Mengenal Platform Digitalisasi Ritel YOBO

Aktivitas offline kembali merebak selepas pandemi. Setelah peritel “dipaksa” masuk ke platform online demi menjangkau konsumen, kini mereka dapat bernapas lega kembali mengaktifkan gerai-gerainya untuk berinteraksi langsung. Walau begitu, peritel ini masih banyak yang belum bisa memahami konsumennya dan cara menariknya mau berkunjung ke gerai.

Steven Kim (CEO) bersama Jaeyoun Doh (CTO) menangkap kekosongan tersebut dengan merintis YOBO, platform perdagangan dan pembayaran (commerce and payment platform) yang memanfaatkan teknologi untuk mengumpulkan data, memberikan pengalaman konsumen yang lebih baik, dan mendorong pertumbuhan bisnis. Solusi tersebut berbasis digital, tidak memerlukan aplikasi yang harus diunduh oleh konsumen ataupun peritel.

“Kami membantu mereka membawa bisnisnya ke online, mendapatkan data konsumen seperti: siapa konsumen VIP-nya? Siapa yang paling rutin berkunjung? Data tersebut kami proses dari EDC yang sudah terhubung dengan reward untuk diberikan ke konsumen,” terang Co-founder YOBO Steven Kim saat ditemui DailySocial.id.

YOBO merupakan kepanjangan dari Your Own Business Online, diracik oleh Kim bersama Doh dan tim pada saat pandemi tengah berlangsung. Produk YOBO itu sendiri sudah live sejak pertengahan Juni 2023, dimanfaatkan sejumlah peritel yang tersebar di mal-mal seantero Jakarta.

Kim sebelumnya merupakan pendiri Qraved, pernah menduduki posisi penting di Rocket Internet SEA dan Zalora. Sementara perusahaan Doh sebelumnya adalah Itemku yang diakuisisi oleh Bukalapak pada Mei 2021.

Produk YOBO

Kim menjelaskan, produk YOBO adalah platform reward berbasis nomor handphone di EDC. Dari mesin EDC yang digunakan peritel, akan dikumpulkan data pelanggan saat pembayaran terjadi. Data tersebut diolah untuk mendapatkan insight yang dapat digunakan untuk meracik strategi promosi berikutnya.

YOBO

Berbeda dengan program reward yang dihadirkan oleh peritel, umumnya konsumen perlu mengunduh aplikasi reward dan memberi tahu kasir nomor pelanggan mereka untuk mengumpulkan poin yangloy dapat ditukar kemudian hari. Namun, cara tersebut belum tentu sukses karena tingkat churn yang tinggi. Unduhan hanya akan tinggi ketika terjadi promosi saja. Belum lagi investasi yang harus dikeluarkan bisnis untuk pengembangan aplikasi dan meracik promosi tergolong tidak murah.

Oleh karenanya, alur konsumen saat bertransaksi di tenant yang sudah memakai solusi YOBO sedikit berbeda. Perusahaan bekerja sama langsung dengan pengelola mal tersebut, sebelum mengajak tenant-tenantnya mengadopsi solusi YOBO.

Nantinya di dalam mal akan tersedia banner/spanduk berisi promosi dari tenant, sekaligus kode QR yang dapat dipindai pengunjung. Ketika dipindai, pengunjung akan dibawa ke situs mal tersebut dan diminta untuk memasukkan nama dan nomor handphone sebelum menerima informasi lainnya yang dikirim melalui WhatsApp.

Setelah sukses, secara otomatis konsumen akan menerima pesan dari WhatsApp, informasi mengenai direktori mal, melihat penjualan dan promosi berlangsung, hingga acara yang sedang berlangsung di mal.

“Karena banyak pengunjung yang saat masuk ke mal itu tidak tahu mau ke mana, promosi apa saja yang dapat mereka terima, dan benefit lainnya. Jadi kami ini tanpa aplikasi, pengalaman baru ini bagus untuk pengunjung karena semua informasi dikirim ke WhatsApp, yang mana mereka lebih sering buka WhatsApp daripada aplikasi lain untuk dapat informasi.”

DailySocial.id pun turut serta merasakan pengalaman saat berkunjung ke Ashta, SCBD Jakarta. Setelah memindai banner promosi yang berisi kode QR, terdapat promosi gratis minum yang disediakan oleh Saturdays, salah satu peritel yang sudah bermitra dengan YOBO.

Begitu sampai di gerai, pelayan memberi tahu persyaratan yang harus dilakukan untuk penukaran promo tersebut, yakni cukup dengan belanja salah satu menu makanan di sana. Mesin EDC milik Saturdays akan meminta nomor handphone konsumen sebelum kode QRIS muncul untuk pembayarannya.

“Dari mal dan tenant sekarang sudah punya satu konsumen baru, yang dapat dikirim pesan lagi berisi promosi lainnya untuk mengajak konsumen tersebut kembali datang.”

Kim juga memastikan keamanan data pengunjung tidak akan disebar ke pihak lainnya, hanya pengelola mal dan tenant sajalah yang dapat mengaksesnya.

YOBO

Tidak hanya kemudahan di atas, YOBO juga akan memberikan akses dasbor CRM kepada bisnis untuk monitor basis data  konsumen, serta memberikan rekomendasi promosi apa yang tepat, disertai dengan pesan yang terpersonalisasi dan terukur.

“Banyak bisnis yang ingin punya solusi manajemen data, manajemen konsumen, business intelligence, project management, ads analysis. Tapi ini semua mahal karena harus rekrut orang, belum lagi ada risiko hasilnya tidak sepadan.”

Strategi monetisasi

Pendekatan YOBO ini terinspirasi dari kesuksesan Square, startup asal Amerika Serikat. Di sana, sejak Covid-19 pertumbuhan bisnis pembayaran dan teknologi bisnis untuk sektor F&B dan ritel telah berkembang pesat. Square sendiri adalah perusahaan pembayaran yang menyediakan produk POS.

Berbeda dengan Indonesia, para pemain POS kebanyakan menjual solusinya dengan berlangganan untuk memanfaatkan mesinnya dan benefit lainnya. Alhasil, ada biaya tetap yang harus dikeluarkan peritel, sementara tidak ada jaminan penjualan tetap tinggi setiap waktu.

“Sementara banyak bisnis yang belum memikirkan bagaimana strategi promosinya, sebab selama ini pemain e-wallet, seperti Gopay yang kasih cashback. Sementara sekarang mereka sudah tidak berikan promosi besar-besaran lagi. Bagaimana mereka bisa tahu siapa konsumen VIP, benefit apa yang perlu diberikan agar sering datang, itu tidak pernah terpikirkan.”

Oleh karena itu, monetitasi yang diambil YOBO hanya berasal dari biaya layanan sebesar 2,9% untuk setiap transaksi yang sukses terjadi di tenant. Ongkos tersebut terbilang lebih terjangkau daripada peritel harus mengadopsi banyak solusi dan merekrut orang baru.

Terlebih itu, peritel pun tidak harus menggunakan mesin EDC khusus dari YOBO, walau perusahaan bekerja sama dengan salah satu pemain POS lokal sebagai penyedianya. Perusahaan memilih untuk agnostik, alias solusinya bisa terhubung dengan berbagai penyedia POS, baik yang sudah digital (iSeller, Majoo, ESB, Moka) maupun konvensional, seperti Quinos, Raptor, dan Micros.

“YOBO adalah perusaahaan dengan pergerakan uang yang tinggi dan selalu meningkat tiap bulannya karena punya unit economics yang jelas. Semua pendapatan kami di dapat dari setiap transaksi yang sukses. Jadi tenant hanya membayar kami dari transaksi yang sukses, tanpa ada biaya upfront untuk berlangganannya.”

Sisi agnostik lainnya juga berlaku untuk target pengguna YOBO, tidak hanya untuk bisnis kuliner saja, tapi juga dari vertikal lainnya, yakni fesyen, skincare, supermarket, salon, gym, hingga otomotif.

Rencana selanjutnya

Kim memastikan saat ini perusahaan masih memfokuskan diri pada peritel offline dengan menjaring sebanyak-banyaknya pengelola mal menjadi penggunanya. Ditargerkan setidaknya dapat menambah 50 mal lagi sepanjang tahun ini. Adapun sekarang, perusahaan sudah bekerja sama dengan Asri Group, pengelola mal Ashta, MOI, PIK Avenue, Hub Life, dan Grand Galaxy Park.

Selanjutnya dari Pakuwon Group, pengelola Kota Kasablanka dan Gandaria City, serta Lippo Group, pengelola Spark Senayan dan Lippo Mall Puri. Rencananya mal-mal lainnya yang dikelola grup besar ini akan dijaring hingga nantinya YOBO dapat beroperasi di seluruh Indonesia.

Beberapa peritel yang sudah memanfaatkan solusi YOBO, di antaranya berasal dari Boga Group, Saturdays, Goobne, Social Affair, Baker Man, Xi Bo Ba, dan masih banyak lagi.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, saat ini YOBO sedang menggalang pendanaan tahap awal. Adapun saat ini YOBO sudah mengantongi pendanaan pra-awal dari sejumlah investor dan angel investor, salah satunya DS/X Ventures.

“Kami mencari investor strategis yang kuat di pengalamannya dan punya jaringan yang kuat di dunia ritel offline agar selaras dengan bisnis kami saat ini.”

Kim juga membuka kemungkinan untuk menyasar peritel dari kalangan UMKM.  Walau belum bisa ditentukan kapan waktunya, menurutnya potensi yang ditawarkan dari segmen bisnis ini juga menjanjikan. Segmen ini umumnya punya tantangan berbeda karena kebanyakan masih berfokus pada peningkatan bisnis, belum pada retensi konsumen.

“Jadi dengan pendekatan top down, ketika ini sukses, pola pikir para UKM akan berubah. Jika mereka melihat grup besar seperti Boga Group sudah pakai, maka mereka akan terpengaruh.”

Masa depan Qraved

Terkait Qraved, Kim menuturkan pandemi “sukses” menghantam bisnis Qraved sebagai platform direktori kuliner karena monetisasinya mengandalkan pemasangan iklan oleh pebisnis. Tak hanya Qraved yang kesulitan, bahkan Zomato menutup bisnisnya di Indonesia.

Namun bukan begitu platform seperti ini tidak lagi relevan dengan perkembangan terkini, hanya lebih sulit untuk bertahan karena sebagian besar bisnis tidak punya budget pemasaran yang berlebih.

Saat ini, startupnya tersebut sedang masa jeda (paused), bukan berarti bakal tutup. Lantaran sebagian besar sumber daya diarahkan untuk pengembangan YOBO, dengan jumlah tim saat ini sekitar 15 orang. Kendati begitu ia belum bisa memastikan kapan setidaknya Qraved bisa dihidupkan kembali.

“Mungkin kuartal empat ini atau tahun depan, yang pasti kami akan hidupkan kembali. Sejujurnya belum tahu juga nanti akan tetap sebagai discovery platform atau bukan. Yang kami lihat sejauh ini kami banyak terima permintaan dari konsumen kapan akan update, sebab saat ini pilihan terakhir untuk discovery makanan itu dari Google Maps saja, sementara Zomato sudah tutup di sini.”

Sebagai catatan, Qraved sudah beroperasi sejak 2013. Saat itu, pesaing terbesarnya adalah Zomato dan pemain lokal, PergiKuliner. Sama dengan Qraved, Zomato juga hadir di Indonesia pada 2013.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan bagian dari grup DailySocial.id

Transformasi dan Masa Depan Platform Aplikasi Makanan

Di medio tahun 2015 sempat bermunculan platform food directory, review, dan informasi yang mengupas berbagai restoran hingga tempat makan. Tren tersebut bersamaan dengan makin masifnya pertumbuhan industri kuliner di Indonesia. Tidak hanya informasi seperti alamat dan kontak, platform tersebut juga menyematkan menu, foto-foto restoran, dan ulasan yang diberikan pengunjung.

Nama-nama platform lokal dan asing pun bermunculan di Indonesia. Zomato, Qraved, Pergikuliner adalah contoh nama yang populer. Meskipun kebanyakan masih fokus menawarkan informasi dan ulasan, platform tersebut sudah mulai bertransformasi menjadi platform gaya hidup yang menawarkan paket diskon.

Kehadiran layanan pengantaran makanan GoFood dan GrabFood menjadi salah satu alasan utama mengapa platform food directory kini mulai bertransformasi dan menawarkan fitur dan produk yang berbeda.

“Saya melihat justru mereka bisa dijadikan mitra yang potensial. Demikian juga dengan semua layanan e-commerce. Bentuknya seperti apa tentunya nanti bisa disesuaikan,” kata Marcomm Representative Pergikuliner Aprilia Prabawati.

Di negara Asia lain mulai banyak penerapan kolaborasi antara platform food apps dengan layanan e-commerce. Seperti yang terjadi di Tiongkok melalui kolaborasi antara Alibaba dengan food delivery units Ele.me dan Shopee dan Foody di Vietnam.

Media sosial tidak lagi jadi kanal utama

Transformasi layanan food apps dalam waktu 5 tahun terakhir
Transformasi layanan food apps dalam waktu 5 tahun terakhir

“Kami melihat media sosial sangat penting untuk melakukan branding, meningkatkan tingkat konversi, dan berpotensi melakukan kampanye viral. Namun pada tahun 2020, jangkauan organik menurun karena persaingan dan perubahan dalam algoritma sehingga kami merekomendasikan pedagang untuk juga memiliki saluran CRM langsung seperti akun resmi Qraved untuk mengkomunikasikan kampanye pemasaran,” kata CEO Qraved Steven Kim.

Aprilia menambahkan, “Idealnya kita ingin berdiri di platform milik kita sendiri, dan tidak terlalu bergantung kepada platform lain. Intinya kita tidak terlalu fokus dengan cara ini.”

Tahun 2020, ketika media sosial mulai banyak mengalami perubahan di sisi algoritma dan cara penggunaan, platform seperti ini tidak krusial dan idealnya tidak menjadi fokus untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

“Jika melihat 5 tahun yang lalu, penggunaan media sosial masuk akal. Tetapi, di zaman sekarang ini, memanfaatkan media sosial sebagai bagian dari strategi pemasaran tidak dapat dilakukan lagi. Prioritas brand saat ini adalah lebih kepada memaksimalkan channel mana yang lebih relevan dimanfaatkan tidak lagi bergantung kepada media sosial,” kata Head of Business Zomato Indonesia Ravi Singh.

Saat ini Zomato dan Pergikuliner masing-masing mengklaim memiliki 3 juta pengguna aktif setiap bulannya.

Fokus ke kolaborasi

Kolaborasi dengan bisnis kuliner menjadi faktor pendukung yang menentukan pertumbuhan perusahaan. Pergikuliner, misalnya, menawarkan pilihan tersebut agar restoran memberikan kupon sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Perusahaan mengklaim bisa memperoleh pendapatan melalui kemitraan ini.

Sementara Zomato, yang sejak dua tahun terakhir telah melancarkan program unggulannya Zomato Gold, mengklaim telah memiliki 1500 restoran yang bergabung dalam program ini. Zomato juga berhasil mengumpulkan sekitar 110 ribu pengguna berbayar.

“Layanan lain yang kami coba hadirkan untuk pengguna adalah Gold Special, di mana pelanggan bisa memiliki opsi diskon secara flat untuk semua tagihan yang dibebankan. Semua mitra restoran memiliki opsi untuk menentukan sendiri potongan harga mereka kepada pelanggan,” kata Ravi.

Bentuk kolaborasi lainnya yang dinilai lumayan ampuh mendongkrak pertumbuhan mitra dan pengguna adalah menjalin kerja sama dengan mall terkemuka untuk menawarkan promo, diskon atau penawaran menarik yang dimiliki restoran yang berlokasi di mall tersebut.

“Qraved telah meluncurkan kemitraan dengan mal-mal besar atau menambah pengalaman offline, termasuk [dengan] Plaza Indonesia, Pacific Place, Mall of Indonesia, PIK Avenue dan lainnya. Harapannya bisa membantu pemilik bisnis kuliner untuk melakukan interaksi langsung dengan pelanggan mereka sekaligus melakukan engagement secara online,” kata Steven.

Peluang ekspansi

Tidak mudah untuk memprediksi masa depan dan potensi platform aplikasi makanan. Satu hal yang pasti, platform informasi tempat makan tetap menjadi prioritas masing-masing platform, sesuai dengan komitmen awal. Untuk ekspansi layanan, mereka juga akan fokus ke berbagai kawasan, tak hanya di kota-kota besar.

Meskipun sebagian besar tidak memiliki layanan pengantaran makanan atau delivery service, tidak menutup kemungkinan layanan tersebut bakal dihadirkan suatu saat.

“Bisa jadi nantinya kami akan menambahkan layanan pengantaran makanan dan menawarkan layanan tersebut kepada mitra restoran. Namun untuk saat ini kami belum berencana. Mungkin 2 atau 3 tahun lagi,” kata Aprilia.

Pengembangan teknologi dan inovasi produk juga masih menjadi fokus, yang kebanyakan mulai mendorong penggunaan aplikasi kepada pengguna. Meskipun demikian, penggunaan situs tidak ditinggalkan, karena ternyata masing banyak pengguna yang mengakses layanan dari desktop atau mobile browser.

“Sebenarnya distribusi di Zomato sangat kontra-intuitif. Kami melihat traffic hingga saat ini lebih banyak yang mengakses di situs [atau mobile browser], dibandingkan dengan aplikasi. Kami tidak dapat melakukan pemisahan dari kedua platform tersebut,” kata Ravi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Qraved Siap Galang Dana Baru Seri C, Kini Jadi Aplikasi Gaya Hidup

Awalnya dikenal sebagai layanan reservasi restoran, Qraved hari ini mengumumkan fitur terbaru dan melakukan rebranding sebagai Lifestyle App (aplikasi gaya hidup). Qraved juga mengumumkan sejumlah kerja sama strategis dengan berbagai merchant dan penggalangan dana Seri C.

Kepada DailySocial, CEO Qraved Steven Kim mengungkapkan, dana baru ini rencananya akan ditutup akhir tahun ini atau awal tahun depan, bertujuan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis dan penambahan sejumlah fitur baru.

“Kita akan mengumumkan berita bagus untuk perusahaan, yaitu penggalangan dana Seri C. Tentunya pendanaan ini akan kita manfaatkan [untuk] menambah fitur, partnership, dan menambah sejumlah layanan aktivitas baru seperti nonton bola dan acara musik.”

Berdiri sejak lima tahun lalu, Qraved di kesempatan yang sama mengumumkan pembaruan fitur yang mengedepankan skema O2O (online to offline) dengan kemitraan bersama mall, restoran, minimarket, dan layanan pembayaran.

Transformasi

Qraved mengklaim saat ini memiliki sekitar tiga juta lebih pengguna aktif yang 85% di antaranya menggunakan aplikasi mobile. Di dalam aplikasinya Qraved telah mendaftar sekitar 40 ribu F&B outlet, 20 mall, 13 ribu lebih gerai toko seperti Alfamart dan 5 juta foto yang dikurasi menggunakan media sosial Instagram.

“Selain Instagram, kami juga telah menggandeng Line Today. Tidak hanya foto dan informasi restoran, Qraved juga memiliki channel video memanfaatkan YouTube dan Instagram Story yang saat ini makin digemari oleh pengguna,” kata Steven.

Menyadari keberadaan kompetitor, seperti Zomato dan Traveloka Eats, Qraved berupaya fokus dengan pelokalan, semangat konten berorientasi keluarga, dan mulai menampilkan semangat nasional dengan merangkul lebih banyak pedagang kaki lima dan warung.

“Sesuai dengan model bisnis kita, yaitu menjalin kolaborasi, tidak hanya dengan F&B, tapi juga dengan brand, food delivery service, hingga perusahaan pembayaran agar bisa mempercepat pertumbuhan Qraved,” kata Steven.

Fitur promo, mall dan Qraved official account

Untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi secara lengkap dalam satu platform, Qraved menambah tiga fitur baru dalam aplikasi, yakni Promo, Malls Nearby dan Qraved Official Account. Perusahaan juga mitra strategis, seperti GO-FOOD, OVO, bank, hingga brand.

“Dengan aplikasi Qraved yang baru kita ingin membantu mall, pemilik restoran, hingga perusahaan lainnya untuk meningkatkan awareness dan kegiatan promosi untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Intinya adalah,kita hanya menghasilkan uang jika merchant mendapatkan uang” kata Steven.

Masing-masing merchant bisa memanfaatkan layanan Qraved secara personal dan bisa dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Qraved juga mengembangkan fitur Location Based yang bisa dimanfaatkan brand untuk melancarkan kegiatan promosi menargetkan konsumen secara langsung.

“Untuk brand yang sudah populer seperti OVO dan GO-PAY, kita bisa membantu menciptakan buzz lebih masif lagi melalui fitur Qraved Promo dengan meng-aggregate voucher yang sudah tersedia di masing-masing aplikasi,” kata Steven.

Application Information Will Show Up Here

Qraved Terintegrasi API Go-Food, Kini Bisa Pesan Makan Lewat Aplikasi

Aplikasi direktori restoran Qraved mengumumkan integrasi Application Programming Interface (API) Go-Food untuk konten yang dipublikasi di dalam aplikasi. Strategi ini cukup menarik untuk mendongkrak tingkat kunjungan aplikasi Qraved, sekaligus mendorong transaksi bagi mitra Go-Food.

Untuk model bisnisnya, setiap restoran yang telah terdaftar dalam Qraved dan merupakan mitra Go-Food akan tersedia opsi “Order Now” di aplikasi Qraved. Berikutnya pengguna akan diarahkan langsung ke aplikasi Go-Jek dan masuk ke laman restoran tersebut, untuk menyelesaikan proses transaksinya di sana.

Pun demikian untuk setiap artikel tematik yang dipublikasi Qraved, dalam setiap restoran yang disebut akan tersedia tombol “Order Now” apabila sudah tergabung dengan Go-Food. Hanya saja, fitur ini bakal tersedia via akses aplikasi Qraved saja, sementara untuk kunjungan via situs tidak tersedia.

Tidak diketahui apakah Qraved akan menerima komisi dari Go-Food untuk setiap transaksi yang berhasil terjadi lewat strategi ini. DailySocial mencoba hubungi CEO Qraved Steven Kim perihal hal tersebut, tapi dengan singkat dia menolak untuk memberikan pernyataannya.

“Kami tidak akan memberi komentar untuk saat ini. Terima kasih atas ketertarikannya,” ujar dia.

Sejauh ini Qraved sudah hadir di Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, Medan, dan Makassar. Selain menyediakan direktori restoran, pengguna Qraved juga dapat memberi ulasan, reservasi restoran, mencari tahu promo yang sedang berlangsung, dan program loyalitas Qraved Points yang dapat ditukar dengan voucher makan.

Menurut pengamatan DailySocial, inisiasi Go-Jek dengan membuka API Go-Food di luar ekosistem merupakan langkah perdana. Go-Food menjadi unit layanan dari Go-Jek yang paling banyak digunakan para penggunanya setelah Go-Ride. Secara total, mitra Go-Food kini telah mencapai 125 ribu merchant tersebar di berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

DStour #21: Dekorasi Kantor Qraved Terinspirasi Film “The Intern”

Terletak di kawasan bisnis Jakarta Selatan, kantor pusat Qraved memiliki desain modern, open space, sarat dengan lounge area dan meeting room yang biasa digunakan karyawan untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Terinspirasi dari film The Intern yang dibintangi Anne Hathaway dan Robert De Niro, kantor Qraved menyediakan fasilitas sepeda untuk karyawan di dalam ruangan kerja.

Simak DStour berikut ini yang dipandu langsung CEO Qraved Steven Kim.

Qraved Resmi Hadir untuk Kota Bandung

Layanan reservasi dan direktori restoran di Indonesia, Qraved, Sabtu (28/5) kemarin secara resmi mengumumkan ekspansinya ke kota Bandung. Langkah ekspansi Qraved ke Bandung ini merupakan tindak lanjut dari pendanaan seri B sebesar $ 8 juta yang diterima pada Oktober 2015 silam. Saat ini Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 3.500 direktori tempat makan di kota Bandung.

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung adalah kota metropolitan dengan jumlah populasi mencapai delapan juta jiwa. Dari total populasi tersebut, berdasarkan laporan pemerintah kota Bandung tahun 2015, ada 68,4 persen penduduk yang berusia di bawah 40 tahun dan 80 persennya adalah pengguna ponsel pintar. Ini yang menjadi salah satu alasan ekspansi Qraved ke Bandung.

Di samping itu, pesatnya perkembangan industri kreatif adalah alasan lain Qraved melebarkan sayapnya ke kota Bandung. Bandung sendiri saat ini masuk dalam daftar kota kreatif dunia versi UNESCO bersama dengan 47 kota lain dari 33 negara di dunia dan Industri kreatif adalah menjadi penyumbang 11 persen pertumbuhan ekonomi kota di Bandung. Dengan eskpansi ini Qraved berharap dapat turut membantu pertumbuhan ekonomi kota di bidang kuliner.

CEO Qraved Steven Kim mengatakan, “Hingga saat ini Qraved telah memiliki lebih dari 3,500 direktori tempat makan di Bandung. Setelah meluncurkan Qraved di Bandung, kami yakin akan memiliki direktori restoran lebih banyak lagi. Kami juga akan melakukan berbagai macam aktivitas di kota Bandung agar lebih memahami kebutuhan masyarakat Bandung akan kuliner dengan mengandeng restoran dan komunitas.”

Sebelum melakukan perluasan wilayah ke Bandung, Qraved telah membukukan pendanaan seri B sebesar $ 8 juta pada Oktober 2015 silam. Sejak pendanaan tersebut Qraved mengklaim telah mengalami peningkatan signifikan dari berbagai aspek.

Qraved mengklaim sejak Oktober 2015 hingga April 2016 tercatat ada peningkatan jumlah pengunjung sebesar 66 persen. Jumlah pengguna baru juga diklaim meningkat sebesar 100 persen dan jumlah pengunduh aplikasi tercatat meningkat hingga 50 persen. Kini, sebanyak 1,5 juta pengguna aktif dan 4 juta pengunjung diklaim terhubung dengan Qraved setiap bulannya.

Qraved adalah startup Indonesia yang memberikan layanan reservasi dan direktori restoran. Startup ini didirikan pada tahun 2013 oleh tiga mantan petinggi Roket Internet. Setelah hampir tiga tahun beroperasi, Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 35 ribu direktori restoran untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

Application Information Will Show Up Here

Qraved Peroleh Pendanaan Seri B Sebesar 109 Miliar Rupiah

Layanan pencarian restoran Qraved mengumumkan perolehan pendanaan Seri B sebesar $8 juta (Rp 109 miliar) dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Richmond Global Ventures dan Gobi Partners. Juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini investor baru GWC dan investor terdahulu Covergence Ventures, 500 Startups, Toivo Annus, dan M&Y Partners. Pengumuman dilakukan CEO Qraved Steven Kim di sela-sela kunjungan rombongan Indonesia ke Silicon Valley.

Seperti dikutip dari e27, Steven berkomentar:

“Seperti halnya aplikasi transportasi dan chat telah mentransformasi cara kita berkomunikasi dan bepergian setiap hari, visi saya untuk Qraved adalah menjadi platform eksklusif bagi orang Indonesia untuk berhubungan soal makanan. Dengan putaran pendanaan terbaru ini, saya percaya kami dalam posisi yang bagus untuk sukses di pasar ini.”

Qraved sebelumnya memperoleh pendanaan Seri A sebesar $1,3 juta (sekitar 17 miliar) setahun yang lalu dan seed funding dua tahun yang lalu. Dalam enam bulan terakhir, mereka mengklaim telah menambah lebih dari 1 juta kunjungan setiap bulannya.

Dikutip dari Tech In Asia, Steven menyebutkan pendanaan ini bakal digunakan untuk pengembangan fitur-fitur situs dan aplikasi mobile, mengembangkan jangkauan perusahaan ke seluruh Indonesia, dan usaha-usaha pemasaran.

Perolehan pendanaan ini menarik karena diumumkan beberapa saat setelah penutupan Abraresto yang mengalami kesulitan keuangan. Setidaknya hal ini mengukuhkan kepercayaan investor terhadap segmen layanan makanan. Di Indonesia sendiri Qraved berkompetisi dengan Zomato dan OpenRice.

Pihak Richmond Global Ventures dan Gobi Partners memastikan pemberian pendanaan kali didasari faktor solidnya tim dan pertumbuhan layanan yang dianggap bagus. Managing Partner Gobi Partners Thomas G. Tsao menyebutkan, “Dengan pertumbuhan perusahaan yang sangat bagus selama setahun terakhir dan tim manajemen yang solid, kami percaya Qraved siap untuk menjadi sukses di masa depan.”

Efektifkah Startup Listing Restoran Di Indonesia?

Trend aplikasi restaurant listing / Dailysocial

Maraknya industri restoran saat ini bukan saja disambut baik oleh para pecinta kuliner, tapi juga pengembang startup dan entrepeneur di dunia. Aplikasi yang sifatnya membantu dan memudahkan pencarian restoran, rekomendasi review juga makin banyak bermunculan. Sebut saja seperti Yelp. Yelp adalah aplikasi restaurant search terbesar dan terlengkap , salah satu perusahaan yang lokasinya berada di San Francisco, California. Yelp memiliki lebih dari 50 juta review restoran, promo dari restoran dan foto dari restoran. Yelp juga dilengkapi dengan  filter pencarian agar Anda dapat mempersempit pencarian sesuai dengan jarak, harga, dan rating, sehingga Anda tahu persis apa yang Anda cari

Dihadirkan untuk memudahkan para pecinta kuliner mencari rekomendasi restoran hanya dalam satu genggaman, bagaimana para foodies melihat tren aplikasi restaurant listing yang saat ini sudah banyak pilihannya?

“Dengan menggunakan aplikasi semacam ini, selain informasi restorannya, kita bisa mendapatkan rincian menu dan testimoni dari orang-orang yang sudah pernah mencicipi makanan di restoran tersebut. Lengkap sudah informasi yang kita dapatkan, sehingga kemungkinan salah pilih resto atau salah pilih menu bisa diminimaliskan,” ujar Andriani Wiria, foodblogger.

Zomato

Di Asia sendiri salah satu perusahaan yang sudah melakukan ekspansi dalam jumlah besar adalah Zomato. Zomato didirikan oleh Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah yang merupakan sarjana IT Delhi di New Delhi, India. Sebelumnya Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah bekerja di sebuah perusahaan management consulting. Karena selalu kesulitan mendapatkan menu saat sedang berada di restoran, dua rekan kerja ini pun kemudian memutuskan untuk merangkum menu-menu restoran yang sudah dikunjungi dan dibangun dalam satu database, kemudian di share ke teman-teman di kantor. Ternyata konsep tersebut populer dan banyak di-follow oleh pecinta kuliner lainnya.

Akhirnya setelah 2 tahun mengerjakan system dan module, Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah berhenti di perusahaan mereka dan menekuni konsep Zomato secara full time. Pada tahun 2008 Zomato resmi berdiri. Funding awal diterima sebanyak  1 juta USD  dari Info Edge venture capital dari India.

“Saat ini funding yang diterima oleh Zomato  digunakan untuk expand ke new city, new country, akuisisi berbagai macam perusahaan yang bergerak dibidang F&B discovery berbagai macam negara seperti Urban Spoon di Amerika Serikat dan Australia,” Ujar Djunadi Satrio, Country Manager Zomato Indonesia.

Zomato Indonesia sendiri hadir di tanah air pada tahun 2014 silam, dan saat ini mampu tampil sebagai restaurant listing populer di Jabodetabek hingga Bali. Lalu apa yang menyebabkan Zomato Indonesia kian hari makin digemari oleh foodies?

Seperti yang ditekankan oleh Djunadi, Zomato hadir sesuai dengan keinginan pecinta kuliner dalam menemukan rekomandsi restoran, “Memang aplikasi zomato sifatnya user-friendly tapi yang lebih penting adalah unsur social networkingnya, yang sudah menjadi bagian dari aplikasi tersebut, unsur social networking penting agar user yang memakai akan addict dan menggunakan kembali aplikasi tersebut,” tambah Djunadi.

Qraved

Salah satu aplikasi restaurant listing/reservation yang tengah merangkak naik bukan hanya sebagai aplikasi rekomendasi restoran namun juga panduan dan informasi terkini seputar dunia kuliner di tanah air adalah Qraved. Aplikasi Qraved hadir untuk membantu masyarakat melakukan reservasi dari ribuan restoran secara online menggunakan smartphone mereka. Untuk menghindari kemungkinan tidak mendapat tempat di suatu restoran favorit setelah menempuh perjalanan untuk mencapainya, ada baiknya kita melakukan reservasi terlebih dahulu.

Qraved hadir di Indonesia sebagai salah satu pemain marketplace O2O (Online to Offline). Saat ini Qraved juga telah memaksimalkan user experiences untuk aplikasinya dengan meluncurkan pembaruan aplikasi versi 2.2.1 untuk platfrom Android dan iOS. Versi terkini dihadirkan untuk memaksimalkan user experiences. Fitur baru lainnya yang juga tersedia di Qraved adalah My List, yaitu  pengguna kini dapat membuat daftar restoran pribadi yang dapat dikategorikan berdasarkan kriteria tertentu. Pengguna dapat menyimpan restoran favorit ke dalam daftar pribadi tersebut untuk memudahkan dalam memesan makanan. Cara kerja fitur My List sekilas sama dengan fungsi Bookmark.

Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, Qraved berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta pengunjung unik untuk layanannya. Saat ini Qraved mengklaim bahwa sebanyak lebih dari 20.000 restoran di wilayah Jakarta dan Bali telah terafiliasi dengannya.

Qraved juga mampu menghadirkan Qraved Journal yang secara lengkap menggali informasi restoran terkini, rangkuman tempat makan favorit hingga rekomendasi restoran sesuai budget. Semua di up-date setiap harinya dan telah berhasil di share bukan hanya oleh foodies tetapi juga media online lainnya.

“Kami benar-benar senang dengan respon positif terhadap konten kami dari para pengguna Qraved. Qraved Journal diciptakan untuk memudahkan para pencari makanan tanpa harus mencari di google atau mengunjungi situs lainnya untuk mencari rekomendasi tempat makan enak, ujar Steven Kim,Co-Founder, CEO Qraved.

Qraved merupakan startup lokal yang mampu bersaing dengan para pemain regional lainnya. Qraved telah membuat peningkatan yang signifikan dalam lokalisasi, itu semua terjadi karena culture Qraved adalah selalu mendengarkan keinginan pengguna kemudian menyesuaikan permintaan tersebut.

“Kuncinya adalah agar selalu memberikan konten lokal, kasual dan membantu mencari rekomendasi tempat makan yang diinginkan,” tambah Steven.

Tantangan terbesar Qraved saat ini bagaimana Qraved mampu untuk terus tumbuh sebagai teknologi online dan mobile, mengingat bahwa teknologi online dan mobile relatif baru untuk industri makanan dibandingkan dengan industri perhotelan.

Populer untuk konsumen, tidak signifikan untuk restoran

Aplikasi restaurant listing lumayan cukup berhasil menarik pelanggan baru, banyak potential new customer yang mengenali restoran kemudian datang dan mencoba hanya berdasarkan dari informasi dan review yang ada di aplikasi restaurant listing. Namun demikian masih belum familiarnya kalangan mainstream menggunakan aplikasi restaurant listing yang memang hanya populer dikalangan foodies dan food blogger saja, menjadi salah satu alasan mengapa pada akhirnya beberapa pihak restoran memilih untuk tidak menggunakan atau tidak memperpanjang penggunaan layanan yang ada di aplikasi tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Nasya Nugroho pemilik restoran Hachimitsu,”Overall menurut saya aplikasi seperti restaurant finder, restaurant listing masih belum populer terutama dikawasan restoran saya di Jakarta Barat, culture dari orang-orang disini adalah makan langsung di restoran atau rekomendasi dari teman dan keluarga.”

Hal ini membuktikan pendekatan kepada restoran harus lebih banyak dilakukan, dalam arti memenuhi permintaan yang spesifik, mulai dari lokasi, tema restoran dan signature dish yang dihadirkan. Kedepannya restaurant listing dapat lebih memberikan perhatian kepada restoran yang belum terlalu mainstream, agar masyarakat umum bisa lebih aware dan terbiasa menggunakan aplikasi mobile pencari restoran.

Qraved Adakan EATJKT 2015 dan Luncurkan Pembaruan Aplikasi

Pengalaman pelanggan terus menjadi fokus peningkatan layanan Qraved / DailySocial

Qraved sebagai salah satu pemain marketplace O2O (Online to Offline) untuk restoran di Indonesia tengah mengadakan hajatan kuliner Eat Jakarta 2015 (EATJKT 2015) selama 30 hari. Acara akan diadakan hingga tanggal 14 Juni 2015 mendatang. Selain mengadakan pagelaran kuliner, Qraved juga mengumumkan bahwa pihaknya baru saja memaksimalkan user experiences untuk aplikasinya dengan meluncurkan pembaruan aplikasi versi 2.2.1 untuk platfrom Android dan iOS. Continue reading Qraved Adakan EATJKT 2015 dan Luncurkan Pembaruan Aplikasi

DailySocial’s CEO to Moderate a Session in SMW Jakarta 2015

It’s not a secret that Indonesia plays a significant role in the world’s smartphone vast growth. Smartphones are no longer solely an entertainment media, but also a port for works and lifestyle. That being said, a discussion session themed “SOLOMO: Mobile Application Beyond Entertainment”, which gets moderated by DailySocial’s CEO Rama Mamuaya, is designed to be one of parts of the great Social Media Week Jakarta (SMW). Continue reading DailySocial’s CEO to Moderate a Session in SMW Jakarta 2015