cukup keras dari beberapa mentor terkait produk yang dimiliki.

“Kami melihat feedback yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan Startup Weekend bisa menambah rasa percaya diri kami dan tentunya menentukan seperti apa nantinya Learnly akan diarahkan. Melihat potensi yang ada kami cukup bangga ketika salah satu mentor menantang kami untuk menanyakan kapan produk akan diluncurkan,” kata Priscilla.

Saat ini Priscilla masih melanjutkan pendidkan Master Data Science dan menyelesaikan full-stack developer program di Amerika Serikat, sehingga rencana untuk meluncurkan Learnly bakal tertunda untuk sementara waktu. Uusai kelulusan, Priscilla dan tim akan segera meluncurkan platform yang diklaim bisa ‘mengganggu’ sistem pendidikan di Indonesia dengan menawarkan Learnly ke sekolah-sekolah.

“Saya adalah technopreneur. Dengan produk yang kami miliki dan melibatkan data analytics serta monetisasi yang ada, kami cukup yakin Learnly memiliki potensi yang cerah,” kata Priscilla.