Siasat aCommerce, Blanja, dan Pinjam Menjaga Retensi Karyawan

Karyawan itu adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, menjaga karyawan untuk tetap betah bekerja adalah suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan. Tidak perlu menyediakan fasilitas yang “wah” bila pembagian kerja dengan tim tidak jelas. Bukan juga memberikan fleksibilitas kerja, yang tanpa mempertimbangkan fasilitas tunjangan lainnya.

Sebenarnya, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan founder startup untuk menjaga karyawannya agar tetap betah? DailySocial merangkum hasil wawancara singkat dengan tiga founder startup dari aCommerce, Pinjam, dan Blanja. Berikut hasilnya:

Buat program pengembangan talenta terstruktur

Menurut CEO aCommerce Hadi Kuncoro, solusi yang dilakukan perusahaan untuk menjaga retensi karyawannya dengan fokus pada membangun budaya organisasi korporat dengan semangat “hybrid startup”. Ini diimplementasikan dalam program pengembangan talenta terstruktur untuk seluruh lapisan pekerjaan.

Agar karyawan tetap puas bekerja di aCommerce, pihaknya rutin mengadakan kegiatan mentoring dan konseling, serta melatih talenta jiwa kepemimpinan untuk seluruh divisi. Tujuannya agar tingkat kepuasan bekerja tetap tinggi.

Dari sisi penilaian kinerja, sambung Hadi, perusahaan menerapkan standar manajemen kinerja yang tepat. Untuk karyawan dengan kinerja terbaik, terbuka kesempatan baginya melanjutkan ke jenjang berikutnya.

“Dalam berkomunikasi, kami juga menerapkan sesi one-on-one untuk seluruh lapisan kerja. Ini penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dengan atasannya,” terangnya.

Lakukan komunikasi terbuka

CEO Blanja Aulia E Marinto menjelaskan dirinya melakukan komunikasi terbuka dan konstruktif dengan tim. Aulia menyediakan waktunya untuk diakses oleh seluruh karyawannya, kapanpun mereka butuhkan.

Juga, ruang untuk melakukan “error” demi mendapatkan solusi dan keputusan bisnis terbaik dan pendekatan dari bawah ke atas terkait inovasi dan implementasi suatu ide.

“Ini adalah beberapa langkah konkret yang kami lakukan untuk membuat para talent terbaik ini betah, nyaman, dan selalu memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap Blanja,” ucap Aulia.

Hal lainnya yang dilakukan adalah memberikan remunerasi yang kompetitif, ruang kerja yang nyaman, dan memfasilitasi berbagai macam kegiatan internal seperti olahraga dan kesenian. Tujuannya ingin membangun tim kerja yang solid, sekaligus memberikan “life balancing”.

Adapun tindakan yang menurut Aulia sebaiknya harus dihindari founder saat menjaga rentesi karyawan, adalah membuat keputusan yang jelas terhadap arah dan strategi perusahaan. Ini dikhawatirkan akan menggiring karyawan jadi tidak nyaman.

Beri tantangan dan tunjukkan apresiasi

Sedangkan menurut CEO dan Co-Founder Pinjam Teguh B Ariwibowo, karyawan terbaik itu sangat menyukai dengan hal baru sebagai peluang mereka untuk belajar dan mendapatkan apresiasi. Menurutnya, untuk menjaga kenyamanan karyawan, sebaiknya founder beri mereka tantangan dengan jabatan dan tanggung jawab.

Hal di atas dilakukan Pinjam Misalnya ada beberapa proyek yang diberikan langsung kepada mereka yang menjadi best performer. Ketika mereka berhasil melampaui dari tantangan yang diberikan, berilah suatu apresiasi secara personal.

“Kebiasaan di Pinjam, kami ambil dua sampai tiga orang dari divisi bisnis dan teknologi yang memang outstanding performer. Saya siapkan kadonya sendiri untuk mereka. Bentuk apresiasi lainnya, kami umumkan kinerja mereka di townhall meeting,” kata Teguh.

Sementara itu, untuk hal-hal yang sebaiknya tidak lakukan adalah founder terhadap karyawannya adalah sikap yang tidak profesional, terlalu cepat merespon terkait perubahan organisasi. Padahal, itu memerlukan pertimbangan yang matang karena berhubungan dengan organisasi, struktur, atau man power.

Mencermati Peranan Media Sosial untuk Startup

Sejak pertengahan tahun 90-an, diawali dengan situs jejaring sosial, blog dan mikroblog, media sosial saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang cepat. Bukan hanya untuk berbagi cerita, tulisan hingga aktivitas, media sosial sudah sarat dengan fitur terkini seperti gambar, video hinga GIF. Melihat tren dan kebiasaan dari pengguna, media sosial saat ini juga sudah menjadi platform promosi dan publikasi secara gratis hingga berbayar yang paling efektif untuk startup hingga korporasi. Menargetkan kalangan tertentu atau orang banyak dalam waktu yang diinginkan, semua informasi, perkembangan terkini hingga tanggapan dari perusahaan, bisa di sampaikan melalui media sosial.

Kontribusi besar media sosial untuk startup

Di dunia startup sendiri media sosial sudah menjadi platform “wajib” untuk melakukan engagement hingga penyebaran informasi kepada pelanggan. Sudah banyak keberhasilan yang diraih oleh startup memanfaatkan akun media sosial, dalam hal penambahan jumlah pengguna, branding, awareness, hingga edukasi produk.

Brilio sendiri sebagai media teknologi yang sepenuhnya mengandalkan media sosial untuk penyebaran informasi hingga artikel yang viral, sudah sangat membantu kegiatan tersebut sekaligus menargetkan pengguna yang diincar yaitu kalangan millennial.

“Media sosial memiliki peran yang cukup penting bagi kami di Brilio, terutama ketika saat ini sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia adalah mereka yang masuk dalam kategori millenial,” kata CEO & Co-Founder Brilio Joe Wadakethalakal.

Menurut Joe, meskipun masih didominasi oleh startup berbasis teknologi, pemanfaatan media sosial secara perlahan namun pasti juga mulai diterapkan oleh perusahaan besar yang masih menjalankan bisnisnya secara konvensional.

“Penyebaran informasi melalui media sosial saat ini tidak bisa dihiraukan lagi, ketika kegiatan pemasaran banyak yang berhasil melalui channel media sosial.”

Hal senada juga diutarakan CEO Picmix Calvin Kizana. Menurut Calvin, keberhasilan Picmix saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh eksistensi akun media sosial yang ada. Hal tersebut memiliki efek yang cukup positif, terutama bagi startup yang berupaya untuk mendapatkan pertumbuhan pengguna.

“Namun demikian ketika semua startup memanfaatkan channel yang sama yaitu media sosial akan menjadi crowded dan sarat dengan kompetisi memanfaatkan media sosial untuk berpromosi.”

Pada akhirnya, menurut Calvin, selama startup bisa menjaga kepuasan dan loyalitas dari pengguna melalui engagement atau program loyalitas yang dilakukan, hubungan baik dengan target pengguna akan menuai hasil yang positif.

“Kami cukup rajin melakukan kegiatan kompetisi, pemberian hadiah atau permainan lainnya kepada pengguna melalui media sosial, kegiatan tersebut cukup mampu untuk mempertahankan hingga menambah jumlah pengguna.”

Media sosial sebagai sumber komunitas startup

Menurut Head Marketing Blanja Faiz Fashridjal, saat ini media sosial sudah memberikan kontribusi terbesar untuk mendapatkan pengguna baru sekaligus penjualan di Blanja. Untuk bisa terus mempertahankan jumlah yang ada, Blanja kemudian mengumpulkan jumlah pengguna yang ada dalam sebuah komunitas yang merupakan channel organik sebagai media penyebaran informasi, promosi online dan offline.

“Kebanyakan orang di Indonesia memanfaatkan media sosial terlebih dahulu sebelum berbelanja untuk mendapatkan informasi dan rekomendasi, dari situlah akun media sosial memiliki fungsi yang penting untuk menarik perhatian calon pelanggan,” kata Faiz.

Selain memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Youtube dan channel publisher lainnya, Blanja juga rajin memperluas kemitraan dengan operator telekomunikasi, bank dan perusahaan terkait lainnya demi menyebarkan informasi dan menambah jumlah pengguna. Hal tersebut cukup membantu Blanja memanfaatkan celah baru untuk mempercepat pertumbuhan jumlah pengguna.

Sementara itu bagi Tribe yang sepenuhnya mengandalkan aplikasi, media sosial merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk penyebaran informasi hingga promosi sekaligus akuisisi pelanggan. Kegiatan tersebut dilakukan secara agresif setiap harinya.

“Saat ini kami melihat hanya media sosial platform yang bisa memberikan target segmen yang tajam untuk ke calon pengguna yang memang kami tuju. Platform lain selain media sosial audience-nya terlalu luas,” kata Country Head Tribe Indonesia Rasyefki Sultani.

Pro dan Kontra Bekerja dengan Co-Founder atau Freelancer di Startup

Menjalankan startup diperlukan pengetahuan yang cukup terkait dengan teknologi hingga pemrograman. Jika pendiri startup tidak memiliki latar belakang pendidikan hingga pengalaman di bidang tersebut, ada dua cara mengatasinya. Yang pertama adalah menemukan partner, Co-Founder, yang bisa melengkapi kekurangan tersebut atau kedua merekrut pekerja lepas atau freelancer.

Seperti apa untung rugi antara kedua pilihan tersebut? Pro dan kontranya dikupas dalam artikel berikut ini.

Bekerja dengan Co-Founder

Seperti yang pernah ditulis di DailySocial sebelumnya, tidak mudah menemukan Co-Founder yang tepat untuk startup. Diperlukan kecocokan hingga visi dan misi yang sejalan demi pertumbuhan startup. Namun demikian pilihan untuk mencari Co-Founder terbilang cara yang paling efektif.

Ketika pekerjaan sudah semakin bertambah banyak dan perlu segera diselesaikan, Anda sebagai Founder tidak perlu khawatir dengan jam kerja yang panjang yang dituntut dari seorang Co-Founder.

Co-Founder yang memiliki pengalaman di sisi IT menjadi SDM yang tepat tanpa harus diarahkan atau dijelaskan terkait dengan produk yang ingin dibuat. Selain itu seorang Co-Founder bisa bersama diajak berbagi beban, terutama saat startup didera kesulitan.

Di sisi lain merekrut Co-Founder berarti Anda harus bisa dengan adil berbagi ekuitas, saham dan hal-hal terkait lainnya. Posisi Anda dengan Co-Founder juga cenderung sama, sehingga penghasilan dan gaji yang ditetapkan pun harus sesuai. Hal lain yang perlu diperhatikan, startup memerlukan Co-Founder yang memiliki semangat dan kecintaan yang sama dengan Anda seorang Founder. Jika Co-Founder yang Anda pilih kurang bersemangat dan tidak memberikan kontribusi yang cukup, akan merugikan Anda sebagai Founder dan startup secara umum.

Bekerja dengan freelancer

Jika Anda belum merasa yakin dengan calon Co-Founder yang tepat, ada baiknya untuk memilih bekerja dengan freelancer terlebih dahulu. Keuntungan bekerja dengan freelancer adalah Anda tidak perlu mengorbankan bisnis yang dimiliki dengan berbagi ekuitas. Selain itu mempekerjakan freelancer juga bisa memotong pengeluaran karena freelancer biasanya dikontrak dalam jangka waktu sementara (umumnya tidak panjang). Hal tersebut cukup membantu untuk startup yang baru saja dibangun dan belum melakukan penggalangan dana. Bekerja dengan freelancer juga memungkinkan startup untuk scale-up lebih cepat lagi dengan tuntutan dan kesepakatan kerja yang sebelumnya telah ditentukan.

Di sisi lain memilih untuk bekerja dengan freelancer artinya Anda seorang diri. Tidak ada orang yang bisa menolong saat kesulitan hingga tantangan mulai menghampiri. Bekerja dengan freelancer yang bersifat sementara juga membutuhkan konsistensi dalam hal pemrograman, artinya ketika seorang freelancer yang sejak awal membuat pemrograman memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaan tersebut, akan menjadi sulit bagi Anda untuk mengarahkan dan menjelaskan dari awal program dan produk yang telah dibuat sebelumnya kepada freelancer baru.

Program Akselerator muru-D Singapura Umumkan Pendaftaran Gelombang Ketiga

muru-D Singapura, program akselerator startup global yang didukung Telstra, umumkan pembukaan pendaftaran program untuk gelombang ketiga. muru-D akan memilih sepuluh startup digital untuk berpartisipasi dalam program selama enam bulan, dimulai pada September 2017 mendatang.

Fasilitas yang disiapkan muru-D untuk 10 startup terpilih di antaranya bantuan modal awal sebesar 60 ribu dolar Singapura, akses ke berbagai dukungan bisnis selama enam bulan, fasilitas ruang kerja kolaboratif di pusat distrik bisnis Singapura, perjalanan ke Silicon Valley, hingga kesempatan berkenalan dengan sejumlah mentor pembimbing dan investor kelas dunia serta ahli dari Telstra.

“Komunitas startup di Asia Tenggara terus berkembang dan ketika pemerintah lokal terus meningkatkan investasi di sektor-sektor penting seperti kecerdasan buatan, analisis data, teknologi pengobatan, dan manufaktur dengan teknologi terkini. Maka kami memiliki misi untuk berinvestasi di ekosistem lokal, yang memungkinkan para talenta digital untuk berkembang,” terang Entrepreneur in Residence muru-D Singapura Craig Dixon dalam keterangan resmi.

Sedikit berbeda dari gelombang sebelumnya, muru-D akan mengadopsi instrumen pendanaan terbaru yaitu Simple Agreement for Future Equity (SAFE). Instrumen tersebut dapat memudahkan syarat pengumpulan dana dan memastikan muru-D akan terus menarik talenta digital terbaik. muru-D diklaim sebagai akselerator pertama yang mengadopsi SAFE di Asia Tenggara.

SAFE adalah sistem keuangan dengan ketentuan yang lebih sederhana dan lebih ramah terhadap startup. Sistem ini menyediakan investasi kepada perusahaan yang dikonversi menjadi ekuitas ketika startup telah menyelesaikan program pertamanya, tentunya hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dixon menilai, lewat perjanjian model baru ini memosisikan struktur pendanaan muru-D sejalan dengan praktik terbaik di dunia. Serta memastikan startup lulusan muru-D bisa mendapatkan penawaran terbaik, sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan bisnis berkesinambungan berskala global.

“SAFE notes akan memungkinkan muru-D untuk menarik perhatian, baik itu startup fase awal atau akhir dan kami percaya bahwa program kami akan terus menambahkan nilai untuk mereka.”

Pada gelombang kedua di tahun lalu, tiga startup asal Indonesia berhasil menyelesaikan program pelatihan selama enam bulan setelah melalui proses seleksi ketat oleh muru-D dan Indigo. Adapun ketiga startup tersebut adalah amtiss, Teman Usaha, dan Zelos.

amtiss adalah startup yang membantu perusahaan tambang untuk meningkatkan uptime dan masa ketahanan alat berat lewat standardisasi proses pemeliharaan dan optimasi konsumsi sumber daya. Sedangkan Teman Usaha adalah aplikasi yang memungkinkan UKM lokal untuk membandingkan dan mengajukan pinjaman secara cepat.

Terakhir, Zelos adalah startup perekrutan talenta berbakat generasi millennial lewat konten visual dan tes yang sudah disesuaikan dengan budaya saat ini.

Hingga saat ini, muru-D telah meluluskan 17 startup dari seluruh Asia Tenggara sejak gelombang pertama. Sebanyak delapan startup dari gelombang kedua telah menyelesaikan program, secara keseluruhan telah menambah 12 ribu pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan lebih dari 300 ribu dolar Singapura selama prosesnya.

Mengelola Pekerja Remote di Lingkungan Kerja

Melakukan kerja secara remote bukan menjadi hal baru. Banyak startup bahkan perusahaan mempekerjakan talenta-talenta berbakat secara remote. Kebutuhan akan talenta yang mendesak menjadi salah satu faktor utama. Tidak hanya pekerja yang harus mengantisipasi tren bekerja secara remote bisnis juga harus mengantisipasinya dengan menyiapkan trik manajemen yang baik.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses memanajemen para pekerja remote.

Mendorong komunikasi lebih efektif

Sebagai unsur utama bekerja secara remote komunikasi harus dijaga dan dilakukan secara efektif. Mulai dari berkomunikasi untuk memberikan brief pekerjaan hingga informasi mengenai progres pekerjaan. Gunakanlah teknologi yang sekiranya mudah diakses dengan banyak fungsi kolaborasi. Jangan lupa untuk selalu mencatat dan menentukan deadline pekerjaan.

Untuk menjaga unsur kemanusiaan jangan lupa untuk menghubungi atau berkomunikasi ringan untuk meningkatkan hubungan personal. Ini modal yang baik untuk sama-sama membangun kepercayaan.

Tetapkan ekspektasi

Kunci dari berlangsungnya hubungan kerja sama profesional secara remote adalah kepercayaan. Pekerja percaya apa yang dilakukan akan mendapatkan timbal balik yang setimpal, bisnis percaya talenta yang mereka rekrut mampu mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Hubungan kepercayaan ini yang nantinya menjadi dasar kuat untuk hubungan profesional yang baik.

Untuk bisa tetap memanajemen pekerjaan dengan baik, selain menetapkan target, tetapkan juga ekspektasi. Sejauh mana kemampuan maksimal pekerja. Dengan demikian bisnis bisa membagi beban kerja atau membagi jadwal kerja dengan imbang untuk menghindari overload pekerjaan.

Kunjungi atau bertemu dengan tim

Untuk menjaga hubungan profesional tidak ada salahnya untuk menjadwalkan ketemuan. Sekali atau dua kali dalam sebulan dalam sebuah obrolan ringan, hal tersebut akan sangat bermakna. Dengan bertemu secara langsung kedua belah pihak bisa menilai masing-masing secara langsung.

Zona waktu

Internet dan layanan kolaborasi memungkinkan orang saling bekerja sama lintas negara dan benua. Untuk bisa memudahkan proses manajemen sebisa mungkin untuk menyamakan zona waktu. Sebenarnya ini bukan sebuah keharusan, hanya saja jika dibutuhkan deadline harian zona waktu akan berpengaruh. Untuk mengatasi hal ini bisnis bisa memilih para pekerja remote yang berada di zona waktu yang tidak jauh beda. Atau terjadi kesepakatan di awal, zona waktu kerja mengikuti kantor pusat.

Seni Menjual Harus Dimiliki Setiap Founder Startup

Salah satu DNA dalam proses bisnis adalah “seni menjual”. Mulai dari bisnis tersebut dimulai atau membangun inti dari dalam, hingga memastikan produk sampai ke tangan konsumen dengan tepat. Sangat mustahil bisnis akan berjalan tanpa adanya pemahaman tentang cara untuk menjual tersebut.

Dimulai dari menjual visi untuk lingkup internal

Ketika sebuah ide dicetuskan, seorang founder perlu meramu susunan yang tepat untuk memastikan roda bisnis berputar dengan baik. Apa yang perlu ia lakukan? Tak lain menjual visi, baik kepada orang lain sebagai mitranya maupun kepada investor untuk dapat mengakselerasi bisnisnya.

Menjual visi ini menjadi hal yang sangat krusial, pada dasarnya membangun bisnis juga membutuhkan chemistry –sebuah keinginan dan semangat yang sama untuk membawa apa yang telah dirintis ke suatu titik.

Kendati demikian ada cara pragmatis yang dapat dipilih oleh founder. Namun dapat dijadikan pertimbangan, bahwa cara pragmatis akan mengantarkan rekanan yang dipilih pada titik pengguguran kewajiban. Artinya seorang tersebut hanya akan berjalan bagaikan robot, mereka bekerja dengan apa yang diperintahkan. Kecil kemungkinan aktif memberikan sumbangsih untuk improvisasi bisnis yang dibangun.

[Baca juga: 5 Cara Menjadi Orang yang Berpengaruh]

Menjual visi adalah untuk memberikan sebuah kepercayaan. Terlebih bagi startup, umumnya di fase awal tidak ada yang bisa dipamerkan, selain visi tadi. Visi yang dijual adalah sesuatu yang ingin dilihat oleh founder startup tentang bisnisnya di masa mendatang.

Dilanjutkan membawakan produk ke tangan konsumen

Ketika seseorang mulai melangkah dengan bisnisnya, hal yang akan ditemui di lapangan adalah tidak ada orang yang akrab dengan produk yang dikembangkan. Mengapa ini penting untuk menjadi penegasan, karena sering kali pengusaha gagal mengingat ini karena mereka menghabiskan sepanjang hari setiap hari memikirkan produk mereka, dan bagi mereka itu mudah dipahami.

Kenyataannya ketika menunjukkan produk kepada orang lain untuk pertama kali tidaklah mudah. Meskipun mereka dapat melihat bahwa itu baru dan mengesankan, mereka tidak tahu apa yang mereka lihat. Di sini tantangan muncul, lagi-lagi tentang menjual. Solusinya hanya dua, membuat apa yang disampaikan mudah dimengerti atau membuatnya menjadi sangat menarik.

[Baca juga: 8 Strategi Pemasaran Produk untuk Generasi Z]

Seni menjual yang sangat umum adalah dengan melempar ide dan latar belakang tentang solusi yang ditawarkan. Membuat sebuah garis besar masalah yang mungkin dihadapi konsumen dengan cara yang paling ringan. Menceritakan sebuah cerita masih menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian audiens, dan lebih mudah untuk dihubungkan daripada daftar fakta dan gambar.

Semakin penuh warna, bermakna dan sederhana membuat penjelasan, semakin mudah diresapi. Pastikan untuk menjaga agar tetap singkat dan relevan, menguraikan setiap ciri khas produk hingga menyulut kegembiraan pengguna. Dan pada akhirnya, harus ada dorongan penjualan atau komitmen. Beberapa orang sering kali terlihat tertarik pada sebuah produk, namun tidak memiliki minat untuk membeli.

Seni menjual ini sangat dinamis, bahkan bisa dikatakan tidak ada teori tentang bagaimana memenangkan orang atau konsumen dengan strategi yang pasti. Semuanya serba tambal-sulam, dengan maksud sangat bergantung dengan kejelian “sang penjual” dalam membaca keadaan, memberikan penjelasan dan menekankan penawaran.

Hal-hal yang Dipertimbangkan dalam Menentukan Niche

Salah satu strategi bagi mereka sulit menembus pasar mainstream adalah mencoba fokus untuk niche tertentu. Lebih spesifik. Salah satu permasalahan utama dalam menjalani segmen niche adalah harus menyuguhkan kualitas terbaik dibanding mereka yang menjalankan pasar secara umum. Bagi startup yang mencoba menemukan niche yang tepat, berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan

Mengetahui ketertarikan atau passion

Menjalankan bisnis bukan sesuatu yang mudah. Banyak yang menyarankan untuk menggeluti bidang bisnis yang sesuai dengan ketertarikan atau passion. Hal ini tampaknya bisa juga diaplikasikan  sebagai salah satu hal yang diperhitungkan sebelum menentukan niche.

Cari tahu hal seperti apa yang membuat diri menjadi berdaya. Sesuatu hal yang dilakukan dengan suka cita di waktu luang. Pada umumnya orang-orang yang menggeluti bisnis di bidang kesukaannya mempunyai insting dan naluri yang tajam untuk menentukan arah bisnis ke depannya.

Mengidentifikasi masalah yang bisa diselesaikan

Hal selanjutnya yang diperhitungkan dalam memutuskan sebuah niche adalah masalah yang bisa diselesaikan. Temukan masalah seperti apa yang ingin coba dipecahkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mencari permasalahan di forum-forum atau bertatap muka langsung dengan orang-orang yang terlibat dengan niche yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian susun strategi maksimal yang bisa dilakukan untuk memecahkan tersebut. Selanjutnya ukurlah diri sendiri, sejauh mana solusi yang ditawarkan bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Mempelajari kompetitor yang ada

Seperti dalam persiapan memasuki segmen bisnis lainnya, sebelum masuk ke niche tertentu coba untuk mempelajari kompetitor yang ada. Mulai dari pemain umum hingga pemain dengan niche yang sama. Beberapa tanda niche tersebut terbuka untuk persaingan, kualitas layanan yang sudah ada masih rendah, tidak ada transparansi, dan harga yang tidak bersaing. Tanda-tanda ini bisa menjadi acuan awal untuk peluang di niche tertentu.

Menguji ide yang ada

Setelah niche ditentukan dan menurut perhitungan awal memiliki potensi coba untuk tuangkan ide menjadi sebuah rencana yang runtut. Kemudian mulai tawarkan ide-ide tersebut ke pasar atau ke orang-orang terdekat. Cari sebanyak mungkin umpan balik untuk mengukur sejauh mana ide yang ditawarkan berguna.

Empat Keterampilan yang Bakal Dikuasai Saat Menjadi Founder Startup

Tidak semua keterampilan seorang founder itu bersifat intuitif. Meski pada awal terjun ke dunia entrepreneur, founder tidak tahu sama sekali keahlian apa yang harus mereka kuasai. Namun setelah melalui proses panjang dengan banyak makan asam garam, founder jadi lebih paham dan mawas dengan kondisi yang sedang terjadi dan tindakan apa yang harus dilakukan.

Artikel ini akan membahas lebih jauh empat contoh keterampilan seperti apa yang bakal Anda kuasai seiring waktu ketika terjun menjadi pemimpin dalam startup. Berikut rangkumannya:

Manajerial waktu

Ketika Anda menjadi seorang pemimpin di sebuah perusahaan, keterampilan yang paling terasa Anda rasakan adalah lebih mampu dalam hal manajerial waktu. Pada tahap awal Anda merasa hidup terasa berantakan karena mengerjakan berbagai hal. Tidak adanya jam masuk kantor, membuat tubuh mulai terasa rentan penyakit.

Anda pun mulai sadar dengan hal tersebut dan mulai tahu waktu senggang yang bisa digunakan untuk berolahraga dan menjalankan hidup sehat. Begitu pula saat bekerja, Anda bisa membagi waktu kapan untuk membalas email dan mengangkat telepon. Pekerjaan “kecil-kecil” seperti itu memang terlihat remeh, namun sebenarnya sangat menyita fokus.

Manajerial waktu akan terasa akan bermanfaat dalam menunjang waktu kerja Anda jadi lebih produktif dan fokus pada siang harinya.

Berbagi tugas dan tanggung jawab

Sebelumnya, Anda merasa diri sendiri lah yang harus bertanggung jawab menyelesaikan semua pekerjaan. Cara kerja seperti itu tidak berlaku ketika Anda menjadi seorang pengusaha. Anda harus mampu mendelegasikan tanggung jawab kepada rekan kerja sebagai tambahan tangan. Oleh karena itu rekrutlah orang yang Anda rasa benar-benar mampu untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Tidak takut gagal

Perusahaan startup mem\ang sangat rentan dengan risiko bangkrut. Namun, risiko terbesar tersebut tidak hanya menghantui startup saja, tapi juga korporasi besar. Founder startup sejati itu meski sudah makan banyak mengalami kegagalan, tapi tidak akan pernah mundur.

Kegagalan tersebut menjadi bahan pelajaran yang tidak perlu diulangi dan dapat menjadi bahan loncatan untuk ke depannya. Untuk itu, Anda perlu melakukan banyak penelitian dan tetap mengedepankan asas kehati-hatian karena teori dan praktiknya tidak selalu sinkron.

Meski penuh risiko, bila dilakukan dengan penuh landasan data yang kuat akan menjadi titik dimulainya kesuksesan Anda.

Berani ambil tindakan

Salah satu keterampilan yang bakal Anda kuasai adalah berani mengambil tindakan secara spesifik. Ide yang baik itu tidak akan berguna bila hanya sekadar dicatat di buku. Sebaiknya pertanyakan apakah ide itu bisa membantu Anda memperbaiki bisnis?

Bila jawabannya ya, maka Anda perlu segera mewujudkannya. Anda perlu pahami bahwa semua kesuksesan itu dimulai dari dimulainya suatu tindakan dengan momen yang tepat.

Memahami Peran Sentral VP Engineering di Startup

Urusan engineering tidak bisa disepelekan startup digital atau bahkan perusahaan masa kini yang ingin memanfaatkan keuntungan dari penetrasi pengguna internet dan ponsel pintar. Unsur teknis –berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi—telah menjadi DNA bisnis. Untuk itu kini VP Engineering atau CTO (Chief Technology Officer) kerap disuguhkan dalam peran sentral dalam inti bisnis. Mereka harus memahami proses bisnis hingga kebutuhan pengguna akan optimasi layanan.

Pada prinsipnya VP Engineering bertanggung jawab lebih dari sekedar urusan teknis pengembangan produk, namun juga perlu kemampuan untuk mengelola tim, mengatur alur pengembangan produk hingga menentukan kapan sebuah fitur akan dirilis. Namun karena satu dan lain hal, peran VP Engineering biasanya justru disibukkan dengan urusan yang lebih sempit. Wajar saya, karena umumnya akan berubah seiring dengan perkembangan tim dan produk dalam startup tersebut.

Untuk itu sangat penting bagi startup memahami sebenarnya apa peran seorang VP Engineering dalam sebuah startup. Hal ini berkaitan dengan tren yang ada saat ini. Individu (founder) biasa hadir dengan sebuah ide –mereka tidak memiliki kemampuan teknis teknologi, sehingga memfokuskan pada bisnis. Kepercayaan bab teknologi pun dilimpahkan kepada seorang VP Engineering yang direkrut.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang seorang VP Engineering:

Perencanaan produk

Di lapangan nyatanya VP Engineering benar-benar difokuskan dalam teknis eksekusi pembuatan produk. Namun sejatinya dalam perencanaan produk juga perlu dilibatkan bersama Product Manager. Beberapa hal dapat dipertimbangkan VP Engineering dalam perencanaan produk, misalnya untuk memberikan masukan terkait dengan ketersediaan data atau skala produksi pengembangan produk.

Pada dasarnya apa yang disarankan VP Engineering dalam proses perencanaan ialah menggambarkan batasan ataupun kemampuan yang dapat dijangkau dalam proses tersebut. Hal ini untuk membantu CEO atau pihak manajemen lainnya memahami tentang persiapan atau ekspektasi teknis terkait pengembangan suatu produk. Kejelian VP Engineering dibutuhkan untuk memastikan proses pengembangan produk menjadi seimbang. Ia perlu memahami kapan harus merilis produk baru, menggantikan produk lama dan sebagainya. Strategis dalam urusan teknis.

Membangun tim dan kultur di dalamnya

Peran penting lain dari seorang VP Engineering adalah mengupayakan integritas tim produk (teknis) secara baik, dan membangun kultur produktif di dalamnya. Pengembangan produk masa kini dituntut untuk dapat berjalan secara berkelanjutan, sehingga mekanisme dan strateginya perlu dijaga sehingga menghasilkan workflow yang baik. Kemampuan tentang manajemen pengembangan perangkat lunak yang dimiliki VP Engineering akan berperan penting di sini.

[Baca juga: Pengembangan Produk Startup Cocok Menggunakan Metodologi Agile dan SCRUM]

Ia juga tidak bekerja sendiri, dalam unit produksi yang lebih kecil perlu mempercayakan kepada bawahannya yang melaporkan secara langsung. Oleh karena itu, seorang VP Engineering harus dapat menentukan siapa manajer terbaik bagi tim tersebut, memperkerjakan mereka, dan mampu mengasuh keterampilan itu dari waktu ke waktu. Membangun tim yang kuat bukanlah hal yang statis. Startup berkembang dengan cepat, dan tim teknik perlu mencapainya.

Sebagai CEO, perlu juga mengetahui bagaimana seperti apa VP Engineering yang bekerja optimal? Cara termudah untuk menilai VP Engineering di luar kualifikasi di atas kertas adalah dengan melihat tim yang ada dan sebelumnya, termasuk melihat apakah mereka memenuhi jadwal rilis yang dijadwalkan? Apakah mereka memiliki proses yang masuk akal (vs. serampangan)? Apakah ada banyak perselisihan (yaitu, gesekan yang tidak produktif vs kreatif) di antara tim?

Memastikan eksekusi pengembangan produk berjalan baik

Hasil akhir yang diharapkan dari tim yang dipimpin VP Engineering adalah produk berkualitas. Namun tidak semata-mata mengembangkan produk saja, namun perlu penyesuaian dan penekanan agar semua berjalan seperti yang sudah dijadwalkan oleh manajemen. Di sini peran VP Engineering harus mampu mengakomodasi proses pengembangan perangkat lunak secara benar.

[Baca juga: Kisah Mendirikan Startup sebagai CTO]

VP Engineering juga perlu piawai ketika harus menyelesaikan “kekacauan” yang terjadi dari hal yang tidak diinginkan. Misalnya di awal peluncuran sistem berjalan dengan baik, namun seiring banyaknya pengguna bugs mulai muncul. Berpikir untuk melakukan perbaikan, eskalasi dan strategi lain seiring dengan pertumbuhan pengguna menjadi salah satu mental yang perlu dimiliki VP Engineering. Bahkan kapan pun kejadian itu terjadi, prioritasnya ialah kenyamanan pengguna sistem.

Dari berbagai peran tersebut, startup digital memang harus memiliki seorang VP Engineering sedini mungkin. Banyak startup tahap awal percaya bahwa mereka tidak memerlukan VP Engineering karena tim teknik mereka cukup senior atau mungkin terlalu kecil. Tapi pada akhirnya akan sulit mengakomodasi peran-peran penting di atas. VP Engineering yang kuat menyediakan tulang punggung untuk fungsi teknik yang tahan terhadap tekanan bisnis sembari menetapkan budaya dan proses yang tepat untuk kualitas produk yang akurat.

Tiga Kunci Sukses Membangun Produk Teknologi

Membangun startup yang sepenuhnya mengandalkan teknologi tidak semuanya akan berakhir sukses. Dari data yang ada, hanya 1% saja aplikasi yang terdapat di Apps Store mendapatkan keuntungan yang stabil dan selebihnya akan berakhir gagal, meskipun telah mendapatkan pendanaan dari investor.

Kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut adalah, menjalankan bisnis startup dengan mengandalkan teknologi, memerlukan prioritas yang tepat. Terdapat banyak keputusan yang harus diambil yang bisa mempengaruhi keberhasilan startup. Artikel berikut ini akan mengupas tiga aspek penting yang perlu diterapkan ketika menjalankan startup berbasis teknologi.

Growth

Growth atau pertumbuhan memiliki definisi bagaimana startup mampu menjangkau banyak orang untuk kemudian menjadi pelanggan setia produk atau layanan yang ditawarkan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempercepat growth atau pertumbuhan, mulai dari cara yang organik hingga berbayar. Manfaatkan platform seperti Google Ads, Facebook, email, TVC dan promosi offline, tim penjualan dan lainnya untuk mendapatkan pengguna baru. Tidak ada cara yang tepat ketika startup mulai melakukan kegiatan promosi atau penjualan melalui channel offline atau online, yang harus dicermati adalah, bagaimana kegiatan tersebut bisa membuat startup Anda lebih dikenal, dan pada akhirnya akan digunakan oleh orang banyak.

Dari kegiatan tersebut nantinya akan langsung terlihat, berapa banyak perhatian dari pengguna yang aktif atau nonaktif, lakukan pendekatan lebih intensif dengan pengguna tersebut dengan cara yang lebih personal. Menjadi hal yang penting untuk selalu bisa melakukan proses dan percobaan ketika sedang melakukan kegiatan tersebut, terapkan strategi yang berbeda setiap kali startup berencana untuk fokus pada growth.

Engagement

Intinya adalah bisnis apapun memerlukan pelanggan yang secara rutin menggunakan produk atau aplikasi. Dalam hal ini aplikasi yang mengandalkan teknologi seperti Facebook, Slack, Salesforce, dan Snapchat harus menjadi bagian dan kebiasaan dari gaya hidup penggunanya. Semakin banyak aplikasi digunakan semakin banyak perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Engagement yang baik kepada pengguna bisa membantu startup mendapatkan retention atau repeat order dari pengguna.

Untuk bisa melihat seberapa jauh metrik engagement, bisa dilihat dari perhitungan berapa persen orang menggunakan produk atau layanan secara sering agar bisa diklasifikasikan sebagai pengguna aktif. Untuk beberapa produk kalkulasi tersebut bisa berlangsung selama satu kali setiap tahun namun untuk produk lainnya bisa dilihat dalam waktu setiap jam.

Monetisasi

Ketika melakukan monetisasi, hal penting yang wajib dicermati adalah apakah layanan atau produk yang ditawarkan mampu untuk mengubah manfaat atau nilai menjadi profit atau keutungan dari pelanggan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan profit, mulai dari melakukan penjualan sekali di awal, menciptakan marketplace hingga biaya berlangganan.

Agar bisa melalukan monetisasi dalam jangka panjang, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana masa depan dari target pasar startup yang diincar, ciptakan terus peluang baru agar pendapatan bisa diraih secara stabil untuk masa depan startup.